Anda di halaman 1dari 7

Pemetaan adalah pengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan dengan

beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi, pegunungan, sumber daya dan
potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memilki ciri khas khusus
dalam penggunaan skala yang tepat (Munir, 2012). Peta adalah penggambaran dua dimensi
pada bidang datar keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan
dengan perbandingan atau skala tertentu (Nasution, 2016). Pengertian peta menurut ICA
(International Cartographic Association) adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur
atau kenampakan-kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi atau yang ada
kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan
pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan (ICA 1973). Fungsi peta dalam suatu
kegiatan penelitian diantaranya yaitu, alat bantu sebelum melakukan survey untuk
mendapatkan gambaran tentang daerah/wilayah yang akan diteliti, sebagai alat yang
digunakan selama penelitian, misalnya memasukkkan data yang ditemukan di lapangan dan
sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian (Sinaga, 1995 : 7).

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang
mencakup penyajian dalam dimensi horizontal dan vertikal secara bersama-sama dalam suatu
gambar peta. Titik-titik detail situasi dapat dibedakan atas titik detail buatan seperti gedung,
jembatan, jalan, parit, dan sebagainya, serta titik detail alam seperti pohon, sungai, gunung,
dan bentuk alam lainnya. Pengukuran situasi adalah serangkaian pengukuran suatu daerah
dengan cara menentukan objek-objek penting berdasarkan unsur sudut dan jarak dalam
jumlah yang cukup sehingga dapat mewakili atau menggambarkan daerah tersebut dan
seisinya secara jelas mungkin dengan skala tertentu.

Peta kontur adalah peta yang menggambarkan garis-garis yang menghubungkan titik-
titik yang sama pada permukaan bumi. Dalam kenyataannya garis kontur ini merupakan garis
khayal yang dibuat untuk dapat merepresentasikan relief dala peta seperti pada kenyataannya.
Peta kontur merupakan dasar dari peta permukaan bumi lainnya. Garis kontur didefinisikan
sebagai garis khayal yang menghubungkan setiap titik pada ketinggian yang sama. Pada
pengertian garis kontur di atas dapat dijelaskan bahwa sifat dari salah satu garis kontur
tersebut memiliki nilai ketinggian yang tunggal (Saleh, 2011).

Polygon

Polygon adalah rangkaian titik-titik secara berurutan, sebagai kerangka dasar


pemetaan untuk kepentingan kerangka dasar, titik-titik polygon tersebut harus diketahui atau
ditentukan posisi atau koordinatnya secara baik. Poligon adalah segi banyak yang sering
digunakan dalam pengadaan kerangka dasar pemetaan karena sifatnya yang fleksibel dan
kesederhanaan hitungannya. Fleksibel dalam arti bahwa pengukuran poligon dapat mengikuti
berbagai bentuk medan pengukuran, mulai dari yang paling sederhana; misalnya berupa
segitiga; sampai bentuk kompleks, misalnya segi n dengan variasi loop (n adalah jumlah sisi
poligon yang tak terbatas). Dalam arti kamus (Oxford, 1987), poligon adalah bidang yang
terbentuk dari banyak garis-garis yang biasanya lebih dari lima.

Macam-macam polygon didasarkan atas criteria antara lain:

A. Atas dasar titik Ikat.

- Polygon terikat sempurna : Polygon yang ujung-ujungnya diikatkan ketitik

yang telah tertentu ( diketahui )

koordinatnya.

- Polygon terikat sepihak : Polygon yang salah satu ujungnya diikatkan ke

titik yang telah tertentu koordinatnya.

- Polygon bebas : Polygon yang ujung-ujungnya tidak terikat

pada titik yang telah tertentu koordinatnya

B. Atas dasar bentuk

- Polygon terbuka : Polygon yang ujung-ujungnya tidak saling

bertemu satu dengan yang lain.


- Polygon tertutup : polygon yang ujung-ujungnya saling bertemu (

titik awal dan titik akhir menjadi satu ) dan

membentuk suatu loop atau kring.

- Polygon cabang : polygon yang merupkan cabang dari polygon

yang lain.

C. Atas dasar hirarki dalam pemetaan

- Polygon Utama : Polygon yang koordinat titik-titik diperoleh

langsung dari penentuan koordinat titik local

atau diikatkan langsung / melalui pengukuran

dari titik control terdekat. ( dibadan pertanahan

nasional : kerangka dasar kadastral Nasional ).

- Polygon Cabang : polygon yang koordinat titik-titiknya diikatkan

dari polygon utama.

1. Rumus umum penentuan koordinat suatu titik yang diikatkan dari titik

lain yang telah diketahui koordinatnya adalah sebagai berikut :

X2 = X1 + d1.2 sin α 1.2

Y2 = Y1 + d1.2 cos α 1.2

- Titik 1 disebut sebagai titik ikat

- α 1.2 disebut sudut jurusan atau azimuth.


Apabila diukur sudut di titik 2 ke 3 dan jarak 2-3 maka koordinat titik 3

dapat di cari, demikian seterusnya, sehingga unsure yang diukur dalam

polygon adalah jarak dan sudut.

Skema: β 1

A dan B titik ikat yang diketahui koordinatnya.

β 1 . β 2 ………….. βn : sudut ukuran

d 12 ; d 23 ………………………..d (n-1) : Jarak ukuran

2. Bandingkan jumlah sudut tersebut (a) dengan torelansi kesalahan sudut

yang diperbolehkan ( lihat No. 5a ) :

- Jika kesalahan sudut ( fs ) ≤ toleransi maka perhitungan dihentikan.

- Jika kesalahan sudut ( fs ) > toleransi maka perhitungan dihentikan (

kemudian cek terhadap kemungkinan adanya kesalah kasar salah

catat / menyalin, dsb temukan kemungkinan adanya kesalahan kasar

saat pengukuran salah membidik target, salah mencatat, dsb dan

konsultasikan kestuktur / pengawas…….?)

3. Jika kesalahan m ( fs ) ≤ toleransi :

β7
β6β5

β4

β3

β2

β1

10

- Koreksokan kesalahan tersebut kesemua sudut ( fs/n ) ; n adalah

banyaknya sudut.

- Jika ( fs ) positif, koreksinya negative dan sebaliknya.

4. Mulai dari azimuth awal ( sudut jurusan ) hasil pengukuran dilapangan,

hitung azimuth semua sisi-sisi polygon dengan rumus :

Azimuth sisi = azimuth sisi sebelumnya + sudut dalam –

180……..(i)

Azimuth sisi = azimuth sisi sebelumnya – sudut dalam +

180……..(ii)

Catatan : penggunaan rumus (i) atau (ii) tergantung bentuk geometri

pengukuaran yang bias diketahui dari sketsa.


5. Hitung d sin α = jarak x sinus sudut jurusan pada setiap sisi ; dan

d cos α = jarak x cosinus sudut jurusan pada setiap sisi.

6. Jumlahkan seluruh jarak (D), d sin α dan cos α dari seluruh sisi

polygon, hasil penjumlahan tersebut seperti pada nomor ( 5,b):

∑ d sin α = 0 + fx : fx adalah kesalahan dari jumlah d sin α

∑ d cos α = 0 + : fy adalah kesalahan dari jumlah d cos α

7. Hitung : fL



fyfx22

8. Bandingkan fL, dengan toleransi kesalahan penutup jarak linier yang

ditentukan ( misalnya : 1 / 30000 ) :

- Jika fL ≤ toleransi, maka perhitungan dilanjutkan

- Jika fL > toleransi, maka perhitungan dihentikan ( kemudian cek

terhadap kemungkinan adanya kesalah kasar salah hitung, salah

catat / menyalin dsb, temukan kemungkinan adanya kesalahn kasar

pengukuran salah mengukur jarak salah mencatat dsb dan

konsultasikan ke instruktur / pengawas lapangan……i ).

11
9. Jika kesalah fL ≤ toleransi :

- Untuk d sin α ;

Kor d 1 sin α = ( d 1 / ∑ D ) fL

- Untuk d cos α ;

Kor d 1 α = ( d 1 / ∑ D ) fL

Keterangan :

d 1 adalah jarak pada sisi yang bersangkutan ( atau sisi ke 1 )

10. Menghitung koordinat masing-masing titik ( X , Y ):

- Mulai dari koordinat titik awal, tambahkan secara aljabar, baik

untuk X maupun Y untuk mendapatkan titik-titik berikutnya,

dengan rumus :

X = X awal + d 1 sin α ; untuk titik berikutnya X awal sebagai X sebelumnya

Y = Y awal + d 1 cos α ; untuk titik berikutnya Y awal sebagai Y sebelumnya

11. Menuliskan nomor titik polygon pada kolom dibedakan koordinat.

Anda mungkin juga menyukai