Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Manusia dewasa ini telah banyak merasakan kenikmatan hidup, baik

berupa nikmat jasmani maupun nikmat rohani. Kenikmatan jasmani dapat di

lihat dari terpenuhinya berbagai macam kebutuhan manusia mulai dari

kebutuhan sarana pendidikan, sosial, budaya dan lain lain sedangkan

kenikmatan rohani dapat di lihat dengan terpenuhinya berbagai jenis

keeperluan sosial keagamaan penyegaran jiwa misalnya adanya tempat tempat

wisata, pagelaran kesenian musik, lukis, maupun drama serta banyaknya

berdiri tempat-tempat ibadah keagamaan dan lainnya.

Sebagai contoh untuk keprluan sandang manusia tidak perlu lagi memintai

sendiri bahan-bahan yang akan dijadikan pakaian baju dan celana, tetapi cukup

membelinya di toko pakaian. Kemudahan semacam ini, Jika di tuliskan

semuanya tentu akan menambah deretan yang sangat panjang bahkan tak

terhitung jumlah dan jenisnya .

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari mitos,dan ada berapa macamnya ?

2. Apa penyebab terjadinya mitos ?

3. Apa pengertian dari penalaran?

1.3 Tujuan pembahasan

a. Tujuan pembahasan makalah ini merupakan untuk menyelessaikan tugas

serta untuk meunjang pembelajaran ilmu alamiah dasar pada Bab Mitos,

Penalaran

b. Menjelaskan pengertian mitos,macam-macam mitos,sebab terjadinya

mitos

c. Menjelaskan pengertian penalaran, macam-macam penalaran

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mitos

Menurut Ati Harmoni (1992:5) Pada awal prasejarah kemampuan

manusia masih terbatas, baik keterbatasan pada peralatan maupun

keterbatasan pemikiran. Keterbatasan peralatan menyebabkan

pengamatan menjadi kurang seksama, dan cara berpikir yang sederhana

menyebabkan hasil pemecahan masalah memberikan kesimpulan yang

kurang tepat. Dengan demikian pengetahuan yang terkumpul belum

dapat memberikan kepuasan terhadap rasa ingin tahu manusia, dan

masih jauh dari kebenaran.

Untuk menjawab keingintahuan tentang alam, manusia

menciptakan mitos. Mitos merupakan cerita yang dibuat-buat atau

dongeng yang pada umumnya menyangkut tokoh kuno, seperti dewa

atau manusia perkasa, yang ada kaitannya dengan apa yang terdapat di

alam.

Secara garis besar dapat dibedakan 3 macam mitos, yaitu : mitos

sebenarnya, cerita rakyar, dan legenda.

Mitos sebenarnya yakni manusia bersungguh-sungguh dan dengan

imajinasinya menerangkan gejala alam yang ada namun belum tepat

karena kurang pengetahuzn untuk bagian tersebut untuk

mengaitkannya dengan seorang tokoh atau dewa dewi.

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip dengan mite, yaitu

dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci dan oleh yang

3
empu- nya cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi dan juga telah

dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan keistimewaan tokohnya.

Berbeda dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia, ada kalanya

mempunyai sifat-sifat luar biasa dan sering kali juga dihubungkan

dengan makhluk ajaib. Peristiwanya bersifat sekuler (keduniawian),

dan sering dipandang sebagai sejarah kolektif. Oleh karena itu, legenda

seringkali dipandang sebagai ”sejarah” kolektif (folkstory). Walaupun

demikian, karena tidak tertulis maka kisah tersebut telah mengalami

distorsi sehingga seringkali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh

karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk

merekonstruksi sejarah maka legenda harus bersih dari unsur-unsur

yang mengandung sifat-sifat folklor. Contoh legenda seperti

Sangkuriang, La Madukelleng William Tell, Lutung Kasarung, Dan lain

sebagainya.

Cerita rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang

dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan

tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat.

Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya

diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. Fungsi

Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bias dijadikan suri tauladan

terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan

moral. Banyak yang tidak menyadari kalo negeri kita tercinta ini

mempunyai banyak Cerita Rakyat Indonesia yang belum kita dengar,

bisa dimaklumi karena cerita rakyat menyebar dari mulut ke mulut yang

4
diwariskan secara turun – temurun. Namun sekarang banyak cerita

rakyat yang ditulis dan dipublikasikan sehingga cerita rakyat Indonesia

bisa dijaga dan tidak sampai hilang dan punah. Contoh cerita rakyat

seperti Si Pitung, Malin Kundang, Lutung Kasarung, Loro Jonggrang,

Keong Mas, dan lain sebagainya.

Dalam mitos sebenarnya manusia berusaha dengan sungguh-

sungguh dan dengan imajinasinya menerangkan gejala alam yang ada,

namun belum tepat karena kurangnya pengetahuan, sehingga orang

mengkaitkannya dengan seorang tokoh atau dewa.

Mitos yang merupakan cerita rakyat adalah usaha manusia

mengisahkan peristiwa penting yang menyangkut kehidupan

masyarakat, biasanya juga disampaikan dari mulut ke mulut sehingga

sulit diperiksa keberadaannya. Dalam mitos sebagai legenda,

dikemukakan tentang seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya

suatu daerah. Pada masa prasejarah tersebut, mitos dapat diterima dan

dipercaya kebenarannya karena:

 Keterbatasan pengetahuyan yang disebabkan karena


keterbatasan pengindraan, baik langsung maupun dengan alat.
 Keterbatasan penalaran manusia pada saat itu.

 Hasrat ingin tahunya terpenuhi.

5
2.2 Sebab Terjadinya Mitos

Mitos itu timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera

manusia misalnya:

 Alat Penglihatan

Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak

tampak jelas oleh mata. Mata tidak dapat membedakan benda-

benda. Demikian juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka

tak mampu melihatnya.

 Alat Pendengaran

Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai

frekuensi dari 30 sampai 30.000 perdetik. Getaran di bawah 30

atau di atas 30.000 perdetik tak terdengar.

 Alat Pencium dan Pengecap

Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap

maupun diciumnya . manusia hanya bisa membedakan 4 jenis

masa yaitu rasa manis,masam ,asin dan pahit. Bau seperti

parfum dan

bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila

konsentrasi di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui

bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang

lain namun tidak semua orang bisa melakukannya.

 Alat Perasa

Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau

6
dingin namun sangat relative sehingga tidak bisa dipakai

sebagai alat observasi yang tepat.

Menurut August Comte (1798-1857), dalam sejarah

perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun

keseluruan, berlangsung dalam 3 tahap:

 Tahap teologi atau fiktif

 Tahap filsafat atau fisik atau absrak

 Tahap positif atau ilmiah riil

Pada tahap teologi atau fiktif berusaha untuk mencari dan

menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala

sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan kekutan gaib. Gejala alam

yang menerik perhatinnya selalu diletakkan dalam kaitnya dengan

sumber yang mutlak. Mempuyai anggapa bahwa setiap gejala dan

peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib

lainnya.

Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap dimana manusia

masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia

tidak lagi menyadarkan diri kepada kepercayaan akan adanya

kekuatan gaib, melainkan kepada akalnya sendiri, akal yang mampu

melakukan abstraksi guna menemukan hakikat segala sesuatu.

Tahap positif atau riil merupaka tahap dimana manusia telah mampu

berfikir positif atau riil, atas dasar pengetahuan yang telah

dicapainnya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan,

percobaan dan perbandingan.

7
2.3 Mitos Antara Pro dan Kontra

Masyarakat pada waktu itu menerima mitos karena keterbatasan

pengetahuan, pengalaman dan pemikirannya; padahal hasrat ingin

tahunya berkembang terus maka mitos merupakan jawaban yang

paling memuaskan pada masa itu.

Puncak hasil pemikiran tersebut seperti diatas adalah pada zaman

Babylonia yaitu kia-kira 700-600 SM. Pendapat orang-orang

Babylonia tentang alam semesta antara lain adalah bahwa alam

semesta itu seperti suatu ruangan atau selungkup. Bumi itu dasar

sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintang merupakan

atapnya. Disitu ada semaca jedela sehingga aur hujan bias sampai ke

bumi. Namun, yang bidang edar matahari, dan telah menetapkan

perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar kembali ke

tempat semula, sama dengan 365,25 hari.

2.4 Pengertian Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yng berolak dari indera

penglihatan (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah

konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejens juga

akan terbentuk prosisi, prosisi yang sejenis berdasarkan jumlah prosisi

yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah

prosisi baru yang sebelumnyatidak diketahui. Proses inilah yang

disebut menalar.

8
2.5 Jenis-jenis Penalaran

 Penalaran Deduktif (rasionalisme)

Dengan bertambah majunya alam pikiran manusia dan makin

berkembangnya cara-cara penyelidikan, manusia dapat menjawab

banyak pertanyaan tanpa mengarang mitos.

Menurut A. Comte, dalam perkembangan manusia sesudah tahap

mitos, manusia berkembang dalam tahap filsafat. Pada tahap filsafat,

rasio sudah terbentuk, tetapi belum ditemukan metode berpikir secara

obyektif. Rasio sudah mulai dioperasikan, tetapi kurang obyektif.

Berbeda dengan pada tahap teologi, pada tahap filsafat ini manusia

mencoba mempergunakan rasionya untuk memahami obyek secara

dangkal, tetapi obyek belum dimasuki secara metodologis yang definitif.

Perkembangan alam pikiran manusia merupakan suatu

proses, maka manusia tidak puas dengan pemikiran ini, sehingga

berkembang ke dalam tahap positif atau tahap ilmu. Dalam tahap positif

atau tahap ilmu ini, rasio sudah dioperasikan secara obyektif. Manusia

menghadapi obyek dengan rasio.

Dalam menghadapi peristiwa-peristiwa alam, misalnya gunung api

meletus yang menimbulkan banyak korban dan kerusakan, manusia tidak

lagi mengadakan selamatan dengan tari-tarian dan nyanyian, tetapi akan

mengamati peristiwa itu, mempelajari mengapa gunung api itu dapat

meletus, kemudian berusaha mencari penyelesaian dengan tindakan-

tindakan yang sesuai dengan hasil pengamatannya. Misalnya, dengan

9
mencegah terjadinya letusan yang hebat. Untuk mengurangi banyaknya

korban, penduduk di sekeliling gunung api tersebut dipindahkan ke

daerah lain. Inilah bukti bahwa manusia lama-kelamaan tidak puas

dengan mitos sebagai pemikiran yang irasional, kemudian mencari

jawaban yang rasional.

Pemecahan secara rasional berarti mengandalkan rasio dalam usaha

memperoleh pengetahuan yang benar. Kaum rasionalis mengembangkan

paham yang disebut rasionalisme. Dalam menyusun pengetahuan, kaum

rasionalis menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah

cara berpikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk

menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara

deduktif ini menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme.

Silogisme itu terdiri atas dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.

Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor.

Kesimpulan atau konklusi diperoleh dengan penalaran deduktif dari

kedua premis tersebut.

Dengan demikian, jelas bahwa penalaran deduktif ini pertama-

tama harus mulai dengan pernyataan yang sudah pasti kebenarannya.

Aksioma dasar ini yang dipakai untuk membangun sistem pemikirannya,

diturunkan atau berasal dari idea yang menurut anggapannya jelas, tegas,

dan pasti dalam pikiran manusia. Dengan penalaran deduktif ini dapat

diperoleh bermacam-macam pengetahuan mengenai sesuatu obyek

tertentu tanpa ada kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak. Di

10
samping itu juga terdapat kesulitan untuk menerapkan konsep rasional

kepada kehidupan praktis.

1. Penalaran Induktif (empirisme)

Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan penalaran deduktif

ternyata mempunyai kelemahan, maka muncullah pandangan lain yang

berdasarkan pengalaman konkret. Mereka yang mengembangkan

pengetahuan berdasarkan pengalaman konkret disebut penganut

empirisme. Paham empirisme menganggap bahwa pengetahuan

yang benar ialah pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman

konkret.

Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan

menggunakan penalaran induktif. Penalaran .induktif adalah cara

berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan, atas

gejala-gejala yang bersifat khusus. Misalnya, pada pengamatan atas

logam besi, tembaga, aluminium, dan sebagainya, jika dipanasi ternyata

menunjukkan bertambah panjang.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang

diperoleh hanya dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan

karena bersifat abstrak dan lepas dari pengalaman. Demikian pula

dengan pengetahuan yang diperoleh hanya dari penalaran induktif juga

tidak dapat diandalkan karena kelemahan pancaindera. Karena itu

himpunan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu

pengetahuan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran


Ilmu pengetahuan alamiah dasar itu bermula dari rasa ingin tahun, yang

merupakan satu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu

tentanng benda benda yang di sekekelilingnya,alam sekitarnya, bahkan ingin

tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu semacam itu tidak dimiliki oleh

makhluk lain.

Jelas kiranya bahwa rasa ingin tahu itu tidak dimliki oleh benda-benda tak

hidup, seperti batu,tanah,sungai,atau angin. Air dan udara memang

bergerak dari satu ketempat yang lainnamun gerakannya itu bukan atas

kehendaknya sendiri tapi sekedar akibat dari pengaruh alamiah yang

bersifat kekal.

Manusia mempunyai keterbatasan sehingga penginderaan sering

meenimbulkan salah kesan dan informasi, seperti perpindahan seseoranng

dari ruang panas kedingin dibandin orang yang berada diruang yang tidak

bigitu panas

Jadi mitos dapat di terima oleh masayarakat pada masa itu karena ;

- keterbatasan pengetahuan yang di sebabkan karena keterbatasan

penginderaan baik maupun dengan alat

-keterbatasan penalaran manusia pada masa itu, dan hasyrat ingin tahunya

terpenuhi .

12
Daftar Pustaka

Purnama, Ir.heri. 2010. Ilmu Alamiah Dasar.Jakarta:PT Rineka Citra

http://rismahaesa15.wordpress .cpm/2015/03/28/pengertian-penlaran-

deduktif-dan-induktif-beserta-contoh-dan-ciri-cirinya

Drs.Herabudin,M.Pd.,M.Si,2010,ILMUALAMIAHDASAR,Bandung:C

V.PustakaSetia

http://nandabermani.blogspot.co.id/2017/03/mitos-penalaran-cara-

memperoleh.html?m=l

13

Anda mungkin juga menyukai