Hamdi Karim
1. Jelaskan:
a. Pertahanan negara (Hanneg) sebagai salah satu fungsi pemerintah negara
yang merupakan usaha untuk mewujudkan satu kesatuan Hanneg guna
mencapai tujuan nasional. saudara jelaskan mengapa setiap warga negara
Indonesia berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan negara ?
b. Dinamika perkembangan ilmu pengetahan terus meningkat termasuk
pengertian strategi, semula untuk kepentingan militer dan sekarang dapat
dikembangkan untuk non militer. Saudara jelaskan bagaimana rumusan
strategi menurut Maxwel D.Taylor dan berikan contohnya ?
c. Strategi pertahanan besar terdiri dari tiga komponen elemen utama yaitu
Militer,Politik dan Ekonomi yang seolah-olah strategi tersebut adalah tripoid
yang kakinya dapat bervariasi panjang pendeknya menyesuaikan dengan
situasi yang dihadapi negara saat itu. Saudara jelaskan maksud pernyataan
tersebut dan berikan contohnya ?
JAWABAN :
(NKRI). Kemudian, menurut Buku Putih Pertahanan Indonesia (2015, p. 52) hak
dan kewajiban ikut serta dalam pembelaan negara ditujukan kepada seluruh
“warga negara”, sesuai amanat Undang-Undang. Pertahanan yang bersifat
semesta dilaksanakan melalui pertahanan militer dan nirmiliter secara sinergi,
terintegrasi dan terkoordinasi untuk menghadapi ancaman militer, ancaman
nonmiliter dan ancaman hibrida.
Penjelasan sebagaimana dimaksud Buku Putih Pertahanan Indonesia
(Kemenhan RI, 2015) menyatakan hak dan kewajiban ikut serta oleh “warga
negara” dilakukan sesuai amanat undang-undang. Menurut Undang-Undang
No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (UU Pertahanan), pertahanan
negara atau hanneg merujuk pada segala upaya untuk mempertahankan
kedaulatan negara, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
keselamatan bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan negara.
Pelaksanaan hanneg meliputi semua kegiatan yang diperlukan untuk
menjalankan kebijakan pertahanan negara (Pasal 1 ayat 3 UU Pertahanan
Negara). Fungsi pemerintah negara dalam pengelolaan sistem pertahanan
bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional dan mendukung kebijakan
nasional dalam bidang pertahanan (Pasal 12 UU Pertahanan Negara). Bahwa
dalam bagian penjelasan Pasal 12 UU Pertahanan Negara menjelaskan bahwa
salah satu sarana yang digunakan dalam mewujudkan kepentingan nasional
guna mewujudkan tujuan pembangunan dan tujuan nasional adalah dengan
memperhatikan “seluruh potensi dan kekuatan nasional yang didayagunakan
secara menyeluruh dan terpadu”. Hal ini selaras dengan Pasal 33 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI
Tahun 1945) yang menyatakan “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”. Dalam Pasal 30 ayat
(2) UUD 1945 juga menyebutkan manusia (Warga Negara) sebagai kekuatan
utama maupun sebagai kekuatan pendukung dalam pertahanan negara.
Dapat disimpulkan bahwa usaha pembelaan dan pertahanan negara
merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia. Hal ini
menimbulkan konsekuensi bahwa setiap warga negara berhak dan wajib untuk
turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan dan pertahanan
negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Selain itu, setiap warga negara harus turut serta dalam
Gambar 1: Skema Pengintegrasi Komponen Pertahanan Militer dan Pertahanan Nirmiliter. Sumber:
(Kemenhan RI, 2014, p. 71)
dan atau sebagai komponen pendukung secara wajib, melainkan dengan cara
sukarela. Menurut Pasal 28 ayat (2) UU PSDN, pengabdian warga negara dalam
Komponen Cadangan merupakan pengabdian dalam usaha pertahanan negara
yang bersifat sukarela. Adapun menurut Pasal 17 ayat (2), pengabdian warga
negara dalam Komponen Pendukung merupakan salah satu wadah
keikutsertaan Warga Negara secara sukarela dan pemanfaatan Sumber Daya
Alam, Sumber Daya Buatan, serta Sarana dan Prasarana Nasional dalam usaha
penyelenggaraan Pertahanan Negara.
Kaitannya komponen cadangan, dan komponen pendukung dengan prinsip
conscientious objection mengacu pada Pasal 1 dari Resolusi Komisi HAM PBB
No. 77/1998 pada hak setiap individu untuk menolak ikut dalam dinas militer
karena keyakinan hati nurani. Hak ini adalah bagian yang sah dari kebebasan
berpikir, beragama, dan berhati nurani yang dijelaskan dalam Pasal 18 Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia serta Pasal 18 Kovenan Internasional tentang Hak-
hak Sipil dan Politik. Conscientious objection atau keberatan hati nurani terhadap
dinas militer berasal dari prinsip-prinsip hati nurani seperti moral, etika,
kemanusiaan, dan motif agama. Hak keberatan hati nurani juga berlaku bagi
individu yang sedang menjalankan dinas militer (Simamora, 2014, p. 134).
Fungsi Komponen Cadangan dalam Mobilisasi
Bahwa ketentuan Pasal 66 ayat (1) UU PSDN tidak mengatur penggunaan
warga negara sebagai komponen cadangan secara langsung, melainkan
adanya kewajiban warga negara yang telah menjadi komponen cadangan
berdasarkan UU untuk memenuhi panggilan mobilisasi. Terkait dengan
ketentuan Pasal 18 UU PSDN, Mobilisasi tersebut dilakukan guna
memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama
dalam menghadapi ancaman militer dan ancaman hibrida (Pasal 29 UU PSDN).
Penggunaan komponen pendukung yang merupakan warga negara secara
langsung maupun tidak langsung untuk menghadapi ancaman non militer atau
ancaman hibrida dijelaskan dalam penjelasan Pasal 18 UU PSDN sebagai
berikut:
“Yang dimaksud dengan penggunaan "secara langsung" adalah
penggunaan Sumber Daya Nasional yang karena keberadaan dan
fungsinya dapat langsung digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan
kemampuan Komponen Utama. Yang dimaksud dengan penggunaan
pelatihan dasar kemiliteran dan penetapan. Tidak ada sanksi apapun bagi
warga negara yang tidak mendaftar menjadi komponen cadangan. Calon
anggota komponen cadangan yang telah lulus seleksi melaksanakan Latihan
dasar kemiliteran dan apabila telah selesai akan diangkat dan ditetapkan
sebagai anggota komponen cadangan. Komponen cadangan bukanlah wajib
militer karena proses pembentukan komponen cadangan diawali dengan
proses pendaftaran yang bersifat sukarela dan memenuhi kriteria dalam
seleksi. Komponen cadangan hanya sebatas pelatihan dasar kemiliteran
kepada warga negara yang telah lulus seleksi untuk selanjutnya diorganisir
dalam rangka menjaga kesiapsiagaan bila sewaktu-waktu dibutuhkan bagi
kepentingan pertahanan negara.
Tentang prinsip Conscientious objection (hak menolak warga atas dasar
keyakinannya), dalam konteks pada Pasal 18, Pasal 66, Pasal 77, Pasal 78,
dan Pasal 79 diterapkan pada mereka yang telah secara sukarela mendaftar
sebagai Komponen Cadangan. Sifat sukarela tanpa ada paksaan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 28 ayat (2) Komponen Cadangan merupakan
pengabdian dalam usaha pertahanan negara yang bersifat sukarela. Artinya
warga negara yang mendaftar sebagai komponen cadangan secara sukarela
dan memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan memahami konsekuensi hukum sebagai komponen cadangan. Hal
ini berbeda dengan wajib militer yang tidak secara sukarela menjadi prajurit
Angkatan bersenjata sehingga perlu menggunakan prinsip conscientious
objection dalam menjalankan tugasnya agar tidak bertentangan dengan
kebebasan berpikir, keyakinan dan beragama.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap warga negara Indonesia
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan negara sebagai salah satu
fungsi pemerintah negara yang merupakan usaha untuk mewujudkan satu
kesatuan Hanneg guna mencapai tujuan nasional berkaitan erat dengan tujuan
nasional, kepentingan nasional, hakikat pertahanan negara, sistem pertahanan
negara, fungsi pertahanan negara, dan prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan
pertahanan negara. Kemudian secara yuridis (hukum) keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara diatur lebih lanjut
dengan undang-undang berdasarkan amanat Pasal 30 ayat (5) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Amanat dari Pasal 30
ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
dilaksanakan oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara.
Bila diterapkan pada strategi militer, Ends dapat dinyatakan sebagai "military
objectives", Ways berkaitan dengan metode atau rencana tindakan yang
digunakan untuk mencapai tujuan militer, dan Means merujuk pada sumber daya
militer seperti tenaga manusia, material, uang, kekuatan pasukan, dan logistik
yang diperlukan untuk mencapai tujuan pokok. Konsep ini dapat digunakan
sebagai dasar untuk formulasi setiap tipe strategi, baik militer, politik, ekonomi,
dan sebagainya, tergantung pada unsur kekuatan nasional yang digunakan.
Konsep umum yang disampaikan oleh General Maxwell D. Taylor tersebut dapat
digunakan sebagai dasar untuk formulasi berbagai jenis strategi, termasuk
strategi militer, politik, ekonomi, dan lain-lain. Konsep tersebut mengandung tiga
unsur penting, yaitu tujuan (objectives), cara (ways), dan sarana (means). Dalam
pengembangan strategi, tujuan harus jelas dan spesifik, sementara cara dan
sarana yang dipilih harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya,
dalam strategi militer, tujuan mungkin adalah untuk mengalahkan musuh atau
mempertahankan suatu wilayah, sementara cara dan sarana yang digunakan
bisa berupa operasi militer, teknologi perang, intelijen, dan dukungan dari unsur
non-militer seperti diplomasi dan propaganda. Di sisi lain, dalam strategi
ekonomi, tujuan mungkin adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
atau memperbaiki kondisi sosial-ekonomi masyarakat, dan cara dan sarana
yang digunakan bisa berupa kebijakan fiskal, kebijakan moneter, investasi, dan
pembangunan infrastruktur.
Gambar 2: Strategi Pengembangan Ekonomi Dengan Rumusan Strategi Maxwell D. Taylor. (Sumber:
Olahan Pribadi (Hamdi))
c. Bahwa strategi pertahanan besar sebuah negara terdiri dari tiga komponen
elemen utama yang saling terkait, yaitu militer, politik, dan ekonomi. Ketiga
elemen tersebut dapat diibaratkan sebagai tiga kaki tripoid yang seimbang, dan
panjang pendeknya dapat disesuaikan dengan situasi yang dihadapi negara
saat itu. Artinya, ketiga elemen tersebut harus selalu ada dan seimbang dalam
menghadapi situasi apapun, tetapi sekaligus harus bersifat fleksibel dan dapat
disesuaikan dengan situasi yang sedang dihadapi. Ketidakseimbangan dalam
salah satu elemen dapat berdampak pada kelemahan strategi pertahanan
secara keseluruhan. Dalam merencanakan strategi pertahanan negara, aspek
ekonomi, politik, dan militer menjadi faktor kunci yang harus dipertimbangkan.
Strategi ini harus disusun dengan memperhatikan tujuan dan kepentingan
nasional, serta diimplementasikan secara seimbang dan terkoordinasi sesuai
dengan visi dan misi pemerintah. Tujuan, sasaran strategis, cara mencapai
sasaran, dan sumber daya pertahanan adalah beberapa elemen penting dalam
strategi pertahanan negara untuk membangun pertahanan yang efektif dan
efisien.
Latar belakang mengapa elemen-elemen tersebut sangat penting dalam
strategi adalah berkaitan dengan esensinya yang merupakan cara mencapai
tujuan yang ditentukan oleh “politik” dengan menggunakan kekuatan yang
tersedia dalam lingkup tertentu. Penggunaan kekuatan “militer” untuk tujuan
perang (strategi murni) dan kekuatan nonmiliter (Lemhanas RI, 2022, p. 5) yaitu
“ekonomi” untuk usaha perang atau penggunaan kekuatan militer dan
nonmiliter (kekuatan nasional) untuk usaha perang (strategi besar). Tujuan
strategi besar adalah menang perang dan juga dalam arti “damai yang lebih
baik” melalui suatu rencana yang cermat dari berbagai kegiatan untuk
REFERENSI
Simamora, R. (2014). Hak Menolak Wajib Militer: Catatan atas RUU Komponen
Cadangan Pertahanan Negara. Jurnal Konstitusi, Volume 11, Nomor 1,
Maret 2014. DOI: https://doi.org/10.31078/jk1117.
Perundang-Undangan