Anda di halaman 1dari 48

Pdt. Yusak B. Setyawan,MATS,Ph.

D
WA: 081226059828
yusaksetyawan@yahoo.com

Agama dan Kitab Keagamaan
Agama
Credo
Community
Cult

Code
Cosmology

Agama dengan kriteria 5C telah
mengalami perkembangan sangat
maju. Akar agama adalah mitos.
Imaginasi dan Homo Sapiens
Lahirnya imaginasi: kemampuan
berpikir di luar fakta
Imaginasi Pemahaman
mempertautkan relasi bersama
Imaginasi menentukan
ide-ide abstrak Trust

Komunitas dan relasi sosial


ditentukan oleh imaginasi
Imaginasi yang diyakini sebagai
penjelasan tentang keberadaan
dalam evolusi peradaban berubah
menjadi mitos
Mitos adalah Mitos yang
penjelasan menghubungkan
tentang realitas dengan Yang
dan super- Transenden: sumber
realita utama dari agama
Dasar utama dari kitab-kitab
keagamaan adalah mitos
Mitos

Ontologi Kitab keagamaan:


bersumber pada mitos
Perlu dilacak apa itu mitos dan
bagaimana hubungan kitab
keagamaan dengan mitos
Manusia adalah pencipta mitos dan
sekaligus membutuhkannya.
Mitos, Agama, Sains
Kitab Keagamaan merupakan
perkembangan yang sangat terkemudian.
Mitos merupakan bentuk paling awal
dalam imaginasi manusia tentang
kehidupan manusia
Pada masa penulisan kitab keagamaan,
mitos tetap digunakan. Ketika sains
dikembangkan, mitos juga tetap
dibutuhkan oleh manusia.
Pada masa modern, mitos tetap
dibutuhkan seubungan pengalaman
manusia modern, yakni pengalaman
keterasingan/kesepian.
Dapat dikatakan juga, mitos adalah
bentuk yang paling awal tidak hanya dari
agama tetapi juga dari psikologi.
Walaupun mitos tercipta pada zaman
pra-sejarah, namun tetap relevan pada
zaman modern/postmodern.
Mitos berkembang sejalan dengan
pengalaman manusia

Penderitaan

Kelangkaan
Ketidak-pastian
Kefanaan/Kematian
Manusia membutuhkan penjelasan
tentang kefanaan dan kematian
Realitas yang nampak bukan satu-satunya
realitas. Pemahaman awal manusia akan
kemungkinan realitas-realitas ini
dimungkinkan berkat pemikiran rasional
dan imajinasi.

Mitos, agama dan kitab keagamaan


dihasilkan oleh imajinasi.
Tentang Mitos (Armstrong)
1. Berkaitan dengan pengalaman kematian
dan ketakutan akan kepunahan.
2. Tak terpisahkan dengan ritus (drama
liturgis kehidupan).
3. Kenangan akan mitos dilakukan pada
batas kehidupan yang paling ekstrim.
4. Dinarasikan dengan tujuan etis.
5. Mitos berbicara tentang realitas
transenden: keyakinan.
Definisi Mitos
Mitos adalah salah satu cara manusia
untuk memahami diri sendiri, fenomena
alam dan masyarakatnya dalam tahap
dimana cara penjelasan ilmiah belum
digunakan atau ditemukan.
Mitos adalah cara menyampaikan pesan
tetap apa yang diaggap “pemahaman,”
yang dalam banyak kasus pemahaman-
pemahaman tersebut diangkat dalam level
“sebagai kebenaran.”
Mitos tidak berarti daya khayal yang
tidak ada hubungannya dengan
kehidupan, melainkan daya khayal
(imaginasi) untuk memahami realitas
dalam cara pandang tertentu.
Mitos adalah akar yang sangat dalam
tentang pemahaman manusia sebagai
manusia sebelum agama dan ilmu
pengetahuan berkembang (Armstrong)
Mitos melindungi eksistensi manusia
dan memberi makna hidup.
Mitos diciptakan dan dilestarikan
untuk mengatasi persoalan-persoalan
yang di luar batas kemampuan
manusia.
Perkembangan berikutnya dari mitos
adalah agama, yakni bentuk yang lebih
bekembang dan rumit disertai dengan
peraturan-peraturan dan ritus. Tetapi
akar agama adalah pada mitos.

Mitos menjadi dasar dari logos, yang


dikemudian hari kedua hal ini dapat
dipisahkan, khususnya ketika ilmu
pengetahuan menganggap diri sebagai
yang terpisah dari mitos.
Walaupun dalam agama disadari akan
pentingnya logos, namun mitos
tetapkan menajd intisari dari agama.
Logos semakin berkembang dalam
dunia modern, walaupun telah
dikembangkan sejalan dengan
pemahaman akan mitos.

Pada masa modern, logos semakin


menguat, teknologi semakin
berkembang. Logos semakin menjadi
penentu kehidupan manusia.
Namun bagaimanapun juga akar yang
sangat dalam pada mitos tidak hilang
begitu saja. Maka dalam dunia modern
yang sangat ditentukan oleh logos,
manusia tetap ingin kembali pada
mitos. Penciptaan karakter mitologis
dalam diri pahlawan-pahlawan tidak
dapat diremehkan yaitu keinginan
untuk kembali menggunakan mitos
untuk memaknai kehidupan ini
Mitos dan Tradisi Oral
Mitos berkembang dalam masa prasejarah
sebelum manusia menggunakan penjelasan
logika atau limiah.
Salah satu mitos yang mungkin tertua
adalah mitos yang berakitan dengan asal-
usul dunia, asal-usul manusia, asal-usul
komunitas: kosmologi selalu berkaitan
dngan mitos tentang asal-usul manusia/
masyarakat.
Mitos dikembangkan dalam tradisi oral,
dalam budaya pra-agraris, agraris, dan
sering dilembagakan dalam pusat-pusat
peradaban (keagaman).

Pada masa dimana kota (benteng)
dikembangkan, kota menjadi identik
dengan pusat peradaban termasuk pusat
“penyembahan,” khususnya di wilayah
Asia (India, China, Babilonia/Irak, Persia)
dan Eropa (Yunani), Afrika (Mesir,
Ethiopia), Amerika (Amerika Selatan).
Mitos kosmologi: asal-usul dunia/kosmos
(penciptaan, emanasi), melibatkan
kekuatan/sosok superpower bisa tunggal
atau banyak, terjadi pada masa pra-
manusia. Sosok tunggal menciptakan
adalah sosok yang kesepian, atau sosok
superpower yang banyak: sering saling
berperang (pada masa Titan).
Mitologi tentang tuhan, dewa-dewi, dan
imaginasi tentang kekuatannya mungkin
merupakan “teologi” dalam bentuk yang
paling awal.
DARI MITOS KE KITAB KEAGAMAAN

Mitos telah dikembangkan pada Zaman


Paleolitik (20.000 SZB-8000 SZB), yakni
pada periode hunting and gathering
dengan ciri mitologi para pemburu,
Zaman Neolitik
(8000SZB-4000SZB)dengan ciri mitologi
para petani, dan perode peradaban awal
(4000-800 SZB)
Kitab-kitab keagamaan mulai muncul
dalam bentuk awal pada Zaman Axial (800
– 200 SZB) yakni suatu periode yang
paling menentukan dalam formasi agama-
agama yang dilandaskan pada teks
tertulis (Karl Jaspers, Armstrong).

Kitab-kitab keagamaan merupakan evolusi


peradaban manusia dengan ciri khas
mendasarkan pada mitos dan sekaligus
menantang mitos.
Entah bagaimana dalam Zaman Axial ini
hanya ada beberapa komunitas yang
secara intens memproduksi kitab-kitab
keagamaan: China/Tiongkok
(Konfusianisme/Taoisme), Timur Tengah/
Ibrani (Monoteisme), Yunani
(Rasionalisme), India (Hinduisme/
Buddhisme)
Kitab-kitab keagamaan mempunyai akar
yang sangat dalam pada mitos yang telah
dikembangkan pada zaman-zaman
sebelumnya.
Asal-usul dunia, asal-usul manusia:
diciptakan oleh, atau dipancarkan, atau
yang berasal dari tokoh pra-manusia.

Di Australia: tokoh superpower


disimbolkan dengan binatang
primordial, dan menjadi usal-usul
dari manusia. Di sini muncul ide
tentang totem.
Mitos dan Agama
Ketika manusia mulai mengembangkan
pemikiran “ilmiah” (logos) dan
menemukan bentuk tulis, maka tradisi
mitos mulai masuk dalam proses
“keabadian,” ditulis dalam manuskrip,
prasasti, batu, kayu, monumen, dll.
Mitos-mitos yang berkaitan dengan
kekuatan superpower dewa-dewi
menjadi dasar dari pengembangan
agama.
Upacara korban dengan bantuan “yang
bukan manusia” menggunakan binatang
dengan syarat-syarat tertentu. Di beberapa
mitos, korban dipakai tumbuh-tumbuhan,
sayur dan buah-buahan (sesaji), tetapi
binatang tetap yang paling utama, bahkan
dalam beberapa tradisi persembahan
dalam bentuk sayuran dan tanaman
dianggap kurang “berkenan.”
Mungin karena tanaman tidak mempunyai
banyak kemiripan dengan manusia.
Sedangkan binatang mempunyai banyak
kemiripan: tubuh dan darah.
Praktek pengorbanan binatang sangat
berkaitan dengan mitos tentang jiwa/atau
roh, yang dalam masyarakat kuno
dianggap berada pada darah.
Mitos Dewa Dewi
Mitos tentang dewa dewi berkembang di
hampir seluruh tempat di dunia (Amerika,
khususnya Amerika Tengah dan Selatan,
Asia, Eropa, dan Afrika).
Mitos Yunani: Zeus, Hercules, Hera,
Olymphus, dsb.
Penggambaran seperti masyarakat
manusia, atau ideal masyarakat manusia.
Zeus adalah raja dewa.
Catatan-catatan mitos tentang
dewa-dewa dilestarikan oleh
imam-imam di kuil-kuil
penyembahan.
Pada zaman Yunani, orang bisa memilih
dewa favorit. Tidak ada pemaksaan bahwa
dewa bersifat tunggal.

Di Mesir, ada keyakinan tentang dewa-


dewi tetapi yang kemudian yang
dianggap sebagi dea tertinggi adalah Ra.
Pada masa sebelum penulisan kitab-
kitab PL, terdapat keyakinan mitologis
bahwa El adakah dewa padang gurun.
Tetapi ada berbagai macam El, yang bisa
aja tidak berisifat tunggal.
Baru pada masa Musa, YHWH
diperkenalkan sebagai dewa yang
melampaui semua-semuanya, yang
misterius dan yang transenden, yang
tidak diketehaui sosoknya, tetapi yang
memanisfetasikan diri dalam hukum
(taurat).
Sangat besar kemungkinan Taurat
berkaitan erat dengan tradisi penulisan
mitos yang terekam dalam hukum.
Barangkali ketika mitos tertuang dalam
bentuk tertulis dan khususnya dalam
bentuk hukum, maka garis batas antara
mitos dan agama terhubung dengan
sangat erat.
Mitologi Para Pemburu (20000 – 8000 SZB)

Mitos-mitos sangat terkait dengan dunia


perburuan, senjata perburuan dan
ketrampilan membunuh mangsa, dan
bagaimana bertahan hidup pada situasi
perburuan.
Dimensi rohani (transendental) telah
memainkan peranan penting dalam
memahami kehidupan sehari-hari.
Mitos tentang para leluhur (makhluk
archetype) dikembangkan pada zaman ini.
Diyakini bahwa para leluhur mengajarkan
kehidupan dalam berbagai dimensi:
perburuan, perang, hubungan seksual,
tenun, dsb.
Dunia rohani/alam gaib tercampur dalam
alam nyata kehidupan sehari-hari.

Dunia rohani/alam gaib tercampur dalam


alam nyata kehidupan sehari-hari.
Mitos dipakai sebagai alat agar manusia
dapat berpartisipasi dalam dunia rohani.

Dalam bentuk yang paling awal, mitos


mengajar manusia untuk menembus batas
dunia nyata sampai melihat realitas yang
lain (Armstrong).
Pada Zaman itu: dunia bersifat misterius,
mitos tentang angkasa raya sangat kuat,
yang menghasilkan mitos personifikasi
“Dewa” Angkasa.
Sementara kesadaran tentang
misteriusnya dunia/angkasa raya ini
berkembang, manusia pada Zaman ini
mengembangkan kesadaran ambigu:
sementara binatang buruan adalah obyek
perburuan tetapi juga sumber kehidupan.
Maka, pemujaan terhadap binatang (yang
terpaksa dibunuh) menjadi tak
terhindarkan.
Mangsa utama adalah binatang-binatang
mamalia (yang mirip dengan manusia).
Ambiguitas/dilema psikologis ini diatasi
dengan mitologi dan ritus. Perburuan
adalah kegiatan sakral.
Mitos dan ritus dipakai oleh manusia
untuk bertahan hidup: homo sapiens
(manusia cerdas) adalah homo necans
(manusia pembunuh)
Walaupun pada Zaman ini, mitos begitu
dominan, tetapi telah dikembangkan juga
logos yang terlihat dari peralatan dan cara-
cara perburuan.
Mitologi Para Petani (8000 - 4000 SZB)

Zaman Neolitik adalah zaman ketika


manusia menciptakan agrikultur. Perlu
diingat bahwa pertanian adalah produk
dari logos.

Tetapi, kegiatan pertanian adalah sakral


yang perlu dilakukan dengan ritus.
Yang sangat penting adalah bahwa
kegiatan pertanian dianggap sama sengan
kegiatan hierogamy: perkawinan suci,
sebagaimana hubungan seksual
menghasilkan “buah” pertanian juga
menghasilkan panen.
Dewi Kesuburan (misalnya Asherah)
adalah kesuburan dalam pertanian
maupun dalam hubungan seksual.
Mitos Zaman Pertanian memberi makna
hidup di tengah kesulitan, sebab
pertanian adalah kegiatan yang tidak
pasti, berperang melawan kemandulan,
kekeringan, kelaparan, dan kekuatan alam
lainnya.

Dalam Kitab Kejadian: hilangnya keadaan


sorgawi ditandai dengan awal dari masa
pertanian: kesukaran bekerja, sakit
bersalin, dsb.
Peradaban Awal (4000 – 800 SZB)

Pada era ini terdapat perkembangan yang


sangat krusial yakni manusia mulai
mengembangkan peradaban dengan
membangun kota. Mulailah masa sejarah.
Zaman ini ditandai dengan kegairahan,
kebebasan dan kebanggaan, tetapi juga
perusakan dan malapetaka (Armstrong)
Dalam Kitab Kejadian, perkembangan
peradaban ini dianggap sebagai
keterpisahan/kekacauan setelah peristiwa
pengusiran dari Taman Eden. Manusia
pertama yang membangun kota adalah
Kain (Kej 4:17), yang pada saat yang
sama adalah pembunuh.
Menara Babel (atau Ziggurat) adalah
bangunan besar hasil logos, tetapi yang
dianggap sebagai arogansi manusia,
padahal dalam masyarakat Babilonia,
menara tersebut adalah tempat pertemuan
antara manusia dan Tuhan.
Pada masa ini, setiap kota yang dibangun
selalu dianggap sebagai kota kudus, kota
sakral, sebagaimana perburuan dan
pertanian adalah kegiatan sakral.

Mitos yang dikembangkan adalah dewa


(dewa) yang berhikmat telah mengajarkan
manusia untuk mendirikan kota.
Kosmogoni/kosmologi berkembang dalam
Zaman ini dengan berbagai macam
variasi, yang terkadang melibatkan ritus.

Mitos yang sangat terkenal adalah Mitos


Gilgamesh yang mencakup kisah
penciptaan sampai peristiwa banjir besar
seperti yang sangat mirip dengan kisah
dalam Kitab Kejadian.
Zaman Axial (800 – 200 SZB)

Zaman ini adalah zaman yang paling


penting dalam proses dimana mitos
dimanfaatkan dan ditransformsikan
menjadi teks-teks keagamaan.
Era ini adalah era yang paling dinamis
dalam dimensi religiusitas: muncul nabi-
nabi, filsuf, dan guru di lingkungan
masyarakat China, India, Yunani dan
Yahudi.
Kawasan-kawasan Axial sedang berada
dalam perubahan sosial-politik yang
masif: pergolakan politik, sosial dan
ekonomi, perang, pengusiran,
pembunuhan/pembantaian besar-besaran.
Kekuasaan beralih ke tangan elit: dari
imam, raja ke pedagang (kaum kapitalis).

Gerakan Axial terjadi dalam penderitaan


kebutuhan akan agama yang praktis, hati
nurani dan moralitas, kasih dan keadilan.
Pada masa inilah teks-teks keagamaan
mulai terwujud dalam bentuknya (tertulis)
dengan memanfaatkan mitos dan sekaligus
memperbaharui mitos dengan logos.

Teks-teks keagamaan yang suatu saat


disepakati dalam konsensus komunitas
agama merupakan kombinasi dalam derajat
yang berbeda-beda antara mitos dan logos.
Konsensus komunitas religius
menetapkan bahwa teks keagamaan
adalah kitab keagamaan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai