Anda di halaman 1dari 6

Kewirausahaan

Penggunaan Desain Thinking Untuk Inovasi Produk Yang Akan Di Launching

Dosen pengampu:
Dr. Yudhi Herliansyah, MSi, Ak, CA, CPA

Disusun Oleh:

Ananda Galih Pamungkas


41522120022
T-402-2
Design Thinking adalah pendekatan atau metode kreatif untuk memecahkan masalah dan
mengembangkan solusi inovatif. Pendekatan ini berfokus pada memahami dengan mendalam
kebutuhan dan perspektif pengguna akhir. Design Thinking membawa elemen dari desain,
ilmu sosial, dan teknik manajemen untuk menciptakan solusi yang lebih baik dan inovatif.

Ada beberapa prinsip utama dari Design Thinking

Empati (Empathize)
Memahami secara mendalam pengalaman, kebutuhan, dan pandangan pengguna adalah
langkah pertama dalam proses ini. Ini dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
pengamatan langsung.

Tentukan (Define)
Mengidentifikasi dengan jelas masalah atau peluang yang ingin dipecahkan. Fokus pada
masalah atau tujuan yang spesifik dan terukur.

Ideasi (Ideate)
Mendorong penghasilan ide-ide baru dan kreatif dengan cara brainstorming bebas hambatan.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan banyak ide tanpa mempertimbangkan batasan atau
kendala pada tahap awal.

Prototip (Prototype)
Membuat representasi fisik atau visual dari solusi yang diusulkan. Ini bisa berupa model,
gambar, atau mockup yang membantu tim dan pengguna memvisualisasikan konsep.

Uji (Test)
Menguji prototipe pada pengguna akhir atau audiens target untuk mendapatkan umpan balik
langsung. Ini membantu memvalidasi ide dan memahami bagaimana pengguna benar-benar
berinteraksi dengan solusi.
Iterasi (Iterate)
Berdasarkan umpan balik dari pengujian, solusi dapat diperbaiki dan dikembangkan lebih
lanjut. Proses ini dapat berulang sejumlah kali sampai solusi dianggap memenuhi kebutuhan
dengan baik.

Design Thinking sangat digunakan di berbagai industri dan bidang, termasuk desain produk,
teknologi, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan banyak lagi. Dengan berfokus pada
pengguna akhir dan memprioritaskan inovasi, pendekatan ini memungkinkan pengembangan
solusi yang lebih relevan dan bermanfaat.
Contoh Kasus: Pengembangan Botol Air Minum yang Ramah Lingkungan

1. Empati (Empathize)
Tim melakukan wawancara dengan konsumen potensial dan melakukan penelitian pasar
untuk memahami kebutuhan dan preferensi pengguna terkait botol air minum.
Hasilnya adalah pemahaman mendalam tentang keinginan pengguna, seperti keinginan untuk
produk ramah lingkungan dan mudah dibawa.

2. Tentukan (Define)
Tim menentukan bahwa masalah utama adalah kurangnya opsi botol air minum ramah
lingkungan yang juga mudah digunakan untuk berbagai aktivitas, termasuk olahraga dan
perjalanan.

3. Ideasi (Ideate)
Tim melakukan sesi brainstorming dan menghasilkan berbagai ide, seperti botol lipat yang
dapat dilipat ke dalam ukuran kecil saat tidak digunakan, atau botol yang terbuat dari bahan
daur ulang yang tahan lama.

4. Prototip (Prototype)
Berdasarkan ide-ide, tim mengembangkan beberapa prototipe. Salah satunya adalah botol air
minum lipat yang terbuat dari bahan tahan lama dan dapat disesuaikan dengan kapasitas
berbeda.

5. Uji (Test)
Tim meminta beberapa pengguna potensial untuk mencoba prototipe. Mereka memberikan
umpan balik tentang kenyamanan penggunaan, ukuran saat dilipat, dan keamanan botol.

6. Iterasi (Iterate)
Berdasarkan umpan balik pengguna, tim melakukan perbaikan. Mereka memperkuat bagian-
bagian tertentu dan membuat perubahan kecil pada desain agar lebih mudah digunakan.
7. Implementasi (Implement)
Tim memutuskan untuk memproduksi botol air minum lipat yang telah diperbaiki dalam
jumlah kecil untuk diuji lebih lanjut dan untuk memasarkan produk.

8. Peluncuran (Launch)
Produk diluncurkan secara terbatas di toko-toko lokal dan secara daring melalui situs web
perusahaan.

9. Evaluasi (Evaluate)
Tim memantau penjualan dan mendengarkan umpan balik dari pelanggan. Mereka
menemukan bahwa banyak orang menyukai produk ini karena kemudahan penggunaan dan
aspek ramah lingkungan.

10. Iterasi Lanjutan (Continued Iteration)


Tim terus memperbaiki produk berdasarkan umpan balik dan mungkin mulai
mempertimbangkan versi produk yang lebih besar atau dengan fitur tambahan.

Dengan menggunakan pendekatan Design Thinking, tim berhasil mengembangkan dan


meluncurkan botol air minum yang memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna sambil
mempertimbangkan aspek lingkungan. Proses ini juga memungkinkan tim untuk terus
memperbaiki dan mengembangkan produk mereka seiring berjalannya waktu.
Daftar Pustaka

1. Nugroho, Y. (2017). "Design Thinking: Teknik Inovasi yang Revolusioner." Elex Media
Komputindo.

2. Panjaitan, T. M., & Ginting, R. R. (2019). "Design Thinking dalam Pembelajaran Berbasis
Proyek untuk Mengembangkan Keterampilan Inovasi Mahasiswa."Jurnal Pendidikan Vokasi,
9(2), 279-289.

3. "Penerapan Desain Thinking dalam Pembelajaran Aktif Matematika di Sekolah


Dasar."(2018). Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 21(2), 230-243.

4. Priambodo, K. (2017). "Design Thinking Sebagai Upaya Mewujudkan Inovasi Produk


Olahan Limbah Plastik."Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 27(1), 59-68.

5. Putra, M. A. (2016). "Penerapan Metode Desain Thinking pada Pendidikan Teknik Elektro
di Perguruan Tinggi." Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 432-
439.

Anda mungkin juga menyukai