Oleh :
“
anak Cina dengan miopia yang mengunjungi Rumah Sakit Universitas
Zhengzhou antara Juli 2016 dan Juni 2018.
Kriteria inklusi:
1. 6–14 tahun,
2. Spherical Equivalent Refractive errors (SER) -1,25 hingga -6,00 D
3. Astigmatisme <2,0 D, anisometropia<1,0 D, ketajaman visual
terkoreksi terbaik bermata 16/20 atau lebih baik
4. Tekanan intraokular antara 10 dan 21 mmHg, dan
5. Tidak ada riwayat penyakit dan operasi pada mata lain.
Kriteria eksklusi :
1. Penggunaan lensa atropin, pirenzepin, gas permeabel yang
kaku, dan lensa ortokeratologi ntuk mengontrol
perkembangan miopia
2. Kegagalan untuk mematuhi jadwal kunjungan penelitian
Sebanyak 400 anak dinilai dan dibagi menjadi tiga
kelompok.
“
hidroksibenzoat hingga konsentrasi Kesalahan refraksi setara bola
0,01% atau 0,02%. (SER) dan kelengkungan kornea
Obat berisi 3 ml dan disimpan pada diukur setiap
suhu kamar 15–25 °C, dan dibuang 4 bulan.
setelah botol dibuka selama 1 bulan.
“
rumus konversi Fourier untuk mengubah
pembiasan menjadi M (SER), J0, dan J45.
• Variabel kategori, seperti jenis
Astigmatisme mata dan kornea diubah kelamin, dinyatakan sebagai
menjadi koordinat vektor sebagai berikut: persentase (%) dan dievaluasi
menggunakan uji Chi-square.
“ • Dari 400 anak yang terdaftar, 336 berhasil menyelesaikan pemeriksaan lanjutan
selama 24 bulan.
• Sebanyak 64 subjek (16%) drop out, yaitu 21 (15,2%), 23 (16,1%) dan 20 (16,6%) di
0,02% atropin, 0,01% atropin, dan kelompok kontrol (Gbr 1).
• Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam parameter dasar antara subjek drop out
dan subjek yang menyelesaikan studi (p > 0,05) (Tabel 1).
• Tidak ada perbedaan yang ditemukan pada usia, jenis kelamin, tekanan intraokular,
kelengkungan kornea, SER, astigmatisme okular, atau astigmatisme
kornea antar kelompok.
12
“
13
Pada akhir 2 tahun, perubahan astigmatisme okular adalah
14
Pada akhir 2 tahun, astigmatisme kornea
“
(keratometri maksimum-minimum) perubahannya
adalah -0,20±0,34 D, -0,28±0,35 D, -0,26±0,26 D
(Tabel 1)
16
3 Diskusi
Studi kohort klinis kami selama 2 tahun menunjukkan bahwa
pemberian atropin 0,02% dan 0,01% selama dua tahun tidak memiliki
efek yang signifikan secara klinis pada astigmatisme okular dan
kornea setelah analisis vektor.
Konsentrasi atropin yang lebih rendah, semakin kecil astigmatisme berubah. Dengan kata
lain, ketika konsentrasi atropin cukup rendah (0,01%) diberikan, efek yang ditimbulkan
yaitu sedikit pendataran lensa dan tidak ada peningkatan astigmatisme.
• Studi juga telah menemukan bahwa astigmatisme dikaitkan dengan
terjadinya dan perkembangan miopia. Tong dkk. melakukan penelitian
pada anak-anak di Singapura dan menemukan bahwa astigmatisme
dikaitkan dengan miopia tinggi, dengan perkembangan yang lebih cepat
pada anak-anak dengan miopia dibandingkan pada anak-anak non-miopia.
• Sementara itu, konsentrasi atropin yang lebih tinggi dari 0,05% dan 1%
juga masih tidak memiliki pengaruh astigmatisme.
• Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk
mengevaluasi efek konsentrasi atropin yang sedikit lebih tinggi dari
konsentrasi rendah seperti 0,05% pada astigmatisme. Selain itu, perubahan
astigmatisme setelah penghentian atropin juga tidak diamati, sehingga
sebaiknya dipelajari lebih lanjut.
Kesimpulan
• Pemberian atropin 0,02% dan 0,01% atropin tidak
memiliki efek klinis yang signifikan pada astigmatisme
okular dan kornea selama 2 tahun sehingga pemberian
atropin 0,02%, dan 0,01% aman untuk anak miopia.
6 Analisis PICO
PROBLEM:
Efek 0,02% dan 0,01%
atropin terhadap
astigmatisme pada pasien
anak dengan miopia.
OUTCOME :
PI
INTERVENSI:
Pengobatan dengan atropin
0,02% dan 0,01% tidak Pemberian atropin tetes mata
memiliki efek klinis yang 0,02% dan 0,01% pada
signifikan pada
astigmatisme okular dan
kornea selama 2 tahun.
CO kedua mata anak sebanyak
1x setiap malam sebelum
tidur selama 2 tahun.
COMPARISON :
Dibandingkan dengan kelompok
kontrol yaitu anak dengan miopia yang
tidak diberikan atropin selama 2 tahun.
Analisis VIA
7 Short-Duration Prednisolone in Children with
Nephrotic
Syndrome Relapse
VALIDITY
Jawaban :
Ya
Pasien diperlakukan secara sama mulai dari awal penelitian,
kemudian dilakukan intervensi dalam waktu yang sama dan
follow up dilakukan dalam waktu yang sama.
Importance
Applicability
Penelitian ini penting dilakukan karena dapat
mengetahui keamanan dan efek samping dari
pemberian atropin dalam mencegah perkembangan Penelitian ini dapat diaplikasikan di
pada anak dengan miopia. Indonesia, khususnya di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek, karena kasus miopia telah
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat meningkat karena perubahan gaya hidup
efek astigmatisme terhadap pemberian atropin. dan perilaku. Pada pasien anak yang
Namun, pada hasil penelitian ini menunjukkan mengalami miopia, dapat dilakukan
bahwa efek atropin konsentrasi rendah terhadap edukasi mengenai pemberian atropin
astigmatisme tidak signifikan terhadap pasien anak konsentrasi rendah untuk mencegah
dengan miopia. perkembangan miopia, serta tidak memiliki
efek astigmatisme yang signifikan.
Dengan demikian, kedepannya dapat disarankan
pemberian atropin konsentrasi rendah untuk
mengurangi perkembangan miopia pada pasien.
THANK YOU