Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN ON THE JOB TRAINING

PEMBINAAN AHLI K3 SPESIALIS PENANGGULANGAN KEBAKARAN

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

PT ESSENCE INDONESIA

Disusun dalam Rangka Syarat Kelulusan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia

Tentang Calon Ahli K3 Spesialis Penanggulangan Kebakaran

DISUSUN OLEH,

Nama : Polma Erik Astrada

Perusahaan : PT. Essence Indonesia

2021

Penyelenggara : PT Upaya Riksa Patra

Jl. Pondasi No.50B Kampung Ambon, Jakarta Timur 13210

Telephone : (021) 471-5699, (021 4786-5925, (021) 4788-2387

Fax : (021) 4786-5925


HALAMAN
PENGESAHAN

Laporan On The Job Training Pembinaan Ahli K3 Spesialis Penanggulangan

Kebakaran.

Judul : SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PT ESSENCE

INDONESIA

Nama : POLMA ERIK ASTRADA

NIK : 0009247

Jabatan : EHS SUPERVISOR

Diketahui dan Disetujui :

Hari : Senin

Tanggal : 3 januari 2022

Perusaha
an,

PT Essence Indonesia

Nathanael Sugianto

President Director

KEMENTERIAN TENAGA KERJA RI


BAB I.
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan


memiliki beberapa dampak, salah satunya adalah peningkatan layanan dan
infrastruktur kesehatan. Dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan
dan infrastruktur kesehatan, muncul pula beragam resiko yang menghantui penyedia
layanan dan pengelola infrastruktur kesehatan, salah satu resiko tersebut adalah
bahaya kebakaran.
Pada sektor industri mengalami perkembangan yang pesat di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Seluruh perkembangan ini merupakan upaya
meningkatkan potensi pembangunan nasional demi terwujudnya kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat. Perubahan gaya hidup masyarakat dari hanya
bergantung pada sumber daya alam yang ad di sekitarnya, sekarang beralih ke
penggunaan alat-alat yang dibuat oleh manusia sendiri dengan konsumsi energi lebih
banyak.
Menurut PERMENAKER No. 03/MEN/1998 kecelakaan kerja adalah kejadian
yang tidak dikehendaki dan tidak diduga atau tiba-tiba yang dapat menimbulkan
korban manusia dana atau harta benda. Oleh sebab itu, perlu upaya pencegahan
dan penanggulangan terkait kebakaran perlu adanya di setiap tempat. Kebakaran di
industri merupakan salah satunya yang tidak hanya dapat menghilangkan harta
benda maupun nyawa, tetapi juga mengganggu keberlangsungan kegiatan
operasional sehingga mengganggu stabilitas dan kontinuitas kegiatan industri yang
pad aakhirnya menyebabkan semakin besarnya kerugian finansial yang ditanggung
oleh perusahaan.
Laporan tahun 2012 di Amerika angka kejadian kebakaran masih tinggi yakni
sebesar 1.375.000 kasus kebakaran yang mengakibatkan 2.855 penduduk
meninggal, 16.500 cidera dan kerugian properti kurang lebih sebesar $12.400.000
(National Fire Protection Association, 2013).
Untuk itu diperlukan seorang Ahli K3 Spesialis Penanggulangan Kebakaran
untuk melakukan pengawasan pelaksanaan K3 Penanggulangan Kebakaran di
tempat kerja sebagai perpanjangan tangan pengawas K3 Disnaker. Sebelum
mendapatkan penunjukan dari KEMENAKER RI, seorang calon Ahli K3
Penanggulangan Kebakaran wajib melakukan pembuatan Laporan OJT dan
Assessment Lapangan Pembinaan Ahli K3 Penanggulangan Kebakaran.
1.2. Tujuan Laporan OJT

Tujuan dibuatnya laporan OJT ini adalah untuk memastikan bahwa


pemasangan, penggunaan, pemeriksaan dan pengujian Sistem Proteksi Kebakaran
di PT Essence Indonesia, telah sesuai dengan peruntukkannya serta peraturan yang
berlaku.

1.3. Waktu dan Tempat Pemeriksaan

Tempat Pemeriksaan di Essence Indonesia yang beralamat di Jl. Harapan


V lot.KK-9A KIIC, Sirnabaya, Kec. Telukjambe Tim., Kabupaten Karawang, Jawa
Barat 41361 Waktu Pemeriksaan dilakukan sepanjang bulan Desember 2021 dengan
urutan yaitu Pemeriksaan dokumen legalitas dan hasil uji riksa, pemeriksaan sistem
proteksi aktif, dan pemeriksaan sistem proteksi pasif

1.4. Dasar Hukum dan Perundangan

Berikut adalah daftar peraturan dan perundangan yang terkait dengan


system proteksi kebakaran yaitu:

1. UUD 1945 pasal 27 ayat 2 : Tiap-tiap warga negara berhak atas


pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2. UU No.24 tahun 1969 tentang Pokok Ketenagakerjaan.
a. Pasal 9: Setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan dan kesehatannya.
b. Pasal 10: Pemerintah melaksanakan pembinaan Norma K3.
3. UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk :
a. Mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran. b. Mencegah, mengurangi bahaya
peledakan.
c. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
d. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
4. UU no.1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan dan Keselamatan Kerja

5. Per.04/Men/1980 Tentang Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan


Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No.Kep.186/Men/1999 Tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran Ditempat Kerja

7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor :


Per.02/Men/1983 Tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik

8. Instruksi Menteri Tenaga Kerja. Ins.11/M/BW/1997 tentang pengawasan


khusus k3 penaggulangan kebakaran

9. SNI 03-6574-2001 A.8.3.1 tentang penerangan dan petunjuk arah


evakuasi

10. PermenPU No 26/Prt/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem


Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan

11. SNI 03-1736-2000 Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung

12. SNI 03-1745-2000 tentang perencanaan dan pemasangan sistem pipa


tegak dan selang

13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep.187/Men/1999 Tentang


Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja

1.5. Profil Perusahaan

PT. International Paint Indonesia, didirikan pada tahun 1992. Bidang


usaha
Perusahaan meliputi pembuatan cat, pernis, enamel, dan produk terkait lainnya

Nama Gedung : PT. Essence Indonesia


Pemilik/Pengelola Bangunan : PT. Essence Indonesia
Alamat : Jl. Harapan V KIIC, Sirnabaya, Kec. Telukjambe
Tim., Kabupaten Karawang,
Jawa Barat 41361
Klasifikasi Potensi Bahaya : Sedang Tingkat II
Tinggi Bangunan : 10 m
Luas Bangunan = 20.925,00 m2
Luas Total = 57.925,00 m2
Penggunaan Bangunan : Industri Makanan dan Minuman
Konstruksi Bangunan : Kerangka : Beton Dinding : Tembok
Atap : Seng
Perizinan yang dimiliki : 3528/IMB/2015
Sumber Daya Listrik : PLN : 5190 KVA
Sistem Pasokan Daya Darurat : GENSET : 2 x 800 KVA
Jumlah Karyawan : 314 orang Wanita : 31 Pria : 283
Total Shift Kerja : 3 Shift
Photo Perusahaan
Layout Perusahaan

Gambar 1. Denah Wilayah Perusahan PT XYZ

Gambar 2. Pembagian Wilayah Berisiko PT XYZ


Pada proses produksinya terdapat beberapa aktifitas manual yang menyebabkan
pekerja terpajan secara langsung dengan bahan baku perisa makanan. Karakterisitik dari
bahan kimia yang diproses untuk produksi meliputi berbagai bahaya dari bahan kimia yaitu
bahan kimia iritasi, korosi, dan memberikan dampak terhadap kesehatan untuk karyawan.
Secara singkat, deskripsi proses produksi PT. X dapat diuraikan sesuai dengan gambar di
bawah ini dengan beberapa langkah yaitu,

Perencanaan Produksi Pesanan Pelanggan

Proses riset dan pengembangan

Pesanan Pelanggan

Tidak Tidak
Penerimaan Ditolak Penerimaan
material packaging
Ya Ya

Penyimpanan
Penyimpanan

Penimbangan

Mixing / Blender
Powder Cairan

Shifting Emulsi dan Homogenasi

Packaging

Pengiriman Barang Jadi

Gambar 5.1 Alur Proses Produksi PT X


BAB II. DASAR TEORI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

2.1 Sistem Proteksi Kebakaran


Menurut Permen PU No:26/PRT/M/2008, Sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana baik
yang terpasang maupun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem
proteksi pasif, sistem prteksi aktif, maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka
melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.Sistem proteksi
kebakaran digunakan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran sedini mungkin
dengan menggunakan peralatan yang digerakkan secara manual dan otomatis Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum telah mengatur didalamnya tentang sistem proteksi kebakaran
pada bangunan gedung diantaranya
2.1.1 Akses dan Pasokan Air
Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan memudahkan
operasi pemadaman, maka didalam lingkungan bangunan gedung harus tersedia jalan
lingkungan dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran,
disediakan jalur akses mobil pemadam kebakaran dan ditentukan jarak minimum antar
bangunan gedung. Jalan akses kedaraan pemadam kebakaran harus disediakan dan
dipelihara sesuai persyaratan Teknis yang telah diatur dalam peraturan yang meliputi
jalan kendalraan, jalan untuk pemadam kebakaran, jalan ke tempa parkir atau kombinasi
jalan-jalan tersebut.Lingkungan bangunan gedung harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga tersedia sumber air berupa hidran halaman, sumur kebakaran atau reservoir air
dan sebagainya yang memudahkan instansi pemadam kebakaran untuk
menggunakannya sehingga setiap rumah dan bangunan gedung dapat dijangkau oleh
pancaran air unit pemadam kebakaran dari jalan dilingkungannya.
2.1.2 Sarana Penyelamatan
Sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun petugas
pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta benda bila
terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan.Setiap bangunan gedung
harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat digunakan oleh penghuni
bangunan gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri
dengan aman tanp terhambat hal-hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat.

2.1.3 Sistem Proteksi Pasif


Sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan
penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan
bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap
bukaan. Sistem proteksi pasif merupakan sarana, sistem atau rancangan yang menjadi
bagian dari sistem sehingga tidak perlu digerakkan secara aktif. (Kurniawati E.,2012)
Komponen Sistem Proteksi Pasif menurut (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
26/PRT/M/2008) antara lain: Pasangan konstruksi tahan api, pintu dan jendela tahan api,
bahan pelapis interior, penghalang api, partisi penghalang asap, penghalang asap, atrium
2.1.4 Sistem Proteksi Aktif
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara
lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem
pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran,
serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam
khusus.
2.1.5 Utilitas Bangunan Gedung
Pasokan daya listrik dari sumber utama (primer) dan darurat harus memenuhi
ketentuan teknis yang berlaku dan digunakan antara lain untuk mengoperasikan peralatan
sebagai berikut: pencahayaan darurat, sarana komunikasi darurat, lif kebakaran, sistem
deteksi dan alarm kebakaran, sistem pipa tegak dan slang kebakaran, sistem springkler
kebakaran otomatis, sistem pengendalian asap, pintu tahan api otomatis, ruang
pengendali kebakaran. Daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan sistem daya listrik
darurat diperoleh sekurang-kurangnya dari dua sumber tenagai listrik berikut : PLN, atau
sumber daya listrik darurat berupa: Batere, Generator dan lain-lain. Sumber daya listrik
darurat harus direncanakan dapat bekerja secara otomatis apabila sumber daya listrik
utama tidak bekerja dan harus dapat bekerja setiap saat.Bangunan gedung atau ruangan
yang sumber daya listrik utamanya dari PLN harus dilengkapi juga dengan generator
sebagai sumber daya listrik darurat dan penempatannya harus memenuhi TKA yang
berlaku. Semua kabel distribusi yang melayani sumber daya listrik darurat harus
memenuhi kabel dengan Tingkat Ketahanan Api (TKA) selama 1 jam.
Klasifikasi tingkat bahaya kebakaran berdasarkan Permenaker 186 tahun 1999,
terdiri yaitu Tingkat risiko bahaya kebakaran ringan; Tempat kerja yang mempunyai
jumlah dan kemudahan terbakar rendah, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan
panas rendah, sehingga menjalarnya api lambat. Tingkat risiko bahaya kebakaran ringan
sedang I; Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,
menimbun bahan dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter, dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. Tingkat risiko bahaya
kebakaran ringan sedang II; Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar sedang, menimbun bahan dengan tinggi lebih dari 4 meter, dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. Tingkat risiko
bahaya kebakaran ringan sedang III; Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan
kemudahan terbakar tinggi, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi,
sehingga menjalarnya api cepat. Tingkat risiko bahaya kebakaran berat; Tempat kerja
yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menyimpan bahan cair, serat
atau bahan lainnya dan apabila terjadi kebakaran apinya cepat membesar dengan
melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat.
2.1.6 Alat Pemadam Api Ringan

APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah Alat pemadaman yang bisa dibawa
/ dijinjing dan gunakan / dioperasikan oleh satu orang dan berdiri sendiri, mempunyai
berat antara 0,5kg sampai dengan 16 kg Apar merupakan alat pemadam api yang
pemakaiannya dilakukan secara manual dan diarahkan dengan cara menyapu dari titik
terluar menuju titik terdalam dimana api berada. Apar dikenal sebagai alat pemadam api
portable yang mudah dibawa, cepat dan tepat di dalam penggunaan untuk awal
kebakaran, selain itu karena bentuknya yang portable dan ringan sehingga mudah
mendekati daerah kebakaran. Dikarenakan fungsinya untuk penanganan dini, peletakan
APAR-pun harus ditempatkan di tempat-tempat tertentu dan mudah terlihat sehingga
memudahkan didalam penggunaannya.

Fungsi / kegunaan APAR:

· Untuk mencegah dan memadamkan kebakaran yang masih kecil.

Pemasangan dan penempatan APAR:

· Setiap APAR dipasang pada posisi yang mudah dilihat dan dijangkau dan tidak
boleh terhalangi benda apa pun.
· Pemasangan APAR harus sesuai dengan jenis benda / tempat yang dilindungi
· Setiap APAR harus dipasang menggantung dan terlindung
· Pemasangan APAR dengan ketinggian max. 1,2 mtr
· Pemasangan APAR tidak boleh diruangan yang mempunyai suhu lebih dari 49º C
dan di bawah 4º C

Persyaratan Teknis APAR :


· Tabung harus dalam keadaan baik ( tidak berkarat )

· Dilengkapi dengan etiket cara – cara penggunaan yang memuat urutan singkat
dan jelas tentang cara penggunaannya
· Segel harus dalam keadaan baik

· Tidak ada kebocoran pada membran tabung gas tekanan tinggi ( Cartridge )

· Slang harus dalam keadaan baik, tidak boleh ada retakan dan tahan tekanan tinggi
· APAR jenis busa / foam, tabung dalamnya tidak bocor serta lubang
pengeluaran tidak tersumbat
· Bahan baku pemadaman harus selalu dalam keadaan baik
· Tutup tabung harus baik dan tertutup rapat
· Warna tabung harus mudah dilihat sesuai dengan jenis APAR

Jenis APAR:

· Jenis Air (Water).

APAR jenis air terdapat dalam bentuk stored pressure type (tersimpan bertekanan)
dan gas cartridge type (tabung gas). Sangat baik digunakan untuk pemadaman
kebakaran kelas A.

· Jenis Busa (Foam).

Jenis busa adalah bahan pemadam api yang efektif untuk kebakaran dengan
material utama minyak. Biasanya digunakan dari bahan tepung aluminium sulfat dan
natrium bicarbonat yang keduanya dilarutkan dalam air. Hasilnya adalah busa yang
volumenya mencapai 10 kali lipat. Pemadaman api oleh busa merupakan sistem
isolasi, yaitu untuk mencegah oksigen untuk tidak ikut dalam reaksi rantai kimia.

· Jenis Tepung Kimia Kering (Dry Chemical Powder).

Jenis ini efektif untuk kebakaran kelas B dan C dan juga bisa kelas A. Tepung serbuk
kimia kering berisi dua macam bahan kimia, yaitu Sodium Bicarboanat & Natrium
Bicarbonat, Gas nitrogen sebagai pendorong. Khusus untuk pemadaman kelas D
(logam) seperti Magnesium, Titanium, Zarcanium, dan lain-lain digunakan metal-dry
powder yaitu campuran Sodium, Potasium, dan Barium Chloride.

· Jenis Halon.
APAR jenis ini efektif untuk menanggulangi kebakaran jenis cairan yang mudah
terbakar dan peralatan listrik bertegangan (kebakaran kelas B dan C). Bahan
pemadaman api gas Halon biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia seperti chlorine,
flourine, bromide dan iodine.

· Jenis CO2.

Bahan pemadam jenis CO2 efektif untuk memadamkan kebakaran kelas B (minyak)
dan C (listrik). Berfungsi untuk mengurangi kadar oksigen dan efektif untuk
memadamkan kebakaran yang terjadi di dalam ruangan (indoor). Pemadaman
dengan gas arang ini dapat mengurangi kadar oksigen sampai dibawah 12%.

2.1.7 Hidran

Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air,


secara sistemnya tidak berbeda dengan sistem pompa air yang ada dirumah, dimana
terdiri atas:

· Tempat penyimpanan air (Reservoir)


Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan digunakan dalam
proses pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tanki
ataupun beberapa tangki yang terhubung satu dengan yang lainnya. Reservoir ini
bisa berada di atas tanah maupun dalam tanah. Untuk bisa memadamkan api
saat terjadi kebakaran maka diperlukan air dalam jumlah tertentu. Aturan yang
umum digunakan adalah standard Amerika NFPA (NFPA13) dan Eropa EN.
Ukuran yang digunakan adalah pendekatan kerapatan atau yang disebut
density. Ruangan-ruangan yang akan dilindungi dikelompokkan berdasar nilai
bahaya (hazard). Berdasarkan NFPA dikelompokkan menjadi area bahanya
ringan (ligh hazard), bahaya biasa grup 1 (ordinary hazard group 1), bahaya
biasa grup 2 (ordinary hazard group 2), bahanya tambahan grup 1 (extra hazard
group 1) atau bahaya tambahan grup 2 (extra hazard group 2). Area bahanya
ringan kerapatan yang harus dipenuhi adalah 0,38 Liter/menit per 0.093m2.

Dengan perhitungan di atas maka kadang harus dibuatkan tampungan air


(water tank / reservoir). Namun jika sumber air yang disediakan mencukupi juga
bisa digunakan. Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang
dihubungan dengan sumber air yang dapat diandalkan misalnya dengan air
tanah, air sungai, dll.
· Sistem distribusi
Untuk mendukung proses dan sistem kerja hydrant, diperlukan sistem distribusi
yang menggunakan pipa untuk menghubungkan sumber air hingga ke titik selang
hydrant. Dalam perancangan jaringan pipa hydrant, yang terbaik adalah
menggunakan system jaringan interkoneksi tertutup contohnya sistem ring atau
O. Sistem ini memberikan beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai
berikut:
1. Air tetap dapat didistribusikan ke titik hydrant walaupun salah satu
area pipa mengalami kerusakan.
2. Semburan air hydrant lebih stabil, meskipun seluruh titik hydrant
dibuka.

Sistem pipa utama (primary feeders) dari hydarant biasanya berukuran 12-16
inch. Pipa sambungan ke dua (secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 inch.
Sedangkan untuk cabang pipa biasanya berukuran 4.5-6 inch. Pada ujung
pipa hydrant tersambung dengan pilar hydrant. Disamping pilar hydrant terpasang
box yang digunakan untuk menyimpan selang hydrant (hose). Selang ini terbuat
dari bahan kanvas yang panjangnya berkisar 20-30 meter.Untuk mendukung
supply air hydrant, dibuatlah suatu sambungan pipa yang berinterkoneksi dengan
sistem pipa hydrant yang disebut sambungan Siamese. Sambungan ini terdiri
dari satu / dua sambungan pipa yang fungsinya adalah untuk memberikan
supply air tambahan pada sistem hydrant. Sambungan ini sangat berguna bagi
petugas pemadam kebakaran untuk memberikan supply air tambahan
melalui mobil pemadam kebakaran atau sistem pilar hydrant umum.

· Sistem pompa hydrant


Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit
pompa. Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat
menghidupkan serta mematikan keseluruhan system dan juga untuk
mengetahui status dan kondisi pompa. Motor penggerak pompa merupakan
sistem mekanik elektrik yang mengaktifkan pompa untuk menyedot dan
menyemburkan air.Unit pompa untuk hydrant biasanya terdiri dari:
o Pompa Generator (diesel) : Digunakan sebagai sumber tenaga
cadangan pada saat listrik mati
o Pompa Utama: Digunakan sebagai penggerak utama untuk menyedot air
dari sumber ke titik hydrant
o Pompa Jockey: Digunakan untuk mempertahankan tekanan air pada
sistem hydrant

2.1.8 Sprinkler

Sistem pemadaman Api Sprinkler adalah sistem pamadam yang terdiri dari sistem
suplai air dengan tekanan yang memadai, serta mengalir melewati sistem pemipaan yang
tersambung ke kepala sprinkler. Sistem pemadaman ini yang paling banyak digunakaan
sebagai media pemadaman.
Komponen-komponen dari sistem sprinkler adalah sebagai berikut :

a. Sumber Air : dapat sama dengan sumber air yang digunakan oleh system
hidran
b. Pompa : adalah system pompa yang sama yang digunakan hidran
c. Pemipaan : Sistem menyambungkan dari sumber air menuju pompa-
pompa, selanjutnya menuju area-area yang dilindungi. Meliputi juga kran-kran
(valve) yang jenis dan jumlahnya banyak sekali diantaraya.
i. Jenis-jenis pipa diantaranya : pipa header atas, pipa header
bawah, pipa main line dan pipa branch.
ii. Jenis-jenis kran diantanya : incentric valve, concentric valve,
drain valve, butterfly valve, ball valve dan lain-lain.
d. Kepala Sprinkler: Kepala sprinkler ini bisa disebut sebagai kran air yang akan
membuka otomatis jika ada api. Terdapat tabung air raksa yang akan pecah
sesuai dengan suhu tertentu. Perbedaan dari masing-masing pengaturan
suhu menggunakan warna seperti berikut ini :
i. 57° C : warna Orange
ii. 68° C : warna Merah
iii. 79° C : warna Kuning
iv. 93° C : warna Hijau
v. 141° C : warna Biru
vi. 182° C : warna Purple
vii. 227° C : warna Hitam
viii. 260° C : warna Hitam

Sistem Pemadaman Api Sprinkler. Ketika terjadi kebakaran, maka suhu udara
akan meningkat. Jika sudah mencapai 68 derajat celcius, maka air raksa yang
mengganjal ampul (penutup srinkler) akan pecah.
Dengan terbukanya katup atau ampul, maka tekanan pada pipa akan
menurun secara drastis, dan kondisi ini membuat katub pengatur air mengalirkan air ke
dalam pipa secara cepat menuju nozzle sprinkler yang terbuka. Dan jika kebakaran
semakin besar maka nozzle srinkler yang lainnya juga akan ikut terbuka dan
menyemprotkan air untuk memadamkan api

Secara simultan juga mengirimkan sinyal alarm pada alarm bell. Sementara
volume air di bejana tekanan tinggi berkurang, maka akan mengaktifkan pompa
diesel untuk semakin menambah jumlah air yang diambil dari tempat penampungan air
(Reservoir) atau dari sumber air bawah tanah. Pompa jocky juga bekerja untuk menjaga
tekanan air tetap konstan.

Kondisi akan berlangsung secara terus-menerus hingga hingga kita mematikan


atau mereset sistem yang sedang berjalan.

2.1.1.4. Detektor (Alarm System)

Pendeteksi kebakaran atau detektor kebakaran adalah alat yang


berfungsi mendeteksi secara dini kebakaran, agar kebakaran yang terjadi tidak
berkembang menjadi lebih besar. Dengan terdeteksinya kebakaran, maka upaya untuk
mematikan api dapat segera dilakukan, sehingga dapat meminimalisasi kerugian sejak
awal.
Jika dianalogikan detektor kebakaran adalah alat bantu seperti pancaindra
kita. Untuk merasakan bau kita memiliki hidung, kalau untuk merasakan adanya
kebakaran digunakanlah detektor kebakaran. Deteksi kebakaran dilakukan pada
kemunculan asap, kemunculan panas, dan adanya kobaran api.

Berikut adalah jenis-jenis dektektor kebakaran:

1. Smoke Detector 2 Wire

Alat ini memiliki sistem kerja 2 kabel, sensor ini dapat diintegrasikan dengan
fire alarm panel. Sensor ini menggunakan teknologi photoelectric sehingga
meningkatkan akurasi dan meminimumkan terjadinya false alarm. Produk
ini didesain dengan stainless steel inner housing dan sensor head yang tahan
lama. Smoke Detector ini dapat ditempatkan pada berbagai ruang yang
membutuhkan deteksi asap sebagai sebagai peringatan awal.
2. Smoke Detector 4 Wire

Alat ini menggunakan sistem kerja 4 kabel dan dapat dengan mudah
diintegrasikan dengan berbagai jenis (security) alarm panel ataupun
automation panel. Smoke detector ini menggunakan Photoelectric untuk
meminimumkan terjadinya false alarm. Produk ini didesain dengan stainless
steel inner housing dan sensor head yang tahan lama. Smoke Detector ini
dapat ditempatkan pada berbagai ruang yang membutuhkan deteksi asap
sebagai sebagai peringatan awal.

3. Smoke Detector Multi

Yaitu alat pendeteksi asap yang dapat bekerja dengan sistem 4 kabel
ataupun 2 kabel, hal ini memungkinkan sensor ini untuk diintegrasikan
dengan Security Alarm dan juga Conventional Fire Alarm. Produk ini didesain
untuk dapat mendeteksi adanya kepulan asap dengan tepat dan bekerja
stabil untuk jangka waktu lama. Smoke detector ini dapat ditempatkan pada
berbagai ruang yang membutuhkan proteksi sensor asap.

4. Stand alone Smoke Detector

Yaitu sensor deteksi asap yang berdiri sendiri tanpa memerlukan koneksi
ke panel controller. Smoke Detector ini dapat dengan mudah ditempatkan
dan dioperasikan pada berbagai ruang. Detektor ini menggunakan baterai
sebagai sumber energi dengan led indicator bila baterai lemah. Pada saat
mendeteksi kepulan asap detektor ini akan membunyikan sirene dengan
intensitas 85 decibel.
2.1.9. Sistem Proteksi Pasif

Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk
atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur
bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat
ketahanan terhadap api,serta perlindungan terhadap bukaan.

Sistem proteksi pasif dapat memberikan alternatif yang efektif terhadap sistem proteksi
aktif untuk melindungi fasilitas dari kebakaran. Sistem proteksi pasif ini tidak perlu
dioperasikan oleh manusia dan tidak juga berubah bentuk baik dalam keadaan normal
ataupun dalam kebakaran.

Menurut Health and Safety Executive Inggris, sistem proteksi pasif umumnya terdiri dari
pelapisan material tahan api kepada permukaan tembok, mesin, atau bagian lain. Sistem
ini sering digunakan ketika air atau proteksi aktif tidak mencukupi seperti pada area yang
terpencil atau ketika ada kesulitan untuk menangani limpasan air dari hasil pemadaman
kebakaran.

Tembok api (fire walls) adalah bentuk lain dari perlindungan kebakaran pasif yang
digunakan untuk mencegah penyebaran api dan pajanan api kepada peralatan sekitar.
Sistem proteksi pasif ini biasanya hanya efektif dalam jangka waktu 1-2 jam.

Beberapa contoh sistem proteksi pasif menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 26 Tahun 2008 adalah:

• Pintu dan jendela tahan api, yaitu pintu dan jendela yang berfungsi untuk
menahan kebakaran

• Bahan pelapis interior, yatiu pelapis yang meningkatkan kemampuan


permukaan yang dilapis untuk menahan api

• Penghalang api, yaitu penghalang yang digunakan untuk membentuk


ruangan tertutup, pemisah ruangan atau proteksi sesuai persyaratan teknis dan
memiliki ketahanan api dari 30 menit hingga 3 jam

• Partisi penghalang asap, yaitu alat yang berfungsi untuk membagi-bagi


ruangan dalam rangka membatasi gerakan asap
· Titik Kumpul (Assembly Point)

Sesuai Permen PUPR No.14 Tahun 2017 Tentang Persyaratan Kemudahan


Bangunan Gedung, Paragraf 3, Pasal 24 ayat (1), setiap bangunan gedung
kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana harus menyediakan
sarana evakuasi yang meliputi akses eksit, eksit, eksit pelepasan, dan sarana
pendukung evakuasi lainnya.

Sementara Pasal 28 ayat (1) huruf e, menyebutkan, sarana pendukung


lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf d terdiri atas titik
berkumpul. Perancangan dan penyediaan titik berkumpul harus diidentifikasi
dengan jelas, diberi tanda, dan mudah terlihat.
BAB III. HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN

3.1 Perhitungan Jumlah APAR

Menghitung kebutuhan APAR sebenarnya sudah ditetapkan oleh National Fire


Protection Association (NFPA) dan Peraturan dari Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam
Api Ringan. APAR (Alat Pemadam Api Ringan). Menurut Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Transmigrasi No.: PER 04/MEN/1980, ketentuanketentuan pemasangan APAR
satu dengan yang lainnya tidak boleh melebihi 15 meter (dengan kata lain jarak antar
APAR 15 meter). Sehingga didapatkan cara menghitung jumlah APAR. Jumlah
kebutuhan APAR untuk Gudang Minyak Pelumas akan dihitung menggunakan rumus :

Berdasarkan perhitungan ini, 119-unit APAR yang harus tersedia untuk memenuhi
persyaratan pada PERMEN 04/1980
Secara data ril perusahaan, perusahaan memiliki 129 total APAR terpasang dan telah
memenuhi persyaratan.
3.2 Kebutuhan pipa tegak Pipa Tegak

Secara data ril perusahaan, perusahaan memiliki 70 total pipa tegak terpasang dan
telah memenuhi persyaratan.

Untuk mengcover 60 menit, reservoir hydrant harus berkapasitas 570 m3, artinya
perusahaan perlu menambah kapasitas reservoir 60 m3

3.3 Hasil Pemeriksaan dan Pengujian oleh PJK3

PT Essence Indonesia telah melakukan riksa uji secara regular yang


dilakukan PJK3, proteksi kebakarannya yaitu:

1. Instalasi Pemadam Kebakaran (Hydrant)


2. Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis
3. Instalasi Penyalur Petir

Hasil riksa uji terhadap seluruh peralatan tersebut dinyatakan telah memenuhi
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang di sahkan oleh UPTD
Pengawasan Ketenaga Kerjaan Wilayah II, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Pemprov Jawa Barat.
Perusahaan memiliki beberapa tangki yang di tempatkan di luar area gedung

dengan dimensi tangki yaitu tinggi tangki 4(empat) meter, diameter tangki 4(empat)

meter dengan kapasitas tangki maksimum sebesar 50 liter. Tangki-tangki tersebut

secara spesifik berisikan material antara lain etanol, tracetin, neobee, palm oil dan

4 tangki lainnya sebagai cadangan. Tangki penyimpanan menyuplai sejumlah

material yang diperlukan ke area produksi dengan sistem transferring unto diproses

dengan jumlah yang diperlukan oleh tim produksi.


Proteksi Kebakaran Area Outdoor Tank Farm
Installasi Alarm dengan jenis Addressable Flame Detector, Addressable Heat Detector, Horn
speaker (Flame Proof), Flashlight (Flame Proof), Manual Call Point (Weatherproof)

Denah Alarm Outdoor Tankfarm

Sprinkler foam yang terkoneksi secara system pada heat dan flame detector di
dalam tangki dengan spesifikasi foam Ansulite ARC 6% AR-AFFF Instalasi fire hydrant
terdiri atas reservoir, jockey pump, hydrant pillar, hydrant box, dan beragam komponen
lain. Pemasangannya membutuhkan analisis hidraulik dan pengaturan jalur perpipaan
oleh teknisi ahli. Kontraktor hydrant akan mempertimbangkan sedikitnya tiga hal berikut
ini dalam proses instalasi:

Penempatan hydrant di lokasi yang akan mudah dilihat dan dijangkau oleh tim
damkar, tetapi tidak menghalangi aktivitas lingkungan sekitar.Eksistensi pipa pengalir
air yang mampu menjangkau semua area. Akses khusus bagi jalur pipa yang terpisah
dari jaringan air lain agar aliran air tidak terhambat pada saat-saat kritis.

Sistem fire hydrant juga membutuhkan perawatan rutin (maintenance) guna


memastikan semua komponen tetap dapat beroperasi optimal. Tipe hydrant tertentu
membutuhkan maintenance dua kali setahun, tetapi umumnya memerlukan inspeksi
setahun sekali . Semua ini ditujukan agar sistem fire hydrant benar-benar mampu
memadamkan api berskala besar yang telah gagal dikendalikan oleh APAR maupun
APAB.
PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT PROTEKSI KEBAKARAN

Hydrant

APAR
Hose reel

DESIGN DAN PROTEKSI TANGKI DAN PROSESNYA

MODEL KEBAKARAN
Skenario Tangki terisi 40.000 Liter Etanol. Kebocoran tangki dengan kebocoran garis
sepanjang 15 cm dengan lebar 2 cm. Letak kebocoran 80 cm dari dasar permukaan
tangk. Dikarena adanya static yang disebabkan oleh kendaraan unloading sehingga
menyebabkan kejadian kebakaran
4
1
1
0
8
m
2
m

Boiling Liquid Expanding Vapor Explosion (BLEVE) MODEL


BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan :

• PT. Essence Indonesia telah mengaplikasikan Sistem Proteksi Kebakaran


Aktif dan Sistem Proteksi Kebakaran Pasif. Semua system beroperasi dengan
baik dan juga sudah dilakukan aktifitas pengecekan dan perawatan berkala
sehingga terjaga performanya.
• Detektor Asap dan Detektor Panas berfungsi dengan baik, namun jumlahnya
dengan luasan area yang dicover belum sesuai dengan standart SNI 03-
3985-2000 dan NFPA 72.
• Sistem Alarm Kebakaran berfungsi dengan baik saat dilakukan pengetesan
20% pada semua zona detektor. Sudah sesuai dengan Permenaker No. 2
Tahun 1983.
• Alat Pemadam Api terkontrol pemeriksaan oleh tim ERT, namun jumlahnya
dengan luasan area yang dicover belum sesuai dengan NFPA 10.
• Sistem Hydrant terkontrol dengan baik dan jumlahnya dengan luasan area
yang dicovernya sudah sesuai dengan SNI 03-1745-2000 dan NFPA 14.
• Sistem Proteksi Kebakaran Pasif yang meliputi Kompartemenisasi, Jalur
Evakuasi, Lampu Darurat, Pintu Darurat dan Titik Kumpul sudah terkonfirmasi
berfungsi dengan baik dan sudah sesuai dengan SNI 03-1736-2000.

4.2. Saran

• Perlunya penambahan reservoir sesuai dengan kebutuhan hidran

• Pastikan segala proses berkaitan dengan cairan mudah terbakar terhindar

Anda mungkin juga menyukai