Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Potensi Bahaya di Pegunungan dan dampak bagi kesehatan


Identidikasi Potensi bahaya di pegunungan antara lain :
 Jurang
Dengan kondisi geofrafis yang seperti ini membuat resiko tinggi jatuh ke jurang
dan mengalami cedera.
 Jalanan licin/terjal
Akses jalan yang licin maupun terjal akan membuat para wisatawan susah untuk
berjalan dan beresiko tinggi mengalami cedera dan terjatuh.
 Longsor
Karena pergerakan tanah longsor bisa terjadi kapan saja yang bisa menimbun
manusia.
 Kebakaran hutan
Bisa terjadi akibat aktivitas vulkanik, sambaran petir ke pepohonan, gesekan
antara ranting yang kering.
 Aktivitas Vulkanik
Bahaya yang ditimbulkan oleh hasil letusan gunung tersebut yaitu batu pijar, gas
beracun dan hujan abu. Bahaya lainnya adalah terjadinya hujan belerang yang
dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, nafas sesak dan timbulnya
penyakit batuk. Hasil letusan berupa batu pijar dianggap paling berbahaya karena
dapat membunuh manusia secara langsung. Suliyanto (2002) menyatakan bahwa
batu/lava pijar merupakan pecahan batuan gunung api yang dilontarkan dari
kawah pada saat gunung api meletus
 Kabut
Pada saat kondisi berkabut, pengunjung sering tersesat ketika mencari tujuan.
Jarak pandang yang sangat terbatas juga menyebabkan sebagian pengunjung yang
berjalan tanpa didampingi pemandu dapat terjebak di lokasi dan mengalami
kesulitan untuk menemukan kembali. Selain itu, kabut juga berperan dalam
mempercepat penurunan suhu tubuh yang mengakibatkan timbulnya hypothermia.
 Kilat/Petir
Bisa terkena sambaran kilat dan menyebabkan luka bakar bahkan kematian.
 Angin
Bahaya karena kekuatannya yang besar serta bertiup kencang sehingga mampu
menumbangkan pohon dan bisa menimbun manusia.
 Gempa
Gempa bisa saja seringkali terjadi jika status gunung masih aktif.
 Penyakit
Timbulnya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas tersebut diduga karena
adanya debu yang biasa mereka hisap setiap hari. Debu berukuran besar dapat
tertahan di saluran pernafasan bagian atas, sedangkan debu berukuran kecil dan
gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem
peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Selain debu, faktor lain
penyebab timbulnya penyakit ISPA tersebut adalah gas ± gas keluaran gunung api
Bromo. Swastihayu (2006) menyatakan bahwa gas seperti H2S sangat beracun
dan mengurangi kadar oksigen dalam darah. H2S dalam kadar rendah dapat
menyebabkan mata terasa pedas, nyeri dan pedih, hidung terasa panas, sukar
mendeteksi bau-bauan, indera penciuman tidak berfungsi, iritasi saluran
pernafasan, infeksi saluran pernafasan, tekanan darah rendah, gangguan
pencernaan, dan keringat dingin.
Berikut beberapa dampak bagi kesehatan potensi bahaya pegunungan :
 Hipotermia
Selama mendaki gunung, Anda akan terus terpapar suhu dingin, terpaan angin
berat, dan curah hujan yang tidak bisa diprediksi. Pada dasarnya, paparan suhu
dingin yang berkelanjutan dari lingkungan luar yang lebih rendah daripada suhu
tubuh dapat menyebabkan hipotermia, jika pakaian Anda tidak tepat atau Anda
tidak dapat mengontrol kondisi tubuh. Tubuh menggigil mungkin merupakan
gejala hipotermia pertama yang Anda rasakan saat suhu mulai turun karena
menggigil adalah respon pertahanan otomatis tubuh Anda untuk menghangatkan
diri. Pada awalnya, menggigil biasanya diikuti dengan kelelahan, sedikit
kebingungan, kurang koordinasi, bicara melantur, napas cepat, dan kulit dingin
atau pucat. Tapi ketika suhu tubuh Anda turun terlalu rendah hingga di bawah
35ºC, jantung, sistem saraf, dan organ tubuh lain tidak dapat bekerja secara
optimal. Jika tidak ditangani secepatnya, hipotermia bisa mengancam nyawa
karena menyebabkan syok dan kegagalan total pada fungsi jantung dan sistem
pernapasann.
 Vertigo
adalah perasaan goyah atau sensasi berputar saat tubuh tidak bergerak atau tidak
ada gerakan di sekitar, atau gerakan tubuh yang tidak wajar untuk merespons
gerakan lainnya. Misalnya, berada di ketinggian, melihat ke bawah dari tempat
yang tinggi, atau menatap jauh ke titik/benda tinggi bisa menyebabkan sensasi
kepala kliyengan khas vertigo. Salah satu masalahnya terletak pada telinga bagian
dalam. Telinga bagian dalam membantu mengatur keseimbangan tubuh. Bila ini
tidak bekerja dengan baik, Anda bisa merasa pusing berputar atau goyah. Anda
mungkin juga mengalami masalah pendengaran atau gejala pusing yang
meningkat saat kepala dimiringkan pada posisi tertentu. Sensasi kepala berputar
bisa berbahaya saat terjadi di atas gunung karena dapat dengan mudah
menyebabkan disorientasi. Cara terbaik untuk menghindari vertigo di gunung
adalah dengan tidak naik gunung jika Anda memiliki sakit kepala, migrain,
meriang, atau alergi yang belum terobati.
 Telingan Berdenging ( Tinnitus )
gangguan telinga berdenging tanpa henti. Seperti halnya dengan vertigo, jika
Anda nekat naik gunung saat sakit kepala atau memiliki masalah telinga lainnya,
Anda dapat berisiko mengalami hal ini. Saat Anda berada di ketinggian ribuan
kilometer, tekanan udara dari luar akan meremas udara di liang telinga,
menyebabkan sensasi tekanan dan rasa sakit dalam kepala dan telinga. Anda harus
menyamakan tekanan dalam ruangan ini dengan berbagai metode, seperti
mencubit lubang hidung Anda sembari dengan lembut meniup hidung Anda. Jika
Anda benar melakukan ini, Anda dapat menahan peningkatan tekanan tanpa
masalah. Namun, kemacetan sinus yang disebabkan oleh pilek, flu, atau, alergi
dapat mengganggu kemampuan Anda untuk menyamakan tekanan sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan pada gendang telinga.
 Barotrauma
Barotrauma bisa menyerang pendaki gunung ketika mereka berada di ketinggian
lebih dari 2 ribu meter di atas permukaan laut. Barotrauma mengacu pada cedera
yang disebabkan oleh peningkatan drastis tekanan udara atau air, seperti saat naik
gunung atau menyelam. Barotrauma telinga adalah jenis yang paling umum
terjadi. Perubahan tekanan menciptakan ruang hampa udara di telinga tengah
yang menarik gendang telinga ke dalam. Hal ini bisa menyebabkan rasa sakit dan
bisa meredam suara. Telinga Anda akan terasa penuh sesak dan Anda mungkin
merasa seolah-olah Anda perlu meledakkan “balon udara” dalam telinga itu.
Sensasi yang sama juga umum terjadi saat Anda berada di pesawat terbang. Pada
kasus barotrauma yang lebih parah, telinga tengah bisa terisi dengan cairan bening
saat tubuh mencoba menyamakan tekanan di kedua sisi gendang telinga. Cairan
ini diambil dari pembuluh darah di lapisan telinga bagian dalam, dan hanya bisa
mengalir jika tabung eustachius terbuka. Cairan di balik gendang telinga disebut
otitis media serosa. Kondisi ini bisa menimbulkan rasa sakit dan kesulitan
mendengar yang mirip dengan infeksi telinga tengah.
 Mountain Sickness ( AMS )
Terjadi saat pendaki berada atau bermalam di ketinggian tertentu, terutama di
ketinggian antara 2400 hingga 3000 meter di atas permukaan laut (mdpl). AMS
bisa terjadi pada siapapun, terlepas dari usianya. Namun begitu, beberapa
penelitian menyatakan AMS lebih sering menyerang perempuan dibanding pria.
AMS disebabkan oleh penurunan kadar oksigen dan tekanan udara yang semakin
berkurang saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi. Gejala dan tanda dari AMS
biasanya timbul dalam waktu beberapa jam sampai 1 hari, bisa berupa gejala yang
ringan sampai berat. Gejala AMS meliputi sakit kepala, pusing, kelelahan, sering
terbangun saat tidur, kehilangan nafsu makan, hingga mual dan muntah. AMS
mungkin akan muncul kembali jika Anda naik ke ketinggian yang lebih tinggi
lagi. Semakin tinggi dakian, semakin tipis pula kadar oksigennya. Apabila tidak
ditangani dengan baik, AMS bisa berakibat fatal dan menyebabkan edema pada
otak dan paru.
 Edema paru dataran tinggi ( HAPE/ High Altitude Pulmonary Edema )
Edema paru dataran tinggi (HAPE) adalah salah satu komplikasi dari AMS saat
naik gunung. Edema paru disebabkan oleh adanya penumpukan cairan berlebih di
paru-paru. HAPE mungkin muncul dengan sendirinya tanpa diikuti gejala AMS
terlebih dulu (ini terjadi di lebih dari 50% kasus). HAPE adalah penyakit
ketinggian yang paling mematikan, namun seringkali disalahpahami sebagai
pneumonia. Tanda HAPE yang paling penting untuk diwaspadai adalah sesak
napas. Selain itu, kelelahan, lemas, dan batuk kering juga bisa menjadi tanda
peringatan dini dari kondisi ini. HAPE dapat berkembang dengan sangat cepat,
sekitar 1-2 jam, atau secara bertahap hanya dalam sehari. Kondisi ini sering
menampakkan diri pada malam kedua di ketinggian yang baru. HAPE juga dapat
muncul ketika Anda turun dari ketinggian. HAPE lebih mungkin terjadi pada
orang yang pilek atau punya infeksi dada.
 Edema otak dataran tinggi ( HACE/ High Altitude Cerebral Edema )
Edema otak terjadi ketika ada penumpukan cairan berlebih di otak Anda. Kasus
HAPE yang parah dapat berlanjut menjadi HACE, alias edema otak. Tapi HACE
mungkin muncul dengan sendirinya tanpa didahului oleh gejala HAPE atau AMS.
Tanda dan gejala HACE termasuk sakit kepala parah yang tidak membaik dengan
obat, kehilangan koordinasi tubuh (ataksia) misalnya sulit berjalan atau mudah
jatuh, tingkat kesadaran menurun (sulit mengingat, kebingungan, mengantuk,
bengong/setengah sadar), mual dan muntah, penglihatan kabur, hingga halusinasi.
HACE seringnya muncul ketika pendaki gunung berada di ketinggian dalam
beberapa hari terakhir. Turun gunung adalah pengobatan yang paling efektif dari
HACE dan HAPE, dan hal ini tidak boleh ditunda.
2.2 Upaya Pengendalian

Anda mungkin juga menyukai