ABSTRAK
Dalam pengelolaan sistem irigasi perlu dilaksanakan perencanaan sistem irigasi
yang baik dengan menyiapkan data kondisi teknis yang akurat dan terbaru yaitu
dengan melaksanakan inventarisasi aset dan penilaian kinerja sistem irigasi.
DI Bajugan terletak di Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli. Adapun permasalahan
yang terdapat dalam DI Bajugan adalah penurunan fungsi jaringan irigasi dalam
mengalirkan air terutama pada intake bendung, kantong lumpur dan saluran primer
yang disebabkan oleh bencana banjir pada Maret 2022. Untuk menindaklanjuti
pelaksanaan program yang berkesesuaian dengan kondisi DI Bajugan maka perlu
dilakukan inventarisasi aset irigasi serta melaksanakan penilaian kinerja sistem irigasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kondisi sistem irigasi yang ditunjukan
melalui Indeks Kinerja Sistem Irigasi (IKSI) dengan melaksanakan pengelolaan aset
irigasi dan penilaian kinerja sistem irigasi. Dilaksanakan inventarisasi aset irigasi
melalui kegiatan inventori/ penelusuran (walktrought) dan penilaian berdasar Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 23/PRT/M/2015 tentang
Pengelolaan Aset Irigasi.
IKSI DI Bajugan Tahun 2022 menunjukkan nilai 57,03% yaitu dibawah nilai
optimal kinerja irigasi yaitu 77,50% sehingga perlu menjadi perhatian bagi pengelola DI
yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Tolitoli untuk memprioritaskan pelaksanaan
rehabilitasi dan peningkatan kegiatan operasi dan pemeliharaan DI Bajugan dengan
pemenuhan peralatan OP, data pendukung, keterlibatan GP3A/P3A dan kesesuaian
anggaran pelaksanaan O&P sesuai Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan (AKNOP)
1. Pendahuluan
Sistem irigasi adalah kesatuan prasarana irigasi yang diperkuat dengan
ketersediaan air, manajemen pengelolaan serta pengelola irigasi. Dalam sistem irigasi
terdapat komponen utama yaitu bangunan, saluran pembawa, saluran pembuang dan
petak yang akan diairi. Empat komponen tersebut sering disebut dengan jaringan
irigasi dan kesatuan lahan yang memiliki sistem irigasi disebut dengan Daerah Irigasi
(DI).
Berdasar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi, pengelolaan DI
yang ada di Indonesia dibagi atas kewenangan Pemerintah Pusat (A > 3.000 Ha),
Pemerintah Daerah Provinsi (1.000 Ha < A < 3.000 Ha) dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota (A < 1.000 Ha). Pemerintah Pusat/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota
berdasar kewenangannya wajib melaksanakan pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi demi terwujudnya kemanfaatan air bagi pertanian.
1
Dalam pengelolaan sistem irigasi perlu dilaksanakan perencanaan sistem irigasi
yang baik dengan menyiapkan data kondisi teknis yang akurat dan terbaru yaitu
dengan melaksanakan inventarisasi aset dan penilaian kinerja sistem irigasi. Hal ini
sesuai dengan amanat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor : 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi.
DI Bajugan di Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli merupakan salah satu DI
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tolitoli dengan luas areal potensial
sebesar 381 Ha. Adapun permasalahan yang terdapat dalam DI Bajugan adalah
penurunan fungsi jaringan irigasi dalam mengalirkan air terutama pada intake bendung,
kantong lumpur dan saluran primer yang disebabkan oleh bencana banjir pada Maret
2022. Pada saat banjir aliran membawa material pasir dan masuk ke sistem irigasi.
Kondisi ini dikhawatirkan mengganggu proses masa tanam dan dapat mengakibatkan
gagal panen sebab air di intake bendung tidak lancar dan berkurangnya kapasitas
saluran akibat sedimen pasir yang terbawa. Untuk menindaklanjuti pelaksanaan
program yang berkesesuaian dengan kondisi DI Bajugan maka perlu dilakukan
inventarisasi aset irigasi serta melaksanakan penilaian kinerja sistem irigasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kondisi sistem irigasi yang
ditunjukan melalui Indeks Kinerja Sistem Irigasi (IKSI) dengan melaksanakan
pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja sistem irigasi.
Putu Indah, dkk telah melaksanakan penelitian serupa dengan judul “Kajian
Indeks Kinerja Irigasi di Daerah Irigasi Saba”. Hasil IKSI DI Saba sebesar 62,94% dan
dalam penelitian ini melakukan penetapan prioritas penanganan dengan metode
Analytic Hierarchy Process (AHP) dan metode Analytical Network Process (ANP)
dengan menggunakan software Super Decision V2.10 (Dianti Putri et al., 2022).
Kiki Rishki, dkk telah melaksanakan penelitian serupa dengan judul “Evaluasi
Kinerja Daerah Irigasi Cikeusik Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Gabungan
Penilaian Kinerja Irigasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) Tahun 2017”. Hasil IKSI DI Cikeusik sistem induk sebesar 77,7% dan sistem
tersier sebesar 74,38% dengan rekomendasi berupa evaluasi harus pula mencakup
aspek fisikteknis, kelembagaan, lingkungan sosial dan budaya dan menggabungkan
aspek sarana penunjang organisasi, personalia, dokumentasi, GP3A/IP3A menjadi
satu aspek yaitu kelembagaan (Ananda et al., 2019).
Eka Wulandari, dkk melaksanakan penelitian dengan judul “Evaluasi Kinerja
Daerah Irigasi Jragung Kabupaten Demak” berdasar Peraturan Menteri PU No.
32/PRT/M/2007 dengan hasil prosentase kinerja sebesar 66,95%. Menggunakan
metode AHP dengan hasil berupa prioritas utama penanganan pada bendung dan
saluran induk (Putri et al., 2015).
Moh. Nugroho, dkk juga melakukan penelitian “Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi
Daerah Irigasi Van Der Wijck dengan Menggunakan Fuzzy Set Theory” dengan
berpedoman pada Permen PUPR No. 12/PRT?M/2015 dengan hasil IKSI DI Van Der
Wijck sebesar 75,91%. Terdapat perbedaan nilai dengan yang telah dilakukan oleh
pengelola irigasi yaitu Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak dengan IKSI sebesar
78,95%. Namun dari selisih tersebut tidak menunjukkan angka signifikan berdasar uji
hipotesis (Nugroho et al., 2018).
2
2. Data dan Metode Penelitian
2.1. Data
2.1.1. Data Teknis DI
DI Bajugan terletak di Desa Bajugan Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli.
Letak Geografis pada 1°11'18.69"LU&120°51'8.17"BT. Sumber air untuk Bendung
Bajugan dari Sungai Bajugan (WS Lambunu-Buol) dengan rencana debit pengambilan
sebesar 1,08 m3/detik. Sejak dibangun Tahun 1985, Bendung Bajugan telah dilakukan
rehabilitasi terakhir kali pada Tahun 2016. DI Bajugan memiliki luasan potensial
sebesar 381 Ha dengan luas fungsional sebesar 123,32 Ha.
Berikut rekapitulasi data teknis DI Bajugan :
a. Konstruksi Bendung
- Type bendung : Bendung tetap
- Jenis konstruksi : Pasangan batu
- Lebar bendung total : 20 meter
b. Data Pengambilan (Intake Kiri)
- Lebar pintu pengambilan : 1,20 meter
- Jumlah pintu pengambilan : 1 Buah
- Luas areal pelayanan : 381 Ha
c. Data Penguras Bendung Kiri
- Lebar pintu penguras : 1,50 meter
- Jumlah pintu penguras : 1 Buah
d. Kantong Lumpur
- Dimensi Kantong lumpur : Brata-rata = 2,5 meter
L = 40 meter
- Jenis konstruksi : Pasangan batu
e. Saluran Primer : 664 meter
f. Saluran Sekunder : 2.612 meter
g. Jumlah Bangunan Bagi/Sadap : 7 buah
h. Bangunan Pelengkap : Jembatan 1 Buah
Gorong-gorong 2 Buah
Terjunan 3 Buah
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tolitoli, Tahun 2022
Gambar 1. Bendung Bajugan Tampak Atas dan Tampak Hilir
3
Berikut peta DI Bajugan dan kondisi terkini bendung bajugan :
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tolitoli, Tahun 2022
Gambar 2. Peta Lokasi DI Bajugan Kecamatan Galang
4
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tolitoli, Tahun 2019
Gambar 3. Skema Jaringan Irigasi DI Bajugan
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tolitoli, Tahun 2019
Gambar 4. Skema Bangunan Irigasi DI Bajugan
5
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tolitoli, Tahun 2022
Gambar 5. Struktur Organisasi O&P DI Bajugan
2.2. Metode
2.2.1. Inventarisasi Aset Irigasi
Inventarisasi aset irigasi atau sering disebut inventori yang dilaksanakan melalui
penelusuran (walkthrough) jaringan irigasi yang akan menghasilkan data jumlah, jenis
dan dimensi, kondisi komponen sipil dan kompenen mekanikal elektrikal serta
fungsinya dan pemilihan urgensi pelaksanaan dan tujuan pekerjaan yang diprioritaskan
pada jaringan irigasi.
Inventori dilaksanakan sesuai dengan blangko/ formulir isian dan petunjuk
pengisian inventori pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor : 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi Lampiran I Teknis
Inventarisasi Aset Irigasi dan Lampiran II Teknis Perencanaan Pengelolaan Aset Irigasi
untuk tata cara pemilihan tingkat pelayanan irigasinya.
6
2.2.2. Penilaian Kinerja Sistem Irigasi
Tingkat pelayanan irigasi diukur atas dasar kinerja sistem irigasi yang terdiri atas
unsur kondisi prasarana, ketersediaan air, indeks pertanaman, sarana penunjang,
organisasi personalia, dokumentasi dan P3A. Pada Tahun 2020 unsur ini dibuat lebih
menyatu dan saling terkait oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
menjadi : (1) Prasarana fisik; (2) Produktivitas tanam; (3) Sarana penunjang; (4)
Organisasi personalia; (5) Dokumentasi; dan (6) P3A.
Penilaian kinerja sistem irigasi dilakukan pada sistem irigasi utama (bangunan
pengambilan, saluran primer dan sekunder) dan sistem irigasi tersier. Pada penilitian
ini hanya dilakukan penilaian pada sistem irigasi utama. Adapun unsur dan nilai bobot
maksimum penilaian sebagai berikut :
Tabel 1. Unsur dan Nilai Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi
Nilai Bobot (%)
No. Unsur Kondisi
Maks. Min. Optimum
1 Prasarana Fisik 45,0 25,0 35,0
2 Produktivitas Tanam 15,0 10,0 12,5
3 Sarana Penunjang 10,0 5,0 7,5
4 Organisasi Personalia 15,0 7,5 10,0
5 Dokumentasi 5,0 2,5 5,0
6 P3A 10,0 5,0 7,5
Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Tahun 2022
Penentuan kinerja sistem irigasi pada aset irigasi sebagai fungsi dari masing-
masing aset dikategorikan menjadi 4 (empat) yaitu :
Tabel 2. Kategori Penentuan Kinerja Sistem Irigasi
No. Total Nilai Bobot (%) Kategori
1 < 55 Buruk
2 55 – 69 Sedang
3 70 – 90 Baik
4 > 90 Baik sekali
Sumber : Lampiran 2, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor : 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi
7
Tabel 3. Daftar Inventarisasi Bangunan dan Jaringan Irigasi DI Bajugan
Panjang Bagi/
No. Saluran Bendung
(m) Sadap
1 Saluran Primer Bajugan 664 1
2 Saluran Sekunder Bajugan A 1.639 - 4
3 Saluran Sekunder Bajugan B 149 - 1
4 Saluran Sekunder Bajugan C 824 - 2
Total 3.276 1 7
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tolitoli, Tahun 2022
Adapun hal penting yang diperoleh dari penelusuran aset irigasi yaitu terdapat
perbedaan data skema jaringan irigasi dengan kondisi terkini dari bangunan dan
saluran irigasi yaitu (1) penentuan petak tersier pada bangunan bagi sadap (BB.2 dan
BB.3) sebelah kanan; (2) penambahan bangunan terjunan pada bangunan bagi sadap
BB.1 (BB.2a) dan (3) penambahan 2 boks tersier (BB.5b dan BB.7a), sehingga
updating skema DI Bajugan sebagai berikut :
8
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tolitoli, Tahun 2022
Gambar 6. Update Skema Jaringan Irigasi DI Bajugan
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tolitoli, Tahun 2022
Gambar 7. Update Skema Bangunan Irigasi DI Bajugan
9
3.2. Penilaian Kinerja Sistem Irigasi
3.2.1. Prasarana Fisik
Berdasar hasil penelitian dan dilaksanakan penilaian pada uraian unsur
diperoleh nilai indeks untuk prasarana fisik DI Bajugan sebesar 22,99% dari nilai
maksimum 45%. Penilaian pada unsur prasarana fisik dibagi menjadi :
a. Bangunan utama : kondisi mercu dan lantai bendung tidak berfungsi sebagaimana
mestinya menaikkan tinggi muka air karena telah tertutup dengan sedimen pasir,
tidak terdapat tanggul penutup bendung, papan operasi dan mistar ukur, pintu
pengambilan dan penguras juga tidak dapat di fungsikan karena skot balok pada
pintu rusak/ lapuk, kantong lumpur tidak dapat berfungsi pula karena dipenuhi
sedimen pasir.
b. Saluran Pembawa : masih terdapat beberapa ruas saluran yang perlu dilakukan
perbaikan seperti kondisi retak, patah dan pembersihan saluran.
c. Bangunan pada saluran pembawa : kondisi bangunan pengatur pada bangunan
bagi/ sadap/ bagi sadap dan sadap tersier tidak dilengkapi dengan pintu air, tanpa
bangunan pengukur debit dan terjadi beberapa titik kerusakan pada saluran
sekunder.
d. Saluran pembuang dan bangunannya : saluran pembuang masih tergabung
dengan saluran pembawa.
e. Jalan masuk/ inspeksi : masih terdapat jalan inspeksi di saluran primer yang butuh
penanganan dan tidak ada jalan inspeksi untuk saluran sekunder B dan C.
f. Kantor, perumahan dan gudang : seluruh pendukung pada unsur ini tidak ada
yaitu tanpa kantor pengamat/ juru pengairan, tanpa perumahan untuk pengamat/
juru dan tidak memiliki gudang untuk peralatan O&P.
10
b. Transportasi : hanya pengamat DI Bajugan (Pengamat Lampasio dan Galang)
yang memiliki kendaraan berupa sepeda motor, tidak ada untuk juru pengairan/
penjaga pintu air (PPA).
c. Alat-alat kantor ranting. Pengamat/ UPTD : karena tidak memiliki kantor
pengamat maka tidak ada aset peralatan kantor.
d. Alat komunikasi : karena tidak memiliki kantor pengamat maka tidak ada aset
peralatan komunikasi dan jaringan komunikasi kurang memadai di lokasi DI
mengingat ketersediaan provider di daerah sekitar bendung belum terjangkau.
3.2.5. Dokumentasi
Berdasar hasil penelitian dan dilaksanakan penilaian pada uraian unsur
diperoleh nilai indeks untuk dokumentasi DI Bajugan sebesar 2,85% dari nilai
maksimum 5%. Penilaian pada unsur dokumentasi dibagi menjadi :
a. Buku data DI : data DI tergabung dalam kesatuan Rencana Pengembangan dan
Pengelolaan Irigasi (RP2I)
b. Peta dan gambar-gambar : tidak terdapat data di dinding kantor untuk DI Bajugan,
gambar purnalaksana hasil rehabilitasi 2016 berupa softfile, skema DI dan
bangunan lengkap namun tidak terdapat peta ikhtisar DI Bajugan
3.2.6. P3A
Berdasar hasil penelitian dan dilaksanakan penilaian pada uraian unsur
diperoleh nilai indeks untuk P3A DI Bajugan sebesar 4,40% dari nilai maksimum 10%.
Penilaian pada unsur P3A dibagi menjadi :
a. GP3A/P3A sudah berbadan hukum : 1 GP3A dan 2 P3A pada DI Bajugan sudah
berbadan hukum dengan akta notaris.
b. Kondisi kelembagaan GP3A/P3A : kategori berkembang
c. Rapat ulu-ulu/ P3A : belum dilaksanakan secara teratur (3-6 bulan sekali sesuai
masa tanam)
d. GP3A/ IP3A aktif mengikuti survei/ penulusuran jaringan : dirasa belum secara
penuh mengikuti pelaksanaan penelusuran karena aktivitas individu.
11
e. Partisipasi GP3A/ IP3A dalam perbaikan jaringan dan penanganan bencana
alam : belum adanya partisipasi dari GP3A/ P3A terkait perbaikan jaringan
walaupun dalam kondisi bencana alam
f. Iuran GP3A/ IP3A digunakan untuk perbaikan jaringan : belum ada iuran untuk
GP3A/ P3A DI Bajugan di tingkat tersier.
g. Partisipasi P3A dalam perencanaan tata tanam dan pengalokasian air : ikut
berpartisipasi dalam rapat Komisi Irigasi Kabupaten Tolitoli terkait tata tanam.
12
Daftar Pustaka
Ananda, K. R., Rachman, L. M., & Tarigan, S. D. (2019). Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi
Cikeusik Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Gabungan Penilaian Kinerja Irigasi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Tahun 2017.
Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan, 21(1), 1–6. https://doi.org/10.29244/jitl.21.1.1-
6
Dianti Putri, P. I., Suputra, P. A., & Nuraga, I. K. (2022). Kajian Indeks Kinerja Irigasi di
Daerah Irigasi Saba. 1(April), 15–26.
https://doi.org/https://doi.org/10.22225/jipe.1.1.2022.15-26
Nugroho, M., Ruzardi, & Makrup, L. (2018). Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi Daerah Van
Der Wijck Dengan Menggunakan Fuzzy Set Theory. Jurnal Teknik Sipil, 10(1), 1–
9. https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/12516
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 14/PRT/M/2015
tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi, Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 23/PRT/M/2015
tentang Pengelolaan Aset Irigasi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 12/PRT/M/2015
tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015.
Putri, E. W. S., Harisuseno, D., & Purwati, E. (2015). Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi
Jragung Kabupaten Demak. Jurnal Teknik Pengairan, 2015, 66–75.
Sub Koordinator Operasi dan Pemeliharaan SDA. Dokumen AKNOP DI Bajugan Tahun
2022, Bidang SDA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Tolitoli, 2022.
13
LAMPIRAN
14
DAFTAR INVENTARISASI ASET IRIGASI
Kode : 7206xxxxx
Nama : DI Bajugan
Keterangan :
- Kondisi : B = Baik, RR = Rusak Ringan, RS = Rusak Sedang, RB = Rusak Berat - Tahun survei : Tahun terakhir dilakukan inventarisasi
- Fungsi : B = Baik, K = Kurang, BR = Buruk, TB = Tidak Berfungsi - Usulan Pekerjaan : PA = Pembaruan Aset, RB = Rehabilitasi Berat, PS = Perbaikan Sedang,
PB = Pemeliharaan Berkala, PR = Pemeliharaan Rutin 15
PENILAIAN KINERJA SISTEM IRIGASI FORMULIR II A
Ada Kantong Lumpur
1.3. Kantong Lumpur & Pintu 1 0,56 100 2,00 ada kantong
Pengurasnya. lumpur
a. Bangunan Kantong Lumpur 0,28 35 40 0,70 Penuh sedimen
baik
b. Kantong Lumpur telah - 30 0 0,60 Belum
di bersihkan dilaksanakan
c. Pintu Penguras & Roda gigi 0,28 35 40 0,70
Kantong Lumpur dapat
di operasikan.
16
Bobot Nilai Indeks Kondisi
Uraian Final Bagian Yang ada Maksimum Keterangan
% % % 100%
1 2 3 4 5 6
3.3. Bangunan Pelengkap berfungsi 37 1,84 100 2,00
dan lengkap.
a. Pada saluran induk dan 0,64 40 80 0,80 Tidak ada bangunan
ukur, 1 Buah terjunan
sekunder rusak sedang dan tidak
berfungsi
b. Pada bangunan syphon, 1,20 60 100 1,20
gorong-gorong, jembatan,
talang, cross-drain tidak terjadi
sumbatan.
3.4. Semua perbaikan telah selesai. 0 100 2,50
a. Perbaikan bangunan pengatur - 50 0 1,25 Kegiatan
(Bagi / Bagi Sadap / Sadap) rehabilitasi Tahun
b. Mistar ukur, skala liter dan - 15 0 0,38 2016 pada
tanda muka air. bendung
c. Papan Operasi. - 20 0 0,50
d. Bangunan pelengkap. - 15 0 0,38
17
Bobot Nilai Indeks Kondisi
Uraian Final Bagian Yang ada Maksimum Keterangan
% % % 100%
1 2 3 4 5 6
2. Realisasi luas tanam 2,60 27 65 4,00
Luas baku (Ha) 381 (a )
Realisasi
Musim Tanam
Tanam (Ha)
- MT. I 123
- MT. II 123
- MT. III 0
Areal Tanam =Jumlah I,II,III 246 (b )
IP Maks ( % ) 200 (c ) RP2I 2021 :
Indeks Pertanaman (IP) 65 (d ) IP = 130,04
yang ada = (b)/(a)x100 %
Prosentase Realisasi Luas 32 (e )
Tanam = (d)/(c)x100 %
18
Bobot Nilai Indeks Kondisi
Uraian Final Bagian Yang ada Maksimum Keterangan
% % % 100%
1 2 3 4 5 6
V. DOKUMENTASI 2,85 100 5,00
1. Buku Data DI 1,30 40 65 2,00 Kesatuan RP2I
2. Peta dan gambar-gambar 1,55 60 3,00
2.1. Data dinding di Kantor - 20 0 1,00
2.2. Gambar purnalaksana 0,75 20 75 1,00
2.3. Skema DI, Skema Bangunan dan peta ikhtisar 0,80 20 80 1,00
CATATAN
ISI KOLOM 4 SESUAI KONDISI LAPANGAN DALAM PERSEN
KOLOM 2 ADALAH HASIL FINAL KONDISI JARINGAN
PENILAIAN BERDASARKAN ASUMSI
19
Form I
Diisi Oleh Staff Teknis
20