Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI JERMAN PADA


KALIMAT SEDERHANA SISWA KELAS XII SMA 14 MAKASSAR

FEHLERSANALYSE DIE VERWENDUNG DER DEUTSCHE


KONJUNKTION IN EINFACHE SATZ STUDENT KLASSE XII SMA 14
MAKASSAR

Muhammad Fikri Taqiyuddin


1854040018

PENDIDIKAN BAHASA JERMAN


JURUSAN BAHASA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk sosial yang harus berinteraksi antara


satu dan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Karena itu
manusia tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan orang
lain, dalam kehidupan sehari – hari, manusia mengenal dan menciptakan
kebudayaan berbagai wujud ide, aktivitas, hingga artefak untuk memenuhi
kebutuhan hidunya. Bahasa, menjadi salah satu unsur paling penting yang
mempengaruhi kehidupan maupun kebudayaan manusia. Bahasa, memiliki
peranan penting dalam kehidupan manusia karena menjadi alat
komunikasi yang utama. Sebagai alat komunikasi, Bahasa meliputi kata,
kumpulan kata, klausa, kalimat, yang diungkapkan melalui lisan, tulisan
dan gerak (Bahasa Isyarat). Sementara itu, pengertian Bahasa adalah
sistem komunikasi manusia yang dinyatakan melalui susunan suara untuk
ungkapan tulis yang terstruktur untuk membentuk satuan yang lebih besar,
seperti morfem, kata, dan kalimat Richards, Platt dan Weber (1985:153).
Sedangkan dalam prespektif Linguistik Sistemik Fungsional (LSF),
Bahasa adalah bentuk semiotika sosial yang sedang melakukan pekerjaan
di dalam suatu konteks situasi dan konteks kultural, yang baik digunakan
secara lisan maupun tulisan.
Seiring perkembangan zaman, hadirnya era globalisasi dan
kecanggihan teknologi, manusia dituntut untuk tidak hanya menguasai
satu bahasa saja, namun harus bisa meguasai setidaknya mampu
berkomunikasi dengan bahasa kedua, yang dimaksud ialah bahasa asing.
Hadirnya era globalisasi di Indonesia menjadi gerbang bagi seluruh negara
untuk masuk dan berkerja sama dengan negara Indonesia, jika penguasaan
bahasa asing menjadi hal yang dipandang sebelah mata maka negara kita
akan tertinggal
jauh dengan negara lain, dan kerjasama negara tidak akan terjalin karena
tidak adanya komunikasi yang terjadi, sehingga penguasaan bahasa asing
sangat penting dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahasa Inggris
adalah bahasa internasional yang dimana bersifat harus di kuasai pada era
globalisasi dan abad 21 ini. Selain bahasa Inggris yang dimana sudah
berstatus sebagai bahasa internasional, bahasa Mandarin, Spanyol, Jepang
dan Jerman secara berurutan adalah bahasa asing yang paling penting di
dunia, terkhusus di Indonesia negara Jerman adalah negara maju yang
paling banyak menanamkan investasi di Indonesia, selain itu Jerman juga
memberikan kesempatan bagi para pelajar di dunia untuk gratis belajar di
Jerman. Indonesia dan Jerman bukan hanya berkerja sama dalam bidang
ekonomi, dan sosial tetapi juga pada sektor pendidikan dan kebudayaan,
terbukti dengan adanya Goethe Institut sebagai pusat pembelajaran bahasa
jerman yang sekarang pusatnya berada di Menteng Jakarta Pusat beralamat
di Jl. Samratulangi 9-15 Jakarta, 10305, dan Lembaga DAAD (Deutscher
Akademischer Austauschdients) sebagai salah satu bukti kerjasama antara
Indonesia dan Jerman dalam bidang pendidikan dan kebudayaan yang
menyediakan beasiswa-beasiswa bagi siswa dan mahasiswa di Indonesia
khususnya, untuk melanjutkan Pendidikan di Jerman dan juga
mengadakan pertukaran pelajar melalui beberapa program yang
ditawarkan oleh DAAD. Kerjasama ini dapat menguntungkan bagi negara
Indonesia sebagai bentuk peningkatan kapasitas pendidikan di Indonesia
dengan sedikit demi sedikit mengirimkan pemuda pemudinya untuk
belajar keluar negeri dan kembali ke Indonesia nantinya dengan tujuan
untuk membawakan inovasi – inovasi yang nantinya dapat menyokong
endidikan di Indonesia menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.
Berdasarkan uraian diatas bahasa Jerman menjadi salah satu bahasa
asing yang dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan untuk tingkat
SMA yang diharapkan dapat menambah penguasaan bahasa asing peserta
didik dan menambah wawasan kebudayaan Internasional untuk
menghadapi Era 4.0, Pembelajaran bahasa Jerman memiliki empat
keterampilan yang harus dikuasai, yaitu membaca (Lesen), keterampilan
menulis (Schreiben), pemahaman mendengar (Hören), dan berbicara
(Sprechen). Didalam keterampilan menulis (Schreibfertigkeit) harus
memperhatikan dua hal berikut yakni tata bahasa (Grammatik) dan kosa
kata (Wortschatz) dua cabang ilmu tersebut menjadi modal utama untuk
menulis baik kalimat ataupun karangan.
Jika keterampilan berbicara tidak menganggap tata bahasa penting
yang terpenting adalah dengan pembiasaan, disisi lain keterampilan
menulis dan tata bahasa adalah satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan
dan diikuti dengan kosa kata sebagai modal utama menulis, tata bahasa
menjadi sangat penting. Jika kita salah menuliskan dan meletakkan kata
sesuai dengan posisi yang benar maka arti dan makna dari kalimat yang
dituliskan akan mengalami penyimpangan, dan mempelajari tata bahasa
dapat memperkaya siswa dengan banyak variasi kata yang bisa dibuat
contohnya dengan menggunakan Konjunktiv II kita bisa membuat kalimat
yang bertujuan untuk menerangkan harapan, dugaan, dan membuat
kalimat yang kita tuliskan atau ucapkan terkesan lebih sopan. Pada tata
bahasa juga kita mengetahui perubahan – perubahan kata kerja sesuai
dengan kala waktu dan kata ganti orangnya, dan dalam tata bahasa juga
kita mempelajari yang namanya Konjungsi (Konjunktion) dimana
Konjunktion berfungsi untuk menghubungkan dua kalimat menjadi satu
kalimat, dimana sebelum belajar mengenai konjungsi maka harus
diperhatikan bahwa kalimat dalam bahasa jerman terbagi atas dua yaitu
kalimat utama (Hauptsatz) dan anak kalimat (Nebensatz) diperlukan
konjungsi untuk menggabungkan kedua kalimat tersebut. Konjunktion
terbagi tiga berdasarkan letak kata kerjanya setelah Konjungsi yaitu
Position 0, Position 1 dan Position 2, dan beberapa Konjungsi dalam
bahasa jerman ada yang memiliki arti yang sama dan juga makna yang
sama namun dibedakan pada posisi kata kerjanya setelah Konjungsinya,
contoh kata denn, dan weil kedua Konjungsi ini memiliki arti karena,
keduanya dibedakan melalui posisi kata kerjanya. Contohnya ich komme
nicht zur Schule, denn ich bin krank. Jika menggunakan denn maka kata
kerjanya berada pada posisi kedua tidak ada perubahan maka denn berada
pada Position 0, adapun dengan penggunaan weil sebagai berikut, ich
komme nicht zur Schule, weil ich krank bin. Jika menggunakan weil maka
kata kerja berada pada akhir kalimat, maka weil berada pada Position 2.
Selain denn dan weil banyak lagi Konjungsi yang lain khusunya pada
kurikulum 2013 pada buku Super Deutsch kelas XII pada Bab I dengan
Tema Das Hobby dimana siswa mempelajari penggunaan Konjungsi weil
dan wenn.
Dalam hal ini penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Ninuk Rahayu, Rosyidah, dan
Edy Hidayat (2009) dengan judul “Kesalahan Penggunaan Konjungsi “als
dan wenn” Pada Karangan Mahasiswa Semester Empat Angkatan 2009
Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang”, dimana pada
penelitian tersebut didapatkan hasil sebagai berikut, dalam karangan 22
Mahasiswa yang menjadi sampel penelitian, penggunaan konjunngsi als
dan 22 penggunaan konjungsi wenn yang tidak tepat, dengan berbagai
macam jenis kesalahan meliputi (a) pemilihan konjungsi, (b) peletakan
kata kerja, (c) ketiadaan kata kerja. Kesalahan pertama adalah pemilihan
konjungsi. Mahasiswa tidak dapat membedakan penggunaan konjungsi als
dan wenn, pada hasil penelitian mahasiswa masih menggunakan konjungsi
als dalam kalimat kala waktu sekarang (Gegenwart) atau yang akan datang
(Zukunft). Selain kesalahan pemilihan konjungsi als, terdapat kesalahan
bentuk waktu kata kerja (Tempus) yang digunakan dalam kalimat.
Penggunaan konjungsi als mengharuskan bentuk waktu Präteritum,
sedangkan mahasiswa sendiri belum menguasai bentuk kala waktu
Präteritum, sehingga peggunaan konjungsi als dalam kalimat tidak sesuai
dengan gramatika bahasa Jerman. Kesalahan pemilihan konjungsi wenn
pada kalimat masih ditemukan dalam karangan mahasiswa. Hal ini dapat
dilihat bahwa mahasiswa masih menempatkan konjungsi wenn pada
kalimat yang peristiwanya jelas terjadi di masa lampau dan hanya terjadi
sekali. Untuk menggunakan konjungsi als dan wenn, mahasiswa
diharuskan terlebuh dahulu dapat menentukan bentuk waktu kejadian
dalamm kalimat, sehingga dapat menentukan bentuk waktu kejadian dalam
kalimat. Pendapat ini diperkuat oleh Reimann (2001:211) yang
menyatakan bahwa konjungsi suboordinatif als dan wenn digunakan sesuai
aturan bentuk waktu atau peristiwa dalam kalimat. Kesalahan selanjutnya
adalah peletakkan kata kerja dalam hal ini mahasiswa masih meletakkan
kata kerja pada posisi pertama dan kedua setelah kalimat. Hal tersebut
terjadi karena mahasiswa belum memahami grammatika bahasa Jerman
dan tidak terbiasa menggunakan konjungsi subordinatif yang
mengharuskan kata kerja berada di posisi akhir anak kalimat. Kesalahan
yang terakhir adalah ketiadaan kata kerja, hal ini terjadi karena mahasiswa
tidak teliti dalam membuat kalimat dengan menggunakan konjungsi.
Berdasarkan penelitian di atas menggambarkan kesalahan penggunaan
konjungsi bahasa Jerman masih sangat penting untuk dilakukan baik di
tingkat sekolah menengah atas dan Universitas yang mempelajari bahasa
Jerman.
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti melakukan
observasi pra penelitian, dengan melakukan wawancara dengan salah satu
guru bahasa Jerman di SMA 14 Makassar pada tanggal 21 September
2021 memperoleh informasi bahwa siswa khususnya pada kelas XII masih
banyak yang kebingunan dengan penggunaan konjungsi. Khususnya
konjungsi yang mengharuskan kata kerja berada di akhir kalimat pada
anak kalimat (Nebensatz), contohnya konjungsi weil dan wenn yang sudah
dipelajari pada kelas XII Bab 1 materi das Hobby berdasarkan hasil
wawancara diperoleh informasi, bahwa kesalahan penggunaan konjungsi
bahasa Jerman pada kelas XII adalah kurangnya pembahasan lebih jauh
mengenai konjungsi pada buku paket siswa yang digunakan pada SMA 14
Makassar, dan pemahaman siswa, bahwa kata kerja pada bahasa Jerman
mayoritas berada pada posisi kedua dalam kalimat, sehingga banyak siswa
yang belum terbiasa dengan kata kerja yang berada pada posisi akhir
kalimat, dan kurangnya media juga menjadi penyebab pembelajaran
bahasa Jerman di SMA 14 Makassar khususnya kelas XII masih terasa
membosankan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti akan
melaksanakan penelitian mengenai “Analisis Kesalahan Penggunaan
Konjungsi bahasa Jerman Pada Kalimat Sederhana Bahasa Jerman
Kelas XII SMA 14 Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesalahan penggunaan
konjungsi bahasa Jerman pada siswa kelas XII SMA 14 Makassar ?
2. Apa saja kesalahan penggunaan konjungsi bahasa Jerman pada
siswa kelas XII SMA 14 Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk menganalisis apa saja
kesalahan penggunaan konjungsi weil, wenn, ob, und obwohl pada
kalimat sederhana yang dituliskan oleh siswa kelas XII SMA 14
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Secara garis besar penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu :
1. Manfaat Teoristis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap
perkembangan pendidikan terutama dalam pembelajaran bahasa
Jerman.
b. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Penelitian ini sebagai sumber informasi dan masukkan bagi
siswa pada penggunaan konjungsi weil, wenn, ob, und obwohl.
b. Bagi Guru
Penelitian ini berfungsi sebagai bahan guru untuk
mengetahui apa saja kesalahan siswa pada penulisan kalimat
sederhana dengan menggunakan konjungsi weil, wenn, ob und
obwohl.
c. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian
apabila ada penelitian selanjutnya yang serupa dan menjadi bahan
penelitian untuk melaksanakan penelitian di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini merupakan
teori yang digunakan sebagai referensi untuk memperjelas penelitian
sehubungan dengan masalah penelitian yang telah diuraikan. Adapaun
bebrapa teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa
a. Pengertian Analisis

Pengertian analisis dalam kamus Bahasa Indonesia (1990 : 32)


adalah : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab) dimana
penguraian suatu pokok atau berbagai bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan.
Soejadi (1997 : 107) mendefinisikan analisis sebagai berikut :
Analisis adalah rangkaian kegiatan pemikiran yang logis, rasional,
sistematis dan objektif dengan menerapkan metodologi atau teknik ilmu
pengetahuan, untuk melakukan pengkajian, penelaahan, penguraian,
perincian, pemecahan terhadap suatu objek atau sasaran sebagai salah satu
kebulatan komponen yang utuh kedalam sub komponen–sub komponen
yang lebih kecil.
The Liang Gie (1989 : 26) mengemukakan pengertian analisis
sebagai berikut : Analisis adalah segenap rangkaian perubahan pikiran
yang menelaah sesuatu secara mendalam terutama mempelajari bagian-
bagian dari suatu kebulatan untuk mengetahui ciri- ciri masing–masing
bagian, hubungannya satu sama lain dan peranannya dalam keseluruhan
yang bulat itu.

Selanjutnya Komaruddin (1994 : 31) mengemukakan pengertian


analisis sebagai berkut : Analisis adalah kegiatan berfikir untuk
menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen, sehingga dapat
mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi
masingmasing dalam suatu keseluruhan.
Menurut Handoko (2000 : 24) analisis secara sistematik adalah
mengumpulkan, mengevaluasi dan mengorganisasi informasi tentang
sesuatu pekerjaan-pekerjaan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa, analisis ialah kegiatan penyelidikan terhadap suatu perbuatan yang
logis, rsional, sistematis dan objektif untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya.

2. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa


Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam.
Untuk itu, pengertian kesalahan berbahasa perlu diketahui lebih awal
sebelum kita membahas tentang kesalahan berbahasa. Corder (1974)
menggunakan 3 (tiga) istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1)
Lapses, (2) Error, dan (3) Mistake. Bagi Burt dan Kiparsky dalam Syafi’ie
(1984) mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “goof”, “goofing”,
dan “gooficon”. Sedangkan Huda (1981) mengistilahkan kesalahan
berbahasa itu dengan “kekhilafan (error)”. Adapun Tarigan (1997)
menyebutnya dengan istilah “kesalahan berbahasa”. Lapses, Error dan
Mistake adalah istilah-istilah dalam wilayah kesalahan berbahasa. Ketiga
istilah itu memiliki domain yang berbeda-beda dalam memandang
kesalahan berbahasa. Corder (1974) menjelaskan:
1) Lapses

Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara


untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai
dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini
diistilahkan dengan “slip of the tongue” sedang untuk berbahasa tulis,
jenis kesalahan ini diistilahkan “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi
akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.
2) Error

Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar


kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi
akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda
dari tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada
kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut
berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa
akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.

3) Mistake

Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat


dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan
ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan
kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa
kedua (B2). Kesalahan terjadi pada produk tuturan yang tidak benar.

Kesalahan berbahasa dipandang sebagai bagian dari proses belajar


bahasa. Ini berarti bahwa kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral
dari pemerolehan dan pengajaran bahasa.

Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa yang


menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu.
Sementara itu kekeliruan adalah penggunaan bahasa yang menyimpang
dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu namun tidak dipandang
sebagai suatu pelanggaran berbahasa. dalam analisis kesalahan berbahasa
sifatnya tidak acak, individual, tidak sistematis, dan tidak permanen
(bersifat sementara). Jadi, analisis kesalahan berbahasa difokuskan pada
kesalahan berbahasa berdasarkan penyimpangan kaidah bahasa yang
berlaku dalam bahasa itu. ntuk membedakan antara kesalahan (error) dan
kekeliruan (mistake), menurut Tarigan (1997) seperti disajikan dalam
tabel berikut.
Perbandingan antara Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa

Kategori Sudut Pandang Kesalahan Berbahasa Kekeliruan Berbahasa


1. Sumber Kompetensi Performasi
2. Sifat Sistematis, berlaku secara Acak, tidak sistematis,
umum secara individual
3. Durasi Permanen Temporer/sementara
4. Sistem Linguistik Sudah dikuasai Belum dikuasai
5. Produk Penyimpangan kaidah Penyimpangan kaidah
bahasa bahasa
6. Solusi Dibantu oleh guru melalui Diri sendiri (siswa):
latihan pengajar remedial mawas diri, pemusatan
perhatian
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai