Uploaded by
Uploaded by
com
BAB III
3. menjelaskan masalah-masalah khusus antara pusat dan cabang dan perlakuan akuntansinya.
A. PENDAHULUAN
Untuk meningkatkan laba, perusahaan harus meningkatkan omzet atau volume penjualan. Pada umumnya, potensi penjualan suatu
produk untuk suatu daerah adalah terbatas. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan omzet atau volume penjualan harus disertai dengan usaha
untuk memperluas daerah pemasaran. Usaha untuk memperluas daerah pemasaran dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti melalui
penjualan konsinyasi, membuka kantor agen atau agen penjualan (sales agency), dan mendirikan kantor cabang (branch) di tiap daerah penjualan.
Akuntansi kantor cabang (branch) membagi sistem akuntansi perusahaan secara terpisah antara kantor pusat dan kantor cabang.
Kantor pusat terdiri dari satuan (unit) akuntansi pusat untuk perusahaan, sementara kantor cabang terdiri dari tambahan sistem akuntansi untuk
mencatat kegiatan setiap cabang. Sistem kantor pusat dan kantor cabang yang terpisah digunakan untuk tujuan akuntansi dan pelaporan internal,
tetapi laporan keuangan kantor pusat dan cabang yang terpisah harus disatukan untuk memenuhi kebutuhan akan pelaporan keuangan eksternal.
Proses penggabungan laporan keuangan kantor pusat dan cabang sama dengan proses penggabungan laporan keuangan perusahaan
induk dengan laporan keuangan perusahaan anak. Akun-akun resiprokal dieliminasi, akun-akun non-resiprokal digabungkan. Laba yang belum
direalisasi hasil transfer internal antara kantor pusat dengan cabang harus dieliminasi.
Kantor cabang (branch office), selanjutnya disebut cabang (branch), adalah perusahaan-perusahaan yang dibentuk oleh perusahaan
(kantor pusat/head office) dengan maksud untuk memperluas pasar dan berfungsi sebagai unit usaha yang berdiri sendiri.
Cabang merupakan kesatuan yang memiliki lokasi sendiri dalam suatu kesatuan usaha, yang pencatatan akuntansinya juga dilakukan
terpisah. Cabang meskipun merupakan kesatuan akuntansi yang terpisah, tetapi secara hukum mereka tidak terpisah dari induknya.
C. PEMBENTUKAN CABANG
Agen penjualan dan kantor cabang merupakan salah satu bentuk diversifikasi usaha yang dilakukan oleh perusahaan (kantor pusat)
dalam rangka mempertahankan kontinuitas usahanya. Di dalam perkembangan usahanya, perusahaan dapat beroperasi tidak saja di dalam
lingkungan suatu kota tetapi dapat juga beroperasi ke luar kota, ke luar daerah, dan bahkan ke luar negeri.
Pada umumnya sebagai titik tolak perkembangan tersebut adalah perluasan daerah pemasaran. Meluasnya daerah pemasaran ini
menimbulkan problem bagi pimpinan perusahaan untuk mencari cara-cara yang paling efektif dan ekonomis dalam melakukan penjualan barang-
barangnya. Berbagai macam cara dapat ditempuh antara lain dengan mengangkat pedagang keliling atau petugas bagian penjualan yang langsung
mendatangi para pelanggan, penggunaan katalog dengan pengiriman pesanan per pos, dengan sistem penjualan konsinyasi, dan lain-lain. Tetapi
cara-cara tersebut kadang-kadang tidak memenuhi harapan pimpinan berhubung sangat besarnya perkembangan daerah pemasaran. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka dapat dibentuk pusat-pusat penjualan di daerah-daerah tertentu yang dapat merupakan sarana untuk mencapai
tujuan-tujuan pemasaran (marketing). Pusat-pusat penjualan yang dibentuk itu dapat berupa agen (agency) atau cabang (branch). Dalam
perkembangan selanjutnya bentuk agen ataupun cabang dapat pula diserahi fungsi selain penjualan misalnya fungsi pembelian dan lain-lain.
Perusahaan dalam melaksanakan usahanya semakin lama dapat semakin berkembang, sehingga kemungkinan untuk memperluas dan
membuka daerah pemasaran yang baru semakin terbuka dan mendesak. Baik agen maupun kantor cabang yang dibentuk oleh suatu perusahaan
merupakan sarana untuk memperluas daerah pemasaran guna meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan.
Perbedaan antara agen penjualan dan kantor cabang didasarkan atas fungsi dan tingkat kebebasan yang diberikan. Suatu organisasi
yang hanya menerima pesanan barang-barang dan operasi di bawah pengawasan langsung dari para pejabat yang ada di kantor pusat disebut
“agen penjualan.” Sementara itu, suatu organisasi yang menjual barang-barang dari sediaan setempat dan berwenang untuk melakukan transaksi-
Perbedaan di antara kedua sarana untuk memperluas daerah pemasaran tersebut, terutama dalam hal: organisasi, manajemen, dan
Peraga 8.1
a. Agen adalah suatu bentuk organisasi yang hanya a. Kantor cabang adalah suatu bentuk organisasi yang menjual
diberi fungsi untuk menerima pesanan barang-barang barang-barang dari persediaan yang dibentuknya (baik
dan bekerja di bawah pengawasan langsung oleh dikirim dari kantor pusat maupun dibeli sendiri) dan diberi
kantor pusat sementara transaksi dengan pihak ketiga wewenang untuk melaksanakan transaksi-transaksi dengan
dilaksanakan secara langsung oleh kantor pusat. pihak ketiga, sehingga berfungsi sebagai unit usaha yang
berdiri sendiri.
a. Agen tidak memiliki persediaan untuk barang-barang b. Kantor cabang mengadakan sediaan (stock) untuk barang-
yang akan dijual, akan tetapi hanya berupa monster
barang dagangannya yang pada umumnya sebagian besar
(contoh-contoh/samples). Barang-barang yang dijual
dikirim dari Kantor pusatnya. Namun demikian, sampai
akan dikirim langsung oleh kantor pusat kepada
dengan batas-batas tertentu kantor cabang juga membeli
pelanggan yang bersangkutan.
sendiri barang-barang dagangannya.
terletak sepenuhnya pada kantor pusat. Administrasi syarat penjualan, menyeleng-garakan administrasi piutang
terhadap piutang yang timbul dari penjualan dan yang timbul dari penjualantersebut dan mengurus
d. Modal kerja untuk biaya-biaya operasi agen d. Kantor cabang mengelola uang tunai dari hasil penjualan
diberikan oleh kantor pusat. Agen tidak mengurus pengumpulan piutangnya dan melaksanakan transaksi-
uang tunai (kas) selain modal kerja yang diberikan. transaksi pembayaran alat inisiatif sendiri.
Di dalam praktik hak-hak dan kewajiban-kewajiban atau kelonggaran-kelonggaran dan pembatasan-pembatasan dapat diberikan kepada agen
maupun kantor cabangnya sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh kedua pihak. Akan tetapi adanya perbedaan dari kedua macam bentuk
organisasi itu, mempunyai pengaruh di dalam menyusun sistem akuntansinya. Sistem pengumpulan dan pengolahan data akuntansi yang
Agen (penjualan) dibentuk oleh kantor pusat dengan tujuan mempermudah pendistribusian barang kepada konsumen. Agen penjualan menerima
barang dari kantor pusat kemudian menyerahkannya ke pelanggan sesuai dengan pesanan (order). Agen yang bekerja sebagai suatu unit
organisasi penjualan lokal (di daerah tertentu) berada di bawah pengawasan kantor pusat (bagian penjualan) dan biasanya tidak mengadakan
persediaan (stock) selain dari contoh-contoh atau monster (samples) dari barang-barang yang akan ditawarkan untuk dijual. Contoh-contoh
barang yang akan ditawarkan dan mungkin juga akan diiklankan itu diberi oleh kantor pusat. Untuk keperluan usahanya, biasanya agen diberi
sejumlah modal kerja (working capital) dari kantor pusat guna pembayaran ongkos-ongkos penjualan dan penyelesaian kewajiban agen dalam
melaksanakan tugasnya.
Pengawasan terhadap dana yang diberikan kepada agen tersebut, biasanya digunakan sistem dana tetap (imprest fund system). Pesanan-pesanan
yang diterima oleh agen dikirimkan langsung ke kantor pusat untuk dimintakan persetujuan. Jika harga dan syarat-syarat pembayaran dapat
diterima, maka kantor pusat akan mengirimkan barang-barangnya langsung kepada langganan dengan faktur penjualannya sekaligus. Kantor
pusat dapat menyerahkan pertanggungjawaban untuk mengawasi piutang-piutang yang terjadi karena penjualan tersebut, membuatkan fakturnya
dan atau menagih piutang tersebut kepada agen. Semua biaya yang bersangkutan dengan agen selain yang dikeluarkan oleh agen dengan
menggunakan modal kerja yang diterimanya, diperhitungkan dan ditanggung oleh kantor pusat.
Pembukuan Agen
Pencatatan akuntansi yang diperlukan oleh agen hanya yang berhubungan dengan penerimaan dan pengeluaran kas yang sistem pengelolaannya
hampir sama dengan sistem pengelolaan dana kas kecil (petty cash). Penjualan yang dilakukan oleh agen dicatat oleh kantor pusat. Dengan kata
lain, akuntansi terhadap usaha keagenan tidak membutuhkan penyusunan buku-buku secara lengkap. Pada umumnya agen cukup
menyelenggarakan buku kas untuk mencatat penerimaan (dan pengisian kembali) modal kerja dari kantor pusat, dan pengeluaran-pengeluaran
untuk berbagai macam biaya. Pengeluaran kas biasanya dicatat dalam bentuk rangkap dengan cara membuat tembusannya.
Pada saat modal kerja hampir habis atau mendekati jumlah minimum yang ditetapkan, agen mengirimkan tembusan (copy) ringkasan pengeluaran
kas berikut bukti-bukti pengeluarannya kepada kantor pusat, untuk mendapatkan penggantian atau pengisian kembali modal kerjanya. Sementara
catatan pengeluaran kas yang asli diarsipkan di tempat agen yang bersangkutan.
Pembukuan terhadap transaksi-transaksi dengan agen, yang akan diselenggarakan oleh kantor pusat, tergantung pada tujuan yang dikehendaki,
yaitu mengenai laba/rugi yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen tersebut. Dalam hal ini terdapat dua alternatif sebagai berikut.
a. Laba/rugi yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen (tiap-tiap agen) tidak ditentukan secara terpisah. Pada cara ini laba/rugi
yang didapat dari penjualan melalui agen akan dilaporkan tergabung dengan transaksi penjualan regular. Dengan demikian itu semua
transaksi penjualan dan biaya-biaya yang terjadi melalui agen yang bersangkutan, dicatat dalam akun-akun pembukuan yang ada seperti
halnya transaksi-transaksi yang terjadi di kantor pusat. Akun-akun pembukuan khusus terutama untuk pendapatan dan biaya-biaya dari agen
b. Laba/rugi yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen ditentukan secara terpisah. Pada cara ini, akun-akun pembukuan khusus
untuk agen, terutama untuk pendapatan dan biaya-biaya yang bersangkutan harus diselenggarakan. Akun-akun pembukuan khusus untuk
agen itu, dipergunakan untuk mencatat semua transaksi penjualan melalui agen dan biaya-biaya yang terjadi pada agen yang bersangkutan.
Dengan demikian, dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang laba atau rugi yang timbul dari kegiatan penjualan melalui setiap agen yang
dibentuk. Apabila perusahaan mempunyai beberapa agen, maka akun-akun pendapatan dan biaya-biaya pada agen dapat diselenggarakan
sebagai akun kontrol (buku besar). Sementara akun pendapatan dan biaya untuk tiap-tiap agen diselenggarakan sebagai akun-akun
pembantunya.
Telah dikemukakan banyak macam cara perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan dan pendapatannya. Penggunaan berbagai macam
saluran distribusi, cara penjualan, pembukaan agen-agen penjualan, perwakilan dan kantor-kantor cabang di berbagai tempat pada umumnya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu dalam rangka meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menjual produknya.
Meskipun pada mulanya operasi cabang lebih banyak berhubungan dengan aktivitas penjualan, namun demikian pada akhir-akhir ini nampak
adanya gejala untuk semakin memperluas aktivitas yang dapat dicakup oleh suatu kantor cabang. Karena pertimbangan ekonomis berbagai
macam industri telah memulai menggunakan cabang-cabang sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuannya. Lembaga-lembaga keuangan
(bank dan non bank), perusahaan jasa sampai kepada perusahaan industri (manufaktur) di beberapa daerah yang pada umumnya merupakan
Apapun sifat dan jenis usaha kantor cabang, biasanya berada di bawah pengelolaan seorang manajer cabang yang bertanggung jawab langsung
kepada manajemen puncak di kantor pusat. Manajer cabang harus melaporkan informasi tentang volume aktivitas dan hasil usaha cabang kepada
kantor pusatnya, karena data demikian penting untuk analisa dan pengambilan keputusan. Administrasi yang lengkap terhadap aktiva yang
ditempatkan dan utang-utang atau kewajiban-kewajiban yang timbul di cabang juga diperlukan seperti halnya di kantor pusat.
Meskipun cabang berusaha dan bekerja sebagai unit (usaha) yang berdiri sendiri, tetapi tetap dikontrol oleh kantor pusat. Tingkat kebebasan
berdiri sendiri yang diberikan kepada suatu cabang ditetapkan oleh kantor pusat. Kebijaksanaan umum dan standar pelaksanaan yang biasa
berlaku bagi dunia usaha, juga dilaksanakan terhadap cabang-cabang yang dibentuk oleh kantor pusat. Garis besar bekerjanya suatu cabang
a. Cabang diberi modal kerja, baik berupa uang kas, barang-barang dagangan maupun aktiva lainnya oleh kantor pusat.
b. Cabang dapat membeli barang dagangan dari pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan permintaan barang-barang lokal yang tidak dapat
dipenuhi oleh kantor pusat atau apabila pembelian itu dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomis.
c. Cabang melakukan aktivitas penjualan; mulai dari usaha-usaha untuk mendapatkan pembeli; mengirimkan barang atau menyerahkan jasa-
jasa kepada langganan, membuat faktur penjualan, menagih (mengumpulkan) piutang dan menyimpan uangnya di dalam akun banknya
sendiri.
Namun demikian, ketentuan-ketentuan yang sifatnya membatasi keleluasaan cabang dapat diadakan, dalam rangka pengawasan terhadap aktivitas
cabang yang bersangkutan. Misalnya, semua penerimaan kas dari hasil penjualan atau pengumpulan piutang setiap harinya harus disetor ke bank
atas nama akun kantor pusat dalam jumlah seutuhnya. Sementara pengeluaran kas untuk cabang dilaksanakan dengan membentuk dana kas kecil.
unit akuntansi pusat untuk perusahaan, sementara kantor cabang terdiri dari tambahan sistem akuntansi untuk mencatat kegiatan setiap cabang.
Sistem kantor pusat dan kantor cabang yang terpisah digunakan untuk tujuan akuntansi dan pelaporan internal, tetapi laporan keuangan kantor
pusat dan kantor cabang yang terpisah harus disatukan untuk memenuhi kebutuhan akan laporan keuangan eksternal.
Sistem akuntansi untuk cabang-cabang dapat dilakukan dengan tiga metode sebagai berikut.
a. Akuntansi untuk cabang-cabang diselenggarakan hanya di kantor pusat (sentralisasi). Apabila sistem sentralisasi dilaksanakan, maka
pembukuan terhadap transaksi-transaksi yang terjadi di kantor cabang diselenggarakan sepenuhnya oleh kantor pusat. Pada cara ini, kantor
cabang cukup mengumpulkan dokumen-dokumen dasar, seperti faktor penjualan, catatan waktu kerja, voucher-voucher pengeluaran kas,
dan bukti-bukti lainnya yang mendukung terjadinya transaksi. Dokumen-dokumen dasar itu atau tembusannya dikirim kepada kantor pusat
Apabila laba/rugi dari aktivitas cabang akan ditentukan terpisah dari kegiatan kantor pusat maka penggunaan buku-buku jurnal khusus atau
akun-akun pendapatan, harga pokok penjualan dan biaya kantor cabang harus disediakan di dalam susunan akun-akun pembukuan kantor
pusat. Sistem sentralisasi pada umumnya dilaksanakan dalam rangka penghematan biaya administrasi. Sistem sentralisasi juga lebih
menjamin adanya keseragaman prosedur dan metode-metode pembukuan yang diterapkan baik untuk aktivitas kantor pusat, maupun
aktivitas kantor cabangnya. Akan tetapi keterlambatan informasi (data) yang diterima oleh kantor pusat pada umumnya akan merupakan
b. Akuntansi untuk cabang-cabang hanya diselenggarakan di cabang-cabang (desentralisasi). Pada cara ini, setiap cabang menyelenggarakan
pembukuan atas transaksi-transaksi yang terjadi pada cabang yang bersangkutan secara lengkap. Tiap-tiap cabang menyelenggarakan buku-
buku jurnal, buku besar, dan buku-buku tambahan (pembantu) apabila dianggap perlu. Apabila sistem desentralisasi dilaksanakan, biasanya
susunan dan klasifikasi akun-akun pembukuan pada tiap-tiap kantor cabang mengikuti dan sesuai dengan susunan dan klasifikasi yang
Proses akuntansi pada kantor cabang diselenggarakan seperti halnya pada perusahaan (badan usaha) yang berdiri sendiri, kecuali bahwa
kantor cabang tidak menyelenggarakan (memiliki) akun modal. Suatu akun khusus yang berfungsi sama dengan akun modal di dalam
perusahaan pada umumnya harus dibentuk untuk menampung selisih antara aktiva dan utang-utang kantor cabang. Akun khusus yang
biasanya disebut akun "r/k - kantor pusat" (home office account), merupakan modal bagi kantor cabang di satu pihak dan merupakan
investasi atau penanaman modal oleh kantor pusat di cabang yang bersangkutan.
Hasil akhir dari proses akuntansi pada kantor cabang ini akan tercermin di dalam laporan keuangan kantor cabang secara individual.
Sementara proses penyusunan laporan keuangan periodik pada kantor cabang juga dilaksanakan seperti biasanya pada perusahaan-
c. Akuntansi untuk cabang-cabang diselenggarakan baik di kantor pusat maupun di kantor cabang.
pembukuan kantor cabang dan "r/k - kantor cabang" di dalam akun-akun pembukuan kantor pusat. Kedua akun tersebut merupakan akun
proforma.
Diselenggarakannya akun-akun aktiva; utang; pendapatan dan biaya-biaya kecuali untuk akun modal di kantor cabang menunjukkan adanya
hubungan antara akun-akun pembukuan di kantor cabang dengan akun-akun pembukuan di kantor pusat. Aktiva yang ditempatkan di cabang
adalah sebagian dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sebagai satu kesatuan usaha. Demikian pula halnya utang-utang yang terjadi di kantor
cabang adalah merupakan utang atau kewajiban dari perusahaan sebagai suatu badan usaha yang terpisah dari pemiliknya. Meskipun prosedur
pembukuan untuk kantor cabang diselenggarakan sebagai unit usaha yang berdiri sendiri, akan tetapi dari segi ekonomis cabang hanya
Transaksi-transaksi intern pada kantor cabang atau transaksi antara kantor cabang dengan pihak ketiga tidak mempengaruhi jumlah penanaman
modal di kantor cabang dicatat oleh kantor cabang pada akun-akun yang bersangkutan. Kantor pusat tidak perlu melakukan pencatatan terhadap
perubahan bentuk atau komposisi terhadap investasinya di kantor cabang. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut.
Akuntansi kantor cabang dalam pembahasan ini, dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu masalah umum dan masalah khusus.
MASALAH UMUM
Masalah umum akan dibahas dalam akuntansi cabang terdiri atas: Pengiriman uang; Pengiriman barang dagang; Ongkos angkut barang dagang;
1. Pengiriman Uang
Apabila kantor pusat mengirim uang ke cabang, maka buku kantor pusat mendebit perkiraan cabang dan mengkredit perkiraan kas. Buku
kantor cabang yang menerima uang dari kantor pusat dicatat pada debit perkiraan kas dan mengkredit perkiraan kantor pusat.
Contoh :
PT. Sinar membuka cabang di Wamena pada tanggal 1 Oktober 2002, dan pada tanggal itu kantor puasat mengirim uang tunai sebesar Rp.
150.000.000.
Suatu cabang dibentuk oleh suatu perusahaan. Untuk memulai usaha cabang tersebut telah dikirim uang tunai sebesar Rp1.000.000. Akun-akun
pembukuan yang terlibat dalam transaksi ini, pada masing-masing pihak akan ternyata pada Peraga 8.3.
Peraga 3.1
Pencatatan Akun-akun Pembukuan
Kas Kas
150.00 150.000.000
0.000
Transaksi sebagaimana ditunjukkan oleh Peraga 3.1 mempengaruhi jumlah investasi kantor pusat di cabang. Oleh karena itu, baik kantor cabang
maupun kantor pusat keduanya melakukan pencatatan atas transaksi itu. Apabila kernudian cabang membeli alat-alat kantor secara tunai dengan
harga Rp250.000, maka transaksi pengeluaran kas akan dicatat oleh kantor cabang sebagai unit usaha yang berdiri sendiri.
2. Pengiriman Barang Dagang
Untuk pencatatan pengiriman barang dagang ke cabang, harus mempertimbangkan sistem pencatatan persediaan barang dagang yang
digunakan. Sistem pencatatan persediaan yang kita kenal yaitu metode fisik (Physical Inventory Methot) dan metode perpetual (Perpetual
Inventory Methot).
Metode Perpetual
Pada saat pengiriman barang dagang, buku kantor pusat mendebit perkiraan cabang dan mengkredit perkiraan persediaan barang dagang.
Buku kantor cabang menerima barang dagang mendebit perkiraan barang dagang dan mengkredit perkiraan kantor pusat.
Contoh :
Kantor pusat mengirim barang dagang ke cabang Ujung Pandang dengan HPP Rp. 20.000.000.
Kantor pusat mengirim barang dagang ke cabang dengan mendebit perkiraan cabang dan mengkredit pengiriman barang dagang ke
cabang. Buku kantor cabang yang menerima barang dagang dengan mendebit perkiraan pengiriman barang dagang dari kantor pusat dan
Pengiriman barang dagang dari kantor pusat ke cabang memerlukan ongkos angkut. Masalah ongkos angkut yang dikeluarkan oleh
a. Ongkos angkut dibebankan pada kantor cabang dengan menambah harga perolehan barang dagang
Contoh :
Kantor pusat mengirim barang dagang ke cabang Bulukumba sebesar Rp. 45.000.000 dan ongkos angkut muatan kapal laut sebesar Rp. 2.300.000
dibayar oleh kantor pusat. Buku kantor pusat pada waktu mengirim barang dagang dan mencatat ongkos angkut.
Jurnal :
Cabang Bulukumba Rp. 47.300.000
Persediaan barang dagang Rp. 45.000.000
Kas Rp. 2.300.000
Buku kantor cabang waktu menerima barang dagang dan mencatat ongkos angkut.
Jurnal metode perpetual :
Persediaan barang dagang Rp. 47.300.000
Kantor pusat Rp. 47.300.00
Jurnal metode fisik :
Pengiriman brg dgng dr kntr pusat Rp. 45.000.000
Beban angkutan masuk Rp. 2.300.000
Kantor pusat Rp. 47.300.000
b. Ongkos angkut dibebankan pada kantor cabang dengan tidak menambah nilai perolehan barang
Kantor pusat mengeluarkan ongkos angkut di mana pengeluaran tersebut menjadi beban kantor cabang atau sebaliknya dan cabang tidak
Buku cabang mencatat penerimaan barang dagang dari kantor pusat dengan mendebit perkiraan persediaan barang dagang dari kantor
pusat dan mendebit perkiraan kantor pusat sebesar nilai barang tidak termasuk ongkos angkut.
Beban pengangkutan sebesar Rp. 2.300.000 dilaporkan pada perhitungan laba/rugi sebagai kelompok beban operasi atau beban penjualan.
Jurnal buku cabang Bulukumba:
Persediaan barang dagang Rp. 45.000.000
Aktiva tetap yang dipakai untuk operasi cabang perlu diatur pencatatannya. Mencatat aktiva tetap tergantung pada kebijaksanaan kantor
pusat terdiri atas: Aktiva tetap dicatat pada buku kantor pusat dan aktiva tetap dicatat pada buku kantor cabang.
a. Aktiva tetap dicatat pada buku kantor pusat
Cabang tidak mencatat aktiva tetap yang dipakai untuk operasinya. Beban penyusutan atas aktiva tetap yang dipakai menjadi beban
cabang.
Contoh :
PT. Bina Lestari berkantor pusat di Semarang dan mempunyai cabang di Kebumen.
1. Kantor pusat membeli peralatan kantor untuk kegiatan cabang secara tunai sebesar Rp. 4.200.000
3. Kantor pusat mengirim kendaraan bekas untuk dipakai operasi cabang. Nilai kendaraan Rp. 27.800.000 dan akumulasi penyusutan
Kantor cabang mencatat semua aktiva tetap yang ada dalam kegiatan operasinya, termasuk perhitungan beban penyusutan.
Masalah aktiva tetap cabang yang dicatat pada kantor cabang antara lain :
Sejak laporan keuangan dibuat terpisah antara kantor pusat dan cabang. Beban operasi yang dicatat atau dikeluarkan oleh kantor pusat,
dimana merupakan beban kantor cabang misalnya beban penyusutan aktiva tetap yang dipakai cabang, beban asuransi dll.
Kantor pusat mengirim nota ke cabang dengan merinci beban tersebut. Pencatatan pada kantor pusat yaitu mendebit perkiraan cabang
dan mengkredit perkiraan beban yang bersangkutan atau perkiraan akumulasi penyusutan aktiva tetap.
Contoh :
Kantor pusat mengirim nota atas beban penyusutan aktiva tetap yang dipakai cabang Ciamis, dimana aktiva tetap cabang dicatat pada buku kantor
pusat.
Rincian nota :
· Penyusutan kendaraan Rp. 2.470.000
· Penyusutan peralatan kantor Rp. 1.540.000
Buku Kantor Pusat
Mencatat pengiriman nota ke cabang.
Jurnal :
Cabang Ciamis Rp. 4.010.000
Akumulasi penysutan kendaraan Rp. 2.470.000
Akumulasi penyusutan peralatan kantor Rp. 1.540.000
Buku Cabang Ciamis
Jurnal :
Beban penyusutan kendaraan Rp. 2.470.000
Beban penyusutan peralatan kantor Rp. 1.540.000
Kantor pusat Rp. 4.010.000
E. MENCATAT TRANSAKSI CABANG DAN KANTOR PUSAT
Transaksi cabang harus sesuai dengan kebijaksanaan yang diatur oleh kantor pusat. Kebijaksanaan ini harus konsisten dengan tahun
sebelumnya.
Contoh :
Pada tanggal 1 April 1998, PT Desawin membuka cabang di daerah Purwakarta dan Cirebon. Kantor Pusat membuat laporan keuangan bulanan.
PT Desarwin
Neraca
Per 1 April 1998
(Dalam ribuan rupiah)
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Kas 40.000 Utang dagang 45.000
Piutang dagang 90.000 Utang PPh ps.21 1.500
Persediaan barang dagang 120.000 PPN Keluaran 3.700
PPN Masukan 2.500 Utang bank 100.000
252.000 150.000
Aktiva Tetap Modal Pemegang Saham
Modal Saham 100.000
Tanah 25.000 Laba ditahan 76.700
Bangunan 51.000 176.700
Akum.penyusutan (10.000)
Inventaris kantor 15.000
Akum. Penyusutan (6.600)
74.400
Total Aktiva 326.900 Total Kewajiban & Modal 326.900
Transaksi kantor pusat, cabang Purwakarta dan cabang Cirebon untuk bulan April 1998 adalah sbb:
1. Kantor pusat mengirim uang ke cabang Purwakarta sebesar Rp. 5.000.000 dan cabang Cirebon Rp. 6.000.000.
2. Kantor pusat mengirim barang dagang dengan harga pokok ditambah PPN sebesar 10 % dari harga pembelian terdiri atas:
Harga Pokok PPN
Cabang Purwakarta Rp. 30.000.000 Rp. 3.000.000
Cabang Cirebon Rp. 45.000.000 Rp. 4.500.000
Rp. 75.000.000 Rp. 7.500.000
3. Kantor pusat membeli secara tunai inventaris kantor untuk dipakai operasi cabang Purwakarta Rp. 3.300.000 dan cabang Cirebon Rp.
4.200.000
4. Kantor pusat menyetor PPh pasal 21 dan PPN Kas Negara atas pajak bulan Mei 1998 ( dilihat neraca 1 April 1998 )
5. Kantor pusat dan cabang menjual barang secara kredit kepada pihak ketiga sbb :
Harga Jual PPN Harga Pokok
Kantor pusat Rp. 54.500.000 Rp. 5.450.000 Rp. 40.875.000
Cabang Purwakarta Rp. 27.500.000 Rp. 2.750.000 Rp. 20.600.000
Cabang Cirebon Rp. 36.000.000 Rp. 3.680.000 Rp. 32.800.000
6. Penerimaan tagihan atas sejumlah piutang dagang yaitu kantor pusat Rp. 47.500.000
7. Kantor pusat cabang membayar tunai beban operasi bulan April 1998 :
8. Dalam rangka meningkatkan penjualan untuk cabang Cirebon. Maka diambil keputusan untuk membeli kendaraan bekas ( 90 % dalam
keadaan baik ) sebesar Rp. 21.000.000 yang dibayar tunai Rp. 5.000.000 dan sisanya akan dibayar pada bulan Mei 1998. cabang membuat
10. Pengiriman uang tunai ke kantor pusat oleh Purwakarta sebesar Rp. 2.200.000 dan
Jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi pada kantor pusat, cabang Purwakarta dan cabang Cirebon ditampilkan pada tabel berikut
ini.
Secara periodik baik kantor cabang maupun kantor pusat menyusun laporan keuangannya (neraca dan laporan laba/rugi) secara individual.
Meskipun laporan keuangan individual itu dapat menunjukkan informasi-informasi yang penting, baik untuk kantor cabang maupun kantor pusat,
tetapi laporan-laporan itu tidak dapat menggambarkan posisi keuangan dan hasil usaha kantor pusat dan cabangnya sebagai satu kesatuan
ekonomis.
Pemisahan dan anggapan bahwa kantor cabang merupakan unit usaha yang berdiri sendiri di dalam sistem desentralisasi itu, hanya dari segi
administratif terhadap kegiatan perusahaan di bawah koordinasi dari kantor cabang tersebut. Oleh karena itu pertanggungjawaban manajemen
kepada para pemilik, harus meliputi baik aktiva dan utang yang ditempatkan atau terjadi di kantor pusat maupun cabangnya. Demikian pula hasil
usaha yang didapat harus dilaporkan baik hasil usaha di kantor pusat maupun cabangnya. Ini berarti laporan keuangan (neraca dan laporan
laba/rugi), harus disusun dengan menggabungkan aktiva-aktiva dan utang-utang baik di pusat maupun cabangnya. Demikian pula terhadap
pendapatan-pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang terjadi pada kantor pusat dan cabangnya, harus digabungkan sehingga laporan
laba/rugi menggambarkan keseluruhan hasil usaha perusahaan sebagai unit usaha yang berdiri terpisah dari pemiliknya. Dengan kata lain, laporan
keuangan gabungan antara kantor pusat dengan cabangnya itu perlu disusun, karena pusat dan cabangnya merupakan satu kesatuan ekonomis.
Oleh karena laporan keuangan gabungan antara kantor pusat dan cabangnya dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang posisi keuangan
dan hasil usaha perusahaan sebagai satu kesatuan ekonomi yang bulat, maka di dalam penyusunannya harus memperhatikan hal-hal berikut ini.
a. Di dalam neraca hanya disajikan aktiva dan hak-hak yang ada pada perusahaan dan utang-utang atau kewajiban perusahaan yang lain
kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Sebagai satu kesatuan usaha hak-hak yang dimiliki oleh dan kewajiban-kewajiban yang ada di
antara kantor pusat dengan cabangnya, atau utang-piutang di antara pusat dengan cabangnya harus ditiadakan.
b. Di dalam laporan laba/rugi, harus dihindarkan adanya perhitungan ganda terhadap suatu pendapatan dan biaya yang sama. Pengakuan
terhadap pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang timbul dari transaksi antara pusat dengan cabang dan sebaliknya sebagai akibat
sistem desentralisasi, harus dibatalkan. Kenaikan dan penurunan kekayaan bersih (net assets) total yang ditempatkan di pusat dan cabang,
harus dipakai sebagai kriteria terhadap pengakuan adanya pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan
sebagai satu kesatuan usaha, untuk menghindarkan adanya perhitungan ganda terhadap pendapatan dan biaya-biaya tersebut.
Dengan ketentuan tersebut di atas, berarti di dalam laporan keuangan gabungan tidak disajikan lagi saldo akun-akun timbal balik (reciprocal
accounts), yang dibentuk dalam rangka desentralisasi penyelenggaraan akuntansi terhadap aktiva kantor pusat dengan cabang-cabangnya. Dengan
demikian, langkah-langkah yang diperlukan di dalam penyusunan laporan keuangan gabungan dari kantor pusat dan cabangnya dapat dirumuskan
sebagai berikut.
akun "utang" dengan "piutang kepada"antar kantor pusat dan cabang, yang ada di dalam neraca individual kantor pusat maupun
cabang.
2) Menjumlahkan (menggabungkan) saldo akun-akun aktiva, dan akun-akun utang yang terdapat dalam neraca individual kantor pusat
dan cabangnya, sesuai dengan kelompok masing-masing. Saldo akun-akun modal (pemilik) di dalam neraca gabungan sama dengan
1) Menghapuskan (mengeliminasi) saldo akun "pengiriman barang dari kantor pusat" dengan "pengiriman barang ke kantor cabang" dan
saldo akun-akun pendapatan dengan biaya-biaya yang bersangkutan (yang diakui di dalam laporan laba/rugi individual kantor pusat
dan mabang), sebagai akibat (konsekuensi) kebijaksanaan sistem desentralisasi yang dilaksanakan.
2) Menjumlahkan (menggabungkan) saldo akun-akun pendapatan dan laba di luar usaha, akun-akun biaya dan rugi di luar usaha yang
terdapat dalam laporan laba/rugi individual kantor pusat dan cabang, sesuai dengan kelompok masing-masing.
Pada saat tertentu, khususnya pada saat penutupan buku-buku, akun "kantor cabang" di buku-buku kantor pusat dan akun "kantor pusat" di buku
kantor cabang, mungkin tidak menunjukkan saldo yang sama atau tidak "reciprocal." Hal ini dapat terjadi oleh karena data tertentu yang telah
dicatat oleh salah satu pihak, belum dicatat oleh pihak yang lain. Misalnya, kantor pusat telah mengirimkan sejumlah barang ke cabang dan sudah
mencatatnya ke dalam akun "kantor cabang" sebelah debit. Tetapi oleh karena cabang belum menerima barang-barang tersebut, maka apabila saat
itu diadakan penutupam buku-buku, cabang belum mencatatnya ke dalam akun "kantor pusat" sebelah kredit. Dengan demikian, saldo dua akun
pada saat itu tidak menunjukkan jumlah yang sama atau tidakreciprocal.
Pada akhir periode atau pada saat akan menutup buku-buku, sebab-sebab adanya perbedaan saldo di antara 2 (dua) akun yang reciprocal tersebut
Data yang perlu dipertimbangkan dalam menyesuaikan dua akun tersebut pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam 4 golongan sebagai berikut.
a. Debit akun "kantor cabang" tanpa ada hubungan dengan kredit akun "kantor pusat."
b. Kredit akun "kantor cabang" tanpa ada hubungan dengan debit akun "kantor pusat."
c. Debit akun "kantor pusat" tanpa ada hubungan dengan kredit akun "kantor cabang."
d. Kredit akun "kantor pusat" tanpa ada hubungan dengan debit akun "kantor cabang."
Pendahuluan. Persoalan-persoalan khusus di dalam akuntansi biasanya timbul – dalam hal perusahaan menggunakan sistem desentralisasi –
apabila hubungan antara kantor pusat dengan cabang-cabangnya itu menyangkut hal-hal berikut ini.
c. Barang-barang yang dikirimkan ke cabang di nota dengan harga di atas harga pokoknya (cost), yaitu dengan tambahan % tertentu di atas
Pengiriman Uang antar Cabang. Pengiriman uang antar cabang (interbranch transfer of cash) ini terjadi, apabila perusahaan mempunyai
cabang lebih dari satu. Untuk mengendalikan aktivitas tiap-tiap cabangnya, biasanya kantor pusat mengadakan pembatasan-pembatasan yang
menyangkut hubungan antara cabang tertentu dengan cabang lainnya. Pembatasan yang diadakan itu berhubungan dengan otorisasi terhadap
transaksi yang terjadi antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tersebut. Otorisasi terhadap transaksi demikian biasanya berada pada kantor
pusat. Dari segi akuntansinya, meskipun tiap-tiap cabang dianggap sebagai unit usaha yang berdiri sendiri (sistem desentralisasi), namun
demikian pengecualian terhadap transaksi antar cabang seperti itu diadakan agar hasil usaha tiap-tiap cabang dapat lebih dikontrol oleh pusat.
Akun "pro forma" antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tidak perlu diselenggarakan. Sementara itu, untuk menampung transaksi antar
cabang berdasarkan otorisasi dari kantor pusat harus diperhitungkan oleh masing-masing cabang dengan kantor pusat.
Pengiriman Barang antar Cabang. Seperti halnya pada pengiriman uang antar cabang, dalam hal pengiriman barang antar cabang (interbranch
transfer of merchandise), maka otorisasi terjadinya transaksi tersebut, biasanya ada pada kantor pusatnya. Terdapat persoalan tersendiri apabila
Persoalan itu adalah tentang perlakuan akuntansi terhadap biaya pengangkutan barang-barang yang bersangkutan. Dalam hal pengiriman barang-
barang dari kantor pusat ke suatu cabang, biasanya ongkos-ongkos pengangkutan untuk barang-barang tersebut diperhitungkan dan menjadi
beban kantor cabang, yaitu ditambahkan pada harga barang-barang yang bersangkutan.
Apabila terjadi pengiriman barang-barang untuk cabang atas perintah kantor pusat, maka perlakuan terhadap ongkos angkut (pengiriman) diatur
sebagai berikut.
a. Ongkos angkut barang-barang dari cabang tertentu ke cabang yang lain itu dibayar lebih dulu oleh cabang yang mengirim dan nantinya akan
c. Dalam buku-buku kantor pusat, selisih yang terjadi dalam perhitungan pembebanan ongkos angkut antar cabang itu diperlakukan sebagai:
"selisih ongkos angkut barang-barang antar cabang" (excess freight on interbranch transfer of merchandise).
Barang-barang untuk Cabang di Nota di Atas Harga Pokok (Cost). Barang-barang yang dikirim oleh kantor pusat ke cabang-cabang yang
dinota di atas harga pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga berikut ini.
a. Di nota dengan tambahan % tertentu di atas harga pokok (billing at an arbitrary rate above cost).
b. Di nota dengan harga jual eceran (billing at retail sales price).
Barang-barang untuk Cabang di Nota dengan Harga Eceran. Tujuan pokok daripada teknik penentuan harga untuk cabang dengan harga-
a. Untuk lebih memperketat kontrol dan mendapatkan informasi yang lengkap tentang hasil-hasil operasi cabang.
b. Oleh karena harga jual eceran telah ditetapkan, maka apabila ada laporan penjualan dari cabang, dapat segera diperkirakan saldo persediaan
yang ada di cabang tanpa menunggu sampai dengan laporan tentang persediaan itu dibuat.
c. Mempermudah untuk pencocokan di dalam mengadakan inventarisasi fisik barang di cabang, di mana jumlah persediaan phisik harus sama
dengan perbedaan antara harga yang dinota oleh kantor pusat dikurangi penjualan bersih yang dilaporkan.
d. Melaksanakan kebijaksanaan harga jual yang sama terhadap beberapa daerah pemasaran tertentu.
Apabila barang-barang untuk cabang dinota dengan harga jual eceran. maka harga pokok penjualan di cabang otomatis sama dengan
penjualannya. Aktivitas cabang akan menunjukkan kerugian dan kerugian cabang tersebut sama dengan jumlah seluruh biaya usaha.
Laba atau rugi usaha yang sesungguhnya dari usaha cabang hanya akan dapat diketahui oleh kantor pusat. Pencatatan yang ada di kantor
cabang yang tidak dapat menunjukkan rugi dan laba usahanya itu, hanya dipakai untuk tujuan-tujuan statistik dan perbandingan belaka.
Prosedur pencatatan pada prinsipnya sama seperti halnya pada contoh untuk barang-barang cabang yang dinota dengan tambahan % tertentu
Laporan Keuangan Gabungan. Penyusunan laporan keuangan gabungan untuk barang yang dikirimkan antar cabang dicatat dengan harga
pokoknya (at cost), relatif lebih mudah. Apabila barang-barang untuk cabang di nota dengan harga yang berbeda dari harga pokoknya, maka akan
timbul persoalan-persoalan khusus di dalam penyusunan laporan keuangan gabungan. Adapun persoalan-persoalan khusus yang perlu
a. Sediaan akhir barang-barang pada neraca kantor cabang yang nilainya berbeda dari harga pokok sebenarnya, harus dinyatakan kembali
dalam nilai harga pokok semula agar memungkinkan penyusunan neraca gabungan.
b. Sediaan awal dan akhir barang-barang pada laporan laba/rugi cabang harus dinyatakan kembali dalam harga pokok yang sebenarnya.
c. Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan biasanya daftar lajur (working papers) di buat atas dasar data neraca sisa dari
K. SIMPULAN
Perusahaan sering melakukan aktivitas usahanya pada lokasi yang berbeda dengan mendirikan kantor cabang dan agen penjual. Sistem akuntansi
terpisah tidak dibutuhkan oleh agen penjual, tetapi sistem tersebut bisa diperluas untuk memberikan tambahan informasi yang dibutuhkan untuk
merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi kegiatan agen. Sebaliknya, kegiatan kantor pusat dan cabang membutuhkan sistem akuntansi
terpisah. Investasi yang dilakukan kantor pusat pada aktiva cabang (akun cabang) resiprokal terhadap akun kantor pusat pada buku cabang. Akun
resiprokal kantor pusat dan cabang dieliminasi saat dilakukan penggabungan laporan keuangan.
Transaksi yang terjadi antara kantor pusat dan cabang memerlukan ayat jurnal yang unik. Sementara transaksi-transaksi yang lainnya dicatat
dengan cara yang biasa. Pengiriman barang dagangan ke cabang dan penetapan harga transfer membutuhkan perhatian khusus untuk menghindari
kesalahan pengakuan laba yang belum direalisasi. Hal lain yang perlu mendapat perhatian ekstra dalam hubungan kantor pusat dan cabang
meliputi pengalokasian biaya, rekonsiliasi akun, dan prosedur akuntansi pada akhir tahun. Laporan keuangan terpisah hanya dipakai untuk
kepentingan internal perusahaan. Laporan keuangan perusahaan sebagai satu kesatuan disusun dengan menggabungkan laporan keuangan
SOAL LATIHAN
1. Pada tanggal 1 Januari 2007, PT Auto2000 membentuk cabang baru di Senayan. Pengiriman barang dagangan ke cabang difaktur sesuai
dengan harga pokok. Berikut adalah transaksi antara kantor pusat dan cabang Senayan.
Buat jurnal dalam pembukuan kantor pusat dan pembukuan kantor cabang terkait dengan transaksi tersebut selama tahun 2007.
2. Pada akhir tahun 2007, cabang senayan mendapat laba bersih Rp250.000.000. Buat jurnal di pembukuan pusat dan pembukuan cabang
3. Pada tanggal 1 Januari 2007 PT Auto 2000 membentuk cabang baru di Senayan. Berikut ini adalah transaksi antara kantor pusat dan cabang
Senayan. Pengiriman barang dagangan ke cabang difaktur dengan harga 25% di atas pokok.
b. Cabang menjual barang dagangan secara kredit, cost bagi cabang Rp300.000.000, dengan harga Rp450.000.000.
Buat jurnal dalam pembukuan pusat dan pembukuan kantor cabang Senayan terkait dengan transaksi tersebut selama tahun 2007.
4. Berikut ini adalah transaksi antara Auto2000 pusat dan cabang–cabangnya. Pengiriman barang dagangan ke cabang difaktur dengan harga
c. Cabang Tebet diminta pusat mengirimkan barang dagangan sebesar Rp250.000.000 ke cabang Senayan.
Buat jurnal dalam pembukuan pusat dan pembukuan cabang-cabang terkait dengan transaksi tersebut selama tahun 2007.
5. Berikut ini adalah transaksi antara Auto2000 pusat dan cabang–cabangnya. Pengiriman barang dagangan ke cabang di faktur dengan harga
25% di atas pokok. Pusat membebankan ongkos angkut sebesar 1% dari harga faktur kepada cabang penerima.
a. Pusat mengirim barang dagangan ke cabang Senayan seharga Rp600.000.000, ongkos kirim sesungguhnya dibayar oleh pusat
Rp5.500.000.
b. Pusat mengirim barang dagangan ke cabang Tebet seharga Rp600.000.000, ongkos kirim sesungguhnya dibayar oleh pusat
Rp6.500.000.
c. Cabang Tebet diminta pusat mengirimkan barang dagangan sebesar Rp250.000.000 ke cabang Senayan, cabang Tebet membayar
ongkos kirim Rp3.000.000 dan pengeluaran ini oleh cabang Tebet di bebankan ke pusat.
Buat jurnal dalam pembukuan kantor pusat dan pembukuan kantor cabang terkait dengan transaksi tersebut selama tahun 2007.
AKUNTANSI KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG
28/03/2011milanoviraTinggalkan komentar
Pengertian
Agen Kantor Cabang
Suatu bentuk organisasi yang diberi fungsi untuk Suatu bentuk organisasi yang menjual barasng-barang dari
menerima pesanan barang-barang dan bekerja di bawah persediaan yang dibentuknya (baik dikirim dari kantor
pengawasan langsung kantor pusat (Home Office), dan pusat atau yang dibeli sendiri) dan diberi wewenang untuk
transaksi dengan pihak ketiga dilaksanakan secara melaksanakan transaksi – transaksi dengan pihak ketiga,
langsung oleh kantor pusat. sehingga berfungsi sebagai unit usaha yang berdiri sendiri.
Perbedaan : Terletak kepada fungsi dan tingkat kebebasan dalaim kegiatan fungsi tersebut.
Agen
1. Tidak memiliki persediaan untuk barang – barang yang dijual.
2. Persetujuan syarat Penjualan sepenuhnya pada kantor pusat. Administrasi piutang dagang, pengumpulan piutang diselenggarakan
kantor pusat.
3. Modal kerja ( working fund ) untuk biaya operasi diberikan kantor pusat, tidak mengurus uang tunai ( kas ) selain modal kerja yang
diberikan.
Kantor Cabang
1. Memiliki persediaan untuk barang – barang yang dijual, sebagian besar di kirim dari kantor pusat.
2. Memberikan persetujuan syarat penjualan. Administrasi piutang, pengumpulan piutar diselenggarakan kantor cabang.
3. Mengurus uang tunai dari hasil penjualan dan pengumpulan piutang, berinisiatif melaksanakan transaksi pembayaran sendiri.
B. Biaya operasi diperoleh berupa modal kerja dari kantor pusat. Pengawasan modal kerja (kas agen) digunakan Imprest Fund System.
C. Diserahkan pertanggung jawaban untuk operasi pengawasan piutang, pembuatan faktur penjualan dan atau menagih piutang dagang.
1. Laba atau rugi aktivitas penjualan melalui tiap agen tidak ditentukan secara terpisah.Cara ini menunjukkan bahwa seluruh transaksi
penjualan ( rekening penjualan ) dan biaya -biaya ( rekening biaya ) yang terjadi di tiap agen, dicatat dalam rekening pembukuan seperti halnya
dengan transaksi – transaksi penjualan dan biaya reguler yang terjadi di kantor pusat. Pada penutupan buku, saldo laba atau rugi menunjukan
Catatan hasil operasi kombinasi yaitu hasil operasi di tiap agen dan hasil operasi di kantor pusat.
2. Laba atau rugi aktivitas penjualan melalui tiap agen ditentukan secara terpisah. Cara ini menunjukan bahwa diperlukan rekening
rekening khusus pembukuan untuk agen, terutama rekening penghasilan untuk mencatat semua transaksi penjualan dan rekening
biaya untuk mencatat semua biaya yang terjadi pada agen. Apabila kantor pusat mempunyai beberapa agen, maka rekening penghasilan dan
rekening biaya diselenggarakan sbg rekening kontrol ( buku besar), sedangkan rekening penghasilan dan biaya untuk liap agen diselenggarakan
sbg rekening rekening pembantu (tambahan). Pada penutupan buku, saldo laba atau rugi menunjukan Catalan hasil operasi tiap agen.
Contoh : Pada tanggal 1 maret, PT. Padjajaran yang berkantor pusat di Bandung membuka agen PT. Soedirman di Purwokerto. Transaksi agen
dalam bulan maret.
1-31 Maret
c. Daftar pesanan yang di kirim Accounts Receivable Rp. 5.000 Accounts Receivable Rp. 5.000
agen disetujui kantor pusat untuk di
kirim barangnya. Sales PT. S Rp. 5.000 Sales Rp. 5.000
d. Diterima kantor pusat, hasil Cash Rp. 3.000 Cash Rp. 3.000
penjualan dilakukan agen
Accounts Reccivable Rp. 3000 Accounts Receivable Rp. 3.000
e. Pengeluaran biaya oleh kantor
pusat untuk keperluan agen Salaries & Commission – Sales & Commision Exp Rp. 250
31 Maret
f. Pengisian kembali modal kerja Salaries & Commision- Salaries & Commision Exp Rp. 350
oleh kantor pusat berdasarkan bukti-
bukti biaya ( Vouchers ) yang di Expence PT. S Rp. 350 Miscellancous Expense Rp. 200
kirim agen.
Miscellancous Expense- Cash Rp. 550
Data Penyesuaian
g. Harga Pokok penjualan barang Cost of goods sold PT S Rp. 3500
kepada agen
Mercchanidise shipment
h. Perlengkapan iklan yang
tersisa, di taksir 2/3 dari jumlah yang PT S Rp. 3.500
diterima. ( Rp 450 – 2/3 * Rp 450 )
Advertising supplies – Expens
PT S Rp 150
Salaries &
Commision Exp
Advertising supplies
Expense PT S Rp. 150
Keterangan : *) so perkiraan merchandise shipment kepada agen, pada akhir periode akuntansi dikurangkan dari jumlah cost of available for sale
guna menentukan besarnya cost of goods sold.
Soal :
Ø Pada Tnggal 1 Juli 19 X 9, PT. CC di Bandung membentuk suatu organisasi di purwokerto untuk bertindak sebagai agen penjualan. Aktiva
berikut, dikirim kantor pusat (PT.CC) kepada agen pada tanggal 1 juli:
Ø Selama bulan Juli agen mengirimkan daftar penjualan kredit yang disetujui kantor pusat sebesar Rp. 17.600 ; Harga pokok barang dagangan
yang dikirim untuk memenuhi pesanan tersebut sebesar Rp. 10.500. dalam bulan juli tersebut, kantor pusat telah mengeluarkan biaya-biaya yang
diperuntukan kepada agen, seperti:
Ø Pada tanggal 31 Juli 19 X 9 modal kerja (Working Fund) untuk agen di penuhi kembali (Replenished).
Contoh barang dagangan (Agency Samples) akan berguna sampai 31 Des 19 X 9; pada saat ini mempunyai nilai sisa (Salvage Value) sebesar
40% dari harga pokok (at cost)
Diperkirakan 2/5 barang untuk periklanan dan literatur masih tersimpan
Meubel dan perabot disusutkan selama 5 tahun
Manajer agen menerima bonus sebesar 5 % dari penjualan di atas Rp. 10.000 perbulan, bonus dibayar kantor pusat setiap triwulan.
Diminta : 1. Siapkan entri jurnal, penyesuaian dan penutup oleh kantor pusat
b. Pengirim contoh barang dagangan Rp. 5.000 Cash Rp. 1.000
c. Pengiriman barang iklan dan literal Rp. 1.250 Samples – Agency Rp. 5.000
Amortisasi bulan juli = 1/6 * Rp. 3.000 = Rp. 500 Cash Rp. 4.950
k. Barang periklanan dan literatur yang dipakai Advertising Expense – Agency Rp. 325
3/5 * Rp. 1.250 = Rp. 750 Miscellancous Expense – Agency Rp. 600
m.Bonus = 5%*Rp. 17.600 – Rp. 10.000 = Rp. 380 Samples – Agency Rp. 500
Agency Rp. 40
PT CC
Income Statement
Expense :
b) Modal kerja ( berupa uang tunai, barang-barang dagangan, aktiva lainnya ) diberi oleh kantor pusat.
c) Barang dagangan dapat dibeli dari pihak ketiga, untuk jenis barang yang tersedia dari kantor pusat.
d) Aktivitas penjualan yang dilaksanakan, dimulai untuk mendapatkan pembeli ; mengirimkan barang / jasa ; membuat faktur penjualan ;
menagih piutang ; menyimpan dalam rekening banknya sendiri.
e) Pembatasan keleluasaan cabang operasi dapat dilakukan kantor pusat, seperti :
- Penerimaan kas dari hasil penjualan, pengumpulan piutang, setiap harinya harus disetorkan atas nama rekening kantor pusat dalam jumlah
yang utuh.
Sifat kantor cabang memiliki sifat seperti agen, desentralisasi akuntansi ( = pelaksanaan jurnal, buku besar atau seperangkat buku yang terpisah )
pada kantor pusat. Pencatatan data akuntansi kantor cabang diperoleh kantor pusat melalui dokumen asli dan ringkasan memo transaksi yang
dilengkapi voucher, duplikat sebagai arsip cabang.
2. Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor pusat dan kantor cabang
Pencatatan data akuntansi kantor cabang diperoleh kantor pusat melalui duplikat jurnal, pencatatan dokumen asli ke dalam jurnal dilakukan oleh
kantor cabang. Pencatatan yang dilakukan kantor pusat ke dalam rekening kantor cabang yang terpisah atau dimasukkan ke dalam buku besar
umum kantor pusat. Pada akhir periosde akuntansi, kantor pusat melakukan penyesuaian (adjusment) dan menutup pembukuan (closing)
rekening kantor cabang untuk menetapkan besarnya laba – rugi cabang.
Pencatatan data transaksi ke dalam jurnal dan pemindah pembukuan ke dalam buku besar umum. Laporan keuangan disusun secara periodik
untuk di kirim ke kantor pusat, dan laporan keuangan ini diperiksa oleh internal auditor kantor pusat. Penyelesaian penutupan saldo buku-buku
dilakukan oleh kantor cabang, maka hubungan kantor cabang dan kantor pusat terlihat sebagai berikut :
Digunakan rekening “ Kantor Pusat ( Home Office ) “ untuk penghubung dengan kantor pusat. Rekening kantor pusat ( Home Office ) ini =
di Debet ( Dr ) : – Untuk pengiriman uang yang dilakukan oleh kantor cabang ke kantor pusat.
di Kredit ( Cr ) : – Untuk mencatat uang tunai, barang-barang dan aktiva lainnya yang diterima dari kantor pusat.
di Debet ( Dr ) : - Untuk pengiriman uang, barang-barang dan aktiva lainnya yang diserahkan ke kantor cabang.
2. Penerimaan barang dagangan dari Cash Rp. 6.000 Home Office Rp. 6.000
kantor pusat, di faktur dengan harga
pokok Branch ≠1 Rp. 12.000 Shipment From Home-
3. Pemebalian meubel dan perabotan Shipment to Branch ≠1 Rp. 12.000 Office Rp. 12.000
oleh kantor cabang dengan kas, aktiva
terlihat pada buku kantor pusat Furniture & Fixture, Home Office Rp. 12.000
2-31 Oktober
4. Penjualan kredit - Acc. Reccivable Rp. 6.500
7. pengiriman uang ke kantor pusat Cash Rp. 2.000 Acc. Receivable Rp. 3.500
8. Pemberitahuan pembebanan kantor Branch ≠1 Rp. 2.000 Salaries & Comission-
cabang oleh pusat:
Branch ≠1 Rp. 500 Expense Rp. 400
a. Asuransi aktiva kantor cabang Rp
35 Prepaid Insurance Rp. 35 Rent Expense Rp. 150
b. Depresiasi meubel & perabot Rp 50 Dep. Furniture& Miscellaneous Exp. Rp. 200
c. Pajak untuk aktiva kantor cabang Fixture, Branch ≠1 Rp. 50 Cash Rp. 750
Rp 25
Taxes Payeble Rp. 25 Home Office Rp. 2.000
d. Biaya 6% untuk 1 bulan untuk
investasi pada kantor cabang pada Interest Income, Branch Cash Rp. 2.000
tanggal 1 Oktober Rp 18.000 adalah Rp
≠1 Rp. 90 Interest Expense Rp. 35
90
Adevertising Expense Rp. 300 Depreciation Expense-
Office Rp. 90
31 Oktober
9. Entri penyesuaian dan penutupan Branch ≠1 Rp. 1.650 Merchandise Summary Rp. 8.400
10. Data penyesuaian kantor cabang: Branch ≠1 income Rp. 1.650 Income Summary Rp. 8.400
Persediaan barang dagangan Rp 8400
Branch ≠1 Income Rp. 1.650 Sales Rp. 6.500
Depreciation Expense
Office Rp. 90
Penyusunan dilakukan setiap akhir periode fiskal untuk memperlihatkan hasil operasi (perhitungan rugi laba) dan kondisi keuangan (neraca).
Rekening investasi pada kantor cabang (Invesment in Branch) terlihat sebagai aktiva (Assets) pada neraca kantor pusat.
Penghasilan masing-masing kantor cabang dapat diperlihatkan pada laporan pendapatan (perhitungan rugi laba) kantor pusat, seperti :
Net Income From Own Opertion Rp 6.140
Add-Income of Branches:
PT. WSL di Jakarta telah membuka usaha (operasi) kantor cabang di purwokerto Neraca Kantor Cabang 31 Desember 19 X 8 dinyatakan dalam
saldo sbb :
BALANCE SHEET
Desember
c) Barang barang yang diterima dari kantor pusat, difakturkan berdasarkan harga perolehan (at cost)
Rp 20.000
i) Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh kantor pusat dan dibebankan ke kantor cabang Rp 800
Biaya yang masih harus dibayar (Accrued Exspenses) 31 Desember Rp 200
Diminta :
1) Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi di kator cabang, dan entry penyesuaian (Adjusment) serta entry penutupan pada akhir
tahun buku
2) Siapkan neraca dan perhitungan rugi laba, laporan perubahan rekening kantor pusat untuk kantor cabang pada dan untuk tahun yang
berakhir 31 Desember 19×9
3) Siapkan jurnal yang diperlukan untuk kantor pusat yang mempengaruhi perkiraan kantor cabang dalam tahun 19×9
Solusi :
Cash
Expenses
Home Office
Merchandise Inventory
Proit and Loss Summary
Prepaid Expense
Expenses
Accrued Expense
Expenses
Expense
Allowance for Doubtful Accounts
Expenses
Accumulated Depreciation
Home Office
· Di komputasi
Rp. 34.400
1. Rekening kantor pusat di dalam neraca kantor cabang & rekening kantor cabang di dalam neraca kantor pusat.
2. Rekening hutang dan piutang kantor pusat dan kantor cabang.
1. Rekening pengiriman barang dagangan ke kantor cabang di dalam perhitungan rugi laba kantor pusat dan rekening pengiriman barang
dagangan dari kantor pusat di dalam perhitungan rugi laba kantor cabang.
2. Rekening pendapatan dan biaya lainnya yang terjadi akibat transaksi di antara kantor pusat dan kantor cabang.
Ilustrasi
PT SS
Oktober 31, 19 x 6
Assets Liabilities and Stockholder Equity
Cash Rp. 10.000 Liabilities
Accounts Receivable Rp. 21.000 Accounts Payable Rp. 23.300
PT SS
Net Income
PT SS
Rent Expense
Advertising Expense
Insurance Expense
Taxes Expense
Miscelanious expense
Net Income
BAB VIII HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG – PROSEDUR KHUSUS ( HOME OFFICE AND BRANCH
RELATIONSHIP – SPECIAL PROBLEM )
CH 8 HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG – PROSEDUR KHUSUS ( HOME OFFICE & BRANCH RELATIONSHIP
– SPECIAL PROBLEM )
Merchandise Shipment to Branches Involving Billing at arbitrary rates above cost or at Retail Sales Prices
Hubungan Umum : Kantor cabang mempunyai hubungan dengan kantor pusat dan pihak luar untuk transaksi kas.
Hubungan khusus : Kantor pusat dapat meminta dan menyetujui kepada satu kantor cabang mengirim uang tunai ke kantor cabang lainnya.
BRANCH OFFICE ¹ 1
BRANCH OFFICE ¹2
Transfer of cash
Ilustrasi :
♦ Permintaan kantor pusat kepada kantor cabang ¹ 1 untuk mengirimkan uang tunai Rp 1.000 kepada kantor cabang ¹ 2.
♦ Pencatatan pengiriman uang tunai pada buku-buku kantor pusat dan cabang.
♦ Hubungan Umum : Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang.
♦ Hubungan Khusus : Kantor pusat dapat meminta dan menyetujui pengiriman barang dagangan dari satu kantor cabang ke kantor cabang
lainnya.
Yang dibebankan kepada dan dibayar oleh kantor cabang yang Mengirim ; kepada kantor cabang yang menerima, serta perhitungan pembebanan
biaya angkut di kantor pusat, diantaranya :
a) Kantor cabang yang mengirim barang dagangan membayar biaya angkut dan memperhitungkan sebagai beban kantor pusat.
b) Kantor cabang yang menerima barang dagangan dibebankan biaya angkut yang normal, seperti halnya menerima barang dagangan dari
kantor pusat.
c) Kantor pusat memperhitungkan biaya angkut untuk pengiriman barang antar cabang ke dalam rekening :
“ Kelebihan biaya angkut untuk pengiriman barang dagang antar kantor cabang “ – Excess Freight on Interbranch Transfer of Merchandise.
Yaitu : Kelebihan biaya angkut dari biaya angkut yang normal !.
Dalam penyusunan perhitungan rugi-laba kantor pusat, rekening “kelebihan biaya angkut untuk pengiriman barang dagangan antar kantor
cabang” dilaporkan sebagai subtraksi dari ikhtisar pendapatan kantor cabang (Summary of Branch Earnings) dibagian bawah dari perhitungan
rugi-laba.
Home Office → excess Freight on Interbranch Transfer of merchandise (Rp 600 + Rp 450) – Rp 650 = Rp 400
Ilustrasi :
♦ PT. Superior mengirim barang dagangan dengan faktur Rp 4500 ditambah biaya angkut Rp 600 kepada kantor cabang ≠ 5. Pada
tanggal berikutnya, permintaan kantor pusat kepada kantor cabang ¹ 5 untuk mengirim barang dagangan ke kantor cabang ¹ 8. Guna memenuhi
permintaan kantor pusat, kantor cabang ¹ 5 telah mengeluarkan biaya angkut Rp 450. Sekiranya barang dagangan tersebut dikirim langsung oleh
kantor pusat untuk memenuhi kebutuhan kantor cabang ¹ 8, biaya angkut (Normal) sebesar Rp 650
♦ Pencatatan pengiriman barang antar cabang pada buku-buku kantor pusat, kantor cabang ¹ 8 sebagai berikut :
BOOKS OF HOME OFFICE
Trasaksi – transaksi Entry/Jurnal
Pengiriman barang dagang harga pokok dan pembebanan Branch ¹ 5 5.100
biaya angkut ke kantor cabang ¹ 5. Shipments to Branch ¹ 5 4.500
Cash 600
Permintaan untuk mengirim barang dari kantor cabang ¹ 5 Shipments to Branch ¹ 5 4.500
ke cabang ¹ 8. Kantor cabang ¹ 8 dibebankan harga pokok Shipments to Branch ¹ 8 4.500
dan biaya angkut normal; kantor cabang ¹5 di kredit untuk
pembebanan barang yang dikirim mula-mula ditambah Branch ¹ 8 5.150
biaya angkut yang telah dibayar untuk pengiriman ke kantor
cabang ¹ 8. Excess Freight on Interbranch –
BOOKS OF BRANCH ¹ 5
Transaksi – transaksi Entry / Jurnal
Penerimaan barang dan pembebanan untuk harga pokok dan Shipments from Home Office 4.500
biaya angkut. Freight In 600
Cash 450
BOOKS OF BRANCH ¹ 8
Transaksi – transaksi Entry / Jurnal
Penerimaan barang-barang dari kantor cabang ¹ 5; Shipments from Home Office 4.500
pembebanan diakui untuk harga pokok barang dari biaya Freight In 650
angkut normal.
Home Office 5.150
Asumsi Ilustrasi :
Kantor cabang tidak bertanggung jawab atas kelebihan biaya angkut tersebut dan dibebankan untuk dilaporkan pada buku-buku kantor pusat.
Kelebihan biaya angkut yang timbul akibat kesalahan pemesanan barang-barang oleh suatu cabang atau dari beberapa kantor cabang lainnya,
maka pembebanan tersebut dibenarkan oleh cabang dan dilaporkan dalam buku-buku kantor cabang.
Pengiriman barang dagang ke kantor cabang
1. Hubungan umum : Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang
2. Hubungan khusus : Kantor pusat menetapkan harga faktur diatas harga pokok untuk setiap pengiriman barang dagangan ke kantor cabang
Kepala kantor cabang tidak dapat mengetahui secara lengkap informasi laba aktual dari hasil operasi kantor cabang.
2. Pada saat pelaporan nilai persediaan barang dagangan oleh kantor cabang ke kantor pusat. Peristiwa ini terjadi pada akhir periode akuntansi,
dan kantor cabang mengirimkan pelaporan laba / rugi bersih.
1. Pada saat pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang
( cost + 20 % )
HO BO 1
Branch ¹ 1 12.000 Shipment from home office 12.000
Shipment to Branch ¹ 1 10.000 Home office 12.000
Unrealized Intercompany
2. Pelaporan nilai sisa persediaan oleh kantor cabang ke kantor pusat
Customer
BO ¹ 1
HO
HO BO ¹ 1
Saldo “ Unrealized Intercompany Inventory Profit “ disajikan di neraca HO sebagai pengurang perkiraan Investasi di BO.
B. Pengiriman barang ke kantor cabang difakturkan dengan harga jual eceran
1. Hubungan Umum : Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang.
2. Hubungan Khusus : Kantor pusat menetapkan harga faktur untuk setiap pengiriman barang dagangan ke kantor cabang berdasarkan harga
jual eceran.
v Mengendalikan barang dagangan yang diurus kantor cabang menjadi lebih efektif.
1) Pada saat pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang, terjadi selama periode akuntansi. Akuntansi di HO dan BO sama
dengan harga faktur di atas harga pokok.
2) Pada saat pelaporan nilai sisa persediaan barang dagangan sekaligus pelaporan laba bersih oleh kantor cabang ke kantor pusat, terjadi pada
akhir periode akuntansi. Akuntansi di HO dan BO sama dengan harga faktur di atas harga pokok.
The Berckeley branch of the Bruin Co, is billed for merchandise by the home office at 20 % above cost. The branch in turn price merchandise for
sales purposes at 25 % above billed price. On January 17 all the branch merchandise is destroyed by fire. No insurance was main rained. Branch
accounts show the following information :
b. Prepare the entries on both the branch book and the home office books to record the loss ( Assume perpetual inventory record ).
Solusi penilaian sisa persediaan
a. The cost of the merchandise distroyed was $ 30.000
Dari sekian lama perjalanan sejarah (20 abad lebih), konsep mengenai goodwill mengalami perubahan demi perubahan. Di awal-awal, goodwill
dianggap sebagai nilai lebih dari suatu perusahaan di mata customer-nya, belakangan konsep mengenai goodwill semakin berkembang, dimana
banyak pelaku bisnis dan accountant menganggap bahwa goodwill merupakan hasil dari kemampuan perusahaan memperoleh laba dari investor.
Perolehan Goodwill
Dari perspektif akuntansi, goodwill hanya akan muncul pada buku apabila perusahaan membeli perusahaan lain, dimana perusahaan membayar
lebih besar dari kekayaan bersih yang bisa diidentifikasi atas perusahaan yang dibelinya.
Pengukuran Goodwill
Bagaimana mengukur goodwill ? Begitu banyak metode yang dipakai dalam menentukan goodwill, dimana masing-masing metode masih
mengalami pro dan kontra, yang pada akhirnya membuat goodwill sungguh menjadi materi akuntansi yang sulit untuk dipahami. Saya tidak akan
mengajak anda berpusing-pusing, atau membuat anda bingung. Artikel ini dimaksudkan untuk dapat mehamai akuntansi dengan cara yang mudah
dan dapat diaplikasikan. Dengan pemahaman sederhana ini, anda yang tidak memiliki background accountingpun saya yakin pasti bisa
memahaminya.
PT. Royal Bali Cemerlang, adalah perusahaan exporter kerang mutiara. Karena meningkatknya order atas kerang mutiara, PT Royal Bali
Cemerlang mengalami kesulitan supply, satu-satunya supplier kerang mutiara terbesar dari Jayapura, yaitu PT. Jarang Untung, secara terus
menerus melakukan kenaikan harga atas supply-nya. Dominasi PT. Jarang Untung atas supply kerang mutiara menjadi kesulitan tersendiri bagi
PT. Royal Bali. Berdasarkan hasil rapat pemegang saham tanggal 31 Januari 2007 PT. Royal Bali Cemerlang memutuskan untuk membeli PT.
Jarang Untung seharga Rp 6,000,000 secara tunai. Sebelum pembelian dilakukan neraca masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut :
NERACA PT. JARANG UNTUNG, Per 31 januari 2007
NERACA PT. ROYAL BALI CEMERLANG, Per 31 Januari 2007
Pertanyaan-nya :
Merujuk batasan pengakuan atas goodwill diatas, dimana goodwill merupakan selisih antara Harga beli dengan Nilai kekayaan bersih (net asset)
yang dapat diidentifikasi atas perusahaan yang dibeli, maka besarnya goodwill dapat kita tentukan :
Selanjutnya, kita akan memperoleh “NERACA GABUNGAN” setelah merger dilakukan, akan nampak sebagai berikut :
Amortisasi Goodwill
Di Indonesia, Goodwill diamortisasi selama 5 (lima) tahun. Adapun metode amortisasi yang dipakai adalah Metode Garis Lurus (straight Line
Method). Maka JADWAL PENYUSUTAN nya dapat kita buat sebagai berikut :
31 Desember 2007 :
(Debit) Amortisasi Goodwill = 45,833
(Credit) Akumulasi Amortisasi Goodwill = 45,833
dan seterusnya.
Catatan : Pada neraca, akumulasi amortisasi goodwill dan intangible asset lainnya, biasanya tidak dicantumkan, melainkan hanya dicantumkan
sebesar nilai bukunya (nilai perolehan dikurangi akumulasi amortisasinya) saja.
Bagaimana jika sebelum tahun 2012, kerang mutiara di Perairan Arapura sudah tidak ada lagi. Sehingga manajemen PT. Royal Bali Cemerlang
menggap bahwa dominasi PT. Jarang Untung dalam supply kerang mutiara sudah tidak memberi nilai manfaat lebih lagi ?. Dalam kondisi seperti
demikian, perusahaan boleh sajamenghapuskan (melakukan write-off) Sisa Nilai Buku Goodwill tersebut secara sekaligus, dengan jurnal :
Penurunan (writte-down Goodwill)
Writte-down dilakukan apabila kontribusi manfaat yang ditimbulkan oleh Goodwill yang sudah diakui mulai menurun. Jurnal writte-down atas
Goodwill sama saja dengan writte-off, hanya saja yang dijurnal hanya sebesar penurunan nilainya saja, tidak seluruhnya.
Catatan : writte-off maupun writte-down dilakukan setelah dilakukan revaluasi oleh badan appraisal independent tentunya. Dari hasil
rekomendasi appraisal tersebutlah besarnya nilai goodwill yang perlu di writte-off dapat ditentukan.
Tips : Bagi perusahaan yang mengakui adanya goodwill, sebaiknya melakukan pengujian atas nilai goodwill secara berkala tentunya melalui
appraisal independent, sehingga dapat diketahui nilai yang appropriate atas goodwill yang sudah diakui. Hal ini penting, mengingat goodwill
yang kita akui nilainya sungguh sulit untuk kita identifikasi, sungguh-sungguh abstract. Writte Kita berkaca dari kasus
merger AOL dengan Times Warner, mereka terpaksa harus mengkui bahwa Goodwill yang dibayar oleh para investornya terlalu tinggi,
sehingga AOL-Time Warner dengan terpaksa harus melaukan Write-off atas Goodwill-nya. Tentu permasalahannya tidak sesederhana jurnal
penghapusan goodwill itu sendiri, melainkan masalah pengambilan keputusan merger yang kurang akurat, dan kredibilitas organisasi yang
diragukan accuracy-nya.
Goodwill Negatif
Negative Goodwill adalah lawan dari Goodwill, entah kenapa ini lebih dikenal sebagai goodwill negative dibandingkan dengan BADWILL.
Goodwill negative terjadi apabila suatu perusahaan dibeli oleh perusahaan lain lebih rendah dari net asset-nya. Dengan contoh perhitungan dan
pengakuan goodwill di atas, saya yakin anda sudah bisa menghitung goodwill negative. Therefore, saya tidak perlu membahasnya lagi.
Sejak tahun 1970-an, sebenarnya amortisasi goodwill adalah sebuah kontroversi, antara dihapuskan dengan tidak dihapuskan. Pada tanggal01
Januari 2005, FASB mengeluarkan konsesi untuk tidak memperkenaankan melakukan amortisasi atas goodwill. Amortisasi Goodwill juga
dilarang olehInternational Accounting Standard (IAS). Goodwill hanya boleh diperlakukan dengan pendekatanImpairment.
Mengenai Goodwill negative maupun Impairment, mungkin next time kita bahas juga, tetapi tergantung banyak sedikitnya peminat saja. Dari
hasil analisa google analytic, sejauh ini saya jarang melihat ada search quiries mengenai Impairment Goodwill, tetapi jika ada yang berminat,
silahkan e-mail saya.