Anda di halaman 1dari 50

IHAN BERBASIS KOMPETENSIBANGUNAN

MENERAPKAN SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN
LINGKUNGAN (SMK3-L)
M.711000.001.01

BUKU INFORMASI

Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan


Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Tahun 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4
A. TUJUAN UMUM ................................................................... 4

B. TUJUAN KHUSUS ................................................................. 4

BAB II MERENCANAKAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN JKERJA DAN LINGKUNGAN
(SMK3-L) DITEMPAT KERJA ……………………………………….. 5
A. Pengetahuan yang Diperlukan Untuk Merencanakan Penerapan

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Jkerja Dan

Lingkungan (SMK3-L) Ditempat Kerja................................................... 5

B. Keterampilan yang Diperlukan Untuk Merencanakan Penerapan

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Jkerja Dan

Lingkungan (SMK3-L) Ditempat Kerja………………………………………………… 20

C. Sikap Kerja yang Diperlukan Untuk Merencanakan Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Jkerja Dan Lingkungan

(SMK3-L) Ditempat Kerja.................................................................... 20

BAB III MELAKSANAKAN KETENTUAN SMK3-L SESUAI LINGKUP


KERJA…………………………………………………………………….. 21
A. Pengetahuan yang Diperlukan Untuk Melaksanakan ketentuan

SMK3-L sesuai lingkup kerja.................................................................. 21

B. Keterampilan yang Diperlukan Untuk Melaksanakan ketentuan SMK3-L

sesuai lingkup kerja.............................................................................. 38

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 2 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

C. Sikap Kerja yang Diperlukan Untuk Melaksanakan ketentuan SMK3-L

sesuai lingkup kerja............................................................................. 38

BAB IV MENGEVALUASI PELAKSANAAN SMK3-L ……………………….. 39


A. Pengetahuan yang Diperlukan Untuk Mengevaluasi pelaksanaan SMK3-L.. 39

B. Keterampilan yang Diperlukan Untuk Mengevaluasi pelaksanaan SMK3-L. 45

C. Sikap Kerja yang Diperlukan Untuk Mengevaluasi pelaksanaan SMK3-L.... 45

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48


A. Buku Referensi ........................................................................... 48

B. Referensi Lainnya ....................................................................... 48

DAFTAR ALAT DAN BAHAN ......................................................................... 49


A. DAFTAR PERALATAN/MESIN ....................................................... 49

B. DAFTAR BAHAN ......................................................................... 49

DAFTAR PENYUSUN ……………………………………………………………………………… 50

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 3 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN UMUM

Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu menerapkan Keselamatan


dan Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L)

B. TUJUAN KHUSUS

Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Menerapkan


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) ini guna
memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat diharapkan memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Merencanakan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan jkerja
dan lingkungan (SMK3-L) ditempat kerja Menyiapkan terselenggaranya
keselamatan kerja
2. Melaksanakan ketentuan SMK3-L sesuai lingkup kerja
3. Mengevaluasi pelaksanaan SMK3-L

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 4 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

BAB II
MERENCANAKAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN
(SMK3-L) DITEMPAT KERJA
A. Pengetahuan yang Diperlukan Untuk Mengevaluasi pelaksanaan
SMK3-L

2.1. Mengidentifikasi Potensi Bahaya dan Kecelakaaan Kerja

Suatu tempat kerja di proyek bangunan akan memiliki potensi bahaya yang
berbeda dari tempat kerja lainnya. Ini bisa dipahami karena kondisi tempat kerja
yang berbeda-beda. Namun, biasanya akan ada kesamaan pada beberapa potensi
bahaya tertentu.

Sebagai contoh pada proyek pekerjaan bangunan gedung , tentu akan memiliki
potensi bahaya yang berbeda dengan proyek jalan dan jembatan . Namun, potensi
kecelakaan kerja ada pada kedua tempat kerja tadi,

Mungkin ada puluhan, ratusan bahkan ribuan potensi bahaya yang ada di tempat
kerja. Akan tetapi dari sekian banyak potensi bahaya tersebut bisa kita
kelompokkan ke dalam beberapa kategori.

Kategori potensi bahaya – seperti dilansir Canadian Center for Occupational Health
and Safety – tersebut meliputi:

 Biologis
 Kimia
 Fisik
 Ergonomis
 Psikososial

Potensi-potensi bahaya di tempat kerja untuk masing-masing kategori dapat dilihat


pada daftar berikut ini:

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 5 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Biologis:

Potensi bahaya yang termasuk ke dalam kategori ini meliputi bahaya yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus, serangga – seperti nyamuk dan tawon, ular,
burung, binatang buas, dan lain-lain. Satu contoh nyata yang ada di tempat kerja
adalah gigitan ular dan sengatan tawon.

Jika lokasi tempat kerja anda dekat dengan kawasan hutan, maka potensi serangan
hewan buas menjadi potensi bahaya yang nyata pula

Kimia:

Gambar 2.1 Penggunaan masker

Bahan kimia B3 atau bahan berbahaya dan beracun merupakan potensi bahaya
kimia yang paling umum ditemukan di tempat kerja.

Sebut saja misalnya tinta yang digunakan pada mesin photo copy atau printer,
bahan pembersih lantai dan bahan bakar genset.

Bahan kimia B3 lainnya yang biasanya di temukan pada industri seperti hidrogen
peroksida, amonia, asam fosfat, asam fluorida, asam sulfat dan asam nitrat.

Tingkat potensi bahaya yang termasuk ke dalam kategori kimia tergantung dari
sifat atau karakteristik bahan kimia yang dimaksud; mudah meledak, mudah
terbakar, beracun, oksidator, iritan dan lain-lain.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 6 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Potensi bahaya yang terkait dengan bahan kimia adalah:

 reaksi berantai
 ledakan
 kebakaran
 keracunan
 iritasi
 kekurangan oksigen
 terpaparnya organ-organ tubuh seperti ginjal, saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan lain-lain.

Fisik:

Potensi bahaya yang termasuk ke dalam kategori ini dapat berupa:

 suhu yang tinggi atau sangat rendah


 radiasi
 tekanan yang tinggi, yang dapat berupa gas dalam tabung atau pressure

vessel

 tekanan vakum yang sangat rendah


 alat berputar yang tidak dilengkapi dengan alat pengaman
 jatuh dari ketinggian
 tersengat aliran listrik
 benda tajam
 tergelincir
 terbentur benda keras
 dan lain-lain

Ergonomis:

Terdapat beberapa potensi bahaya yang tergolong ke dalam kelompok ergonomis


diantaranya:

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 7 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

 pergerakan yang berlebihan dan berulang


 terlalu banyak menggunakan pengangkatan manual
 tempat kerja yang dirancang dengan tidak tepat, termasuk tempat duduk
 posisi berdiri yang terlalu lama
 posisi duduk yang terlalu lama
 pencahayaan yang terlalu minim atau berlebih
 getaran atau vibrasi yang melebihi ambang batas aman
 kebisingan yang melebihi batas aman
 temperatur ruang kerja yang terlalu dingin atau panas

Psikososial:

Aspek psikologi ternyata menjadi salah satu faktor penyebab munculnya potensi
bahaya yang perlu dicermati dengan baik agar tidak muncul masalah keselamatan
kerja.

Diantara potensi bahaya yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain:

 jam kerja shift malam


 jam kerja yang terlalu panjang
 beban kerja yang terlalu besar atau terlalu rendah
 selalu bekerja dengan deadline yang pendek
 tidak ada support dari atasan atas masalah di tempat kerja
 adanya konflik pribadi
 hubungan yang buruk antara atasan dan bawahan
 ketersediaan peralatan kerja yang minim
 upah atau gaji dengan standar yang rendah
 komunikasi yang tidak berjalan baik

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 8 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Segera Lakukan Identifikasi Potensi Bahaya di Tempat Kerja

Gambar 2.2 Ceklis K3

Bagi perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3) atau sistem


manajemen keselamatan OHSAS 18001, maka daftar potensi bahaya seperti yang
dibahas di atas wajib dimiliki.

Akan tetapi bagi anda yang belum menerapkannya, bisa jadi anda belum memiliki
daftar potensi bahaya yang terkait dengan tempat kerja anda.

Jika itu masalahnya, maka segera lakukan identifikasi potensi bahaya. Pada saat
pertama kali anda melakukannya mungkin tidak semua potensi bahaya anda dapat
kenali.

Tapi itu tidak masalah. Anda bisa melakukan identifikasi ulang untuk
melengkapinya.

Karena, proses identifikasi potensi bahaya adalah proses yang berkesinambungan.


Harus anda lakukan secara terus-menerus.

Lakukan Pengendalian Potensi Bahaya Sekarang

Setelah potensi bahaya di tempat kerja dikenali dan kemudian identifikasi selesai
dilakukan, maka langkah berikutnya adalah merencanakan pengendalian bahaya.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 9 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Bisa jadi pengendalian bahaya untuk satu potensi bahaya bisa lebih dari satu.
Namun, selalu pilih teknik pengendalian bahaya yang paling efektif, yaitu teknik
eliminasi.

Dengan teknik ini kita menghilangkan potensi bahaya menjadi nol alias tidak ada
sama sekali.

Jangan lupa untuk melakukan evaluasi. Perhatikan apakah teknik pengendalian


yang dipilih memang efektif.

Jika ternyata tidak, maka ganti dengan teknik pengendalian yang lebih efektif
sampai tingkat potensi bahayanya bisa diturunkan menjadi bahaya yang bisa
ditolelir atau tolerable risk.

Tinjau Ulang Daftar Potensi Bahaya

Potensi bahaya dapat berkembang karena beragam faktor pemicunya. Sebut saja
misalnya adanya perubahan alat kerja atau bahan kimia yang digunakan.

Secara otomatis maka daftar potensi bahaya yang sudah anda buat harus ditinjau
ulang. Karena bisa jadi pengendalian bahayanya belum diterapkan.

Peninjauan ulang juga penting untuk mengevaluasi keefektifan teknik pengendalian


yang digunakan.

Selain itu, setiap ada kejadian, baik itu kecelakaan kerja atau nearmiss maka
review terhadap daftar potensi bahaya juga harus dilakukan. Karena, ini artinya
pengendalian bahaya yang diterapkan sudah terbukti kurang atau bahkan tidak
efektif.

10 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 10 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Gambar 2.3 Faktor Penyebab kecelakaan kerja

Hampir setiap hari berita kecelakaan kerja di industri kita dengar. Salah satu
diantaranya adalah berita meninggalnya seorang pekerja di Tangerang ketika
sedang membersihkan mesin pendingin. Pekerja tersebut meninggal setelah
tersengat aliran listrik. Akar penyebab kecelakaan kerja tersebut belum diketahui
secara pasti.

Kecelakaan ini tentu menambah jumlah angka kecelakaan kerja yang terjadi di
Indonesia. Angka statistik kecelakaan kerja di Indonesia memang masih tergolong
tinggi.

Menurut catatan BPJS Ketenagakerjaan, pada tahun 2017 telah terjadi 123 ribu
kasus kecelakaan kerja. Angka ini naik sebesar 20% dibandingkan dengan jumlah
kecelakaan kerja pada tahun 2016.

Namun disayangkan belum ada laporan resmi tentang akar penyebab dari sekian
banyak kecelakaan kerja yang telah terjadi.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 11 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Kalau kita bandingkan dengan di negara lain, Amerika Serikat misalnya, secara
resmi dipublikasikan tentang data statistik kecelakaan kerja termasuk faktor utama
penyebabnya.

Salah satunya seperti dirilis oleh OSHA. Anda bisa lihat datanya

Berikut ini adalah daftar 10 standar teratas yang paling sering dikutip setelah
inspeksi tempat kerja oleh OSHA federal. OSHA menerbitkan daftar ini untuk
memberi tahu pengusaha tentang standar-standar yang sering dikutip ini sehingga
mereka dapat mengambil langkah-langkah untuk menemukan dan memperbaiki
bahaya yang diakui yang ditangani dalam standar ini dan lainnya sebelum OSHA
muncul. Terlalu banyak cedera dan penyakit yang dapat dicegah terjadi di tempat
kerja.

Gambar 2.4 10 Penyebab kecelakaan

Padahal dengan mengetahui penyebab kecelakaan kerja, akan ada banyak potensi
kecelakaan kerja yang bisa kita cegah, yaitu dengan cara menghilangkan
penyebab-penyebabnya.

Cari Tahu Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 12 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Karena mengetahui faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja sangat penting, maka


pada modul informasi ini akan difokuskan pada faktor-faktor tadi.

Bisa jadi faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja terjadi begitu
banyak dan beragam.

Tapi, kami akan menulis yang menurut pengalaman kami menjadi faktor utama
terjadinya kecelakaan kerja.

Kami mencoba menggabungkan dengan beberapa faktor yang diperoleh dari


beberapa sumber. Tentu saja, hasil dari investigasi mendalam dari suatu
kecelakaan kerja yang terjadi.

1. Training Yang Tidak Memadai


Faktor kurangnya training, termasuk frekuensi training yang terlalu jarang (untuk
refreshing) dan tidak ada evaluasi setelah training menjadi salah satu penyebab
terjadinya kecelakaan kerja.

2. Perilaku Tidak Aman


Banyak bercanda sewaktu bekerja, ceroboh atau mengabaikan peraturan K3 adalah
sekedar beberapa diantara sekian banyak perilaku tidak aman. Mengabaikan
prosedur kerja juga termasuk ke dalam kategori perilaku tidak aman.

3. Prosedur atau SOP


Prosedur kerja yang disusun dengan tidak memperhatikan faktor keselamatan kerja
di dalamnya, dapat menyebabkan kecelakaan kerja terjadi. Maka, penting sekali
untuk melakukan evaluasi dan review secara berkala terhadap semua prosedur
kerja yang telah dibuat.

4. Kondisi Peralatan
Memaksakan bekerja dengan menggunakan peralatan dengan kondisi tidak laik
menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Termasuk misalnya
mengoperasikan tanki penyimpanan dengan indikator level yang tidak terkalibrasi.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 13 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

5.Bahan Yang Digunakan


Menghindari penggunaan bahan kimia B3 seperti H2O2 atau HNO3 tentu jauh lebih
efektif untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dari pada menggunakan
bahan kimia B3 meskipun dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti kacamata
safety misalnya.

Menggunakan bahan atau material yang tidak kompatibel juga bisa memicu
terjadinya masalah K3. Ini karena akan terjadi reaksi yang tidak terkendali.

6.Desain Tempat Kerja


Idealnya, tempat kerja didesain aman sejak awal. Namun, pada kenyataannya
tetap saja ada lack of design yang membuat tempat kerja tidak 100% aman. Juga,
bisa jadi tempat kerja menjadi tidak lebih aman setelah ada perubahan desain atau
modifikasi.

7. Lokasi Kerja
Bekerja pada ketinggian tentu memiliki resiko tinggi. Bekerja di dalam sebuah
confined space jauh lebih berbahaya daripada bekerja pada ruangan terbuka.
Karena itulah faktor lokasi kerja menjadi salah satu penyebab kecelakaan kerja
terjadi.

8. Desain Alat
Alat yang didesain dengan pertimbangan safety di dalamnya akan mampu
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Sebagai contoh, motor kompresor atau
pompa biasanya didesain dengan motor cover, untuk menghindari anggota tubuh
terkena bagian berputar.  Desain alat seperti ini aman dari sisi K3. Sebaliknya, alat-
alat putar yang tidak memiliki barrier berpotensi bahaya bagi pekerja.

9. Budaya Safety
Perusahaan dengan budaya safety yang tidak baik akan memiliki potensi terjadinya
kecelakaan kerja yang lebih tinggi. Dan yang membuat sulit adalah proses
mengubah budaya safety yang kurang baik menjadi yang lebih baik memerlukan
waktu, tenaga dan usaha yang besar.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 14 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

10. Komitmen Manajemen


Komitmen yang kuat serta dukungan penuh manajemen terhadap safety di dalam
perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap angka kecelakaan kerja yang
terjadi. Komitmen yang kuat bisa dilihat salah satunya dari seberapa besar alokasi
anggaran yang disediakan untuk membuat tempat kerja menjadi lebih aman.

Proaktif Dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja

Setelah kita mengetahui faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kecelakaan


kerja, maka sekarang saatnya kita untuk melakukan upaya nyata.

Apa yang harus kita lakukan?

Yang terpenting adalah melakukan identifikasi bahaya secara konsisten dan


melakukan upaya untuk menurunkan tingkat bahaya tersebut ketingkat yang
aman.

Untuk melakukannya maka kita perlu teknik pengendalian bahaya. Pastikan kita
melakukannya sesuai dengan teori hirarki pengendalian bahaya yang benar.

Jika kita bisa konsisten melakukannya, maka resiko kecelakaan kerja bisa kita ceg

2.2 Mengidentifikasi Cara Pencegahan Dan Penanganan Bahaya Dan

Kecelakaan Kerja Sesuai Potensi Bahaya

Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja

Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu bentuk kerugian baik bagi korban
kecelakaan kerja maupun Perusahaan/Organisasi. Upaya pencegahan kecelakaan
kerja diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian yang timbul serta untuk
meningkatkan kinerja keselamatan kerja di tempat kerja.

Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja (H.W. Heinrich), maka
dapat dirancang berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja,
antara lain :

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 15 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Gambar 2.5 Pencegahan kecelakaan kerja di tempat kerja

1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di Tempat


Kerja :
o Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
o Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman di tempat kerja.
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :
o Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
o Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga kerja.
o Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang berkaitan dengan
peningkatan penerapan K3 di tempat kerja.
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :
o Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
o Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja.

2.3 Menyusun Program Mitigasi Bahaya dan Kecelakaan Kerja

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 16 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Secara umum, arti mitigasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengurangi
dan/ atau menghapus kerugian dan korban yang mungkin terjadi akibat bencana,
yaitu dengan cara membuat persiapan sebelum terjadinya bencana.

Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana,


pengertian mitigasi adalah suatu rangkaian upaya yang dilakukan untuk
meminimalisir risiko dan dampak bencana, baik melalui pembangunan infrastruktur
maupun memberikan kesadaran dan kemampuan dalam menghadapi bencana.

Pada dasarnya mitigasi dilaksanakan untuk menghadapi berbagai jenis bencana,


baik itu bencana alam (natural disaster) maupun bencana akibat ulah manusia
(man-made disaster). Tujuan utama mitigasi adalah untuk mengurangi atau
bahkan meniadakan risiko dan dampak bencana.

Bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja serta dapat menimbulkan
kerugian dan korban bagi manusia. Seperti yang telah disebutkan pada penjelasan
arti mitigasi di atas, tujuan utama dari mitigasi adalah untuk mengurangi risiko dan
dampak bencana.

Adapun beberapa tujuan mitigasi adalah sebagai berikut:

 Menimalisir risiko dan/ atau dampak yang mungkin terjadi karena suatu
bencana, seperti korba jiwa (kematian), kerugian ekonomi, dan kerusakan
sumber daya alam.
 Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam membuat perencanaan
pembangunan di suatu tempat.
 Membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam
menghadapi risiko dan dampak bencana.

 Jenis-Jenis Mitigasi

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 17 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Gambar 2.6 Mitigasi

Sumber : /www.maxmanroe.com

 Secara umum, mitigasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu mitigasi struktural
dan mitigasi non-struktural. Mengacu pada arti mitigasi di atas, adapun jenis-jenis
mitigasi adalah sebagai berikut:

1. Mitigasi Struktural

 Mitigasi struktural adalah upaya mengurangi risiko bencana dengan cara


melakukan pembangunan prasarana fisik dengan spesifikasi tertentu dan
memanfaatkan teknologi. Beberapa contoh penggunaan teknologi
misalnya;
 Pembangunan kanal khusus untuk mencegah banjir.
 Penggunaan alat deteksi aktivitas gunung berapi.
 Membuat struktur bangunan yang tahan gempa
 Penggunaaan sistem peringatan dini untuk memperkirakan kemungkinan
adanya gelombang tsunami.

Mitigasi struktural ini lebih mengedapankan tindakan mengurangi kerentanan


terhadap bencana, yaitu dengan cara melakukan rekayasa bangunan yang tahan
terhadap bencana. Dengan begitu, maka struktur bangunan dapat bertahan dalam

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 18 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

menghadapi bencana atau hanya mengalami kerusakan yang tidak membahayakan


manusia.

2. Mitigasi Non-Struktural

Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana yang mungkin


terjadi melalui kebijakan atau peraturan tertentu. Beberapa contoh mitigasi non-
struktural adalah;

 Larangan membuang sampah ke selokan atau sungai.


 Mengatur tata ruang kota
 Mengatur kapasitas pembangunan masyarakat

Intinya, mitigasi non-struktural ini lebih berhubungan dengan pembuatan kebijakan


dan peraturan yang tujuannya untuk mencegah terjadinya risiko bencana.

Kegiatan dalam Mitigasi Bencana

Sumber : /www.maxmanroe.com

Berdasarkan siklus waktunya, dalam penanganan bencana terdapat empat


kategori, yaitu; sebelum bencana (mitigasi), saat terjadi bencana (perlindungan
dan evakuasi), sesaat setelah bencana (pencarian dan penyelamatan), pasca
bencana (pemulihan).

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 19 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Dari empat kategori penanganan bencana tersebut, kegiatan sebelum terjadinya


bencana (mitigasi) dapat meminimalisir dampak bencana yang terjadi. Mengacu
pada arti mitigasi, adapun beberapa kegiatan dalam mitigasi adalah sebagai
berikut:

1. Mengenalkan dan memantau risiko bencana


2. Merencanakan partisipasi penanggulangan bencana
3. Memberikan kesadaran bencana pada masyarakat
4. Melakukan upaya fisik, non-fisik, serta mengatur penanggulangan bencana
5. Mengidentifikasi dan pengenalan sumber ancaman bencana
6. Memantau pengelolaan sumber daya alam
7. Memantai penggunakan teknologi tinggi
8. Mengawasi pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup
9. Kegiatan mitigasi bencana lainnya

Bagian terpenting dalam kegiatan mitigasi adalah pemahaman tentang sifat


bencana karena setiap tempat memiliki berbagai tipe bahaya yang berbeda-
beda. Misalnya, beberapa negara sangat sering mengalami gempa bumi,
sedangkan negara lainnya sangat rentan terhadap ancaman banjir.

Sebagian besar negara-negara di dunia sangat rentan terhadap kombinasi


beberapa bencana. Sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik terhadap berbagai
bahaya bencana tersebut yang merupakan tanggungjawab dari para ahli dan
ilmuwan (hidrologi, seismologi, vulkanologi, dan lainnya).

B. Keterampilan yang diperlukan dalam merencanakan penerapan


sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan
lingkungan (SMK3-L) ditempat kerja.

1. Menghindari potensi bahaya dan kecelakaaan kerja.


2. Membuat pencegahan dan penanganan bahaya dan kecelakaan kerja
sesuai potensi bahaya.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 20 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

3. Menyusun Program mitigasi bahaya dan kecelakaan kerja.

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam merencanakan penerapan


sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan
lingkungan (SMK3-L) ditempat kerja.

1. Harus cermat,teliti dan dan taat azas dalam menghindari potensi bahaya
dan kecelakaaan kerja.
2. Harus cermat,teliti dan dan taat azas dalam membuat pencegahan dan
penanganan bahaya dan kecelakaan kerja sesuai potensi bahaya.
3. Harus cermat,teliti dan dan taat azas dalam menyusun Program mitigasi
bahaya dan kecelakaan kerja.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 21 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

BAB III
MELAKSANAKAN KETENTUAN SMK3-L SESUAI LINGKUP KERJA

A. Pengetahuan yang diperlukan Untuk Melaksanakan Ketentuan SMK3-L


Sesuai Lingkup Kerja

3.1.1 Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment adalah alat-alat atau
perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan
pekerja saat melakukan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya atau resiko
kecelakaan kerja. Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan harus sesuai dengan
potensi bahaya dan resiko pekerjaannya sehingga efektif melindungi pekerja sebagai
penggunanya.
Di dalam Perusahaan Manufakturing terutama yang bergerak dalam Produksi
Perakitan Elektronika, beberapa resiko pekerjaan yang berpotensi membahayakan
keselamatan dan kesehatan serta berpotensi menimbulkan kecelakan kerja antara
lain proses menyolder, proses pemotongan kaki Komponen Elektronika, proses
penggunaan bahan-bahan kimia, suara-suara yang timbul akibat mesin produksi,
pembuangan limbah dan kegiatan pemindahan bahan-bahan produksi. Oleh karena
itu, pekerja-pekerja yang mengerjakan proses tersebut memerlukan perlengkapan
atau alat untuk melindungi dirinya sehingga mengurangi resiko bahaya dan
kecelakaan kerja. Alat Pelindung Diri atau APD ini merupakan salah satu syarat
penting dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau
SMK3.
Alat Pelindung Diri (APD) dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Alat Pelindung Kepala antara lain : Helmet (Topi Pengaman), Safety Glass
(Kacamata Pengaman), Masker, Respirator, Ear Plugs (Penutup Telinga).
2. Alat Pelindung Badan antara lain : Apron, Jas Laboratorium
3. Alat Pelindung Anggota Badan diantaranya adalah : Sepatu Pelindung (Safety
Shoes/Boot), Sarung Tangan (Hand Gloves).
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 22 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Berikut ini adalah Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang sering digunakan dalam
Produksi Elektronika.
1. Alat Pelindung Kepala

1.1. Topi Pelindung (Safety Helmet)


Helmet atau Topi Pelindung digunakan untuk melindungi Kepala dari paparan bahaya
seperti kejatuhan benda ataupun paparan bahaya aliran listrik. Pemakaian Topi
Pelindung (Safety Helmet) harus sesuai dengan lingkar kepala sehingga nyaman dan
efektif melindungi pemakainya. Di Produksi Elektronika, Topi pelindung biasanya
digunakan oleh Teknisi Mesin dan Petugas Gudang.
Terdapat 3 Jenis Helmet berdasarkan perlindungannya terhadap listrik, yaitu:
1.  Helmet Tipe General (G) yang dapat melindungi kepala dari terbentur dan
kejatuhan benda serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang
bertegangan rendah hingga 2.200 Volt
2.  Helmet Tipe Electrical (E) yang dapat melindungi kepala dari terbentur dan
kejatuhan benda serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang
bertegangan tinggi hingga 22.000 Volt
3. Helmet Tipe Conductive (C) yang hanya dapat melindungi kepala dari terbentur
dan kejatuhan benda tetapi tidak melindungi kepala dari paparan bahaya aliran
listrik.
1.2. Kacamata Pelindung (Safety Glass)

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 23 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Kacamata Pelindung adalah alat yang digunakan untuk melindungi mata dari
bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil, mengurangi sinar yang
menyilaukan serta percikan bahan kimia. Kacamata Pelindung terdiri dari 2 Jenis
yaitu :
1. Safety Spectacles, berbentuk Kacamata biasa dan hanya dapat melindungi mata
dari bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil dan mengurangi
sinar yang menyilaukan. Biasanya dipakai pada Proses menyolder dan Proses
pemotongan Kaki Komponen.
2. Safety Goggles, Kacamata yang bentuknya menempel tepat pada muka. Dengan
Safety Goggles, mata dapat terlindung dari bahaya percikan bahan kimia, asap,
uap, debu dan loncatan benda tajam. Biasanya dipakai oleh Teknisi Mesin Produksi.
1.3. Penyumbat Telinga (Ear Plug)
Penyumbat Telinga atau Ear Plug digunakan untuk melindungi alat pendengaran
yaitu telinga dari Intensitas Suara yang tinggi. Dengan menggunakan Ear Plug,
Intensitas Suara dapat dikurangi hingga 10 ~ 15 dB. Ear Plug biasanya digunakan
oleh Pekerja yang bekerja di daerah produksi yang memiliki suara mesin tinggi
seperti SMT (Surface Mount Technology) ataupun Mesin Produksi lainnya.
1.4. Penutup Telinga (Ear Muff)
Penutup Telinga atau Ear Muff adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat
pendengaran dari Intensitas Suara yang tinggi. Ear Muff dapat mengurangi
intensitas suara hingga 20 ~ 30dB. Ear Muff terdiri dari Head Band dan Ear Cup
yang terbuat dari bantalan busa sehingga dapat melindungi bagian luar telinga
(daun telinga). Ear Muff sering digunakan oleh Teknisi Mesin dan Generator
(Genset).
1.5. Masker
Masker adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan  seperti
Hidung dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, debu dan bau bahan
kimia yang ringan. Masker biasanya terbuat dari Kain atau Kertas. Masker
umumnya dipakai di proses menyolder.
1.6. Respirator
Respirator adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan
seperti Hidung dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, bau bahan kimia,

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 24 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

debu, Uap, Gas serta Partikel Mist dan Partikel Fume. Respirator sering dipakai oleh
Teknisi Mesin Solder, Operator Pengecatan (Painting) dan Proses bahan Kimia
lainnya.
2. Alat Pelindung Badan

2.1. Apron (Celemek)


Apron atau sering disebut dengan Celemek adalah alat pelindung tubuh dari
percikan bahan kimia dan suhu panas. Apron atau Celemek sering digunakan dalam
proses persiapan bahan-bahan kimia dalam produksi seperti Grease, Oli, Minyak
dan Adhesive (perekat).
 
3. Alat Pelindung Anggota Badan

3.1. Sarung Tangan (Hand Glove)

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 25 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Sarung Tangan adalah perlengkapan yang digunkan untuk melindungi tangan dari
kontak bahan kimia, tergores atau lukanya tangan akibat sentuhan dengan benda
runcing dan tajam. Sarung Tangan biasanya dipakai pada proses persiapan bahan
kimia, pemasangan komponen yang agak tajam, proses pemanasan dan lain
sebagainya. Jenis-jenis sarung tangan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sarung Tangan Katun (Cotton Gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari
tergores, tersayat dan luka ringan.
2. Sarung Tangan Kulit (Leather Gloves), digunakna untuk melindungi tangan dari
tergores, tersayat dan luka ringan.
3. Sarung Tangan Karet (Rubber Gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari
kontak dengan bahan kimia seperti Oli, Minyak, Perekat dan Grease.
4. Sarung Tangan Electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari kontak dengan
arus listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan tinggi.
3.2. Sepatu Pelindung (Safety Shoes)
Sepatu Pelindung atau Safety Shoes adalah perlengkapan yang digunakan untuk
melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-benda tajam seperti kaca ataupun
potongan baja, larutan kimia dan aliran listrik. Sepatu Pelindung terdiri dari baja
diujungnya dengan dibalut oleh karet yang tidak dapat menghantarkan listrik.
Sepatu Pelindung wajib digunakan oleh Teknisi Mesin dan Petugas Gudang.

3.1.2 Alat Pengaman Kerja (APK)


Alat pengaman (  Safety device ) dipasang pada fasilitas kerja, atau mesin yang
berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan untuk menjamin
keselamatan para pekerja. Berbagai alat pengaman berfungsi secara mekanik
seperti misalnya alat pengaman untuk mesin pres atau katup pengaman pada ketel
uap. Alat pengaman, seperti alat penutup pengaman gir atau gerinda, dipasang
secara tetap di satu tempat.

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan alat pengaman :

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 26 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

1. Alat pengaman tidak boleh dilepas, dipindahkan ataupun dirubah tanpa ijin.
Sering sekali para pekerja menderita cedera serius apabila tutup gerinda dilepas
atau alat pengaman mesin pres dibongkar karena alasan mengganggu
pekerjaan.Alat pengaman mungkin dipandang oleh pekerja menghambat
pelaksanaan suatu pekerjaan di tempat kerja. Bahkan mungkin para pekerja
mengganggu alat pengaman tersebut menyusahkan dan tidak perlu. Tetapi,
maukah anda membiarkan sangkar seekor singa atau harimau terbuka karena
alasan pintu sangkar mengganggu ? Jika anda menyadari bahwa alat pengaman
adalah untuk melindungi diri anda dan agar pelaksanaan pekerjaan aman, anda
seharusnya merawat alat itu dengan baik dan memeriksanya sebelum anda
pergunakan.
2. Pahami alasan mengapa alat pengaman dipasang dan memiliki pengetahuan
tentang fungsi alat tersebut secara lengkap, agar efektif penggunaanya. Untuk itu
perlu berhati-hati, karena anggapan bahwa mesin tersebut aman dipakai sehingga
alat pengamannya sudah terpasang, tidak perduli bagaimana cara
pemasangannya.
3. Dalam hal alat pengaman mengganggu bila dipakai, maka segera laporkan hal
tersebut kepada atasan untuk mendapatkan petunjuk. Jangan melepas alat
pengaman tersebut tanpa ijin.
4. Apabila melepas alat pengaman untuk perbaikan atau dengan seijin atasan karena
memang diperlukan dalam suatu pekerjaan, maka harus dikembalikan lagi pada
tempatnya segera setelah pekerjaan tersebut selesai dilaksanakan. Ini merukan
tanggung jawab dari pekerja yang melepasnya.
5. Jika alat mengaman rusak, maka laporkan segerah kepada atasan agar diperoleh
petunjuk dan dilaksanakan perbaikan.
6. Jika terdapat kebutuhan adanya alat pengaman, maka laporkan kepada atasan
untuk memperoleh persetujuan.

1.1.3 APAR

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 27 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Api punya potensi jadi ancaman untuk kehidupan serta property Anda. Mempunyai
perlindungan kebakaran yang pas sangatlah utama untuk melindungi keselamatan
individu, serta disebabkan banyak usaha yang tidak berhasil untuk bangkit kembali
sesudah alami kebakaran besar serta mengakibatkan kerugian yang berarti.
Pengadaan peralatan pemadam mampu membuat ketidaksamaan pada insiden
kecil serta insiden dengan taraf besar. Alat Pemadam Api Kebakaran Ringan (APAR)
jenis Portable Standard, tawarkan efisiensi pemadaman tingkat tinggi pada
beberapa besar lokasi usaha Anda yang mempunyai kemungkinan kebakaran.
Kami tawarkan rangkaian komplit deteksi serta system pemadaman api dengan
cost pemeliharaan yang efisien untuk spesifikasi pribadi Anda. Tidak hanya instalasi
system kebakaran serta layanan, kami juga sediakan bermacam jenis peralatan
keamanan serta peralatan penyelamatan yang bermutu, bersertifikat, serta
bergaransi.
Kami juga memastikan peralatan penunjang keselamatan saat terjadinya musibah
kebakaran berperan dengan cara maksimal, Alat Pemadam Kebakaran Api Ringan
(APAR) adalah keperluan asuransi yang diperlukan untuk semua bidang usaha,
serta dibutuhkan membuat perlindungan aset serta keselamatan pribadi beberapa
karyawan serta pengunjung perusahaan atau sektor bisnis Anda. Di produksi
dengan standard paling tinggi, serta didatangkan untuk memberi peran yang besar
membuat perlindungan seluruhnya penerapan usaha Anda.

Tips Yang Perlu Diketahui Tentang APAR

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 28 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Tips Memilih Peralatan Pemadam Kebakaran


Dengan begitu banyak jenis Peralatan pemadam kebakaran yang tersedia, tanpa
pengetahuan yang cukup memadai akan menyulitkan Anda memilih APAR yang
tepat, disini kami akan menjelaskan mengenai hal-hal apa saja yang harus Anda
ketahui ketika akan memilih salah satu dari berbagai jenis pemadam.

Cara Menggunakan Pemadam Dengan Baik

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 29 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

 Pull, Tarik Pin Pengaman.


 Aim, Arahkan Nozzel dan selang
 Squeeze, Tekan squeeze lever (handle).
 Sweep, Semprotkan secara merata.

Klasifikasi Kode Warna APAR


Alat pemadam kebakaran yang memenuhi kebutuhan standar BS EN3 diproduksi
dengan tabung merah dan memiliki kode warna meliputi antara 5-10% dari
permukaan yang berkaitan dengan isi pemadam itu. Setiap jenis yang berbeda dari
isi pemadam memiliki pembuatan warna sesuai identifikasi agar lebih mudah bagi
pengguna.

3.1 Melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja (P3K) Bila


Terjadi Kecelakaan Kerja Dilingkungan Kerja.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 30 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelekaan di Tempat Kerja :

1. Ruang P3K

Rua
ng Pertolongan Pertama pada Kecelakaan/alatkesehatan.id

Ruang P3K merupakan ruangan yang disediakan dan dirancang khusus oleh
perusahaan untuk penanganan pertama tenaga kerja yang mengalami kecelakaan
maupun tempat merawat pekerja yang sedang sakit saat bekerja.

Perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih dan perusahaan yang
mempekerjakan kurang dari 100 orang namun memiliki potensi bahaya tinggi
WAJIB memiliki ruang P3K.

Lokasi yang ideal untuk ruang P3K adalah ruangan yang dekat dengan toilet/kamar
mandi, dekat jalan keluar, mudah dijangkau dari area kerja, dan dekat dengan
tempat parkir kendaraan.

Syarat utama ruang P3K adalah bersih/steril dan memiliki luas yang cukup untuk
menampung tempat tidur, lemari/kotak obat P3K, timbangan badan, tempat

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 31 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

menyimpan tandu dan kursi roda, tempat sampah, air minum, penyejuk ruangan,
meja dan kursi. Selain itu, ruang P3K yang baik juga terdapat petugas kesehatan
yang telah terlatih P3K.

2. Lemari atau Kotak P3K dan isinya

kotak p3k yang ditempel pada dinding di tempat kerja

Lemari atau kotak P3K adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan berbagai
peralatan dan obat  pertolongan pertama pada kecelakaan. Selain dipasang di
ruang P3K, kotak ini biasanya juga dipasang di beberapa tempat yang mudah
dilihat dan dijangkau oleh pekerja.

Kotak P3K yang baik harus kuat dan mudah diangkat/dipindah. Biasanya kotak ini
terbuat dari bahan kayu atau logam, berwarna putih, diberi lambang palang merah
dan tulisan “P3K” atau “First Aid” dibagian kaca pintu kotak K3 sebagai penanda.

Kotak P3K memiliki ukuran yang beragam, penggunaannyapun juga tergantung


kebutuhan.  Semakin besar jumlah tenaga kerja yang ada di perusahaan maka

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 32 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

akan semakin besar pula kotak obat yang dibutuhkan. Bahkan bagi perusahaan
dengan karyawan yang banyak, kotak P3K bisa dibuat lebih banyak dan
ditempatkan di berbagai tempat yang rawan terjadi kecelakaan.

Isi kotak P3K di Tempat Kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi

Beberapa isi perlengkapan di kotak K3 terdiri dari : Kasa steril terbungkus, Perban,
Plester, Kapas, Kain mittela, Gunting, Peniti, Sarung tangan, Masker, Pinset, Lampu
senter, Gelas untuk cuci mata, Kantong plastik, Aquades, Povidon Iodin, Alkohol
70%, Buku panduan P3K, Buku catatan, Tensimeter, Stetoskop, Daftar isi kotak,
dan obat-obatan.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 33 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

3. Alat Evakuasi dan Transportasi

Tandu lipat, alat k3 untuk evakuasi korban kecelakaan

Alat Evakuasi adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan korban


kecelakaan kerja dari lokasi kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman dengan
cara-cara yang sederhana.

Dalam melakukan evakuasi, penolong bisa menggunakan alat transportasi


seadanya, dan saat korban dievakuasi maka penolong juga wajib melakukan
perawatan darurat selama perjalanan.

Beberap alat evakuasi dan transportasi yang bisa digunakan pertolongan pertama
adalah tandu, alat bantu pernafasan, kursi roda, dan jika memungkinkan bisa
menggunakan mobil ambulan atau kendaraan lain yang dapat digunakan untuk
mengangkut korban.

4. Petugas P3K

Petugas P3K yang mimiliki pengetahuan dan keterampilan penanganan korban


kecelakaan kerja sangat dibutuhkan di perusahaan. Petugas yang cekatan dan
mampu mengatasi berbagai situasi kecelakaan kerja, akan dapat mengurangi
resiko akibat kecelakaan.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 34 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Rasio petugas P3K di perusahaan

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor :


Per.15/Men/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja;
Idealnya rasio jumlah petugas P3K untuk perusahaan yang memiliki resiko rendah
terhadap kecelakaan, setidaknya memiliki satu petugas P3K untuk menangani 150
tenaga kerja. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki resiko kecelakaan kerja
yang tinggi, setidaknya memiliki satu petugas untuk setiap 100 orang atau kurang.

Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas :

1. Melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja;


2. Merawat fasilitas P3K di tempat kerja
3. Mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan; dan
4. Melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus.

5. Fasilitas Tambahan

Selain berbagai fasilitas P3K yang telah disebutkan diatas, perusahaan tertentu
juga membutuhkan berbagai fasilitas tambahan untuk menjamin kegiatan P3K
dapat berjalan dengan baik. Fasilitas tambahan tersebut bisa berupa alat pelindung
diri atau peralatan khusus yang digunakan di tempat kerja yang menangani potensi
bahaya yang membutuhkan penanganan khusus. (Baca juga : Alat Pelindung Diri
dan Perlengkapan Kerja)

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 35 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Alat pelindung diri ini khusus disediakan untuk perlindungan petugas K3 maupun
korban kecelakaan. Hal ini disesuaikan dengan potensi bahaya di tempat kerja,
misalnya alat pencuci mata, seragam anti api, alat pembasahan tubuh cepat, dan
lain sebagainya.

Prinsip Dasar Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Saat terjadi kecelakaan kerja, petugas P3K wajib segera menolong korban. Demi
kebaikan bersama, petugas P3K harus perhatikan prinsip dasar dalam memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan, yaitu :

1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya.

Saat terjadi kecelakaan kerja biasanya timbul situasi panik. Sebagai petugas P3K
usahakan tetap tenang dan lihatlah situasi dengan cermat sehingga Anda tidak
menjadi korban kecelakaan berikutnya. Pastikan diri Anda dalam posisi aman untuk
bisa menolong orang lain.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 36 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

2. Pakailah metode pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.

Untuk menangani pertolongan pertama pada kecelakaan, lakukan sesegera


mungkin dengan berbagai peralatan dan sumber daya yang ada.

3. Catat semua usaha pertolongan yang telah dilakukan.

Pencatatan ini berfungsi untuk memberikan data secara falid kepada pihak lain
(misalanya rumah sakit/rujukan) tentang identitas korban, kronologi kejadian, dan
gejala penyakit yang diderita.

Sistematika Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan

Petugas P3K di perusahaan

Menolong orang yang sedang mengalami kecelakaan memang membutuhkan


mental kuat dan keterampilan P3K yang cukup. Beberpa tips untuk memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan kerja :

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 37 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

1. Jangan Panik.

Meski situasi dan kondisi saat terjadi kecelakaan crowded,  usahakan tetap tenang
dan segera mengambil tindakan secara tepat dan cepat.

2. Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya.

Menjauhkan korban kecelakaan dari tempat semula berfungsi untuk menghindari


kecelakaan susulan yang mungkin bisa saja terjadi. Selain itu, dengan menghindar
dari lokasi terjadinya kecelakaan, petugas P3K akan dapat lebih fokus mengurus
korban.

3. Perhatikan pernafasan,denyut jantung, pendarahan dan tanda-tanda


shock.

Jika korban kecelakaan mengalami kendala dalam pernafasan, pendarahan, dan


terjadi tenda-tanda shock maka segera beri pertolongan pertama sesuai dengan
SOP.

4. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.

Jangan pindahkan korban sebelum diketahui secara pasti jenis dan keparahan
cidera yang dialami, kecuali bila tempat tersebut tidak memungkinkan lagi untuk
melalukan perawatan. Apabila korban hendak diusung, hentikan pendarahan dan
pastikan tulang yang patah sudah dibidai.

5. Segera rujuk ke pusat pengobatan terdekat.

Pertolongan pertama pada prinsipnya adalah pertolongan sementara. Apabila


korban mengalami luka parah, jangan segan untuk merujuk ke pusat pengobatan
terdekat, bisa ke puskesmas, dokter spesialis maupun rumah sakit

B. Keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan ketentuan SMK3-L


sesuai lingkup kerja.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 38 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

1. Menyiapkan perlengkapan dan peralatan alat pelindung diri (APD) alat


pengaman kerja (apk) alat pemadam api ringan (APAR) dan alat
pertolongan pertama pada kecelakaan kerja (p3k) yang diperlukan
2. Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja (P3K) bila terjadi
kecelakaan kerja dilingkungan kerja.
3. Menggunakan APD, APK, APAR sesuai ketentuan keselamatan dan
kesehatan kerja dan lingkungan (K3L)

C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam melaksanakan ketentuan SMK3-L


sesuai lingkup kerja

1. Harus cermat dan teliti dalam menyiapkan perlengkapan dan peralatan Alat
Pelindung Diri (APD) Alat Pengaman Kerja (APK) Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) Dan Alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja (P3K) yang
diperlukan

2. Harus cermat dan teliti melakukan Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan Kerja (P3K) bila terjadi kecelakaan kerja dilingkungan kerja.

3. Menggunakan APD, APK, APAR sesuai Ketentuan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L

BAB IV
MENGEVALUASI PELAKSANAAN SMK3-L
A. Pengetahuan yang diperlukan untuk Mengevaluasi pelaksanaan SMK3-L

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 39 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

4.1. Memeriksa Standar operasional prosedur (SOP) SMK3-L yang telah


dibuat kembali sesuai dengan kebutuhan lapangan.

Untuk menjamin keamanan dan keselamatan konstruksi, keselamatan dan


kesehatan pekerja, masyarakat umum, dan kelestarian lingkungan, maka semua
peraturan perundangan dan persyaratan serta standar yang terkait dengan teknik
konstruksi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dan lingkungan harus menjadi
dasar pertimbangan dan persyaratan dalam proses pengadaan barang/ jasa
konstruksi jalan dan jembatan.

Setiap tahapan pekerjaan dalam kegiatan konstruksi jalan dan jembatan, yang
meliputisurvei,investigasi, perancangan dan perencanaan, pelaksanaan konstruksi,
pengoperasian, pemeliharaan jalan dan jembatan, harus mengacu kepada aspek
rekayasa teknik, keamanan, keselamatan dan kesehatan, serta lingkungan sesuai
peraturan perundang undangan yang berlaku.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan konstruksi pada masa pelaksanaan

dan pengoperasian, maka pada setiap tahapan kegiatan konstruksi harus


melakukan proses identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko

4.2 Membuat Pelaksanaan SMK3-L ditinjau kembali kesesuaiannya


dengan SOP .

Pada dasarnya perusahaan berkewajiban dalam memberikan perlindungan atas


keselamatan dan kesehatan para pekerjanya untuk mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal. Dalam memberikan perlindungan tersebut maka perusahaan harus
menerapkan sistem manajamen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

Pada umumnya sistem manajemen ini diterapkan bagi perusahaan-perusahaan


yang :

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 40 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

1. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau

2. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi (seperti : pertambangan, minyak dan gas
bumi)

Perusahaan dalam menerapkan SMK3 berpedoman pada ketentuan PP 50/2012


tentang Penerapan SMK3, ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang
berhubungan dan beberapa standar yang berlaku secara internasional seperti
standar OHSAS :

 OHSAS 18002, sistem manajemen K3 – panduan untuk penerapan OHSAS 18001

 International Labour Organization:2001, Panduan sistem manajemen kesehatan


dan keselamatan kerja.

Perusahaan yang telah melaksanakan penerapan SMK3 selanjutnya dilakukan


penilaian penerapan SMK3 melalui Audit Eksternal SMK3 oleh Lembaga Audit SMK3
yang ditunjuk oleh Menteri. Perusahaan yang dinilai yakni :

a. Perusahaan yang secara sukarela mengajukan permohonan Audit SMK3;

b. Perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi (dapat pula ditentukan oleh
Dirjen/Kadis Provinsi).

Perusahaan yang melakukan penerapan SMK3 oleh perusahaan meliputi berbagai


tahapan yakni :

1. Penetapan Kebijakan K3

a. melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi :

1. identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;

2. perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih


baik;

3. peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 41 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

4. kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan


dengan keselamatan; dan

5. penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus menerus; dan

c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat


buruh.

Perusahaan harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada


seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di
perusahaan, dan pihak lain yang terkait.

2. Perencanaan K3

Perusahaan menyusun dan menetapkan rencana K3 dengan mengacu pada


kebijakan K3 yang telah ditetapkan dengan harus mempertimbangkan:

a. hasil penelaahan awal;

b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;

c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya;dan

d. sumber daya yang dimiliki.

Perusahaan dalam menyusun rencana K3 harus melibatkan Ahli K3, Panitia


Pembina K3, wakil pekerja/buruh, dan pihak lain yang terkait di perusahaan.

Report this ad

Rencana K3 paling sedikit memuat :

a. tujuan dan sasaran;

b. skala prioritas;

c. upaya pengendalian bahaya;

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 42 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

d. penetapan sumber daya;

e. jangka waktu pelaksanaan;

f. indikator pencapaian; dan

g. sistem pertanggungjawaban.

Perusahaan dalam tahap selanjutnya melakukan pelaksanaan rencana K3


didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3, prasarana dan sarana.
Perusahaan dalam pemenuhan sumber daya manusia di bidang K3 harus memiliki
kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat dan kewenangan di bidang K3
yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukkan dari
instansi yang berwenang.  Perusahaan dalam pemenuhan prasarana dan sarana
paling sedikit terdiri dari organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3,
anggran yang memadai, prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian, dan instruksi kerja.

d. instruksi kerja.

3. Pelaksanaan Rencana K3

Perusahaan dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam


pemenuhan persyaratan K3 yakni meliputi:

1. tindakan pengendalian;

2. perancangan (design) dan rekayasa;

3. prosedur dan instruksi kerja;

4. penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;

5. pembelian/pengadaan barang dan jasa;

6. produk akhir;

7. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri; dan

8. rencana dan pemulihan keadaan darurat.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 43 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

Perusahaan dalam melakukan kegiatan pelaksanaan rencana K3 harus :

1. menunjuk sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi kerja dan


kewenangan di bidang K3;

2. melibatkan seluruh pekerja/buruh;

3. membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh, orang lain
selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait;

4. membuat prosedur informasi;

5. membuat prosedur pelaporan; dan

6. mendokumentasikan seluruh kegiatan.

Perusahaan dalam membuat prosedur informasi harus memberikan jaminan


bahwa informasi K3 dikomunikasikan kepada semua pihak dalam perusahaan dan
pihak terkait di luar perusahaan.

Perusahaan dalam membuat prosedur laporan terdiri atas pelaporan :

1. terjadinya kecelakaan di tempat kerja;

2. ketidaksesuaian terhadap peraturan perundang-undangan dan/atau standar;

3. kinerja K3;

4. identifikasi sumber bahaya; dan

5. yang diwajibkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perusahaan dalam mendokumentasikan seluruh kegiatan paling sedikit dilakukan


terhadap :

1. peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar di bidang K3;

2. indikator kinerja K3;

3. izin kerja;

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 44 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

4. hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko;

5. kegiatan pelatihan K3;

6. kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;

7. catatan pematauan data;

8. hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut;

9. identifikasi produk termasuk komposisinya;

10.informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan

11.audit dan peninjauan ulang SMK3. Report this ad

4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Perusahaan wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dengan melalui


pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh
sumber daya manusia yang kompeten. Perusahaan yang tidak memiliki sumber
daya untuk dapat melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dapat
menggunakan jasa pihak lain.

5. Peninjuan dan Peningkatan Kinerja SMK3

Perusahaan yang telah menerima laporan hasil pemantauan dan evaluasi kinerja


K3 yang kemudian digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan. Pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau standar. Perusahaan selanjutnya wajib
melakukan peninjauan untuk menjamin kesesuaian dan efektivitas penerapan
SMK3 terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
Hasil peninjauan yang telah dilakukan dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan dan peningkatan kinerja.

Perbaikan dan peningkatan kinerja dilaksanakan dalam hal :

1. terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 45 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

2. adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;

3. adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;

4. terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;

5. adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk


epidemiologi;

6. adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;

7. adanya pelaporan; dan/atau

8. adanya masukan dari pekerja/buruh.

Berbagai alasan perusahaan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (SMK3) atau Occupational Health and Safety Assesment
Series (OHSAS 18001) yakni sekedar ikut-ikutan trend, upaya pencitraan
perusahaan, memenuhi keinginan pelanggan (Customer), benar-benar
mengganggap OHS / K3 merupakan kewajiban perusahaan untuk menerapkannya
ataupun kombinasi berbagai alasan, dan sebagainya. Namun, Penerapan SMK3
penting untuk menjamin keselamatan kerja para pekerja di perusahaan. Sebab
pekerja merupakan individu yang berhak mendapat perlindungan kerja dimana
pekerja juga memiliki keluarga yang perlu dinafkahi oleh si pekerja.

B. Keterampilan yang diperlukan untuk Mengevaluasi pelaksanaan SMK3-L

1. Memeriksa standar operasional prosedur (SOP) SMK3-L yang telah dibuat


kembali sesuai dengan kebutuhan lapangan.

2. Membuat pelaksanaan SMK3-L ditinjau kembali kesesuaiannya dengan SOP .

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 46 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

3. Membuat rekomendasi perbaikan terhadap pelaksanaan SMK3-L .

C. Sikap kerja yang diperlukan untuk memeriksa Mengevaluasi


pelaksanaan SMK3-L

Harus bersikap secara:


1. Harus cermat,teliti dan dan taat azas dalam memeriksa Standar operasional
prosedur (SOP) SMK3-L yang telah dibuat kembali sesuai dengan
kebutuhan lapangan.

2. Harus cermat,teliti dan dan taat azas dalam membuat pelaksanaan SMK3-L
ditinjau kembali kesesuaiannya dengan SOP

3. Harus cermat,teliti dan dan taat azas dalam membuat rekomendasi perbaikan
terhadap pelaksanaan SMK3-L .

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Referensi
a. Abdullah, Rijal. (2009). Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pertambangan
Batubara Bawah Tanah. UNP Press. Padang.

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 47 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

b. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada


Konstruksi Bangunan.
c. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
d. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum RI
No 174 Tahun 1986 No 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
e. PerMen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : Per.15/Men/VIII/2008 Tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja

B. Referensi Lainnya

a. http://www.fireextinguisher.com Diakses 15 Juni 2019.


b. https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-dan-
definisi-k3-keselamatan.html Diakses 16 Juni 2019
c. https://diansyahrofiatin.wordpress.com/2015/03/11/materi-k3lh-kesehatan-
keselamatan-kerja-dan-lingkungan-hidup/ Diakses 16 Juni 2019
d. http://www.pengertianku.net/2015/01/pengertian-k3lh-secara-umum-dan-
tujuannya.html Diakses 19 Juni 2019
e. https://www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-mitigasi-adalah.html diakses 15 Juli
2019
f. https://tumpi.id/pertolongan-pertama/#2_Jauhkan_korban_dari_kecelakaan_berikut
diakses 15 Juli 2019

DAFTAR ALAT DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan/Mesin

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 48 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan


1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori
2. Laptop Untuk setiap peserta
3. Printer
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

B. Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan


1. Buku Informasi Setiap peserta
2. Buku kerja Setiap peserta
3. Buku Penilaian Setiap peserta
4. Alat Pelindung Diri (APD) Kelompok
5. Alat Pengaman Kerja (APK) Kelompok
6. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Kelompok
7. Kertas HVS A4 kelompok

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 49 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Konstruksi Jalan, Irigasi dan jembatan M.711000.001.01

DAFTAR PENYUSUN

No. Nama Profesi

1 Sunardi,S.Pd Widyaiswara

Judul Modul: Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) Halaman: 50 dari 50
Buku Informasi - Versi 2019

Anda mungkin juga menyukai