Anda di halaman 1dari 40

15 Contoh Cerita Fabel Singkat Beserta Pesan Moralnya |

Bahasa Indonesia Kelas 7


Dinda Silviana Dewi Feb 16, 2023 • 36 min read

Konsep Pelajaran SMP Kelas 7 Bahasa Indonesia VII

Meski termasuk cerita fiksi, ternyata fabel atau cerita dengan tokoh hewan punya segudang
pesan moral yang penuh nilai kehidupan, lho! Yuk, simak beberapa contoh cerita fabel
singkat dalam artikel  Bahasa Indonesia kelas 7  berikut ini!

--

Sejak kecil, kamu pasti sering dibacakan cerita atau membaca sendiri cerita anak-anak
dengan tokoh hewan. Beberapa cerita hewan ini hingga sekarang masih teringat di
benakmu. Misalnya, cerita tentang si Kancil, Kura-kura, Monyet yang rakus, atau kisah
Tiga Babi Kecil. Nah, tahukah kamu kalau cerita hewan yang kamu tahu itu disebut
dengan cerita fabel? 

Fabel secara etimologis berasal dari bahasa latin fabulat. Cerita fabel adalah cerita
tentang kehidupan hewan yang berperilaku selayaknya manusia pada umumnya, seperti
dapat berbicara, berpikir, hingga berpakaian. Oleh karena itu, fabel termasuk dalam
cerita fiksi. 

Meski demikian, fabel tidak sepenuhnya dikategorikan sebagai cerita rekaan belaka, loh!
Hmm … kenapa, ya? Karena karya sastra sendiri ‘kan bentuk representasi kehidupan
manusia.

Jadi, sudah pasti kisahannya pun merupakan implementasi dari kehidupan manusia
sehari-hari, baik itu aktivitasnya maupun pola pikir manusia sehingga tidak jarang
beberapa karakter manusia sering tampak dalam kisah-kisah fabel. Cerita fabel
menceritakan tentang kehidupan yang dekat dengan keseharian kita sehingga penuh
pesan moral yang bisa diambil.

Baca juga: Memahami Pengertian dan Unsur-Unsur Teks Cerita Fantasi

Misalnya, tokoh hewan dalam cerita fabel memiliki karakter positif identik digambarkan
suka menolong, rajin, sopan, dan jujur, sedangkan tokoh hewan berkarakter negatif suka
mencuri, culas, hingga sombong. Dengan demikian, dapat disimpulkan kalau cerita fabel
adalah karya fiksi yang menggambarkan kehidupan manusia, tetapi tokohnya hewan. 

Dengan membaca cerita fabel, kamu dapat belajar memahami sifat dan karakter orang-
orang di sekitarmu. Cerita fabel bisa dijadikan sarana yang potensial untuk menggali nilai-
nilai moral dan dipraktikkan dalam kehidupan karena memiliki segudang pesan moral
yang dapat diambil sisi positifnya oleh pembaca.

Oleh sebab itu, ‘tak heran kalau fabel pun kerap disebut sebagai cerita moral karena
pesan-pesan di dalam ceritanya. Kamu sendiri bisa loh, belajar dan mencontoh karakter
yang baik dari tokoh-tokoh binatang yang tergambar dalam cerita fabel ini, teman-teman.
 
Contoh Cerita Fabel Singkat

Nah,  setelah mengetahui apa itu fabel dan ciri-cirinya, saatnya kamu tahu beberapa
contoh cerita fabel singkat dan pesan moral yang dapat diambil. Yuk,  simak contoh-
contoh fabel berikut!

 
1. Contoh cerita fabel tentang Belalang Sembah

Belalang Sembah 

Suatu hari di sebuah kebun anggur, tinggalah keluarga Semut yang jumlah anggotanya
sangat banyak. Semut ini membangun sarangnya dari daun-daun yang direkatkan
menggunakan cairan, seperti lem yang mereka keluarkan dari mulut. Para Semut melihat
bahwa musim gugur akan segera berlalu dan musim dingin yang cukup panjang akan
segera datang. Ketika musim dingin makanan akan sangat sulit didapatkan maka para
Semut itu segera mencari berbagai makanan untuk mereka kumpulkan sebagai bahan
persediaan ketika musim dingin tiba. 
Berbeda halnya dengan seekor Belalang Sembah, Belalang Sembah memiliki mata yang
besar dan tangan yang panjang. Mereka sering hidup di pohon-pohon seperti halnya para
Semut. Ketika musim dingin akan tiba, Belalang Sembah hanya berlatih menari setiap
hari. 

Sang Belalang lupa bahwa dia harus mengumpulkan makanan untuk persiapannya
menghadapi musim dingin.

Baca juga: Cerita Fabel & Legenda: Pengertian, Ciri, dan Contoh

Suatu hari sang Belalang Sembah menari di dekat sarang Semut. Dia menari dengan
sangat anggun. Gerakan tangan dan badannya yang pelan dan lembut membuat
tariannya terlihat sangat mengagumkan. Para Semut melihat sang Belalang Sembah
menari, tetapi mereka tidak menghiraukan tarian indahnya itu karena mereka memiliki
tugas yang sangat penting. 

Sang Belalang yang sedang menari melihat para Semut berjalan dengan membawa
makanan untuk dibawa ke sarangnya. Sang Belalang Sembah heran dengan apa yang
dilakukan Semut lalu dia bertanya kepada salah satu Semut tentara yang sedang berjaga
di dekat para Semut pekerja.

“Kenapa kalian membawa makanan yang sangat banyak itu masuk ke sarang kalian?”
sang Semut menjawab, “Kami melakukannya agar kami tidak kelaparan saat musim
dingin tiba.” Lalu sang Belalang kaget, “Musim dingin?” kata sang Belalang Sembah
dengan kagetnya, “tenang aja masih lama, lebih baik kita bersenang-senang saja dulu,”
kata sang Belalang. Semut tak menghiraukan Belalang. Semut tetap tekun
mengumpulkan makanan. 

Musim dingin tiba. Belalang belum sempat mengumpulkan makanan karena sibuk
menari. Belalang kelaparan dan lari ke rumah Semut. Ia meminta makanan kepada
Semut. Semut awalnya tidak mau memberikan makanannya karena takut kehabisan.
Akan tetapi, melihat belalang lemas kelaparan, Semut tidak tega dan memberikan
makanannya kepada Belalang. Belalang pun kembali bugar dan dia berjanji untuk dapat
mengelola waktu dengan baik sehingga tidak berakibat buruk. Masa depan adalah milik
setiap orang. Maka setiap orang perlu menyiapkan masa depannya dengan berusaha.
Bukan hanya menikmati kesenangan di masa sekarang tanpa memikirkan masa depan.

 
Pesan Moral: Kelola waktu dengan baik untuk mempersiapkan masa depan. Tidak ada
yang menjamin kesulitan tidak akan datang, jangan menyia-nyiakan waktu hanya untuk
bersenang-senang.

 
2. Contoh cerita fabel tentang Persaudaraan

Sesama Saudara Harus Berbagi

Suatu pagi indah dengan matahari yang cerah, Pak Tua Rusa mengunjungi kediaman
keluarga Pip si Tupai di sebuah desa. 

“Pagi, Ibu Tupai,” salam Pak Tua Rusa kepada Ibu Pip. “Kemarin, keponakanku
mengunjungiku. Dia membawakan oleh-oleh yang cukup banyak. Aku ingin membaginya
untuk para sahabatku. Ini kacang kenari spesial untuk keluargamu.”

“Terima kasih, Pak Tua Rusa,” ucap Ibu Pip. 

Sepeninggal Pak Tua Rusa, Ibu Pip masuk ke dalam rumah dan memanggil anak-anaknya.
“Anak-anak, lihat kita punya apa? Kalian harus membaginya sama rata, ya.”

“Asyiiik,” girang Pip dan adik-adiknya.

“Ibu taruh sini, ya.” 

Setelah itu, Ibu Tupai mengurus rumah kediamannya. Sementara itu, adik-adik Pip ingin
mencicipi kacang itu. 

“Ini aku bagi,” kata Pip.

Dari sepuluh butir kacang, dia memberi adiknya masing-masing dua butir.

“Ini sisanya untukku, aku ‘kan paling besar.”

“Tapiii … Ibu ‘kan pesan untuk membagi rata,” kata Titu, salah satu adik kembar Pip
(diiringi tangisan Puti) kembar satunya.

Mendengar tangisan Puti, Ibu Pip keluar dan bertanya. Sambil terisak, Puti menceritakan
keserakahan kakaknya. “Tak boleh begitu, Pip. Ibu tadi sudah bilang apa,” tegur ibu Pip.
“Kamu tidak boleh serakah.”

“Tapi Buuu, aku ‘kan lebih besar. Perutku juga lebih besar,” sanggah Pip.

Ibu Pip berpikir sejenak, “Baiklah, Pip. Kamu memang lebih besar. Kebutuhan makanmu
juga lebih banyak. Tapi, kalau cuma menurutkan keinginan dan perut, kita akan selalu
merasa tidak cukup.”

“Kalau begitu, Ibu saja yang membagi, ya? Memang tidak akan memuaskan semuanya.
Ini, Ibu beri empat untukmu, Pip, karena kau lebih besar dan si Kembar kalian masing-
masing mendapat tiga.”

“Kalian harus mau berbagi ya, anak-anak walaupun menurut kalian kurang, ini adalah
rezeki yang harus disyukuri,” lanjut Ibu Pip.

“Berarti enak dong, Bu, jadi anak yang lebih besar. Selalu mendapat lebih banyak,” iri
Puti.

“Ya, tapi perbedaannya ‘tak terlalu banyak, kan? Lagipula kakakmu memiliki tugas yang
lebih banyak darimu. Dia harus mengurus rumah dan mencari makan. Apa kau mau
bertukar tugas dengan Kak Pip?” tanya Ibunya. 

Puti dan Titu membayangkan tugas-tugas Pip. Lalu mereka kompak menggeleng. 

“Nah, begitu. Sesama saudara harus akur ya, harus berbagi. Jangan bertengkar hanya
karena masalah sepele,” kata Ibu Pip. “Iya, Bu,” angguk Pip.

“Yuk, kita makan kacangnya bersama,” ajak Pip pada kedua adiknya. Ibu Pip tersenyum
melihat anak-anaknya kembali rukun.

Pesan Moral: Jangan serakah dan harus mengingat orang lain. Selain itu, dengan saudara
juga harus akur dan saling berbagi.

Baca Juga: Mempelajari Struktur, Teknik Menulis, dan Contoh Fabel

 
3. Contoh cerita fabel tentang Saling Menghargai Perbedaan

Semua Istimewa
Ulu, seekor Katak Hijau, sedang berdiri di pinggir kolam. Hari itu langit sangat gelap dan
hari seperti itulah yang Ulu sukai. Tidak lama kemudian, air mulai menetes perlahan-
lahan dari angkasa. 

“Hujan telah tiba!” Ulu berteriak dengan girang. Ulu pun mulai bersenandung sambil
melompat-lompat mengitari kolam. Ia melihat Semut yang kecil sedang berteduh di balik
bunga matahari. 

“Wahai Semut, hujan telah tiba jangan bersembunyi!” seru Ulu kepada Semut yang
sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan. 

Semut menghela napas dan menatap Ulu dalam-dalam, “Ulu, aku tidak suka dengan
hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan
menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya aku
berteduh,” sahut Semut. 

“Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak masih berudu sudah bisa
berenang, masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu
menjulurkan kakinya, “dan tendang ke belakang seperti ini! Ups, maaf, kakimu kan
pendek.”

Sambil tertawa, Ulu melompat meninggalkan Semut.

Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak dapat berenang karena ia
berjalan. Ulu kembali berseru, “Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Oh, hai Ikan! Aku sangat
suka dengan hujan, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara
kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke
atas dan berbicara kepada Ulu.

“Aku tidak dapat merasakan hujan, Ulu. Lihatlah, aku tinggal bersama air. Bagaimana
caranya aku dapat menikmati hujan seperti kamu, Ulu?” Ikan pun kembali berputar-putar
di dalam kolam. 

“Hah! Sedih sekali hidupmu Ikan! Seandainya kamu seperti aku, dapat hidup di dalam
dua dunia, darat dan air, mungkin kamu akan dapat merasakan kebahagiaan ini. Nikmati
saja air kolammu, sebab kamu tidak akan dapat pernah merasakan rintikan hujan di
badanmu!”

Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang
bersisik, lalu menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang bersedih hati pun berenang
meninggalkan Ulu ke sisi kolam yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar
kolam dan kembali bersenandung.

Saat Ulu tiba di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan pohon dan
membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama seperti Semut dan Ikan yang
tidak dapat menikmati hujan. 

“Hai Burung, kenapa kau tidak mau keluar dan menikmati hujan? Apakah kamu takut
bulumu basah? Atau apakah kamu takut tenggelam ke dalam kolam seperti Semut?
Ataukah memang kamu tidak bisa menikmati indahnya hujan seperti Ikan?” Setelah
berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang. 

Burung menatap ke arah Ulu yang masih tertawa,” Hai Ulu, apakah kau bisa naik kemari?”
Ulu kebingungan.

“Apa maksudmu Burung?”

“Apakah kau bisa memanjat naik kemari, Ulu?”

“Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja aku tidak bisa!” Ulu cemberut dan menatap ke
arah dua kakinya. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehingga tidak bisa terbang.

“Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan keunikan yang
berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan Ikan, tetapi aku bisa terbang
mengitari angkasa. 

Burung kembali berkata dengan bijak, “Itulah yang kumaksud Ulu, kita masing-masing
memiliki kelebihan sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup
ke tempat-tempat kecil yang tidak dapat kau lewati. Ikan tidak dapat melompat-lompat
sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!” 

Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa
tindakannya itu tidak benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan
menghina teman-temannya. 

“Maafkan aku, Burung.” ucap Ulu seraya menatap sendu ke arah Semut dan Ikan yang
sejak tadi memperhatikan pembicaraan mereka. 

“Maafkan aku Semut, Ikan, selama ini aku telah menyinggung perasaanmu.” 
Sejak saat itu, Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya
kembali.

Pesan Moral: Tuhan telah menciptakan makhluk dengan kelebihan dan kekurangannya.
Jangan melukai hati dengan perkataan yang menyakitkan, pada akhirnya orang-orang
tidak akan mau berteman.

 
4. Contoh cerita fabel tentang Gajah yang Baik Hati

Gajah yang Baik Hati

Siang hari itu suasana di hutan sangat terik. Tempat tinggal si Kancil, Gajah, dan hewan
lainnya seakan terbakar. Kancil kehausan sambil terus berjalan mencari air.

Di tengah perjalanan dia melihat kolam air yang sangat jernih. Tanpa pikir panjang dia
langsung terjun ke dalam kolam. Tindakan Kancil sangat ceroboh, dia tidak berpikir
bagaimana cara ke atas. Beberapa kali Kancil mencoba untuk memanjat, tetapi ia tidak
bisa sampai ke atas. Si Kancil tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berteriak meminta
tolong.

Teriakan si Kancil ternyata terdengar oleh si Gajah yang kebetulan melewati tempat itu.
‘’Hai, siapa yang ada di kolam itu?’’

‘’Aku ... Si Kancil, sahabatmu.’’

Kancil terdiam sesaat, mencari akal agar Gajah mau menolongnya, “Tolong aku
mengangkat ikan ini.’’

“Yang benar kau mendapat ikan?’’

“Bener … benar! Aku mendapatkan ikan yang sangat besar.’’ 

Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia turun ke bawah dengan mudah tetapi bagaimana jika
naiknya nanti.

“Kau mau memanfaatkanku ya, Cil? Kau akan menipuku untuk kepentingan dan
keselamatanmu?’’ tanya Gajah.
Kancil hanya terdiam, “Sekali-kali kamu harus diberi pelajaran,’’ kata Gajah sambil
meninggalkan tempat itu. Gajah tidak mendengarkan teriakan Kancil. Ia mulai putus asa.

Semakin lama berada di tempat itu, Kancil mulai merasa kedinginan. Hingga menjelang
sore tidak ada seekor binatang yang mendengar teriakannya.

“Aduh gawat! Aku benar-benar akan kaku di tempat ini,” dia berpikir apakah ini karma
karena dia sering menjaili teman-temannya.

Tidak lama kemudian, tiba-tiba Gajah muncul kembali.. Kancil meminta tolong kembali. 

“Tolong aku, aku berjanji tidak akan jail lagi.”

“Janji?” Gajah menekankan.

“Sekarang apakah kamu sudah sadar? Dan akan berjanji tidak akan menipu, jahil, iseng
dan merugikan binatang lain?’’

“Benar Pak Gajah, saya benar-benar berjanji.’’ Gajah menjulurkan belalainya yang
panjang untuk menangkap Kancil dan mengangkatnya ke atas.

“Terima kasih, Pak Gajah! Saya tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini” ujar kancil
saat sudah sampai di atas.

Sejak itu, Kancil menjadi binatang yang sangat baik. Ia tidak lagi berbuat iseng seperti
yang pernah ia lakukan pada binatang lain. Memang kita harus berhati-hati kalau
bertindak. Jika tidak hati-hati akan celaka. Jika kita hati-hati kita akan selamat. Bahkan
bisa menyelamatkan orang lain.

Pesan Moral: Kita harus berhati-hati saat berperilaku agar selamat, dan bisa
menyelamatkan orang lain.

 
5. Contoh cerita fabel tentang Kejujuran

Kuda Berkulit Harimau


Seekor Kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan yang
lebat. Kuda itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang itu. Dia tampak gembira
karena tidak ada petani gandum yang menjaga ladangnya.

Ketika dia menuju hutan lebat, di tengah jalan Kuda itu melihat sesuatu, “Itu seperti kulit
Harimau,” gumam Kuda itu. Kuda itu lalu mendekatinya dan ternyata memang benar apa
yang dilihatnya adalah kulit Harimau yang tak sengaja ditinggalkan oleh para pemburu
Harimau. Kuda itu mencoba memakai kulit Harimau itu, “Wah, kebetulan sekali, kulit
Harimau ini sangat pas di tubuhku. Apa yang akan kulakukan dengannya, ya?”

Terlintaslah di benak Kuda itu untuk menakuti binatang-binatang hutan yang melewati
dirinya. “Aku harus segera bersembunyi. Tempat itu harus gelap dan sering dilalui oleh
binatang hutan. Di mana ya?” tanya Kuda dalam hati sambil mencari tempat yang cocok.
Akhirnya, dia menemukan semak-semak yang cukup gelap untuk bersembunyi, lalu
masuk ke dalamnya dengan menggunakan kulit Harimau. Tak lama kemudian, beberapa
Domba gunung berjalan ke arahnya. Kuda itu menggumam bahwa Domba-domba itu
cocok dijadikan sasaran empuk kejahilannya. 

Ketika Domba-domba itu melewatinya, Kuda itu meloncat ke arah mereka sehingga
sontak Domba-domba itu kalang-kabut melarikan diri. Mereka takut dengan kulit
Harimau yang dikenakan Kuda itu. “Tolong, ada Harimau! Lari, cepat lari!” teriak salah
satu Domba. Kuda itu tertawa terbahak-bahak melihat Domba-domba itu pontang-
panting berlari.

Setelah itu, Kuda segera kembali bersembunyi di dalam semak-semak. Dia menunggu
hewan lain datang melewati semak-semak itu. “Ah, ada Tapir menuju kemari, tapi lambat
betul geraknya. Biarlah, aku jadi bisa lebih lama bersiap-siap melompat!” kata Kuda itu
dalam hati. Tibalah saat Kuda itu meloncat ke arah Tapir itu, ia terkejut dan lari tunggang-
langgang menjauhi Kuda yang memakai kulit Harimau itu. Kuda itu kembali ke semak-
semak sambil bersorak penuh kemenangan di dalam hatinya. 

Kali ini, Kuda itu menunggu lebih lama dari biasanya, tetapi hal itu tidak membuatnya
bosan. Tiba-tiba, seekor Kucing Hutan berlari sambil membawa seekor Tikus di mulutnya.
Kucing itu tidak melewati semak-semak, Kucing Hutan itu duduk menyantap Tikus yang ia
tangkap di dekat pohon besar.

“Ah, ternyata Kucing itu tidak melewati semak-semak ini. Biarlah aku membuatnya kaget
di sana,” kata Kuda itu dalam hati. Kuda itu pun keluar dari semak-semak dan berjalan
hati-hati mendekati Kucing Hutan. Saat jaraknya sudah sangat dekat dengan Kucing
Hutan, Kuda itu mengaum seperti halnya seekor Harimau, tetapi dia tidak sadar bahwa
bukannya mengaum, dia malah meringkik. Mendengar suara itu, Kucing Hutan menoleh
ke belakang dan melihat seekor Kuda berkulit Harimau. Sesaat, Kucing Hutan itu siap-siap
mengambil langkah seribu, tetapi ia malah tertawa terbahak-bahak sembari berkata,
“Saat aku melihatmu memakai kulit Harimau itu, aku pasti akan lari ketakutan, tapi
rupanya suaramu itu ringkikan Kuda, jadi aku tidak takut, hahaha!” Kucing Hutan itu juga
berkata kepada Kuda bahwa sampai kapan pun, suara ringkiknya tidak akan bisa berubah
jadi auman.

“Kuda Berkulit Harimau” itu melambangkan bahwa sepandai-pandainya orang berpura-


pura, suatu saat akan terbongkar juga kepura-puraannya itu. Kejujuran merupakan sikap
yang paling indah di dunia ini.

Pesan Moral: Sepandai-pandainya orang berpura-pura, maka akan terbongkar juga.


Kejujuran merupakan sikap yang utama.

 
6. Contoh cerita fabel tentang Cici dan Serigala

Cici dan Serigala

Sore itu tiga kelinci kecil, Cici, Pusi, dan Upi bermain bersama di hutan. Tiba-tiba Cici
melihat sesuatu tergeletak dalam bungkus plastik.

“Hai Teman-teman … lihatlah! Cici berteriak sambil menunjuk ke arah bungkusan plastik.
“Wah … makanan teman-teman.” teriak Upi. “Asyik! sore ini kita makan enak.” Pusi
bersorak kegirangan. Cici mengambil kue itu, membuka bungkusnya dan tercium aroma
harum dari kue itu. Tiba-tiba muncul niat liciknya.

“Ah … kue ini pasti nikmat sekali apalagi jika ku makan sendiri tanpa berbagi dengan
mereka,” gumamnya dalam hati. 

“Teman-teman sepertinya kue ini bekal Pak Tukang Kayu yang sering ke hutan ini,
mungkin dia baru saja ke sini  dan belum pergi terlalu jauh. bagaimana jika kususulkan 
kue ini, bukankah menolong orang juga perbuatan mulia?” Cici meyakinkan temannya.

Raut kecewa tergambar di wajah Upi dan Pusi, mereka gagal makan kue yang beraroma
lezat itu. Cici berlari menjauhi temannya dan memakan kue itu sendiri. Tiba-tiba ...
buukk!! “Aaahhgg … tolooong …” Cici menjerit keras. 
Seekor Serigala muncul dari balik semak dan langsung menerkam tubuh mungil Cici. Cici
pun menangis dan terus berteriak minta tolong. Cici pun memutar otak mencari cara,
bagaimana agar ia bisa bebas dari cengkeraman Serigala itu. Akhirnya, ia mendapatkan
ide.

“Pak serigala, aku punya dua teman di sana. Bagaimana jika mereka kujemput ke sini,
supaya kamu dapat makan lebih banyak lagi?” Cici berusaha mengelabui Serigala itu. 

“Baiklah, segera panggil mereka, tapi aku harus ikut di belakangmu,” jawab Serigala.
“Pelan-pelan saja ya, jalanmu, supaya mereka tidak mendengar langkah kakimu. Aku
khawatir mereka akan lari ketakutan.” 

Cici pun berlari ke arah teman-temannya yang ditinggalkan tadi. Sementara Serigala
mengikutinya dengan langkah pelan. Menyadari hal itu, Cici berlari sekuat tenaga sambil
sesekali memanggil temannya. 

“Ups …!” kaki Cici tiba-tiba terasa ada yang menarik. Ia pun menjerit dan bahkan tidak
berani membuka mata. 

“Jangan Pak Serigala … jangan makan aku, ampuni aku..” 

“Sst … ini aku Ci, bukalah matamu, ini Upi dan Pusi.” 

“Ayo cepat Ci!” dengan rasa kebersamaan mereka pun akhirnya selamat. Napas mereka
tersengal-sengal, keringat mereka bercucuran. Cici menangis tersedu-sedu.

“Hik ... hik ... maafkan aku teman-teman, aku bersalah pada kalian. Aku telah berbohong.”
Cici akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya. 

Temannya tidak marah apalagi membencinya. Cici pun berjanji tidak akan
mengulanginya lagi.

“Sudahlah Cici,  kami memaafkanmu,” kata Pusi dengan bijak. “Terima kasih kawan, aku
janji tidak akan mengulanginya lagi,” jawab Cici dengan tulus.

Menurutmu, apa pesan moral yang kamu bisa ambil dari cerita fabel “Cici dan Serigala”
tersebut? Coba tulis di kolom komentar, ya!

 
7. Contoh cerita fabel tentang Semut dan Merpati

Persahabatan Semut dan Merpati

Suatu hari, seekor merpati melihat ada seekor semut yang terjatuh ke sungai. Semut itu
berjuang sangat keras untuk berenang supaya tidak tenggelam. Melihat hal itu, Merpati
tak hanya diam saja. Ia segera memetik sehelai daun di atas pohon dan dijatuhkannya ke
atas sungai dekat dengan posisi semut yang hampir tenggelam.

"Semut, cepat berenang dan naiklah ke atas daun ini!" teriak Merpati.

Semut lantas berenang menuju daun dan naik di atasnya. Semut akhirnya selamat dan
tidak tenggelam di sungai.

"Terima kasih, Merpati! Kau telah menyelamatkan nyawaku!" ujar Semut.

"Sama-sama, Semut!" ujar Merpati.

Sejak saat itu, Semut dan Merpati pun menjadi sahabat.

Beberapa hari berikutnya, Semut yang sedang berjalan melihat sahabatnya, Si Merpati,
sedang terbang dan hinggap di atas ranting pohon. Tiba-tiba, datang seorang pemburu
yang langsung mengarahkan senapannya kepada Merpati. Semut yang ingin
menyelamatkan Merpati, langsung menggigit kaki Si Pemburu. Pemburu tersebut
kesakitan dan senapannya pun menembak melesat jauh dari Merpati. Merpati yang
terkejut langsung terbang dan melihat sahabatnya Semut yang sedang menggigit kaki
Pemburu. Merpati pun selamat dari bidikan pemburu.

Kemudian, Merpati berucap, "Terima kasih ya, Semut! Kau telah menyelamatkan
nyawaku!"

Semut pun menjawab, "Terima kasih kembali, Merpati!"

Pesan Moral: Berbuat baiklah kepada sesama dan biasakan sikap tolong-menolong antar
sesama. Perbuatan yang baik pasti akan mendapat balasan yang baik pula.

 
8. Contoh cerita fabel tentang Rubah dan Gagak

Rubah dan Gagak

Suatu hari, di dalam hutan, ada seekor rubah yang melihat seekor gagak sedang terbang
dengan sepotong daging di paruhnya. Sang Gagak lantas bertengger di dahan pohon.
Rubah yang sejak pagi belum makan, ingin sekali mendapatkan daging tersebut. Ia pun
berjalan hingga ke bawah pohon yang dihinggapi Gagak tadi.

"Selamat siang, Nyonya Gagak yang cantik," serunya. "Betapa mempesonanya


penampilanmu hari ini. Matamu tampak cerah, paruhmu bersih dan bulumu berkilau."

Mendengar pujian itu, Gagak menoleh ke bawah. Senang sekali ia mendapati Rubah
sedang mengaguminya di sana. Melihat reaksi Gagak, Rubah melanjutkan rencananya. Ia
memuji Gagak lebih jauh lagi.

"Melihat penampilanmu yang luar biasa, aku yakin suaramu pasti melebihi suara burung
lain di hutan ini. Biarkanlah aku mendengar satu lagu darimu, Nyonya Gagak. Tentu akan
terdengar sangat merdu!" ujar Rubah.

Merasa tersanjung, Gagak mengangkat kepalanya dan bersiap membuka suara. Ia lupa,
ada daging di paruhnya. Potongan daging yang jatuh ke tanah segera diambil oleh rubah,
sementara Gagak terus saja bernyanyi.

Ketika ia selesai bernyanyi dan Rubah sudah jauh pergi, Gagak baru menyadari apa yang
telah terjadi. Ia menyesal, sudah lengah hanya karena dipuji.

Pesan Moral: Kita perlu untuk bersikap waspada dan tidak lengah, karena bisa saja ada
pihak yang ingin mengambil keuntungan atau mencelakai diri kita.

 
9. Contoh cerita fabel tentang Kelinci dan Kura-Kura

Lomba Lari Kelinci dan Kura-Kura

Dahulu kala, hidup lah seekor kelinci. Kelinci bisa berlari dengan sangat cepat. Ia bangga
dengan keahliannya itu. Suatu hari, Kelinci melihat Kura-Kura yang berjalan sangat
lambat. Melihat betapa lambatnya Kura-Kura berjalan, Kelinci pun menertawakan Kura-
Kura dan berkata, "Kamu berjalan sangat lambat ya, Kura-Kura! Hahaha.."

Mendengar hal itu, Kura-Kura pun menimpali, "Rupanya kamu sangat bangga dengan
kecepatanmu, ya, Kelinci. Bagaimana kalau kita berlomba dan kita lihat siapa yang
sebenarnya bisa lari lebih cepat?"

"Lomba lari? Denganmu? Tentu saja aku yang akan menang!" ujar Kelinci dengan
sombongnya.

Keesokan harinya, Kelinci dan Kura-Kura pun berlomba. Seluruh hewan di hutan turut
berkumpul untuk menonton perlombaan itu.

Perlombaan pun dimulai. Seperti dugaan, Kelinci langsung berlari sangat cepat,
meninggalkan Kura-Kura yang berjalan lambat di belakang. Meskipun tertinggal jauh,
Kura-Kura tetap berusaha untuk berlari.

Setelah beberapa saat, Kelinci berbalik untuk melihat di mana Kura-Kura berada.
Ternyata, Kura-Kura berjalan sangat lambat dan berada jauh di belakangnya.

"Kura-Kura akan butuh waktu sangat lama untuk mendekatiku," pikir Kelinci. Kelinci pun
memutuskan untuk istirahat sejenak di bawah pohon. Teduhnya pohon yang rindang
membuat Kelinci jadi mengantuk. Akhirnya, Kelinci pun tertidur di bawah pohon tersebut.

Beberapa saat kemudian, Kura-Kura berhasil sampai di titik di mana Kelinci tertidur pulas
di bawah pohon. Melihat Kelinci yang tertidur pulas, Kura-Kura berusaha berlari tanpa
menimbulkan suara agar Kelinci tidak terbangun. Perlahan tapi pasti, Kura-Kura pun
berhasil melewati Kelinci yang tetap tertidur pulas.

Saat Kelinci akhirnya terbangun, ia kaget melihat Kura-Kura sudah sangat dekat dengan
garis finish. Kelinci pun segera bangkit dan berlari dengan kencang.

Namun, usaha Kelinci ternyata sia-sia. Kura-Kura yang sudah lebih dekat dengan
garis finish  akhirnya berhasil memenangkan perlombaan. Kelinci sangat kecewa. Seluruh
hewan di hutan pun mengakui bahwa pemenang lomba lari tersebut adalah Kura-Kura
yang tetap berusaha dengan gigih sampai garis akhir.

Pesan Moral: Kita tidak boleh sombong dan meremehkan orang lain hanya karena kita
memiliki kemampuan yang lebih baik dari mereka karena pada akhirnya, usaha keras dan
kegigihan lah yang mampu membawa kita menuju kesuksesan.
 
10. Contoh cerita fabel tentang Gagak yang Cerdik

Gagak yang Cerdik

Di suatu siang yang terik, seekor burung gagak merasa sangat kehausan. Tiba-tiba, saat ia
terbang, ia melihat ada sebuah teko yang berisi sedikit air di sebuah kebun. Ia pun segera
turun untuk meminum air di dalam teko tersebut.

Setelah melihat ke dalam teko, ternyata paruh Gagak tidak bisa menjangkau air di
dalamnya. Ia pun berpikir dan berusaha mencari cara agar bisa meminum air di dalam
teko tersebut.

Setelah berpikir, Gagak pun mendapat ide untuk memasukkan beberapa kerikil ke dalam
teko satu demi satu. Usahanya pun berbuah manis. Air di dalam teko perlahan naik ke
permukaan dan Gagak pun dapat dengan mudah untuk meminum air tersebut. Gagak
pun sudah tidak kehausan lagi setelah berhasil meminum air di teko tersebut.

Pesan Moral: Kita harus bisa berpikir kreatif untuk mencari solusi saat menghadapi
kesulitan.

 
11. Contoh cerita fabel tentang Ular dan Tikus

Ular dan Tikus

Di sebuah gurun pasir tandus, hidup seekor ular yang sedang kelaparan. Hanya saja ketika
ia sedang kelaparan, sayangnya ia tidak memiliki makanan sedikitpun.

Sementara di sisi yang lain, hidup seekor tikus. Keberadaan tikus tersebut tidak jauh dari
ular. Akan tetapi berbeda dengan ular yang kelaparan, si tikus terlihat sedang sangat asyik
menyantap makanannya.
Karena merasa sangat lapar sementara ular melihat tikus yang sangat asyik dengan
makanannya, saat itu juga ia sebenarnya ingin memangsa tikus. Sementara tikus
berusaha mencari akal supaya ular tidak lagi berniat memangsanya.

Menurut ular apa yang dilakukan tikus sangat angkuh. Ular tidak senang dengan hal itu.
Apalagi tikus terkesan seperti menari – nari di atas penderitaan ular yang tidak
menemukan makanan sementara tikus dengan asyiknya makan sambil berlenggak –
lenggok.

Ular pun mendekati tikus yang sedang makan dan mengucapkan sesuatu, “Dengarkan
ucapanku wahai tikus yang angkuh! Aku pasti akan mendapatkan tubuhmu yang lezat
dan mungil itu. Camkan saja!”
Tikus pun dengan tidak takut bersuara, “Hai ular, kalau begitu berusaha dan kejarlah aku!
Jangan kau hanya beraninya mengancam saja. Kalau kau hanya bisa mengancam, seekor
semut pun bisa melakukannya bahkan lebih baik.”

Mendengar apa yang dikatakan tikus, ular pun menjadi sangat marah. Namun ia memilih
kembali ke sarangnya dengan perut lapar sementara tikus masih dengan asyik
menyantap makanannya.
Waktu pun terus berjalan namun ular tidak juga menemukan makanannya. Ia juga enggan
untuk keluar dari sarangnya. Sementara itu, tikus sudah terlelap di dalam sarangnya
karena kekenyangan. Akhirnya ular memutuskan untuk mendekati tikus yang tertidur
pulas.

“Tikus, aku sudah ada di sampingmu dan siap untuk menyantapmu!” ular berseru untuk
mengancam.
Namun bukannya merasa panik, tikus yang baru saja bangun dari tidurnya tersebut malah
berpura – pura menguap. Namun dibalik ketenangan yang ia tunjukkan itu, tikus mulai
memutar otaknya agar bisa lolos dari cengkraman dan hasrat ular yang ingin
menyantapnya.

“Hah? Tunggu dulu sahabatku! Kalau kau memang ingin memakanku, kau harus berpikir
dulu. Kamu pasti tahu kalau kita hanya berdua di sini dan tak ada hewan lain. Kalau kamu
memakanku, itu artinya kau akan tinggal sendiri di sini dan kesepian tak punya teman.
Tak ada yang dapat kau ajak untuk mencari makan dan setelah kau kenyang karena aku
maka kau akan kelaparan dalam jangka waktu yang panjang dan akhirnya mati juga. Kau
mau itu?”

Sejenak ular berpikir dan terdiam. Ia mencoba untuk merenungkan nasihat tikus.

“Jadi kita tidak bisa hidup sendiri?” kata ular kepada tikus.

Tikus pun menjawab “Iya, benar. Makhluk hidup itu tak dapat hidup sendiri.”

Ular pun melanjutkan, “Bagaimana kalau kita berteman dan kita mencari makan
bersama. Bukankah itu akan lebih menyenangkan daripada nantinya kau malah mati
karena kesepian setelah memakanku karena tak ada yang kau makan dan kau ajak cari
makan”

Ular pun setuju dengan pendapat Tikus. Tikus memaafkan ular dan mereka bersahabat
dengan Bahagia. Mereka pun selalu kesana kemari bersama untuk mencari makan
bersama – sama.

Pesan Moral: Kita harus bisa tetap tenang dan berpikir jernih dalam menghadapi
masalah.

 
12. Contoh cerita fabel tentang Bangau yang Angkuh

Bangau yang Angkuh

Pada suatu pagi yang indah, terdapat seekor burung bangau yang berdiri di pinggiran
sungai. Ia melihat ke arah sungai tersebut, terdapat ikan yang berenang di pinggiran
sungainya. Hanya saja, menurut Bangau ikan tersebut tidaklah indah, kurus, kecil dan
seperti tidak ada nutrisinya.

Bangau pun berkata, “Aku tak akan memakan ikan–ikan kecil di pinggiran sungai itu.
Mana mungkin bangau yang anggun dan indah sepertiku akan memakan ikan–ikan
sekecil dan sekurus itu”

Karena sudah bertekad demikian, ketika ikan–ikan kecil lewat di depannya Bangau pun
memilih mengabaikannya. Ia tak mengambilnya satu pun. Bangau hanya menunggu
sampai ikan–ikan yang lebih besar berenang di pinggiran sungai dan menurutnya cocok
untuk dirinya yang anggun.

Tak berselang lama, terdapat seekor ikan besar lewat. Namun alih–alih mengambilnya,
bangau pun bilang “Aku tidak mau ikan besar itu. Ia terlalu besar untukku”

Sampai pada akhirnya, Bangau menunggu lagi dan lagi. Matahari pun mulai naik dan hari
sudah mulai panas. Air menyurut dan ikan–ikan pun berenang ke tengah sungai.

Saat itu terjadi, Bangau berusaha mengejar mereka. Tapi Bangau tidak bisa berenang
seperti ikan. Ia tak bisa menjangkau ke tengah sungai.

Akhirnya, ia pun hanya bisa memakan siput–siput yang tertinggal di pinggiran sungai dan
akhirnya sampai sore tiba, sama sekali ia tak bisa mendapatkan ikan.
Pesan Moral: Terkadang, menjadi terlalu pemilih justru akan membuat kita tidak akan
mendapatkan apa-apa sama sekali. Kita tidak akan pernah tahu mana yang terbaik jika
tidak mencoba pilihan-pilihan yang datang.

 
13. Contoh cerita fabel tentang Kancil, Semut, dan Cicak

Kancil, Semut, dan Cicak Badung

Di sebuah hutan tinggallah seekor kancil bersama dengan sekelompok semut. Mereka
berteman sangat baik. Suatu hari ketika kancil dan sekelompok semut sedang bermain di
tepian sungai, mereka melihat ada sebuah pohon apel yang buahnya terlihat matang.

Dengan segera kancil menghampiri pohon apel dan menyundul buah apelnya agar
berjatuhan. Kemudian buah apel yang berhasil disundul diletakkan di tepian sungai. Para
semut pun bergotong royong membawa buah apel tersebut ke tempat yang nyaman
untuk beristirahat.

Setelah semua buah apel terangkut, mereka pun makan buah bersama–sama. Hanya saja
ketika mereka sedang asyik menikmati buah apel hasil buruan, datang seekor cicak yang
tiba–tiba saja mengambil beberapa buah apel yang masih belum dimakan. Cicak
kemudian kabur dengan cepat.

Ternyata aksi tersebut terlihat oleh beberapa semut hingga semut yang melihat pun
langsung berteriak, “Pencuri! Pencuri! Ada pencuri!”

Mendengar teriakan semut yang keras, Kancil terkejut bukan main. Ia pun mencari tahu
siapa pencuri yang dimaksud dan ternyata pencuri yang dimaksud semut adalah cicak
badung yang selalu membuat ulah.

Salah satu kawanan semut mulai berbicara, “Kancil bagaimana ini? Ia pasti besok akan
datang lagi untuk mencuri hasil buruan kita”

Kancil pun menjawab lantang, “Sudah, kalian tak perlu bersedih lagi. Aku punya cara
untuk membuat Cicak badung jerah dengan apa yang sudah diperbuatnya kepada kita”.

Kancil pun mengungkapkan ide rencananya kepada semut yaitu kancil punya ide untuk
mengganti buah apel dengan makanan lain yang berwarna merah yaitu cabai. Jadi yang
akan dicuri oleh cicak badung nantinya bukan apel melainkan cabai.
Semut pun setuju dengan rencana Kancil dan keesokan harinya mereka mencari pohon
cabai berwarna merah di sekitar hutan dan kemudian memetiknya. Kemudian cabai hasil
buruannya itu dibawa ke tempat mereka istirahat.

Ternyata, rencana tersebut berhasil. Cicak badung datang menghampiri tempat tinggal
kawanan semut dan diam – diam berusaha mengambil benda berwarna merah yang
terletak di pinggir. Cicak belum tahu kalau benda berwarna merah tersebut bukan apel
melainkan cabai merah.

Setelah Cicak mengambilnya, terdengar suara beberapa semut yang tertawa. Cicak
sebenarnya menyadari keanehan tersebut. Ia berpikir, “Kemarin ketika aku mengambil
makanan mereka, mereka sedih. Kenapa sekarang mereka tertawa ya?”

Cicak tak ingin ambil pusing, di tempatnya ia langsung menyantap cabai merah itu
dengan puas lalu ketiduran karena kekenyangan. Esoknya, cicak yang penasaran
berusaha mencari tahu mengapa semut tertawa ketika makanannya diambil.

Cicak pun mencari tempat yang aman untuk menguping. Di pertengahan hari, semut
membuka pembicaraan kepada Kancil, “Cil, sepertinya rencana kita berhasil. Cicak pasti
sekarang kepedasan setelah memakan cabai merah yang dicuri kemarin”.

Mereka pun tertawa terbahak – bahak. Mendengar hal tersebut, cicak merasa tertipu.
Namun sebelum cicak pergi dari tempatnya menguping, kancil memberi tahu bahwa
kemarin dirinya menukar cabai dengan buah strawberry.

Mendengar itu keluar dari mulut Kancil sendiri, semut pun kecewa. Namun Kancil
menjelaskan alasannya. “Aku sengaja menggantinya karena aku rasa kalau cicak akan
mencuri lagi jika ia sadar yang diambilnya adalah cabai merah. Karena itu aku menukar
dengan strawberry agar cicak tidak datang ke sini lagi.”

Kancil melanjutkan, “Besok aku akan menemui cicak dan membawakannya satu
keranjang buah strawberry dan sekaligus memintanya untuk tidak mencuri makanan kita
lagi”.

Mendengar hal tersebut, semut pun mengangguk tanda setuju dan paham maksud Kancil.
Cicak yang menguping pun menangis mendengar pembicaraan kancil dan para semut. Ia
akhirnya meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.

Setelah saat itu, akhirnya mereka menjadi teman akrab dan memutuskan untuk mencari
makanan bersama – sama.
Pesan Moral: Perbuatan jahat tidak harus dibalas dengan perbuatan jahat pula. Kita bisa
memilih bersikap bijaksana untuk membuat orang lain sadar akan kesalahannya. Selain
itu, cerita fabel hewan ini mengajarkan kita untuk tidak mengambil barang yang bukan
milik kita.

 
14. Contoh cerita fabel tentang Dongeng Raja Parkit

Dongeng Raja Parkit

Dahulu kala, ada sekelompok burung parkit di hutan. Kelompok parkit dipimpin oleh
seorang raja. Suatu hari, kehidupan damai mereka terancam oleh seorang pemburu yang
berencana untuk menangkap dan menjualnya di pasar.

Pemburu menempelkan lem di sekitar sarang parkit untuk menjebaknya. Beberapa


burung parkit dan raja parkit terjebak pada lem yang telah dipasang pemburu
sebelumnya.

Mereka telah mencoba melepaskan diri dari jebakan tersebut, tetapi usaha mereka tidak
membuahkan hasil. Semuanya menangis minta tolong, kecuali raja mereka.

“Jangan panik teman-teman! Lem ini dipasang oleh pemburu. Dia ingin menangkap kita
hidup-hidup. Jika kita mati, dia tidak akan membawa kita bersamanya. Saya
menyarankan kita semua berpura-pura mati ketika dia datang untuk mengambil kita
besok. Saat pemburu melepaskan kita dari perangkap ini, dia akan memeriksa apakah
kita masih hidup atau tidak. Jika dia mengira kita sudah mati, dia akan meninggalkan kita
di sini. Mohon tunggu hitungan saya sampai seratus, lalu kita akan terbang bersama, ”
kata raja parkit dengan tenang.

Semua parkit setuju dengan ide dari Raja Parkit, “Ide bagus. Besok kita akan berpura-pura
mati untuk membebaskan diri dari pemburu. “

Pemburu datang keesokan paginya, dan melepaskan parkit itu satu per satu dari
perangkap. Menemukan mereka semua tidak bernafas, pemburu itu sangat kesal.

Semua Parkit dibiarkan tanpa pengawasan di tanah, dan pemburu hendak berjalan
pulang. Tapi tiba-tiba, pemburu itu terpeleset dan jatuh. Terkejut dengan kecelakaan itu,
burung parkit yang berpura-pura mati, serentak terbang ke segala arah tanpa menunggu
penghitungan raja mereka.
Pemburu menyadari bahwa para parkit telah menipunya. Namun kemudian dia melihat
seekor burung masih di tanah. Itu adalah raja parkit yang masih berpura-pura mati.

“Kena kau!” dia menangkap raja parkit.

“Aku akan membunuhmu,” kata pemburu dengan amarahnya.

“Maafkan saya, Pak! Tolong jangan bunuh saya! Tolong lepaskan aku, ” raja parkit
meminta belas kasihan.

Tetapi pemburu itu menjawab dengan marah, “Saya tidak akan membebaskanmu.
Teman-temanmu dan kamu telah membodohiku. Tapi aku tidak akan membunuhmu jika
kamu berjanji untuk menghiburku, ” kata pemburu itu.

“Baik, Tuan. Aku akan berkicau untukmu setiap hari, ” kata raja parkit setuju.

Pemburu kemudian membawa raja parkit tersebut ke rumahnya. Dia menempatkan


parkit di dalam sangkar. Raja parkit berkicau merdu setiap hari untuk menyenangkan
pemburu.

“Suara yang bagus, untungnya saya tidak membunuhnya,” kata si pemburu.

Kabar tentang indahnya suara raja parkit itu pun didengar oleh raja Aceh. Raja
memutuskan untuk mengundang pemburu untuk datang ke istananya.

Raja bermaksud untuk membeli parkit tersebut. Awalnya, pemburu tersebut menolak
untuk menjual parkit tersebut.

“Ya Yang Mulia, saya tidak bermaksud melawan keinginan Anda untuk memiliki burung
ini, tetapi sulit bagi saya untuk menyerahkannya kepada Anda,” kata si pemburu.

“Saya ingin membelinya dengan harga tinggi,” jawab raja.

Setelah memikirkan harga yang ditawarkan raja untuk beberapa saat, pemburu itu
akhirnya berkata, “Ya Yang Mulia, jika Anda benar-benar berniat memiliki burung itu, saya
akan dengan senang hati menjualnya kepada Anda.”

Raja senang mendengar jawaban pemburu itu, dan segera membayarnya sejumlah uang
yang dijanjikan.
Di istana, raja parkit dimasukkan ke dalam sangkar emas. Dia diberi banyak makanan
enak, tapi dia tetap merasa terkurung. Dia berharap bisa pulang ke hutan dan bisa
terbang bebas dengan sesama parkitnya. Kesedihannya membuatnya sakit. Dia berhenti
bernyanyi sama sekali.

“Mengapa burung kesayangan saya berhenti berkicau? Apakah dia sakit?” raja bertanya
pada penjaga.

“Yang Mulia, saya tidak tahu persis penyebabnya. Saya sudah memberinya banyak
makanan enak dan merawatnya dengan hati-hati, tapi dia tetap diam, ” jawab penjaga.

Raja sangat sedih mendengar penjelasan penjaga itu. Sementara itu, di kandang
emasnya, raja parkit mulai memikirkan cara untuk melarikan diri. Dia mendapat ide.

“Saya akan berpura-pura mati seperti yang pernah saya lakukan sebelumnya,” katanya
dalam hati.

Keesokan paginya dia mulai melakukan rencananya dan membayangkan bisa terbang
dengan bebas. Penjaga istana yang melihat kondisi raja parkit mendatangi raja untuk
menyampaikan kabar buruk tersebut.

Raja sangat sedih mendengar kabar tersebut, karena suara burung parkit yang indah
sudah tidak terdengar lagi. Untuk mengungkapkan rasa cintanya pada raja parkit, raja
menyuruh pengawalnya menggali kuburan untuk parkit yang mati.

Upacara penguburan akan dilaksanakan dengan tradisi kerajaan pada keesokan paginya.
Parkit kemudian dikeluarkan dari kandang emas. Semua orang mengira dia telah mati.
Tiba-tiba, raja parkit terbang dengan cepat dan tinggi di langit. 

Semua orang heran melihatnya, karena mereka mengira dia sudah mati. Raja parkitpun
mendapatkan kebebasannya kembali, dan terbang langsung ke hutan.

Pesan Moral: Jangan mudah panik saat dihadapkan dengan suatu masalah. Gunakan
akal yang jernih untuk menemukan solusi.

 
15. Contoh cerita fabel tentang Singa Bodoh dan Kelinci Pintar

Singa Bodoh dan Kelinci Pintar


Pada zaman dahulu kala, di hutan rimba yang lebat, hiduplah seekor singa yang rakus,
semua binatang takut padanya, karena dia berburu setiap hari dan membunuh hewan-
hewan itu dalam jumlah besar bahkan ketika dia tidak lapar.

Para hewan sadar bahwa tidak lama lagi maka tidak ada satu pun dari mereka akan
dibiarkan hidup. Hewan-hewan bertemu dan memutuskan bahwa mereka akan
menawarkan satu hewan kepada singa setiap hari.

Mereka pergi ke singa dan berkata, “Yang Mulia, tolong dengarkan kami. Kami memiliki
permintaan yang rendah hati. di mana Anda tidak perlu memburu kami, Kami meminta
Anda untuk selalu tinggal di tempat Anda. Setiap hari, kami akan mengirimi Anda satu
hewan sebagai hidangan. Dengan cara ini Anda tidak perlu berburu makanan Anda dan
kami juga dapat bertahan hidup. ”

Singa setuju dan sejak hari itu dan seterusnya, satu hewan memilih untuk dikirim ke
singa, untuk menjadi makanannya.

Pada satu hari giliran kelinci muda. Kelinci ini sangat pintar, dia tidak ingin dimakan oleh
singa, dia juga ingin menyingkirkan singa selamanya, dia berpikir keras dan datang
dengan rencana untuk membunuh singa.

Pada hari dia seharusnya pergi ke singa, untuk menjadi makanan singa, dia bangun
sangat terlambat, dia mulai berjalan perlahan menuju ruang singa, dia bahkan tidur di
jalan, dan sampai sarang singa saat matahari terbenam.

Sementara itu, singa itu menjadi marah dan tidak sabar. Ketika dia melihat kelinci kecil
datang ke arahnya, dia meraung, “Saya telah menunggu sepanjang hari, dan hewan-
hewan mengirimi saya kelinci kecil yang lemah ini! Kamu terlalu kecil untuk makan. Saya
akan memberi pelajaran kepada para hewan. Saya akan membunuh mereka semua!”

Kelinci tetap tenang dan berkata, “Oh, singa yang perkasa, bolehkah saya mengatakan
sesuatu. Hewan-hewan telah mengirim sebanyak enam kelinci untuk makan Anda. Tetapi
di tengah jalan, seekor singa lain menghentikan kami. Ia mengatakan bahwa ia adalah
raja baru di hutan ini. Kami mengatakan kepadanya bahwa kami telah memiliki singa
pemberani sebagai raja kami. Dia memangsa kelima kelinci yang lain dan meminta saya
untuk memberi tahu Anda, bahwa Anda harus segera meninggalkan hutan atau dia akan
membunuh Anda.”
Singa menjadi sangat marah, setelah mendengar penjelasan si Kelinci. Dia meminta
kelinci untuk membawanya ke sarang singa baru sehingga dia bisa membunuh singa lain
dan menyelesaikan masalah. Kelinci setuju dan membaa singa ke sumur yang dalam.

“Dia tinggal di benteng itu, Tuanku,” kata kelinci kepada singa. Singa pergi ke sumur dan
melihat ke dalam. Dia melihat bayangannya sendiri di dalam air dan mengira itu adalah
singa yang lain. Dia mengaum dengan marah. Dia mendengar gema suaranya dan
mengira itu adalah singa yang lain, dia melompat ke dalam sumur untuk membunuh
singa musuh, tetapi kepalanya menabrak batu, dia jatuh ke dalam air dan tenggelam.

Kelinci kecil itu bergegas kembali untuk memberi tahu hewan-hewan lain bagaimana ia
menyelamatkan hutan.

Pesan Moral: Jangan malas belajar agar bisa menjadi anak yang cerdas. Jika kita bodoh,
maka akan mudah tertipu oleh orang lain.

---

Seru ‘kan cerita fabel singkat yang sudah kamu baca tadi? Kisah para hewan tersebut
memberikan banyak pesan moral yang bisa diambil untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Semoga kisah-kisah fabel yang telah kamu baca menginspirasi kamu jadi
lebih giat belajar lagi, ya! Yuk belajar bareng ruangbelajar untuk belajar materi-materi
baru!

Referensi:

Titik, Harsiati dkk. 2017. Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Kurikulum
dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. Diakses 15 Februari 2022.
Kumpulan Dongeng Cerita Fabel Anak Terbaik Dunia Dengan Pesan Moral [Daring].
Tautan: Kumpulan Cerita Dongeng Fabel Anak Terbaik Dunia Dengan Pesan Moral
(dongengceritarakyat.com) Diakses pada 15 Februari 2022.

Sumber foto:

"Si Kancil dan Buaya" - Free stories online. Create books for kids | StoryJumper

Dinda Silviana Dewi

Bagikan artikel ini

Artikel Lainnya
Perbedaan Cerita Fabel dan Legenda: Pengertian, Ciri & Contoh | Bahasa Indonesia Kelas 7
Cerek Talise
12 Contoh Teks Cerita Fantasi Pendek beserta Struktur & Cirinya | Bahasa Indonesia Kelas 7
UFO
Beri Komentar
Nama
 
30/5/2022 13.43.57

Bagus
Reply to Nama

Razi
 
7/9/2022 19.28.11

Bagus
Reply to Razi

Junita (kepulauan Riau)


 
30/9/2022 13.43.33

Terima kasih ini sangat mempermudah kami belajar ^_^


Reply to Junita (kepulauan Riau)
Nama*
Email*
Komentar*

Artikel Terbaru

Bacaan Niat dan Doa Setelah Sholat Fardhu disertai Makna & Keutamaannya

Mengenal Ismail Marzuki, Sang Maestro Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Informasi Pengecekan Hasil Tryout Episode 26


Teks Eksplanasi: Pengertian, Ciri, Tujuan, Struktur & Contoh | Bahasa Indonesia Kelas 11

7 Penyimpangan Demokrasi Terpimpin terhadap Pancasila dan UUD 1945 | Sejarah Kelas 9
Yuk, klaim diskon sekarang!

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12860

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Produk Ruangguru

 Roboguru
 Roboguru Plus
 Dafa dan Lulu
 Kursus for Kids
 Ruangguru for Kids
 Ruangguru for Business
 Ruanguji
 Ruangbaca
 Ruangkelas
 Ruangbelajar
 Ruangpengajar
 Ruangguru Privat
 Ruangpeduli

Produk Lainnya

 Brain Academy
 English Academy
 Skill Academy
 Ruangkerja
 Schoters
 Kalananti

Bantuan & Panduan

 Company Credentials
 Beasiswa Ruangguru
 Cicilan Ruangguru
 Promo Ruangguru
 Vulnerability Report
 Layanan Pengaduan
 Syarat & Ketentuan
 Kebijakan Privasi
 Tentang Kami
 Kontak Kami
 Press Kit
 Bantuan
 Karier

Hubungi Kami

info@ruangguru.com

02140008000

Ikuti Kami

© 2023 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia

Anda mungkin juga menyukai