Anda di halaman 1dari 4

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG


PERIODE 2022/2023
Gedung STTB Lantai 2 Ruang 2.1
Jl. Soekarno Hatta No. 378 Bandung 40235 Jawa Barat
bemsttbandung@gmail.com

SEJARAH
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
(BEM)

Badan Eksekutif Mahasiswa adalah organisasi mahasiswa intra kampus yang merupakan
lembaga eksekutif di tingkat pendidikan tinggi yang dipimpin oleh seorang Presiden
Mahasiswa atau Ketua BEM. Dalam melaksanakan program-programnya, umumnya BEM
memiliki beberapa kementerian dan departemen atau bidang. Sebelum bernama BEM, pada
awal pembentukannya ditahun 1950, organisasi ini bernama DEMA (Departemen
Mahasiswa). Kala itu, dema menjadi wadah belajar politik karena berfungsi sebagai student
government.

Sejak dulu, organisasi mahasiswa yang satu ini, memang sudah memposisikan dirinya
sebagai pengontrol kebijakan dari pemerintah. Prinsip gerakan independen ini sudah
terbentuk sejak era awal terbentunya organisasi mahasiswa pada tahun 1950. Semangat
untuk belajar berpolitik pada saat itu lebih mengemuka dibandingkan semangat untuk
berpolitik praktis. Hal ini mengakibatkan gerakan-gerakan protes sporadik di kampus-
kampus makin memuncak dan berakibat pada tuntutan mundurnya soeharto.

Dalam pergolakan politik dan sejarah Indonesia pada tahun 1908-1998, mahasiswa melihat
dirinya sebagai the future man, yaitu calon pengisi pos-pos birokrasi pemerintahan
Indonesia yang baru dibangun. pengaruh politik mulai masuk kedalam kehidupan
mahasiswa melalui Organisasi Ektra Kampus yang berebut untuk menguasai DEMA.
Organisasi Ekstra Kampus di era itu, umumnya berbasis ideologi dan berafiliasi dengan
partai politik. Sebagaian besar organ ekstra ini, membuka sekertariat terselubung didalam
kampus. Karena itu, kehidupan berorganisasi di dalam kampus layaknya miniatur
berpolitik dinegara. dari munculnya DEMA inilah muncul juga berbagai gerakan-gerakan
yang berupa demostrasi yang dilakukan oleh mahasiswa.

Demonstrasi yang paling menonjol di era DEMA adalah demonstrasi-demonstrasi pasca-


peristiwa G30SPKI. Gerakan tersebut menjadi pemulus lahirnya Orde Baru. Independensi
politik mahasiswa kemudian menguat dan sejak saat itu, gerakan mahasiswa menjadi
identik dengan gerakan politik. Pada masa awal Presiden Soeharto berkuasa, peran
mahasiswa sebagai alat kontrol sosial dan kelompok penekan cukup kuat terutama dalam
mengkritisi kebijakan yang menyangkut pembangunan yang timpang dan korupsi yang
merajalela. Kritik-kritik yang dikeluarkan tersebut, membuat orde baru soeharto mulai
jengah. Hal tersebutlah yang kemudian menjadi awal pemberangusan terhadap suara-suara
kritis di kampus.

Pada tahun 1978, dewan mahasiswa dibekukan oleh pemerintah. Kebijakan pembekuan ini
dikenal dengan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) NKK diberlakukan berdasarkan
SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Daoed Yusuf dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pada 1979. Konsep ini mengarahkan mahasiswa hanya pada jalur akademik
dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai dapat membahayakan posisi rezim
Soeharto.Sedangkan BKK dilaksanakan berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979
yang membahas Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan
Perguruan Tinggi, dimantapkan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan
Tinggi tahun 1978 tentang Pokok-pokok Pelaksanaan Penataan Kembali Lembaga
Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Kebijakan BKK melarang dihidupkannya Dewan
Mahasiswa dan hanya mengizinkan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat
Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF).Sejak
NKK/BKK dibentuk, mahasiswa tak lagi terlibat dalam politik kampus dan nasional. Model
gerakan mahasiswa berubah total dari pola gerakan jalanan (demonstrasi) ke pola yang
lebih aman berupa kajian intelektual.

Pada tahun 1990, mendikbud Fuad Hassan membuka kembali ruang gerak mahasiswa di
dalam kampus, dengan mengizinkan berdirinya Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi
(SMPT), itu pun terbatas dimana SMPT hanya sebagai wadah koordinasi para ketua Senat
Mahasiswa Fakultas dan ketua-ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan. Dalam Surat
Keputusan yang dikeluarkan Mendikbud Fuad Hassan, disebut bahwa pelaksanaan teknis
terkait pembentukan SMPT diatur sendiri oleh masing-masing perguruan tinggi. Hal ini
membuat SMPT memiliki bentuk yang beragam strukturnya. SM-UGM misalnya,
mempunyai kongres yang membawahi SMPT, UKM, dan Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) secara sejajar. Ada mekanisme legislatif-eksekutif. SM-UI mengambil celah
melalui pemisahan tugas antara Ketua Umum SMPT, yang bertindak sebagai legislatif, dan
Ketua Harian SMPT, sebagai eksekutif. Setelah Reformasi bergulir, konsep Senat
Mahasiswa kemudian berubah menjadi lembaga legislatif mahasiswa. Lalu untuk
mengeksekusi program-program Senat Mahasiswa, dibentuklah Badan Pelaksana Senat
Mahasiswa. Belakangan, nama badan pelaksana diganti dengan istilah yang lebih praktis
yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Awalnya, pengurus BEM dipilih dan
bertanggung jawab kepada Sidang Umum Senat Mahasiswa. Namun sekarang, kedua
lembaga ini masing-masing berdiri sendiri. BEM menjadi lembaga eksekutif mahasiswa,
sementara Senat Mahasiswa berubah bentuk menjadi Dewan Permusyawaratan Mahasiswa
(DPM) dengan fungsi legislatif. Ketua kedua lembaga pun kini sama-sama dipilih langsung
dalam suatu pemilihan umum mahasiswa.
Referensi

[1] R. BM, "Gerakan Mahasiswa dari Masa ke Masa," https://bahanamahasiswa.co/gerakan-


mahasiswa-dari-masa-ke-masa/, vol. 1, no. 1, p. 1, 2013.

[2] F. A. Fadrik, "Riwayat Gerakan Mahasiswa: Dari Dema Hingga BEM,"


https://tirto.id/riwayat-gerakan-mahasiswa-dari-dema-hingga-bem-cEpd, vol. 1, no. 1, pp.
1-7, 2018.

Anda mungkin juga menyukai