Anda di halaman 1dari 33

Journal Reading

Effect of 0.02% and 0.01% atropine on astigmatism:


a two-year clinical trial

Oleh :

Nurul Aini Hilman

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata


RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
1 Pendahuluan
Prevalensi Beberapa Gejala mata yang Astigmatisme
paling umum Dalam
miopia telah penelitian adalah penelitian ini,
meningkat di menunjukkan karena parameter
penggunaan akan diamati
seluruh bahwa penting efek tetes
atropin
dunia dalam atropine adalah fotofobia
lainnya untuk mata atropin
beberapa konsentrasi dan penglihatan mengevaluasi pada
dekade rendah dapat kabur. Namun, keamanan astigmatisme
terakhir efektif gejala tersebut atropin okular dan
karena mengontrol ringan serta tidak konsentrasi astigmatisme
perubahan perkembanga mempengaruhi rendah pada kornea pada
gaya hidup n miopia pada studi dan aktivitas anak-anak. anak-anak
dan perilaku. anak-anak sehari-hari. miopia.
dengan aman.
2 Metode
Metode
Penelitian ini menggunakan metode studi kohort prospektif pada anak-


anak Cina dengan miopia yang mengunjungi Rumah Sakit Universitas
Zhengzhou antara Juli 2016 dan Juni 2018.

Kriteria inklusi:
1. 6–14 tahun,
2. Spherical Equivalent Refractive errors (SER) -1,25 hingga -6,00 D
3. Astigmatisme <2,0 D, anisometropia<1,0 D, ketajaman visual
terkoreksi terbaik bermata 16/20 atau lebih baik
4. Tekanan intraokular antara 10 dan 21 mmHg, dan
5. Tidak ada riwayat penyakit dan operasi pada mata lain.

Kriteria eksklusi :
1. Penggunaan lensa atropin, pirenzepin, gas permeabel yang
kaku, dan lensa ortokeratologi ntuk mengontrol
perkembangan miopia
2. Kegagalan untuk mematuhi jadwal kunjungan penelitian
Sebanyak 400 anak dinilai dan dibagi menjadi tiga
kelompok.

Pada proses pengacakan, peserta yang memenuhi syarat


diberi pilihan untuk memilih menggunakan atropin atau
tidak menggunakan atropin.

Kelompok atropin kemudian diacak menjadi 0,01% atau


0,02% secara double-blinded.

Studi ini sesuai dengan prinsip Deklarasi Helsinki.


Kemungkinan risiko telah dijelaskan sepenuhnya
sebelum pengobatan dimulai.
3 Intervensi
Obat percobaan (atropin 1%;
diencerkan dengan saline + etil


hidroksibenzoat hingga konsentrasi Kesalahan refraksi setara bola
0,01% atau 0,02%. (SER) dan kelengkungan kornea
Obat berisi 3 ml dan disimpan pada diukur setiap
suhu kamar 15–25 °C, dan dibuang 4 bulan.
setelah botol dibuka selama 1 bulan.

Kedua kelompok penelitian


mengenakan kacamata single vision
Pada setiap kunjungan, semua
(SV) di bawah protokol yang sama
pemeriksaan dilakukan oleh dokter
dengan kelompok kontrol dan
yang sama yang blind pada masing-
menerima satu tetes mata atropin ke
masing kelompok subjek penelitian.
kedua mata 1x setiap malam
sebelum tidur.
Astigmatisme okular dan kornea dihitung
menggunakan analisis vektor Tibos dengan


rumus konversi Fourier untuk mengubah
pembiasan menjadi M (SER), J0, dan J45.
• Variabel kategori, seperti jenis
Astigmatisme mata dan kornea diubah kelamin, dinyatakan sebagai
menjadi koordinat vektor sebagai berikut: persentase (%) dan dievaluasi
menggunakan uji Chi-square.

• Signifikansi statistik ditetapkan


pada P<0,05. Semua analisis
statistik dilakukan dengan
menggunakan Empower
S yaitu lensa sferis, C (keratometri minimum- (www.empowerstats. com; X & Y
maksimum) menunjukkan kolom lensa, yaitu Solutions, Boston, MA, USA)
jumlah astigmatisme pada sumbu. J0 dan J45 dan R (http:// www.R-
adalah komponen astigmatisma horizontal project.org).
atau vertikal dan miring (45° atau 135°).
10
3 Hasil
• Sebanyak 400 anak terdaftar dalam studi ini, yaitu 138, 142, dan 120 anak pada
kelompok 0,02% atropin, 0,01% atropin, dan kelompok kontrol.

“ • Dari 400 anak yang terdaftar, 336 berhasil menyelesaikan pemeriksaan lanjutan
selama 24 bulan.

• Sebanyak 64 subjek (16%) drop out, yaitu 21 (15,2%), 23 (16,1%) dan 20 (16,6%) di
0,02% atropin, 0,01% atropin, dan kelompok kontrol (Gbr 1).

• Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam parameter dasar antara subjek drop out
dan subjek yang menyelesaikan studi (p > 0,05) (Tabel 1).

• Tidak ada perbedaan yang ditemukan pada usia, jenis kelamin, tekanan intraokular,
kelengkungan kornea, SER, astigmatisme okular, atau astigmatisme
kornea antar kelompok.
12

13
Pada akhir 2 tahun, perubahan astigmatisme okular adalah

“ -0,38±0,29 D, -0,47±0,38 D, -0,41±0,35 D .

Perubahan astigmatisme okular J0 adalah 0,19±0,28 D, 0,22±0,36 D,


0,18 ± 0,31 D di 0,02%, 0,01% atropin dan kelompok kontrol (Tabel
1)

Ada peningkatan kecil namun signifikan pada astigmatisme okular


(semua p<0,05) tetapi tidak ada perubahan pada J45 (semua p>0,05)
pada ketiga kelompok.

Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam perubahan


astigmatisme okular (termasuk J0) di antara ketiga kelompok.

14
Pada akhir 2 tahun, astigmatisme kornea


(keratometri maksimum-minimum) perubahannya
adalah -0,20±0,34 D, -0,28±0,35 D, -0,26±0,26 D
(Tabel 1)

Perubahan astigmatisme kornea J0 adalah


0,05±0,30 D, -0,11±0,32 D, -0,13±0,30 D masing-
masing pada kelompok atropin 0,02%, 0,01% dan
kontrol (Tabel 1).

Tidak ada peningkatan yang signifikan pada


astigmatisme kornea (termasuk J0 dan J45) di
antara ketiga kelompok (semua p>0,05, Gambar 3
dan Tabel 3).
15

16
3 Diskusi
Studi kohort klinis kami selama 2 tahun menunjukkan bahwa
pemberian atropin 0,02% dan 0,01% selama dua tahun tidak memiliki
efek yang signifikan secara klinis pada astigmatisme okular dan
kornea setelah analisis vektor.

Sebelumnya, hanya terdapat satu penelitian di HongKong dengan 438


anak miopia yang dibagi menjadi kelompok berbagai konsentrasi
atropin lalu dibandingkan dengan plasebo selama 1 tahun dengan
hasil tidak ditemukan perbedaan pada astigmatisme kornea pada
kelompok subjek.

Namun, penelitian tersebut tidak menunjukkan perubahan


astigmatisme dengan dekomposisi vektor, sedangkan astigmatisme
ialah vektor yang memiliki
besar dan arah.
Studi menemukan bahwa peningkatan astigmatisme dapat disebabkan oleh pendataran dan
pergerakan lensa saat diberi sikloplegia, dan juga karena kemiringan sumbu di sekitar
sumbu horizontal.

Sementara itu, Ye et al. menemukan bahwa lensa menjadi gemuk dan


tipis, dan kekuatan lensa menurun setelah menerima 1% tetes atropin,
tetapi ketebalan dan kekuatan lensa tidak berubah setelah menggunakan
0,01% atropin selama 1 minggu.

Konsentrasi atropin yang lebih rendah, semakin kecil astigmatisme berubah. Dengan kata
lain, ketika konsentrasi atropin cukup rendah (0,01%) diberikan, efek yang ditimbulkan
yaitu sedikit pendataran lensa dan tidak ada peningkatan astigmatisme.
• Studi juga telah menemukan bahwa astigmatisme dikaitkan dengan
terjadinya dan perkembangan miopia. Tong dkk. melakukan penelitian
pada anak-anak di Singapura dan menemukan bahwa astigmatisme
dikaitkan dengan miopia tinggi, dengan perkembangan yang lebih cepat
pada anak-anak dengan miopia dibandingkan pada anak-anak non-miopia.

• Studi menunjukkan bahwa 0,05% atropin memberikan kemanjuran yang


lebih besar dari 0,01%, dengan efek samping yang masih minimal.

• Sementara itu, konsentrasi atropin yang lebih tinggi dari 0,05% dan 1%
juga masih tidak memiliki pengaruh astigmatisme.
• Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk
mengevaluasi efek konsentrasi atropin yang sedikit lebih tinggi dari
konsentrasi rendah seperti 0,05% pada astigmatisme. Selain itu, perubahan
astigmatisme setelah penghentian atropin juga tidak diamati, sehingga
sebaiknya dipelajari lebih lanjut.
Kesimpulan
• Pemberian atropin 0,02% dan 0,01% atropin tidak
memiliki efek klinis yang signifikan pada astigmatisme
okular dan kornea selama 2 tahun sehingga pemberian
atropin 0,02%, dan 0,01% aman untuk anak miopia.
6 Analisis PICO
PROBLEM:
Efek 0,02% dan 0,01%
atropin terhadap
astigmatisme pada pasien
anak dengan miopia.

OUTCOME :

PI
INTERVENSI:
Pengobatan dengan atropin
0,02% dan 0,01% tidak Pemberian atropin tetes mata
memiliki efek klinis yang 0,02% dan 0,01% pada
signifikan pada
astigmatisme okular dan
kornea selama 2 tahun.
CO kedua mata anak sebanyak
1x setiap malam sebelum
tidur selama 2 tahun.

COMPARISON :
Dibandingkan dengan kelompok
kontrol yaitu anak dengan miopia yang
tidak diberikan atropin selama 2 tahun.
Analisis VIA
7 Short-Duration Prednisolone in Children with
Nephrotic
Syndrome Relapse
VALIDITY

1. Was the assignment of patients to


treatment randomised?
(Apakah alokasi pasien terhadap terapi
pada penelitian ini dilakukan secara
acak?)
Pada kunjungan acak, dipilih peserta yang memenuhi
syarat lalu diberi pilihan untuk menggunakan atropin atau
tidak, sesuai dengan persyaratan komite etika manusia,
Jawaban : dan pada kelompok atropin kemudian dibagi secara acak
dan double-blinded menjadi kelompok 0,01% atau 0,02%.
Ya
VALIDITY

2. Was the randomisation list


concealed?
(Apakah randomisasi
penelitian disembunyikan?)
Pada subjek penelitian kelompok atropin kemudian
Jawaban :
dibagi secara acak dan double-blinded menjadi
Ya kelompok 0,01% atau 0,02%.
VALIDITY
3. Were the groups similiar at the
start of the trial?
(Apakah masing-masing
kelompok sama/mirip pada awal
penelitian?) Empat ratus anak Cina dengan miopia
(kewarganegaraan Han) yang mengunjungi
Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas
Zhengzhou antara Juli 2016
Jawaban : dan Juni 2018 dimasukkan ke dalam studi
kohort ini.
Ya
VALIDITY
4. Was follow up of patients
sufficiently long and complete?
(Apakah pemantauan pasien
dilakukan secara cukup panjang dan
lengkap?)

Jawaban : Follow-up dilakukan cukup panjang yaitu


selama 2 tahun.
Ya
VALIDITY

5. Were all patients who entered the


trial accounted for? and were they
analysed in the groups to which
they were randomised?
(Apakah semua pasien dalam
kelompok yang diacak, di analisis?)

Jawaban : Tidak semua subjek didalam kelompok dapat


Tidak dianalisis karena terdapat beberapa subjek
penelitian yang loss to follow-up.
VALIDITY

6. Were measures objective or were the


patients and clinicians kept blind to
which treatment was being received?
(Apakah pasien, klinisi, dan subjek
penelitian dibutakan terhadap
terapi yang diberikan?)

Ya, pasien klinisi, dan subjek penelitian


Jawaban :
dibutakan terhadap terapi yang diberikan.
Ya
VALIDITY
7. Were the groups treated
equally?
(Apakah kelompok-kelompok
yang diteliti diperlakukan
secara seimbang?)

Jawaban :
Ya
Pasien diperlakukan secara sama mulai dari awal penelitian,
kemudian dilakukan intervensi dalam waktu yang sama dan
follow up dilakukan dalam waktu yang sama.
Importance
Applicability
Penelitian ini penting dilakukan karena dapat
mengetahui keamanan dan efek samping dari
pemberian atropin dalam mencegah perkembangan Penelitian ini dapat diaplikasikan di
pada anak dengan miopia. Indonesia, khususnya di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek, karena kasus miopia telah
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat meningkat karena perubahan gaya hidup
efek astigmatisme terhadap pemberian atropin. dan perilaku. Pada pasien anak yang
Namun, pada hasil penelitian ini menunjukkan mengalami miopia, dapat dilakukan
bahwa efek atropin konsentrasi rendah terhadap edukasi mengenai pemberian atropin
astigmatisme tidak signifikan terhadap pasien anak konsentrasi rendah untuk mencegah
dengan miopia. perkembangan miopia, serta tidak memiliki
efek astigmatisme yang signifikan.
Dengan demikian, kedepannya dapat disarankan
pemberian atropin konsentrasi rendah untuk
mengurangi perkembangan miopia pada pasien.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai