Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH TEORI KEPERAWATAN OREM, BUDAYA SECARA

UMUM
DAN BUDAYA KAILI
MK : Filsafah Keperawatan Dan Transkulturasi

Disusun oleh:
Kelompok IV
Aldi
Merlin
Miftah

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

1
JURUSAN DIV KEPERAWATAN

TAHUN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya

harus dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan

demikian perawat harus mampu berfikir logis dan kritis dalam menelaah dan

mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak bentuk-bentuk

pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap

situasi klien, antara lain dengan menggunakan model-model keperawatan

dalam proses keperawatan dan tiap model dapat digunakan dalam praktek

keperawatan sesuai dengan kebutuhan.

Dalam teori keperawatan bila kita perhatikan, kesemua teori

tersebut akan berorientasi pada satu bidang cakupan dalam keperawatan,

misalkan Nightingale menyoroti masalah lingkungan, Henderson lebih pada

pemenuhan kebutuhan dasarnya, selain itu ada juga teori yang berorientasi

pada optimalisasi peran klien dalam proses penyembuhanya. Semua teori

tersebut bersinergi dalam membentuk suatu sistem yang holistik dengan

penjelasan masalah yang detail, sehingga mampu memberikan konstribusi

dalam memberikan arah asuhan.

Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya adalah model

“self care” yang diperkenalkan oleh  Dorothea E. Orem. Orem


2
mengembangkan model konsep keperawatan ini pada awal tahun 1971

dimana dia mempublikasikannya dengan judul “Nursing Conceps of Practice

Self Care”. Model ini pada awalnya berfokus pada individu kemudian edisi

kedua tahun 1980 dikembangkan pada multiperson’s units (keluarga,

kelompok dan komunitas) dan pada edisi ketiga sebagai lanjutan dari tiga

hubungan konstruksi teori yang meliputi : teori self care, teori self care deficit

dan teori nursing system. Dalam pandangan orem, bahwa setiap orang

mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya secara

mandiri. Tapi pada situasi tertentu kemampuan itu tidak bisa tampil, disinilah

teori orem akan menjelaskan bahwa, kebutuhan manusia apapun kondisinya

adalah sama, tergantung bagaimana individu memenuhi kebutuhan itu. Bila

kebutuhanya terpenuhi dengan baik maka tidak akan ditemukan masalah,

berbeda dengan orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhanya makan

akan mengalami deficiet.

Orem dengan tegas mencoba mengoptimalkan kemampuan alami

setiap klien dalam memenuhi kebutuhanya. Peran perawat dalam teori

merupakan sebagai agen yang mampu membantu klien dalam

mengembalikan peranya sebagai self care agency. Sistem yang di bangun dari

tiga teori utama ini mampu menghasilkan kolaborasi pelayanan keperwatan

yang unik, tidak hanya dari prosesnya, tapi juga dari hasilnya akan mampu

membuat klien mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penyakitnya.

Teori ini mampu memberikan bentuk asuhan yang harus diberikan

pada klien pada keadaan tertentu. antara klien dan perawat harus memiliki

3
pemahaman tentang pendangan self-care. Proses yang lebih bertumpu pada

pelayanan terapeutik yang mandiri dengan melibatkan setiap individu agar

mampu melakukannya secara mandiri. 

B. Rumusan Masalah

1. Siapa Dorothea Elizabeth Orem?

2. Bagaimana Konsep Model Keperawatan Dorothea Elizabeth Orem?

3. Apa saja Model Konsep Keperawatan Orem?

4. Apa saja teori Keperawatan Orem?

5. Bagaimana Teori System Keperawatan Orem?

6. Apa tujuan dari Keperawatan model Orem?

7. Bagaimana Aplikasi dari Model Keperawatan Orem?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan pemahaman tentang Theory “Self Care Defisit” oleh

Dorothea E. Orem dalam lingkup pelayanan keperawatan

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan Riwayat hidup Dorothea E. Orem

b. Menjelaskan secara umum tentang “Self Care Defisit”

c. Menjelaskan “Theory Self Care Defisit” dalam lingkup komponen

paradigma keperawatan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Keperawatan Menurut Dorothea e. Orem

1. Biografi Dorothea e. Orem

Dorothea Elizabeth Orem lahir pada tahun 1914 di Baltimore,

Maryland. Orem adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Dorothea E.

Orem memulai karir keperawatannya sejak terdaftar sebagai siswa di

Providence di Washington DC. Lulus Sarjana Muda tahun 1930. Lulus

Master tahun 1939 pendidikan keperawatan. Tahun 1945 bekerja di

Universitas Katolik di Amerika sebagai asisten direktur.

Selama perjalanan kariernya ia telah bekerja sebagai staf perawat,

perawat tugas pribadi, pendidik, administrasi keperawatan dan sebagai

konsultan (1970). Tahun 1958-1959 sebagai konsultan di Departemen

kesehatan pada bagian pendidikan kesejahteraan dan berpartisipasi pada

proyek pelatihan keperawatan. Tahun 1959 konsep perawatan Orem

dipublikasikan pertama kali. Tahun 1965 Orem bergabung dengan

Universitas Katolik di Amerika membentuk model teori keperawatan

komunitas. Tahun 1968 membentuk kelompok konferensi

perkembangan keperawatan, yang menghasilkan kerja sama tentang

perawatan dan disiplin keperawatan. Tahun 1976 mendapat gelar

Doktor Honoris Causa. Tahun 1980 mendapat gelar penghargaan dari

alumni Universitas Katolik Amerika tentang teori keperawatan.

Selanjutnya Orem mengembangkan konsep keperawatan tentang

perawatan diri sendiri dan dipulikasikan dalam keperawatan (Concept


5
of Pratice tahun 1971). Tahun 1980 mempublikasikan buku kedua yang

berisi tentang edisi pertama diperluas pada keluarga, kelompok dan

masyarakat. Tahun 1985 mempublikasikan buku kedua yang berisi

tentang tiga teori, yaitu : Theory self care, theory self care deficit,

theory system keperawatan.

Dorothea E. Orem meninggal pada 22 Juni 2007 di

kediamannya di Savannah, USA. Orem meninggal pada umur 93 tahun.

Dunia keperawatan telah kehilangan seorang ahli dan dianggap sebagai

orang terpenting serta memiliki wawasan yang sangat luas di bidang

keperawatan. Dalam bidang keperawatan dapat dikatakan bahwa ahli

Keperawatan dari Amerika, Dorothea E Orem, termasuk salah seorang

yang terpenting diantara orang yang mengembangkan pandangan dalam

bidang Keperawatan.

Beberapa tahun gemilang dalam kehidupan Dorothea Orem:

a. Tahun 1958- 1959 sebagai konsultan di departemen kesehatan pada

bagian pendidikan kesejahteraan dan berpartisipasi pada proyek

pelatihan keperawatan.

b. Tahun1959 konsep perawatan Orem dipublikasikan pertama kali.

c. Tahun 1965 bergabung dengan Universita Katolik di Amerika

membentuk model teori keperawatan komunitas.

d. Tahun 1968 membentuk kelompok konferensi perkembangan

keperawatan yang menghasilkan kerja sama tentang perawatan dan

disiplin keperawatan.

6
e. Tahun 1976 mendapat gelar Doktor Honoris Causa.

f. Tahun 1980 mendapat gelar penghargaan dari alumni Universita

Katolik Amerika tentang teori keperawatan.

g. Selanjutnya Orem mengembangkan konsep keperawatan tentang

perawatan diri sendiri dan dipublikasikan dalam keperawatan

(Concept of Pratice tahun 1971)

h. Tahun 1980 mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang edisi

pertama diperluas pada keluarga, kelompok dan masyarakat.

i. Tahun 1985 mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang tiga

teori, yaitu : Theory self care, theory self care deficit, theory system

keperawatan.

2. Definisi Keperawatan

Dorothea orem (1971) mengembangkan definisi keperawatan

yang menekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri.

Orem menggambarkan filosofi tentang kaperawatan dengan cara seperti

berikut : Keperawatan memiliki perhatian tertentu pada kebutuhan

manusia terhadap tindakan perawatan dirinya sendiri dan kondisi serta

penatalaksanaannya secara terus menerus dalam upaya

mempertahankan kehidupan dan kesehatan, penyembuhan dari

penyakit, atau cidera, dan mengatasi hendaya yang ditimbulkannya.

Perawatan diri sendiri dibutuhkan oleh setiap manusia, baik

laki-laki perempuan dan anak-anak. Ketika perawatan diri tidak dapat

dipertahankan akan terjadi kesakitan atau kematian. Keperawatan

7
berupaya mengatur dan mempertahankan kebutuhan keperawatan diri

secara terus menerus bagi mereka yang secara total tidak mampu

melakukannya. Dalam situasi lain, perawat membantu klien untuk

mempertahankan perawatan diri dengan melakukannya sebagian, tetapi

tidak seluruh prosedur, melainkan pengawasan pada orang yang

membantu klien dengan memberikan instuksi dan pengarahamn secara

individual sehingga secara bertahap klien mampu melakukannya

sendiri.

Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam

pandangan mengenai pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi

dalam konsep kebutuhan dasar yang terdiri dari:

a. Air (udara): pemelihraan dalam pengambian udara.

b. Water (air): pemeliaraan pengambilan air

c. Food (makanan): pemeliharaan dalam mengkonsumsi makanan

d. Elimination (eliminasi): pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi

e. Rest and Activity (Istirahat dan kegiatan): keseimbangan antara

istirahat dan aktivitas.

f. Solitude and Social Interaction (kesendirian dan interaksi sosial) :

pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi

sosial

g. Hazard Prevention (pencegahan risiko): kebutuhan akan pencegahan

risiko pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat.

h. Promotion of Normality

8
3. Keyakinan dan Nilai – nilai

Keyakinan Orem tentang empat konsep utama keperawatan adalah :

a. Individu/Klien

Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus

mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari

sakit atau trauma atu koping dan efeknya.

b. Sehat

Kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutatn self care

yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas

structural fungsi dan perkembangan.

c. Lingkungan

Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan

self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.

d. Keperawatan

Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan

untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam

mempertahankan self care yang mencakup, integritas struktural,

fungsi dan perkembangan

Berdasarkan keyakinan empat konsep utama diatas, Orem’s

mengembangkan konsep modelnya hingga dapat diaplikasikan

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

9
4. Tujuan

Tujuan keperawatan pada model Orem"s secara umum adalah :

1. Menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana klien dapat

memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.

2. Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk

memenuhi tuntutan self care.

3. Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk

memberikan asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan,

oleh karenanya self care deficit apapun dihilangkan.

4. Jika ketiganya ditas tidak tercapai perawat secara langsung dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.

Tujuan keperawatan pada model Orem's yang diterapkan kedalam

praktek keperawatan keluarga / komunitas adalah :

1. Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri

secara terapeutik

2. Menolong klien bergerak kearah tidakan-tidakan asuhan mandiri

3. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya

yang mengalami gangguan secara kompeten.

Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada model

orem's yang diterapkan pada praktek keperawtan keluaga/komunitas

adalah:

a. Aspek interpersonal :

hubungan didalam kelurga

10
b. Aspek sosial :

hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya.

c. Aspek prosedural :

melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu

mengantisipasi perubahan yang terjadi

d. Aspek tehnis :

mengajarkan kepada keluarga tentang teknik dasar yang

dilakukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres

secara benar.

5. Konsep utama

1. Universal Self-Care Requisites

Tujuan universally required adalah untuk mencapai perawatan

diri atau kebebasan merawat diri dimana harus memiliki kemampuan

untuk mengenal, memvalidasi dan proses dalam memvalidasi

mengenai anatomi dan fisiologi manusia yang berintegrasi dalam

lingkaran kehidupan. Dibawah ini terdapat 8 teori self care secara

umum yaitu :

a. Pemeliharaan kecukupan pemasukan udara

b. Pemeliharaan kecukupan pemasukan makanan

c. Pemeliharaan kecukupan pemasukan cairan

d. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan

eksresi

e. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat

11
f. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi social

g. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan

manusia.

h. Peningkatan promosi fungsi tubuh dan pengimbangan manusia

dalam kelompok social sesuai dengan potensinya

2. Developmental self-care requisites

Berhubungan dengan tingkat perkembangn individu dan

lingkungan dimana tempat mereka tinggal yang berkaitan dengan

perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan. Tiga hal

yang berhubungan dengan tingkat perkembangan perawatan diri

adalah:

a. Situasi yang mendukung perkembangan perawatan diri

b. Terlibat dalam pengembangan diri

c. Mencegah atau mengatasi dampak dari situasi individu dan situasi

kehidupan yang mungkin mempengaruhi perkembangan manusia.

(Orem, 1980,p.231)

3. Health deviation self-care requisites

Istilah perawatan diri ditujukan kepada orang-orang yang

sakit atau trauma, yang mengalami gangguan patologi, termasuk

ketidakmampuan dan penyandang cacat juga yang berada sedang

dirawat dan menjalani terapi. Adanya gangguan kesehatan terjadi

sepanjang waktu sehingga mempengaruhi pengalaman mereka

dalam menghadapi kondisi sakit sepanjang hidupnya.

12
Penyakit atau trauma tidak hanya pada struktur tubuh,

fisiologi dan psikologi tetapi juga konsep diri seutuhnya. Ketika

konsep diri manusia mengalami gangguan (termasuk retardasi

mental atau autisme), perkembangan individu akan memberikan

dampak baik permanen maupun sementara. Dinegara-negara yang

warganya banyak mengalami gangguan kesehatan, self-care

(perawatan diri) digunakan sebagai alat dalam pengobatan dan terapi

kesehatan.

Perawatan diri (self-care) adalah komponen system tindakan

perawatan diri individu yang merupakan langkah-langkah dalam

perawatan ketika terjadi gangguan kesehatan. Kompleksitas dari

self-care atau system dependent-care (ketergantungan perawatan)

adalah meningkatnya jumlah penyakit yang terjadi dalam waktu-

waktu tertentu.

4. Therapeutic self-care demand

Terapi pemenuhan kebutuhan dasar berisi mengenai suatu

program perawatan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan dasar

pasien sesuai dengan tanda dan gejala yang ditampilkan oleh pasien.

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat ketika

memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien diantaranya :

a. Mengatur dan mengontrol jenis atau macam kebutuhan dasar

yang dibutuhkan oleh pasien dan cara pemberian ke pasien

13
b. Meningkatkan kegiatan yang bersifat menunjang pemenuhan

kebutuhan dasar seperti promosi dan pencegahan yang bisa

menunjang dan mendukung pasien untuk memenuhi kebutuhan

dasar pasien sesuai dengan taraf kemandiriannya.

Beberapa pemahaman terkait terapi pemenuhan kebutuhan dasar

diantaranya :

1) Perawat harus mampu mengidentifikasi faktor pada pasien dan

lingkunganya yang mengarah pada gangguan pemenuhan

kebutuhan dasar manusia

2) Perawat harus mampu melakukan pemilihan alat dan bahan

yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien,

memanfaatkan segala sumberdaya yang ada disekitar pasien

untuk memberikan pelyenana pemenuhan kebutuhan dasar

pasien semaksimal mungkin.

5. Self Care Agency

Pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara holistik hanya

dapat dilakukan pada perawat yang memiliki kemampuan

komprehensif, memahami konsep dasar manusia dan perkembangan

manusia baik secara holistik ( orem, 2001, p. 514)

6. Agent

Pihak atau prerawat yang bisa memberikan pemenuhan

kebutuhan dasar pada pasien adalah perawat dengan keahlian dan

ketrampilan yang berkompeten dan memiliki kewenangan untuk

14
memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien secara

holistik.

7. Dependent Care Agent

Dependent care agency merupakan perawat profesional yang

memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat dalam upaya

perawatan pemenuhan kebutuhan dasar pasien termasuk pasien

dalam derajat kesehatan yang masih baik atau masih mampu atau

sebagain memenuhi kebutuhan dasar pada pasien. Pemberian

kebutuhan dasar tetap menekankan pada kemandirian pasien sesuai

dengan tingkat kemampuannya. Perawatan yang diberikan bisa

bersifat promoting, prevensi dan lain-lain

8. Self Care Deficit

Perawat membantu pasien yang tidak mampu memenuhi

kebutuhan dasarnya, utamanya pada pasien yang dalam perawatan

total care. Perawatan yang dilakukan biasanya kuratif dan

rehabilitatif. Pemenuhan kebutuhan pasien hampir semunay

tergantung pada pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tim

tenaga kesehatan utamanya perawat.

9. Nursing Agency

Perawat harus mampu meningkatkan dan mengembangkan

kemampuanya secara terus menerus untuk bisa memberikan

pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien secara holistik sehingga

mereka mampu membuktikan dirinya bahwa mereka adalah perawat

15
yang berkompeten untuk bisa memberika pelayanan profesional

untuk memenuhi kebutuhan dasar pasie. Beberapa ktrempilan selain

psikomotor yang juga harus dikuasai perawat adala komunikasi

terapetik, ketrampilan intrapersonal, pemberdayaan sumberdaya di

sekitar lingkungan perawat dan pasien untuk bisa memberikan

pelayanan yang profesional

10. Nursing Design

Penampilan perawat yang dibutuhkan untuk bisa memberikan

asuhan keperawatan yang bisa memenuhi kebutuhan dasar pasien

secara holistik adalah perawata yang profesioanl, mampu berfikir

kritis, memiliki dan menjalankan standar kerja dll.

11. Sistem Keperawatan

Merupakan serangkaian tindakan praktik keperawatan yang

dilakukan pada satu waktu untuk kordinasi dalam melakukan

tindakan keperawatan pada klien untuk mengetahui dan memenuhi

komponen kebutuhan perawatan diri klien yang therapeutic dan

untuk melindungi serta mengetahui perkembangan perawatan diri

klien

6. Asumsi dasar

Orem (2001) mengidentifikasi beberapa hal mendasar dari teori

keperawatan terkait kebutuhan dasar manusia :

16
a. Kebutuhan dasar manusia bersifat berkelanjutan ,dimana

pemenuhannya dipengaruhi dari faktor dari dalam pasien ataupun

dari lingkungan

b. Human agency, pasien yang memiliki tingkatan ketergantungan

dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya

c. Pengalaman dan pengetahuan perawat diperlukan untuk bisa

memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara

profesional

7. Proses Keperawatan Menurut Teori Dorothea E. Orem

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian

kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada

pasien. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan terdapat pendekatan dan

metode utama yang digunakan yaitu metode memecahkan masalah

secara ilmiah yang selanjutnya dikenal sebagai proses keperawatan

(nursing process).

Proses keperawatan yang dijelaskan oleh Orem mempunyai tiga

tahap proses keperawatan yang dikenal sebagai kegiatan proses

teknologi dari praktek keperawatan. Tahapan tersebut meliputi:

diagnosa keperawatan dan persepsi, mendisain sistem keperawatan dan

perencanaan, dan memproduksi dan mengatur sistem keperawatan.

Perbandingan antara proses keperawatan Orem dengan proses


keperawatan dapat dilihat pada tabel berikut:

17
Proses
Proses Keperawatan Orem
Keperawatan
1. Pengkajian - Diagnosis dan resep; menentukan mengapa
2. keperawatan diperlukan. menganalisis dan
menafsirkan-melakukan penilaian mengenai perawatan
- Desain dari sistem keperawatan dan rencana untuk
pengiriman perawatan
- Produksi dan pengelolaan sistem keperawatan

Langkah – 1 Pengumpulan data di enam area:


1. Status kesehatan seseorang
2. Persepsi dokter tentang status kesehatan seseorang
3. Persepsi individu tentang status kesehatannya
4. Tujuan kesehatan dalam konteks sejarah hidup, gaya
hidup, dan status kesehatan
5. Kebutuhan untuk perawatan diri
6. Kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri
2. Diagnosa Langkah ke – 2 :
Keperawata - Perawat mendesain sistem yang menyeimbangkan
n dan secara keseluruhan atau sebagian, atau suportif-
Perencanaan edukatif.
beserta - Membawa sebuah organisasi yang baik dari komponen
Rasional perawatan diri pasien terapi 'tuntutan
- Pemilihan kombinasi cara untuk membantu yang lebih
efektif dan efisien dalam menyeimbangkan/ mengatasi
defisit perawatan diri pada pasien
3. Langkah ke – 3 :
Implementa - Perawat membantu pasien atau keluarga dalam hal
si dan perawatan diri untuk mencapai kesehatan dan
Evaluasi dijelaskan dan hasil kesehatan yang terkait.
18
mengumpulkan bukti-bukti dalam hasil evaluasi
terhadap hasil yang dicapai ditentukan dalam desain
sistem keperawatan
- Tindakan diarahkan oleh komponen etiologi diagnosis
keperawatan
- Evaluasi

8. Kekuatan dan Kelemahan Teori Dorothea E. Orem

1. Kekuatan

a. Menyediakan dasar yang komprehensif untuk praktik

keperawatan

b. Memiliki utilitas untuk keperawatan profesional di bidang

kurikulum keperawatan keperawatan praktik, administrasi

keperawatan pendidikan, dan penelitian keperawatan

c. Menentukan saat keperawatan diperlukan

d. Pendekatan perawatan diri nya adalah kontemporer dengan

konsep promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

2. Kelemahan/Keterbatasan

a. Dalam teori sistem secara umum, sistem dipandang sebagai satu

kesatuan, sementara Orem mendefinisikan sistem sebagai suatu

keseluruhan, hal.

b. Kesehatan sering dipandang sebagai sesuatu yang dinamis dan

selalu berubah.

c. Teorinya berorientasi pada penyakit.

B. Teori Budaya dan Kebudayaan (Culture)

19
1. Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Manusia pada dasarnya hidup sebagai makhluk budaya yang

memiliki akal, budi dan daya untuk dapat membuahkan suatu gagasan dan

hasil karya yang berupa seni, moral, hukum, kepercayaan yang terus

dilakukan dan pada akhirnya membentuk suatu kebiasaan atau adat istiadat

yang kemudian diakumulasikan dan ditransmisikan secara sosial atau

kemasyarakatan

2. Manusia Memiliki Akal dan Budi

Akal : kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang

dimiliki manusia. Berpikir adalah perbuatan operasional yang mendorong

untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia.

Fungsi akal adalah untuk berfikir, kemampuan berfikir manusia

mempunyai fungsi mengingat kembali apa yang telah diketahui sebagai

tugas dasarnya untuk memecahkan masalah dan akhirnya membentuk

tingkah laku

Budi : akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi

diartikan sebagai batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat

menimbang baik buruk segala sesuatu

3. Manusia Sebagai Animal Simbolicum

Simbol : segala sesuatu (benda, peritiwa, kelakuan, tindakan

manusia, ucapan) yang telah ditempati suatu arti tertentu menurut

kebudayaannya adalah komponen utama perwujudan kebudayaan karena

setiap hal yang dilihat dan dialami, diolah menjadi simbol, dan

20
kebudayaan itu sendiri merupakan pengetahuan yang mengorganisasi

simbol-simbol.

Fungsi simbol :

1. Faktor pengembangan kebudayaan

2. Terbatas pada gugus masyarakat tertentu

4. Manusia Pencipta dan Pengguna Kebudayaan Manusia sebagai pencipta

kebudayaan memiliki kemampuan daya sebagai berikut :

1. Akal, intelegensia dan intuisi

2. Perasaan dan emosi

3. Kemauan

4. Fantasi

5. Perilaku

Dialektika Fundamental Peter L Berger

a. Tahap eksternalisasi, yaitu proses pencurahan diri manusia secara

terus menerus kedalam dunia melalui aktifitas fisik dan mental

b. Tahap obyektivasi, yaitu tahap aktifitas manusia menghasilkan realita

obyektif, yang berada diluar diri manusia

c. Tahap internalisasi, yaitu tahap dimana realitas obyektif hasil ciptaan

manusia dicerap oleh manusia kembali.

5. Pengertian Budaya dan Kebudayaan

a. K.A Hiding : Pengelolaan

21
b. agriculture Langevela : Aktivitas yang manusiawi dan rohani sifatnya

c. Alfred Whitehead : karya akal, budi, daya

d. Edward B Taylor : hasil karya manusia

e. Ditjen Kebudayaan : Sistem nilai dan gagasan utama

6. Definisi Kebudayaan

Dari catatan Supartono, 1992, terdapat 170 definisi kebudayaan. Catatan

terakhir Rafael Raga Manan ada 300 buah, beberapa diantaranya :

a. EB Taylor, Primitive Culture, 1871 Kebudayaan adalah keseluruhan

yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adapt,

serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia

sebagai anggota masyarakat.

b. Ki Hajar Dewantara Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah

hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman

dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk

mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan

penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

c. Robert H Lowie Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh

individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat,

norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh

22
bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa

lampau yang didapat melalui pendidikan formal atau informal

d. Keesing kebudayaan adalah totalitas pengetahuan manusia,

pengalaman yang terakumulasi dan yang ditransmisikan secara sosial

e. Koentjaraningrat Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya

manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan

dari hasil budi pekertinya

f. Rafael Raga Maran Kebudayaan adalah cara khas manusia

beradaptasi dengan lingkungannya, yakni cara manusia membangun

alam guna memenuhi keinginan-keinginan serta tujuan hidupnya,

yang dilihat sebagai proses humanisasi.

7. Fungsi Kebudayaan

Mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup

untuk dapat bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat kepada

taraf hidup tertentu :

a. Hidup lebih baik

b. Lebih manusiawi

c. Berperikemanus

8. Unsur-Unsur Kebudayaan

a. Peralatan dan perlengkapan hidup (pakaian, perumahan, alat-alat

produksi, transportasi)

b. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian, peternakan,

sistem produksi, distribusi )

23
c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem

hukum, perkawinan)

d. Bahasa

1. Kesenian

2. Sistem pengetahuan

3. Religi

9. Ciri & Wujud Kebudayaan

Wujud kebudayaan

a. Ide : tingkah laku dalam tata hidup

b. Produk : sebagai ekspresi pribadi

c. Sarana hidup

d. Nilai dalam bentuk lahir

Ciri kebudayaan

a. Bersifat menyeluruh

b. Berkembang dalam ruang / bidang geografis tertentu

c. Berpusat pada perwujudan nilai-nilai tertentu

10. Sifat Kebudayaan

a. Beraneka ragam

b. Diteruskan dan diajarkan

c. Dapat dijabarkan :

1) Biologi

2) Psikologi

3) Sosiologi : manusia sebagai pembentuk kebudayaan

24
d. Berstruktur terbagi atas item-item

e. Mempunyai nilai

f. Statis dan dinamis

g. Terbagi pada bidang dan aspek

Benar bahwa unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat

dimasukan kedalam kebudayaan lain tanpa mengakibatkan sejumlah

perubahan pada kebudayaan itu. Tetapi harus dingat bahwa

kebudayaan itu tidak bersifat statis saja, ia selalu berubah. Tanpa

adanya “gangguan” dari kebudayaan lain atau asing pun dia akan

berubah dengan berlalunya waktu. Bila tidak dari luar, akan ada

individu-individu dalam kebudayaan itu sendiri yang akan

memperkenalkan variasi-variasi baru dalam tingkah-laku yang

akhirnya akan menjadi milik bersama dan dikemudian hari akan

menjadi bagian dari kebudayaannya. Dapat juga terjadi karena

beberapa aspek dalam lingkungankebudayaan tersebut mengalami

perubahan dan pada akhirnya akan membuat kebudayaan tersebut

secara lambat laun menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi

tersebut.

C. Konsep Budaya Kaili

Suku bangsa Kaili merupakan salah satu suku bangsa dari 12 suku

bangsa dari Sulawesi Tengah yang mendiami wilayah Daerah Tingkat II

kabupaten Donggala, dan merupakan penduduk terbesar di wilayah ini. Suku

bangsa Kaili ini banyak mendiami wilayah pantai baik dipantai barat dan

25
pantai Timur kabupaten Donggala disamping di wilayah pedalaman.

Hubungan dengan dunia luar cukup baik terutama dengan daerah Sulawesi

Selatan (Bugis dan Mandar serta Makasar) sudah berjalan sejak jaman

kerajaan dahulu. Karena itu cukup banyak pengaruh Bugis di daerah ini.

Suku bangsa kaili sudah sejak lama dikenal dan telah memiliki

pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh madika atau magau. Salah satu

kerajaan yang besar sebelum jaman penjajahan Belanda ialah kerajaan Sigi

yang pernah mengadakan hubungan dengan kerajaan Bone di Sulawesi

Selatan. Kerajaan lainnya ialah kerajaan Sindue yang dalam lontara Bugis

dekenal dengan kerajaan Sindo. Disamping itu berdiri pula kerajaan-kerajaan

kecil yang tersebar pada berbagai komunitas kecil didaerah kabupaten

Donggala yang dipimpin oleh raja madika atau magau.

Konon dahulu kala suku kaili mendiami daerah pegunungnan

kemudian berangsur-anngsur turun kelembah dan dataran rendah. Sebagian

masih tinggal dipegunungan yang sekarang dikenal dengan masyarakat

terasing. Suku Kaili ini 100 % telah beragama Islam kecuali yang tergolong

masyarakat terasing.

Sistem religi pada masyarakat Kaili cukup dominan dalam

kehidupan masyarakat, dan ini dapat dilihat dalam berbagai upacara, seperti

upacara daur hidup dan upacara adat bidang pertanian. Kepercayaan kepada

kekuatan magis religius seperti adanya benda-benda yang dijadikan

simbol-simbol dalam upacara tradisional, pemujaan terhadap arwah para

leluhur, makhluk halus, kekuatan gaib yang berada dibumi ini bagi suku

26
bangsa Kaili disebut Rate .

Sebaliknya dalam kehidupan masyarakat ada orang tertentu yang

mampu mengadakan komunikasi baik langsung maupun tidak langsung

dengan arwah leluhur, makhluk halus dan kekuatan gaib lainnya. Orang ini

cukup terpandang dalam masyarakat seperti para sando (dukun) dan para ketua

adat yang dianggap mengetahui prosedur dan tata cara serta upacara yang

harus dilakukan. Karena itu dalam setiap upacara termasuk upacara

tradisional peranan para sando dan ketua adat (dewan hadat) cukup besar dan

menentukan. Bahkan seakan-akan masih sebagian masyarakat berada

ditangannya.Keahlian mengobati berbagai penyaakit ini mengantarkan

sando pada sastra sosial dan status budaya yang tinggi dikalangan

masyarakat. Mereka sangat dihormati, dan sering dijadikan panutan bagi

masyarakat lainnya. Dengan demikian hubungan emosional Sando dan

masyarakatpun menjadi sangat dekat.

Tak jarang para Sando diminta menyelesaikan masalah keseharian

masyarakat, mulai dari menengahi perselisihan dalam rumah tangga, memberi

nasehat kepada para remaja, prosesi mendirikan rumah, melangsungkan

perkawinan, mengelolah kebun dan lain-lain. Relasi dan ikatan sosial inilah

yang tanpa sadar menjadikan Sando dan komunisnya sebagai sebuah gerakan

sosial berbasis budaya. Sando bukan sekedar ahli pengobatan tradisional,

tetapi juga menjadi salah satu simbol identitas dan ekspresi budaya

masyarakat suku Kaili. Dari Alam pikiran suku bangsa Kaili, memandang

kehidupan ini sebagai suatu kesatuan dengan alam makrokosmos, suatu alam

27
pikir totalitet yang selalu menjaga keseimbangan makrokosmos dan

mikrokosmos, dimana akan melahirkan suatu keharmonisan dalam hidup ini

(Depdikbud, 1983/1984).

28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan mempelajari model konsep atau teori keperawatan

sebagaimana disampaikan dimuka maka dapat disimpulkan bahwa perawat

harus memahami apa yang harus dilakukan secara tepat dan akurat sehingga

klien dapat memperoleh haknya secara tepat dan benar. Asuhan keperawatan

dengan pemilihan model konsep atau teori keperawatan yang sesuai dengan

karakteristik klien dapat memberikan asuhan keperawatan yang relevan .

Model konsep atau teori keperawatan self care mempunyai makna

bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan

mereka mempunyai hak untuk memperolehya sendiri kecuali jika tidak

mampu. Dengan demikian perawat mengakui potensi pasien untuk

berpartisipasi merawat dirinya sendiri pada tingkat kemampuannya dan

perawatan dapat menentukan tingkat bantuan yang akan diberikan. Untuk

dapat menerapkan model konsep atau teori keperawatan ini diperlukan suatu

pengetahuan dan ketrampilan yang mendalam terhadap teori keperawatan

sehingga diperoleh kemampuan tehnikal dan sikap yang therapeutik.

B. Saran

Dengan mengetahui model - model keperawatan yang ada diharapkan

perawat bisa mengetahiu metode mana yang pantas dan harus kita terapkan

dalam keadaan dan situasi tertentu. Jangan sampai salah mengambil metode

karena setiap situasi dan kondisi selalu berubah.

29
30
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R., & Tomey, A.M. 2006. Nursing theory: utilization and

application. Third edition. St. Louis: Mosby Elsevier, Inc.

Alligood, M.R., & Tomey, A.M. (2006). Nursing theory: utilization and

application. Third edition. St. Louis: Mosby Elsevier, Inc.

Hartweg, D.L. 1991. Dorothea Orem: self-care deficit theory. Newbury Park,

California: Sage Publications, Inc.

Orem, Dorothea. 2007. Dorothea Elizabeth Orem Made Nursing Theory.

“Exciting, Realistic, and Usable”. www. Diosav.org. Diunduh 18 Mei

2010

Parker, M.E. 1990. Nursing theories in practice. New York: National League for

Nursing.

Tomey, A,M. 2006. Nursing theorists and their work,6th edition. St, Louis, Missouri;

C.V. Mosby Company

31

Anda mungkin juga menyukai