Anda di halaman 1dari 18

P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)

E-ISSN: 2685 - 9076


Desember 2020

DESA CANGGU, BALI SEBUAH BASECAMP BAGI DIGITAL


NOMAD? IDENTIFIKASI PRODUK WISATA BERDASARKAN
4 A (ATTRACTION, AMENITY, ACCESSIBILITY, ANCILLIARY)
Canggu, Bali Is A Basecamp for Digital Nomad? Identification of
Tourism Products Based 4 A (Attraction, Amenity, Accessibility,
Ancilliary)

Ni Putu Diah Prabawati

Politeknik Pariwisata Bali


prabadiah@gmail.com

Diterima: 15 Mei 2020. Disetujui: 02 Juli 2020. Dipublikasikan: 30 Desember 2020

Abstrak

Desa Canggu, Bali sangat terkenal di kalangan wisatawan digital nomad. Tujuan
penelitian ini untuk mengidentifikasi produk wisata ditinjau dari 4A untuk menunjang
kebutuhan wisatawan digital nomad dalam berwisata dan bagaimanakah persepsi
wisatawan digital nomad terhadap Desa Canggu, Bali. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Identifikasi produk wisata
bersarkan 4A yaitu atraksi, amenitas, aksesibilitas, dan pelayanan tambahan. Wisatawan
digital nomad menjadikan Desa Canggu sebagai basecamp dikarenakan seluruh komponen
penunjang aktifitas wisata digital tersedia. Adanya komunitas seperti digital camp dan
akademi nomad membentuk sebuah ekosistem bagi wisatawan nomad. Adapun hal yang
hendaknya dapat dibenahi yaitu faktor lalu lintas dan keamanaan. Faktor tersebut menjadi
bahan masukan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan dalam menarik
wisatawan.

Kata Kunci: Digital Nomad, Identifikasi produk 4A, Canggu Bali.

Abstract

The village of Canggu, Bali is very well known among digital nomadic tourists.
The purpose of this study is to identify tourism products in terms of 4A to support the needs
of digital nomadic tourists in traveling and how are the perceptions of digital nomadic
tourists towards Canggu Village, Bali. The data analysis technique used in this research is
descriptive qualitative analysis. Identification of tourism products based on 4A, namely
attractions, amenities, accessibility, and additional services. Nomad digital tourists make
Canggu Village a base camp because all the supporting components for digital tourism
activities are available. The existence of communities such as digital camps and nomad
academies forms an ecosystem for nomadic tourists. As for things that should be addressed,
namely traffic factors, security.

Keywords: Digital Nomad, 4A product identification, Canggu Bali

© 2020 Direktorat Kajian Strategis

91
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

PENDAHULUAN beragam yang dapat memuaskan


wisatawan digital nomad ini.
Bali kini menjadi sebagai salah Digital nomad merupakan cara
satu tujuan favorit wisatawan digital berwisata yang merupakan gabungan dari
nomad dari seluruh dunia. Hal ini senada konsep traveling dan living “play and
dengan pernyataan “Bali has become one plug”. Plug berarti mereka dapat
of the hottest digital nomad hubs in the membangun ruang/ domain baru ketika
world, as co-working spaces are mereka pergi ke tempat baru lain dan
continuously opening to accommodate berbaur menjadi warga lokal dengan
new and returning digital nomad” cepat, perangkat gadget yang terintegrasi
(Kachroo-Levine, 2017; O’dell, 2017; dengan internet membuat transisi cepat
Delaney, 2016 dalam Haking, 2017). ini terjadi. Bergerak, berarti mereka dapat
Dalam pernyataan tersebut disebutkan bergerak sejauh dan secepat yang mereka
Bali telah menjadi salah satu pusat digital inginkan. Ini berarti mereka dapat
nomad yang hangat, sebagai ruang kerja melakukan perjalanan dari satu tempat ke
bersama yang terus di buka untuk tempat lain, dari satu negara ke negara
mengakomodir wisatawan digital nomad lain semudah mereka melewati pintu di
baru ataupun yang datang kembali. Bali rumah. Unplug berarti mereka dapat
mempunyai dua destinasi unggulan bagi memperbarui atau menghapus data kapan
wisatawan digital nomad yaitu Ubud dan saja ketika tidak lagi diinginkan dan play,
Canggu. Ubud merupakan destinasi berarti melakukan penyamaran di tempat/
pelopor untuk wisatawan digital nomad daerah baru yaitu mereka dapat hidup
yang dimulai dari tahun 2014-an akan sebagai warga lokal setempat.
tetapi seiring perkembangan, kini Tumbuhnya wisatawan digital
Canggu menjadi destinasi digital nomad nomad juga di legitimasi oleh buku The
terpopuler dikalangan wisatawan digital 4-Hour Work Week: Escape the 9-5, Live
nomad versi Nomadlist. Anywhere and Join the New Rich, Tim
Desa Canggu, Bali sebagai Ferriss, menyatakan bahwa gaya hidup
destinasi nomor satu bagi wisatawan ini menggambarkan generasi wirausaha
digital nomad meraih nilai 5/5 dari 208 (entrepreneur) “orang kaya baru”.
ulasan, yaitu nilai sempurna. Saat ini Generasi ini adalah pemilik bisnis dan
terdapat 4019 wisatawan digital nomad pekerja lepas (freelancer) yang
yang menjadi anggota Nomadlist, 2019 memanfaatkan kebebasan lokasi untuk
yang berangsur-angsur bertambah setiap lebih sering berwisata dan eksplorasi.
harinya. Menyusul peringkat kedua yaitu Konsep pekerjaan 8 jam di kantor
Seoul dengan nilai 4.7/5 dari 223 ulasan menjadi sesuatu yang lalu dan mulai
dan peringkat ketiga yaitu Bangkok sudah mulai ditinggalkan. Saat ini
dengan nilai 4.6/5 dari 230 ulasan. bekerja lebih tidak lagi berarti lebih
Nomadlist.com juga memasukan Ubud di banyak produktivitas. Perusahaan
urutan 33 dengan nilai 4.0/5 dengan 197 mencari 'pekerja yang mempunyai
ulasan, Seminyak Bali pada urutan 53 pengetahuan' dan bersedia memberikan
dengan nilai 3.89/5 dari 177 ulasan. tanggung jawab dan kebebasan kepada
Rangking ini dapat berubah sewaktu- pekerja mereka dalam pertukaran
waktu sesuai dari ranking yang diberikan produktivitas. Mencintai dan beradaptasi
wisatawan digital nomad. Indonesia dengan sempurna terhadap perubahan
cukup tepat jika menempati urutan ini, ia adalah kaum millenials.
pertama karena pada umumnya Mayoritas kaum millenial
mempunyai atraksi wisata yang sangat memiliki konsep baru tentang kekayaan.
92
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

Generasi ini lebih menyukai kebebasan Fletcher, dan Gilbert (2005) dalam buku
daripada uang atau yang bersifat mereka yang berjudul Tourism, Principle
material. Konsep ini dipraktekkan and Practice, menjabarkan 4 komponen
dengan mengumpulkan pengalaman utama sebuah destinasi wisata. Keempat
daripada berharga daripada mempunyai komponen utama tersebut adalah
barang fisik. Mereka juga gemar (Atraksi, Amenitas, Aksesibiliti dan
mengumpulkan cap stampel pada paspor Ancilari) untuk menunjang kebutuhan
daripada membeli mobil baru atau wisatawan digital nomad di Desa
apartemen. Generasi ini dapat disebut Canggu, Bali? Bagaimanakah persepsi
sebagai non-konformis dan pemimpi. wisatawan digital nomad terhadap Desa
Persepsi yang berkembang diantara Canggu, Bali?
mereka yakni tidak memulai sebuah Adapun komponen dari 4A dalam
keluarga pada usia 20-an, akan tetapi suatu destinasi menurut Cooper, Fletcher,
sebaliknya, mereka ingin menjelajahi dan Gilbert (2005) meliputi: Pertama,
dunia, mengalami budaya baru, bertemu Attractions atau daya tarik merupakan
orang yang berbeda, makan makanan komponen dari sebuah destinasi wisata
baru. yang dapat menimbulkan ketertarikan
Wisatawan digital nomad ini tidak wisatawan untuk mengunjungi destinasi
hanya datang untuk berwisata akan tetapi tersebut. Hal–hal yang dapat
juga bekerja atau sering disebut menimbulkan ketertarikan wisatawan
“workation”. Berkelana dari destinasi ke untuk berkunjung adalah seperti
satu destinasi sambil menyelesaikan panorama alam, keanekaragaman
pekerjaannya. Membuat jadwal kerja budaya, atau hal–hal yang merupakan
dan rapat sendiri dengan pemandangan buatan manusia, seperti, even, atau
gunung atau pasir pantai. Melakukan taman/ tempat rekreasi. Kedua,
panggilan virtual dengan atasan atau Accessibilities yaitu ketersediaan sarana
pertemuan online dengan tim kerja di dan prasarana transportasi untuk menuju
kedai kopi. Dulu, pekerjaan semacam ini dan meninggalkan sebuah destinasi
menjadi hal yang mustahil, akan tetapi wisata, seperti ketersediaan jalan, moda
kini sangat mungkin di wujudkan. Disatu transportasi, terminal, pelabuhan,
sisi, pemerintah juga ingin menarik bandara, dan lainnya. Ketiga, Amenities
kelompok turis digital nomad datang yaitu ketersediaan fasilitas penunjang
lebih banyak ke Indonesia, hal ini bagi pengunjung/ wisatawan, seperti
disampaikan pada Rakornas 2019 ini penginapan/ akomodasi, penyediaan
yang diselenggarakan oleh Kementerian makanan dan minuman/ konsumsi,
Pariwisata dengan tema utama yang cenderamata/ souvenir, agen perjalanan,
dibahas yaitu digital serta pemandu dan pusat informasi
destinations dan digital nomads. wisata. Keempat, Ancillary Services
Tentunya jika pemerintah ingin menarik yaitu, ketersediaan fasilitas pendukung
wisatawan digital nomad untuk berwisata kegiatan wisatawan selama berada di
ke Indonesia khususnya ke Bali harus sebuah destinasi wisata, seperti, layanan
dapat menyiapkan kebutuhannya sebagai perbankan, layanan kesehatan, layanan
destinasi digital. Dari kunjungan tersebut keamanan, toilet umum, jaringan
akan membuat persepsi di benak komunikasi, kurir/pos, dan lain
wisatawan digital nomad. sebagainya.
Dari hal diatas, maka penulis Dikutip dari kamus Oxford, The
tertarik untuk menggali lebih dalam definition of the word ‘digital’ is
produk wisata ditinjau dari 4A Cooper, described as “Involving or relating to the
93
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

use of computer technology” and mengumpulkan dana yang diperlukan


‘nomad’ as “A member of a people that untuk bepergian, atau bekerja secara
travels from place to place to find fresh sporadis untuk mendapatkan cukup uang
pasture for its animals and has no untuk melanjutkan hidup.
permanent home” (“Nomad”, 2016). Backpackers sering dikaitkan
Dari kutipan diatas, kata “digital” dapat dengan individu yang lebih muda, istilah
mendeskripsikan “melibatkan atau backpacking mengacu pada turis hemat
berhubungan dengan penggunaan yang bepergian secara mandiri untuk
teknologi komputer” dan 'nomad' sebagai waktu yang relatif lama (satu hingga
seorang anggota dari orang yang beberapa bulan), tanpa tujuan tertentu.
bepergian dari satu tempat ke tempat lain Setelah perjalanan mereka, para
untuk menemukan tempat yang segar dan pelancong kembali ke negara asalnya
tidak mempunyai tempat tinggal yang (Kannisto et al., 2014). Bentuk
tetap. nomadisme, backpacking pada
Konsep digital nomad kemudian kenyataannya lebih dekat dengan grand
berkembang menjadi seorang tour praktik bangsawan Eropa selama
pengembara digital yang mempunyai abad 17 dan 18 bagian dari pendidikan
pekerjaan yang dapat dikerjakan jarak bangsawan muda (Urry, 2000). Adapula
jauh di bidang teknologi seperti desain para ekspatriat yang melakukan
web, pemrograman, atau pemasaran perjalanan untuk bekerja, para migran
online. Mereka memanfaatkan yang menetap di tempat-tempat asing
keuntungan dari pekerjaan mereka untuk untuk mencari kondisi kehidupan yang
berkeliling dunia. Fleksibilitas kerja lebih baik, para pengungsi yang
jarak jauh dapat dikerjakan dari rumah, melarikan diri mencari suaka politik,
mengurangi biaya transportasi dan etnis minoritas, seperti populasioma
menghindari gangguan-gangguan kantor. mengikuti tradisi kehidupan pastoral
Digital nomad memilih lokasi mereka yang telah berusia seabad, dan tentu saja,
berdasarkan pertimbangan waktu luang, para wisatawan yang berlibur untuk
bukan pekerjaan (Muller 2016). bersantai.
Terdapat perbedaan jenis Mengacu dengan draft Kemenpar,
wisatawan dalam penentuan karakteristik adapun tiga segmen utama wisatawan
yang membentuk identitas digital digital nomadic yaitu pertama
nomads. Dalam karyanya, Kayleigh Glampacker “Millenial Nomad”,
Franks (2016) menyatakan bahwa digital merupakan wisatawan digital nomad
nomad hanyalah subset tertentu dari jenis yang mengembara untuk melihat dunia
nomad lainnya, seperti: Global digital yang instagramable, sebutan untuk
nomad, konsep ini dikembangkan oleh tempat yang ikonik untuk berfoto atau
Caren Kaplan, yang mendefinisikan destinasi wisata yang viral di media
individu nomaden global yang dapat sosial. Wisatawan ini menginginkan
bergerak melalui ruang yang tampaknya fasilitas akomodasi dan pelayanan yang
tidak masuk akal tanpa mempunyai nyaman dan memuaskan. Mereka ini
pegangan (Kaplan, 1996). Berlawanan berpenghasilan menengah sampai atas.
dengan nomaden digital, nomaden global Kedua, Luxapacker “Luxurious
tidak perlu menggunakan teknologi Nomad”, merupakan turis pengembara
sebagai sarana utama kelangsungan dengan fasilitas mewah. Mereka
hidup mereka saat bepergian. Banyak di menginginkan fasilitas super de-luxe dan
antara mereka yang bekerja sebagai sangat mementingkan kenyamanan dan
pekerja tetap sampai mereka kemewahan saat berpetualang. Ketiga,
94
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

Flashpacker “Digital Nomad“ yaitu turis professional dan kebebasan personal


yang menetap sementara di satu tempat, terdapat gabungan kreatifitas, belajar dan
sembari bekerja dari mana saja. Mereka pengembangan diri. Pada irisan
ingin menjalani hidup seperti masyarakat kebebasan spasial dan kebebasan
lokal. Dalam penelitian ini, penulis lebih personal, terdapat gabungan antara
berfokus dengan wisatawan digital perjalanan, paparan dan pengalaman.
nomad sesuai dengan keadaan di Pada irisan kebebasan professional dan
lapangan. kebebasan spasial terdapat control,
Adapun beberapa motivasi yang otonomi dan kreativitas.
melatarbelakangi gaya hidup seorang
digital nomad menurut Reichenberger, METODE
2017 adalah sebagai berikut: Pertama,
kebebasan profesional yaitu motivasi 2.1 Lokasi Penelitian
untuk bekerja secara mandiri, memilih Penelitian ini berlokasi di Desa
dan menyusun pekerjaan itu terkait Canggu, Kecamatan Kuta Utara,
dengan hasrat seseorang dan Kabupaten Badung, Bali.
meningkatkan perasaan dari tujuan.
Kedua, kebebasan spasial yaitu motivasi 2.2 Jenis dan Sumber Data
untuk melakukan pekerjaan virtual 2.2.1 Jenis Data
sambil belajar tentang yang lain gaya Penelitian ini menggunakan jenis
hidup, budaya, norma dan opini. Ketiga, penelitian exploratif (Exploratory
kebebasan pribadi yaitu motivasi untuk Research) dengan pendekatan kualitatif.
menjadi lebih produktif, kreatif, dan Metode penelitian ini berusaha
paling penting, pengembangan diri dan mendeskripsikan objek penelitian
peningkatan kebahagiaan. berdasarkan data dan fakta yang
sebenarnya.

2.2.2 Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data
primer data sekunder. Data primer yang
diperoleh langsung dari sumber aslinya
yaitu dusun yang menjadi objek
penelitian. Dalam hal ini yang dimaksud
data yang diperoleh peneliti adalah hasil
observasi partisipan di Desa Canggu,
untuk mengindentifikasi potensi wisata
yang ada di desa tersebut. Data sekunder
penulis dapatkan dari artikel-artikel di
internet, jurnal atau situs yang terkait
dengan penelitian yang dilakukan.
Gambar 1. Digital Nomad Holism 2.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan
Pada gambar 1 digital nomad dalam penelitian ini yaitu:
holism dapat dilihat korelasi dari tiga
aspek perbedaan dari kebebasan. 2.3.1 Observasi
Terdapat beberapa irisan pada setiap Teknik pengumpulan data
kebebasan yaitu antara kebebasan dilaksanakan dengan observasi partisipan
95
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

Jennings (2001). Dalam melakukan yaitu dengan cara mengambil gambar di


observasi, peneliti ikut terlibat dalam Desa Canggu, Kabupaten Badung, Bali.
kegiatan yang diamati sehingga
mendapatkan data yang sebenarnya, 2.4 Teknik Analisis Data
merasakan kegiatan bekerja di co- Dalam penelitian ini dilakukan
working dan café serta berwisata di Desa analisis data kualitatif. Menurut Creswell
Canggu. (2010), penelitian kualitatif merupakan
suatu proses penyelidikan untuk
2.3.2 Wawancara memahami masalah sosial atau masalah
Pengumpulan data dengan cara manusia, berdasarkan pada penciptaan
wawancara mendalam ini dilakukan gambar holistik yang dibentuk kata-kata,
untuk mendapatkan data tambahan yang melaporkan pandangan informan secara
tidak diperoleh pada saat observasi di terperinci, dan disusun dalam sebuah
lokasi penelitian. Teknik sampling latar ilmiah. Analisis data dilakukan
menggunakan gabungan dari purposive menggunakan versi Miles dan
sampling dan snowball sampling. Huberman, dalam Sugiyono (2013)
Purposive sampling (Sugiyono, 2015) bahwa aktivitas dalam analisis data
pengambilan sumber data dengan kualitatif dilakukan secara interaktif dan
pertimbangan tertentu, seperti orang berlangsung secara terus-menerus
yang dianggap tahu tentang apa yang sampai tuntas sehingga datanya jenuh.
diharapkan. Snoball sampling untuk Aktivitas meliputi reduksi data (data
memberbanyak jumlah subjek apabila reduction), penyajian data (data display)
diperlukan informasi yang lebih dan penarikan kesimpulan (verification).
mendalam. Wawancara ini dilakukan Dalam penelitian ini, peneliti
dengan cara memberikan pertanyaan menggunakan dua macam triangulasi
kepada informan 15 wisatawan digital yaitu triagulasi teknik dan triagulasi
nomad yang sudah tinggal di Desa sumber. Dalam aplikasi triangulasi
Canggu selama kurang lebih 1 bulan. teknik, penulis menggunakan teknik
Hal ini dilakukan agar pengumpulan data yang berbeda-beda
mendapatkan pandangan yang dalam untuk mendapatkan data dari sumber data
terhadap persepsi informan tersebut. yang sama. Penulis menggunakan
Durasi wawancara dilakukan selama 1 observasi partisipatif, wawancara semi
jam. mendalam dan dokumentasi untuk
sumber data. Triangulasi sumber untuk
2.3.3 Studi Pustaka mendapatkan data dari sumber yang
Studi pustaka adalah teknik berbeda-beda dengan teknik yang sama.
pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaah terhadap buku-buku, HASIL DAN PEMBAHASAN
literatur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya 3.1 Perkembangan Wisatawan
dengan masalah yang dipecahkan. Digital Nomad di Desa Canggu

Wisatawan digital nomad memberi


2.3.4 Dokumentasi Desa Canggu dengan julukan “a hipster
Metode dokumentasi dalam paradise of digital nomade community”.
penelitian ini dimaksudkan untuk Hipster diartikan sebagai orang yang
memperoleh data dengan dokumentasi, menyukai atau tertarik pada hal-hal baru
yang tidak biasa atau dapat disebut anti-
96
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

mainstream. Pada era 1940-an, istilah Kehadiran wisatawan digital nomad di


hipster digunakan untuk Canggu juga di dukung oleh Nomad
menggambarkan penggemar jazz yang Academy. Harry Verma adalah pendiri
tertarik pada mode, orang-orang yang The Nomad Academy, program
gemar bergaul dan bersikap santai. akselerator untuk para profesional muda
Berbeda dengan ‘hippies’, hipster lebih yang berani dengan tantangan untuk
dinamis dalam berevolusi. Penulis Matt sukses dan mengejar karir. Program ini
Granfield, hipster berkembang pada dilakukan 3 bulan menyatukan individu
tahun 2010-an, adalah mereka yang untuk bepergian ke tujuan yang
menggunakan sepeda fixed gear, gemar menginspirasi di seluruh dunia, sambil
merajut dan menjadi vegan. Hal ini juga menyelesaikan kursus dan lokakarya
tercermin pada perilaku wisatawan online premium untuk mempelajari
digital nomad yang tinggal di Canggu. keterampilan sesuai permintaan dan pola
Hal ini nampak dari gaya pakaiannya pikir wirausaha untuk menemukan karier
yang gemar menggunakan baju yang yang luar biasa. Munculnya kursus online
santai tetapi terkesan trendi, gemar kelas dunia berarti semua orang dapat
menggendarai japp style ‘sepeda motor mempelajari keterampilan untuk karier
custom’ dengan kesan klasik, mereka yang luar biasa dari mana saja. Adapun
juga gemar mengkonsumsi makanan tiga Negara menjadi tujuan digital nomad
sehat. ini adalah Amerika Latin (Colombia,
Sebelum Desa Canggu terkenal Peru dan Chile), Afrika (Nambia, Afrika
sebagai basecamp para digital nomad Selatan, Mauritius), Asia Tenggara
seperti sekarang ini, Ubud merupakan (Kuala Lumpur, Malaysia, Chiang Mai,
tempat yang lebih dulu terkenal dengan Thailand dan Canggu, Bali). Mereka
wisatawan digital nomad. Ubud terkenal mempraktekkan sebuah “slow travel”
dengan coworking space pertama di Bali (One Month in Each Country, Long
bernama Hubud yang dipelopori oleh Enough to Change Mindset).
Steve Munroe, Peter Wall, dan John
Alderson. Kehidupan di Ubud lebih
kepada kaum ‘hippies’. Pada tahun 2016-
an, kemudian kehidupan digital nomad
beralih ke Desa Canggu, hal ini tidak
terlepas dari para digital nomad yang
membuat start up seperti Tina dan Emilio
dari Australia membangun sekolah
coding bernama Institute of Code di salah
satu daerah populer di Bali yaitu Desa
Canggu. Salah satu kesuksesan bisnis ini
adalah ditawarkannya kelas yoga dan
Gambar 2. Kegiatan Nomad Academy
meditasi secara reguler. Selain itu, Pieter
Sumber: Nomad Academy.com
Levels - terkenal dengan misi “12 startup
dalam 12 bulan”, meluncurkan
Kegiatan Nomad Academy
Nomadlist.com, sebuah website berisi
dilakukan selama tiga bulan. Untuk Asia
data lebih dari 500 kota yang
Tenggara, mereka mengambil lokasi
memperlihatkan berbagai kota terbaik
Thailand, Bali dan Malaysia. Mereka
untuk digital nomad.
tinggal selama 1 bulan penuh dengan
bebagai kegiatan workshop dan kursus.

97
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

Para peserta tergabung dari bebagai wisatawan digital nomad berupa daya
negara dan berbagai latar belakang. tarik wisata alam maupun buatan.
Selama berada di Bali, mereka melalukan Daya tarik wisata alam di Desa
focus theme untuk membangun usaha- Canggu didominasi oleh daya tarik
usaha mereka, melakukan workshop wisata pantai karena Desa Canggu ini
terkait kewirausahaan, menggali berlokasi dekat dengan pantai. Tidak
kemampuan seperti soft-skill. Mereka hanya itu, Canggu juga dijuluki
juga rutin untuk berwisata keliling Bali “Ubudnya Kuta” karena masih terdapat
dengan para teman-teman dalam grup. hamparan sawah. Terdapat 9 pantai di
Desa Canggu yang menjadi daya tarik
Analisis Produk Wisatawan Digital yaitu Pantai Canggu, Pantai Echo Beach
Nomad di Desa Canggu (Batu Mejan), Pantai Berawa, Pantai
Batu Bolong, Pantai Kayu Putih, Pantai
Kabupaten Badung merupakan pintu Pererenan, Pantai Seseh, Pantai Nelayan
gerbang wisatawan datang ke Bali. dan Pantai Mengening. Daya tarik wisata
Dengan branding dan tagline Badung: yang ditawarkan di 9 pantai tersebut
The Soul of Bali dengan makna Badung sebagian besar sama untuk dijadikan
merupakan nyawanya dari pariwisata pilihan utama wisata sebagai tempat
Bali sehingga sangat memungkinkan jika berenang, melihat sunset, berselancar,
dapat dikembangkan untuk menampung memancing dan bersantai.
kebutuhan para wisatawan. Kabupaten Selain daya tarik wisata alam
Badung belum melirik tajam pada berupa pantai, Desa Canggu pun
wisatawan digital nomad akan tetapi memiliki daya tarik wisata buatan. Desa
Desa Canggu menjadi tempat yang Seni Yoga merupakan sebuah tempat
sangat berpotensi menjadi basecamp dari yang didirikan untuk tujuan memberikan
wisatawan ini. Adapun produk bagi pelayanan kesehatan dan kebugaran
wisatawan digital nomad di Canggu tubuh pengunjungnya. Lokasi tempat dan
sebagai berikut: bangunannya sendiri di desain
sedemikian rupa sehingga tampak sangat
1. Identifikasi atraksi bagi wisawatan menyatu dengan alam sekitar Canggu
digital nomad yang khas pedesaan, contohnya lokasi
paviliun untuk kelas yoga, dimana
Wisatawan digital nomad datang lokasinya berada di tengah areal kebun
ke Canggu, tidak hanya untuk bekerja organik dengan sisi terbuka. Finns
melainkan berwisata. Mereka selalu Recreation yang mempunyai fasilitas
menyempatkan waktu untuk berwisata pusat kebugaran seperti tennis dan
dan menikmati keadaan sekitar, hanya bowling serta taman air. Tidak hanya
saja mereka tidak seperti wisatawan destinasi wisata yang di cari oleh
lainnya yang terikat pada jadwal. wisatawan digital nomad, adapun faktor
Wisatawan digital nomad mempraktekan pendorong wisatawan digital nomad
slow travel karena mereka akan memilih Canggu yaitu faktor cuaca,
mendiami suatu tempat cenderung lama koneksi internet, co-working spaces,
seperti 1 bulan. Hal ini membuat mereka tempat hiburan malam, toleransi,
dapat menjelajah ke semua destinasi Faktor yang mendorong
wisata. Di Canggu terdapat berbagai wisatawan digital nomad memilih Desa
pilihan atraksi wisata alam dan atrakasi Canggu yaitu pertama, faktor cuaca.
buatan yang dapat menunjang aktifitas Wisatawan digital nomad ini memberi
julukan Canggu sebagai ‘Tropical
98
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

Paradise’, sangat tepat karena sebagai Co-working space biasanya diisi


pulau tropis, Canggu mempunyai suhu dengan banyak meja dan ruang
rata-rata 33 derajat celcius. Hal ini sangat pertemuan pribadi serta area tempat
tepat bagi wisatawan yang ingin duduk di luar, untuk mengakomodasi
melarikan diri dari suasana musim dingin mereka yang suka bekerja di suasana
di negaranya. Mereka dapat mengemasi terbuka. Biasanya, ruang kerja bersama
barang-barangnya dengan ringkas ‘light memiliki dapur bersama, isi ulang kopi
travel’ sehingga tidak dipersuit dengan tanpa batas, dan acara menyenangkan
membawa pakaian yang banyak dan setiap minggu untuk membantu para
sangat mempermudah gerak mereka jika digital nomad untuk bertemu teman kerja
ingin berpindah-pindah tempat. sama lainnya, menjelajahi daerah
Kedua, koneksi internet setempat dan kadang-kadang mereka
merupakan prioritas bagi wisatawan menyelenggarakan acara minat khusus
digital nomad. Wisatawan digital nomad dengan pembicara dan tamu yang
tidak dapat hidup tanpa koneksi internet memotivasi. Di Canggu mulai
yang stabil, mereka akan merasa sangat berkembang co-working dimulai dari
gelisah jika tidak terkoneksi pada saat Dojo Bali, Outpost Coworking &
membutuhkannya. Rata-rata di Canggu Coliving, Matra Coworking & Coliving
mempunyai kecepatan internet 20mbps dan Tropical Nomad.
yang mana cukup kencang untuk Tidak hanya co-working space,
menunjang kebutuhan pekerjaan dari wisatawan digital nomad juga gemar
wisatawan digital nomad. Setiap cafe, untuk bekerja di café dan restoran.
restoran hingga warung rata-rata sudah Mereka bekerja sambil menyeruput
mempunyai akses wifi gratis sehingga secangkir kopi untuk mencari inspirasi.
sangat memudahkan jika mereka ingin Rata-rata waktu yang dihabiskan untuk
terkoneksi dengan internet dimana saja. bekerja di café ini selama 1-3 jam.
Ketiga, adanya coworking space, Mengutip pernyataan Nick Wharton,
sebutan tempat bekerja para wisatawan travel blogger Goats on the road yang
digital nomad. Menjadi wisatawan menyatakan,
digital nomad sangat memungkinkan “Every single cafe in this town has
untuk bertemu dengan teman seprofesi electrical sockets on every wall and
bahkan dapat menemukan rekan baru they basically expect that you’re going
untuk menunjang pekerjaan. Coworking to bust out your computer and plug
spaces are an interesting dimension of away for a few hours after your meal.
the digital nomad sociability and lifestyle Aside from the regular cafes that are
spectrum. Usually, they involve well set up for digital productivity,
independent computer-based work in there are also numerous co-working
open, shared offices, which freelancers, spaces available as well”.
digital nomads or entrepreneurs can rent Dari pernyataan diatas, para
out by the day or monthly. Coworking pengusaha sudah siap dalam
spaces usually feature office facilities mengantisipasi kebutuhan wisatawan
and offer fast Wi-Fi in a relaxed, modern digital nomad dengan melengkapi café
environment (O’Brien, 2011). dengan beberapa fasilitas dasar seperti
Coworking lebih kepada bagaimana stopkontak yang memudahkan
digital nomad bertemu dengan sesama wisatawan digital nomad untuk mengisi
komunitas daripada tempat untuk ulang baterai telepon genggam ataupun
bekerja. laptopnya.

99
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

Keempat, keberadaan pilihan Gimme Shelter, dan lain-lain. Kehidupan


restoran organik dan vegan. Faktor yang malam di Desa Canggu menjadikan
mendukung kegiatan wisatawan digital tempat ini sebuah destinasi yang lengkap
nomad salah satunya adalah restoran dan bagi wisatawan digital nomad. Tidak saja
café. Banyaknya pilihan restoran dan itu, karena Desa Canggu terletak di posisi
café di Desa Canggu sangat berpengaruh yang strategis, wisatawan digital nomad
dengan kunjungan wisatawan digital dapat dengan mudahnya mengkases
nomad karena beberapa dari mereka hiburan malam ke Seminyak dan juga
memilih untuk bekerja di fancy café Kuta.
seperti yang instagramable. Bekerja di Ketujuh, toleransi menjadi sebuah
restoran atau café, hal yang menjadi perhatian bagi wisatawan digital nomad.
pertimbangannya adalah tersedianya Hal ini karena mereka datang dari
ruangan yang mempunyai pendingin berbagai negara dan mempunyai
ruangan, ruangan terbuka dengan taman, karakteristik yang beragam yang sangat
pemandangan sawah, sofa yang nyaman, memungkinkan adanya perbedaan
makanan yang menarik sehingga hal ini dengan kebiasaan penduduk lokal.
dapat mendorong inspirasi sekaligus Toleransi ini juga tenyata juga berlaku
menjadi content untuk website mereka. untuk kaum LGBT (lesbian, gay,
Kelima, kesehatan juga menjadi biseksual, dan transgender). Masyarakat
perhatian bagi wisatawan digital nomad Desa Canggu tidak memandang orientasi
seperti air, nyamuk dan Bali belly seksual seseorang apabila tidak membuat
(sebuah ungkapan bagi wisatawan yang atau berlaku yang di luar dari norma adat
mengalami perasaan tidak enak di perut setempat. Masyarakat lokal Desa Canggu
akibat menyantap makanan Bali). dinilai ramah terhadap wisatawan asing
Wisatawan digital nomad merasa sedikit yang datang berkunjung. Sebagian besar
ketakutan jika mengonsumsi air langsung masyarakat sudah fasih menggunakan
dari keran untuk menggosok gigi karena bahasa inggris dalam kehidupan sehari-
faktor higinitas sanitasi. Hal ini memang hari. Ramah terhadap perempuan juga
berbeda dari negara mereka, dimana air menjadi suatu tolak ukur yang dinilai
dapat dikonsumsi secara langsung dari oleh wisatawan digital nomad.
keran. Sebagai negara tropis, nyamuk
menjadi sesuatu yang sering dihadapi 2. Identifikasi amenitas bagi
oleh tamu. Mereka mempunyai wisawatan digital nomad
ketahanan tubuh yang berbeda dengan Seiring dengan pertumbuhan
penduduk lokal sehingga mereka sering pariwisata dan bermunculannya
merasa sangat tidak nyaman oleh wisatawan digital nomad ke Desa
nyamuk. Mereka takut terserang oleh Canggu, para pengusaha di Canggu tidak
penyakit demam berdarah. Fasilitas ingin melewatkan kehadiran wisatawan
lainnya juga yaitu apotik sudah tersedia ini sehingga mereka berlomba untuk
sdengan baik. Dokter dapat dipanggil on menawarkan akomodasi mulai muncul
call dengan gojek medicine. guna mengakomodir kebutuhan
Keenam, wisatawan digital nomad wisatawan ini. Wisatawan digital nomad
juga sangat memperhatikan kehidupan mempunyai banyak alternatif pilihan
malam, di Desa Canggu kini terdapat tinggal seperti villa, AIRBNB, hotel,
beberapa tempat hiburan tempat mereka hostel, surf camp, guest house, homestay
menikmati kehidupan jika penat bekerja. dan yang sedang menjadi tren adalah co-
Finns Beach Club, Black Cat, La Brisa, living.
Old Man’s, The Lawn, Pretty Poison,
100
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

Wisatawan digital nomad nomad juga senang berbaur dengan


merupakan wisatawan yang mempunyai warga lokal dan mendalami hidup
waktu tinggal dengan jangka waktu sebagai bagian dari warga lokal.
menengah sampai dengan jangka Wisatawan digital nomad juga
panjang. Dari observasi penulis, terdapat memilih Surf camp juga menjadi salah
4 jenis tipe akomodasi bagi wisatawan satu pilihan alternative bagi yang gemar
digital nomad yaitu villa, homestay, surf menghabiskan waktu luang untuk
camp dan co-living. berselancar. Sesuai dengan Namanya,
Wisatawan digital nomad akomodasi ini mempunyai ceruk pasar
menyewa akomodasi berupa villa selama “niche” bagi penghobi selancar.
dengan rentang waktu bulanan. Alasan Kelebihan akomodasi ini tidak hanya
wisatawan digital nomad memilih tipe sebatas akomodasi akan tetapi mereka
akomodasi villa yaitu mereka ingin dapat bertemu dengan orang-orang yang
merasa bekerja dengan privat dan agar mempunyai hobi yang sama dan dapat
mudah untuk mengundang teman- bertukar pikiran dan menjalin relasi baru.
temannya datang untuk berpesta. Wisatawan digital nomad juga
Akomodasi berupa villa juga dilengkapi memunculkan tren akomodasi co-living.
beberapa fasilitas berupa dapur, taman Akomodasi ini terlihat sama dengan
dan kolam renang yang sangat membuat akomodasi pada umumnya, menawarkan
nyaman. Villa merupakan tempat tinggal kamar akan tetapi co-living mempunyai
yang nyaman untuk tinggal, bekerja dan keunggulan berupa fasilitas tempat kerja
menikmati halaman dengan kolam yang dapat di gunakan bersama maupun
renang. Mereka sering menyebutnya tempat kerja yang dapat disewa secara
“staycation” yang terdiri dari stay dan privat. Jenis akomodasi ini juga dapat
vacation. mempertemukan teman yang mempunyai
Wisatawan digital nomad juga kesamaan dalam profesi yaitu digital
mempunyai pilihan tinggal di usaha skala nomad dan membentuk komunitas.
kecil seperti homestay/guesthouse. Digital nomad identik dengan
Akomodasi yang mendominasi di Desa memilih destinasi tempat ia akan hidup di
Canggu adalah homestay/guest house destinasi yang mempunyai biaya yang
yang dimiliki oleh warga lokal. Adapun lebih rendah daripada penghasilannya.
alasan wisatawan digital nomad memilih Beberapa pengeluaran yang menjadi
tipe akomodasi homestay. Homestay/ pertimbangan wisatawan digital nomad
guest house mempunyai fleksibilitas dalam memilih destinasi sebagai tempat
waktu dan harga yang dapat dinegosiasi. hidup adalah biaya hidup untuk satu
Mereka dapat menyewa secara harian, orang untuk perbulannya. Dilansir dari
mingguan hingga bulanan. Harga sewa Nomadlist, untuk tinggal di hotel
per bulan/ per minggu dan per hari memerlukan USD 458/bulan atau setara
dengan harga yang sangat murah dengan sewa hotel USD 21/ malam, Air
baginya. Harga untuk menyewa per bulan BNB USD 1.251/ bulan atau setara
yaitu Rp. 4.000.000/ kamar. Hampir dengan USD 41/malam, Coworking USD
semua homestay/guesthouse dilengkapi 247/bulan, makan malam USD 3.54/
fasilitas wifi yang cukup kencang untuk sekali makan, kopi USD 1.77, beer USD
menunjang aktifitas pekerjaan wisatawan 1.77 untuk ukuran 0.5L, coca cola USD
digital nomad. Harga yang sangat 0.59/ kaleng. Dari hal ini dapat
kompetitif jika melihat dari fasilitas dan disimpulkan bahwa Desa Canggu
fleksibilitas yang ditawarkan. Selain mempunyai pilihan akomodasi yang
harga yang kompetitif, wisatawan digital
101
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

beragam untuk menunjang kebutuhan Seminyak ataupun jalan raya


wisatawan digital nomad. Kerobokoan. Mobilitas wisatawan digital
nomad di Desa Canggu didominasi
3. Identifikasi aksesibilitas bagi dengan menggunakan sepeda motor. Hal
wisawatan digital nomad ini akan dapat memudahkan mereka
untuk bergerak dari satu tempat ke
Kunjungan wisatawan digital tempat lainnya. Fasilitas untuk pejalan
nomad datang ke Indonesia juga tidak kaki memang masih sangat minim, tidak
terlepas dari kebijakan visa pemeintah adanya fasilitas trotoar untuk pelajan kaki
Indonesia. Menurut Peraturan Presiden menjadikan wisatawan susah untuk
RI Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Bebas menyusuri jalan. Jalanan yang begitu
Visa Kunjungan, pemerintah sempit dan padatnya lalu lintas di Desa
memberikan bebas visa kepada 169 Canggu juga tidak memungkinkan bagi
negara. Indonesia mempunyai 3 jenis pengendara sepeda ataupun pejalan kaki.
visa kunjungan yaitu visa kunjungan saat
kedatangan, visa kunjungan satu kali 4. Identifikasi ancilari bagi wisawatan
perjalanan dan visa kunjungan beberapa digital nomad
kali perjalanan. Kebijkan bebas visa bagi Pelayanan tambahan merupakan
wisatawan selama 30 hari. Wisatawan salah salah satu elemen dari 4A yang
digital nomad ini juga dapat mengajukan berperan penting bagi suatu destinasi
visa extension ketika sampai di Bali wisata yang hendaknya dapat disiapkan
dengan perpanjangan lama tinggal 30 oleh pemerintah daerah baik untuk
hari. Wisatawan juga dapat mengajukan wisatawan maupun untuk pelaku
visa sosial budaya. Dengan visa ini, pariwisata. Pelayanan yang disediakan
orang asing dapat berkunjungan sekali ke termasuk pemasaran, pembangunan fisik
wilayah Indonesia hanya untuk tujuan (jalan raya, air minum, listrik, telepon,
kunjungan keluarga, wisata dan lainnya dan lain-lain) serta mengkoordinir segala
diluar kebutuhan bisnis atau kerja. Visa macam aktivitas dan dengan segala
kunjungan sosial budaya diberikan lama peraturan perundang-undangan baik di
tinggal 60 (enam puluh) hari, dapat jalan raya maupun di destinasi wisata.
diperpanjang sebanyak 4 (empat) kali dan Ancilliary juga merupakan hal–hal yang
setiap kali perpanjangan diberikan lama mendukung sebuah kepariwisataan,
tinggal 30 (tiga puluh) hari. seperti lembaga pengelolaan, Tourist
Wisatawan digital nomad juga Information Centre, agen perjalanan dan
mempertimbangkan akses ke destinasi stakeholder yang berperan dalam
wisata. Untuk menuju Desa Canggu kepariwisataan seperti asosiasi.
dapat dapat ditempuh sejauh 18 km Pelayanan tambahan sudah mulai
melalui jalur darat dari Kota Denpasar, dikembangkan seperti adanya jasa travel
kurang lebih selama 45 menit dari agent, penukaran mata uang asing, visa
Bandara Udara Internasional Ngurah Rai. extension, listrik, telepon, ATM. Dari
Jalan untuk menuju Desa Canggu sudah beberapa fasilitas yang sudah
didukung dengan jalan raya aspal untuk dikembangkan namun di Desa Canggu
memudahkan mengakses pusat kawasan sangat kekurangan akses pagi pejalan
wisata yang ada di Desa Canggu kaki yang memadai seperti trotoar dan
menggunakan kendaraan roda dua, tempat penyebrangan yang aman bagi
mobil, hingga bus. Akses menuju Desa wisatawan.
Canggu dapat dilewati dari arah jalan
raya Kuta, jalan raya Legian, jalan raya
102
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

Analisis Pasar Wisatawan Digital kunjungi, wisatawan nomad menerapkan


Nomad di Desa Canggu konsep “slow travel” karena tinggal
Dari 15 informan wisatawan lebih lama sehingga tidak terburu-buru.
digital nomad yang tinggal di Desa Wisatawan digital nomad mengatur
Canggu selama kurang lebih 1 bulan, waktu bekerja dan berwisata sesuai
mereka memilih untuk tinggal di Desa dengan tuntutan dari pekerjaannya.
Canggu dikarenakan mempunyai suasana Mereka dapat menghabiskan waktu pada
yang santai dan dekat dengan pantai. pagi hari di pantai dan mulai efektif
Wisatawan digital nomad yang bekerja pada tengah malam karena
berkunjung ke Desa Canggu mempunyai menyesuaikan jam dengan negara asal.
karakteristik sebagai berikut: Pertama, Wisatawan digital nomad akan lebih
Pola Perjalanan. Perjalanan wisatawan cenderung memilih untuk makan sehari-
digital nomad akan sangat berbeda hari di warung lokal dikarenakan harga
dengan wisatawan pada umumnya. yang lebih murah dan memilih bekerja di
Mereka akan memilih tempat untuk café atau co-working space jika
tinggal dengan beberapa pertimbangan membutuhkan tempat untuk bekerja.
yaitu infrastruktur, internet dan biaya
hidup. Wisatawan tipe ini akan tinggal 4.1 Persepsi Wisatawan digital
lebih lama di suatu destinasi nomad tentang Canggu
dibandingkan wisatawan lainnya yang Terdapat 15 orang wisatawan
berpindah-pindah dengan susunan acara digital nomad di Canggu yang menjadi
perjalanan. Mayoritas akan tinggal informan pada penelitian ini. Informan
selama 30 hari dan kemudian pergi ke merupakan wisatawan digital nomad
negara terdekat di Asia seperti Singapura, yang sudah tinggal di Desa Canggu
Malayasia atau Thailand untuk beberapa kurang lebih selama 1 bulan. berikut
minggu dan kemudian akan kembali ke profil wisatawan digital nomad pada
Bali. tabel 1.
Kedua, Pekerjaan. Wisatawan Dari tabel 1, profil wisatawan
digital nomad merupakan pekerja lepas digital nomad rata-rata berasal dari benua
yang tidak terikat oleh ruang dan waktu Eropa, Amerika dan Australia. Rentang
akan tetapi selalu terhubung dengan usia wisatawan digital nomad ini mulai
internet. Pekerjaan mereka dapat dari 22 tahun hingga 43 tahun dimana
dilakukan sembari dengan kegiatan pada umur tersebut masih sangat
berwisata. Rata-rata dari mereka memungkinkan seseorang produktif dan
mempunyai pekerjaan sebagai business mudah untuk berpindah-pindah.
coach, guru yoga sekaligus content Pekerjaan wisatawan digital nomad juga
creator, website developer, freelancer, mayoritas bekerja pada sektor teknologi
web designer dan bloger. Semua yang mengandalkan kecepatan internet
pekerjaan ini berbasis internet dan dan tidak memerlukan hadir secara fisik
mempunyai dan tidak menuntut hadir di di kantor karena pekerjaan mereka dapat
kantor akan tetapi dinilai berdasarkan dilakukan dimana saja.
efektivitas dan deadline suatu pekerjaan.
Ketiga, Rutinitas. Kehidupan rutin
wisatawan digital nomad akan sangat
berbeda dengan wisatawan pada
umumnya. Jika wisatawan pada
umumnya sudah membawa rancangan
perjalanan dan tempat yang akan di
103
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

Tabel 1. Profil Informan Wisatawan Digital Nomad di Canggu


No Nama Warga Umur Pekerjaan
Negara
1 Gavin Australia 43 Bisnis Coach
2 Guilio Italia 22 Guru Yoga/ content
creator
3 Woojoo Canada 26 Website Developer
4 Luca Denmark 25 Website Developer
5 Keston Australia 30 Freelencer
6 Uga Spanyol 26 Freelencer
7 Alex Belanda 28 Web Designer
8 Miguel Jerman 30 Content Creator
9 Zoe Australia 24 Blogger

10 Monja Jerman 23 Web Designer


11 Melissa Jerman 25 Blogger
12 Mike Jerman 28 Bisnis Developer
13 Sascha Jerman 35 Fitness Instructor/ conten
creator
14 Joe Canada 30 Graphic Designer
15 Ronan Australia 29 Web Designer

Sumber: Penelitian 2019


adalah berlibur. Jika sudah selesai
Guilio menyatakan ia mengikuti mengadakan rapat, ia dapat pergi ke
program dari Nomad Academy selama 3 pantai untuk berselancar. Kedekatan
bulan. Nomad Academy merancang antara Indonesia dan Australia pun
program pelatihan dengan tempat di Asia menjadi alasannya, dengan peraturan
dengan durasi 1(satu) bulan di masing- bebas visa yang dimiliki, ia dapat pergi
masing negara seperti destinasi wisata kembali ke negaranya (wawancara pada
seperti Thailand, Bali dan Malaysia. Ia 25 April 2019). Gavin menjelaskan
merasakan Desa Canggu merupakan bahwa ia berhenti dari pekerjaannya dan
tempat yang nyaman sebagai seorang memutuskan untuk bekerja secara online,
wisatawan digital nomad. Terdapat ia merasa lebih produktif bekerja dengan
banyak tempat yoga terlebih ia juga cara ini dan memilih Desa Canggu
merupakan seorang guru yoga sebagai tempat yang pertama ia datangi
(wawancara 30 April 2019). Senada saat di Bali dikarenakan rekomendasi
dengan pernyaataan Guilio, Luca seorang dari teman-temannya. Ia tidak pernah
website developer juga mengatakan ingin dianggap sebagai ‘bule’ atau
bahwa ia sangat menikmati pantai yang panggilan bagi orang asing karena ia
di Desa Canggu dan sekitarnya untuk sangat senang hidup sebagai masyarakat
kegiatan berselancar. Ia juga mulai mahir lokal. Penduduk Desa Canggu yang
menggunakan sepeda motor setelah 1 ramah membuat ia tidak kesulitan
minggu tinggal di Desa Canggu berbaur dengan masyarakat lokal
(wawancara pada 25 April 2019). (wawancara pada 28 April 2019).
Ronan, seorang wisatawan digital Zoe yang berprofesi sebagai
nomad asal Australia juga mengatakan blogger juga mengungkapkan bahwa
hal senada, Bali merupakan tempat yang Bali merupakan tempat yang instagenic,
ideal untuk tinggal, ia merasa setiap hari ia dapat dengan leluasa mengambil

104
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

konten untuk blognya. Bekerja dan Bali sebagai destinasi digital nomad
berwisata menjadi kesatuan yang tidak adalah Kuala Lampur, hanya saja yang
terpisahkan. Persepsi wisatawan digital kurang adalah di Kuala Lumpur tidak
nomad asal Jerman, Miguel, Monja, mempunyai pantai seperti di Bali untuk
Mike dan Sascha mengutarakan bahwa berselancar dan menikmati matahari
Desa Canggu sangat lengkap mempunyai terbenam (wawancara pada 28 April
ragam pilihan restoran vegan yang 2019).
mendukung gaya hidupnya. Mereka Penulis juga mengamati persepsi
sangat mempunyai perhatian khusus wisatawan dari portal nomadlist.com
terhadap pola konsumsi terlebih Sascha mereka memberikan sejumlah ulasan
yang berprofesi sebagai fitness instructor mengenai pengalaman tinggal yang
dan juga content creator. Desa Canggu dirasakan di Desa Canggu yaitu
mempunyai café vegan yang nyaman “Canggu very Western. Canggu is
ditambah dengan fasilitas wifi yang essentially a 2-by-2 km resort full of
tersedia hampir di selurug café expats, foreigners, nomads and tourists”
(wawancara pada 24 April 2019). Dari (anonim pada 22 April 2019). Dari
hal ini, dapat dilihat bahwa wisatawan ungkapan ini wisatawan merasakan
digital nomad sangat mempunyai gaya bahwa Desa Canggu sangat dipengaruhi
hidup yang spesifik. oleh budaya barat dan sangat turistik.
Pengalaman Uga selama tinggal di Jalanan dan lingkungan Desa Canggu
Desa Canggu, ia merasa Canggu dipenuhi oleh wisatawan, bahkan orang
merupakan tempat yang lengkap yang lokal sangat sulit untuk dilihat. Jika ada,
mempunyai banyak pilihan akomodasi. orang lokal tersebut adalah penjaga toko,
Ia memilih tinggal di homestay karena pelayan di restoran yang mana bukan asli
memiliki waktu tinggal yang panjang warga lokal Desa Canggu.
selama 3 bulan dan ia dapat menawar Desa Canggu menjadi sangat
harga dengan pemilik homestay. Berbeda terkesan Barat karena banyak mendapat
dengan Keston dan Alex, mereka pengaruh dari pemilik bisnis yang juga
memilih untuk tinggal di Desa Canggu mayoritas orang barat. Penduduk lokal
dan tinggal di villa bersama agar lebih Desa Canggu lebih tertarik menyewakan
privasi (wawancara pada 26 April 2019). rukonya daripada berbisnis sendiri. Tidak
Melisa mempunyai pandangan bahwa hanya ungakapan seperti diatas,
Canggu merupakan tempat yang wisatawan digital nomad juga
menyenangkan, setiap jalan, gang, sawah mengatakan “Actually hard to find
dan hal dalam kehidupan sehari-hari di Balinesian food. There is a lot of
Desa Canggu sangat menarik untuk overpriced, average, western, hipster
difoto atau instagenic, hal ini sangat food. People are incredibly kind and the
memudahkan pekerjaannya untuk Balinesian food is great when you can
mencari content bagi websitenya find it” (anonim ada 22 April 2019). Dari
(wawancara pada 30 Maret 2019). Tidak ungkapan wisatawan digital nomad
hanya itu, Woojo berpendapat, bahwa tersebut sangat memperlihatkan bahwa
Desa Canggu adalah tempat yang Desa Canggu memang sangat di
sempurna baginya sebagai digital nomad. dominasi oleh café-café, restoran yang
Jika ia melakukannya di Hawai, biaya menyajikan makanan internasional.
hidupnya akan sangat mahal, 5 kali dari Wisatawan digital nomad merasa sangat
Bali. Jika ia ke Sri Lanka, akses susah untuk menemukan makanan
internetnya jauh lebih tidak stabil dari tradisional Bali ataupun warung yang
Bali. Destinasi yang paling mendekati menyedikan makanan asli Indonesia.
105
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

Wisatawan digital nomad memang itu juga berarti membahayakan hidup


mempunyai ekspektasi untuk dapat anda sendiri. Lalu lintasnya tidak cukup
tinggal di suatu destinasi agar merasakan aman, tetapi jika mengendarai motor
pengalaman tinggal seperti penduduk dengan kecepatan 30km/jam kamu akan
lokal. Menikmati makanan seperti baik-baik saja. Jangan coba-coba untuk
penduduk lokal dengan harga sama minum alcohol dan berkendara karena
seperti lokal. Penduduk Bali sangat banyak wisatawan yang sudah meninggal
ramah dan ia sangat merasa senang ketika akibat melakukan ini.
dapat menemukan makanan tradisional Motorbikes are dangerous and
Bali dan Indonesia. there are so many incredibly dangerous
Wisatawan digital nomad tourists on motorbikes either showing off
mempunyai persepsi yang buruk on overpowered bikes or not knowing
terhadap lalu lintas di Desa Canggu what they're doing and crashing. I've
seperti ungkapan di bawah ini: been crashes and near-misses almost
Traffic is really annoying. There's just every day. Had someone crash into me
too many loud dangerous motorbikes and just yesterday. Walking is impossible and
scooters on too narrow roads driving too incredibly dangerous. Its not worth your
fast. And often a giant car clogging life to be in a place with filthy beaches,
everything up in there too. Canggu will filthy streets and incredible noise
kill itself if it doesn't fix this. Canggu pollution from clubs and made-to-be-
needs a ban on petrol bikes, only allow loud motorbikes (anonim pada 1 Maret
electric bikes, set speed limits that are 2019).
enforced and promote bicycle usage. Pernyataan diatas mengungkapkan
Cars should be banned altogether, it's bahwa sepeda motor sangat berbahaya
just too small for it (anonim pada 1 Maret dan disini juga banyak sekali wisatawan
2019). Dari pernyataan diatas, anonim yang mengendarai sepeda motor dan
menyebutkan bahwa lalu lintas sangat bahkan mengendarainya dengan
menyebalkan. Terlalu banyak sepeda kecepatan tinggi dan tidak tahu apa yang
motor yang berbahaya di jalanan yang mereka lakukan sehingga terjadi
sempit dan mengendarainnya dengan kecelakaan. Berjalan kaki menjadi hal
kecepatan tinggi. Banyak mobil yang sangatlah tidak mungkin dilakukan dan
besar juga jatuh terjungkal ke sawah di berbahaya. Tidak sepadan dengan hidup
sepanjang Canggu short cut Pantai anda untuk berada di tempat dengan
Berawa menuju Canggu. Canggu pantai-pantai yang kotor, jalan-jalan
seharusnya menentang untuk sepeda yang kotor dan polusi suara yang luar
motor dan hanya membolehkan sepeda biasa dari klub dan sepeda motor yang
elektrik dengan kecepatan yang terbatas keras.
dan mendorong untuk penggunaan Wisatawan digital nomad tidak
sepeda. Mobil juga seharusnya dilarang hanya memberi persepsi yang buruk
untuk memasuki jalan di Canggu karena terhadap lalu lintas akan tetapi juga
jalananya terlalu sempit. keamanan di Desa Canggu seperti salah
Hidup di Desa Canggu satu pernyataan dibawah ini “Watch out
mengharuskan wisatawan dapat for the bag snatchers at night, it never
mengendarai sepeda motor. Kurangnya happened to me but I've heard some
fasilitas trotoar atau fasilitas bagi stories. Better to just wear a backpack,
pedestrian dan berjalan di samping jalan because they won't try to snatch that”
raya sangat dirasa berbahaya. Jika (anonim pada 1 November 2018). Desa
wisatawan mengendarai sepeda gayung, Canggu memang masih relatif aman bagi
106
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

wisatawan, jarang terjadi tindak kriminal, Sejak 2016 dan seterusnya, setiap
akan tetapi yang terjadi kini mulai rawan tahun semakin banyak wisatawan digital
dengan tindak kriminal yaitu tindak nomad mulai mengenal Desa Canggu.
pencopetan. Pada akhir 2017, itu menjadi sangat
Desa Canggu memang masih populer di kalangan pengembara
mempunyai beberapa tempat yang belum sehingga untuk pertama kalinya Dojo
diterangi oleh penerangan jalan yang harus menolak keanggotaan baru. Pada
memadai dan sangat rentan terjadi tindak saat yang sama, itu mulai menjadi hotspot
kriminal. Dari pernyataan beberapa untuk instagrammers, yang akan
persepsi wisatawan digital nomad terkait menyewa villa mewah dengan flamingo
implikasi kondisi lalu lintas dan mengapung dan memotret. Pada
keamanan tentu saja memberi gilirannya, ini mulai menarik lebih
ketidaknyamanan dan rasa banyak wisatawan dan sekarang telah
ketidakamanan bagi wisatawan tersebut. menjadikan Desa Canggu tempat paling
Hal tersebut dapat menyebabkan celaka populer di Bali untuk wisatawan digital
bagi wisatawan sendiri dan warga lokal nomad.
yang sering berlalu lintas. Tidak hanya
itu, jika hal ini tidak diantisipasi dengan SIMPULAN
langkah yang tepat, ulasan-ulasan yang di
unggah oleh para wisatawan digital Dari identifikasi produk 4A yang
nomad ini dapat memberikan citra negatif menunjang kebutuhan wisatawan digital
bagi Desa Canggu dan terlebih tersebut. nomad dapat disimpulkan Desa Canggu
Dari beberapa persepsi yang buruk sudah memenuhi pada aspek atraksi,
yang diungkapkan oleh sejumlah amenitas. Hal ini mendapat respon yang
wisatwan nomad, juga terdapat sangat bagus dari pelaku dunia usaha,
wisatawan digital nomad yang mereka sangat gesit untuk mengantisipasi
mengatakan bahwa Desa Canggu keperluan dari kelompok wisatawan ini.
merupakan tempat yang paling ideal di Masih terdapat kekurangan pada aspek
seluruh kawasan Asia Tenggara untuk ansilari akan tetapi masih memiliki
bersantai dan bekerja. “Canggu is the kelemahan pada aspek aksibilitas. Dari
best amongst other SE Asian area for sejumlah pernyataan diatas tentunya ada
chilling and working remotely” (anonim beberapa hal yang patut dibenahi jika
pada 1 November 2018). “Desa Canggu Bali dan Desa Canggu khususnya ingin
adalah tempat yang bagus untuk bekerja tetap eksis menjadi destinasi utama
secara remote, poin yang bagus adalah wisatawan digital nomad. Adapun hal
murah dan makanan yang sehat dan tidur tersebut yaitu faktor lalu lintas,
di tempat yang bagus. Jika wisatawan keamanaan. Faktor tersebut menjadi
bersikap yang baik dengan orang Bali bahan masukan bagi pemerintah daerah
dan mayoritas orang yang tinggal di Desa untuk terus berbenah dalam
Canggu, mereka akan berlaku yang baik mengembangkan pariwisata.
juga dengan mereka. Wisatawan digital Perlu adanya kebijakan
nomad dapat berselancar, mendaki, dan pengembangan pariwisata ke arah
mengerdarai sepeda motor di tengah nomadic tourism khususnya yang
persawahan yang cantik. Menemukan berbasis digital. Desa Canggu sudah
kedamaian dan sebagai contohnya menjadi ikon dari wisatawan digital
keinginan diri untuk bermeditasi atau nomad yang semestinya dapat
berselancar. diberdayakan dan dikembangan bersama
dengan teknologi yang lebih canggih
107
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 14 (2) (2020)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2020

sehingga Desa Canggu mempunyai Sumber Online


brandingnya yang khas. Untuk penelitian
selanjutnya dapat diteliti terkait dampak Nomadlist. (2019). Canggu. [online] Diakses
kehadiran digital nomad dari segi dari https://nomadlist.com/canggu
[Diakses pada 25 Maret 2019]
ekonomi, sosial dan budaya.
Nomad Academy. (2019). [online] Diakses
dari https://www.nomad.academy/
DAFTAR PUSTAKA [Diakeses pada 25 Maret 2019]
Nomad. (2019). [online] Diakses dari
Buku https://www.oxfordlearnersdictiona
ries.com/definition/english/nomad
Creswell, John W. 2010. Research Design Diakses pada Desember 14, 2019
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Jennings, G. (2001). Tourism Research. 1st
ed. Melbourne: Wiley.
Sugiyono. (2001). Metode Penelitian.
Bandung: CV Alfa Beta.

Sugiyono (2015). Metode Penelitian


Kombinasi (Mix Methods).
Bandung: Alfabeta.

Jurnal/Proceeding/Skirpsi/Tesis/Disertasi

Haking, J. (2017). Digital Nomad Lifestyle A


Field Study in Bali. KTH Royal
Institute of Technology School of
Industrial Engineering and
Management. Stocholm: Sweden.
Kannisto, P. (2014). Global Nomads.
Challenges of Mobility in the
Sedentary World. Tilburg:Tilburg
University.
Kaplan, C. (1996). Questions of travel:
Postmodern discourse of
displacement. Durham: Duke
University Press.
Müller, A. (2016). The digital nomad:
Buzzword or research category?
Transnational Social Review: A
Social Work Journal, 6(3), 344–348.
Reichenberger, I., (2017). Digital nomads–a
quest for holistic freedom in work
and leisure. Annals of Leisure
Research, pp.1-17.
Urry, J. (2000). Sociology beyond societies:
mobilities for the twenty-first
century. London; New York:
Routledge.

108

Anda mungkin juga menyukai