B. Nitrogliserin sublingual
CAMP:
Acute Coronary
Syndrome Disebabkan karena menurunnya
perfusi darah ke jantung
secara mendadak iskemik
miokard infark miokard
Kontraindikasi ISDN
• Hipotensi (SBP <90)
• Bradi/Takikardi
• Infark ventrikel kanan
• Penggunaan 5-PDI
(sildenafil, avanfil)
A. Morfin IV setelah ISDN masih terasa
nyeri
C.Asetilsalisilat PO bukan tatalaksana
simptomatis
D. Ketorolac IV bukan DOC
E. O2 4 lpm via nasal canule bila
saturasi
<90%
Pria 70 tahun, kontrol ke dokter untuk pengobatan hipertensi
sejak 5 tahun lalu. Pasien saat ini tidak ada keluhan. Pada
pemeriksaan didapatkan TD 160/100 mmHg, HR 90x/menit, RR
20x/menit, suhu afebris. Target tekanan darah pasien di atas
menurut JNC VIII adalah...
A. Sistol < 140 mmHg atau diastol < 90 mmHg
B. Sistol < 130 mmHg atau diastol < 90 mmHg
C. Sistol < 150 mmHg atau diastol < 90 mmHg
D. Sistol < 160 mmHg atau diastol < 100 mmHg
E. Sistol < 160 mmHg atau diastol < 90 mmHg
• Pria, 70 tahun
• Kontrol hipertensi sudah 5 tahun
• TD 160/100 mmHg, HR 90x/mnt, RR
20x/mnt, suhu afebris
DIAGNOSIS??
Pada DVT tidak terlalu tampak dilatasi vena karena patologi terjadi pada
vena dalam.
Homan signs pada DVT (+), sedangkan pada SVT (-)
CAMP:
Deep Vein Thrombosis (DVT)
• Adanya trombus pada vena dalam yang menghalangi
aliran darah ke jantung
• Jika tidak ditangani, dapat terjadi emboli paru
• Gejala: nyeri, swelling, kemerahan, hangat,
dan pembesaran vena superfisial, unilateral
• Pencegahan : Heparin
Deep Vein Thrombosis (DVT)
Homan’s sign
Nyeri yang timbul saat
dorsofleksi pasif dari kaki
• Antikoagulan hanya diberikan apabila muncul
tanda DVT, atau terjadi inflamasi yang
persisten
• Antibiotik hanya diberikan apabila terjadi
proses infeksi/supuratif
• Analgesik mis : NSAIDs
• Elevasi tungkai untuk membantu aliran balik
vena
• Stocking kompresi
Sumber : Medscape
A. Insufisiensi vena kronik varises,
edema tungkai
B.Trombosis vena dalam homan sign
(+)
D. Erisipelas nyeri, eritema batas
tegas
E. Selulitis nyeri, eritema batas tidak
tegas
Wanita 65 tahun, dibawa keluarganya ke Puskesmas kelurahan dengan
keluhan nyeri hebat pada dada kiri dan menjalar ke lengan kiri sejak 1 jam
lalu. Pasien tampak berkeringat dan mengeluhkan mual. Pasien memiliki
riwayat hiperkolesterolemia. Pada pemeriksaan EKG didapatkan gambaran
LBBB dan memenuhi kriteria Sgarbossa. Pernyataan yang tepat terkait
kondisi pasien adalah...
A. Nyeri dada pada pasien ini merupakan nyeri dada non-kardiak
B. Pasien cukup ditangani di level Puskesmas dengan pemberian nitrat
dan antiplatelet
C. Pemeriksaan enzim jantung belum diperlukan karena tidak ada tanda
infark miokard
D. Pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk terapi
reperfusi
E. Nyeri dada diakibatkan vasospasme pembuluh darah koroner
• Wanita, 65 tahun
• Nyeri dada kiri menjalar ke lengan sejak 1
jam
• Berkeringat, mual (+), riw.
Hiperkolesterolemia
• EKG: gambaran LBBB dan kriteria
Sgarbossa (+)
CAMP:
Timing perubahan
kadar enzim
jantung
Algoritma ACS terbaru (2015) terdapat
perbedaan pada target SpO2, yaitu 94% 90%
A.Nyeri dada pada pasien ini merupakan nyeri dada
non-kardiak tidak tepat
B.Pasien cukup ditangani di level Puskesmas dengan
pemberian nitrat dan antiplatelet tidak tepat, pasien
dalam kondisi STEMI
C.Pemeriksaan enzim jantung belum diperlukan karena
tidak ada tanda infark miokard tidak tepat, sudah ada
new onset LBBB
E. Nyeri dada diakibatkan vasospasme pembuluh darah
coroner angina Prinzmetal
Pria 60 tahun, datang ke IGD RS Neverlord dengan keluhan nyeri dada kiri
yang menjalar hingga ke pundak dan rahang kiri sejak 1 jam yang lalu.
Nyeri tidak menghilang ketika beristirahat, disertai mual dan keringat
dingin. Riwayat dislipidemia tidak terkontrol. Pada pemeriksaan awal
didapatkan TD 130/90 mmHg, HR 94x/menit, RR 28x/menit, suhu afebris,
SpO2 92%. Pada pemeriksaan EKG didapatkan adanya inversi T pada
lead V1-V4. Saat ini stok Asetilsalisilat di RS Neverlord sedang kosong.
Tatalaksana awal yang diberikan pada pasien setibanya di IGD adalah...
A. Aspirin 1x320 mg PO
B. Morfin IV
C. Clopidogrel 1x300 mg PO
D. ISDN 5 mg sublingual
E. O2 4 lpm via nasal canule
• Pria, 60 tahun
• Nyeri dada kiri menjalar ke pundak dan rahang 1 jam lalu
• Tidak menghilang ketika istirahat, mual (+), keringat
dingin (+), riw. Dislipidemia tidak terkontrol
• TD 130/90 mmHg, HR 94x/mnt, RR 28x/mnt, afebris, SpO2
92%
• EKG: inversi T pada V1-V4
D. ISDN 5 mg sublingual
Acute Coronary
Syndrome Disebabkan karena menurunnya
perfusi darah ke jantung
secara mendadak iskemik
miokard infark miokard
CAMP:
Timing perubahan
kadar enzim
jantung
A.Aspirin 1x320 mg PO bukan terapi
simtomatik melainkan definitif
B.Morfin IV apabila nyeri dada menetap
setelah pemberian ISDN
C.Clopidogrel 1x300 mg PO alternative
aspirin 1x320 mg PO atau dapat diberikan
bersamaan (dual antiplatelet therapy)
E. O2 4 lpm via nasal canule bila SpO2
<90%
Pria 28 tahun, dibawa ke IGD RS Nippon karena penurunan kesadaran.
Sebelumnya pasien mengalami kecelakaan dan terbentur pada area
punggung. Pada pemeriksaan didapatkan kesadaran somnolen, TD
80/palpasi, HR 50x/menit, RR 22x/menit, suhu afebris, akral hangat. Tidak
didapatkan kelemahan anggota gerak dan gangguan sensibilitas.
Diagnosis pasien ini adalah...
A. Syok hipovolemik
B. Syok sepsis
C. Syok spinal
D. Syok neurogenik
E. Syok kardiogenik
• Pria, 28 tahun
• Penurunan kesadaran setelah kecelakaan dan
terbentur di punggung
• Kesadaran somnolen, TD 80/palpasi, HR 50x/mnt,
RR 22x/mnt, suhu afebris, akral hangat
• Tidak ditemukan kelemahan anggota gerak dan
gangguan sensibilitas
DIAGNOSIS??
D. Syok Neurogenik
Syok Spinal vs Syok Neurogenik
Syok neurogenik hilangnya tonus simpatik sehingga
terjadi vasodilatasi sistemik hipotensi +
bradikardi LIFE-THREATENING!!!
CAMP:
Syok Spinal
• Istilah syok kurang tepat, karena sebetulnya pada
kondisi syok spinal tidak disebabkan gangguan
sistem kardiovaskular
DIAGNOSIS??
B. Limfangitis
Limfangitis
Infeksi pembuluh limfe yang mengaliri suatu
lokus inflamasi
• Organisme patogen memasuki limfatik
saluran
langsung melalui abrasi atau luka atau
sebagai
komplikasi infeksi
• Biasanya didahului trauma
CAMP:
Limfangitis
• Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara
asimetrik, saling berhubungan, serta kulit di atasnya
tampak eritematosa
• Goresan merah dari daerah terinfeksi ke ketiak
atau pangkal paha
• Demam, nyeri
• Sakit kepala
• Penurunan nafsu makan
• Pada anak < 3 tahun atau orang
dewasa yang mengalami demam tinggi
dan tampak toksik, diperlukan rawat
inap dan antibiotik IV (Ceftriakson,
Cefazolin, Klindamisin)
• Analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi
• Insisi drainase bila timbul abses
• Kompres hangat dan elevasi
lengan/tungkai yang terkena
Sumber: Medscape
A. Limfoma Hodgkin tumor kelenjar
limfe, sel Reed Sternberg (+)
C. Limfadenitis inflamasi kelenjar
limfe
D.Limfadenopati istilah payung untuk
kelainan/gangguan pada kelenjar limfe
(sering disamakan dengan limfadenitis)
E.Selulitis patch eritema batas tidak
tegas, hiperemis, nyeri, predileksi tungkai
bawah
Pria 50 tahun, datang dengan keluhan nyeri dada kiri menjalar ke lengan
kiri dan punggung sejak 3 jam yang lalu. Nyeri dada disertai mual, muntah,
dan keringat dingin. Pada pemeriksaan didapatkan TD 140/80 mmHg, HR
88x/menit, RR 20x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan EKG
didapatkan gambaran ST elevasi di lead I, aVL, V5, V6. RS tersebut tidak
ada cathlab. Terapi reperfusi yang tepat untuk diberikan pada pasien
adalah...
A. Streptokinase 1,5 juta IU
B. Fondaparinux 2,5 mg SC
C. Heparin 5.000 U IV
D. Ticagrelor 180 mg PO
E. Asetilsalisilat 320 mg PO
• Pria, 50 tahun
• Nyeri dada menjalar ke lengan kiri dan
punggung
sejak 3 jam lalu
• Mual, muntah, keringat dingin (+)
• PF: TD 140/80 mmHg, HR 88x/min, RR
20x/min, afebris
• EKG ST elevasi di lead I, aVL, V5, V6
• RS tidak terdapat Cathlab
CAMP:
Timing perubahan
kadar enzim
jantung
Algoritma ACS terbaru terdapat perbedaan
pada target SpO2, yaitu 94% 90%
Terapi Reperfusi
1. Reperfusi farmakologis
– Terapi fibrinolitik
• Streptokinase 1.5 juta unit dalam 60 menit
(harus diikuti dengan Aspirin 325 mg/hari)
• Alteplase (tPA) 15 mg IV bolus, 0.75 mg/kg dalam
30 menit, kemudian 0.5mg/kg dalam 60 menit
• Reteplase (rPA) 2 x 10 unit IV bolus diberikan
dengan selang waktu 30 menit antar dosis
• Tenecteplase (TNK-tPA) IV bolus dosis tunggal
(dosis sesuai berat badan)
2. Reperfusi mekanikal
– Primary Percutaneous Coronary Intervention (Primary PCI)
DIAGNOSIS ??
B. Buerger Disease
Thromboangiitis Obliterans
(Buerger Disease)
• Inflamasi pembuluh
darah perifer terkait
kebiasaan merokok
• Pada pemeriksaan
ujung-ujung jari tampak
iskemik (kehitaman),
ada klaudikasio (nyeri
saat aktivitas akibat
demand O2 meningkat)
• Komplikasi jangka
panjang gangren
CAMP:
Tatalaksana
• Berhenti merokok
• Debridement
Raynaud Disease
Vasospasme pembuluh darah perifer karena paparan suhu
dingin ujung jari membiru dan nyeri
Tatalaksana
- Hindari faktor resiko
- Menggunakan
sarung tangan
- Hindari
merokok
- Menghangatk
an
tubuh
A. Raynaud disease FR : paparan suhu
dingin
C.Tromboflebitis edema, hiperemis,
hangat, homan sign (-)
D.Peripheral arterial disease riwayat
DM, dislipidemia, gejala klaudikasio
intermiten
E.Berger disease nama lain nefropati
IgA
Pria 40 tahun, datang dengan keluhan mudah lelah sejak 2 bulan terakhir.
Pada pemeriksaan didapatkan TD 100/60 mmHg, HR 90x/menit, RR
18x/menit, suhu afebris. Pada PF ternyata didapatkan murmur sistolik pada
sebelah kiri tepatnya area apeks jantung. Kelainan katup apakah yang
terdapat pada pasien?
A. Regurgitasi mitral
B. Stenosis aorta
C. Regurgitasi trikuspid
D. Stenosis trikuspid
E. Stenosis mitral
• Pria, 40 tahun
• Mudah lelah sejak 2 bulan
• TTV: TD 100/60 mmHg, HR 90x/menit, RR
18x/menit, suhu afebris
• PF: murmur diastolik pada area apeks
jantung
E. Stenosis mitral
Pendekatan diagnosis kelainan katup
jantung
1. Lihat lokasinya
2. Tentukan katup apa yang bermasalah
3. Tentukan apa fase murmurnya?
(sistolik/diastolik/continuous)
4. Ingat :
– Pada sistolik aorta dan pulmonal membuka, mitral
dan trikuspid menutup
– Diastolik : saat menutup aorta dan pulmonal
menutup, mitral dan trikuspid membuka
5. Ingat:
– Gangguan saat katup harusnya membuka
stenosis
– Gangguan saat katup harusnya menutup
regurgitasi
CAMP:
Analisa kasus
1. Lihat lokasinya apeks jantung
2. Tentukan katup apa yang bermasalah katup
mitral
3. Tentukan apa fase murmurnya?
(sistolik/diastolik/continuous)
4. Ingat :
– Pada sistolik aorta dan
pulmonal membuka, mitral
dan trikuspid menutup
– Diastolik : saat menutup aorta
dan pulmonal
menutup, mitral dan trikuspid
membuka
5. Ingat:
– Gangguan saat katup harusnya
membuka stenosis
– Gangguan saat katup harusnya
Murmur Murmur
Katup
Sistolik diastolik
Mitral dan
Regurgitasi Stenosis
Trikuspid
Aorta dan
Stenosis Regurgitasi
Pulmonal
A. Regurgitasi mitral
B. Stenosis aorta
C. Regurgitasi trikuspid
D. Stenosis trikuspid
Tatalaksana
- Hindari faktor resiko
- Menggunakan
sarung tangan
- Hindari
merokok
- Menghangatk
an
tubuh
CAMP:
3 fase klinis pada Raynaud Disease
Buerger’s disease :
• Inflamasi pembuluh darah
perifer terkait kebiasaan
merokok
• Pada pemeriksaan ujung-
ujung jari tampak iskemik
(kehitaman), ada
klaudikasio (nyeri saat
aktivitas akibat demand O2
meningkat)
• Komplikasi jangka panjang
gangren
A.Jenis kelamin wanita bukan faktor
risiko
B. Usia < 30 tahun bukan faktor
risiko
D. Faktor genetik bukan faktor risiko
E. Sindrom metabolik faktor risiko
PAD
Pria 35 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan berdebar-debar yang
disertai dengan muntah. Pada pemeriksaan didapatkan TD 100/60 mmHg,
HR 110x/menit, RR 22x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan elektrolit
didapatkan kadar Na 141 mmol/L (135-145), K 6,8 mmol/L (3,5-5,3), Ca 4,3
mmol/L (4-5), dan Cl 100 mmol/L (100-106). Pada pemeriksaan EKG
gambaran yang mungkin didapatkan adalah...
A. Pemendekan interval QT
B. Pemanjangan interval QT
C. Gelombang T tinggi
D. Gelombang T melandai disertai gelombang U
E. Deviasi aksis ke kanan
• Pria, 35 tahun
• Datang ke IGD dengan keluhan palpitasi, mual
dan muntah sejak 2 jam
• TD 100/60 mmHg, HR 110x/min, RR
22x/min, suhu afebris.
• Lab: Na 141 mmol/L, K 6,2 mmol/L, Ca 2,2
mmol/L, dan Cl 100 mmol/L.
C. Gelombang T tinggi
Hiperkalemia
CAMP:
Gambaran
EKG
T depression and flattening of the T wave
Negative T waves
A U-wave may be visible
C. Perikardiosentesis
Tamponade Jantung
Akumulasi cairan dalam ruang pericardium
kompresi jantung gangguan pengisian
diastolik penurunan cardiac output
• Etiologi
• Trauma penetrasi
• Ruptur aorta
• Pericarditis
CAMP:
Tamponade Jantung
A.Pemasangan WSD tatalaksana
definitive pneumothorax
B.Loading IV kristaloid 20 cc/kgbb syok
hipovolemik
D. Perikardiotomy tatalaksana definitif
E. Needle chest decompression
tatalaksana awal pneumothorax
Anak 6 tahun, dibawa orang tuanya dengan keluhan badan kebiruan.
Keluhan ini tidak selalu muncul. Ketika biru, pasien suka berjongkok.
Dokter kemudian mendiagnosis pasien dengan diagnosis penyakit jantung
bawaan (PJB). Pernyataan yang kurang tepat mengenai kondisi pasien
adalah...
A. Bila dilakukan foto thorax didapatkan gambaran boot shaped heart
B. Berjongkok adalah mekanisme kompensasi tet spell
C. Merupakan jenis PJB asianotik
D. Pada auskultasi dapat terdengar single S2
E. Dapat ditemukan stenosis pulmonal
• Anak, 6 tahun
• Badan kebiruan, tetapi tidak selalu
muncul cyanotic spell
• Suka jongkok bila biru
• Di diagnosis dengan PJB
C. Merupakan jenis
PJB asianotik
Klasifikasi PJB
Penyakit Jantung
Bawaan (PJB)
Asianotik Sianotik
PDA
Tetralogy of Fallot (TOF)
Transposition of Great Arteries
ASD
(TGA)
VSD
Koarktasio
Aorta
CAMP:
Tetralogy of Fallot
Akibat stenosis
pulmonal :
• Single S2
• Murmur ejeksi
sistolik 3/6
pada ICS 2
kiri
Radiopaedia
Atrial Septal Defect
• Left to Right shunt
• RA, RV, dan PA enlargement
pulmonary vascular
obstructive disease
hipertensi pulmonal
EISENMENGER SYNDROME
• Asimtomatik s.d. usia 20-30
tahun
• PF :
Fixed Split S2, sistolik
ejection murmur (relative
pulmonary stenosis [PS]),
mid diastolik murmur
(relative tricuspid stenosis
[TS])
Ventricular Septal Defect
• Left to Right shunt
• LA, LV, dan PA enlargement
pulmonary vascular
obstructive disease
hipertensi pulmonal
EISENMENGER
SYNDROME
• PF :
Murmur pansistolik di
sela iga ke-3 dan 4 tepi
kiri sternum, menjalar ke
sepanjang tepi kiri
sternum
Patent Ductus Arteriosus
• PF : Continuous murmur
Koarktasio Aorta
• Penyempitan aorta
seringkali pada area distal
percabangan a.
Subclavia sinsitra
• Sign & symptoms : cepat
lelah, nyeri dada,
perbedaan TD ekstremitas
atas dan bawah
• Foto thoraks :
• rib notching
pelebaran arteri
interkostal
• Figure of three
(3)
A B
A : Koarktasio aorta.
Gambaran figure of three
B : Tetralogy of Fallot.
Gambaran boot shaped heart
C : Transposition of Great
Arteries. Gambaran egg
shaped heart / egg on a
C string
A.Bila dilakukan foto toraks didapatkan
gambaran boot shaped heart tepat
B.Berjongkok adalah mekanisme
kompensasi tet spell tepat
D. Pada auskultasi dapat terdengar single
S2 tepat
E. Dapat ditemukan overriding aorta
tepat
Pria 20 tahun, pergi ke poli RS karena sesak yang memberat sejak 5 bulan
terakhir. Sesak dirasakan bila melakukan aktivitas berat seperti angkat
beban dan treadmill, bahkan terkadang wajah pasien tampak kebiruan.
Pasien juga menjadi lebih mudah lelah. Pasien mengaku dahulu sempat
didiagnosis terdapat kebocoran pada jantungnya ketika masih kecil namun
tidak dilakukan penanganan karena orang tua pasien tidak mempunyai
biaya. Selama ini pasien hidup dan bekerja seperti orang normal. Apa
kondisi yang dialami oleh pasien saat ini...?
A. L to R shunt
B. Hipertensi pulmoner
C. Kelemahan otot jantung
D. Infeksi dinding jantung
E. Gangguan perfusi arteri coroner
• Pria, 20 tahun
• Sesak memberat 5 bulan terakhir, bila aktivitas berat
angkat beban, treadmill; lebih mudah lelah
• Riwayat : kebocoran pada jantung tidak mendapat
penanganan
B. Hipertensi
pulmoner
Eisenmenger Syndrome
Komplikasi dari PJB asianotik (LR) yang tidak
tertangani yang menyebabkan terjadinya hipertensi
pulmonal, perubahan aliran darah dan sianosis
CAMP:
Eisenmenger Syndrome
A. L to R shunt patofisiologi awal PJB
asianotik, saat ini keluhan disebabkan
karena R to L shunt
C. Kelemahan otot jantung
kardiomiopati
D. Infeksi dinding jantung perikarditis
E. Gangguan perfusi arteri coroner
stable angina dd/ ACS
METABOLIK ENDOKRIN
Camp: Gizi buruk
Anak laki-laki, 3 tahun, dibawa oleh ibunya ke Puskesmas dengan keluhan
sulit untuk dibangunkan. Ibu pasien mengatakan muka dan kedua kaki
anak sejak 2 bulan ini nampak bengkak. Nafsu makan menurun. Sehari-
hari makan dua kali dengan menu nasi dan sayur seadanya, tanpa daging
atau ikan. Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, rambut
kemerahan, tumbuh jarang, mudah dicabut, dan tidak terasa sakit.
Abdomen membuncit dan ada kelainan kulit di ekstremitas inferior. Dai
pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS 40mg/dL. Apa tatalaksana awal
untuk kondisi pasien?
A. Bolus dextrose 40% 25mL + infus D5%
B. Bolus dextrose 20% 25 mL + infus D5%
C. Larutan gula 10% 50 mL
D. Bolus D10% 5mL/kg
E. Larutan dextrose 20% 50mL
• Anak laki-laki, 3 tahun
• Badan lemah, tidak mau beraktivitas
• Muka dan kedua kaki bengkak (+)
• PF : konjunctiva pucat, rambut kemerahan,
tumbuh jarang, mudah dicabut, dan tidak terasa
sakit. Abdomen membuncit dan ada kelainan
kulit di ekstremitas inferior
• Lab : GDS 50mg/dL
• Tanda gizi buruk marasmus / kwashiorkor
• GDS <54 Hipoglikemi
CAMP:
Kwashiorkor
Perubahan status mental: EDEMA:
apatis & rewel • Minimal pada kedua punggung
Rambut tipis, kemerahan kaki, bersifat pitting edema
• Derajat edema:
spt warna rambut jagung,
+ Kedua punggung kaki
mudah dicabut tanpa sakit, ++ Tungkai & lengan bawah
rontok +++ Seluruh tubuh (wajah &
Wajah membulat dan perut)
sembab
Pandangan mata sayu • Derajat edema untuk
menentukan jumlah cairan yang
Pembesaran hati
diberikan
Otot mengecil (hipotrofi)
Sumber : Petunjuk teknis tatalaksana anak gizbur Kemenkes 2011
Crazy Pavement dermatosis
MARASMU
S
Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang
terbungkus kulit
Wajah seperti orang tua
Cengeng, rewel
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit
sampai tidak ada (~pakai celana longgar- baggy
pants)
Perut umumnya cekung
Tulang rusuk menonjol (Iga gambang, “piano
sign”)
Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis
berulang) diare persisten
141
3. MARASMIK - KWASHIORKOR
142
• TATALAKSANA
143
Tatalaksana hipoglikemia (GDS <54 mg/dL)
D. Pioglitazon
Sumber : KONSENSUS DM PERKENI 2015
CAMP:
Obat Kontraindikasi Keuntungan/Kerugian
Metformin • Renal insufficiency • Tidak menyebabkan
• Liver failure hipoglikemia jika monoterapi
• Heart failure • Tidak menyebabkan BB naik
• Severe GI disease
• Penyebab kaki
bentuk O?
VITAMIN D
• Vitamin D adalah vitamin larut lemak yg berfungsi:
– Absorbsi kalsium dan fosfat dari usus.
– Supresi pelepasan hormon paratiroid, hormon yang berfungsi
untuk resorpsi tulang.
• Defisiensi vitamin D pada anak rickets; pada dewasa
osteomalasia.
• Penyebab:
– Intake kurang, paparan sinar matahari inadekuat
– Malabsorpsi vitamin D dari usus
– Gangguan metabolisme vitamin D pada penyakit hati atau
ginjal
CAMP:
VITAMIN D
• Manifestasi:
– Anak : terlambat tumbuh kembang
– Dewasa : nyeri/ ngilu pada badan
– PF:
– Anak : tungkai bawah melengkung
– Dewasa : nyeri tulang periosteal, nyeri tekan sternum/ tibia
• Diagnosis:
– Pengukuran kadar 25-hydroxyvitamin D (25[OH]D) serum.
– 21-29 ng/mL (52.5-72.5 nmol/L): Vitamin D insufficiency
– < 20 ng/mL (< 50 nmol/L): Vitamin D deficiency
All breastfed infants unless they are weaned to a minimum of 1 L per day (33.8 fl oz) of vitamin D–
fortified formula or milk
All infants who are not breastfed and who are ingesting less than 1 L per day of vitamin D–fortified
formula or milk
All children and adolescents who do not get regular sunlight exposure; who do not ingest a
minimum of 1 L per day of vitamin D–fortified formula or milk; or who do not take a daily
multivitamin supplement containing at least 400 IU of vitamin D
DEFISIENSI GROWTH HORMON :
• Onset : childhood
• Biasanya muncul sebelum usia 3 tahun atau saat
pubertas karena tidak adanya growth spurt
• Penyebab : genetik, congenital, acquired
• Gejala klinis :
D. Meningkatkan sekresi
insulin Sumber : PPM IDAI Jilid II
KOMPLIKASI AKUT DM
Hipoglikemia
• Kadar glukosa darah < 70 mg/dl.
• Penurunan konsentrasi glukosa serum dengan
atau tanpa adanya gejala-gejala sistem otonom,
(whipple’s triad):
Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
Kadar glukosa darah yang rendah
Gejala berkurang dengan pengobatan.
Krentz AJ, Bailey CJ. Drugs 2005;65:385–411. Drug Class Review: Thiazolidinediones. Available at:
http://pharmacy.oregonstate.edu/drug_policy/pages/dur_board/reviews/articles/TZD_ClassReview.pdf . Rizzo M, et al. Expert Opin
Pharmacother. 2008;9:2295–303.
Tatalaksan
• Hipoglikemia Ringan: a
– Berikan karbohidrat sederhana/ makanan tinggi
glukosa.
– Makanan berlemak dapat memperlambat respon
kenaikan glukosa darah.
– Glukosa 15-20 gram (2-3 sendok makan) larutkan dalam
air cek glukosa darah 15 menit setelah terapi
hipoglikemia ulangi terapi.
• Hipoglikemia Berat:
– Bolus dektrose 20% sebanyak 50 cc atau dekstrose 40%
sebanyak 25 cc lanjut infus D10% (6 jam per kolf)
atau D5%.
– Setelah bolus dekstrose cek glukosa darah 15 menit
kemudian hipoglikemia ulangi D20% tersebut.
– Monitor glukosa darah tiap 1-2 jam.Sumber : EIMED PAPDI, KONSENSUS DM 2015
A.Menghambat sekresi glukagon DPP IV
inhibitor
B. Menurunkan produksi glukosa hepar
metformin
C. Meningkatkan sensitivitas insulin
metformin, TZD
E. Menghambat absorbsi glukosa di saluran
pencernaan penghambat alfa
glucosidase/acarbose
Camp: Dislipidemia
Wanita 50 tahun, datang ke dokter untuk memeriksakan diri. Pasien
memiliki riwayat diabetes mellitus dan penyakit jantung koroner sejak 2
tahun yang lalu. Pasien mengaku jarang kontrol dan minum obat. Ibu
pasien punya DM dan Hipertensi. Ayah pasien meninggal di usia 40 tahun
karena riwayat jantung Pemeriksaan laboratorium LDL 165 mg/dL, TG 120
mg/dL, total kolesterol 250mg/dL, GDS 110mg/dL. Berapakah target LDL
yang diharapkan untuk pasien ini?
A. <70 mg/dL
B. <100 mg/dL
C. <120 mg/dL
D. <150 mg/dL
E. <200 mg/dL
• Perempuan 50 tahun.
• Riw. DM dan PJK sejak 2 tahun yll
• Ibu DM dan Hipertensi
• Ayah meninggal karena riw. Jantung
• Lab: GDS 110 mg/dl; LDL 165 TG 120mg/dl.
Target LDL?
A. <70mg/dL
Sasaran Pengendalian DM
CAMP:
Diabetes Melitus dengan Dislipidemia
Pemeriksaan profil lipid setidaknya dilakukan setahun sekali bila
hasil baik, dapat dilakukan follow up dua tahun sekali. (rekomendasi B)
Sumber : PAPDI VI
Hiperurisemia
• Etiologi: Serangan akut gout
ketidakseimbangan • Akibat fluktuasi kadar
antara metabolisme purin asam urat
dan ekskresi asam urat • Terapi utama adalah
• Asimptomatik menekan nyeri & radang
• Bila pasien diketahui
Hiperurisemia riwayat allopurinol
• Simptomatik konsumsi rutin jangan
Hiperurisemia distop pada saat
1. Gout arthritis serangan!
2. Nefrolitiasis • Beri kolkisin atau NSAID,
atau kortikosteroid
CAMP:
Tatalaksana
• Farmakologi:
1. Xanthine Oxidase Inhibitor
allopurinol
2. Uricosuric agent probenecid
3. Antigout agent kolkisin (acute
gout)
• Non-farmakologi:
Diet rendah purin gula, tepung,
telur, keju
Hindari daging, ikan, makanan
laut, jeroan, alkohol, kacang-
kacangan
CHRONIC GOUT
C. Overweight
Sumber : PPK 2014
OBESITA
•S Pemeriksaan fisik : Indeks Massa Tubuh IMT : BB/TB2 (kg/m2 )
WHO General
WHO Asia-Pasifik
Dari SOAL : 60 kg / 1,6 m x 1,6 m 23,44
TIPS!! : Mohon tetap melihat reference yang disediakan saat ujian agar tidak
terjebak untuk memakai yang Asia Pasifik atau yang general. Pernah referensi
yang digunakan adalah yang General, bukan Asia Pasifik.
CAMP:
A. Gizi kurang IMT < 18,5
B.Normal IMT 18,5-22,9 (Asia Pasifik) atau
IMT 18,5,-24,9
D. Obesitas derajat 1 IMT 25,0-29,9 (Asia
Pasifik) atau IMT 30,0 -34,9
E. Obesitas derajat 2 IMT >30 (Asia Pasifik)
atau IMT 35,0-39,9
Camp: Hipoglikemia pada anak
Anak laki-laki, 10 tahun, dibawa oleh ibunya ke IGD dengan keluhan tidak
sadarkan diri sejak setengah jam yang lalu. Awalnya anak mengeluh
pusing dan tidak nafsu makan. Riwayat DM Tipe 1. Dari pemeriksaan
didapatkan GDS 40 mg/dL. Tatalaksana yang tepat untuk pasien adalah...
A. Bolus dextrose 40% 2cc/kgBB
B. Bolus dextrose 10% 2cc/kgBB
C. Bolus dextrose 20% 2cc/kgBB
D. Bolus dextrose 25% 2cc/kgBB
E. Bolus dextrose 50% 2cc/kgBB
• Anak laki-laki, 10 tahun
• Dibawa ke IGD tidak sadarkan diri
• Riw. DM tipe 1
• Lab : GDS 40mg/dL
CAMP:
DIABETES MELITUS TIPE 1
• Pemeriksaan penunjang
• GDS > 200 mg/dl, GDP > 126 mg/dl, G2PP >
200 mg/dl
• C-peptida untuk melihat fungsi sel beta residu
• HbA1c
• Glukosuria (tidak spesifik)
• Penanda autoantibodi (ICA, IAA)
• Tatalaksana (seumur hidup) : pemberian insulin
(dosis anak : 0.7-1 U/kg/hari), pengaturan makan,
olahraga, edukasi, home monitoring
(pemantauan mandiri)
Sumber : KONSENSUS DM TIPE 1 IDAI 2015
HIPOGLIKEMI
• Faktor risiko:
• Olahraga intensitas sedang-berat
• Berpuasa
• Dosisi insulin lebih tinggi
• Tindakan operatif meningkatkan kebutuhan
glukosa
• Honeymoon period : kondisi saat pancreas yang
masih mampu memproduksi insulin dalam jumlah
yang cukup untuk mengontrol gula darah, biasanya
beberapa saat setelah terdiagnosis
HIPOGLIKEMI
Diagnosis Akromegali
Penyebab kelainan?
http://emedicine.medscape.com/article/1157189-clinical#showall
CAMP: www.niddk.nih.gov/health-information/health-topics/endocrine/acromegaly/Pages/fact-sheet.aspx
Acromegal
Manifestasi
• Kelopak mata bengkak, ibibir
bawah dan hidung membengkak,
pori-pori kulit melebar
• Kulit terasa tebal, terutama
wajah
dan ekstremitas
• Gigi jarang dan prognatisme
• Hipertrikosis
• Hiperpigmentasi kulit; kulit
berminyak akibat ↑ produksi
kelenjar ekrin dan apokrin
• Skin tags
• Hipertensi
http://emedicine.medscape.com/article/1157189-clinical#showall
www.niddk.nih.gov/health-information/health-topics/endocrine/acromegaly/Pages/fact-sheet.aspx
GIGANTISME
• Sering disebabkan adenoma pituitari, genetik.
• Bisa berkaitan dengan sindrom lain, seperti McCune Albright
Syndrome, neurofibromatosis, dll.
• Manifestasi:
– Pertumbuhan lebih dari normal/ sebaya.
– Delay puberty.
– Serupa dengan akromegali namun terjadi pada anak atau remaja dan
pertumbuhan cenderung simetris/ proporsional dibanding
akromegali.
http://emedicine.medscape.com/article/1157189-clinical#showall
www.niddk.nih.gov/health-information/health-topics/endocrine/acromegaly/Pages/fact-sheet.aspx
GIGANTISME VS AKROMEGALI
GIGANTISME AKROMEGALI
Overproduksi GH Saat lempeng Epifisis Saat epifisis
masih terbuka sudah tertutup
Waktu Pada anak/remaja Pada dewasa
Pertumbuhan Simetris Tidak simetris
(tangan-kaki lebih
besar, makroglosia,
makrognatia/ rahang
dan gusi lebih
besar)
GIGANTISME & AKROMEGALI
• A. Kelebihan growth hormone sesudah
lempeng epifisis menutup
• B. Kelebihan growth hormone sesudah
lempeng epifisis terbuka
• C. Kelebihan growth hormone pada usia
tumbuh
• D. Kekurangan growth hormone akibat
kekurangan hormon tiroid
• E. Kekurangan growth hormone akibat
tumor pada lempeng epifisis
Anak perempuan, 8 tahun, dibawa ibunya ke Puskemas dengan keluhan
kedua payudara dirasakan membesar sudah sejak setengah tahun yang
lalu. Kira-kira sejak 1 bulan yang lalu mulai muncul rambut pubis dan akhir-
akhir ini anak kadang mengalami flek-flek. Dari pemeriksaan fisik tanda
vital dalam batas normal. Dari pemeriksaan penunjang tidak didapatkan
kelainan di organ reproduksi dan kelenjar adrenal. Apa diagnosis yang
tepat pada pasien tersebut?
A. Pubertas prekoks karena peningkatan gonadotropin releasing hormone
B. Pubertas prekoks tanpa peningkatan LH maupun FSH
C. delayed puberty
D. Pubertas prekoks parsial
E. hipogonadotropin hipergonadisme
DELAYED PUBERTY
• Belum mengalami pubertas sampai dengan usia 14 tahun pada
anak laki-laki dan usia 13 tahun pada anak perempuan
CAMP:
Primer
(hipogonadisme
hipergonadotropin
Hipogonadisme )
Delayed puberty
Gangguan
Hormon Sekunder Kongenital
Seksual (hipogonadisme
hipogonadotropin
) Didapat
Hipergonadisme -
Pubertas
prekoks
rth) Payudara sama sekali belum terbentuk (M1)
Klasifikasi Tanne
Rambut pubis tidak ada (P1)
s)
Stage II (9- Diameter terpanjang testis 2.5 cm, skrotum
11 th) menipis dan memerah (G2)
Sedikit rambut halus terutama di pangkal
penis (P2)
Stage III Pertambahan panjang dan lebar penis,
(11- pertumbuhan testis lebih lanjut (G3)
12.5 th) Rambut pubis lebih keriting, mulai tumbuh
ke arah mons pubis (P3)
• Gangguan
mental. neurologis lain: bisu-tuli; gangguan gerakan
hypotonic posture, coarse
the
features,
facial
and umbilical
hernia.
volunter
motorik berupa diplegia spastis; abnormal gait.
• Tanpa goiter maupun klinis hipotiroid pada anak.
• Kretinisme hipotiroid/ myxedematous type
• Tanda hipotiroidisme menonjol: goiter, short stature/ kerdil/ dwarfisme,
retardasi mental, miksedema, kulit tebal dan kering, suara kasar, gangguan
pertumbuhan tulang, organ reproduksi, rambut, kulit; refleks tendon
dalam
<<.
CAMP:
Penggunaan obat antitiroid (PTU) selama kehamilan pada ibu dengan hipertiroidisme
↓ serum maternal FT4 dan obat menembus plasenta fetal hipotirodisme
Achondroplasia
Dwarfism vs Cretinism
Dwarfism Cretinism
Hipopituitarism Hipotiroidism
↓↓ GH ↓↓ T4, T3
Short stature, smart look Short stature, ugly look
Proportionate body parts Disproportionately small body
parts
Mentally normal (IQ normal) Mentally retarded (low IQ)
Sexua infantilism Sexual infantilism, small gonads
A. Kretinisime e.c kekurangan hormon tiroid
B. grave’s disease e.c Hipertiroid kongenital
C. Dwarfisme e.c hipotiroid kongenital
D. Dwarfism e.c kekurangan growth hormone
E. Kretinisime e.c kekurangan growth hormone
Camp: Diabetes insipidus
Pria 35 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan sering ingin ke kamar
mandi, dalam sehari dapat 25-30 kali. Pasien juga mengeluh sering
kehausan. Keluhan cepat lapar disangkal. Riwayat DM disangkal. Dari
pemeriksaan didapatkan IMT dan tanda vital normal. Hasil tes GDP
90mg/dL, GDS 155mg/dL. Saat diilakukan water deprivation test,
osmolaritas urin meningkat dari 200 mosm/ kg ke 210 mosm/kg. Pasien
respons dengan pemberian vasopresin. Apakah diagnosis yang tepat
pada pasien ini?
A. polidipsia psikogenik
B. Diabetes insipidus nefrogenik
C. Diabetes insipidus tipe sentral
D. Diabetes insipidus e.c kelebihan hormon vasopresin
E. Diabetes melitus tipe II e.c defisiensi hormon insulin
• Laki-laki, 35 tahun
• sering ingin ke kamar mandi, sehari bisa 25-30x
• sering kehausan.
• Cepat lapar (-) , riw. DM (-)
• PF : IMT dan TTV normal
• Lab : GDP 90, GDS 155. Dilakukan waater deprivation test
: osmolalitas urin 200 400
• Tes supresi air / water deprivation test / tes
desmopresin DD/ dengan Diabetes Insipidus
CAMP:
Normal response vasopressin
Vasopressin (antidiuretic
hormone) posterior pituitary
- Meningkatkan permeabilitas di
tubulus distal dan kolektivus
sehingga meningkatkan retensi
air dengan cara menurunkan
urin output.
- Menyebabkan kontraksi otot
polos arteriolar
Sumber : Sherwood
Tes Deprivasi Air : Subyek diminta tidak minum selama 2-3 jam
• Bila pasien kekurangan ADH (Diabetes Insipidus) : osmolaritas urin
akan tetap rendah setelah tes deprivasi
• Bila pasien polidipsi : osmolaritas urin ↑ setelah tes deprivasi
Pemberian Desmopresin:
• Bila setelah pemberian desmopresin osmolaritas urin ↑ central ,
tidak berubah nefrogenik
A. Penyakit Addison
Sumber : PAPDI VI
Addison Disease
• Kondisi insufisiensi kelenjar adrenal akibat destruksi atau disfungsi korteks adrenal yang menyebabkan
gangguan sekresi hormone glukokortikoid dan mineralokortikoid
• Penyebab paling sering: insufisiensi adrenokorteks autoimun idiopatik dan Tuberkulosis kelenjar
adrenal
• Etiologi :
– Idiopatik autoimun
– Addison’s disease kronis
• Chronic granulomatous disease
• Keganasan hematologi
• AIDS
CAMP:
Addison Disease
• Manifestasi klinis: kronik vs akut akut: krisis adrenal
Manifestasi klinis kronik:
– Hiperpigmentasi kulit dan membran mukosa; vitiligo
– Gejala umum: lemas, letih, nafsu makan ↓, BB ↓
– Gejala GIT: mual, muntah, diare
– Kepala terasa ringan + hipotensi
– Berkurangnya rambut pada ketiak dan pubis (kehilangan hormon androgen yang
diproduksi kelenjar adrenal)
• Diagnosis
– Test stimulasi ACTH :
• Serum kortisol rendah, plasma ACTH tinggi (insufisiensi adrenal primer)
• Serum kortisol rendah, plasma ACTh rendah (insufisiensi adrenal sekunder)
Kortisol rendah hipoglikemi, hipotensi, penurunan BB, lemah.
B.Penyakit Cushing hiperkortikolisme sekunder akibat
peningkatan produksi ACTH (biasanya karena adenoma
pituitari)
C. Hipotiroid gejala hipotiroid, tidak ada
hiperpigmentasi,
kerontokan rambut
D. Hipertiroid gejala hipertiroid, berdebar-debar,
tremor,
penurunan BB
E.Krisis adrenal insufisiensi adrenal yang mengakibatkan
rendahnya kortisol dalam darah (kebingungan, psikosis, kejang,
hiperkalemia, hiperkalsemia, hipoglimkemia, hiponatremia,
hipotensi, hipotiroid)
Camp: Hiperparatiroidisme
Wanita 35 tahun, datang ke IGD dengan keluhan lemas dan tangan sering
kram. Keluhan ini disertai dengan nyeri perut, mual muntah, dan nafsu
makan menurun. Riwayat pernah operasi batu saluran kemih 2 kali.
Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Kadar Kalsium 20 mg/dL.
Pada EKG ditemukan gambaran pemendekan interval QT. Apakah etiologi
yang sering menyebabkan keluhan di atas?
A. hipokalsemia ec Hipoparatiroidisme sekunder
B. hiperkalsemia ec Hiperparatiroidisme
C. hipertiroid
D. hiperkalsemia ec hipoparatiroidisme primer
E. hiperkalsemia ec tumor tiroid
• Perempuan, 35 tahun
• Lemas dan tangan kram-kram
• Nyeri perut, mual, muntah, nafsu makan turun
• Riw. Operasi batu saluran kemih 2x
• Lab : Ca 20mg/dL
• EKG : pemendekan interval QT
• Kalsium > 10,5 mg/dL + pemendekan interval
QT hiperkalsemia
B. hiperkalsemia ec
C. Delayed
puberty
Sumber : Nelson Pediatric
DELAYED PUBERTY
• Belum mengalami pubertas sampai dengan usia 14 tahun pada
anak laki-laki dan usia 13 tahun pada anak perempuan
CAMP:
Primer
(hipogonadisme
hipergonadotropin
Hipogonadisme )
Delayed puberty
Gangguan
Hormon Sekunder Kongenital
Seksual (hipogonadisme
hipogonadotropin
) Didapat
Hipergonadisme -
Pubertas
prekoks
rth) Payudara sama sekali belum terbentuk (M1)
Klasifikasi Tanne
Rambut pubis tidak ada (P1)
s)
Stage II (9- Diameter terpanjang testis 2.5 cm, skrotum
11 th) menipis dan memerah (G2)
Sedikit rambut halus terutama di pangkal
penis (P2)
Stage III Pertambahan panjang dan lebar penis,
(11- pertumbuhan testis lebih lanjut (G3)
12.5 th) Rambut pubis lebih keriting, mulai tumbuh
ke arah mons pubis (P3)
B. 11.5-16 kg
Kenaikan Berat Badan Ideal pada Ibu Hamil
Kisaran kenaikan berat badan ideal ibu hamil
tergantung pada BMI (body mass index) sebelum
hamil (prapregnancy) dan jumlah bayi
yang dikandung.
Cara menghitung BMI adalah sebagai berikut:
Berat badan (kilogram) dibagi dengan tinggi
badan pangkat dua (meter).
Kehamilan tunggal
• BMI di bawah 18,5 kisaran kenaikan BB idealnya: 13 kg
– 18 kg
• BMI antara 18,5 – 24,9 kisaran kenaikan BB idealnya:
11 ,5 kg – 16 kg
• BMI antara 25 – 29,9 kisaran kenaikan BB idealnya:
7 kg – 11,5 kg
Diagnosis?
CAMP:
ENDOMETRITIS (Metritis)
Definisi :
Infeksi pada uterus setelah persalinan
Faktor predisposisi :
Kurangnya tindakan aseptik, kurangnya nutrisi pada pasien
Tatalaksana:
• Antibiotik : ampisilin 2 g IV
selama 60 menit setiap 6jam
+ gentamisin 1.5 mg/kg/dosis
IV selama 60 menit setiap 8
jam+ metronidazole 500 mg
oral setiap 12 jam
• Rehidrasi
• Bisa dipertimbangkan
pemberian vaksin TT
• A. PPH lambat e.c Atonia uteri e.c Infeksi luka
operasi
– Atonia uteri merupakan diagnosis untuk PPH
dini
• B. PPH lambat e.c infeksi luka operasi e.c
atonia uteri
– Atonia uteri merupakan diagnosis untuk PPH dini
• C. PPH lambat e.c atonia uteri e.c endometritis
– Atonia uteri merupakan diagnosis untuk PPH dini
• E. PPH lambat e.c endometritis e.c subinvolusi
uteri
– Endometritis yang menyebabkan subinvolusi uteri
bukan subinvolusi uteri yang menyebabkan
endometritis
Wanita 35 tahun, G6P5A0 datang ke UGD RS karena terjadi perdarahan
bergumpal dengan jumlah sekitar 800 cc yang keluar dari vagina. Keluhan
disertai dengan nyeri pada abdomen. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
TD 90/60 mmHg, HR 96x/menit, RR 24x/menit dan suhu afebris. Pada
palpasi abdomen didapatkan bagian bayi teraba dengan jelas. Pasien
memiliki riwayat persalinan anak ke-3,4,5 nya dengan SC.Apa
kemungkinan terbesar yang menyebabkan perdarahan pada pasien?
A. Ruptur uteri parsial
B. Ruptur uteri komplet
C. Dehisensi skar uterus
D. Ruptur serviks
E. Gangguan pembekuan darah
Wanita 35 tahun G6P5A0
• Perdarahan bergumpal sekitar 800 cc keluar dari
vagina
• TD 90/60
• Pada palpasi abdomen didapatkan bagian
bayi
teraba dengan jelas
• Riwayat 3 kali SC
• Diagnosis?
Etiologi :
• Riwayat pembedahan uterus
•Induksi oksitosin dengan dosis
tidak tepat
•Ekstraksi dengan
bantuan (forceps)
Tatalaksana :
• Resusitasi cairan
/ transfusi
• Laparotomi
histerektomi
CAMP:
Macam Ruptur Uterus
Ruptur Uterus Komplet
• Terpisahnya seluruh lapisan dinding uterus
• Ditandai dengan bagian janin yang teraba jelas
Diagnosis Eklamsia
Tidak termasuk hal yang perlu diperhatikan untuk
pemberian MgSO4?
B. Ekstraksi forceps
EKSTRAKSI CUNAM (FORSEP)
E. Betametasone 12 mg IM
setiap 24 jam sebanyak 2 kali
PLASENTA PREVIA
B. Terapi TB segera
dimulai dengan regimen
RHZE
TUBERKULOSIS PADA KEHAMILAN
D. Kompresi bimanual
Hemorargia Postpartum (HPP)
Definisi : perdarahan pervaginam ≥500 ml setelah
bayi lahir yang berpotensi mempengaruhi hemodinamik
- HPP primer : dalam 24 jam pertama postpartum
ibu
- HPP sekunder : antar 24 jam hingga 12 minggu
postpartum
Tatalaksana awal:
- Stabilisasi ABC
- membuka jalan napas
- pemberian oksigen adekuat
- pasang infus intravena untuk pemberian
cairan / transusi darah
CAMP:
Saat pasien stabil tentukan peyebab HPP
tersering adalah sebagai berikut : (4T)
FAKTOR PENYEBAB GEJALA DAN TANDA
Tonus 1. ATONIA UTERI Perdarahan segera
Uteri lembek / tidak kontraksi
Diagnosis?
C. Vulvitis kronik
VULVITIS KRONIS
Definisi : inflamasi vulva (jaringan kulit pada genitelia eksterna
wanita)
Epidemiologi : semua wanita terutama pada yang belum
pubertas dan post menopause esterogen rendah (kondisi
vulva lebih tipis dan kering) , resiko meningkat pada pasien DM
Etiologi :
• Infeksi (tersering adalah herpes rekuren) (lainnya : skabies,
pubic lice
• Reaksi alergi (terhadap sabun, spermisida)
• Reaksi iritatif (terhadap air kolam renang, air
hangat permandian)
CAMP:
Tanda dan gejala :
• Rasa gatal konstan dan berat, sensasi nyeri
• Sekret pada vagina
• Tampakan luka , merah, dan radang pada
kulit vulva
Pemeriksaan penunjang :
• Pemeriksaan laboratorium sekret terutama
bila dengan keluhan sekret kecurigaan IMS
• Analisa urin kecurigaan ISK
• Pap smear / Biopsi bila dengan
tanda keganasan
Tatalaksana :
• Simptomatik : hidrokortison, krim
esterogen, kompres dengan lotio kalamin
• Etiologik :
1. Herpes : asiklovir, valasiklovir
2. Iritan : hindari kontak iritan
3. Jamur : antifungal
A.Kondiloma akuminata tampakan lesi
berupa berjonjot-jonjot atau villi (disebabkan
oleh virus HPV)
B.Vaginitis peradangan tampak hanya pada
bagian saluran vagina
D. Karsinoma serviks gejala keganasan
serviks berupa keputihan, perdarahan
pervagina
E. Servisitis peradangan pada serviks
tersering karena infeksi
Camp: Kontrasepsi darurat
Wanita 40 tahun, datang bersama dengan suaminya ke Puskesmas karena
kecemasan akan hamil akibat terlambat 10 hari untuk menstruasi. Pasien
mengatakan bahwa masih rutin berhubungan suami istri dengan suami
terakhir kali adalah 3 hari yang lalu. Pasien mengaku bahwa ia
menggunakan KB suntik 1 bulanan dan selalu rutin serta tidak pernah
terlambat. Dokter memberikan pilihan untuk alat kontrasepsi darurat.
Berikut ini manakah yang bukan termasuk sebagai kontrasepsi darurat?
A. AKDR-Cu dipasang sekitar 5 hari post coitus
B.Pil 0.05 mg etinil estradiol + 0.25 mg levonergostriel 2 tablet/ 12
jam selama 3 hari
C.Pil 0.03 mg etinil estradiol + 0.15 mg levonergostriel 4 tablet/ 12 jam
selama 3 hari
D.Pil 0.05 mg etinil estradiol + 0.25 mg levonergostriel 3 tablet/ 12 jam
selama 3 hari
E. Pil progestin 1 tablet/12 jam
Wanita, 40 tahun :
• Cemas akan hamil akibat terlambat menstruasi 10
hari
• Rutin berhubungan suami istri, terakhir 3 hari yang
lalu
• Pasien mengaku menggunakan KB suntik 1 bulanan
secara rutin
C. Manuver
Corkscrew
Distosia Bahu
• Faktor risiko
– Makrosomia (> 4000 gram)
• Taksiran berat janin pada kehamilan ini
• Riwayat persalinan dengan bayi makrosomia
• Riwayat keluarga dengan makrosomia
• Diabetes Gestatsional
• Multiparitas
• Kehamilan post term
• Gejala dan Tanda
– Kala II memanjang
– Kepala bayi melekat pada perineum
– Turtle sign
• Dapat dilahirkan secara normal dengan syarat
– Kondisi vital ibu masih memadai dan ibu dapat bekerjasama
menyelesaikan persalinan
– Masih memiliki kemampuan mengedan
– Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi
tubuh bayi
– Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup
– Bukan monstrum atau kelainan kongenital yang menghalangi keluar
nya bayi
1.Manuver McRoberts
(hiperfleksi kaki ke arah
perut)
2.Manuver Massanti
(external pressure)
: kompresi eksternal
pada distosia bahu
3. Manuver
“Corkscrew” Woods
(memutar bahu
posterior ke anterior)
4.Manuver Schwartz
dan Dixon (melahirkan
bahu belakang)
Manuver Mc Robert Manuver Massanti Manuver Corkscrew
A.Manuver Kristeller menekan fundus uteri
untuk memberikan tonus (namun sudah tidak
direkomendasikan karena meningkatkan risiko
rupture uteri)
B.Manuver Bracht maneuver untuk
membantu persalinan bokong pervagina
D. Manuver Mauriceau maneuver untuk
membantu persalinan bokong pervagina
E. Manuver Ritgen maneuver untuk menahan
kepala janin saat keluar (ini untuk mengurangi
risiko laserasi perineum yang luas)
Camp: Bendungan payudara
Wanita 22 tahun, P1A0 baru saja melahirkan anak 3 hari yang lalu. Saat ini
datang dengan keluhan kedua payudara terasa sedikit nyeri dan teraba
mengeras. Pada saat dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan kemerahan
atau bengkak, tidak teraba panas. Manakah yang tidak termasuk
tatalaksana pada pasien?
A. Sangga payudara dengan bebat
B. Kompres payudara dengan kain basah
C. Susukan bayi 2-3 jam sekali
D. Pompa ASI secara manual dari payudara
E. Berikan antibiotik kloksasilin
Wanita 22 tahun, P1A0:
• Post partum 3 hari yang lalu
• Kedua payudara sedikit nyeri dan mengeras
• Kemerahan atau bengkak (-)
• Tidak teraba panas
E. Berikan antibiotik
kloksasilin
BENDUNGAN PAYUDARA
Definisi : bendungan pada kelenjar payudara
karena ekspansi dan tekanan dari produksi
dan penampungan ASI
Diagnosis :
• Payudara bengkak dan keras
• Nyeri pada payudara (mastalgia)
• 3-5 hari post partum
• Kedua payudara terkena
Faktor Predisposisi :
• Posisi menyusui tidak baik
• Membatasi menyusui
• Bayi diberi suplemen susu formula
• Pompa payudara tanpa indikasi suplai berlebih
• Implan payudara
Tatalaksana
• Sangga dengan bebat/bra yang pas
• Kompres dengan kain basah/hangat (5 menit) Urut payudara
ke arah puting
• Susukan bayi 2-3 jam sekali dan pastikan perlekatan benar
• Bila payudara tidak kosong pompa ASI
• Setelah menyusui kompres dingin
• Bila nyeri : parasetamol 3x500 mg
• Evaluasi 3 hari
Diagnosa Banding
Diagnosa Gejala Khas Terapi
Mastitis Payudara merah, nyeri Antibiotik :
Dengan demam >38 derajat • Kloksasilin 500 mg/6 jam (oral) 10-14
celcius hari
• ATAU eritromisin 250 mg/ 8 jam (oral)
10-14 hari
Parasetamol 3 x 500 mg (oral)
Kompres dingin
Derajat diagnosis?
Diagnosis?
Komplikasi
• Disseminated intravascular coagulation
20% pada HELLP & 84% pada HELLP dengan gagal ginjal akut
• Edema pulmo
6% pada HELLP & 44% pada HELLP dengan gagal ginjal akut
• A. Preeklampsi berat
– TD ≥ 160/110 setelah UK 20 minggu dan Proteinuria
≥2 gr/24 jam atau ≥2+
• B. Preeklampsi ringan
– TD ≥ 140/90 setelah UK 20 minggu dan Proteinuria
≥300 mg/24 jam atau ≥1+
• D. HELLP syndrome parsial
– bila hanya memenuhi 1 atau 2 kriteria dari
HELLP Syndrome
• E. Disseminated Intravascular Coagulation
– Gangguan koagulasi, komplikasi HELLP syndrome
Wanita 32 tahun, G3P2A0 hamil34 minggu datang untuk pemeriksaan rutin
kehamilan. Pada pemeriksaan didapatkan TD 170/100 mmHg, HR
88x/menit, RR 22x/menit dan suhu 36,7oC. Kemudian dokter melakukan
pemeriksaan lanjutan pada urin dan didapatkan hasil berupa Proteinuria
positif 3. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sebelum hamil dengan
tekanan darah 150/80 mmHg. Apa diagnosis yang paling tepat untuk
kondisi pasien ?
A. Superimposed PEB
B. Hipertensi kronis
C.Hipertensi gestasional
D.PEB / Preeklampsia berat
E. Preeklampsia ringan
Wanita, 32 tahun, G3P2AO, UK 34 minggu:
• TD 170/100
• Proteinuria +3
• Riwayat HT sebelum kehamilan (+) dengan
TD 150/80
Diagnosis?
A. Superimposed PEB
Alur Pendekatan Diagnosis Pada Pasien Dengan
Hipertensi
CAMP:
PREEKLAMPSIA PEB Superimposed HT Gestasional HT kronis
RINGAN PE
Atau Atau
Terganggu HT dan (TD kembali (TD persisten
fungsi organ proteinuria normal < 12 sampai >12
(ginjal, sejak UK <20 minggu minggu
paru, minggu postpartum) postpartum)
neuorologis,
janin)
TATALAKSANA UMUM
- Perhatikan ABC
- MgSO4 IV untuk eklampsia (tatalaksana kejang) dan Preeklampsia berat
(pencegahan kejang)
- Antihipertensi untuk ibu dengan hipertensi berat selama kehamilan
TATALAKSANA
KHUSUS
Preeklampsia Berat :
- Bila <34 minggu +
ibu dan janin stabil
ekspektatif
- 1st line : MGSO4
- Pemberian
antihipertensi
direkomendasikanool
eh POGI 2016 pada
pasien dengan TD ≥
110 diastol atau ≥
160 sistol
EKLAMPSIA
- Pemberian MgSO4 dan antihipertensi
- Terdapi definitif : terminasi kehamilan
Diagnosis?
Diagnosis :
• Usia kehamilan viable (>20 minggu) belum ada tanda inpartu
• Keluar cairan jernih dari vagina
• Tidak ada demam (bila tidak terjadi infeksi)
• DJJ normal
• Pemeriksaan inspekulo: tampak cairan jernih dari ostium uteri
internum
Faktor predisposisi :
• Riwayat KPD
• ISK
• Perdarahan antepartum
• Merokok
Tatalaksana :
• UMUM eritromisin 4x250 mg (10 hari)
• KHUSUS
• (UK > 33 minggu) : induksi persalinan
• (UK 24 - 33 minggu) :
• Bila ada amnionitis, plasentas abruptio, IUFD
persalinan segera
• Bila tidak : pematangan paru (deksametasone /
betametasone) periksa serial ibu dan janin lahirkan
bayi pada UK 34 minggu
• (UK < 24 minggu) :
• Pertimbangkan risiko ibu dan janin
• Bila terjadi korioamnionitis tatalaskana triple antibiotik
• B. Primigravida, preterm, Belum dalam Persalinan
+KPD
– Usia kehamilan kasus ini 38
• C. Primigravida, aterm, Partur Prematurus
Iminen
+KPD
– Tidak ada tanda2 persalinan di kasus ini
– HIS tidak ada
• D. Primigravida, aterm , inpartu kala 1 fase
laten dengan KPD
– Tidak ada tanda2 persalinan di kasus ini
– HIS tidak ada
• E. Primigravida, preterm, Partus Prematurus
Iminen
– Usia kehamilan kasus ini 38
Wanita 27 tahun, P1A0 datang ke poli kebidanan untuk melakukan tes IVA.
Pasien tidak memiliki gejala atau keluhan sama sekali. Pada pemeriksaan
abdomen tidak ditemukan adanya kelainan namun pada pemeriksaan
inspekulo ditemukan masa putih bertangkai mengkilat berwarna pucat
pada serviks. Apa tatalaksana yang tepat pada pasien?
A. Kauterisasi
B. Eksisi
C. Ekstirpasi
D. Kolposkopi
E. Enuklasi
Wanita , 27 tahun, P1A0
• Tidak ada keluhan berinisiatif Tes IVA
• Px inspekulo : massa putih bertangkai mengkilat
bewarna pucat pada serviks
C.
Ekstirpasi
POLIP SERVIKS
• Termasuk tumor jinak pada
serviks uteri
• Berupa lapisan stroma
endoekstoserviks
• Lokasi : ekto-endo
serviks
Diagnosis
- Perdarahan warna merah kehitaman
- Nyeri intermiten atau menetap
- Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar (tersembunyi)
- Anemia berat
- Gawat janin / DJJ (-)
- Uterus tegang dan nyeri
Faktor predisposisi :
- Hipertensi
- Versi luar
- Trauma abdomen
- Hidramnion
- Gemelli
- Defisiensi Besi
Tatalakasan
a UMUM
Harus
rujuk ke
fasilitas
kesehatan
lengkap
-Perdarahan hebat (ibu syok) persalinan segera (serviks
- Perdarahan ringan atau sedang (ibu tidak syok)
tindakan tergantung DJJ
1. DJJ normal SC
2. DJJ (-) ibu TD normal pervagina
3. DJJ (-) ibu TD abnormal serviks
terbuka pervagina, serviks tebal SC
4. DJJ abnormal (<100 atau >180 x/menit)
pervagina segera / SC
Tatalaksana?
Triad :
penurunan BB >5% dari BB sebelum hami
dehidrasi
ketonuria atau ketidakseimbangan elektrolit
Patofisiologi :
Keluhan mual muntah disebabkan oleh kenaikan
kadar hCG dimana pada trimester I kadar hCG dapat
mencapai 100 mIU/ml
DERAJAT HEG
KB yang diberikan?
C. DMPA Progestin
Pilihan KB pada Postpartum dan Menyusui
IUD
dapat menjadi pilihan bila segera setelah post partum
(terbaik <10 menit) atau dipasang >4 minggu post partum
bila pemasangan IUD diluar durasi tersebut maka
meningkatkan risiko ekspulsi IUD dan perforasi uteri akan
A.AKDR dapat menjadi pilihan bila segera
dipasang sesaat setelah kelahiran atau
dipasang >6 minggu post partum
B. Pil levonegestrol kombinasi etinil estradiol
kandungan esterogen akan memperngaruhi
produski ASI
D. Pil etinil estradiol kandungan esterogen
akan memperngaruhi produski ASI
E. Tubektomi menjadi pilihan bila sudah
tidak menginginkan memiliki anak lagi