DISUSUN OLEH
AINUN NAFISA R. H./ 2018191184
SHABRINA SALSABELA/ 2018191140
RESDA GITA BELLA/ 2018191135
2019
1
Nongkrong di Borobudur: Strategi Milenial Dalam Menghadapi
Ketidakpastian Pariwisata Global
2
sehingga angka kunjungan dapat kembali menunjukkan tren peningkatan tanpa
adanya wisatawan asing.
Karakteristik yang dibangun yaitu dengan mengintegrasikan berbagai
bentuk kegiatan yang akan difasilitasi oleh pihak wisata Borobudur yang
bekerjasama dengan pihak pemerintah. Penerapan konsep Nongkrong di
Borobudur juga diharapkan mampu mempersiapkan masyarakat sekitar dalam
menghadapi ketidakpastian ekonomi. Konsep ini diimplementasikan dengan
meratakan persebaran pengunjung yang datang, sehingga tidak hanya terpusat
untuk melihat atau menaiki Candi Borobudur saja. Nongkrong di Borobudur
merupakan pengembangan potensi wisata Borobudur yang diklasifikasikan dalam
bentuk kegiatan yang dapat dilakukan oleh pengunjung ketika datang ke
Borobudur. Berikut ini logo brand Nongkrong di Borobudur yang dibuat oleh
penulis.
3
c. Nonton Layar Tancep
Kegiatan Nonton Layar Tancep akan menjadi penggerak yang tidak hanya
menggaet pengunjung, tetapi juga lembaga pendidikan maupun pemerintah untuk
turut berpartisipasi. Dalam kegiatan ini akan ditayangkan film dokumenter
dengan tema sejarah serta film yang menggambarkan bagaimana kondisi
Indonesia pada saat ini, sekaligus sebagai bentuk ajakan agar pengunjung dapat
mulai berbenah diri untuk Indonesia kedepannya.
d. Piknik Asyik
Kegiatan piknik asyik merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan
agar pengunjung bisa menghabiskan waktu dengan keluarga atau teman untuk
bersantai bersama, menghabiskan waktu, ataupun hanya untuk menikmati
pemandangan dan melupakan penatnya rutinitas sehari-hari.
4
Dalam kegiatan ini, pengunjung akan diajak bermain bersama dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sekaligus bernostalgia dengan permainan
tradisional yang saat ini mulai turun eksistensinya. Dalam kegiatan ini,
pengunjung dapat menjajal permainan tradisional seperti engklek, dakon, dan
lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan di sebuah bangunan pendopo dan terbuka bagi
semua pengunjung.
5
j. Arak-arakan
Kegiatan ini menjadi bentuk pelestarian budaya dan adat-istiadat di daerah
Borobudur. Dalam pelaksanaanya, pengunjung akan diajak untuk menyaksikan
upacara adat atupun perayaan yang dilakukan di sekitar Borobudur sesuai dengan
waktu pelaksanaan yang ditetapkan. Beberapa tradisi yang dapat disaksikan
diantaranya Ruwat Rawat Borobudur, Sedekah Gunung, Sedekah Punthuk
Setumbu, Ritual Gaib, Ruwat Sengkolo, Renungan Budaya Siwi, Sedekah
Sendang Suruh, dan Tetesan.
Implementasi
1. Pelabelan
Produksi dan 2. Analisis
inkubasi lingkungan
pemasaran
1. Peneguhan visi, 3. Produk
misi, dan 4. Pengembangan
Perencanaan karakter
1. Identifikasi varian produk
2. Pemberdayaan 5. Destinasi wisata
2. Perumusan masyarakat
potensi 6. Evaluasi
3. Pembangunan
3. Pemetaan infrastruktur
4. Transformasi
produk dan jasa
Perencanaan
Identifikasi merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan oleh daerah
untuk memilih potensi mana saja yang ada untuk dijadikan sebagai lokasi yang
sesuai untuk pelaksanaan kegiatan dalam wisata. Proses identifikasi menjadi
6
penting karena jika terjadi kesalahan maka potensi wisata yang seharusnya sangat
berkembang menjadi tidak terurus.
Tahap selanjutnya yaitu merencanakan pengembangan potensi wisata
sesuai dengan minat pengunjung. Konsep Nongkrong di Borobudur merupakan
pengembangan yang tepat karena konsep ini sesuai dengan minat masyarakat. Hal
ini akan berdampak pada banyaknya wisatawan domestik karena adanya kegiatan
yang dapat mereka lakukan ketika berkunjung ke Borobudur. Konsep kegiatan
Nongkrong di Borobudur ini memiliki berbagai macam kegiatan yang
memberikan banyak manfaat baik dari segi fisik, sosial interaksi antar pengunjung
dan mencakup edukasi.
Produksi dan Inkubasi
Tahapan kedua dalam strategi pengembangan ini adalah produksi dan
inkubasi. Tahapan ini meliputi peneguhan visi, misi, dan karakter, pemberdayaan
masyarakat, pembangunan infrastruktur dan produksi dan inkubasi itu sendiri.
Tahapan ini merupakan tahapan produksi awal dari produk maupun jasa dari
industri kreatif berbasis kearifan lokal. Keane dan Hartley (2001) menjelaskan
produksi dan inkubasi merupakan proses mentransformasi potensi menjadi
industri kreatif berbentuk produk maupun jasa dengan ditunjang sumber daya
manusia, kreativitas, alat dan bahan, infrastruktur, dan sarana pendukung lainnya.
Dengan adanya inkubasi di dalamnya diharapkan ada kegiatan yang
terstruktur sesuai dengan program dan kebutuhannya. Program yang ada
memudahkan masyarakat untuk melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang
pengunjung inginkan dengan tidak melupakan manfaatnya. Inkubasi inilah wujud
dari pengembangan potensi wisata yang ada sehingga kawasan wisata dapat
meningkatkan angka kunjungan (quantity) untuk mencapai target dan berpotensi
menghasilkan repeater visitor.
Implementasi dan Evaluasi
Tahapan implementasi dan evaluasi dimulai dari pelabelan, analisis
lingkungan pemasaran, promosi, destinasi wisata dan evaluasi. Hal ini juga
dikuatkan oleh Keane dan Hartley (2001) bahwa tahapan ini lebih
menitikberatkan pada promosi, distribusi produk dan jasa dan segmentasi pasar.
Pihak-pihak yang Terlibat
7
Strategi pengembangan ini harus didukung oleh beberapa pihak agar dapat
terwujud. Pihak-pihak yang terlibat dalam strategi pengembangan ini dijabarkan
dalam model strategi pengembangan Wisata Budaya Candi Borobudur dengan
konsep Nongkrong di Borobudur sebagai strategi milenial menjadikan Borobudur
Fenomenal. Model ini merupakan hasil modifikasi dari produk milik Sulaeman
Bank/
LPBB
Pemerinta
h Video kegiatan
Wisatawan Nongkrong di
Borobudur
sebagai sarana
Tokoh penyiaran dan
Masyarakat promosi
Warga/
Warga/ Masyarakat
Masyarakat
Warga/ Warga/
Masyarakat Masyarakat
CD CD
S S
(2006).
8
dan mensukseskan pengembangan industri kreatif berbasis kearifan lokal sebagai
destinasi wisata.
Berbagai kegiatan penyuluhan, pemberdayaan, serta pengawasan setiap
kegiatan dilakukan oleh CDS (Culture Development Services) sebagai lembaga
atau perorangan yang berasal dari lembaga perguruan tinggi atau swasta. Selain
itu, perna lembaga bantuan penyokong dana yang berasal dari bank maupun
lembaga bukan bank diperlukan untuk mendapatkan pendanaan dalam
pembangunan segala fasilitas.
Dalam mempromosikan dan memberikan informasi mengenai konsep
Nongkrong di Borobudur, terdapat tim IT/ RnD yang dimaksudkan untuk
membangun sistem IT yang terintegrasi sehingga akses informasi dan update dari
wisata ini dapat diketahui secara mudah. Pihak ini juga akan menjadi rujukan
dalam pengembangan dan evaluasi kegiatan Nongkrong di Borobudur dengan
hasil dari tim ini yaitu membuat video budaya dan adat-istiadat sekitar sebagai
sarana penyiaran dan promosi. Pihak terakhir yang menjadi tujuan akhir dari
pengembangan wisata ini adalah wisatawan yang membantu dalam menggerakkan
sektor pariwisata.
Nongkrong di Borobudur menjadi solusi yang dapat diterapkan untuk
menghadapi ketidakpastian ekonomi akibat adanya fenomena Covid-19.
Karakteristik yang akan dikembangkan adalah memberikan berbagai kegiatan di
Borobudur yang dapat mewadahi berbagai minat pengunjung.
Strategi pengembangan yang akan dilakukan telah dijabarkan ke dalam
road map yang terdiri atas perencanaan, produksi dan inkubasi, serta
implementasi. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan yaitu pemerintah,
tokoh masyarakat, masyarakat sasaran, CDS (Cultural Development Services),
Bank atau LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank), dan tim IT/ RnD. Sehingga,
ketika semua tahapan dilaksanakan sebagaimana mestinya, maka peningkatan
pendapatan dari industri wisata kreatif akan semakin meningkat.
9
Daftar Pustaka
Keane, Michael dan John Hartley. 2001. From Ceremony to CD-ROM Indigenous
Creative Industries in Brisbane. Creative Industries Research and
Applications Centre (CIRAC) Queensland University of Technology
Kegiatan nongkrong generasi mileneal, dikutip laman:
https://tekno.kompas.com/read/2010/12/12/15401069/Nongkrong.di.Mana
Rahayu, Agustini. 2020. “Dampak Virus Corona terhadap Pariwisata di Asia
Tenggara”. Dikutip dari laman:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/02/16/144000065/dampak-virus-
corona-terhadap-pariwisata-di-asia-tenggara- diakses pada 18 Februari
2020.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya. BOP (Badan Operasional Pariwisata) Borobudur
“Membagi wilayah pengembangan pariwisata disekitar Borobudur menjadi
4 wilayah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)”. Dikutip dari
laman:
https://www.beritasatu.com/saujana/477862/pengembanganpariwisata-
borobudur-dibagi-4-wilayah
Sulaeman, Suhendar. 2006. “Pengembangan Agribisnis Komoditi Rumput Laut
Melalui Model Klaster Bisnis”. Infokop Nomor 28 tahun XXII.
Tradisi Budaya Masyarakat Penyangga Wisata Borobudur, Dikutip dari laman:
https://travel.kompas.com/read/2009/02/20/02151443/tradisi.budaya.masy
a rakat.penyangga.wisata.borobudur.
10