Anda di halaman 1dari 6

Tugas 2 Filsafat Sastra

Andre Christoga Pramaditya (2006570006)

Analisa Fenomenologi Pemberian dalam Cerita Si Separoh Mencari Tuhan karya


Dr. (H.C.) Ajip Rosidi

Artikel ini meneliti Fenomenologi Pemberian yang dibangun oleh Jean-


Luc Marion sebagai alat analisa dalam Cerita Si Separoh Mencari Tuhan
oleh Ajip Rosidi. Perjalanan Separoh dalam mencari Tuhan dipandang
sebagai metode pencarian kebenaran, di mana ia melalui pencarian spiri-
tualnya dan mengetahui bahwa ia telah dipersengketakan oleh manusia.
Pencarian Separoh dianggap sebagai contoh semangat untuk berjuang dan
menemukan jawaban atas permasalahan hidup. Artikel ini menunjukkan
bahwa konsepos Fenomenologi Pemberian dapat diterapkan dalam anali-
sis dalam cerita dan berfokus pada aspek menghargai sesama manusia dan
pemilihan yang tepat untuk jalan hidup.

1 Ringkasan Cerita
Cerita tersebut menceritakan seorang tokoh yang bernama Separoh yang nasib begi-
tu mengenaskan diperlakukan tidak adil oleh sesama manusianya dikarenakan dirinya
hanya memiliki tubuhnya separuh, dia hanya punya satu kaki, satu tangan, setengah
kepala dan setengah badan. Separoh berkelana kesana kemari menuntut keadilan atas
tubuhnya, ia mencari-cari siapa yang sekiranya berkuasa dan bertanggung jawab atas
diciptakan dirinya yang begitu tidak sempurna. Perkelanaannya dimulai dengan dia da-
tang menemui Sang Matahari, Sang Mendung, Sang Angin, Sang Gunung, Sang Lan-
dak dan Sang Anjing. Dari keenam sosok tersebut menolak untuk dirinya bertanggung
jawab atas nasib Separoh lantaran masih ada yang lebih “berkuasa” atas dirinya.
Separoh berkelana terus menerus hingga pada akhirnya ia bertemu beberapa sosok
manusia untuk yang memberikan ia jawaban siapa bertanggung jawab atas nasibnya,
yaitu lah Tuhan. Ketika dia akhirnya bertemu manusia disaat itu lah perjalanannya

1
mencari Tuhan dimulai. Sang Separoh bertemu Tuan Haji, Sang Pencuri dan Orang
Gila Penebang Bambu. Ketiga sosok tersebut merupakan perwujudan simbol bagi ke-
hidupan manusia itu sendiri. Tuan Haji dengan betapa taatnya ia beribadah sepanjang
hari sampai-sampai batu datar yang ia sujud menjadi licin karena seringkali ia beriba-
dah. Sepanjang Separoh bercengkrama dengan Tuan Haji, lalu Tuan Haji menitipkan
pesan ke Separuh seraya Separoh mencari-cari Tuhan, Tuan Haji menitipkan apakah
ada Surga yang disediakan untuk sebagai imbalan ketaatan dia beribadah. Perjalanan
berlanjut, Separoh bertemu Sang Pencuri, Sang Pencuri menangis terus menerus me-
nyesali perbuatan sepanjang hidupnya yang penuh dosa. Sepanjang tangisnya ia ingin
berserah diri kepada Tuhan, berserah nasibnya di akhirat kelak. Sang Pencuri lalu me-
nitipkan pesan ke Separoh untuk disampaikan ke Tuhan berupa taubat, penyesalan dan
pertanyaan bahwa apakah dirinya akan dimasukkan ke neraka atas dosanya. Setelah
dia berpamitan dari Pencuri, ditemukan lah Orang Gila yang begitu kerja keras mene-
bangi pohon bambu tanpa henti. Sang Orang Gila menyadari keberadaan Separoh dan
kesal karena diperhatikan oleh Separoh, lalu Orang Gila mengancam Separoh untuk
pergi meninggalkannya dengan menghunuskan golok ke Separoh. Tak lama kemudian,
Separoh segera pergi meinggalkan orang Gila tersebut.
Pada perjalanan yang masih begitu panjang, Separoh mengalami kehausan dan ke-
panasan sehingga dia hendak ingin memakan buah delima di depannya yang tampak
begitu segar. Ketika ia ingin memetik satu buah delima yang dihampirinya, tak la-
ma berselang, para buah delima tersebut berbicara ke Separoh untuk meminta dimakan
juga. Tentu ini membuat Separoh menjadi kebingungan, sehingga ia mengurungkan
niatnya untuk memakan buah Delima tesebut. Berlanjut Separoh berjalan hingga ia
melihat tiga kolam ikan yang berderet. Dari ujung kolam kanan dan ujung kolam kiri
tersebut berisikan banyak ikan dan air yang melimpah ruah, ikan-ikan tersebut bertu-
kar tempat dengan cara melompat ke kolam dari kanan ke kiri dan sebaliknya. Namun
hanya satu kolam yang sangat kering dan tidak berisikan satu ikan sekalipun. Sepa-
roh tampak kebingungan melihat fenomena tersebut tetapi ia memutuskan untuk tidak
menghiraukannya. Ia tetap bersungguh mencari keberadaan Tuhan. Berkat kegigih-
an dan tekadnya. Separoh akhirnya bertemu dengan Tuhan. Sebelum menyampaikan
perasaannya yang ingin segera mendapatkan keadilan. Separoh bercerita tentang kebi-
ngungannya dari berbagai hal yang ia temukan sepanjang perjalanan. Tak lupa, Separoh
menyampaikan pertanyaan dan pesan dari Tuan Haji dan Sang Pencuri.
Tuhan memberitahu Separoh bahwa tiga kolam ikan yang ditemukannya adalah
simbol kehidupan sosial manusia, di mana orang kaya membantu sesama tanpa berbagi
dengan orang miskin, sehingga air dan ikan di kolam kanan dan kiri selalu terisi penuh,
sedangkan kolam di tengah kosong dan kering. Selanjutnya, buah delima yang saling
bersaing untuk dimakan oleh Separoh mewakili kehidupan manusia yang saling men-
jatuhkan satu sama lain demi kekuasaan. Tuhan juga menjelaskan bahwa Orang Gila
Penebang Bambu adalah contoh manusia yang hanya hidup untuk obsesi dan egoisme
duniawi yang sia-sia. Jawaban Tuhan untuk pertanyaan sang Pencuri adalah bahwa

2
sang Pencuri akan mendapatkan surga karena dia bertaubat, sementara Tuan Haji ak-
an ditempatkan di neraka jahanam karena kemunafikannya dalam beribadah. Setelah
menjawab pertanyaan Separoh, Tuhan memberi izin kepadanya untuk memiliki tubuh
yang lengkap dan menyuruhnya pulang ke dunia melalui jembatan kecil. Sebelumnya,
Tuhan memperingatkan Separoh agar tidak menengok ke kanan atau kiri. Separoh ber-
hasil melewati godaan di sekitar jembatan dengan percaya diri dan kembali ke dunia
dengan tubuh yang lengkap. Separoh menceritakan pengalamannya dengan Tuhan ke-
pada Tuan Haji dan sang Pencuri, yang berbeda reaksi mereka terhadap jawaban Tuhan:
sang Pencuri merasa bersyukur dan berjanji hidup dengan kebaikan, sedangkan Tuan
Haji merasa kecewa dan mengutuk Tuhan. Karena kebencian yang ia rasakan, Tuan
Haji hidup seperti yang ia lontarkan sebelumnya.

2 Konsep Fenomenologi Pemberian (Phenomenology of


Givenness)
Fenomenologi Pemberian adalah konsep filosofis yang dikembangkan oleh Jean-Luc
Marion, seorang filosof Prancis yang terkenal di bidang filsafat fenomenologi dan te-
ologi. Dalam pandangan Marion, setiap objek dalam dunia diberikan pada manusia
sebagai sebuah hadiah atau pemberian. Objek-objek tersebut memberikan diri mere-
ka pada manusia melalui pengalaman inderawi, seperti penglihatan, pendengaran, atau
perabaan. Objek-objek tersebut tidak diberikan pada manusia berdasarkan kemauan
manusia, melainkan muncul secara spontan dari objek itu sendiri. Konsep pemberian
ini menekankan bahwa objek-objek tersebut memiliki nilai signifikansi yang melekat
pada diri mereka.
Menurut Marion, pengalaman manusia tentang objek-objek dalam dunia tidak ha-
nya terbatas pada pengalaman inderawi, melainkan juga melibatkan aspek-aspek lain
seperti perasaan, pemikiran, dan pengertian. Sebagai contoh, ketika kita melihat pe-
mandangan matahari terbenam, pengalaman kita tentang pemandangan tersebut tidak
hanya melibatkan penglihatan, melainkan juga perasaan indah dan keagungan, serta
pemikiran tentang arti kehidupan atau keberadaan kita di dunia.
Dalam pandangan Marion, objek-objek dalam dunia memberikan diri mereka pada
manusia sebagai hadiah atau pemberian, sehingga pengalaman manusia tentang ob-
jek tersebut selalu tergantung pada cara objek tersebut memberikan diri pada manusia.
Ini berarti bahwa pengalaman manusia tentang objek tersebut selalu terbatas dan tidak
mungkin dijelaskan secara keseluruhan oleh alat inderawi semata.
Dalam pandangan Marion, konsep pemberian ini juga dapat diterapkan dalam kon-
teks agama. Marion mengembangkan konsep ”penampakan yang terungkap” atau ”re-
vealed appearance” yang mengacu pada pengalaman manusia tentang kehadiran Tuhan

3
dalam dunia. Menurut Marion, Tuhan memberikan diri-Nya pada manusia melalui pe-
nampakan yang terungkap, dan pengalaman manusia tentang Tuhan selalu tergantung
pada cara Tuhan memberikan diri-Nya pada manusia.
Pada konteks filsafat agama, Marion juga mengembangkan konsep ”pemberian
yang agung” atau ”the saturated phenomenon”. Dalam pandangan Marion, ”the sa-
turated phenomenon” adalah objek atau pengalaman yang memberikan dirinya pada
manusia dengan cara yang tidak dapat dijelaskan oleh konsep atau kategori apapun.
Dalam konteks agama, konsep ini mengacu pada pengalaman manusia tentang keha-
diran Tuhan yang tidak dapat dijelaskan oleh konsep atau kategori apapun.
Dalam kesimpulan, Fenomenologi Pemberian adalah konsep filosofis yang dikem-
bangkan oleh Jean-Luc Marion. Konsep ini menekankan bahwa setiap objek dalam
dunia diberikan pada manusia sebagai hadiah atau pemberian. Objek-objek tersebut
memberikan diri mereka pada manusia melalui pengalaman inderawi, seperti pengli-
hatan, pendengaran, atau perabaan.

3 Analisis
Para sosok yang ditemui Separoh dalam perjalanannya melambangkan berbagai feno-
mena dan situasi hidup yang dihadapi manusia. Sang Matahari, sang Mendung, sang
Angin, sang Gunung, sang Landak, dan sang Anjing melambangkan keadaan alam yang
selalu berubah-ubah dan tidak bisa diprediksi oleh manusia. Manusia cenderung ingin
mengontrol alam dan merasa bahwa alam harus berjalan sesuai dengan keinginannya.
Namun, kenyataannya manusia tidak bisa mengontrol alam dan harus menerima bahwa
ada hal-hal yang diluar kendali mereka.
Sementara itu, Tuan Haji melambangkan orang yang sangat taat beribadah dan
menganggap bahwa kebaikan akan selalu berbuah surga. Namun, kebaikan seseorang
tidak selalu menjamin bahwa ia akan masuk surga. Pesan yang dititipkan Tuan Ha-
ji untuk Separoh juga menunjukkan kebingungan dan ketidakpastian manusia dalam
mencari jawaban tentang akhirat.
Sang Pencuri melambangkan manusia yang penuh dengan dosa dan kesalahan da-
lam hidupnya. Ia merasa penyesalan atas kesalahannya dan berserah diri kepada Tuhan.
Hal ini menunjukkan pentingnya taubat dalam hidup manusia.
Orang Gila Penebang Bambu melambangkan manusia yang hidup dalam kegilaan
dan kegelapan, serta tidak bisa menerima keberadaan orang lain di sekitarnya. Kegilaan
tersebut bisa mencerminkan sikap manusia yang tidak terbuka terhadap perbedaan dan
perubahan di lingkungannya.
Ketika Separoh bertemu dengan buah delima yang berbicara, ini melambangkan
bahwa segala yang ada di alam tidak hanya milik manusia, tapi juga harus dihargai
dan dihormati. Manusia harus belajar untuk berbicara dan berinteraksi dengan alam
sekitarnya.

4
Sedangkan tiga kolam ikan yang berderet menggambarkan bahwa hidup manusia
selalu diiringi oleh perubahan dan pertukaran. Namun, manusia seringkali tidak bisa
menerima perubahan tersebut dan cenderung menginginkan sesuatu yang stabil dan
pasti. Kolam ikan yang kering di tengah juga melambangkan kekosongan dan kesepian
dalam hidup manusia.
Dalam perjalanan mencari Tuhan, Separoh mengalami banyak kebingungan dan
kesulitan. Namun, Separoh tidak menyerah dan terus bersungguh-sungguh mencari
jawaban yang ia cari. Kesungguhannya dan kegigihannya inilah yang akhirnya mem-
buahkan hasil dan berhasil bertemu dengan Tuhan.
Secara keseluruhan, konsep fenomenologi Pemberian dapat diterapkan dalam ana-
lisis dongeng Si Separoh Mencari Tuhan. Melalui perjalanan Separoh dan sosok-sosok
yang ditemuinya, kita dapat memahami bagaimana manusia berinteraksi dengan alam
dan lingkungan sekitarnya, serta menghadapi berbagai fenomena hidup yang tidak se-
lalu mudah dipahami.

4 Refleksi
Dalam Dongeng Si Separoh Mencari Tuhan, Separoh mencari sosok yang bertanggung
jawab dan berkuasa atas ketidaksempurnaan dirinya. Fenomenologi Pemberian dalam
cerita ini mengajarkan pentingnya kepercayaan diri dan tekad dalam menghadapi tan-
tangan hidup. Seperti Separoh yang tidak merasa puas dengan keadaannya dan memi-
liki keberanian untuk mencari jawaban atas ketidaksempurnaannya. Separoh menemui
berbagai sosok, namun tak satupun yang mampu bertanggung jawab atas nasibnya. Hal
ini menunjukkan bahwa Separoh harus mencari jawaban sendiri untuk menemukan so-
sok yang sebenarnya berkuasa atas keadaannya.
Sepanjang perjalanannya, Separoh bertemu dengan berbagai sosok manusia, seperti
Tuan Haji, sang Pencuri, dan Orang Gila Penebang Bambu. Setiap sosok manusia me-
miliki cerita hidup yang berbeda-beda, dan memberikan Separoh berbagai pandangan
dan pesan. Tuan Haji mengajarkan Separoh tentang kepatuhan dan keteguhan dalam
beribadah kepada Tuhan. Sang Pencuri memberikan pesan tentang pentingnya taubat
dan memperbaiki diri di dunia agar mendapatkan balasan yang baik di akhirat. Se-
dangkan Orang Gila Penebang Bambu mengajarkan Separoh tentang kegigihan dalam
mencapai tujuan meskipun dihadapkan dengan berbagai hambatan.
Pada perjalanan berikutnya, Separoh mengalami kebingungan saat buah delima me-
mintanya untuk dimakan. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya untuk mende-
ngarkan hati nurani dan menentukan pilihan yang tepat dalam menghadapi situasi yang
sulit. Separoh juga melewati kolam ikan yang menunjukkan betapa pentingnya menja-
ga keseimbangan dan tidak terpengaruh oleh pengaruh luar.
Kesungguhan Separoh dalam mencari Tuhan menunjukkan betapa pentingnya me-
miliki tekad dalam mencapai tujuan hidup. Meskipun dihadapkan dengan berbagai

5
tantangan dan rintangan, Separoh terus maju dan tidak menyerah. Hal ini mengajarkan
kita untuk terus berjuang dalam menghadapi berbagai rintangan hidup.
Dalam mencari Tuhan, Separoh juga belajar bahwa mencari jawaban tidak selalu
mudah dan sederhana. Seringkali kita harus melalui perjalanan panjang dan penuh
tantangan untuk menemukan jawaban yang tepat. Seperti halnya Separoh, kita harus
bersabar dan gigih dalam mencari jawaban atas pertanyaan hidup kita.
Dalam cerita ini, Separoh belajar bahwa Tuhan-lah yang bertanggung jawab atas
nasib sial yang dialaminya. Namun, Separoh juga belajar bahwa Tuhan memberikan
kebebasan pada manusia untuk memilih jalan hidupnya. Seperti Separoh yang memi-
lih untuk berjuang dan mencari jawaban atas ketidaksempurnaannya, kita juga harus
memilih jalan hidup yang tepat untuk mencapai tujuan hidup kita. Dalam Dongeng Si
Separoh Mencari Tuhan, kita juga belajar tentang pentingnya bersikap rendah hati dan
menghargai sesama manusia.

Anda mungkin juga menyukai