Abstrak
Desa Canggu, Bali sangat terkenal di kalangan wisatawan digital nomad. Tujuan
penelitian ini untuk mengidentifikasi produk wisata ditinjau dari 4A untuk menunjang
kebutuhan wisatawan digital nomad dalam berwisata dan bagaimanakah persepsi
wisatawan digital nomad terhadap Desa Canggu, Bali. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Identifikasi produk wisata
bersarkan 4A yaitu atraksi, amenitas, aksesibilitas, dan pelayanan tambahan. Wisatawan
digital nomad menjadikan Desa Canggu sebagai basecamp dikarenakan seluruh komponen
penunjang aktifitas wisata digital tersedia. Adanya komunitas seperti digital camp dan
akademi nomad membentuk sebuah ekosistem bagi wisatawan nomad. Adapun hal yang
hendaknya dapat dibenahi yaitu faktor lalu lintas dan keamanaan. Faktor tersebut menjadi
bahan masukan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan dalam menarik
wisatawan.
Abstract
The village of Canggu, Bali is very well known among digital nomadic tourists.
The purpose of this study is to identify tourism products in terms of 4A to support the needs
of digital nomadic tourists in traveling and how are the perceptions of digital nomadic
tourists towards Canggu Village, Bali. The data analysis technique used in this research is
descriptive qualitative analysis. Identification of tourism products based on 4A, namely
attractions, amenities, accessibility, and additional services. Nomad digital tourists make
Canggu Village a base camp because all the supporting components for digital tourism
activities are available. The existence of communities such as digital camps and nomad
academies forms an ecosystem for nomadic tourists. As for things that should be addressed,
namely traffic factors, security.
91
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020
Generasi ini lebih menyukai kebebasan Fletcher, dan Gilbert (2005) dalam buku
daripada uang atau yang bersifat mereka yang berjudul Tourism, Principle
material. Konsep ini dipraktekkan and Practice, menjabarkan 4 komponen
dengan mengumpulkan pengalaman utama sebuah destinasi wisata. Keempat
daripada berharga daripada mempunyai komponen utama tersebut adalah
barang fisik. Mereka juga gemar (Atraksi, Amenitas, Aksesibiliti dan
mengumpulkan cap stampel pada paspor Ancilari) untuk menunjang kebutuhan
daripada membeli mobil baru atau wisatawan digital nomad di Desa
apartemen. Generasi ini dapat disebut Canggu, Bali? Bagaimanakah persepsi
sebagai non-konformis dan pemimpi. wisatawan digital nomad terhadap Desa
Persepsi yang berkembang diantara Canggu, Bali?
mereka yakni tidak memulai sebuah Adapun komponen dari 4A dalam
keluarga pada usia 20-an, akan tetapi suatu destinasi menurut Cooper, Fletcher,
sebaliknya, mereka ingin menjelajahi dan Gilbert (2005) meliputi: Pertama,
dunia, mengalami budaya baru, bertemu Attractions atau daya tarik merupakan
orang yang berbeda, makan makanan komponen dari sebuah destinasi wisata
baru. yang dapat menimbulkan ketertarikan
Wisatawan digital nomad ini tidak wisatawan untuk mengunjungi destinasi
hanya datang untuk berwisata akan tetapi tersebut. Hal–hal yang dapat
juga bekerja atau sering disebut menimbulkan ketertarikan wisatawan
“workation”. Berkelana dari destinasi ke untuk berkunjung adalah seperti
satu destinasi sambil menyelesaikan panorama alam, keanekaragaman
pekerjaannya. Membuat jadwal kerja budaya, atau hal–hal yang merupakan
dan rapat sendiri dengan pemandangan buatan manusia, seperti, even, atau
gunung atau pasir pantai. Melakukan taman/ tempat rekreasi. Kedua,
panggilan virtual dengan atasan atau Accessibilities yaitu ketersediaan sarana
pertemuan online dengan tim kerja di dan prasarana transportasi untuk menuju
kedai kopi. Dulu, pekerjaan semacam ini dan meninggalkan sebuah destinasi
menjadi hal yang mustahil, akan tetapi wisata, seperti ketersediaan jalan, moda
kini sangat mungkin di wujudkan. Disatu transportasi, terminal, pelabuhan,
sisi, pemerintah juga ingin menarik bandara, dan lainnya. Ketiga, Amenities
kelompok turis digital nomad datang yaitu ketersediaan fasilitas penunjang
lebih banyak ke Indonesia, hal ini bagi pengunjung/ wisatawan, seperti
disampaikan pada Rakornas 2019 ini penginapan/ akomodasi, penyediaan
yang diselenggarakan oleh Kementerian makanan dan minuman/ konsumsi,
Pariwisata dengan tema utama yang cenderamata/ souvenir, agen perjalanan,
dibahas yaitu digital serta pemandu dan pusat informasi
destinations dan digital nomads. wisata. Keempat, Ancillary Services
Tentunya jika pemerintah ingin menarik yaitu, ketersediaan fasilitas pendukung
wisatawan digital nomad untuk berwisata kegiatan wisatawan selama berada di
ke Indonesia khususnya ke Bali harus sebuah destinasi wisata, seperti, layanan
dapat menyiapkan kebutuhannya sebagai perbankan, layanan kesehatan, layanan
destinasi digital. Dari kunjungan tersebut keamanan, toilet umum, jaringan
akan membuat persepsi di benak komunikasi, kurir/pos, dan lain
wisatawan digital nomad. sebagainya.
Dari hal diatas, maka penulis Dikutip dari kamus Oxford, The
tertarik untuk menggali lebih dalam definition of the word ‘digital’ is
produk wisata ditinjau dari 4A Cooper, described as “Involving or relating to the
93
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020
97
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020
Para peserta tergabung dari bebagai wisatawan digital nomad berupa daya
negara dan berbagai latar belakang. tarik wisata alam maupun buatan.
Selama berada di Bali, mereka melalukan Daya tarik wisata alam di Desa
focus theme untuk membangun usaha- Canggu didominasi oleh daya tarik
usaha mereka, melakukan workshop wisata pantai karena Desa Canggu ini
terkait kewirausahaan, menggali berlokasi dekat dengan pantai. Tidak
kemampuan seperti soft-skill. Mereka hanya itu, Canggu juga dijuluki
juga rutin untuk berwisata keliling Bali “Ubudnya Kuta” karena masih terdapat
dengan para teman-teman dalam grup. hamparan sawah. Terdapat 9 pantai di
Desa Canggu yang menjadi daya tarik
Analisis Produk Wisatawan Digital yaitu Pantai Canggu, Pantai Echo Beach
Nomad di Desa Canggu (Batu Mejan), Pantai Berawa, Pantai
Batu Bolong, Pantai Kayu Putih, Pantai
Kabupaten Badung merupakan pintu Pererenan, Pantai Seseh, Pantai Nelayan
gerbang wisatawan datang ke Bali. dan Pantai Mengening. Daya tarik wisata
Dengan branding dan tagline Badung: yang ditawarkan di 9 pantai tersebut
The Soul of Bali dengan makna Badung sebagian besar sama untuk dijadikan
merupakan nyawanya dari pariwisata pilihan utama wisata sebagai tempat
Bali sehingga sangat memungkinkan jika berenang, melihat sunset, berselancar,
dapat dikembangkan untuk menampung memancing dan bersantai.
kebutuhan para wisatawan. Kabupaten Selain daya tarik wisata alam
Badung belum melirik tajam pada berupa pantai, Desa Canggu pun
wisatawan digital nomad akan tetapi memiliki daya tarik wisata buatan. Desa
Desa Canggu menjadi tempat yang Seni Yoga merupakan sebuah tempat
sangat berpotensi menjadi basecamp dari yang didirikan untuk tujuan memberikan
wisatawan ini. Adapun produk bagi pelayanan kesehatan dan kebugaran
wisatawan digital nomad di Canggu tubuh pengunjungnya. Lokasi tempat dan
sebagai berikut: bangunannya sendiri di desain
sedemikian rupa sehingga tampak sangat
1. Identifikasi atraksi bagi wisawatan menyatu dengan alam sekitar Canggu
digital nomad yang khas pedesaan, contohnya lokasi
paviliun untuk kelas yoga, dimana
Wisatawan digital nomad datang lokasinya berada di tengah areal kebun
ke Canggu, tidak hanya untuk bekerja organik dengan sisi terbuka. Finns
melainkan berwisata. Mereka selalu Recreation yang mempunyai fasilitas
menyempatkan waktu untuk berwisata pusat kebugaran seperti tennis dan
dan menikmati keadaan sekitar, hanya bowling serta taman air. Tidak hanya
saja mereka tidak seperti wisatawan destinasi wisata yang di cari oleh
lainnya yang terikat pada jadwal. wisatawan digital nomad, adapun faktor
Wisatawan digital nomad mempraktekan pendorong wisatawan digital nomad
slow travel karena mereka akan memilih Canggu yaitu faktor cuaca,
mendiami suatu tempat cenderung lama koneksi internet, co-working spaces,
seperti 1 bulan. Hal ini membuat mereka tempat hiburan malam, toleransi,
dapat menjelajah ke semua destinasi Faktor yang mendorong
wisata. Di Canggu terdapat berbagai wisatawan digital nomad memilih Desa
pilihan atraksi wisata alam dan atrakasi Canggu yaitu pertama, faktor cuaca.
buatan yang dapat menunjang aktifitas Wisatawan digital nomad ini memberi
julukan Canggu sebagai ‘Tropical
98
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020
99
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020
104
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020
konten untuk blognya. Bekerja dan Bali sebagai destinasi digital nomad
berwisata menjadi kesatuan yang tidak adalah Kuala Lampur, hanya saja yang
terpisahkan. Persepsi wisatawan digital kurang adalah di Kuala Lumpur tidak
nomad asal Jerman, Miguel, Monja, mempunyai pantai seperti di Bali untuk
Mike dan Sascha mengutarakan bahwa berselancar dan menikmati matahari
Desa Canggu sangat lengkap mempunyai terbenam (wawancara pada 28 April
ragam pilihan restoran vegan yang 2019).
mendukung gaya hidupnya. Mereka Penulis juga mengamati persepsi
sangat mempunyai perhatian khusus wisatawan dari portal nomadlist.com
terhadap pola konsumsi terlebih Sascha mereka memberikan sejumlah ulasan
yang berprofesi sebagai fitness instructor mengenai pengalaman tinggal yang
dan juga content creator. Desa Canggu dirasakan di Desa Canggu yaitu
mempunyai café vegan yang nyaman “Canggu very Western. Canggu is
ditambah dengan fasilitas wifi yang essentially a 2-by-2 km resort full of
tersedia hampir di selurug café expats, foreigners, nomads and tourists”
(wawancara pada 24 April 2019). Dari (anonim pada 22 April 2019). Dari
hal ini, dapat dilihat bahwa wisatawan ungkapan ini wisatawan merasakan
digital nomad sangat mempunyai gaya bahwa Desa Canggu sangat dipengaruhi
hidup yang spesifik. oleh budaya barat dan sangat turistik.
Pengalaman Uga selama tinggal di Jalanan dan lingkungan Desa Canggu
Desa Canggu, ia merasa Canggu dipenuhi oleh wisatawan, bahkan orang
merupakan tempat yang lengkap yang lokal sangat sulit untuk dilihat. Jika ada,
mempunyai banyak pilihan akomodasi. orang lokal tersebut adalah penjaga toko,
Ia memilih tinggal di homestay karena pelayan di restoran yang mana bukan asli
memiliki waktu tinggal yang panjang warga lokal Desa Canggu.
selama 3 bulan dan ia dapat menawar Desa Canggu menjadi sangat
harga dengan pemilik homestay. Berbeda terkesan Barat karena banyak mendapat
dengan Keston dan Alex, mereka pengaruh dari pemilik bisnis yang juga
memilih untuk tinggal di Desa Canggu mayoritas orang barat. Penduduk lokal
dan tinggal di villa bersama agar lebih Desa Canggu lebih tertarik menyewakan
privasi (wawancara pada 26 April 2019). rukonya daripada berbisnis sendiri. Tidak
Melisa mempunyai pandangan bahwa hanya ungakapan seperti diatas,
Canggu merupakan tempat yang wisatawan digital nomad juga
menyenangkan, setiap jalan, gang, sawah mengatakan “Actually hard to find
dan hal dalam kehidupan sehari-hari di Balinesian food. There is a lot of
Desa Canggu sangat menarik untuk overpriced, average, western, hipster
difoto atau instagenic, hal ini sangat food. People are incredibly kind and the
memudahkan pekerjaannya untuk Balinesian food is great when you can
mencari content bagi websitenya find it” (anonim ada 22 April 2019). Dari
(wawancara pada 30 Maret 2019). Tidak ungkapan wisatawan digital nomad
hanya itu, Woojo berpendapat, bahwa tersebut sangat memperlihatkan bahwa
Desa Canggu adalah tempat yang Desa Canggu memang sangat di
sempurna baginya sebagai digital nomad. dominasi oleh café-café, restoran yang
Jika ia melakukannya di Hawai, biaya menyajikan makanan internasional.
hidupnya akan sangat mahal, 5 kali dari Wisatawan digital nomad merasa sangat
Bali. Jika ia ke Sri Lanka, akses susah untuk menemukan makanan
internetnya jauh lebih tidak stabil dari tradisional Bali ataupun warung yang
Bali. Destinasi yang paling mendekati menyedikan makanan asli Indonesia.
105
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020
wisatawan, jarang terjadi tindak kriminal, Sejak 2016 dan seterusnya, setiap
akan tetapi yang terjadi kini mulai rawan tahun semakin banyak wisatawan digital
dengan tindak kriminal yaitu tindak nomad mulai mengenal Desa Canggu.
pencopetan. Pada akhir 2017, itu menjadi sangat
Desa Canggu memang masih populer di kalangan pengembara
mempunyai beberapa tempat yang belum sehingga untuk pertama kalinya Dojo
diterangi oleh penerangan jalan yang harus menolak keanggotaan baru. Pada
memadai dan sangat rentan terjadi tindak saat yang sama, itu mulai menjadi hotspot
kriminal. Dari pernyataan beberapa untuk instagrammers, yang akan
persepsi wisatawan digital nomad terkait menyewa villa mewah dengan flamingo
implikasi kondisi lalu lintas dan mengapung dan memotret. Pada
keamanan tentu saja memberi gilirannya, ini mulai menarik lebih
ketidaknyamanan dan rasa banyak wisatawan dan sekarang telah
ketidakamanan bagi wisatawan tersebut. menjadikan Desa Canggu tempat paling
Hal tersebut dapat menyebabkan celaka populer di Bali untuk wisatawan digital
bagi wisatawan sendiri dan warga lokal nomad.
yang sering berlalu lintas. Tidak hanya
itu, jika hal ini tidak diantisipasi dengan SIMPULAN
langkah yang tepat, ulasan-ulasan yang di
unggah oleh para wisatawan digital Dari identifikasi produk 4A yang
nomad ini dapat memberikan citra negatif menunjang kebutuhan wisatawan digital
bagi Desa Canggu dan terlebih tersebut. nomad dapat disimpulkan Desa Canggu
Dari beberapa persepsi yang buruk sudah memenuhi pada aspek atraksi,
yang diungkapkan oleh sejumlah amenitas. Hal ini mendapat respon yang
wisatwan nomad, juga terdapat sangat bagus dari pelaku dunia usaha,
wisatawan digital nomad yang mereka sangat gesit untuk mengantisipasi
mengatakan bahwa Desa Canggu keperluan dari kelompok wisatawan ini.
merupakan tempat yang paling ideal di Masih terdapat kekurangan pada aspek
seluruh kawasan Asia Tenggara untuk ansilari akan tetapi masih memiliki
bersantai dan bekerja. “Canggu is the kelemahan pada aspek aksibilitas. Dari
best amongst other SE Asian area for sejumlah pernyataan diatas tentunya ada
chilling and working remotely” (anonim beberapa hal yang patut dibenahi jika
pada 1 November 2018). “Desa Canggu Bali dan Desa Canggu khususnya ingin
adalah tempat yang bagus untuk bekerja tetap eksis menjadi destinasi utama
secara remote, poin yang bagus adalah wisatawan digital nomad. Adapun hal
murah dan makanan yang sehat dan tidur tersebut yaitu faktor lalu lintas,
di tempat yang bagus. Jika wisatawan keamanaan. Faktor tersebut menjadi
bersikap yang baik dengan orang Bali bahan masukan bagi pemerintah daerah
dan mayoritas orang yang tinggal di Desa untuk terus berbenah dalam
Canggu, mereka akan berlaku yang baik mengembangkan pariwisata.
juga dengan mereka. Wisatawan digital Perlu adanya kebijakan
nomad dapat berselancar, mendaki, dan pengembangan pariwisata ke arah
mengerdarai sepeda motor di tengah nomadic tourism khususnya yang
persawahan yang cantik. Menemukan berbasis digital. Desa Canggu sudah
kedamaian dan sebagai contohnya menjadi ikon dari wisatawan digital
keinginan diri untuk bermeditasi atau nomad yang semestinya dapat
berselancar. diberdayakan dan dikembangan bersama
dengan teknologi yang lebih canggih
107
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020
Jurnal/Proceeding/Skirpsi/Tesis/Disertasi
108