BUKU INFORMASI
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
B. TUJUAN KHUSUS
BAB II
MERENCANAKAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN
(SMK3-L) DITEMPAT KERJA
A. Pengetahuan yang Diperlukan Untuk Mengevaluasi pelaksanaan
SMK3-L
Suatu tempat kerja di proyek bangunan akan memiliki potensi bahaya yang
berbeda dari tempat kerja lainnya. Ini bisa dipahami karena kondisi tempat kerja
yang berbeda-beda. Namun, biasanya akan ada kesamaan pada beberapa potensi
bahaya tertentu.
Sebagai contoh pada proyek pekerjaan bangunan gedung , tentu akan memiliki
potensi bahaya yang berbeda dengan proyek jalan dan jembatan . Namun, potensi
kecelakaan kerja ada pada kedua tempat kerja tadi,
Mungkin ada puluhan, ratusan bahkan ribuan potensi bahaya yang ada di tempat
kerja. Akan tetapi dari sekian banyak potensi bahaya tersebut bisa kita
kelompokkan ke dalam beberapa kategori.
Kategori potensi bahaya – seperti dilansir Canadian Center for Occupational Health
and Safety – tersebut meliputi:
Biologis
Kimia
Fisik
Ergonomis
Psikososial
Biologis:
Potensi bahaya yang termasuk ke dalam kategori ini meliputi bahaya yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus, serangga – seperti nyamuk dan tawon, ular,
burung, binatang buas, dan lain-lain. Satu contoh nyata yang ada di tempat kerja
adalah gigitan ular dan sengatan tawon.
Jika lokasi tempat kerja anda dekat dengan kawasan hutan, maka potensi serangan
hewan buas menjadi potensi bahaya yang nyata pula
Kimia:
Bahan kimia B3 atau bahan berbahaya dan beracun merupakan potensi bahaya
kimia yang paling umum ditemukan di tempat kerja.
Sebut saja misalnya tinta yang digunakan pada mesin photo copy atau printer,
bahan pembersih lantai dan bahan bakar genset.
Bahan kimia B3 lainnya yang biasanya di temukan pada industri seperti hidrogen
peroksida, amonia, asam fosfat, asam fluorida, asam sulfat dan asam nitrat.
Tingkat potensi bahaya yang termasuk ke dalam kategori kimia tergantung dari
sifat atau karakteristik bahan kimia yang dimaksud; mudah meledak, mudah
terbakar, beracun, oksidator, iritan dan lain-lain.
reaksi berantai
ledakan
kebakaran
keracunan
iritasi
kekurangan oksigen
terpaparnya organ-organ tubuh seperti ginjal, saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan lain-lain.
Fisik:
vessel
Ergonomis:
Psikososial:
Aspek psikologi ternyata menjadi salah satu faktor penyebab munculnya potensi
bahaya yang perlu dicermati dengan baik agar tidak muncul masalah keselamatan
kerja.
Diantara potensi bahaya yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain:
Akan tetapi bagi anda yang belum menerapkannya, bisa jadi anda belum memiliki
daftar potensi bahaya yang terkait dengan tempat kerja anda.
Jika itu masalahnya, maka segera lakukan identifikasi potensi bahaya. Pada saat
pertama kali anda melakukannya mungkin tidak semua potensi bahaya anda dapat
kenali.
Tapi itu tidak masalah. Anda bisa melakukan identifikasi ulang untuk
melengkapinya.
Setelah potensi bahaya di tempat kerja dikenali dan kemudian identifikasi selesai
dilakukan, maka langkah berikutnya adalah merencanakan pengendalian bahaya.
Bisa jadi pengendalian bahaya untuk satu potensi bahaya bisa lebih dari satu.
Namun, selalu pilih teknik pengendalian bahaya yang paling efektif, yaitu teknik
eliminasi.
Dengan teknik ini kita menghilangkan potensi bahaya menjadi nol alias tidak ada
sama sekali.
Jika ternyata tidak, maka ganti dengan teknik pengendalian yang lebih efektif
sampai tingkat potensi bahayanya bisa diturunkan menjadi bahaya yang bisa
ditolelir atau tolerable risk.
Potensi bahaya dapat berkembang karena beragam faktor pemicunya. Sebut saja
misalnya adanya perubahan alat kerja atau bahan kimia yang digunakan.
Secara otomatis maka daftar potensi bahaya yang sudah anda buat harus ditinjau
ulang. Karena bisa jadi pengendalian bahayanya belum diterapkan.
Selain itu, setiap ada kejadian, baik itu kecelakaan kerja atau nearmiss maka
review terhadap daftar potensi bahaya juga harus dilakukan. Karena, ini artinya
pengendalian bahaya yang diterapkan sudah terbukti kurang atau bahkan tidak
efektif.
Hampir setiap hari berita kecelakaan kerja di industri kita dengar. Salah satu
diantaranya adalah berita meninggalnya seorang pekerja di Tangerang ketika
sedang membersihkan mesin pendingin. Pekerja tersebut meninggal setelah
tersengat aliran listrik. Akar penyebab kecelakaan kerja tersebut belum diketahui
secara pasti.
Kecelakaan ini tentu menambah jumlah angka kecelakaan kerja yang terjadi di
Indonesia. Angka statistik kecelakaan kerja di Indonesia memang masih tergolong
tinggi.
Menurut catatan BPJS Ketenagakerjaan, pada tahun 2017 telah terjadi 123 ribu
kasus kecelakaan kerja. Angka ini naik sebesar 20% dibandingkan dengan jumlah
kecelakaan kerja pada tahun 2016.
Namun disayangkan belum ada laporan resmi tentang akar penyebab dari sekian
banyak kecelakaan kerja yang telah terjadi.
Kalau kita bandingkan dengan di negara lain, Amerika Serikat misalnya, secara
resmi dipublikasikan tentang data statistik kecelakaan kerja termasuk faktor utama
penyebabnya.
Salah satunya seperti dirilis oleh OSHA. Anda bisa lihat datanya
Berikut ini adalah daftar 10 standar teratas yang paling sering dikutip setelah
inspeksi tempat kerja oleh OSHA federal. OSHA menerbitkan daftar ini untuk
memberi tahu pengusaha tentang standar-standar yang sering dikutip ini sehingga
mereka dapat mengambil langkah-langkah untuk menemukan dan memperbaiki
bahaya yang diakui yang ditangani dalam standar ini dan lainnya sebelum OSHA
muncul. Terlalu banyak cedera dan penyakit yang dapat dicegah terjadi di tempat
kerja.
Padahal dengan mengetahui penyebab kecelakaan kerja, akan ada banyak potensi
kecelakaan kerja yang bisa kita cegah, yaitu dengan cara menghilangkan
penyebab-penyebabnya.
Bisa jadi faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja terjadi begitu
banyak dan beragam.
Tapi, kami akan menulis yang menurut pengalaman kami menjadi faktor utama
terjadinya kecelakaan kerja.
4. Kondisi Peralatan
Memaksakan bekerja dengan menggunakan peralatan dengan kondisi tidak laik
menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Termasuk misalnya
mengoperasikan tanki penyimpanan dengan indikator level yang tidak terkalibrasi.
Menggunakan bahan atau material yang tidak kompatibel juga bisa memicu
terjadinya masalah K3. Ini karena akan terjadi reaksi yang tidak terkendali.
7. Lokasi Kerja
Bekerja pada ketinggian tentu memiliki resiko tinggi. Bekerja di dalam sebuah
confined space jauh lebih berbahaya daripada bekerja pada ruangan terbuka.
Karena itulah faktor lokasi kerja menjadi salah satu penyebab kecelakaan kerja
terjadi.
8. Desain Alat
Alat yang didesain dengan pertimbangan safety di dalamnya akan mampu
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Sebagai contoh, motor kompresor atau
pompa biasanya didesain dengan motor cover, untuk menghindari anggota tubuh
terkena bagian berputar. Desain alat seperti ini aman dari sisi K3. Sebaliknya, alat-
alat putar yang tidak memiliki barrier berpotensi bahaya bagi pekerja.
9. Budaya Safety
Perusahaan dengan budaya safety yang tidak baik akan memiliki potensi terjadinya
kecelakaan kerja yang lebih tinggi. Dan yang membuat sulit adalah proses
mengubah budaya safety yang kurang baik menjadi yang lebih baik memerlukan
waktu, tenaga dan usaha yang besar.
Untuk melakukannya maka kita perlu teknik pengendalian bahaya. Pastikan kita
melakukannya sesuai dengan teori hirarki pengendalian bahaya yang benar.
Jika kita bisa konsisten melakukannya, maka resiko kecelakaan kerja bisa kita ceg
Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu bentuk kerugian baik bagi korban
kecelakaan kerja maupun Perusahaan/Organisasi. Upaya pencegahan kecelakaan
kerja diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian yang timbul serta untuk
meningkatkan kinerja keselamatan kerja di tempat kerja.
Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja (H.W. Heinrich), maka
dapat dirancang berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja,
antara lain :
Secara umum, arti mitigasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengurangi
dan/ atau menghapus kerugian dan korban yang mungkin terjadi akibat bencana,
yaitu dengan cara membuat persiapan sebelum terjadinya bencana.
Bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja serta dapat menimbulkan
kerugian dan korban bagi manusia. Seperti yang telah disebutkan pada penjelasan
arti mitigasi di atas, tujuan utama dari mitigasi adalah untuk mengurangi risiko dan
dampak bencana.
Menimalisir risiko dan/ atau dampak yang mungkin terjadi karena suatu
bencana, seperti korba jiwa (kematian), kerugian ekonomi, dan kerusakan
sumber daya alam.
Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam membuat perencanaan
pembangunan di suatu tempat.
Membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam
menghadapi risiko dan dampak bencana.
Jenis-Jenis Mitigasi
Sumber : /www.maxmanroe.com
Secara umum, mitigasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu mitigasi struktural
dan mitigasi non-struktural. Mengacu pada arti mitigasi di atas, adapun jenis-jenis
mitigasi adalah sebagai berikut:
1. Mitigasi Struktural
2. Mitigasi Non-Struktural
Sumber : /www.maxmanroe.com
1. Harus cermat,teliti dan dan taat azas dalam menghindari potensi bahaya
dan kecelakaaan kerja.
2. Harus cermat,teliti dan dan taat azas dalam membuat pencegahan dan
penanganan bahaya dan kecelakaan kerja sesuai potensi bahaya.
3. Harus cermat,teliti dan dan taat azas dalam menyusun Program mitigasi
bahaya dan kecelakaan kerja.
BAB III
MELAKSANAKAN KETENTUAN SMK3-L SESUAI LINGKUP KERJA
Berikut ini adalah Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang sering digunakan dalam
Produksi Elektronika.
1. Alat Pelindung Kepala
Kacamata Pelindung adalah alat yang digunakan untuk melindungi mata dari
bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil, mengurangi sinar yang
menyilaukan serta percikan bahan kimia. Kacamata Pelindung terdiri dari 2 Jenis
yaitu :
1. Safety Spectacles, berbentuk Kacamata biasa dan hanya dapat melindungi mata
dari bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil dan mengurangi
sinar yang menyilaukan. Biasanya dipakai pada Proses menyolder dan Proses
pemotongan Kaki Komponen.
2. Safety Goggles, Kacamata yang bentuknya menempel tepat pada muka. Dengan
Safety Goggles, mata dapat terlindung dari bahaya percikan bahan kimia, asap,
uap, debu dan loncatan benda tajam. Biasanya dipakai oleh Teknisi Mesin Produksi.
1.3. Penyumbat Telinga (Ear Plug)
Penyumbat Telinga atau Ear Plug digunakan untuk melindungi alat pendengaran
yaitu telinga dari Intensitas Suara yang tinggi. Dengan menggunakan Ear Plug,
Intensitas Suara dapat dikurangi hingga 10 ~ 15 dB. Ear Plug biasanya digunakan
oleh Pekerja yang bekerja di daerah produksi yang memiliki suara mesin tinggi
seperti SMT (Surface Mount Technology) ataupun Mesin Produksi lainnya.
1.4. Penutup Telinga (Ear Muff)
Penutup Telinga atau Ear Muff adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat
pendengaran dari Intensitas Suara yang tinggi. Ear Muff dapat mengurangi
intensitas suara hingga 20 ~ 30dB. Ear Muff terdiri dari Head Band dan Ear Cup
yang terbuat dari bantalan busa sehingga dapat melindungi bagian luar telinga
(daun telinga). Ear Muff sering digunakan oleh Teknisi Mesin dan Generator
(Genset).
1.5. Masker
Masker adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti
Hidung dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, debu dan bau bahan
kimia yang ringan. Masker biasanya terbuat dari Kain atau Kertas. Masker
umumnya dipakai di proses menyolder.
1.6. Respirator
Respirator adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan
seperti Hidung dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, bau bahan kimia,
debu, Uap, Gas serta Partikel Mist dan Partikel Fume. Respirator sering dipakai oleh
Teknisi Mesin Solder, Operator Pengecatan (Painting) dan Proses bahan Kimia
lainnya.
2. Alat Pelindung Badan
Sarung Tangan adalah perlengkapan yang digunkan untuk melindungi tangan dari
kontak bahan kimia, tergores atau lukanya tangan akibat sentuhan dengan benda
runcing dan tajam. Sarung Tangan biasanya dipakai pada proses persiapan bahan
kimia, pemasangan komponen yang agak tajam, proses pemanasan dan lain
sebagainya. Jenis-jenis sarung tangan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sarung Tangan Katun (Cotton Gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari
tergores, tersayat dan luka ringan.
2. Sarung Tangan Kulit (Leather Gloves), digunakna untuk melindungi tangan dari
tergores, tersayat dan luka ringan.
3. Sarung Tangan Karet (Rubber Gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari
kontak dengan bahan kimia seperti Oli, Minyak, Perekat dan Grease.
4. Sarung Tangan Electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari kontak dengan
arus listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan tinggi.
3.2. Sepatu Pelindung (Safety Shoes)
Sepatu Pelindung atau Safety Shoes adalah perlengkapan yang digunakan untuk
melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-benda tajam seperti kaca ataupun
potongan baja, larutan kimia dan aliran listrik. Sepatu Pelindung terdiri dari baja
diujungnya dengan dibalut oleh karet yang tidak dapat menghantarkan listrik.
Sepatu Pelindung wajib digunakan oleh Teknisi Mesin dan Petugas Gudang.
1. Alat pengaman tidak boleh dilepas, dipindahkan ataupun dirubah tanpa ijin.
Sering sekali para pekerja menderita cedera serius apabila tutup gerinda dilepas
atau alat pengaman mesin pres dibongkar karena alasan mengganggu
pekerjaan.Alat pengaman mungkin dipandang oleh pekerja menghambat
pelaksanaan suatu pekerjaan di tempat kerja. Bahkan mungkin para pekerja
mengganggu alat pengaman tersebut menyusahkan dan tidak perlu. Tetapi,
maukah anda membiarkan sangkar seekor singa atau harimau terbuka karena
alasan pintu sangkar mengganggu ? Jika anda menyadari bahwa alat pengaman
adalah untuk melindungi diri anda dan agar pelaksanaan pekerjaan aman, anda
seharusnya merawat alat itu dengan baik dan memeriksanya sebelum anda
pergunakan.
2. Pahami alasan mengapa alat pengaman dipasang dan memiliki pengetahuan
tentang fungsi alat tersebut secara lengkap, agar efektif penggunaanya. Untuk itu
perlu berhati-hati, karena anggapan bahwa mesin tersebut aman dipakai sehingga
alat pengamannya sudah terpasang, tidak perduli bagaimana cara
pemasangannya.
3. Dalam hal alat pengaman mengganggu bila dipakai, maka segera laporkan hal
tersebut kepada atasan untuk mendapatkan petunjuk. Jangan melepas alat
pengaman tersebut tanpa ijin.
4. Apabila melepas alat pengaman untuk perbaikan atau dengan seijin atasan karena
memang diperlukan dalam suatu pekerjaan, maka harus dikembalikan lagi pada
tempatnya segera setelah pekerjaan tersebut selesai dilaksanakan. Ini merukan
tanggung jawab dari pekerja yang melepasnya.
5. Jika alat mengaman rusak, maka laporkan segerah kepada atasan agar diperoleh
petunjuk dan dilaksanakan perbaikan.
6. Jika terdapat kebutuhan adanya alat pengaman, maka laporkan kepada atasan
untuk memperoleh persetujuan.
1.1.3 APAR
Api punya potensi jadi ancaman untuk kehidupan serta property Anda. Mempunyai
perlindungan kebakaran yang pas sangatlah utama untuk melindungi keselamatan
individu, serta disebabkan banyak usaha yang tidak berhasil untuk bangkit kembali
sesudah alami kebakaran besar serta mengakibatkan kerugian yang berarti.
Pengadaan peralatan pemadam mampu membuat ketidaksamaan pada insiden
kecil serta insiden dengan taraf besar. Alat Pemadam Api Kebakaran Ringan (APAR)
jenis Portable Standard, tawarkan efisiensi pemadaman tingkat tinggi pada
beberapa besar lokasi usaha Anda yang mempunyai kemungkinan kebakaran.
Kami tawarkan rangkaian komplit deteksi serta system pemadaman api dengan
cost pemeliharaan yang efisien untuk spesifikasi pribadi Anda. Tidak hanya instalasi
system kebakaran serta layanan, kami juga sediakan bermacam jenis peralatan
keamanan serta peralatan penyelamatan yang bermutu, bersertifikat, serta
bergaransi.
Kami juga memastikan peralatan penunjang keselamatan saat terjadinya musibah
kebakaran berperan dengan cara maksimal, Alat Pemadam Kebakaran Api Ringan
(APAR) adalah keperluan asuransi yang diperlukan untuk semua bidang usaha,
serta dibutuhkan membuat perlindungan aset serta keselamatan pribadi beberapa
karyawan serta pengunjung perusahaan atau sektor bisnis Anda. Di produksi
dengan standard paling tinggi, serta didatangkan untuk memberi peran yang besar
membuat perlindungan seluruhnya penerapan usaha Anda.
1. Ruang P3K
Rua
ng Pertolongan Pertama pada Kecelakaan/alatkesehatan.id
Ruang P3K merupakan ruangan yang disediakan dan dirancang khusus oleh
perusahaan untuk penanganan pertama tenaga kerja yang mengalami kecelakaan
maupun tempat merawat pekerja yang sedang sakit saat bekerja.
Perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih dan perusahaan yang
mempekerjakan kurang dari 100 orang namun memiliki potensi bahaya tinggi
WAJIB memiliki ruang P3K.
Lokasi yang ideal untuk ruang P3K adalah ruangan yang dekat dengan toilet/kamar
mandi, dekat jalan keluar, mudah dijangkau dari area kerja, dan dekat dengan
tempat parkir kendaraan.
Syarat utama ruang P3K adalah bersih/steril dan memiliki luas yang cukup untuk
menampung tempat tidur, lemari/kotak obat P3K, timbangan badan, tempat
menyimpan tandu dan kursi roda, tempat sampah, air minum, penyejuk ruangan,
meja dan kursi. Selain itu, ruang P3K yang baik juga terdapat petugas kesehatan
yang telah terlatih P3K.
Lemari atau kotak P3K adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan berbagai
peralatan dan obat pertolongan pertama pada kecelakaan. Selain dipasang di
ruang P3K, kotak ini biasanya juga dipasang di beberapa tempat yang mudah
dilihat dan dijangkau oleh pekerja.
Kotak P3K yang baik harus kuat dan mudah diangkat/dipindah. Biasanya kotak ini
terbuat dari bahan kayu atau logam, berwarna putih, diberi lambang palang merah
dan tulisan “P3K” atau “First Aid” dibagian kaca pintu kotak K3 sebagai penanda.
akan semakin besar pula kotak obat yang dibutuhkan. Bahkan bagi perusahaan
dengan karyawan yang banyak, kotak P3K bisa dibuat lebih banyak dan
ditempatkan di berbagai tempat yang rawan terjadi kecelakaan.
Isi kotak P3K di Tempat Kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Beberapa isi perlengkapan di kotak K3 terdiri dari : Kasa steril terbungkus, Perban,
Plester, Kapas, Kain mittela, Gunting, Peniti, Sarung tangan, Masker, Pinset, Lampu
senter, Gelas untuk cuci mata, Kantong plastik, Aquades, Povidon Iodin, Alkohol
70%, Buku panduan P3K, Buku catatan, Tensimeter, Stetoskop, Daftar isi kotak,
dan obat-obatan.
Beberap alat evakuasi dan transportasi yang bisa digunakan pertolongan pertama
adalah tandu, alat bantu pernafasan, kursi roda, dan jika memungkinkan bisa
menggunakan mobil ambulan atau kendaraan lain yang dapat digunakan untuk
mengangkut korban.
4. Petugas P3K
5. Fasilitas Tambahan
Selain berbagai fasilitas P3K yang telah disebutkan diatas, perusahaan tertentu
juga membutuhkan berbagai fasilitas tambahan untuk menjamin kegiatan P3K
dapat berjalan dengan baik. Fasilitas tambahan tersebut bisa berupa alat pelindung
diri atau peralatan khusus yang digunakan di tempat kerja yang menangani potensi
bahaya yang membutuhkan penanganan khusus. (Baca juga : Alat Pelindung Diri
dan Perlengkapan Kerja)
Alat pelindung diri ini khusus disediakan untuk perlindungan petugas K3 maupun
korban kecelakaan. Hal ini disesuaikan dengan potensi bahaya di tempat kerja,
misalnya alat pencuci mata, seragam anti api, alat pembasahan tubuh cepat, dan
lain sebagainya.
Saat terjadi kecelakaan kerja, petugas P3K wajib segera menolong korban. Demi
kebaikan bersama, petugas P3K harus perhatikan prinsip dasar dalam memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan, yaitu :
Saat terjadi kecelakaan kerja biasanya timbul situasi panik. Sebagai petugas P3K
usahakan tetap tenang dan lihatlah situasi dengan cermat sehingga Anda tidak
menjadi korban kecelakaan berikutnya. Pastikan diri Anda dalam posisi aman untuk
bisa menolong orang lain.
Pencatatan ini berfungsi untuk memberikan data secara falid kepada pihak lain
(misalanya rumah sakit/rujukan) tentang identitas korban, kronologi kejadian, dan
gejala penyakit yang diderita.
1. Jangan Panik.
Meski situasi dan kondisi saat terjadi kecelakaan crowded, usahakan tetap tenang
dan segera mengambil tindakan secara tepat dan cepat.
Jangan pindahkan korban sebelum diketahui secara pasti jenis dan keparahan
cidera yang dialami, kecuali bila tempat tersebut tidak memungkinkan lagi untuk
melalukan perawatan. Apabila korban hendak diusung, hentikan pendarahan dan
pastikan tulang yang patah sudah dibidai.
1. Harus cermat dan teliti dalam menyiapkan perlengkapan dan peralatan Alat
Pelindung Diri (APD) Alat Pengaman Kerja (APK) Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) Dan Alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja (P3K) yang
diperlukan
BAB IV
MENGEVALUASI PELAKSANAAN SMK3-L
A. Pengetahuan yang diperlukan untuk Mengevaluasi pelaksanaan SMK3-L
Setiap tahapan pekerjaan dalam kegiatan konstruksi jalan dan jembatan, yang
meliputisurvei,investigasi, perancangan dan perencanaan, pelaksanaan konstruksi,
pengoperasian, pemeliharaan jalan dan jembatan, harus mengacu kepada aspek
rekayasa teknik, keamanan, keselamatan dan kesehatan, serta lingkungan sesuai
peraturan perundang undangan yang berlaku.
2. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi (seperti : pertambangan, minyak dan gas
bumi)
b. Perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi (dapat pula ditentukan oleh
Dirjen/Kadis Provinsi).
1. Penetapan Kebijakan K3
2. Perencanaan K3
Report this ad
b. skala prioritas;
g. sistem pertanggungjawaban.
d. instruksi kerja.
3. Pelaksanaan Rencana K3
1. tindakan pengendalian;
6. produk akhir;
3. membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh, orang lain
selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait;
3. kinerja K3;
3. izin kerja;
2. Harus cermat,teliti dan dan taat azas dalam membuat pelaksanaan SMK3-L
ditinjau kembali kesesuaiannya dengan SOP
3. Harus cermat,teliti dan dan taat azas dalam membuat rekomendasi perbaikan
terhadap pelaksanaan SMK3-L .
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Referensi
a. Abdullah, Rijal. (2009). Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pertambangan
Batubara Bawah Tanah. UNP Press. Padang.
B. Referensi Lainnya
A. Daftar Peralatan/Mesin
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN
1 Sunardi,S.Pd Widyaiswara