Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A. Polygon
1. Pengertian poligon
Polygon adalah rangkaian titik-titik secara berurutan, sebagai
kerangka dasar pemetaan. Untuk kepentingan  kerangka dasar, titik-titik
poligon tersebut harus diketahui atau ditentukan posisinya atau
koordinatnya.Poligon adalah gabungan ruas garis dari bagian yang
bertemu hanya di titik akhir sehingga (1) sebesar dua ruas garis bertemu
di satu titik, dan (2) Tiap ruas garis bertemu tepat dua ruas garis lainnya.
Poligon dinamai dengan memakai jumlah dari sisinya. Contoh
segitiga-3 sisi, segiempat-4 sisi, segilima-5 sisi, segienam-6 sisi,
segitujuh-7 sisi, segidelapan-8 sisi,. Sebuah polygon dengan sisi n dapat
disebut segi-n.
Diagonal dari poligon adalah ruas garis yang menghubungkan
antara dua titik puncak dari segi banyak tersebut.Titik akhir dari ruas
garis AC adalh titik puncak dari polygon ABCD. Ruas garis AC adalah
satu diagonal dari polygon. Sebuah poligon adalah cembung jika semua
diagonal dari poligon terletak di dalam poligon itu sendiri.Setiap
diagonal dari polygon ini seperti ruas garis PR, adalah terletak di dalam
polygon. PQRST adalah polygon cembung.Paling tidak terdapat satu
diagonal dari poligon ini yang tidak terdapat dalam polygon. GHIJK
bukan merupakan poligon cembung. Segitiga dengan sisi yang kongruen
memiliki nama khusus.
Segitiga sama sisi adalah segitiga dengan semua sisi yang kongruen
satu sama lain.
Ruas garis AB ≅ Ruas garis BC ≅ Ruas garis AC
1. Segitiga sama kaki adalah segita dengan dua sisi yang kongruen
satu sama lain.
∠A disebut sudut puncak.∠ B dan ∠C disebut sudut dasar.
1. Segi banyak beraturan adalah segi banyak (poligon) dengan semua
sisi yang kongruen satu sama lain dan semua sudut yang kongruen
satu sama lain.
ABCDEFGH adalah poligon beraturan beberapa poligon
mempunyai beberapa jenis yang membuat semuanya polygon beraturan.
Semua sisi mempunyai panjang yang sama. Semua sudut mempunyai
besar yang sama.

2. Macam-macam  polygon
a) Atas dasar titik ikat: (1) poligon terikat sempurna : poligon yang
ujung-ujungnya terikat pada dua titik yang diketahi koordinatnya, (2)
poligon terikat sepihak: poligon yang salah satu titik ujungnya terikat
atau diketahui koordinatnya, (3) poligon bebas: poligon yang ujung-
ujungnya tidak terikat.
b) Atas dasar bentuk: (1) Poligon Terbuka: poligon yang ujungnya tidak
saling bertemu satu dengan yang lain, (2) poligon tertutup: poligon
yang ujungnya saling bertemu (titik awal dan titik ahir menjadi satu)
dan membentuk suatu loop atau kring, (3) poligon cabang: poligon
yang merupakan cabang dari poligon yang lain.
c) Atas dasar hirarki dalam pemetaan : (1) poligon yang utama : poligon
yang koordinat titik-titiknya diperoleh langsung dari penentuan
koordinat titik local atau diikatkan langsung melaui pengukuran dari
titik kontrol terdekat. (2) poligon cabang: poligon yang koordinat titik-
titiknya diikatkan dari poligon utama.

3. Contoh Poligon Tertutup dengan Jumlah Sudut Lima Titik


Arah pengukuran poligon tertutup arah pengukuran berlawanan
jarum jam. β4 poligon tertutup arah pengukuran searah jarum  jam pada
setiap pekerjaan poligon tertutup, penting diketahui arah pengukuran
poligon. Pada gambar, arah pengukuran poligon berlawanan dengan
jarum jam. Konsekuensinya, sudut kanan (β) yang terbentuk adalah sudut
dalam. Berbeda dengan poligon pertama, pada gambar, arah pengukuran
poligon searah jarum jam sehingga sudut kanan (β) yang terbentuk
adalah sudut luar. Perlu diketahui bahwa sudut kanan adalah sudut yang
terbentuk dari selisih arah bacaan muka dikurangi arah bacaan belakang
(back sight atau reference object). Bacaan back sight ini dapat diset nol,
sembarang atau sebesar asimut yang diketahui. Ketika teodolit dititik 2,
bacaan belakangnya adalah hasil bidikan ketitik 1 sedangkan bacaan
mukanya adalah hasil bidikan ketitik 3. Ketika teodolit dititik 3, bacaan
belakangnya adalah ketitik 2 sedangkan bacaan belakangnya adalah hasil
bidikan ketitik 4. Ketika teodolit dititik 4, bacaan belakangnya adalah
hasil bidikan ketitik 3 sedangkan bacaan mukanya adalah hasil bidikan
ketitik 5. Ketika teodolit dititk 5, bacaan belakngnya adalah hasil bidikan
ketitik4 sedangkan bacaan mukanya adalah hasil bidikan ketitik 1.
Terakhir, ketika teodolit dititik 1, bacaan belakangnya adalah hasil
bidikan ketitik 5 sedangkan bacaan mukanya adalah hasil bidikan ketitik
2. Cara ini berlaku baik untuk posisi biasa maupum luar biasa.
Polygon digambarkan dengan menghubungkan titik-titik tengah
atau tanda kelas setiap empat persegi panjang dari histogram frekuensi.
Dengan menghubungkan secara berurutan tanda kelas mulai dari kelas
pertama sampai keatas terakhir, didapatkan grafik histogram. Namun
grafik ini harus tertutup. Hal ini dilakukan dengan menghubungkan tanda
kelas dari kelas pertama dengan pertengahan skala pada sumbu datar
yang berdekatan drngan empat persegi panjang itu. Hal yang sama
dilakukan pula pada kelas yang terakhir, sihingga didapatkan gambar
polygon frekuensi dari hasil tes statistic.
 Menurut Murray R. Spiegel (2004;9), histogram dan polygon
frekuensi adalah dua referesentasi grafis dari distribusi frekuensi.
Sebuah histogram atau histogram frekuensi, terdiri dari
sekumpulan  persegi yang mempunyai alas pada sumbu horizontal
(sumbu X), dengan pusat-pusat yang terletak pada tanda-tanda kelasnya
dan panjang akan sebanding dengan frekuensi-frekuensi kelas. Jika
seluruh interval kelas mempunyai ukuran yang sama, maka tinggi dari
persegi panjang akan sebanding dengan frekuensi kelas, sehingga kita
biasanya menetapkan bahwa tinggi-tinggi tersebut memiliki nilai yang
sama, dengan frekuensi-frekuensi kelas. Jika interval-interval kelas tidak
memiliki ukuran yang sama, maka tinggi-tinggi ini harus disesuaikan.
Polygon Frekuensi adalah suatu grafik berbentuk garis dari
frekuensi kelas yang diplot terhadap tanda kelas. Polygon frekuensi dapat
diperoleh dengan cara menghubungkan titik-titik tengah dari puncak-
puncak persegi panjang pada histogram.
Poligon berasal dari kata polygon yang berarti poly : banyak dan
gon(gone) : titik. Yang kita maksud disini adalah poligon yang digunakan
sebagai kerangka dasar pemetaan yang memiliki titik titik dimana titik
tersebut mempunyai sebuah koordinat X dan Y, silahkan klik disini untuk
memahami sistem koordinat dan proyeksi peta yang tidak terlepas akan
pengukuran dan penghitungan poligon.

4. Jenis Poligon
1. Poligon tertutup
2. Poligon tertutup (koordinat lokal)
3. Poligon terbuka tidak terikat / lepas (koordinat lokal)
4. Poligon terbuka tidak terikat sempurna
5. Poligon terbuka terikat sempurna
Poligon digunakan untuk mewakili bentuk obyek gambar dengan
cara merepresentasikan tepi obyek (boundary) dengan poligon.
Pengenalan obyek gambar dapat dilakukan melalui pengenalan
poligon.Poligon adalah bidang datar dengan tiga atau lebih sudut yang
dikelilingi oleh sebuah segmen garis lurus yang membentuk sebuah
kurva tertutup sederhana (Gullberg 1997).

Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal (KDH) :


a.     Metode titik tunggal
b.     Pengikatan kemuka
c.     Pengikatan kebelakang
Pengikatan kebelakang di bagi dua metode:
a.     Metode collins
b.     Metode cassini
c.     Metode titik banyak

Banyak titik di bagi lima metode :


a.     Metode poligon
b.     Metode triangulasi
c.     Metode trilaterasi
d.     Metode triangulterasi
e.     Metode kuadrilateral

1.    Poligon Tertutup
       Polygon tertutup ialah poligon yang bermula dan berakhir pada
satu titik yang sama. Poligon tertutup sering disebut poligon kring
(kring poligon). Ditinjau dari segi pengkatannya (azimut dan
koordinat), terdapat beberapa variasi seperti :
a)     Tanpa ikatan
b)     Terikat hanya azimut
c)     Terikat hanya koordinat
d)    Terikat azimut dan koordinat
Keuntungan dari poligon tertutup yaitu, walaupun tidak ada
ikatan sama sekali, namun koreksi sudut dapat dicari dengan adanya
sifat poligon tertutup yang jumlah sudut dalamnya sama dengan (n-
2) 1000. Selain itu, terdapat pula koreksi koordinat dengan adanya
konsekuensi logis dari bentuk geometrisnya bahwa jumlah selisih
absis dan jumlah selisih ordinat sama dengan nol.
Keuntungan inilah yang menyebabkan orang senang bentuk
polygon tertutup. Satu-satunya kelemahan polygon tertutup yang
sangat menonjol ialah bahwa bila ada kesalahan yang proporsional
dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan,
dengan kata lain walaupun ada kesalahan tersebut, namun polygon
tertutup itu kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang diukur secara
elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti itu, yaitu kalau
ada kesalahan frekuensi gelombang.
Kelemahan poligon tertutup yaitu, bila ada kesalahan yang
proporsional dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak akan
ketahuan. Dengan kata lain, walaupun ada kesalahan, namun poligon
tertutup kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang diukur secara
elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti kesalahan
frekuensi gelombang.
Pada Poligon Tertutup : Garis-garis kembali ke titik awal, jadi
membentuk segi banyak. Berakhir di stasiun lain yang mempunyai
ketelitian letak sama atau lebih besar daripada ketelitian letak titik
awal.

2. Poligon Terbuka
       Yang dimaksud dengan polygon terbuka ialah polygon yang titik
awal dan titik akhirnya merupakan titik yang berlainan (bukan satu
titik yang sama). Polygon terbuka ini dapat kita bagi lebih lanjut
berdasarkan peningkatan pada titik-titik (kedua titik ujungnya). Ada
dua macam peningkatan untuk polygon terbuka ini yaitu :
-  Peningkatan azimut
-  Peningkatan koordinat
Berdasarkan peningkatan-peningkatan itu, maka polygon
terbuka dapat dibagi lebih lanjut menjadi :
1.  Tanpa ikatan sama sekali,
2.  Pada salah satu ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali,
3.  Pada salah satu ujungnya terikat azimut saja, sedangkan pada
ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali,
4.  Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat,
sedangkan pada ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali,
5.  Pada kedua ujungnya masing-masing terikat azimuth,
6.  Pada salah satu ujungnya terikat koordinat, sedangkan ujung yang
lain terikat azimuth pada kedua ujungnya masing-masing terikat
koordinat ,
7. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat,
sedangkan ujung yang lain terikat   azimut saja,
8.  Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan
ujung yang lain terikat koordinat
9.  Pada kedua ujungnya masing-masing terikat baik azimut maupun
koordinat.
10. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat baik azimut maupun
koordinat.

B. BEDA TINGGI
Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar
(waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu
yang berdiri vertical. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan
pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang.
Rumus beda tinggi antara dua titik :
BT = BTB – BTA
Keterangan : BT = beda tinggi
BTA = bacaan benang tengah A
BTB = bacaan benang tengah B
Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu pembacaan
benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus :
BT = BA + BB / 2
Keterangan : BT = bacaan benang tengah
BA = bacaan banang atas
BB = bacaan benang bawah
Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
J = (BA – BB) x 100
Keterangan :
J = jarak datar optis
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
100 = konstanta pesawat
Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan pembacaan angka,
sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang didapat di lapangan dengan
hasil dari perhitungan.
Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain :
a. Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai garis
gradien paling sesuai dengan topografi yang ada.
b. Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut evaluasi terencana.
c. Menghitung volume pekerjaan tanah.
d. Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.
PETA KONTUR
Peta kontur adalah peta yang menggambarkan sebagian bentuk-bentuk permukaan bumi
yang bersifat alami dengan menggunakan garis-garis kontur. Menurut Rosana (2003:99)
garis kontur adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat atau titik-titik pada peta
yang mempunyai ketinggian sama di atas atau di bawah suatu datun plane (bidang level).
Garis kontur memiliki beberapa sifat, menurut Rosana (2003:101) sebagai berikut:
1. Garis kontur yang lebih rapat lerengnya lebih curam.
2. Garis kontur bersifat selalu horizontal.
3. Garis kontur selalu membelok-belok dan akan mengikuti lereng dari suatu lembah.
4. Garis kontur selalu tegak lurus jurusan air yang mengalir di permukaan.
5. Garis kontur merupakan garis yang tertutup. Selain memiliki sifat, garis kontur juga
mempunyai fungsi tertentu, yakni:
1. Menunjukkan tinggi suatu tempat.
2. Untuk menunjukkan bentuk relief.
3. Untuk menunjukkan lereng.
4. Untuk menunjukkan besarnya kemiringan lereng.
Garis kontur atau disebut dengan garis tranches, garis tinggi, atau garis tinggi
horizontal, adalah garis imajiner pada suatu wilayah atau area di atas peta yang
menghubungkan dan memperlihatkan beberapa titik pada peta yang memiliki
ketinggian yang sama. Garis ini selanjutnya menunjukkan pergerakan atau
perkembangan naik turunnya suatu keadaan tanah.
Misalnya, suatu garis kontur ditunjukkan dengan angka + 25 meter, berarti garis
kontur ini menghubungkan titik-titik yang memiliki sudut elevasi atau ketinggian
yang sama + 25 meter terhadap sudut elevasi atau ketinggian tertentu. Garis
kontur ini dapat dibuat dengan membuat suatu proyeksi garis tegak berpotongan
pada bidang datar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar pada suatu peta.
Garis kontur yang dibuat pada peta akan terkait langsung dengan skala yang mana
garis kontur ini dibuat sesuai dengan skala peta yang diinginkan.
Fungsi Garis Kontur
Dilihat dari pengertiannya, garis kontur bertujuan untuk memperlihatkan naik
turunnya keadaan permukaan tanah atau topografi wilayah. Secara sederhana,
fungsi adanya garis kontur adalah sebagai:

 Penanda ketinggian atau sudut elevasi suatu tempat atau wilayah tertentu;
 Penanda ada tidaknya bentuk relief sesuai dengan wujud asli di permukaan
bumi;
 Penanda ada tidaknya suatu lereng di suatu tempat atau wilayah tertentu;
 Penanda besaran sudut kemiringan suatu lereng pada suatu tempat atau
wilayah tertentu;
 Penanda perhitungan untuk luas daerah genangan dan volume suatu
bendungan;
 Penentu rute suatu jalan atau saluran yang memiliki sudut kemiringan
tertentu;
 Penentu ada tidaknya dua titik di lahan yang tingginya sama dan saling
terlihat; dan
 Bahan untuk membuat potongan memanjang (long-section).
Karakteristik Garis Kontur
Dalam menggambarkan bentuk permukaan tanah atau membuat peta
topografi dan ketinggian pada suatu peta garis kontur sangat berguna untuk
memproyeksikan kedua pola tersebut, atau cara lain yang bias digunakan adalah
dengan metode hachures dan shading. Menurut seorang ahli, garis kontur
memiliki karakteristik sebagai berikut ini:
 Garis kontur yang menunjukkan tingkat kerapatan yang lebih besar
menandakan sudut kemiringan atau lereng yang sangat curam;
 Garis kontur yang tingkat kerapatannya jarang menandakan keadaan
permukaan tanah yang landau;
 Garis kontur selalu bersifat horizontal, tidak bercabang, dan tidak
berpotongan;
 Garis kontur selalu berkelok-kelok dan mengikuti sudut kemiringan atau
lereng dari suatu lembah;
 Garis kontur selalu tegak lurus terhadap aliran air yang mengalir di
permukaan tanah;
 Garis kontur berbentuk kurva tertutup;
 Garis kontur sellu menjorok ke hulu jika melewati aliran sungai;
 Garis kontur selalu menjorok ke arah jalan jika melewati permukaan jalan;
 Garis kontur tidak akan terlihat jika melewati suatu bangunan;
 Garis kontur yang disajikan selalu disesuaikan dengan skala peta yang
dibuat;
 Garis kontur memiliki sajian indeks yang berbeda-beda mengikuti posisi
topografi suatu wilayah;
 Garis kontur hanya diperuntukkan satu sudut ketinggian tertentu;
 Garis kontur yang bernilai lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur
yang bernilai lebih tinggi;
 Garis kontur yang bertanda huruf U selalu menunjukkan punggung
pegunungan atau gunung; dan
 Garis kontur yang bertanda huruf V selalu menandakan suatu lembah atau
jurang.
Macam-macam Garis Kontur

Dalam menyajikan peta kontur, ada dua hal atau macam yang berkaitan dengan
garis kontur.Garis kontur ini menyajikan penampakan kontur pada bukit dan
aliran sungai. Adapun penjelasan lebih detail dapat ditunjukkan berikut ini:

 Interval kontur
Hal ini menunjukkan perbedaan elevasi atau sudut ketinggian antar dua garis
kontur yang berdekatan. Misalnya, pada penampilan peta di satu halaman, nilai
interval kontur dibuat sama besar antar satu kontur dengan kontur yang lainnya.
Dengan kata lain, semakin besar skalanya maka informasi pada peta akan semakin
banyak atau detail, sehingga interval kontur akan semakin kecil.

 Indeks kontur
Hal ini menunjukkan adanya garis kontur dengan kelipatan tertentu.Misalnya,
setiap kelipatan 1 meter, 5 meter, 10 meter, dan seterusnya. Dalam menentukan
indeks kontur ini maka dapat digunakan rumus penentuan indeks kontur sebagai
berikut: i = (25/panjang 1 km di peta) meter.
Sebagai contoh: Pada peta dengan skala 1:1000, maka indeks kontur yang
ditunjukkan dalam peta adalah 1 km, pada peta dengan skala 1:1000 = (1 km/1000
cm) = (100000 cm/1000 cm)= 100 meter. Maka, i = (25/100) = 0,25 meter.
Selain macam-macam garis kontur tersebut di atas, informasi tentang titik detail
tidak harus memiliki sudut elevasi atau ketinggian yang sama, namun dapat juga
dibidik dari lapangan dengan mengikuti pola tertentu. Pola-pola ini meliputi pola
kotak-kotak (spot level), pola profil (grid), dan pola radial-pola yang digunakan
untuk pemetaan topografi pada daerah yang luas dan permukaan tanah yang tidak
beraturan atau randomized.
Cara Pengukuran
Dengan merujuk pada macam-macam garis kontur ini, pengukuran titik-titik detail
untuk penarikan garis kontur pada suatu peta dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:

 Secara langsung: Titik-titik detail yang tidak harus sama tinggi dapat
dipilih mengikuti pola tertentu yaitu pola kotak-kotak, profil, atau radial. Dengan
pola tersebut garis kontur dapat dibuat dengan cara interpolasi dan pengukuruan
titik-titik detailnya dapat dilakukan dengan cara tachymetry pada semua bidang
atau area dan dapat pula menggunakan sipat datar memanjang ataupun sipat datar
profil pada daerah yang relatif datar.
 Secara tidak langsung: Titik-titik detail dicari dengan berdasarkan pada
ketinggian yang sama dan ditentukan posisinya dalam peta dan diukur pada
ketinggian tertentu. Cara pengukurannya dapat dilakukan dengan tachymetry atau
kombinasi antara sipat datang memanjang dan pengukuran polygon. Akan tetapi,
cara ini lebih sulit dibandingkan dengan cara tidak langsung. Pengukuran secara
langsung ini sangat diperlukan pada saat pengukuran dan pemasangan tanda batas
daerah genangan.
Selain itu, garis-garis kontur pada peta topografi dapat digunakan dalam
menghitung volume, baik volume bagan galian (gunung kapur, bukit, dan
lainnya).Sedangkan luas yang dikelilingi oleh masing-masing garis kontur diukur
luasnya dengan plainmeter dengan interval h.
Metode Pembuatan Garis Kontur
Berdasarkan penjelasan mengenai garis kontur di atas, maka selanjutnya diberikan
penjelasan mengenai cara membuat garis kontur, yaitu:

1. Pertama-tama, kita harus melakukan ploting (penentuan lokasi) secara


detail pada sejumlah titik yang diperoleh dari observasi/survei/pengukuran
langsung di lapangan.
2. Selanjutnya, menentukan titik-titik dengan sudut elevasi atau ketinggian
yang sama. Hal ini dapat dilakukan dengan cara numerik, taksiran (visual), dan
grafis.
3. Kemudian mencari sudut elevasi atau ketinggian tertentu dengan
menggunakan perbandingan linear antara dua titik yang memiliki informasi sudut
elevasi dan sattitik yang akan dicari.
4. Maka, interpolasi (garis kontur) dapat diperoleh dari perbandingan segi
tiga siku-siku dari sejumlah titik yang telah ditentukan tadi.
5. Terakhir, melengkapi peta tersebut dengan simbol kartografi. Simbol ini
merupakan alat komunikasi antara pembuat peta dengan pemakai peta. Sehingga,
pada permukaan peta hanya menggambarkan simbol-simbol tertentu saja.
Sebagai aplikasi dari metode di atas, maka berikut disajikan contoh soal
menentukan garis kontur.Suatu soal meminta untuk dibuatkan kontur dengan
interval 2 meter. Diketahui pada:

 Titik A memiliki ketinggian + 1,650 meter


 Titik B memiliki ketinggian + 2,110 meter
 Titik C memiliki ketinggian + 2,651 meter
 Titik D memiliki ketinggian + 1,950 meter
 Titik E memiliki ketinggian + 4,200 meter
 Titik F memiliki ketinggian + 5,010 meter
Dari soal ini diketahui bahwa antara titik A dan C dipastikan memiliki titik yang
mempunyai ketinggian dengan kelipatan 2 meter yaitu titik P, dan antara titik D
dan B diketahui hal yang sama, dan disebut dengan titik Q. Sedangkan antara titik
C dan F dipastikan memiliki ketinggian sebesar 4 meter, demikian halnya pada
titik B dan E. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana menentukan titik P, Q,
R, dan S pada peta tersebut.
Pada saat menentukan letak titik P yang memiliki ketinggian sebesar 2 meter:

 Pertama, mengukur jarak titik AC pada peta (misalnya jarak AC = dAC =


5 cm)
 Kedua, menghitung perbedaan ketinggian titik C dan titik A (misal HAC =
(2,651 – 1,650) m = 1,001 meter)
 Ketiga, menghitung perbedaan ketinggian titik P dengan titik A (misal
HAP = (2,00 – 1,650) m = 0,350 meter)
 Ke-empat, maka dengan rumus perbandingan segitiga dapat dihitung:
Jarak AP = dAP, adalah dAP = hAP/hAC x dAC
= 0,350/1,001 x 5 cm
= 1,748 (letak titik P dari titik A)
Pada proses terakhir, simbol yang dapat kita tuliskan adalah sebagai berikut
P+2,751 = titik tinggi (untuk titik P).
Dari penjelasan mengenai garis kontur tersebut di atas, kita dapat mengetahui
suatu bentuk lembah dan pegunungan dengan melihat garis konturnya. Ada
beberapa bentuk lembah dan pegunungan yang dapat kita ketahui, yaitu:

 Jalan menuju puncak umumnya di atas punggung (berupa garis titik-titik)


sedangkan di sisinya terdapat lembah umumnya berisi sungai (berupa garis gelap)
 Pada dataran tinggi atau plateau merupakan daerah dataran tinggi yang
luas dan terdapat daerah rendah diantara dua buah ketinggian atau col dan sadle
 Daerah yang sama dengan col tetapi daerahnya luas dan ketinggian yang
mengapit tidak terlalu tinggi
 Pass yaitu celah memanjang yang membelah suatu daerah ketinggian
SURFER
Surfer (Surface Mapping System) merupakan perangkat lunak untuk pengolahan
data spasial dan analisa tiga dimensi.Dalam bidang oseanografi, Surfer banyak
digunakan untuk mengolah dan menampilkan data batimetri, topografi, arus, pola
sebaran dan sebagainya. 
Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan
peta kontur dan pemodelan tiga dimensi (cut and fill) dengan mendasarkan pada
grid.Perangkat lunak ini melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan
menjadi lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah
serangkaian garis vertical dan horizontal yang dalm surfer berbentuk segi empat
dan digunakan sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Surfr
tidak mensyaratkan perangkat keras ataupun system operasi yang tinggi.Oleh
Karena itu, surfer relative mudah dalam aplikasinya.
Surfer memberikan kemudahan dalam pemuatan berbagai macam peta
kontur atau model spasial 3 Dimensi.Sangat membantu dalam analisis
volumetric, Cut and Fill, slope, dan lain-lain. Memungkinkan pembuatan peta 3
dimensi dari suatu data tabular yang disusun dengan menggunakan worksheet
seperti excel dan lain-lain. Surfer membantu dalam analisis kelerengan, ataupun
morfologi lahan dari suatu foto udara atau citra satelit yang telah memiliki datum
ketinggian. Aplikasi lain yang sering menggunakan surfer adalah analisis spasial
untuk mitigasi bencana alam yang berkaitan dengan faktor topografi dan
morfologi lahan. Surfer dapat memberikan gambaran secara spasial letak potensi
bencana.

SYARAT-SYARAT PETA
Menurut Riyanto dkk (2009:4) syarat-syarat adalah sebagai berikut:
a) Peta tidak boleh membingungkan. Agar tidak membingungkan maka sebuah peta
perlu dilengkapi:
- Keterangan atau legenda (legend).
- Skala (scale) peta.
- Judul peta.
- Bagian dunia mana (insert).
b) Peta harus mudah dapat dimengerti atau ditangkap maknanya oleh si pemakai peta.
Untuk itu agar mudah dimengerti atau ditangkap maknanya, dalam peta digunakan:
- Warna.
- Simbol (terutama peta tematik).
- Sistem proyeksi dan sistem koordinat.
c) Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya. Ini peta berarti harus cukup
teliti sesuai dengan tujuanya
DAFTAR PUSTAKA
Riyanto, Prilnali EP dan Hendi Indelarko. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem
Informasi Geografis. Gava Media. Yogyakarta.
Rosana. 2003. Kartografi. (Bahan Ajar). FKIP UNILA. Bandar Lampung

Anda mungkin juga menyukai