NIM : D1121171032
1. ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) adalah salah satu strategi visual thinking, jelaskan
strategi tersebut dan berikan contoh ide gagasan anda mengaplikasikan strategi
tersebut dalam rencana usaha anda.
2. Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk
suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Jelaskan
dan berikan contohnya dalam mengeksplorasi kreativitas.
3. Jelaskan dan gambarkan tentang grafik mutu dan berikan contoh dalam
implementasinya.
4. Menurut pendapat saudara apakah masih ada peluang dimasa COVID-19 ini, jelaskan
berikan contoh dalam kenyataannya.
JAWAB:
1. Amati, Tiru, dan Modifikasi atau ATM adalah salah satu metode populer dalam
dunia bisnis dan industri kreatif. Metode ini bertujuan untuk memberikan peluang
bagi bisnis untuk senantiasa menciptakan produk atau strategi yang segar, kreatif,
unik dan berdaya saing. Metode ini terdiri dari tiga tahapan, yakni proses mengamati
(pesaing, media massa, atau apa saja), proses meniru, lalu proses memodifikasi.
Metode ini berangkat dari kenyataan bahwa tidak ada lagi ide yang benar-benar 100%
asli. Semuanya adalah olahan dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Walaupun
mulanya populer di dunia bisnis dan kreatif, metode ini juga merambah ke banyak hal
lain seperti penelitian, kepenulisan, dan lain-lain. Hal yang membedakan metode ini
dengan plagiarisme adalah adanya modifikasi atau inovasi, sehingga bukan
merupakan tindakan ilegal. Metode ini menyertakan proses kreatif untuk mengubah
objek yang hendak ditiru menjadi sesuatu yang unik.
• Amati
Proses ini merupakan proses mengamati objek yang hendak ditiru, baik secara
langsung ataupun melalui media. Proses ini mencoba mengevaluasi dan
menganalisis objek tersebut, melihat apa saja kekurangannya dan hal apa yang
bisa dikembangkan. Proses amati ini juga bisa diterjemahkan menjadi proses
riset kecil-kecilan, seperti analisis SWOT.
• Tiru
Proses ini merupakan proses meniru objek yang sebelumnya telah diamati.
Proses ini harus didasari pengetahuan yang cukup mengenai pembuatan objek
tersebut dan tinjauan hukum dari objek tersebut, apakah memiliki hak paten
atau hak cipta yang harus diwaspadai. Meniru tanpa pengetahuan yang
memadai dapat berbahaya karena akan dianggap sebagai penjiplakan dan
bahkan pelanggaran hak paten/hak cipta terhadap suatu karya.
• Modifikasi
Objek yang hendak ditiru ditambal kekurangan-kekurangannya dan
dikembangkan dengan potensi yang belum dieksplorasi.
Contoh ide gagasan dan aplikasi strategi tersebut dalam rencana usaha:
Keinginan yang kuat untuk segera terjun langsung dalam menjalankan bisnis
tidak selamanya harus dimulai dengan jalan menciptakan sebuah produk atau jasa
baru yang masih belum dikenal para konsumen. Semakin tingginya tingkat persaingan
pasar memaksa sebagian besar pebisnis untuk lebih memilih agar menjadi follower
atau (pengikut) dengan jalan menjalankan peluang bisnis yang sudah ada di pasaran.
Metode ATM atau bisa dibilang sebagai strategi yang ditempuh oleh para pebisnis
untuk mengamati, lalu meniru dan kemudian selanjutnya adalah memodifikasinya,
dan hal ini sudah menjadi salah satu strategi alternatif yang lebih tepat bagi para
pebisnis pemula agar dapat semakin memperkecil resiko kemungkinan terjadinya
kegagalan dalam merintis sebuah bisnis.
Dengan jalan meniru produk atau jasa lain yang sudah ada di pasaran,
kemudian memodifikasinya dengan versi sendiri, maka seorang pebisnis tidak perlu
lagi melakukan uji coba dan melakukan observasi terhadap pasar agar dapat
mengenalkan produknya terhadap masyarakat luas. Karena pada dasarnya produk
tersebut memang sudah berhasil diterima oleh pasar dan telah melekat kuat di hati
para konsumennya, Anda hanya perlu untuk melakukan sedikit modifikasi agar bisa
lebih diterima lagi sebagai sesuatu yang sudah ada namun terbilang baru bagi pasar.
Sehingga dengan cara mengamati, meniru dan memodifikasi sebuah produk yang
memang sudah ada di pasaran, maka seorang pengusaha tidak perlu lagi harus
mengalami fase trial and error (percobaan dan kesalahan) untuk dapat mengenalkan
bisnisnya terhadap masyarakat luas.
Meskipun pada dasarnya untuk memulai sebuah bisnis dengan metode ATM
terbilang jauh lebih mudah apabila dibandingkan dengan cara membuat sebuah bisnis
baru menggunakan konsep yang benar-benar original (terbaru). Namun untuk bisa
sukses membangun bisnis tersebut, dibutuhkan adanya kerja keras, kreatifitas dan
strategi bisnis yang jitu agar bisa diterima oleh para konsumen. Dalam usaha untuk
mengamati, meniru dan memodifikasi sebuah produk, biasanya proses untuk
pengamatan dan meniru sendiri akan dapat dijalankan oleh para pebisnis dengan baik,
namun pada proses modifikasi sebenarnya tidak semua pebisnis bisa berhasil dan
sukses untuk memberikan nilai tambah terhadap produk hasil modifikasinya sendiri.
Sehingga produk yang telah dihasilkan masih tidak jauh berbeda dengan produk
asalnya, dan bisa juga dipastikan bahwa produk tersebut tidak akan mampu bertahan
lama di pasaran.
Diagram Pareto adalah suatu grafik batang (nilai/jumlah asal) yang dipadukan
dengan diagram garis (jumlah kumulatif %) yang terdiri dari berbagai faktor yang
behubungan dengan suatu variabel yang disusun menurut besarnya dampak faktor tersebut.
Diagram Pareto merupakan hasil dari Prinsip Pareto yaitu suatu prinsip yang didasarkan pada
pengamatan yang dilakukan oleh Vilfredo Pareto (ada juga yang menulisnya sebagai Alfredo
pareto), seorang ekonom-sosiolog Italia, Profesor Ekonomi Politik di Lausanne, Swiss (1848-
1923). Sekitar tahun 1896, Pareto menemukan bahwa kekayaan hanya terkonsentrasi di
tangan beberapa orang saja. Ketika itu ia memperkirakan bahwa 80% dari tanah di Italia
dimiliki oleh 20% dari penduduknya atau kekayaan itu hanya dipegang oleh sebagian kecil
dari populasi.
Prinsip Pareto ini kemudian terkenal dengan prinsip 80/20: 20 % dari masalah memiliki 80
% dari dampak dan hanya 20 % dari masalah yang ada adalah penting. Selebihnya adalah
masalah yang mudah. Dan ternyata dalam organisasi manufaktur maupun jasa, masalah
unit atau jenis cacat mengikuti distribusi yang sama. Artinya dari semua masalah yang ada,
hanya sedikit yang sering terjadi sedangkan yang lainnya jarang terjadi. Bahkan kemudian
dari sudut pandang kualitas, professor J. M. Juran (Ahli Mutu) mengadopsi ide Pareto ini,
sebagai “asumsi Juran” yang diperkenalkan sebagai instrumen untuk mengklasifikasi
masalah kualitas. Seperti hanya 20% dari masalah yang diidentifikasi menyebabkan 80%
dari kerusakan/kesalahan/kecacatan. Pun demikian, bahwa sebagian besar hasil dalam
situasi apa pun ditentukan oleh sejumlah kecil penyebab. Ide yang sering diterapkan pada
data seperti angka penjualan: “80% penjualan ditentukan oleh 20 pelanggan”. Atau contoh
lainnya adalah dengan fokus pada 20% aktifitas, perusahaan akan memperoleh 80%
keuntungan.
Diagram Pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab
bertanggungjawab terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya. Kedua aksioma
tersebut menegaskan bahwa lebih mudah mengurangi bagian lajur yang terletak di bagian kiri
diagram Pareto daripada mencoba untuk menghilangkan secara sistematik lajur yang terletak
di sebelah kanan diagram. Hal ini dapat diartikan bahwa diagram Pareto dapat menghasilkan
sedikit sebab penting untuk meningkatkan mutu produk atau jasa. Keberhasilan penggunaan
diagram Pareto sangat ditentukan oleh partisipasi personel terhadap situasi yang diamati,
dampak keuangan yang terlihat pada proses perbaikan situasi dan penetapan tujuan secara
tepat. Faktor lain yang perlu dihindari adalah jangan membuat persoalan terlalu kompleks
dan juga jangan terlalu mencari penyederhanaan pemecahan.
Tahapan penggunaan dari Diagram Pareto adalah mencari fakta dari data ciri gugus
kendali mutu yang diukur, menentukan penyebab masalah dari tahapan sebelumnya dan
mengelompokkan sesuai dengan periodenya, membentuk histogram evaluasi dari kondisi
awal permasalahan yang ditemui, melakukan rencana dan pelaksanaan perbaikan dari
evaluasi awal permasalahan yang ditemui, melakukan standarisasi dari hasil perbaikan yang
telah ditetapkan dan menentukan tema selanjutnya.
Dalam konteks lainnya, gambaran prinsip 80/20 yang terdiri dari dua kelompok data terkait
(biasanya sebab dan akibat, atau input dan output) juga bisa diinterpretasikan sebagai :
• 80 % keluhan datang dari 20 % dari pelanggan
Atau sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi, pareto bisa untuk menganalisis seperti:
• 20 % dari penggunaan energi di rumah tangga akan menawarkan 80% dari potensi
penghematan energi”
Prinsip Pareto adalah model yang sangat berguna atau teori dengan aplikasi tak berbatas.
Bukan hanya dibidang man manajemen, namun juga pada pelayanan kesehatan, studi sosial
dan demografi, semua jenis analisis distribusi, ekonomi bisnis, perencanaan dan evaluasi, dan
juga untuk pekerjaan dan bidang kehidupan lainnya. Misalnya, penghematan energi rumah
tangga dapat menjadi dramatis dan mudah jika mampu mengidentifikasi 20% dari
penggunaan listrik yang memiliki potensi penghematan sebesar 80%. atau mengidentifikasi
20% yang dikeluhkan oleh pelanggan (pasien dan keluarganya kalau di rumah sakit). Atau
seperti contoh diatas, bila mampu mengidentifikasi pakaian yang sering dipergunakan, maka
diletakkan pada tempat yang lebih mudah terjangkau dalam lemari. Dan masih banyak contoh
lain yang bisa diasumsikan.
Meskipun dikenal dengan prinsip 80/20, namun Prinsip pareto tidk harus dengan
perbandingan 80:20 untuk setiap situasi. Karena Angka 80-20 belum tentu cocok untuk
setiap masalah. Misalnya, insinyur perangkat lunak menggunakan aturan 90-10 yang
menyatakan bahwa 90% dari kode komputer menyumbang 10% dari waktu pengembangan,
dan sisanya 10% menyumbang 90% dari waktu pengembangan. Apakah rasio 95/5, 90/10,
80/20 atau 75/25, pengalaman menunjukkan perbedaan-perbedaan persentase tertentu
mencirikan berbagai pengalaman, termasuk studi dari cacat manufaktur, kesenjangan
ekonomi, dan beberapa statistik sosial.
Jadi, Prinsip Pareto tidak harus diaplikasikan 80:20 sehingga menjadi pas 100%. Dua angka
perbandingan bisa lebih atau kurang dari 100. Misalnya hasil optimal sebesar 99% dari 15%
15% faktor-faktor penentu, atau di mana 75% dari hasil berasal dari 5% dari faktor. Atau
99 :22 (yang menggambarkan bahwa konsentrasi lebih besar daripada 80:20 dan karena
signifikansi pada ‘top-end’) atau 05:50 (yaitu, hanya 5% manfaat yang berasal dari 50%
input).
Penggunaan prinsip 80/20 yang telah menjadi standar dan terkenal karena : 1) 80:20 korelasi
yang pertama yang ditemukan dan dipublikasikan, 2) 80:20 tetap rasio paling mencolok dan
sering terjadi, 3) Sejak penemuannya, 80:20 merupakan rasio yang selalu digunakan sebagai
nama dan ilustrasi dasar teori Pareto.
1. Menganalisis data tentang frekuensi masalah atau penyebab dalam suatu proses,
2. Ingin fokus pada masalah/penyebab yang paling signifikan dari sekian banyak
masalah/penyebab,
3. Menganalisis faktor penyebab/masalah yang luas dengan melihat hal khusus dari
penyebab/masalah tersebut,
• Dapat memilah masalah utama/besar menjadi bagian yang lebih kecil sehingga dapat fokus
pada upaya perbaikannya
Untuk membangun sebuah Diagram Pareto, maka harus dimulai dengan kepemilikan data
yang telah dikumpulkan dan dikelompokkan. Langkah-lngkah selengkapnya sebagai berikut:
A. Pengumpulan data
1. Mengidentifikasi topik/kejadian/masalah dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
hal tersebut (kategori) yang akan diteliti (misalnya, jenis kesalahan yang ditemukan
selama persiapan operasi). Biasanya menggunakan check sheet
2. Tentukan cara pengukuran yang tepat. Pengukuran umum adalah frekuensi, kuantitas,
biaya dan waktu.
3. Tentukan berapa lama cakupan diagram pareto: Satu siklus kerja? Satu hari penuh?
Seminggu? Atau?
2. Urutkan (sort) data yang dimiliki dari yang frekuensi tertinggi hingga terendah
C. Tindak lanjut
4. Peluang usaha dimasa COVID-19 tentu saja ada, bahkan banyak muncul
peluang usaha baru yang ditimbulkan dari efek pandemi COVID-19 ini, sebagai
berikut:
COVID-19 atau virus corona sedang mewabah dan menjadi pandemi di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kondisi ini memaksa semua orang harus tetap di
rumah mengisolasi diri agar tidak terkena virus. Oleh karena itu, semua aktivitas
menjadi terhambat, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Bahkan di beberapa daerah yang termasuk kategori zona merah
sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pandemi ini menuntut semua orang untuk cepat menyesuaikan diri dengan pola kerja
baru. Beberapa contohnya yaitu para pekerja harus merubah kegiatannya
menjadi Work From Home (WFH), mahasiswa dan anak sekolah pun harus belajar
secara online. Walaupun banyak kegiatan yang tidak dapat berjalan seperti biasanya,
namun kita harus tetap optimis untuk mengambil peluang usaha. Berikut jenis-jenis
usaha yang layak menjadi peluang usaha baru pada masa pandemi COVID-19 ini:
• Bisnis Online
Sebelum virus corona menjadi pandemi, bisnis online sudah menjadi pilihan
banyak orang karena sistemnya yang sangat fleksibel: transaksi melalui m-
banking, berjualan di rumah, dan barang siap untuk kirim. Bisnis online tak hanya
dapat berjualan barang, namun kita juga bisa menawarkan jasa, misalnya
menyediakan kelas belajar online. Salah satu klien Gadjian, Kelasbos merupakan
penyedia layanan kelas belajar online yang membahas tentang bagaimana cara
membangun bisnis online.