Anda di halaman 1dari 11

MODUL BAHASA INDONESIA

RAGAM
BAHASA
Modul Standar untuk
digunakan dalam
Perkuliahan di Universitas
Mercu Buana

Fakultas Pertemuan
Program Studi
Ekonomi Kode MK
Akuntansi
Disusun Oleh
04
MK90008 Dra. Hj. Ekawati, M. Pd.

Abstract Kompetensi
Ragam Bahasa mencakupi ragam Mahasiswa diharapkan mampu
formal, takformal, tulis, lisan, dan memahami berbagai ragam bahasa
ragam keilmuan. sekaligus dapat menerapkannya dalam
berbahasa sehari-hari.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul


2 Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
RAGAM BAHASA

Di dalam kenyataan di masyarakat terdapat bermacam-macam penggunaan bahasa.


Kenyataan itu sering tidak disadari oleh kebanyakan orang. Akibatnya, timbul anggapan
penggunaan bahasa Indonesia tidak memuaskan, terutama di kalangan pelajar dan
mahasiswa, bahkan di kalangan guru dan para cendekiawan. Benarkah anggapan seperti
itu? Bukankah anggapan seperti itu timbul karena sikap merampatkan (generalisasi)
pemakaian bahasa? Apakah dalam segala situasi harus digunakan bahasa baku? Padahal,
dalam situasi santai di rumah, di taman, di jalan, atau di pasar kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.

Penggunaan Bahasa

Sehubungan dengan penggunaan bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok,


yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan takbaku. Penggunaan bahasa baku dan
takbaku itu memang berkaitan dengan situasi resmi dan tak resmi. Dalam situasi resmi,
seperti di sekolah, di kantor, atau dalam pertemuan-pertemuan resmi digunakan bahasa
baku. Sebaliknya, dalam situasi takresmi, seperti di rumah, di taman, dan di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku. Penggunaan bahasa yang disebabkan oleh faktor-
faktor tertentu, seperti situasi resmi dan takresmi itulah yang akan kita bahasa. Kita takperlu
membedakan penggunaan bahasa sesuai dengan tuntutan ragam. Dengan demikian, kita
tidak merampatkan penggunaan bahasa; bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benartidak ditafsirkan sebagai penggunaan bahasa baku dalam segala situasi.

Ada tiga kriteria penting yang perlu diperhatikan jika kita berbicara tentang ragam
bahasa. Ketiga kriteria itu ialah (1) media yang digunakan, (2) latar belakang penutur, (3)
pokok persoalan yang dibicarakan.

Berdasarkan media yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa


dapat dibedakan atas ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Di bagian lain, kedua
ragam itu dibicarakan secara tersendiri. Di lihat dari segi penuturnya, ragam bahasa
dibedakan menjadi (1) ragam daerah (dialek), (2) ragam bahasa terpelajar, (3) ragam
bahasa resmi, dan (4) ragam bahasa tak resmi. Berdasarkan pokok persoalan yang
dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan atas bidang-bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, misalnya ragam bahasa hukum, ragam bahasa niaga, ragam bahasa ragam
bahasa jurnalistik, dan sebagainya.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ragam daerah (dialek)

Sebagaimana kita ketahui, bahasa Indonesia tersebar luas ke seluruh nusantara.


Luasnya pemakaian bahasa itu menimbulkan perbedaan penggunaan bahasa. Bahasa
Indonesia yang digunakan di suatu daerah berbeda dengan bahasa Indonesia yang
digunakan di daerah lain. Misalnya, bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang
tinggal di Jayapura berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang
tinggal di Medan, bahasa Indonesia yang digunakan di Denpasar berbeda dengan bahasa
Indonesia yang digunakan di Jakarta. Penggunaan bahasa yang berbeda-beda karena
perbedaan daerah seperti itudisebut ragam daerah atau logat (istilah yang telah lama
dikenal). Logat yang paling menonjol/ tampak yang mudah diamati ialah lafal. Logat bahasa
Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/ pada posisi awal nama-nama kota,
seperti mBandung, mBanyuwangi, mBangkalan, dan mBogor, atau realisasi pelafalan kata,
seperti pendidian, tabraan, kenaian, dan geraan. Logat bahasa Indonesia orang Bali dan
Aceh tampak dalam realisasi pelafalan /t/ sebagai retrofek, seperti tampak pada kata
thethapi, canthik, ithu, dan kitha. Logat orang Tapanuli tampak dalam realisasi pelafalan /e/
dan tekanan kata yang amat jelas, seperti yang tampak dalam kata-kata sementara,
sewenang-wenang, dan lebaran. Ciri-ciri tekanan, turun-naiknya nada, dan panjang-
pendeknya bunyi bahasa membentuk aksen yang berbeda-beda. Perbedaan kosakata dan
sistem tata bahasa juga menandai perbedaan logat, tetapi tidak sejelas lafal. Bahasa ibu
atau bahasa yang dikuasai pertama, erat hubungannya dengan logat atau ragam daerah
(dialek). Perbedaan logat bahasa Indonesia antara daerah yang satu dan daerah yang lain
biasanya dapat diterima atau tidak dipermasalahkan selama bahasa yang digunakan itu
dapat dipahami dan tidak mengganggu kelancaran komunikasi. Tidak jarang kita temukan
bahwa perbedaan ragam daerah atau logat di antara suku-suku bangsa di Nusantara ini
dijadikan bahan humor.

Ragam Bahasa Terpelajar

Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa


Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
tampak jelas perbedaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak
berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya
pidio (vidio), pilem (film), komplek (kompleks), pajar (fajar), dan pitamin (vitamin). Perbedaan
ragam bahasa penutur yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan juga tampak
dalam tata bahasa, misalnya mbawa (membawa), nyari (mencari), atau dalam susunan
kalimat Ini hari kita orang akan ke Bandung dan Saya akan ceritakan tentang Timun Emas.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul


4 Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hal itu menunjukkan penuturnya kurang dapat memelihara bahasanya. Ragam bahasa yang
dituturkan oleh kelompok penutur berpendidikan itu memiliki ciri keterpeliharaan. Ragam
bahasa itulah yang digunakan dalam ragam pendidikan, lembaga pemerintahan, media
massa, ilmu, dan teknologi. Ragam itu memiliki prestise yang tinggi.

Ragam bahasa resmi dan tak resmi

Ragam bahasa dipengaruhi pula oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika
lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu, antara lain, resmi,
akrab, dingin, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau
penulis memengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasan atau pemimpinnya, bahasa perintah
atasan kepada bawahan, bahasa seorang ibu yang membujuk anaknya, bahasa orang tua
yang sedang memarahi anaknya, atau bahasa anak-anak muda yang sedang berbincang
secara santai. Tentu kita juga dapat mengamati bahasa surat lamaran/permohonan
pekerjaan yang berbeda denga surat cinta dua remaja. Perbedaan perbedaan itu tampak
dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula ragam ini disebut gaya.
Pada dasarnya, setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan menggunakan bermacam
ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa bukan
merupakan warisan, melainkan dapat diperoleh melalui proses belajar, baik melalui
pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan
bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya. Misalnya, anak kecil-- yang hanya memiliki
satu macam gaya, yaitu yang dilakukan di lingkungan keluarganyaakan menggunakan
gaya itu dalam segala situasi. Begitu juga, orang yang hanya menggunakan satu macam
gaya, misalnya dalam perintah, untuk berbagai situasi akan menimbulkan kesan bahwa
orang itu tidak mau akrab dengan kawan bicara.

Jika terdapat jarak antara penutur dan kawab bicara atau penulis dan pembaca,
akan digunakan ragam bahasa resmi atau yang dikenal dengan bahasa baku. Makin formal
jarak penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan
bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah
pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Ragam bahasa Berdasarkan Pokok Persoalan

Dilihat dari pokok persoalan, ragam bahasa dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis. Sehari-hari, kita bergerak di dalam bermacam lingkungan masyarakat. Di lingkungan
masyarakat yang berbeda terdapat pula penggunaan bahasa yang berbeda. Misalnya,
bahasa yang digunakan dalam lingkungan ilmu dan teknologi berbeda dengan bahasa yang

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul


5 Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
digunakan dalam lingkungan hukum serta beda pula dengan bahasa yang digunakan dalam
lingkungan seni (kebudayaan). Demikian pula, bahasa yang digunakan dalam lingkungan
agama berbeda dengan bahasa yang dipergunakan dalam lingkungan olahraga, niaga, atau
politik. Perbedaan itu tampak pada pilihan atau penggunaan sejumlah
kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang-bidang tersebut. Misalnya,
kata-kata kurban, zakat, ibadah digunakan dalam lingkungan agama; orbit, fosil, atmosfer
digunakan dalam ilmu pengetahuan; kampanye, kontestan, demokrasi digunakan dalam
lingkungan politik; kredit, kontan, laba digunakan dalam dunia niaga; amnesti, pidana,
kasasi digunakan dalam lingkungan hukum.variasi dalam bidang tata bahasa sebenarnya
juga tampak dalam ragam bahasa menurut pokok persoalan tersebut. Kita dapat mengenali
kalimat-kalimat dalam kotbah/doa, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam
undang-undang, dan kalimat-kalimat dalam sastra.

Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulis

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa,
penggunaan bahasa dapat dibedakan dalam dua macam ragam bahasa, yaitu (1) ragam
bahasa lisan dan (2) ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat
ucap (organ of speech)dengan fonem sebagai unsur dasardinamakan ragam bahasa
lisan, sedangkan bahasa yang dihasilakan dengan memanfaatkan tulisandengan huruf
sebagai dasarnyadinamakan ragam bahasa tulis.

Namun, kita harus berhati-hati dengan pernyataan itu karena ada bahasa yang
dihasilkan dengan menggunakan alat-alat ucap, tetapi sebelumnya telah dituliskan, seperti
teks pidato yang dibacakan atau siaran berita radio atau televisi. Sebaliknya, ada bahasa
lisan yang dituliskan, seperti tranksripsi cerita rakyat (yang belum pernah dituliskan) atau
pidato yang ditranskripsikan. Dengan demikian, pernyataan itu masih harus dilengkapi
dengan penjelasan perbedaan kedua ragam itu yang dilihat dari segi struktur bahasa atau
segi lain.

Ragam lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentuk kata dan kalimat), dan
kosakata. Lafal merupakan aspek pembeda ragam bahasa lisan dengan ragam bahasa tulis,
sedangkan ejaan merupakan aspek pembeda ragam bahasa tulis dengan blafal, dahasa
lisan. Jadi, dalam ragam bahasa lisan kita berurusan dengan lafal. Dalam ragam tulis kita
berurusan dengan ejaan (tata cara penulisan). Selain itu, aspek tata bahasa dan kosakata
dalam kedua jenis ragam itumemiliki ciri yang berbeda, walaupun bidangnya sama. Kedua
ragam bahasa itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis, yang unsur dasarnya
huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa
ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu telah

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul


6 Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berkembang menjadi dua sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak
identik benar meskipun ada pula kesamaannya.

Perbedaan Ragam Lisan dan Tulis

1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan
pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di
depan pembicara.

2. Di dalam ragam lisan fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu
dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal itu disebabkan oleh
bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau
intonasi. Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-
fungsi gramatikal nyata/jelas karena ragam tulis tidak menghadirkan orang yang diajak
bicara yang harus memahami isi tulisan itu.

3. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi situasi, ruang, dan waktu. Apa yang dibicarakan
secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu
saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi seni dan budaya belum tentu
dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang itu. Sebaliknya, ragam tulis tidak
terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yang ditulis
oleh seorang penulis di Indonesia dapat dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau
Inggris. Sebuah buku yang ditulis pada tahun 1980 dapat dibaca dan dipahami oleh orang
yang yang hidup di tahun 2013. Hal itu dimungkinkan oleh kelengkapan unsur-unsur dalam
ragam tulis.

4. ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya dan panjang-pendeknya suara, sedangkan


ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca.

Berbagai Ragam dalam Pemakaian Bahasa

Di dalam lingkungan masyarakat, ada bahasa yang digunakan dan memperlihatkan ciri
keakraban atau keintiman. Bahasa yang ditandai bentuk dan pilihan kata akrab, seperti gue,
lo, bete, ember memang tersebut termasuk ragam intim (intimate) di kalangan kaum muda
di Jakarta. Bahasa seperti itu digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang
sangat akrab dan intim. Secara sepintas, kita dapat membedakannya dengan bahasa santai
(casual) yang juga ditandai bentuk tidak baku. Ragam santai digunakan di dalam situasi
tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kena (tidak intim).

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul


7 Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ragam berikutnya dikenal sebagai ragam konsultatif (consultative). Jika kita amati
bahasa yang digunakan pada saat guru menjelaskan atau bertanya-jawab dengan siswa
atau pada saat pembeli melakukan tawar-menawar harga dengan pedagang, kita akan
menemukan bahasa yang memperlihatkan ciri ragam konsultatif. Kata-kata atau ujaran yang
digunakan terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi. Cirinya berbeda dengan
ragam formal atau resmi yang dipakai di dalam rapat atau diskusi resmi atau formal. Ragam
bahasa formal ditandai oleh bentuk kata dan kalimat yang lengkap serta akurat. Dengan
bentuk ujaran yang lengkap dan akurat tersebut, tercermin adanya hubungan dan situasi
formal di antara peserta pembicaraan.

Ragam lain adalah bahasa yang ditandai ungkapan atau ujaran-ujaran baku dan beku
(frozen) sebagaimana yang terdengar dalam acara ritual dan seremonial. Disebut beku
karena ungkapan dan istilah yang dipakai sedemikian tetap dan tidak memungkinkan
adanya perubahan satu patah kata pun. Bahkan, tekanan pelafalannya pun tidak boleh
berubah sama sekali. Perhatikanlah ungkapan yang dipakai oleh hakim, jaksa, dan pembela
di dalam satu sidang pengadilan. Contoh yang jelas juga dapat dilihat dalam upacara
pernikahan (KUA, di gereja, atau di kalangan masyarakat adat), upacara bendera, serta
baris-berbaris di kalangan tentara, pelajar, atau karyawan instansi pemerintah. Contohnya,
aba-aba Siap, gerak!, Balik kanan, gerak!, Inspektur upacara meninggalkan lapangan
upacara!.

Jadi, berdasarkan subdimensi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas ragam intim
(intimate), santai (casual), konsultatif (consutative), resmi (formal), dan beku (frozen). Untuk
memudahkan mengingat istilah tersebut kita dapat menggunakan jembatan keledaicara
mnemonik, yaitu dengan menggunakan kalimat I Can Catch Five Fish.

Contoh Ragam Bahasa

a. Ragam Bahasa Lisan Baku

Saudara-Saudara,

Salah satu lambang kebangsaan kita adalah bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
bahasa Indonesia harus kita jaga baik-baik dan dengan rasa tanggung jawab yang
sebesar-besarnya. Bahasa Indonesia adalah salah satu unsur Sumpah Pemuda yang
mempersatukan kita sebagai bangsa. Kita bangga bahwa bahasa Indonesia itu telah
tumbuh dan berkembang. Bahasa Indonesia bukan saja menjadi bahasa pergaulan,
bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi, malahan dapat menjadi bahasa ilmu
pengetahuan, dapat menjadi bahasa teknologi. Penggunaan bahasa yang tertib

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul


8 Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menunjukkan cara berpikir dan bertindak yang tertib. Ketertiban itu merupakan dasar bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tertib. Ketertiban itu dasar
bagi rasa tenteram dan sejahtera.

b. Ragam Bahasa Lisan Takbaku

Nenek bikin setumpuk peraturan yang harus gua jalanin. Abis sekolah kagak boleh
ke mana-mana. Siang musti istirahat. Sore mandi terus belajar. Jajan es atau gado-gado
juga nggak boleh. Apalagi nonton pilem. Sebal deh rasanya.

c. Ragam Bahasa Tulis Baku

Dalam suatu penelitian lapangan tidak mungkin seorang peneliti dapat mengamati
seluruh jumlah subjek yang akan diteliti. Seorang peneliti yang harus meneliti kehidupan
kaum gelandangan di kota tidak mungkin mempunyai waktu dan biaya yang cukup untuk
mendatangi semua gelandangan yang ada di kota itu. Ia hanya dapat meneliti beberatus
orang di beberapa tempat saja. Bahkan, seorang peneliti yang harus meneliti sebuah
desa yang terdiri dari, misalnya, 3000 penduduk, kalau ia hendak melaksanakan
peneliannya itu secara mendalam, tidak mungkin dapat mengamati, mewawancarai, dan
mengetes ketiga ribu orang itu. Sudah baik kalau ia meneliti 300 orang di antaranya saja.

d. Ragam Bahasa Tulis Takbaku

konsumen potensial daripada nilai barang dan jasa tak hanya dari apek-aspek
fungsionil. Konsumenpun tertarik akan kwalitas artistik serta keindahan barang dan jasa.
Banyak sekali barang dibeli karena modelnya, bentuknya, keindahan maupun warnanya.
Kenyataan ini tidak hanya penting untuk pemegang mode, arsitek, seniman, maupun
penata etalasi toko, melainkan untuk pejabat pemasaran. Peranan daripada tampang
yang pada masa lampau hanya penting artinya bagi semua barang-barang konsumen kini
semakin penting guna untuk barang-barng industriil. Karenanya konsumen perlu
diperhatikan.

e. Ragam Bahasa Sastra

Hanya berdua. Memang, menurut laporan PBB penghuni bumi sudah berjejalan.
Tapi, apa salahnya jika keduanya menganggap hanya ada mereka saja selama ini?
Perempuan itu segalanya baginya. Dialah bulan untuknya saat begadang. Dialah es
kopyor di saat keluyuran di bawah terik matahari, dialah dedaunan hijau , mega putih di
lautan biru, oksigen atau apa saja yang patut dipuja saat ini.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul


9 Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sedang bagi perempuan itu, dia adalah rajawali, adalah gunung, adalah karang,
adalah matahari, angin, musik rock, dan entah apa lagi. Pokoknya lelaki muda itu adalah
tumpuan kasih sekaligus kekaguman yang tak pernah habis.

f. Ragam Bahasa Ilmu

Kolesterol adalah senyawa yang termasuk golongan lemak atau lipid. Kolesterol
dibutuhkan dalam tubuh antara lain sebagai bahan untuk membuat hormon-hormon
kelamin pria ataupun wanita serta hormon kelenjar anak ginjal yang penting guna
memelihara hidup. Kolesterol yang ada dalam darah sebagian berasal dari makanan dan
sebagian dibuat dalam hati oleh empedu. Oleh karena itu, kolesterol terdapat dalam
jumlah yang besar dalam empedu.

g. Ragam Bahasa Jurnalistik

Gerak-gerik tubuh republik memperlihatkan gejala pikiran kacau. Lakunya tak


mencerminkan kata-kata yang termaktub dalam konstitusi. Dokumen rahasia negara bisa
bocor dan memicu gonjang-ganjing politik. Penegakkan hukum berorientasi kekuasaan.
Tiap orang tak sama di depan hukum. Rakyat kecil segera ditahan, tetapi putra pejabat
bebas berkeliaran.

Tak jelas republik akan dibawa ke mana. Penyelenggara republik sibuk dengan
urusan partai daripada urusan (re)publik. Manusia Indonesia di era reformasi masih yang
itu-itu juga. Silau oleh kemilau materi. Terpesona oleh kemuliaan tahta. Uang dan
kekuasaan membuat Republik masuk ke pusaran korupsi. Republik bergerak tanpa roh
kebangsaan.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul


10 Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Buku Rujukan

Alwi, Hasan (Ed.). 2003. Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional.

Arifin, Zaenal. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Presindo.

Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi.

Kuntarto, Ninik. 2011. Cermat dalam Berbahasa, Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Sugono, Dendy. 2010. Kemahiran Berbahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul


11 Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai