Anda di halaman 1dari 8

TUGAS STATISTIK

“ANALISA UJI STATISTIK MENGGUNAKAN APLIKASI SPSS”

Dosen Pengajar : IRWANDI RAHMAN, SKM, M.Kes

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ZULKIAH BALLODI

NIM : B1E120003

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII OPTOMETRI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2022
ANALISA UJI STATISTIK MENGGUNAKAN APLIKASI SPSS

1. Uji T Berpasangan – Uji Paired T Test


Hipotesis : “ Apakah ada perbedaan tajam penglihatan pada pasien katarak sebelum dan
setelah operasi mata”.
H0 : Tidak terdapat perbedaan tajam penglihatan pada pasien katarak sebelum dan
setelah operasi mata.
H1 : Terdapat perbedaan tajam penglihatan pada pasien katarak sebelum dan setelah
operasi mata.

a. Uji Normalitas Sebaran Data

Pada uji normalitas Shapiro-Wilk, diperoleh hasil nilai p > 0.05, maka kesimpulan
bahwa “sebaran data skor tajam penglihatan sebelum dan setelah operasi mata
mempunyai sebaran yang normal “.

b. Uji T Berpasangan

Kesimpulan : Diperoleh nilai Significancy 0.000 (p<0.05) = H0 ditolak, artinya


“Terdapat perbedaan tajam penglihatan pada pasien katarak sebelum dan setelah
operasi mata”.
2. Uji T Berpasangan – Uji Wilcoxon
Hipotesis : “ Apakah terdapat perbedaan pengetahuan mahasiswa tentang kelainan
refraksi Myopia sebelum penyuluhan dan setelah penyuluhan”.
H0 : Tidak terdapat perbedaan pengetahuan mahasiswa tentang kelainan refraksi
Myopia sebelum penyuluhan dan setelah penyuluhan.
H1 : Terdapat perbedaan pengetahuan mahasiswa tentang kelainan refraksi Myopia
sebelum penyuluhan dan setelah penyuluhan.

a. Uji Normalitas Sebaran Data

Karena nilai p < 0.05, maka sebaran data skor pengetahuan mahasiswa tentang
kelainan refraksi sebelum penyuluhan dan setelah penyuluhan mempunyai
sebaran yang tidak normal. Karena sebaran datanya tidak normal maka
dilakukan Uji Wilcoxon.

b. Uji Wilcoxon

Kesimpulan : Dengan Uji Wilcoxon, diperoleh angka Significancy 0,000 ( p <


0,05 ) H0 ditolak, maka kesimpulannya adalah Terdapat perbedaan
pengetahuan mahasiswa tentang kelainan refraksi Myopia sebelum penyuluhan
dan setelah penyuluhan.
3. Uji T Tidak Berpasangan – Uji Unpaired T Test
Hipotesis : “Apakah terdapat perbedaan antara pembelian kacamata di Optik Legal
dengan pembelian kacamata di Optik Ilegal“.
H0 : Tidak terdapat perbedaan antara pembelian kacamata di Optik Legal dengan
pembelian kacamata di Optik Ilegal.
H1 : Terdapat perbedaan antara pembelian kacamata di Optik Legal dengan pembelian
kacamata di Optik Ilegal.

a. Uji Normalitas Sebaran Data

Pada uji normalitas Shapiro-Wilk, diperoleh hasil nilai p > 0.05, maka kesimpulan
bahwa “sebaran data skor pembelian kacamata di Optik Legal dengan pembelian
kacamata di Optik Ilegal mempunyai sebaran yang normal “.

b. Uji T Tidak Berpasangan – Uji Unpaired T Test

Nilai P < 0.05 Varians Tidak Sama, maka untuk melihat hasil uji T memakai hasil
dari baris kedua (equal varians not assumed).
Kesimpulan : nilai P < 0.05 H0 Ditolak, “Terdapat perbedaan antara pembelian
kacamata di Optik Legal dengan pembelian kacamata di Optik Ilegal”.
4. Uji T Tidak Berpasangan – Uji Mann Whitney
Hipotesis : “Apakah terdapat hubungan orang dengan gula darah tinggi dengan orang
dengan gula darah rendah terhadap kualitas ketajaman penglihatannya”.
H0 : Tidak terdapat hubungan orang dengan gula darah tinggi dengan orang dengan
gula darah rendah terhadap kualitas ketajaman penglihatannya.
H1 : Terdapat hubungan orang dengan gula darah tinggi dengan orang dengan gula
darah rendah terhadap kualitas ketajaman penglihatannya.

a. Uji Normalitas Sebaran Data

Karena nilai p < 0.05, maka sebaran data orang dengan gula darah tinggi dengan
orang dengan gula darah rendah terhadap kualitas ketajaman penglihatannya
mempunyai sebaran yang tidak normal. Karena sebaran datanya tidak normal
maka dilakukan Uji Mann Whitney.

b. Uji T Tidak Berpasangan - Uji Mann Whitney

Kesimpulan : Dengan Uji Mann Whitney, diperoleh angka Significancy 0,000 ( p


< 0,05 ) H0 ditolak, maka kesimpulannya adalah Terdapat hubungan orang dengan
gula darah tinggi dengan orang dengan gula darah rendah terhadap kualitas
ketajaman penglihatannya.

5. Uji Chi Square Tabel 2 x 2


Hipotesis : “Apakah terdapat hubungan antara durasi menonton TV (kurang dari 1 jam
dan lebih dari 1 jam) dengan tingkat Myopia (Myopia ringan dan Myopia berat) pada
anak – anak “.
H0 : Tidak terdapat hubungan antara durasi menonton TV (kurang dari 1 jam dan lebih
dari 1 jam) dengan tingkat Myopia (Myopia ringan dan Myopia berat) pada anak –
anak.
H1 : Terdapat hubungan antara durasi menonton TV (kurang dari 1 jam dan lebih dari
1 jam) dengan tingkat Myopia (Myopia ringan dan Myopia berat) pada anak – anak.

Tabel 2x2 ini layak di Uji Chi Square karena tidak ada nilai ekspektif kurang dari
lima.
Nilai di pakai pada Uji Chi Square adalah Nilai Pearson Chi Square.
Kesimpulan : karena p > 0.05 H0 diterima maka dapat disimpulkan bahwa Tidak
terdapat hubungan antara durasi menonton TV (kurang dari 1 jam dan lebih dari 1
jam) dengan tingkat Myopia (Myopia ringan dan Myopia berat) pada anak – anak.

6. Uji Chi Square Tabel 2x3


Hipotesis : “Apakah terdapat hubungan antara usia (usia muda dan usia tua) dengan
tingkat Hypermetrop (Hypermetrop rendah , Hypermetrop sedang dan Hypermetrop
Tinggi)”.
H0 : Tidak terdapat hubungan antara usia (usia muda dan usia tua) dengan tingkat
Hypermetrop (Hypermetrop rendah , Hypermetrop sedang dan Hypermetrop Tinggi).
H1 : Terdapat hubungan antara usia (usia muda dan usia tua) dengan tingkat
Hypermetrop (Hypermetrop rendah , Hypermetrop sedang dan Hypermetrop Tinggi).

Dari tabel 2x3 ini tidak layak untuk di Uji Chi Square karena sel yang nilai
ekspected nya kurang dari lima ada 66,7 % jumlah sel, maka uji yang akan dipakai
selanjutnya adalah Uji Kolmogorov – Smirnov (Uji alternatif dari Uji Chi Square).
Kesimpulan : Nilai p > 0.05 H0 diterima, maka Tidak terdapat hubungan antara
usia (usia muda dan usia tua) dengan tingkat Hypermetrop (Hypermetrop rendah ,
Hypermetrop sedang dan Hypermetrop Tinggi).

Anda mungkin juga menyukai