Anda di halaman 1dari 3

BATU BATANGKUP

Pada zaman dahulu, di sebuah desa. Tinggallah seorang Janda yang bernama Mbok Minah. Ia
tinggal dengan kedua anaknya. Anak yang pertama seorang Laki-laki dan anak Mbok Minah
yang ke dua seorang perempuan. Mbok Minah selalu bekerja keras untuk menghidupi kedua
anaknya. Ia selalu pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar dan di jual ke pasar. Hasil dari
penjualannya tersebut di gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kedua anaknya sangat nakal dan pemalas. Kerjaannya hanya main-main saja. Mereka tidak
pernah membantu Mbok Minah. Mereka selalu membantah perkataan emaknya dan membuat
Mbok Minah sedih dan menangis.

Mbok Minah sudah tua dan sakit-sakitan. Namun, kedua anaknya selalu bermain tanpa mengenal
waktu dan  kadang sampai larut malam. Mak Minah sering menangis dan meratapi dirinya.

“Yaaa Tuhan, hamba. Sadarkanlah anak hamba yang tidak pernah ingin menghormati ibunya,”
Mbok Minah berdoa di antara tangisnya.

Pada suatu hari. Mbok Minah memanggil kedua anaknya. Namun, Kedua anaknya tidak
menghiraukan panggilan ibunya tersebut malah asik bermain. Mbok Minah pun terus memanggil
kedua anaknya. Dan tetap sama, mereka sama sekali tidak menghiraukan panggilannya.
Akhirnya, mbok Minah pergi ke dapur untuk membuatkan makanan, meskipun badannya terasa
sangat lemas.

Tidak lama kemudian, makanan sudah siap. Mbok Minah segera memanggil kedua anaknya. ‘’
Anak-anakku ayo pulang. Makanan sudah siap.’’ Ujar Mbok Minah. Mendengar makanan sudah
siap, mereka langsung berlari menuju dapur. Mereka makan dengan sangat lahap dan
menghabiskan semua makanan tanpa menyisakan sedikitpun untuk emaknya. Mbok Minah
menahan rasa laparnya. Kedua anaknya kembali bermain dan sama sekali tidak membantu Mbok
Minah mencuci piring. Ketika malam semakin larut. Sakitnya Mbok Minah semakin parah.
Namun, anaknya sama sekali tidak mempedulikannya sampai Mbok Minah tertidur sangat lelap.

Suatu hari. Mbok Minah menyiapkan makanan yang sangat banyak untuk kedua anaknya.
Setelah itu, Mbok Minah langsung pergi ke tepi sungai mendekati sebuah batu. Aneh.nya batu
tersebut dapat berbicara. Batu tersebut juga bisa membuka lalu menutup kembali seperti karang.
Orang-orang di desa tersebut menyebutnya Batu Batangkup

‘’ Wahai Batu yang dapat bicara. Saya sudah tidak sanggup hidup dengan kedua anak yang
sudah durhaka kepada orang tuanya. Kedua anak yang tidak pernah mempedulikan keberadaanku
dan tidak pernah menghormati orang tuanya. Aku mohon. Tolong telanlah aku sekarang juga.’’
Kata Mbok Minah menangis.

‘’ Apakah engkau tidak menyesal  dengan permintaan mu ini Mbok Minah? Bagaimana nasib
kedua anakmu nanti?’’ jawab Batu Batangkup.

‘’ Aku tidak akan pernah menyesal. Mereka bisa hidup sendiri. Mereka juga tidak pernah
menganggapku dan peduli pada emaknya.’’ Kata Mbok Minah.

‘’ Baiklah Mbok Minah. Jika itu mau mu. Akan aku kabulkan.’’

Dalam sekejap, Batu Batangkup langsung menelan Mbok Minah, dan meninggalkan rambut
panjangnya.

Kedua anaknya pun merasa heran. Karena tidak bertemu dengan emaknya dari pagi. Namun,
mereka tetap tidak mempedulikan emaknya. Karena makanan yang lumayan banyak. Mereka
hanya makan dan kembali bermain. Namun, setelah dua hari makanan pun habis. Mereka mulai
kebingungan dan mulai merasa lapar. Sudah dua hari berlalu. Namun, emaknya belum juga
kembali

Keesokkan harinya, mereka mencari Mbok Minah sampai menjelang malam. Namun, tidak bisa
menemuka emaknya. Keesokkan harinya lagi. Mereka mencari di sekita sungai. Mereka melihat
Batu Batangkup dan melihat ujung rambut Mbok Minah yang terurai. Mereka segera berlari
menghampiri Batu Batangkup tersebut.

‘’ Wahai Batu Batangkup. Tolong keluarkan emak kami. Kami sangat membutuhkan emak
kami.’’ Ratap mereka sedih.

‘’ Tidak!! Aku tidak akan mengeluarkan Mbok Minah keluar dari perutku. Kalian
membutuhkannya karena lapar. Kalian tidak menyayangi dan menghormati emak kalian.’’ Jawab
Batu Batankup.

“Kami berjanji akan membantu, menyayangi dan menghormati emak,” janji mereka.

Akhirnya emak dikeluarkan dari perut Batu Batangkup. Namun, tindakan mereka hanya
sebentar. Setelah itu mereka kembali pada kebiasaan lamanya, pemalas, tidak mau membantu
emaknya, tidak menghargai dan menghormati orang tua. Dan kerjaannya hanya bermain dan
bermain.

Mbok Minah merasa sangat sedih karena kejadian sebelumnya terulang kembali. Ia pun
memutuskan kembali untuk di telan oleh Batu Batangkup. Namun, kedua anaknya asik bermain
dari pagi sampai menjelang sore. Mereka pun menyadari dan tidak melihat emaknya.

Keesokan harinya, mereka mendatangi Batu Batangkup dan kembali menangis dan memohon
agar emaknya di keluarkan kembali. Namun, Batu Batangkup sangat marah.

‘’ Kalian anak-anak yang tidak tahu di untung. Kalian hanya anak nakal yang bisanya Cuma
main dan main. Sekarang penyesalan kalian tidak aka nada gunanya.’’ Kata Batu Batangkup
dengan nada tinggi. Batu Batangkup pun langsung menelan kedua anak nakal tersebut masuk
kedalam tanah. Mereka pun sampai sekarang tidak pernah kembali.

Anda mungkin juga menyukai