Anda di halaman 1dari 11

Tugas Makalah

Nama : Gerry Nevile


Borneo Samosir Sijabat
Mapel : Sejarah Indonesia
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat
kesehatan sehingga makalah dengan judul “MITOS” ini
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Alhamdulillah rasa syukur senantiasa terucap kepada
Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyusun makalah .
Adapun isi dari makalah ini adalah tentang bagaimana
sejarah awal tentang MITOS. Dengan mengetahui
tentang MITOS diharapkan generasi muda dapat
menghargai dan sejarah. Kami menyadari bahwa
makalah ini banyak kekurangan sehingga kami sangat
membutuhkan saran dan juga kritikan dari pembaca.
Selain itu dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat
bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu
pengetahuan. Kami penyusun makalah yang berjudul
“Rahasia Dibalik Kemegahan Candi Borobudur”
mohon maaf atas segala kekurangan dan terimakasih
banyak atas semua kritikan dan juga saran yang
membangun

BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Mitos adalah sebuah imajinasi dari manusia yang
berusaha untuk menerangkan gejala alam yang ada pada saat
itu yang dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya
kekuatan ghaib. Namun, disebabkan oleh keterbatasan
manusia dalam menjelaskan hal tersebut sehingga cenderung
diidentikkan dengan seorang dewa/dewi, tokoh misteri serta
sesuatu yang berbau mistis. Sehingga pengetahuan yang
diperoleh bersifat subyektif.
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan
hanya atas dasar pengamatan ataupun pengalaman. Untuk
itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas
keingintahuannya itu. Sebagai contoh: “Apakah pelangi
itu?”, karena tak dapat dijawab, manusia mereka-reka
jawaban bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Jadi
muncul pengetahuan baru yaitu bidadari. Contoh lain:
“Mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya,
manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban: “Yang
berkuasa dari gunung itu sedang marah”. Dengan
menggunakan jalan pemikiran yang sama muncullah
anggapan adanya “Yang kuasa” di dalam hutan lebat, sungai
yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan, atau adanya
raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana bulan.
Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah
yang kita sebut dengan mitos. Cerita yang berdasarkan atas
mitos disebut legenda

Pembahasan
Mitos adalah adalah bagian dari suatu folklor yang berupa kisah berlatar
masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam
semesta (seperti penciptaan dunia dan keberadaan makhluk di
dalamnya), serta dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita
atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas, mitos dapat
mengacu kepada cerita tradisional.[2][3][4] Pada umumnya mitos
menceritakan terjadinya alam semesta dan bentuk topografi, keadaan
dunia dan para makhluk penghuninya, deskripsi tentang para makhluk
mitologis, dan sebagainya. Mitos dapat timbul sebagai catatan peristiwa
sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan,
sebagai alegori atau personifikasi bagi fenomena alam, atau sebagai
suatu penjelasan tentang ritual. Mereka disebarkan untuk
menyampaikan pengalaman religius atau ideal, untuk membentuk model
sifat-sifat tertentu, dan sebagai bahan ajaran dalam suatu komunitas.
Klasifikasi mitos Yunani terawal oleh Euhemerus, Plato (Phaedrus),
dan Sallustius dikembangkan oleh para neoplatonis dan dikaji kembali
oleh para mitografer zaman Renaisans seperti dalam Theologia
mythologica (1532). Mitologi perbandingan abad ke-19 menafsirkan
kembali mitos sebagai evolusi menuju ilmu (E. B. Tylor), "penyakit
bahasa" (Max Müller), atau penafsiran ritual magis yang keliru (James
Frazer). Penafsiran selanjutnya menolak pertentangan antara mitos dan
sains. Lebih lanjut lagi, mitopeia seperti novel fantasi, manga,
dan legenda urban, dengan berbagai mitos buatan yang dikenal sebagai
fiksi, mendukung gagasan mitos sebagai praktik sosial yang terus
terjadi. Pelaku utama yang diceritakan dalam mitos biasanya adalah
para dewa, manusia, dan pahlawan supranatural. Sebagai kisah suci,
umumnya mitos didukung oleh penguasa atau imam/pendeta yang
sangat erat dengan suatu agama (religius) atau ajaran kerohanian. Dalam
suatu masyarakat dimana mitos itu disebarkan, biasanya suatu mitos
dianggap sebagai kisah yang benar-benar terjadi pada zaman
purba. Pada kenyataannya, banyak masyarakat yang memiliki dua
kategori kisah tradisional: "kisah nyata" atau mitos, dan "kisah
dongeng" atau fabel. Umumnya mitos penciptaan berlatar pada masa
awal dunia, saat dunia belum berbentuk seperti sekarang ini, dan
menjelaskan bagaimana dunia memperoleh bentuk seperti sekarang
ini serta bagaimana tradisi, lembaga dan tabu ditetapkan.
Suatu mitos merupakan himpunan kepercayaan yang tidak harus
didukung fakta ilmiah. Pengunaan istilah tersebut, yang sering kali
bermakna peyoratif, bermula dari sikap meremehkan mitos dan
kepercayaan agama/budaya lain sebagai kekeliruan. Maka
kata mitos sering digunakan untuk menyebut kepercayaan yang tidak
berdasarkan fakta ilmiah, atau kisah yang tidak benar. Makna buruk
tersebut berawal dari pemakaian kata mythos oleh umat Kristen
awal untuk menyebut mitologi klasik sebagai hal yang berbau
"dongeng, fiksi, bohongan". Karena pemakaian istilah yang subjektif
tersebut, seseorang dapat tersinggung apabila kisah yang mereka yakini
kebenarannya disebut sebagai mitos. Namun, kata tersebut memiliki
makna berbeda dalam kajian ilmiah. Itu bisa bermakna "kisah yang
berfungsi untuk menjabarkan wawasan fundamental dari suatu
budaya", atau bisa bermakna kisah yang dianggap benar-benar terjadi
oleh suatu kebudayaan (bertolak belakang dengan dongeng, yang
disadari sebagai kisah fiktif belaka).
Istilah "mitologi" dapat mengacu kepada kajian mengenai mitos atau
suatu himpunan atau koleksi berbagai mitos. Sebagai contoh, mitologi
lanskap adalah kajian mengenai pembentukan suatu bentang
alam menurut mitos suatu bangsa, sementara mitologi Het adalah
himpunan mitos-mitos bangsa Het. Dalam folkloristika, suatu "mitos"
adalah kisah suci yang biasanya menjelaskan bagaimana dunia maupun
manusia dapat terbentuk seperti sekarang ini, "suatu kisah yang
menguraikan pandangan fundamental dari suatu kebudayaan dengan
menjelaskan aspek-aspek dunia alamiah dan menggambarkan praktik
psikologis dan sosial serta pandangan ideal suatu masyarakat". Banyak
sarjana dalam bidang ilmu lainnya yang menggunakan istilah "mitos"
dengan cara yang berbeda; dalam pengertian yang lebih luas, istilah
tersebut dapat mengacu kepada cerita tradisional atau—dalam
percakapan sehari-hari—suatu hal salah kaprah dalam masyarakat atau
suatu entitas khayalan.
Mitos erat kaitannya dengan legenda dan cerita rakyat. Mitos, legenda,
dan cerita rakyat adalah cerita tradisional dalam jenis yang
berbeda. Tidak seperti mitos, cerita rakyat dapat berlatar kapan pun dan
dimana pun, dan tidak harus dianggap nyata atau suci oleh masyarakat
yang melestarikannya. Sama halnya seperti mitos, legenda adalah kisah
yang secara tradisional dianggap benar-benar terjadi, tetapi berlatar pada
masa-masa yang lebih terkini, saat dunia sudah terbentuk seperti
sekarang ini. Legenda biasanya menceritakan manusia biasa sebagai
pelaku utamanya, sementara mitos biasanya fokus kepada tokoh
manusia super.
Perbedaan antara mitos, legenda, dan cerita rakyat merupakan cara yang
mudah dalam mengelompokkan cerita tradisonal. Dalam banyak
budaya, sulit untuk menarik garis lurus antara mitos dan
legenda. Daripada membagi kisah tradisional menjadi mitos, legenda,
dan cerita rakyat, beberapa budaya membagi mereka menjadi dua
kategori, yang satu langsung mengacu kepada cerita rakyat, yang
lainnya mengkombinasikan mitos dan legenda. Bahkan mitos dan cerita
rakyat tidak sepenuhnya berbeda. Suatu kisah dapat dianggap nyata (dan
menjadi mitos) dalam suatu masyarakat, tetapi dianggap tak nyata (dan
menjadi cerita rakyat) dalam masyarakat lainnya. Pada kenyataannya,
saat suatu mitos kehilangan statusnya sebagai bagian dari suatu sistem
religius, mitos sering kali memiliki sifat cerita rakyat yang lebih khas,
dengan karakter dewa-dewi terdahulu yang diceritakan kembali sebagai
manusia pahlawan, raksasa, dan peri.
Mitos, legenda, dan cerita rakyat hanyalah sebagian kategori dari cerita
tradisional. Kategori lainnya meliputi anekdot dan semacam kisah
jenaka. Sebaliknya, cerita tradisional adalah suatu kategori dari folklor,
meliputi beberapa hal seperti sikap tubuh, busana adat, dan musik.
Euhemerisme
Suatu teori menyatakan bahwa mitos adalah catatan peristiwa bersejarah
yang dilebih-lebihkan. Menurut teori ini, penutur cerita melebih-
lebihkan peristiwa sejarah secara terus-menerus sampai akhirnya figur
dalam sejarah tersebut memperoleh status setara dewa. Misalnya,
mungkin seseorang boleh berpendapat bahwa mitos dewa
angin Aeolos berasal dari sejarah mengenai raja yang mengajarkan cara
menggunakan layar dan menafsirkan arah angin kepada
rakyatnya. Herodotos (abad ke-5 SM) dan Prodikos mengklaim hal
semacam ini. Teori ini disebut "euhemerisme" menurut nama ahli
mitologi terkenal, Euhemeros (sekitar 320 SM), yang berpendapat
bahwa dewa-dewi Yunani berkembang dari legenda tentang manusia.

Alegori
Beberapa teori menyatakan bahwa mitos dimulai sebagai suatu alegori.
Menurut suatu teori, mitos-mitos bermunculan sebagai alegori tentang
fenomena
alam: Apollo melambangkan Matahari, Poseidon melambangkan lautan,
dan sebagainya. Menurut teori lainnya, mitos bermula sebagai alegori
untuk konsep filosofis maupun spiritual: Athena melambangkan
keadilan dan kebijaksanaan, Afrodit melambangkan hasrat, dan
sebagainya. Sanskritis abad ke-19, Max Müller mendukung teori
alegoris mitos. Ia menyakini bahwa mitos bermula sebagai deskripsi
alegoris mengenai keadaan alam, tetapi perlahan-lahan
diinterpretasikan secara harfiah misalnya: secara puitis, laut
digambarkan sebagai sesuatu yang penuh gejolak, sehingga laut diyakini
sebagai dewa yang pengamuk.
Personifikasi
Beberapa pemikir percaya bahwa mitos merupakan hasil personifikasi
kekuatan dan benda mati. Menurut pemikiran ini, orang purba memuja
fenomena alam seperti api dan udara, dan perlahan-lahan
menggambarkannya sebagai dewa. Contohnya, menurut teori pemikiran
mitopeia, orang purba cenderung memandang "sesuatu" sebagai
"seseorang", bukan benda belaka, maka dari itu, mereka
menggambarkan kejadian alam sebagai akibat tindakan dewa tertentu,
sehingga menghasilkan suatu mitos.
Teori mitos-ritual
Menurut teori mitos-ritual, keberadaan mitos sangat erat dengan ritual.
[43]
Teori ini mengklaim bahwa mitos muncul untuk menjelaskan ritual.
[44]
Klaim ini pertama kali dicetuskan oleh sarjana biblikal William
Robertson Smith.[45] Menurut Smith, orang-orang mulai melaksanakan
suatu ritual untuk alasan tertentu yang tidak ada hubungannya dengan
mitos; kemudian, setelah mereka melupakan alasan sebenarnya
mengenai pelaksanaan ritual tersebut, mereka mencoba melestarikan
ritual tersebut dengan menciptakan suatu mitos dan mengklaim bahwa
ritual tersebut dilaksanakan untuk mengenang kejadian yang diceritakan
dalam mitos.[46] Antropolog James Frazer memiliki teori yang sama.
Frazer percaya bahwa manusia primitif mulai percaya pada hukum-
hukum gaib; kemudian, ketika manusia mulai kehilangan keyakinannya
mengenai sihir, mitos tentang dewa diciptakan dan mengklaim bahwa
ritual magis kuno adalah ritual keagamaan yang dilakukan untuk
menyenangkan hati para dewa.
Fungsi
Mircea Eliade berpendapat bahwa salah satu fungsi penting mitos
adalah untuk membangun suatu model perilaku[48][49] dan bahwa mitos
dapat memberikan pengalaman religius. Dengan menceritakan atau
memeragakan mitos, anggota suatu masyarakat tradisional dapat merasa
lepas dari masa kini dan kembali lagi ke zaman mitis, sehingga
membawa mereka dekat dengan ilahi.[9][49][50]
Lauri Honko menegaskan bahwa dalam beberapa kasus, suatu
masyarakat akan menghidupkan kembali suatu mitos untuk menciptakan
kembali suasana zaman mitis. Sebagai contoh, akan diperagakan
kembali penyembuhan yang dilakukan dewa pada zaman purba dalam
upaya penyembuhan seseorang pada masa kini.[51] Tak jauh
berbeda, Roland Barthes berpendapat bahwa budaya modern
mengeksplorasi pengalaman religius. Karena tugas sains bukanlah
menegakkan moral manusia, suatu pengalaman religius adalah upaya
untuk terhubung dengan perasaan moral pada masa lalu, yang kontras
dengan dunia teknologi pada zaman sekarang.[52]
Joseph Campbell menyatakan mitos memiliki empat fungsi utama:
Fungsi Mistis—menafsirkan kekaguman atas alam semesta; Fungsi
Kosmologis—menjelaskan bentuk alam semesta; Fungsi Sosiologis—
mendukung dan mengesahkan tata tertib sosial tertentu; dan Fungsi
Pendagogis—bagaimana menjalani hidup sebagai manusia dalam
keadaan apa pun
Pengertian Mitos di Indonesia :
Secara sederhana, definisi mitos adalah suatu informasi yang
sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah beredar dari
generasi ke generasi. Begitu luasnya suatu mitos beredar di masyarakat
sehingga masyarat tidak menyadari bahwa informasi yang diterimanya
itu tidak benar. Karena begitu kuatnya keyakinan masyarakat terhadap
suatu mitos tentang sesuatu hal, sehingga mempengaruhi perilaku
masyarakat. Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang di
tokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di
dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar
terjadi oleh yang punya cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut
Mitologi, yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang
dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat,
alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Mitos
juga merujuk kepada satu cerita dalam sebuah kebudayaan yang
dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu peristiwa yang pernah
terjadi pada masa dahulu. Jadi, Mitos adalah cerita tentang asal-usul
alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara
gaib dan mengandung arti yang dalam. Mitos juga mengisahkan
petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah perang mereka
dan sebagainya. Mengapa Mitos di Percaya? Sebab masyarakat
beranggapan mitos sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat,
khususnya masyarakat tradisional yang masih sangat kental budaya
kedaerahannya. Mereka kebanyakan mengabaikan logika dan lebih
mempercayai hal-hal yang sudah turun temurun dari nenek moyang.
Pada dasarnya, mitos orang zaman dahulu memiliki tujuan yang baik
untuk kelangsungan hidup keturunannya Ada masyarakat yang
mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak
mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka
masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi jika mitos
tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan.
Mitos dipercaya sebagai ajaran nenek moyang tentang apa yang tidak
boleh dilakukan agar tidak tertimpa daerah.
Contoh-Contoh Mitos:
1. Tertimpa cicak tandanya sial . Sial di sini maksudnya dari tertimpa
cicak itu sendiri. Siapa yang tidak sial kalau sedang enak – enak
duduk tiba – tiba tertimpa cicak.
2. Wanita tidak boleh duduk di depan pintu pamali . Zaman dahulu
wanita masih menggunakan rok, belum ada yang memakai celana.
Jadi, kalau ada wanita yang duduk di depan pintu pasti akan
terlihat…ya gitu deh. Pasti banyak mengundang hawa nafsu.
3. Jangan bersiul pada malam hari karena mengundang setan.
Maksudnya adalah agar tidak mengganggu orang – orang yang
sedang tidur.
4. Memakai payung di dalam rumah berarti sial. Ya sial kalau lagi
ada banyak orang di dalam rumah dan kita memakai payung.
Mungkin orang – orang di sekitar Anda akan merasa terganggu
atau tercolok matanya.
Demikian beberapa contoh mitos. Para nenek moyang menganggapnya
sebagai pamali. Sebagai orang yang beragama, khususnya Islam tidak
boleh mempercayai ramalan atau semacamnya karena hidup dan mati
berada di tangan Tuhan, bukan nenek moyang.
Contoh Cerita Mitos di Indonesia :
cerita Dewi Sri, Dewi Kesuburan: Dahulu di Jawa Tengah, terdapat
seroang raja bernama Prabu Sri Mahapunggung atau Bathara Srigati di
Kerajaan Medang Kamulan. Prabu Sri Mahapunggung memiliki seorang
putri bernama Dewi Sri. Putri ini diyakini sebagai titisan neneknya,
Bathari Sri Widowati. Selain cantik, Dewi Sri juga cerdas. Dewi Sri
dikenal sebagai dewi padi, sedangkan adiknya Sadana sebagai dewa
hasil bumi seperti umbi-umbian, kentang, sayuran, dan lainnya. Suatu
ketika, Prabu Sri Mahapunggung mengutuk Dewi Sri menjadi ular
sawah dan Sadana menjadi burung sriti karena sudah pergi dari rumah
tanpa izin sang Prabu. Karena merasa lelah, Dewi Sri yang menjelma
sebagai ular sawah tiba di Dusun Wasutira dan tidur melingkat di
lumbung pasi miliki seorang penduduk bernama Kyai Brikhu. Setelah
ditemukan oleh Kyai Brikhu, ular sawah tersebut kemudian di rawat
olehnya. Hal ini karena Kyai Brikhu pernah bermimpi mengenai ular
sawah yang akan menjaga anaknya kelak.
Di suatu hari, Kyai Brikhu bermimpi bahwa ular sawah tersebuty minta
diberi sesajen berupa sedah ayu, yakni sirih beserta perlengkapannya,
bunga, dan lampu yang harus selalu dinyalakan. Mulai saat itu, Kyai
Brikhu memberikan ular sawah sesajen berupa sedah ayu.
Melihat apa yang dilakukan Dewi Sri, Batara Guru memerintahkan
bidadari turun ke bumi untuk membujuk Dewi Sri agar mau menjadi
bidadari di Kahyangan. Hal tersebut disambut baik, terutama karena
Dewi Sri juga melihat adiknya yang sudah kembali menjadi manusia
dan menikah oleh Dewi Laksmitawahni. Di mana klelak Sadana akan
diangkat menjadi dewa jika sudah memiliki anak. Akhirnya Dewi Sri
dikembalikan ke wujud aslinya, yakni seorang gadis yang cantik jelita.
Sementara itu, Kyai Brikhu yang selama ini merawatnya mulai
memahami bahwa ular sawah tersebut adalah Dewi Sri. Sebelum naik
menuju Kahyangan, Dewi Sri tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada Kyai Brikhu dan memberiknya pesan untuk memberik sesajen di
ruang tengah rumahnya agar sandang dan pangan keluarganya
tercukupi. Sejak saat itulah, orang Jawa selalu menyimpan atau
memajang gambar ular di kamar tengah rumah mereka sebagai lambang
sosok Dewi Sri yang sudah memberikan kemakmuran dankesuburan.
Inilah sebabnya masyarakat petani Jawa sangat menghargai ular sawah
dengan cara memberinya sesaji.

Penutup

Anda mungkin juga menyukai