RAGAM
BAHASA
Modul Standar untuk
digunakan dalam
Perkuliahan di Universitas
Mercu Buana
Fakultas Pertemuan
Program Studi
Ekonomi Kode MK
Akuntansi
Disusun Oleh
04
MK90008 Dra. Hj. Ekawati, M. Pd.
Abstract Kompetensi
Ragam Bahasa mencakupi ragam Mahasiswa diharapkan mampu
formal, takformal, tulis, lisan, dan memahami berbagai ragam bahasa
ragam keilmuan. sekaligus dapat menerapkannya dalam
berbahasa sehari-hari.
Penggunaan Bahasa
Ada tiga kriteria penting yang perlu diperhatikan jika kita berbicara tentang ragam
bahasa. Ketiga kriteria itu ialah (1) media yang digunakan, (2) latar belakang penutur, (3)
pokok persoalan yang dibicarakan.
Ragam bahasa dipengaruhi pula oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika
lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu, antara lain, resmi,
akrab, dingin, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau
penulis memengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasan atau pemimpinnya, bahasa perintah
atasan kepada bawahan, bahasa seorang ibu yang membujuk anaknya, bahasa orang tua
yang sedang memarahi anaknya, atau bahasa anak-anak muda yang sedang berbincang
secara santai. Tentu kita juga dapat mengamati bahasa surat lamaran/permohonan
pekerjaan yang berbeda denga surat cinta dua remaja. Perbedaan perbedaan itu tampak
dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula ragam ini disebut gaya.
Pada dasarnya, setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan menggunakan bermacam
ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa bukan
merupakan warisan, melainkan dapat diperoleh melalui proses belajar, baik melalui
pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan
bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya. Misalnya, anak kecil-- yang hanya memiliki
satu macam gaya, yaitu yang dilakukan di lingkungan keluarganyaakan menggunakan
gaya itu dalam segala situasi. Begitu juga, orang yang hanya menggunakan satu macam
gaya, misalnya dalam perintah, untuk berbagai situasi akan menimbulkan kesan bahwa
orang itu tidak mau akrab dengan kawan bicara.
Jika terdapat jarak antara penutur dan kawab bicara atau penulis dan pembaca,
akan digunakan ragam bahasa resmi atau yang dikenal dengan bahasa baku. Makin formal
jarak penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan
bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah
pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Dilihat dari pokok persoalan, ragam bahasa dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis. Sehari-hari, kita bergerak di dalam bermacam lingkungan masyarakat. Di lingkungan
masyarakat yang berbeda terdapat pula penggunaan bahasa yang berbeda. Misalnya,
bahasa yang digunakan dalam lingkungan ilmu dan teknologi berbeda dengan bahasa yang
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa,
penggunaan bahasa dapat dibedakan dalam dua macam ragam bahasa, yaitu (1) ragam
bahasa lisan dan (2) ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat
ucap (organ of speech)dengan fonem sebagai unsur dasardinamakan ragam bahasa
lisan, sedangkan bahasa yang dihasilakan dengan memanfaatkan tulisandengan huruf
sebagai dasarnyadinamakan ragam bahasa tulis.
Namun, kita harus berhati-hati dengan pernyataan itu karena ada bahasa yang
dihasilkan dengan menggunakan alat-alat ucap, tetapi sebelumnya telah dituliskan, seperti
teks pidato yang dibacakan atau siaran berita radio atau televisi. Sebaliknya, ada bahasa
lisan yang dituliskan, seperti tranksripsi cerita rakyat (yang belum pernah dituliskan) atau
pidato yang ditranskripsikan. Dengan demikian, pernyataan itu masih harus dilengkapi
dengan penjelasan perbedaan kedua ragam itu yang dilihat dari segi struktur bahasa atau
segi lain.
Ragam lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentuk kata dan kalimat), dan
kosakata. Lafal merupakan aspek pembeda ragam bahasa lisan dengan ragam bahasa tulis,
sedangkan ejaan merupakan aspek pembeda ragam bahasa tulis dengan blafal, dahasa
lisan. Jadi, dalam ragam bahasa lisan kita berurusan dengan lafal. Dalam ragam tulis kita
berurusan dengan ejaan (tata cara penulisan). Selain itu, aspek tata bahasa dan kosakata
dalam kedua jenis ragam itumemiliki ciri yang berbeda, walaupun bidangnya sama. Kedua
ragam bahasa itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis, yang unsur dasarnya
huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa
ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu telah
1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan
pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di
depan pembicara.
2. Di dalam ragam lisan fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu
dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal itu disebabkan oleh
bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau
intonasi. Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-
fungsi gramatikal nyata/jelas karena ragam tulis tidak menghadirkan orang yang diajak
bicara yang harus memahami isi tulisan itu.
3. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi situasi, ruang, dan waktu. Apa yang dibicarakan
secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu
saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi seni dan budaya belum tentu
dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang itu. Sebaliknya, ragam tulis tidak
terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yang ditulis
oleh seorang penulis di Indonesia dapat dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau
Inggris. Sebuah buku yang ditulis pada tahun 1980 dapat dibaca dan dipahami oleh orang
yang yang hidup di tahun 2013. Hal itu dimungkinkan oleh kelengkapan unsur-unsur dalam
ragam tulis.
Di dalam lingkungan masyarakat, ada bahasa yang digunakan dan memperlihatkan ciri
keakraban atau keintiman. Bahasa yang ditandai bentuk dan pilihan kata akrab, seperti gue,
lo, bete, ember memang tersebut termasuk ragam intim (intimate) di kalangan kaum muda
di Jakarta. Bahasa seperti itu digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang
sangat akrab dan intim. Secara sepintas, kita dapat membedakannya dengan bahasa santai
(casual) yang juga ditandai bentuk tidak baku. Ragam santai digunakan di dalam situasi
tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kena (tidak intim).
Ragam lain adalah bahasa yang ditandai ungkapan atau ujaran-ujaran baku dan beku
(frozen) sebagaimana yang terdengar dalam acara ritual dan seremonial. Disebut beku
karena ungkapan dan istilah yang dipakai sedemikian tetap dan tidak memungkinkan
adanya perubahan satu patah kata pun. Bahkan, tekanan pelafalannya pun tidak boleh
berubah sama sekali. Perhatikanlah ungkapan yang dipakai oleh hakim, jaksa, dan pembela
di dalam satu sidang pengadilan. Contoh yang jelas juga dapat dilihat dalam upacara
pernikahan (KUA, di gereja, atau di kalangan masyarakat adat), upacara bendera, serta
baris-berbaris di kalangan tentara, pelajar, atau karyawan instansi pemerintah. Contohnya,
aba-aba Siap, gerak!, Balik kanan, gerak!, Inspektur upacara meninggalkan lapangan
upacara!.
Jadi, berdasarkan subdimensi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas ragam intim
(intimate), santai (casual), konsultatif (consutative), resmi (formal), dan beku (frozen). Untuk
memudahkan mengingat istilah tersebut kita dapat menggunakan jembatan keledaicara
mnemonik, yaitu dengan menggunakan kalimat I Can Catch Five Fish.
Saudara-Saudara,
Salah satu lambang kebangsaan kita adalah bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
bahasa Indonesia harus kita jaga baik-baik dan dengan rasa tanggung jawab yang
sebesar-besarnya. Bahasa Indonesia adalah salah satu unsur Sumpah Pemuda yang
mempersatukan kita sebagai bangsa. Kita bangga bahwa bahasa Indonesia itu telah
tumbuh dan berkembang. Bahasa Indonesia bukan saja menjadi bahasa pergaulan,
bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi, malahan dapat menjadi bahasa ilmu
pengetahuan, dapat menjadi bahasa teknologi. Penggunaan bahasa yang tertib
Nenek bikin setumpuk peraturan yang harus gua jalanin. Abis sekolah kagak boleh
ke mana-mana. Siang musti istirahat. Sore mandi terus belajar. Jajan es atau gado-gado
juga nggak boleh. Apalagi nonton pilem. Sebal deh rasanya.
Dalam suatu penelitian lapangan tidak mungkin seorang peneliti dapat mengamati
seluruh jumlah subjek yang akan diteliti. Seorang peneliti yang harus meneliti kehidupan
kaum gelandangan di kota tidak mungkin mempunyai waktu dan biaya yang cukup untuk
mendatangi semua gelandangan yang ada di kota itu. Ia hanya dapat meneliti beberatus
orang di beberapa tempat saja. Bahkan, seorang peneliti yang harus meneliti sebuah
desa yang terdiri dari, misalnya, 3000 penduduk, kalau ia hendak melaksanakan
peneliannya itu secara mendalam, tidak mungkin dapat mengamati, mewawancarai, dan
mengetes ketiga ribu orang itu. Sudah baik kalau ia meneliti 300 orang di antaranya saja.
konsumen potensial daripada nilai barang dan jasa tak hanya dari apek-aspek
fungsionil. Konsumenpun tertarik akan kwalitas artistik serta keindahan barang dan jasa.
Banyak sekali barang dibeli karena modelnya, bentuknya, keindahan maupun warnanya.
Kenyataan ini tidak hanya penting untuk pemegang mode, arsitek, seniman, maupun
penata etalasi toko, melainkan untuk pejabat pemasaran. Peranan daripada tampang
yang pada masa lampau hanya penting artinya bagi semua barang-barang konsumen kini
semakin penting guna untuk barang-barng industriil. Karenanya konsumen perlu
diperhatikan.
Hanya berdua. Memang, menurut laporan PBB penghuni bumi sudah berjejalan.
Tapi, apa salahnya jika keduanya menganggap hanya ada mereka saja selama ini?
Perempuan itu segalanya baginya. Dialah bulan untuknya saat begadang. Dialah es
kopyor di saat keluyuran di bawah terik matahari, dialah dedaunan hijau , mega putih di
lautan biru, oksigen atau apa saja yang patut dipuja saat ini.
Kolesterol adalah senyawa yang termasuk golongan lemak atau lipid. Kolesterol
dibutuhkan dalam tubuh antara lain sebagai bahan untuk membuat hormon-hormon
kelamin pria ataupun wanita serta hormon kelenjar anak ginjal yang penting guna
memelihara hidup. Kolesterol yang ada dalam darah sebagian berasal dari makanan dan
sebagian dibuat dalam hati oleh empedu. Oleh karena itu, kolesterol terdapat dalam
jumlah yang besar dalam empedu.
Tak jelas republik akan dibawa ke mana. Penyelenggara republik sibuk dengan
urusan partai daripada urusan (re)publik. Manusia Indonesia di era reformasi masih yang
itu-itu juga. Silau oleh kemilau materi. Terpesona oleh kemuliaan tahta. Uang dan
kekuasaan membuat Republik masuk ke pusaran korupsi. Republik bergerak tanpa roh
kebangsaan.
Alwi, Hasan (Ed.). 2003. Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional.
Kuntarto, Ninik. 2011. Cermat dalam Berbahasa, Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra
Wacana Media.