Anda di halaman 1dari 10

2.

Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk
mendapatkan perhatian, kemahiran, penggunaan, atau konsumsi yang
mungkin memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Kadang-kadang kita
memakai istilah lain untuk produk, seperti offering (penawaran), dan
pemecahan (solution). Produk juga didefinisikan sebagai apa saja yang
ditawarkan ke dalam pasar untuk mendapatkan perhatian, dimiliki, digunakan
atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan
pelanggan. Termasuk dalam objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan
gagasan. Produk mempunyai beberapa komponen yaitu keanekaragaman
(product variety). Kualitas (quality), desain (desaign), bentuk (features),
merek (brand), kemasan (packing), ukuran (sizes), pelayanan (services),
jaminan (warantties) dan pengembalian (returns), sesuai dengan yang
diungkapkan Kotler.
 Tingkatan Produk
Dalam merencanakan penawaran suatu produk, pemasar perlu memahami lima
tingkatan produk, yaitu:1
1. Core benefit (namely the fundamental service of benefit that costumer
really buying), yaitu manfaat dasar dari suatu produk yang ditawarkan
kepada konsumen.
 Laundry pada dasarnya memiliki manfaat untuk membantu orang
dalam meringankan beban cuci pakaian hingga bersih dan menjadi siap
pakai kembali, yaitu dengan mencuci dan menyetrika pakaian tersebut.
2. Basic product or product generic (namely a basic version of the product),
yaitu bentuk dasar dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca
indra.
 Produk dasar yang disediakan untuk menunjang manfaat inti yaitu
adanya deterjen, mesin cuci, setrika, pewangi dan pelembut pakaian,
tempat untuk mengeringkan pakaian.
1
M. Anang Firmansyah, Pemasaran Produk Dan Merek (Planning & Strategy), (Surabaya: Qiara
Media, 2019), 9-11.
3. Expected product (namely a set of attributes and conditions that the
buyers normally expect and agree to when they purchase this product),
yaitu serangkaian atribut-atribut produk dan kondisi-kondisi yang
diharapkan oleh pembeli pada saat membeli suatu produk.
 Pelanggan mengharapkan keadaan dalam toko yang bersih dan
nyaman, pelayanan yang ramah dan jujur, kualitas hasil yang baik
dengan budget yang minim, ketepatan dan kecepatan dalam
menyelesaikan laundry, kuantitas pakaian sama dengan awal dilaundry
dan tidak tertukar.
4. Augmented product (namely that one includes additional service and
benefit that distinguish the company’s offer from competitor’s offer), yaitu
sesuatu yang membedakan antara produk yang ditawarkan oleh badan
usaha dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing.
 Terdapat pilihan menu dalam penyelesaian laundry, seperti kilat
(hitungan jam) dan biasa (dalam hitungan hari), adanya pesan antar
laundry, AC di toko jika pelanggan datang ke toko sehingga pelanggan
dapat menunggu laundry-an dengan nyaman, serta sofa sehingga yang
menunggu dapat beristirahat.
5. Potential product (namely all of the argumentations and transformations
that this product that ultimately undergo in the future), yaitu semua
argumentasi dan perubahan bentuk yang dialami oleh suatu produk di
masa datang.
 adanya member card yang memberikan diskon setiap 10 kali laundry
gratis 1 kali, seta adanya jaminan dari pihak laundry jika ada
kerusakan/kehilangan pakaian akan mengganti dari harga pakaian.
 Klasifikasi Produk
Barang – barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bias
dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan
perlakuan fisik lainnya. Berdasarkan aspek daya tahannya produk / barang
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 2
1) Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain,
umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu
tahun. Contohnya : sabun, pasta gigi, minuman kaleng dan sebagainya.
2) Barang Tahan Lama (Durable Goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa
bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk
pemakaian normal adalah satu tahun lebih). Contohnya lemari es, mesin
cuci, pakaian dan lain – lain.

Didasarkan pada siapa konsumennya dan untuk apa produk itu


dikonsumsi, maka produk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Barang Konsumsi (Consumer’s Goods)


Barang Konsumsi merupakan suatu produk yang langsung dapat
dikonsumsi tanpa melalui pemprosesan lebih lanjut untuk memperoleh
manfaat dari produk tersebut. Menurut Kotler. “Barang konsumen
adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir
sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis”.
Pada umumnya barang konsumen dibedakan menjadi empat jenis :
a) Convenience Goods
Merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi
pembeli tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan
hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam
pembandingan dan pembeliannya. Contohnya antara lain produk
tembakau, sabun, surat kabar, dan sebagainya.
b) Shopping Goods

2
Santi Oktavianti, “Analisis Tingkat Kualitas Produk dan Tingkat Pelayanan Kentucky Fried
Chicken (KFC) Cabang Palembang Trade Centre,” Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya 16,
no.4 (2018), 215-217.
Barang – barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya
dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternative yang
tersedia. Contohnya alat – alat rumah tangga, pakaian, furniture,
mobil bekas dan lainnya.
c) Specialty Goods
Barang – barang yang memiliki karakteristik dan identifikasi
merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia
melakukan usaha khusus untuk membelinya. Misalnya mobil
Lamborghini, pakaian rancangan orang terkenal, kamera Nikon
dan sebagainya.
d) Unsought Goods
Merupakan barang – barang yang tidak diketahui konsumen atau
kalaupun sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan
untuk membelinya. Contohnya asuransi jiwa, ensiklopedia, tanah
kuburan dan sebagainya
2. Barang Industri (Industrial’s Goods)
Barang industry merupakan suatu jenis produk yang masih
memerlukan proses lebih lanjut untuk mendapatkan suatu manfaat
tertentu. Biasanya hasil proses dari barang industri diperjual belikan
kembali. Barang industri ini dapat diklasifikasikan atas lima
kelompok :
a) Bahan Baku (raw material)
Bahan ini akan diproses dan digabung dengan barang-barang lain.
Contohnya, hasil hutan, bahan tambang, tembakau, buah-buahan,
dan sebagainya.
b) Material dan onderdil (fabricating material and parts)
Contohnya plat-plat belanja, benang, tepung yang akan digunakan
untuk membuat produksi baru,
c) Installations, yaitu hasil dari pabrik lain, yang akan digunakan
untuk produksi selanjutnya. Misalnya generator pembangkit listrik,
mesin diesel, bangunan pabrik, dan sebagainya.
d) Perlengkapan (accessory equipment), ini digunakan dalam operasi
perusahaan, dan tidak ada hubungan langsung dengan hasil
produksi misalnya chas register untuk toko, alat-alat transport
mengangkat barang dalam gudang.
e) Barang-barang yang digunakan untuk operasi perusahaan
(operating supplies) seperti minyak pelumas, pensil dan alat tulis
buat kantor, sabun dan alat pembersih buat pabrik, dan sebagainya.

 Strategi Produk
Untuk membuat sebuah produk perlu adanya strategi internal maupun
eksternal, yakni sumber ide / gagasan pengembangan produk baru yakni :3
1) Sumber Internal
a. Bagian penelitian dan pengembangan.
b. Konsultan pemasaran yang bekerja untuk perusahaan,
c. Tenaga penjual,
d. Peran aktif dari seluruh pihak yang ada dalam perusahaan, Sumber
eksternal
e. Kecenderungan pasar
f. Produk yang dikeluarkan oleh pesaing
g. Masukan / komplain dari pelanggan
h. Hasil Peramalan

Maka dari itu, perusahaan harus mampu mengembangkan dengan tahap-


tahap dalam menciptakan produk baru agar memasuk pasar untuk
memasarkan produk yang diasilkan dan memperoleh benefit dan
konsumen serta pelanggan sebagai prioritas perusahaan.

Perusahaan harus menempuh tahap-tahap untuk menciptakan produk baru,


sebagai berikut:

2) Market Research dan Feasibility Study Market Research

3
Marissa Grace Haque-Fawzi, dkk, STRATEGI PEMASARAN Konsep, Teori dan Implementasi,
(Tangerang Selatan: Pascal Books, 2021), 197-200.
Dilakukan untuk mengetahui selera pasar pada umumnya. Dari market
research ini bisa didapatkan produk seperti apa yang konsumen butuhkan
atau inginkan.
3) Brainstorming
Brainstorming, atau dalam bahasa Indonesia juga disebut sebagai curah
pendapat, adalah proses mengumpulkan ide-ide untuk mencari solusi/jalan
keluar dari masalah yang didiskusikan. Dari proses berdiskusi ini akan
didapatkan garis besar barang yang akan dibuat, cara kerja, komponen
yang akan dipakai, dan lain sebagainya. Misalnya perencanaan kemasan
botol dengan daya tahan terhadap panas dan dapa digunakan kembali.
4) Menentukan Tujuan dan Batasan Produk
Tujuan dan batasan diperlukan agar kita tidak berlebihan dalam merancang
produk tersebut yang akan berakibat mahalnya harga jual ke konsumen.
Konsumen tentu saja menginginkan nilai tambah yang ditawarkan dalam
produk tersebut sepadan dengan biaya yang dikeluarkannya (reasonable
price). Tentu saja market research diperlukan untuk mengetahui selera
pasar. Dari menentukan tujuan dan batasan ini kita memperoleh spesifikasi
komponen-komponen dan material apa saja yang akan dipakai.
5) Menggambar Produk
Dengan menggambarkan produk berdasarkan hubungan dimensi
komponen-komponen yang sudah ditentukan dalam tahap-2 di atas, kita
akan mendapatkan ilustrasi produk jadi. Produk bisa digambar dalam 2
dimensi atau 3 dimensi, biasanya gambar 3 dimensi lebih mudah
dimengerti oleh sebagian besar orang. Merancang produk dalam 3 dimensi
bisa dilakukan dengan menggunakan software SolidWorks, Inventor, Catia
dll.
6) Review Produk
Produk review dilakukan untuk mengevaluasi apakah ada kekurangan
pada rancangan yang sudah dibuat desainnya sampai tahap gambar ini.
Diskusi dengan melihat gambar produk biasanya lebih mudah berkembang
daripada hanya membayangkannya saja. Pada tahap ini kembali dilakukan
brainstorming untuk mendapatkan hasil yang optimal dan meminimalisir
masalah yang akan timbul ketika produksi masal nanti. Pada tahap ini pula
biasanya produk yang sedang dirancang perlu dibenahi disana-sini.
7) Membuat Prototype/Sample
Sample barang yang akan diproduksi masal bisa dibuat dengan berbagai
cara. Untuk produk-produk dari resin bisa dimodelkan dengan mesin rapid
prototyping, desain body mobil yang stylish bisa dimodelkan dengan tanah
liat khusus, kardus pembungkus produk bisa dibuat dengan tangan.
8) Uji Coba
Sebelum dipasarkan tentu kita perlu menguji apakah barang yg kita buat
ini benar-benar handal atau tidak. Ada yang mengujinya berdasarkan
waktu, ditekan, dijatuhkan, dan lain-lain.
9) Poduksi Masal
Dalam produksi masal perlu adanya kontrol kualitas agar konsumen tidak
sampai menerima barang yang rusak.
10) Garansi
Garansi adalah layanan purna jual yang diberikan oleh perusahaan yang
membuat produk tersebut agar konsumen tenang jika sewaktu-waktu ada
kerusakan pada barang tersebut. Banyak konsumen yang lebih memilih
membayar agak lebih mahal untuk mendapatkan garansi dan ketenangan
dalam pemakaian produk.

5. Keputusan Pembelian Berdasarkan Produk dan Harga


 Keputusan Pembelian Berdasarkan Produk
Keputusan pembelian merupakan proses untuk menggabungkan
informasi yang dimiliki untuk dievaluasi sehingga dapat memilih satu
diantaranya. Banyak faktor yang diperhatikan oleh konsumen dalam
pengambilan keputusan. Selanjutnya, menurut Assauri, keputusan
pembelian merupakan tindakan yang dipengaruhi oleh kebiasaan, yang
dimana kebiasaan itu terdiri dari waktu pembelian, banyaknya pembelian,
dan tempat pembelian dilakukan. Keputusan pembelian yang dilakukan
oleh konsumen semuanya berdasarkan atas pertimbangan yang sudah
dilakukan sebelumnya. Sedangkan menurut pendapat lain keputusan
pembelian merupakan suatu proses pemilihan dan pembelian produk atau
jasa yang dilakukan konsumen sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pembeli.4
Suatu produk yang mampu memenuhi harapan konsumen dan
mampu meningkatkan kepuasan pelanggan akan membuat produk tersebut
laku terjual, meningkatkan pangsa pasar, dan dapat dijual dengan harga
yang tinggi akan dinilai bahwa produk tersebut berkualitas. Mutu atau
kualitas produk menjadi salah satu pertimbangan konsumen dalam
membeli, kualitas tersebut apakah memberikan manfaat yang besar atau
tidak bagi konsumen. Pesaing yang banyak di pasar menuntut perusahaan
harus memerhatikan kebutuhan konsumen, serta berusaha memenuhi
kebutuhan itu dengan produk yang bermutu tinggi. Kualitas produk
memberikan dorongan kepada konsumen untuk menjalin ikatan yang kuat
dengan perusahaan.5
 Keputusan Pembelian Berdasarkan Harga (Odd Price)
Kotler & Keller menyatakan bahwa keputusan pembelian
didasarkan pada bagaimana konsumen menganggap harga dan berapa
harga aktual saat ini yang mereka pertimbangkan-bukan harga yang
dinyatakan pemasar. Dalam tahap awal keputusan pembelian, konsumen
dihadapkan pada kebutuhan yang ingin dipenuhi dimana konsumen mulai
mencari masalah apa yang ingin dipecahkan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Dari tahap ini konsumen mulai mencari informasi tentang segala
hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan termasuk salah
satunya adalah mengenai harga.
Kotler & Keller menyatakan bahwa memahami bagaimana
konsumen sampai pada persepsi harga merupakan prioritas pemasaran
4
Lucianne Dian Rahayu Putri dan Selviana, “Hubungan Kualitas Produk dan Brand Image dengan
Keputusan Pembelian pada Pengguna Shopee Di Jabodetabek,” Jurnal Psikologi Kreatif Inovatif 3
no. 1 (2023). 24.
5
Dedhy Pradana, dkk, “Pengaruh Harga Kualitas Produk dan Citra Merek Brand Image Terhadap
Keputusan Pembelian Motor,” KINERJA 14 no. 1 (2017). 21.
yang penting. Hal ini yang menyebabkan para pemasar mulai mencari dan
berhati-hati dalam melakukan penetapan harga, karena persepsi yang
terbentuk dari sebuah harga akan melekat kuat dalam benak konsumen,
entah itu persepsi yang positif maupun negatif. Saat ini perusahaan mulai
menyadari salah satu strategi penetapan harga yang dinilai cukup efektif
dalam membentuk persepsi konsumen adalah odd price (penetapan harga
ganjil). Odd price atau harga ganjil merupakan harga dimana nilainya
sedikit rendah dari harga yang biasanya dan harga ini dapat mempengaruhi
psikologis seseorang sehingga odd price sering disebut juga dengan harga
psikologis.
Kotler & keller menjelaskan bahwa banyak penjual menggunakan
strategi odd price ini dengan menetapkan harga yang berakhir dengan
angka ganjil karena beberapa riset memperlihatkan bahwa konsumen
cenderung memproses harga dari ‘kiri ke kanan” dan bukan dengan
membulatkan. Hal inilah yang sering dijadikan dasar oleh banyak
perusahaan dalam menerapkan strategi harga ganjil (odd price). Saat ini
banyak perusahaan cenderung lebih banyak memasang harga ganjil
dibandingkan harga biasa.
Sebagai contohnya, jika kita mengunjungi beberapa toko ritel
terkadang sering terlihat harga yang tertera pada suatu barang adalah Rp
149.990,- bukan Rp 150.000,- walaupun pada kenyataannya konsumen
tetap harus membayar seharga Rp 150.000,- tanpa pengembalian Rp 10,-.
Potongan harga yang menggunakan strategi odd price cenderung akan
meningkatkan pilihan konsumen pada produk tersebut karena secara afeksi
dan kognitif, informasi harga tersebut akan diproses dalam otak dan
menghasilkan sebuah persepsi yang mendorong konsumen untuk
berperilaku.6

6
Kartika Imasari Tjiptodjojo, “Odd Price: Harga, Psikologi dan Perilaku Konsumen Dalam
Purchase Decision Making,” Jurnal Manajemen 11 no.2 (2012). 145-148.
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, M. Anang. Pemasaran Produk Dan Merek (Planning & Strategy).


Surabaya: Qiara Media, 2019.
Oktavianti, Santi. “Analisis Tingkat Kualitas Produk dan Tingkat Pelayanan
Kentucky Fried Chicken (KFC) Cabang Palembang Trade Centre.” Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya 16, no.4 (2018), 215-217.
Fawzi, Marissa Grace Haque, dkk. STRATEGI PEMASARAN Konsep, Teori dan
Implementasi. Tangerang Selatan: Pascal Books, 2021.
Putri, Lucianne Dian Rahayu dan Selviana. “Hubungan Kualitas Produk dan
Brand Image dengan Keputusan Pembelian pada Pengguna Shopee Di
Jabodetabek.” Jurnal Psikologi Kreatif Inovatif 3 no. 1 (2023). 24.
Pradana, Dedhy Pradana, dkk. “Pengaruh Harga Kualitas Produk dan Citra Merek
Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Motor.” KINERJA 14 no. 1
(2017). 21.
Tjiptodjojo, Kartika Imasari. “Odd Price: Harga, Psikologi dan Perilaku
Konsumen Dalam Purchase Decision Making.” Jurnal Manajemen 11
no.2 (2012). 145-148.

Anda mungkin juga menyukai