Anda di halaman 1dari 5

Transkip Wawancara dengan Ibu Samiyem

P : Maaf, sebelumnya nama ibuk siapa ya ?

S : Samiyem.

P : Samiyem nggih buk ?

S : Inggih. Saya delapan bersaudara, ada yang masih dikampung. Dari dulu saya bekerja
terus mbk. Saya menikah dengan orang Sleman tapi tidak mempunyai anak. ....

P : Ibuk sudah lama tinggal bersama bapak ? sejak tahun 1960-an ya buk ?

S : Iya sudah lama sekali mbk. Kakak saya yang nomor satu telah meninggal dunia, adik
saya yang nomor 4 masih tinggal di kampung. Saya anak nomor tiga. Kakak saya
yang nomor dua tinggal di Sumatera. Nomor 5 di sana (sambil menunjukkan arah ke
utara).

P : Ibuk sendiri asalnya dari mana nggih ?

S : Saya asal Wonosari.

P : Woo nggih buk. Lalu bapak asal mana buk ?

S : Bapak orang Sleman. Dulu saya umur 18 tahun sudah pergi merantau. Saya punya
anak satu, lalu menikah dengan orang Panggang, lalu ikut saya tinggal disini. Tetapi
perkawinan anak saya belum dikaruniai anak. Saya dulu bisa tinggal disini itu ya
karena dibelikan rumah di sini sama bapak, ya ini mbk. Tetapi semenjak bapak
meninggal ya saya tinggal sendiri. Dulu ini rumah ini adalah bangunan yang bagus.
Tetapi ya sekarang tinggal seperti ini mbk. Mau membangun juga membutuhkan uang
yang tidak sedikit.

P : Woo inggih buk, yang terpenting bisa untuk meneduh dan untuk istirahat.

S : Nah iya mbk, yang terpenting itu bisa untuk meneduh. Kalau masuk bulan
ramadhan, masjid itu kalo buat salat penuh, jadi ya sampai sini depan rumah ini mbk.
Saya kalau puasa minggu pertama dan minggu kedua melakukan Juwadak. Besok
senin 1 Maret itu didatangi dokter disini.

P : Kegiatan dokter itu disini melakukan pemeriksaan rutin ya buk ?

S : Inggih, periksa gitu mbk.

P : Pemeriksaannya itu jadwalnya sebulan sekali atau bagaimana ya buk ?

S : Iya sebulan sekali. Biasanya dilaksanakan seusai pengajian rutin itu mbk. Saya itu
pernah sudah sebulan tidak jualan mbk, saya jatuh (sambil menunjukkan bekas
tangannya yang jatuh dan masih bengkak), sampai berguling mbk. Untung disini ada
dokter dan perawat yang pkl, jadi saya diperiksa sama mereka, alhamdulillah pulih
mbk. Saya hidup sendiri mbk, bangun jam setengah 3 pagi, lalu menyalakan api dari
kayu untuk masak, tapi terkadang juga bangun agak siang jam setengah 4 pagi. Untuk
keperluan sehari-hari ya saya cari uang sendiri dan apa-apa sendiri mbk. Yang penting
buat saya diberikan kekuatan, kesehatan, dan panjang umur gitu aja mbk. Saya itu
membuat gorengan, dari kulit saya yang putih sampai sekarang seperti ini
(menunjukkan kaki yang warna kulitnya mulai hitam, kusut, dan gosong). Itu anak
saya yang suka menjenguk saya bertanya, mamak kenapa ? saya jawab itu terkena
percikan minyak goreng dari wajan penggorengan. Dulu saya membuat gorengan
banyak sekali sekali mbk, laris manis. Saya itu ya beneran hidup sendiri mbk, anak
saya sudah menikah hidup berumah tangga sendiri.

P : Ibu sehari-hari bekerja sebagai apa buk ? ada yang ibu kerjakan selain membuka
warung dirumah ?

S : Iya mbk hanya berjualan makanan membuka warung dirumah seperti ini.

P : lalu bapak sewaktu masih hidup bekerja sebagai apa nggih buk ?

S : Ooo kalau bapak dulu narik becak mbk, tapi tidak lama karena disamping itu bapak
juga mencari batu kerakal sampai jam 4 sore. Saya kalau tidur disini ya dengan
seadanya mbk, seperti ini dari dahulu. Sampai-sampai dokter yang suka periksa
bertanya mb, ‘Ibuk kalau tidur tidak pakai bantal sama kayur ya ?’. ‘Pakai dok tapi ya
seperti ini’.

P : Jadi pemeriksaan rutin setiap sebulan sekali itu program dari pemerintah ya buk ?

S : Saya kira juga begitu mbk. Saya dari dulu waktu kecil sampai besar tidak pernah
mau merasakan jarum suntik mbk, apalagi hanya sakit biasa. Tetapi kalau sakit
terjatuh nah itu saya menurut saja dengan dokternya mbk. Hehehe. Kalau sakit sampai
dirawat dirumah sakit pun saya juga belum pernah mbk. Alhamdullah Allah masih
memberikan saya sehat dan kuat mbk.

P2 : Kegiatan sehari-hari ibuk apa saja ?

S : Wah kalau kegaiatn sehari-hari saya banyak mas. Sampai saya suka lelah sendiri.
Saya ada kegiatan lansia di komplek Tentara/Bentara (kurang jelas). Tapi sekarang
sudah jarang ikut kegiatannya, karena jaraknya yang jauh mbk.

P : Ibuk ikut kegiatan lansia di komplek Tentara/Bentara (kurang jelas), untuk sampai
kesana dengan berjalan kaki ?

S : Inggih, nanti kalau selesai memasak dan jualan, seusai ashar sekitar jam setengah 4
saya baru kesana gitu mbk.

P : Lalu ibuk sendiri mulai berjualan makanan jam berapa kira-kira ?

S : Ya pagi mbk. Ya setelah selesai memasak itu biasanya saya sudah buka.
P : Untuk tutup warungnya sendiri sampai jam berapa buk ? menunggu makanan yang
dijual habis atau bagaimana buk ?

S : Ya iya mbk. Sampai masakan saya habis terjual. Kalau bagi saya ya semampu saya
saja mbk, manut sama yang memberi rezeki.

P2 : Selain kegiatan mengaji di masjid itu, apa kegiatan lagi di Kampung ini buk ?

S : Banyak disini. Kalau hari jum’at semua jama’ah sholat jum’at se-Kota Baru kesini
semua. Selain itu ada juwadak, tapi ya itu jauh. Apalagi diminggu ke dua dan ketiga
itu mas mbk semua kegiatan ada di masjid. Tapi sekarang tidak terlalu banyak. Disini
juga sering mendapat bantuan seperti seragam gitu mbk. Kegiatan juwadak itu ya dulu
dari pagi mulai jam 9 gitu, banyak dulu yang ikut. Kalau menabuh gamelan itu ya
sekarang udah malas mbk. Di Kampung Code ini semuanya menganut agama Islam.
Bahkan orang dari RT sebelah juga suka ikut kegiatan di RT sini mbk. Tetapi kalau
soal mengaji peminatnya tidak banyak.

P : Yang ikut mengaji itu kebanyakan dari golongan yang sudah tua-tua gitu ya buk ?

S : Wo iya mbk banyak. Malah yang dari barat Kali Code ini juga ikut mbk. Bahkan
pelataran masjid itu sampai penuh. Bagi saya bisa baca atau tidak yang penting bisa
mendengarkan dan memperhatikan, nanti juga bisa mendapat ilmunya mbk. Disini
kalau hari jum’at gitu biasanya secara rombongan ibuk-ibuk masak-masak mbk buat
snack yang jum’atan.

P : Untuk memasak itu sistemnya bergiliran ya buk ?

S : Oh iya mbk. Terkadang juga mendapat donatur dari yang punya toko ban pinggir
jalan raya itu mbk.

P : Tadi kegiatan orang dewasa sudah, lalu untuk anak-anak sendiri kegiatannya disini
seperti apa buk ?

S :Kalau anak-anak kecil ya kegiatan TPA dari mbk-mbk asrama atau mana gitu mbk.

P : Mbk-mbk yang membantu mengajar TPA itu dari asrama pondok pesantren atau
sukarelawan saja buk ?

S : Tidak pasti itu mbk. Dari sukarelawan ada, mudi-mudi disini juga ikut membantu.

P : Untuk waktu pelaksanaannya sendiri sore hari habis ashar ya buk ?

S : Iya sore mbk, mulai jam 3.

P : Oh iya buk, untuk kegiatan kesenian atau budaya di Kampung Code ini ada tidak
buk ? Kalau ada seperti apa saja buk ? misalkan Merti Dusun gitu buk.
S: Merti Dusun mbk ? Disini itu orangnya pada malas-malas mbk untuk kegiatan seperti
itu, jadi ya tidak ada mbk. Kalaupun ada ya di Kelurahan mbk. Semua kegiatan seni
seperti itu dipusatkan di Keluarahan mbk.

P : Jadi di kampung ini sudah lama ya buk tidak ada kegiatan seni seperti itu ?

S : Iya mbk, tidak ada yang berminat mbk.

P : Sibuk dengan kegiatan masing-masing begitu ya buk ?

S : Lah iya mbk. Kegiatan lansia disuruh untuk berkumpul saja ada yang mau ada yang
tidak mbk. Itu sampai kurang lebih 7 kali kalau tidak salah saya sendiri kok mbk yang
ikut lansia, jalan gitu. Di tempat lansia itu saya dibantu orang Sumatra mbk. Kalau
hari lebaran itu saya sering mendapat pakaian baru mbk, sampai saya tidak mau
memakai. Bahkan seumur-umur saya belum pernah membeli pakaian baru. Baik
sekali pokonya mbk orang Sumatra itu, Mawati Mawarti ah saya lupa mbk namanya.

P2 : Saya sendiri dari Sumatra buk.

S : Woo iya to mas. Itu orang Sumatra yang suka bantu saya katanya mau pindah sini
mas.

P2 : Ibuk sejak kapan tinggal disini ?

S : Saya tinggal disini sudah mmmm.. sejak tahun 1955.

P : Ibuk mulai tinggal disini sudah sama bapak atau bagaimana buk ?

S : Saya ya sendirian mbk. Ceritanya begini mbk, saya ini sebenarnya orang yang suka
marah. Suatu ketika saya mudah marah mbk, lalu saya pergi dari rumah di kampung
saya. Itu saya masih muda sekali mbk. Terus pas dijalan saya berpas-pasan sama
orang ditanya ‘mbk mau kemana ?’. ‘Saya mau ke Jetis (kurang jelas)’. ‘Kalau jam
segini sudah tidak ada bis, adanya siang ’. Eh dilalah jam empat waktu itu masih ada
bis mbk. Lalu sopirnya bilang,’Ya saya antar ke Jogja mbk’. Untung kakak saya ada
yang di Karang Waru. Disana saya mendapat pekerjaan mbk, tapi saya hanya sebentar
wong saya tidak betah. Nah di seberang jalan tempat tinggal kakak saya itu ada
asrama Sumatra. Lalu ditanya sama yang tinggal di asrama itu, ‘mbk mencari
pekerjaan ?’. ‘Inggih to’. ‘Mbk bisa memasak ?’.’Bisa. Tapi ya hanya memasak dan
mencuci piring saja itu’. Ya lalu saya bekerja di asrama itu jadi tukang masak. Saya
diberi gaji uang 20 ribu. Jadi tukang masak itu ya saya biasanya memasak untuk 20
porsi orang saya kerjakan sendiri. Sesuai kesepakatan tugas saya ya hanya masak itu
dan mencuci piring mbk. Disana saya dituntut bisa memasak makanan Sumatra. Ya
saya hanya bisa memasak sebisa saya mbk. Saya masakan rendang, terkadang daun
singkong saya rebus saja. Tetapi malah disukai. Saya kerja asrama itu sampai tahun
1965. Pas tahun PKI itu semua penjagaan ketat, kemana-mana harus membawa
identitas diri. Tetapi ya saya berani saja, bermodal membawa KTP. Saya ini ya dulu
ya sering pulang kampung, apalagi saat ibuk dan bapak saya masih hidup.
P : Nah lalu sekarang masih ada saudara yang tinggal di Wonosari buk ?

S : Ya ada. Kalau saudara, adik saya yang paling kecil masih disana, masih ada
ponakan-ponakan juga. Di kampung itu, bapak ibuk saya punya tanah hampir 1 hektar
mbk. Tetapi sejak orang tua saya meninggal dan sudara-daudara banyak jadi ya tidak
tahu mbk nasib tanahnya sekarang seperti apa.

P : Ibuk sudah lama tidak pulang ke kampung halaman ?

S : Ya tidak mbk. Keponakan saya yang menikah saja saya tidak diberi kabar dan
undangan. Ketika ibuk saya meninggal saja saya memilih dirumah mbk, kata
keponakan saya disuruh istirahat mendoakan dirumah saja, karena saya sudah sering
jatuh dan sakit-sakitan. Ya sudah saya menurut saja mbk. Saya untuk makan sehari-
hari seadanya mbk, dulu sering mendapat bantuan sembako, seperti beras gitu mbk.
Tetapi sekarang sudah tidak pernah mendapatkan lagi. Untuk jualan ini saja saya suka
sambil mengerjakan kerjaan lainnya mbk, biar semua kerjaan juga bisa selesai.

P : Baik buk saya kira sudak cukup untuk wawancaranya. Saya ucapkan terimaksih ibuk
sudah berkenan meluangkan waktu dan mau kami wawancara. Semoga ibuk selalu
diberikan kesehatan, kekuatan, umur panjang, serta rezeki yang berlimpah. Apabila
selama kami melaksanakan wawancara tadi ada kesalahan mohon dimaafkan. Saya
dan teman saya mohon pamit buk.

Keterangan:

- S : Narasumber-Ibu Samiyem

- P : Pewawancara1-Niken Taberi Muasih

- P2 : Pewawancara2-Rizki Aldy Danusa

Anda mungkin juga menyukai