Anda di halaman 1dari 16

UTS-MK STRAHAN 120220102010-M.

Hamdi Karim

1. Jelaskan:
a. Pertahanan negara (Hanneg) sebagai salah satu fungsi pemerintah negara
yang merupakan usaha untuk mewujudkan satu kesatuan Hanneg guna
mencapai tujuan nasional. saudara jelaskan mengapa setiap warga negara
Indonesia berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan negara ?
b. Dinamika perkembangan ilmu pengetahan terus meningkat termasuk
pengertian strategi, semula untuk kepentingan militer dan sekarang dapat
dikembangkan untuk non militer. Saudara jelaskan bagaimana rumusan
strategi menurut Maxwel D.Taylor dan berikan contohnya ?
c. Strategi pertahanan besar terdiri dari tiga komponen elemen utama yaitu
Militer,Politik dan Ekonomi yang seolah-olah strategi tersebut adalah tripoid
yang kakinya dapat bervariasi panjang pendeknya menyesuaikan dengan
situasi yang dihadapi negara saat itu. Saudara jelaskan maksud pernyataan
tersebut dan berikan contohnya ?

JAWABAN :

a. Pertahanan Negara merupakan cara untuk menjaga, melindungi, dan


mempertahankan keutuhan, persatuan, dan kedaulatan bangsa terhadap
segala bentuk ancaman. Indonesia memiliki cara tersendiri untuk membangun
sistem Pertahanan Negara, yaitu dengan sistem yang bersifat semesta dan
melibatkan seluruh Warga Negara, wilayah, dan Sumber Daya Nasional
lainnya. Sistem ini dipersiapkan secara dini oleh Pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berkelanjutan guna
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala ancaman. Bahwa pertahanan negara sebagai salah satu
fungsi pemerintahan negara yang merupakan usaha untuk mewujudkan satu
kesatuan pertahanan negara guna mencapai tujuan nasional, yaitu untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial. Oleh karena itu, usaha hanneg harus dilakukan
dengan memperhatikan tujuan nasional tersebut, sehingga tercipta suatu
kesatuan dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 1


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

(NKRI). Kemudian, menurut Buku Putih Pertahanan Indonesia (2015, p. 52) hak
dan kewajiban ikut serta dalam pembelaan negara ditujukan kepada seluruh
“warga negara”, sesuai amanat Undang-Undang. Pertahanan yang bersifat
semesta dilaksanakan melalui pertahanan militer dan nirmiliter secara sinergi,
terintegrasi dan terkoordinasi untuk menghadapi ancaman militer, ancaman
nonmiliter dan ancaman hibrida.
Penjelasan sebagaimana dimaksud Buku Putih Pertahanan Indonesia
(Kemenhan RI, 2015) menyatakan hak dan kewajiban ikut serta oleh “warga
negara” dilakukan sesuai amanat undang-undang. Menurut Undang-Undang
No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (UU Pertahanan), pertahanan
negara atau hanneg merujuk pada segala upaya untuk mempertahankan
kedaulatan negara, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
keselamatan bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan negara.
Pelaksanaan hanneg meliputi semua kegiatan yang diperlukan untuk
menjalankan kebijakan pertahanan negara (Pasal 1 ayat 3 UU Pertahanan
Negara). Fungsi pemerintah negara dalam pengelolaan sistem pertahanan
bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional dan mendukung kebijakan
nasional dalam bidang pertahanan (Pasal 12 UU Pertahanan Negara). Bahwa
dalam bagian penjelasan Pasal 12 UU Pertahanan Negara menjelaskan bahwa
salah satu sarana yang digunakan dalam mewujudkan kepentingan nasional
guna mewujudkan tujuan pembangunan dan tujuan nasional adalah dengan
memperhatikan “seluruh potensi dan kekuatan nasional yang didayagunakan
secara menyeluruh dan terpadu”. Hal ini selaras dengan Pasal 33 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI
Tahun 1945) yang menyatakan “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”. Dalam Pasal 30 ayat
(2) UUD 1945 juga menyebutkan manusia (Warga Negara) sebagai kekuatan
utama maupun sebagai kekuatan pendukung dalam pertahanan negara.
Dapat disimpulkan bahwa usaha pembelaan dan pertahanan negara
merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia. Hal ini
menimbulkan konsekuensi bahwa setiap warga negara berhak dan wajib untuk
turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan dan pertahanan
negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Selain itu, setiap warga negara harus turut serta dalam

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 2


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

setiap usaha pembelaan dan pertahanan negara sesuai dengan kemampuan


dan profesinya masing-masing (Winarno, 2017, p. 228).
Bentuk implementasi dari Pasal 30 ayat (2) dan 33 ayat (1) UUD NRI Tahun
1945 diwujudkan dalam Komponen Utama, Komponan Cadangan, dan
Komponen Pendukung. Negara mengatur dengan jelas dalam Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, bahwa komponen
pertahanan negara terdiri dari:
a. Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama yang telah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia (UU TNI).
b. Komponen Cadangan.
c. Komponen Pendukung.
Hal mana dalam Pasal 17 ayat (1) UU PSDN menyatakan komponen
pendukung terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan,
dan sarana dan prasarana nasional. Lebih lanjut, dalam Pasal 17 ayat (2) UU
PSDN menyatakan bahwa komponen pendukung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan salah satu wadah keikutsertaan Warga Negara secara
sukarela dan pemanfaatan Sumber Daya Alam, Sumber Daya Buatan, serta
Sarana dan Prasarana Nasional dalam usaha penyelenggaraan Pertahanan
Negara. Pasal 28 (1) UU PSDN menyatakan Komponen Cadangan terdiri atas:
a. Warga Negara;
b. Sumber Daya Alam;
c. Sumber Daya Buatan; dan
d. Sarana dan Prasarana Nasional.
Komponen Cadangan merupakan pengabdian dalam usaha pertahanan negara
yang bersifat sukarela. Komponen Cadangan pemanfaatan dalam usaha
Pertahanan Negara. Selain itu, secara khusus fakta historis menunjukkan bahwa
komponen cadangan terbentuk secara spontan dan didasarkan pada
kesukarelaan warga sipil dalam membela negaranya saat situasi darurat terjadi.
Spontanitas tersebut mencerminkan rasa memiliki yang dalam terhadap negara,
serta keinginan kuat untuk menentukan masa depan mereka sendiri di masa
yang akan datang. Komponen cadangan adalah latihan dasar kemiliteran yang
diberikan kepada warga negara yang mendaftar dan memenuhi syarat.
Komponen cadangan tetap memiliki status sebagai warga sipil, dan diorganisir

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 3


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

untuk menjaga kesiapsiagaan dalam situasi darurat untuk kepentingan


pertahanan negara Indonesia.
Secara jelas landasan yuridis mengatur tentang keikutsertaan warga negara
yang berhak dan wajib dalam pertahanan negara melalui komponen utama,
komponen cadangan, dan komponen pendukung. Selanjutnya dalam Buku
Doktrin Pertahanan Negara (2014, pp. 6-7) menjelaskan definisi komponen-
komponen tersebut, yaitu:
a. Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap digunakan
untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan.
b. Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan
untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat
kekuatan dan kemampuan komponen utama.
c. Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan
komponen cadangan.

Gambar 1: Skema Pengintegrasi Komponen Pertahanan Militer dan Pertahanan Nirmiliter. Sumber:
(Kemenhan RI, 2014, p. 71)

Bahwa pengaturan dalam UU Pertahanan Negara dan UU PSDN pada


prinsipnya telah sesuai dengan prinsip conscientious objection, karena tidak
mewajibkan bagi setiap warga negara untuk ikut menjadi komponen cadangan

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 4


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

dan atau sebagai komponen pendukung secara wajib, melainkan dengan cara
sukarela. Menurut Pasal 28 ayat (2) UU PSDN, pengabdian warga negara dalam
Komponen Cadangan merupakan pengabdian dalam usaha pertahanan negara
yang bersifat sukarela. Adapun menurut Pasal 17 ayat (2), pengabdian warga
negara dalam Komponen Pendukung merupakan salah satu wadah
keikutsertaan Warga Negara secara sukarela dan pemanfaatan Sumber Daya
Alam, Sumber Daya Buatan, serta Sarana dan Prasarana Nasional dalam usaha
penyelenggaraan Pertahanan Negara.
Kaitannya komponen cadangan, dan komponen pendukung dengan prinsip
conscientious objection mengacu pada Pasal 1 dari Resolusi Komisi HAM PBB
No. 77/1998 pada hak setiap individu untuk menolak ikut dalam dinas militer
karena keyakinan hati nurani. Hak ini adalah bagian yang sah dari kebebasan
berpikir, beragama, dan berhati nurani yang dijelaskan dalam Pasal 18 Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia serta Pasal 18 Kovenan Internasional tentang Hak-
hak Sipil dan Politik. Conscientious objection atau keberatan hati nurani terhadap
dinas militer berasal dari prinsip-prinsip hati nurani seperti moral, etika,
kemanusiaan, dan motif agama. Hak keberatan hati nurani juga berlaku bagi
individu yang sedang menjalankan dinas militer (Simamora, 2014, p. 134).
Fungsi Komponen Cadangan dalam Mobilisasi
Bahwa ketentuan Pasal 66 ayat (1) UU PSDN tidak mengatur penggunaan
warga negara sebagai komponen cadangan secara langsung, melainkan
adanya kewajiban warga negara yang telah menjadi komponen cadangan
berdasarkan UU untuk memenuhi panggilan mobilisasi. Terkait dengan
ketentuan Pasal 18 UU PSDN, Mobilisasi tersebut dilakukan guna
memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama
dalam menghadapi ancaman militer dan ancaman hibrida (Pasal 29 UU PSDN).
Penggunaan komponen pendukung yang merupakan warga negara secara
langsung maupun tidak langsung untuk menghadapi ancaman non militer atau
ancaman hibrida dijelaskan dalam penjelasan Pasal 18 UU PSDN sebagai
berikut:
“Yang dimaksud dengan penggunaan "secara langsung" adalah
penggunaan Sumber Daya Nasional yang karena keberadaan dan
fungsinya dapat langsung digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan
kemampuan Komponen Utama. Yang dimaksud dengan penggunaan

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 5


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

"secara tidak langsung" adalah penggunaan Sumber Daya Nasional yang


karena keberadaan dan fungsinya dapat digunakan untuk meningkatkan
kekuatan dan kemampuan Komponen Utama melalui proses menjadi
Komponen Cadangan.”
Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut, keberadaan dan penggunaan
komponen cadangan adalah untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan
komponen utama, sehingga penggunaan komponen cadangan tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Pengaturan tersebut memberikan
kejelasan dan kepastian hukum terhadap peran, serta hak dan kewajiban warga
negara yang telah terdaftar sebagai komponen cadangan dalam perannya
sebagai pembela negara ketika terjadi perang.
Oleh karena itu, mobilisasi komponen pendukung maupun komponen
cadangan tidak diarahkan untuk menggantikan komponen utama pertahanan
nasional yakni TNI, sehingga adanya ketentuan tersebut sesuai dengan Pasal
30 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 yang menempatkan rakyat sebagai kekuatan
pendukung dalam sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Fungsi
Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama pertahanan negara
didukung oleh komponen cadangan dan pendukung, pada dasarnya adalah
dalam rangka menciptakan dan mewujudkan rasa aman dan damai dari bangsa
Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk
memenuhi hak rasa aman dari ancaman tersebut diperlukan sistem pertahanan
yang memanfaatkan seluruh potensi Sumber Daya Nasional serta Sarana dan
Prasarana Nasional sebagai bagian penting dari komponen Pertahanan
Negara.
Consciensious objection adalah hak seseorang untuk menolak berpartisipasi
dalam peperangan atau bergabung dalam pasukan militer karena alasan moral
atau agama. Dalam pembentukan komponen cadangan menganut prinsip
kesukarelaan yang diatur dalam Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang No. 23
Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan
Negara yang menentukan bahwa komponen cadangan merupakan pengabdian
dalam usaha pertahanan negara yang bersifat sukarela. Dengan demikian tidak
ada kewajiban bagi seluruh warga negara untuk mendaftarkan dirinya menjadi
komponen cadangan.
Pembentukan komponen cadangan melalui tahapan pendaftaran, seleksi,

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 6


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

pelatihan dasar kemiliteran dan penetapan. Tidak ada sanksi apapun bagi
warga negara yang tidak mendaftar menjadi komponen cadangan. Calon
anggota komponen cadangan yang telah lulus seleksi melaksanakan Latihan
dasar kemiliteran dan apabila telah selesai akan diangkat dan ditetapkan
sebagai anggota komponen cadangan. Komponen cadangan bukanlah wajib
militer karena proses pembentukan komponen cadangan diawali dengan
proses pendaftaran yang bersifat sukarela dan memenuhi kriteria dalam
seleksi. Komponen cadangan hanya sebatas pelatihan dasar kemiliteran
kepada warga negara yang telah lulus seleksi untuk selanjutnya diorganisir
dalam rangka menjaga kesiapsiagaan bila sewaktu-waktu dibutuhkan bagi
kepentingan pertahanan negara.
Tentang prinsip Conscientious objection (hak menolak warga atas dasar
keyakinannya), dalam konteks pada Pasal 18, Pasal 66, Pasal 77, Pasal 78,
dan Pasal 79 diterapkan pada mereka yang telah secara sukarela mendaftar
sebagai Komponen Cadangan. Sifat sukarela tanpa ada paksaan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 28 ayat (2) Komponen Cadangan merupakan
pengabdian dalam usaha pertahanan negara yang bersifat sukarela. Artinya
warga negara yang mendaftar sebagai komponen cadangan secara sukarela
dan memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan memahami konsekuensi hukum sebagai komponen cadangan. Hal
ini berbeda dengan wajib militer yang tidak secara sukarela menjadi prajurit
Angkatan bersenjata sehingga perlu menggunakan prinsip conscientious
objection dalam menjalankan tugasnya agar tidak bertentangan dengan
kebebasan berpikir, keyakinan dan beragama.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap warga negara Indonesia
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan negara sebagai salah satu
fungsi pemerintah negara yang merupakan usaha untuk mewujudkan satu
kesatuan Hanneg guna mencapai tujuan nasional berkaitan erat dengan tujuan
nasional, kepentingan nasional, hakikat pertahanan negara, sistem pertahanan
negara, fungsi pertahanan negara, dan prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan
pertahanan negara. Kemudian secara yuridis (hukum) keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara diatur lebih lanjut
dengan undang-undang berdasarkan amanat Pasal 30 ayat (5) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Amanat dari Pasal 30

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 7


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
dilaksanakan oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara.

b. Dinamika perkembangan ilmu pengetahan terus meningkat termasuk


pengertian strategi, semula untuk kepentingan militer dan sekarang dapat
dikembangkan untuk non militer. Bahwa interpretasi modern mengenai strategi
adalah konsep tersebut melibatkan unsur-unsur kekuatan militer dan nonmiliter,
dan memiliki penerapan yang sama baik untuk perdamaian maupun perang.
Hal ini menunjukkan bahwa strategi tidak hanya berfokus pada aspek militer
semata, tetapi juga melibatkan unsur-unsur nonmiliter seperti diplomasi,
ekonomi, budaya, teknologi, dan lain-lain. Dalam pengertian ini, strategi tidak
hanya digunakan untuk tujuan perang, tetapi juga untuk mencapai tujuan-tujuan
perdamaian seperti pembangunan ekonomi, keamanan nasional, dan stabilitas
politik. Dalam hal ini, strategi dapat digunakan untuk mencapai kepentingan
nasional, mengelola konflik, atau memperkuat hubungan dengan negara lain,
dan strategi dapat diterapkan di berbagai bidang kehidupan, termasuk politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan militer.
Konsep tersebut berkaitan dengan rumusan menurut General Maxwell D.
Taylor tentang strategi yang merupakan S(trategi) = E + W + M, yang terdiri dari
• Ends (tujuan yang ingin dicapai),
• Ways (cara untuk mencapai tujuan), dan
• Means (alat atau sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan).
Pada dasarnya, konsep yang diajukan oleh Taylor tersebut dapat digunakan
dalam beberapa bidang strategis seperti militer, politik, ekonomi, dan
manajemen. Lykke kemudian menjabarkan bahwa dalam bidang militer, ends
dapat diartikan sebagai tujuan atau sasaran militer strategis yang ingin dicapai
dan ways berkaitan metode atau cara dalam mengaplikasikan kekuatan militer.
Hal tersebut didukung oleh means yang merupakan sumber daya militer yang
dimiliki berupa prajurit, senjata, uang, logistik, sumber daya lain yang ada (Anisa
Nurur Rachmatika, 2022, p. 91).

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 8


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

Bila diterapkan pada strategi militer, Ends dapat dinyatakan sebagai "military
objectives", Ways berkaitan dengan metode atau rencana tindakan yang
digunakan untuk mencapai tujuan militer, dan Means merujuk pada sumber daya
militer seperti tenaga manusia, material, uang, kekuatan pasukan, dan logistik
yang diperlukan untuk mencapai tujuan pokok. Konsep ini dapat digunakan
sebagai dasar untuk formulasi setiap tipe strategi, baik militer, politik, ekonomi,
dan sebagainya, tergantung pada unsur kekuatan nasional yang digunakan.
Konsep umum yang disampaikan oleh General Maxwell D. Taylor tersebut dapat
digunakan sebagai dasar untuk formulasi berbagai jenis strategi, termasuk
strategi militer, politik, ekonomi, dan lain-lain. Konsep tersebut mengandung tiga
unsur penting, yaitu tujuan (objectives), cara (ways), dan sarana (means). Dalam
pengembangan strategi, tujuan harus jelas dan spesifik, sementara cara dan
sarana yang dipilih harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya,
dalam strategi militer, tujuan mungkin adalah untuk mengalahkan musuh atau
mempertahankan suatu wilayah, sementara cara dan sarana yang digunakan
bisa berupa operasi militer, teknologi perang, intelijen, dan dukungan dari unsur
non-militer seperti diplomasi dan propaganda. Di sisi lain, dalam strategi
ekonomi, tujuan mungkin adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
atau memperbaiki kondisi sosial-ekonomi masyarakat, dan cara dan sarana
yang digunakan bisa berupa kebijakan fiskal, kebijakan moneter, investasi, dan
pembangunan infrastruktur.

Contoh pengembangan strategi untuk non-militer berdasarkan rumusan


strategi Maxwel D.Taylor
Penerapan konsep umum strategi menurut Maxwell D. Taylor, untuk strategi
ekonomi dapat dirumuskan sebagai:
• E(nds): Mencapai tujuan-tujuan ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi,
stabilitas harga, penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan
peningkatan kesejahteraan rakyat.
• W(ays): Berkaitan dengan aneka metode untuk mencapai tujuan-tujuan
ekonomi tersebut, seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter, kebijakan
perdagangan, kebijakan investasi, dan kebijakan pengembangan sumber
daya manusia. Rencana-rencana tindakan ini dinamakan "konsep-konsep
strategi ekonomi (economic strategic concepts)".

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 9


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

• M(eans): Menunjuk pada sumber daya ekonomi yang diperlukan untuk


mencapai tujuan-tujuan tersebut, seperti modal, tenaga kerja, teknologi,
sumber daya alam, dan infrastruktur.

Gambar 2: Strategi Pengembangan Ekonomi Dengan Rumusan Strategi Maxwell D. Taylor. (Sumber:
Olahan Pribadi (Hamdi))

Contoh penerapan konsep strategi ekonomi ini adalah strategi pembangunan


ekonomi yang diterapkan oleh suatu negara untuk mencapai tujuan-tujuan
ekonomi tertentu. Contohnya adalah strategi pembangunan ekonomi Indonesia
yang mengusung program-program seperti pembangunan infrastruktur,

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 10


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

reformasi struktural, dan pembangunan sumber daya manusia untuk mencapai


pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, mengurangi kemiskinan,
meningkatkan kesejahteraan rakyat, serta meningkatkan daya saing ekonomi
nasional. Dalam penerapan strategi ini, digunakan berbagai kebijakan ekonomi
seperti kebijakan fiskal, moneter, perdagangan, investasi, dan pengembangan
sumber daya manusia. Sumber daya ekonomi seperti modal, tenaga kerja,
teknologi, sumber daya alam, dan infrastruktur juga sangat diperlukan untuk
mencapai tujuan-tujuan strategi pembangunan ekonomi tersebut.

c. Bahwa strategi pertahanan besar sebuah negara terdiri dari tiga komponen
elemen utama yang saling terkait, yaitu militer, politik, dan ekonomi. Ketiga
elemen tersebut dapat diibaratkan sebagai tiga kaki tripoid yang seimbang, dan
panjang pendeknya dapat disesuaikan dengan situasi yang dihadapi negara
saat itu. Artinya, ketiga elemen tersebut harus selalu ada dan seimbang dalam
menghadapi situasi apapun, tetapi sekaligus harus bersifat fleksibel dan dapat
disesuaikan dengan situasi yang sedang dihadapi. Ketidakseimbangan dalam
salah satu elemen dapat berdampak pada kelemahan strategi pertahanan
secara keseluruhan. Dalam merencanakan strategi pertahanan negara, aspek
ekonomi, politik, dan militer menjadi faktor kunci yang harus dipertimbangkan.
Strategi ini harus disusun dengan memperhatikan tujuan dan kepentingan
nasional, serta diimplementasikan secara seimbang dan terkoordinasi sesuai
dengan visi dan misi pemerintah. Tujuan, sasaran strategis, cara mencapai
sasaran, dan sumber daya pertahanan adalah beberapa elemen penting dalam
strategi pertahanan negara untuk membangun pertahanan yang efektif dan
efisien.
Latar belakang mengapa elemen-elemen tersebut sangat penting dalam
strategi adalah berkaitan dengan esensinya yang merupakan cara mencapai
tujuan yang ditentukan oleh “politik” dengan menggunakan kekuatan yang
tersedia dalam lingkup tertentu. Penggunaan kekuatan “militer” untuk tujuan
perang (strategi murni) dan kekuatan nonmiliter (Lemhanas RI, 2022, p. 5) yaitu
“ekonomi” untuk usaha perang atau penggunaan kekuatan militer dan
nonmiliter (kekuatan nasional) untuk usaha perang (strategi besar). Tujuan
strategi besar adalah menang perang dan juga dalam arti “damai yang lebih
baik” melalui suatu rencana yang cermat dari berbagai kegiatan untuk

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 11


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

mencapai sasaran khusus (menang pertempuran). Hal ini dilakukan untuk


mencapai kekuatan dan kemampuan pertahanan negara yang tangguh, efektif,
dan mampu menangkal ancaman. Pembangunan kekuatan pertahanan negara
tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam pembangunan nasional, maka
elemen-elemen yang paling penting dalam strategi pertahanan negara adalah
ekonomi, politik, dan militer yang perlu dirumuskan melalui kebijakan oleh
Pemerintah.
Contoh sederhana hubungan ketiga elemen tersebut dalam situasi perang,
elemen militer menjadi sangat penting dalam menghadapi ancaman yang
datang. Negara yang memiliki kekuatan militer yang kuat dan terlatih dengan
baik akan lebih mampu menghadapi situasi perang dengan efektif. Namun, di
sisi lain, aspek politik dan ekonomi juga sangat penting dalam mempertahankan
stabilitas dan pertahanan negara di masa perang. Misalnya, jika suatu negara
mengalami krisis ekonomi atau politik yang parah, maka hal tersebut dapat
mengganggu ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan untuk perang, seperti
perlengkapan militer dan bahan bakar. Sehingga, walaupun kekuatan militer
negara tersebut kuat, tetapi ketahanan dalam aspek politik dan ekonomi juga
menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan strategi pertahanan
negara.
Penjabaran Komponen Elemen Utama:
a. Militer: Elemen militer melibatkan kebijakan dan strategi pertahanan militer
yang berfungsi untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayah negara,
serta melindungi kepentingan nasional dari ancaman dan serangan musuh.
Elemen militer antara lain adalah tentara yang cukup besar dan solid, serta
memiliki tradisi kerjasama dengan negara-negara tetangga dalam bidang
pertahanan. Pembangunan pertahanan negara dilakukan untuk mencapai
kekuatan militer dan pertahanan non-militer yang Tangguh. Hal ini dilakukan
dengan prinsip untuk melindungi kepentingan nasional. Pembangunan
postur pertahanan negara dilakukan secara berkesinambungan untuk
mencapai kekuatan, kemampuan, dan gelar pertahanan yang diinginkan.
Pembangunan postur pertahanan militer diarahkan pada pemenuhan
kekuatan pokok minimum atau Minimun Essential Force (MEF). Elemen
militer dalam grand strategy Indonesia menempatkan kedudukan militer
dalam menghadapi ancaman militer menempatkan Tentara Nasional

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 12


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

Indonesia (TNI) sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen


cadangan dan komponen pendukung (Kemenhan RI, 2019, p. 12).
Contoh strategi pertahanan militer meliputi pengembangan dan modernisasi
alat dan perlengkapan militer, peningkatan kapabilitas dan keterampilan
personel militer, serta perumusan rencana taktis dan operasional dalam
menghadapi situasi konflik.
b. Politik: Elemen politik melibatkan kebijakan dan strategi dalam menjaga
stabilitas politik dan sosial di dalam negeri, serta memperkuat hubungan
dengan negara lain melalui diplomasi dan kerja sama internasional. Selain
itu, elemen politik antara lain adalah sistem demokrasi yang stabil dan
partisipasi aktif masyarakat dalam kehidupan politik. Politik adalah satu
aspek kehidupan nasional yang di satu sisi berkaitan dengan kekuasaan
atau kekuatan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan di sisi lain
berkaitan dengan penyaluran aspirasi rakyat sebagai wujud dari kedaulatan
di tangan rakyat. Elemen politik diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan
politik bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi TAHG (Tantangan, Ancaman, Hambatan, dan Gangguan) yang
datang dari luar dan dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung untuk
menjamin kelangsungan kehidupan politik bangsa dan negara berdasarkan
peraturan dan ideologi negara (Lemhanas RI, 2022, p. 68). Salah satu
perwujudan dari sistem demokrasi “kedaulatan berada di tangan rakyat” yaitu
bahwa rakyat memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk
secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan
guna mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat. Perwujudan
kedaulatan rakyat adalah salah satu elemen “politik” dari grand strategy
dalam rangka memilih pemimpin yang akan merumuskan arah kebijakan
nasional salah satunya adalah pertahanan negara.
Contoh strategi politik meliputi pengembangan kebijakan luar negeri yang
berorientasi pada kepentingan nasional, penguatan institusi negara, dan
pembangunan hubungan yang harmonis dengan negara lain melalui kerja
sama bilateral dan multilateral.
c. Ekonomi: Elemen ekonomi melibatkan kebijakan dan strategi dalam
memperkuat perekonomian nasional, meningkatkan kesejahteraan rakyat,

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 13


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

serta meningkatkan daya saing negara di tingkat internasional. Ekonomi


merupakan segi dari kehidupan nasional yang berkaitan dengan penyediaan
barang dan jasa untuk kebutuhan masyarakat, termasuk produksi, distribusi,
dan konsumsi. Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup individu dan
kelompok serta cara-cara yang digunakan dalam masyarakat dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan (Lemhanas RI, 2022, p. 78). Maka kekuatan
ekonomi dalam elemen strategi pertahanan antara lain adalah sumber daya
alam yang melimpah, potensi pasar yang besar, dan diversifikasi sektor
industri. Contoh strategi ekonomi meliputi pengembangan infrastruktur dan
industri strategis, penguatan sektor ekonomi yang berpotensi, serta
pemberdayaan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan.
Contoh Kasus Kombinasi Ketiga Elemen Strategi:
Negara menghadapi tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan dengan
menggunakan kombinasi elemen militer, politik, dan ekonomi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Salah satu contoh kasus adalah konflik
di Suriah.
➢ Dalam konflik Suriah, militer memiliki peran utama dalam memerangi
kelompok militan yang ingin mengambil alih kekuasaan di negara tersebut.
Namun, elemen politik dan ekonomi juga memainkan peran penting dalam
menyelesaikan konflik ini.
➢ Elemen politik terlibat dalam negosiasi diplomatik dengan negara-negara lain
untuk memperoleh dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan konflik.
Misalnya, negara-negara yang tergabung dalam PBB melakukan berbagai
upaya diplomatik untuk menghentikan konflik dan membantu mengirimkan
bantuan kemanusiaan bagi korban konflik.
➢ Elemen ekonomi juga memainkan peran penting dalam menyelesaikan
konflik di Suriah. Sanksi ekonomi dapat digunakan sebagai tekanan pada
pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, serta membantu menghentikan arus
keuangan untuk kelompok militan.
Kesimpulan jawaban: Dalam perumusan strategi pertahanan negara, ketiga
elemen ini harus diintegrasikan dengan baik agar dapat mencapai tujuan dan
sasaran yang diinginkan dengan proporsional, seimbang, dan terkoordinasi. Hal
ini dapat dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak terkait, seperti lembaga
pemerintah, dunia usaha, akademisi, serta masyarakat sipil. negara-negara

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 14


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

yang ingin menyelesaikan konflik harus bekerja sama dan memanfaatkan


kombinasi elemen militer, politik, dan ekonomi. Hal ini akan memperkuat upaya
untuk mengatasi tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang dihadapi.

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 15


UTS-MK STRAHAN 120220102010-M. Hamdi Karim

REFERENSI

Anisa Nurur Rachmatika, E. B. (2022). Pertempuran Normandia dan Refleksinya


Terhadap Kekuatan Militer Indonesia dalam Menghadapi Pertempuran
Konvensional. Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Historia Vol 5, No 1
(2022). DOI: https://doi.org/10.17509/historia.v5i1.38271.

Kemenhan RI. (2014). Doktrin Pertahanan Negara. Jakarta: Kementerian Pertahanan


Republik Indonesia.

Kemenhan RI. (2015). Buku Putih Pertahanan Indonesia. Jakarta: Kementerian


Pertahanan Republik Indonesia.

Lemhanas RI. (2022). Bidang Studi Ketahanan Nasional. Jakarta: Lembaga


Ketahanan Nasional Republik Indonesia.

Simamora, R. (2014). Hak Menolak Wajib Militer: Catatan atas RUU Komponen
Cadangan Pertahanan Negara. Jurnal Konstitusi, Volume 11, Nomor 1,
Maret 2014. DOI: https://doi.org/10.31078/jk1117.

Winarno. (2017). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Perundang-Undangan

• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


• Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
• Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional Untuk Pertahanan Negara
• Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
• Resolusi Komisi HAM PBB Nomor 77 Tahun 1998

Prodi PA – Universitas Pertahanan RI | 16

Anda mungkin juga menyukai