Anda di halaman 1dari 11

REVIEW JURNAL

Terkait Produktivitas
“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu Tugas Individu pada mata kuliah
Rekayasa Produktivitas”
Dosen Pengampu : Marcelly Widya W., S.T, M.T

DISUSUN OLEH :
AHMAD KODRUL KHOIS
20130001

PROGRAM STUDY TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2023
Judul ANALISIS PRODUKTIVITAS MESIN PERCETAKAN
PERFECT BINDING DENGAN METODE OEE DAN FMEA
Jurnal Jurnal Ilmiah Teknik Industri
Volume & Vol. 7 No. 1 Hal. 34 - 42
Halaman
Tahun 2019
Penulis Arif Rahman dan Surya Perdana
Reviewer Ahmad Kodrul Khois
Tanggal 5 April 2023
Abstrak Mesin Perfect Binding merupakan alat finishing untuk proses
menjilid buku yang sering digunakan pada industri percetakan.
Ketika berproduksi masalah yang sering muncul pada mesin
Perfect Binding adalah downtime, breakdown, setup and
adjustment yang mengakibatkan produktivitas hasil produksi
berkurang. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan produktifitas dengan cara mengetahui hasil
perhitungan Overall Equipment Effetiviness (OEE) pada mesin
Perfect Binding dan mengetahui beberapa faktor yang menjadi
penyebab menurunnya produktivitas hasil produksi dengan
menggunakan diagram sebab akibat dan metode Failure Mode
and Effect Analysis (FMEA) sehingga dapat dilakukan langkah-
langkah perbaikan. Berdasarkan perhitungan Overall Equipment
Effetiviness (OEE) pada Mesin Perfect Binding, periode
April-Juni 2016 dibandingkan dengan periode April-Juni 2017,
didapatkan hasil terjadi peningkatan di bulan April 2017 sebesar
2,24%, di bulan Mei 2017 sebesar 11,88%, dan di bulan Juni
2017 sebesar 4,53%. Secara umum pencapaian OEE meningkat
tetapi belum mencapai kriteria World Class OEE. Rendahnya
nilai OEE disebabkan oleh 4 faktor yaitu pengetahuan operator
tentang mesin kurang (Manusia), temperatur lem tidak stabil
(Mesin), vendor terlambat supply (Material), dan waktu ganti
pisau tidak efisien (Metode).
Subjek Mesin Perfect Binding percetakan di daerah Jakarta.
Penelitian
Tujuan untuk meningkatkan produktifitas dengan cara mengetahui hasil
Penelitian perhitungan Overall Equipment Effetiviness (OEE) pada mesin
Perfect Binding dan mengetahui beberapa faktor yang menjadi
penyebab menurunnya produktivitas hasil produksi dengan
menggunakan diagram sebab akibat dan metode Failure Mode
and Effect Analysis (FMEA) sehingga dapat dilakukan langkah-
langkah perbaikan.
Metode Metode observasi digunakan dalam penelitian ini untuk
Penelitian mengamati atau meninjau langsung proses produksi pada
perusahaan. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap
pencataatan data mesin Perfect Binding. Data yang diamati dalam
penelitian ini terdiri dari data output produksi, data mesin, data
reject pada proses produksi, data downtime, dan data Operatinmg
Time.
Hasil Analisis Pengukuran Nilai OEE
Penelitian - Nilai Availability
Telah terjadi penurunan nilai avaibility pada bulan April 2017
sebesar 5,15%, bulan Mei 2017 sebesar 0,15%, dan bulan Juni
2017 sebesar 6,17% dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yaitu bulan April, Mei, Juni tahun 2016. Pada standar dunia
nilai avaibility yaitu >90,0%, sedangkan nilai avaibility
mesin perfect binding pada penelitian ini masih dibawah
standar untuk pengukuran nilai Overall Equipment
Effectiveness (OEE).

- Nilai Performance
Telah terjadi peningkatan nilai performance pada bulan
April2017 sebesar 8,96%, bulan Mei 2017 sebesar 17,41% dan
bulan Juni 2017 sebesar 14,53% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yaitu bulan April, Mei, Juni tahun 2016. Pada
standar dunia nilai performance yaitu >95,0%, sedangkan nilai
performance mesin perfect binding pada penelitian ini masih di
bawah standar untuk pengukuran nilai Overall Equipment
Effectiveness (OEE).

- Nilai Quality
Nilai quality mesin Perfect Binding pada penelitian ini sudah
mencapai standar untuk pengukuran nilai Overall Equipment
Effectiveness (OEE) yaitu > 99,9%

- Analisis Pengukuruan Nilai (OEE)


Nilai Overall Equipment Effectiveness(OEE) mengalami
peningkatan pada bulan April 2017 sebesar 2,24%, bulan Mei
2017 sebesar 11,88%, dan bulan Juni 2017 sebesar 4,53%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu bulan April, Mei,
Juni tahun 2016. Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE)
maksimal didapatkan pada bulan Mei 2017 yaitu sebesar
63,75%, nilai tersebut belum mencapai standar nilai ideal
Overall Equipment Effectiveness (OEE) yaitu sebesar >85%.

- Analisis Akar Permasalahan

- Analisis FMEA
Hasil analisis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang
diperoleh dari hasil pengolahan diagram Sebab Akibat
(fishbone), kemudian diolah dalam perhitungan Failure Mode
and Effect Analysis (FMEA). Severity (S), Occurance (O), dan
detection (D) lalu menentukan Risk Priority Number (RPN).
Analisis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), ada
rencana perbaikan dari 3 nilai Risk Priority Number (RPN)
yang tertinggi. Pertama adalah untuk mengatasi temperatur bak
lem yang tidak stabil, maka rencana perbaikannya adalah
dengan cara melakukan pengecekan temperatur oleh operator
dengan menggunakan cek list pengecekan temperatur secara
periodik. Kedua adalah mengatasi material mudah jump di
unit gathering, rencana perbaikannya adalah melakukan
pemisahan produk yang tidak berkualitas sebelum ditempatkan
di unit gathering. Ketiga adalah waktu ganti pisau yang masih
lama, rencana perbaikannya adalah dibuat SOP/Instruksi
kerja cara penggantian pisau potong supaya waktu yang
digunakan lebih efisien. Untuk lebih lengkapnya Analisis
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
Kesimpulan Dalam penelitian ini telah dilakukan perhitungan Overall
Equipment Effetiviness (OEE) pada Mesin perfect binding,
pada periode April-Juni 2016 yang dibandingkan dengan
periode April-Juni 2017, didapatkan hasil pada bulan April 2017
sebesar 58,38%, pada bulan Mei 2017 sebesar 63,75%, dan di
bulan Juni 2017 sebesar 56,10% secara umum pencapaian
Overall Equipment Effetiviness (OEE) meningkat disetiap
bulannya, tetapi belum mencapai kriteria World Class Overall
Equipment Effetiviness (OEE). Terjadi peningkatan di bulan
April 2017 sebesar 2,24%, di bulan Mei 2017 sebesar 11,88%,
dan di bulan Juni 2017 sebesar 4,53% jika dibandingkan dengan
periode April-Juni 2016. Rendahnya nilai Overall Equipment
Effetiviness (OEE) yang didapatkan pada mesin Perfect Binding
menyebabkan produktivitas mesin tersebut menurun.
Judul ANALISIS PRODUKTIVITAS Mesin Body Hydraulic One
Stroke 30T Dengan Metode Overall Equipment Effectivess (OEE)
Di PT. SEL-SEM Tbk., Tanggerang
Jurnal Journal Industrial Manufacturing
Volume & Vol. 5 No. 1 Hal. 83-94
Halaman
Tahun 2020
Penulis Hendra Pratama1, Ossa Sutaarga2, Zainur Rohman3
Reviewer Ahmad Kodrul Khois
Tanggal 5 April 2023
Abstrak Dalam dunia industri manufaktur, peningkatan produktivitas
merupakan hal yang sangat penting dalam memenuhi pasar
domestik dan internasional juga untuk merawat kepercayaan
pelanggan. Perusahaan berusaha untuk meningkatkan
produktivitas pada produk Body Filter. Diketahui bahwa mesin
Body Filter dalam kondisi tidak efisien dan pihak manajemen
berusaha untuk menerapkan Total Productive Maintenance (TPM)
untuk peningkatan produktivitas mesin.
Tindakan perbaikan yang diambil adalah pembongkaran dan
perbaikan pada penyetelan mesin die one stroke 30T hydraulic
body. Kemudian tindakan perbaikan diuji menggunakan metode
Overall Equipment Effectivevness (OEE), yang terdiri dari 3
elemen: ketersediaan, rerata kinerja dan rerata kualitas. OEE
mampu digunakan sebagai perangkat yang membantu analisis
pemecahan masalah. Melalui uji ilmiah dengan metode OEE
menunjukkan peningkatan pada nilai total OEE dari 37.35%
menjadi 58.82%. Detail nilai ketersediaan meningkat dari 80.09%
menjadi 90.78%, rerata kualitas dari 46.83% menjadi 65.02% dan
rerata kualitas dari 99.63% menjadi 99.67%. Dengan peningkatan
41.43% unit produksi sebanyak 241,412 unit disbanding
sebelumnya 141,398 unit dan tingkat kegagalan produk menurun
35.64%. terbukti bahwa hasil dari tindakan perbaikan memberikan
efek positif pada tingkat hasil produksi.
Subjek mesin die one stroke 30T hydraulic body di PT. SEL-SEM Tbk.,
Penelitian Tanggerang
Tujuan untuk meningkatkan produktifitas pada mesin Body Filter yang
Penelitian dalam kondisi tidak efisien dan piak management berusaha untuk
menerapkan Total Productive Maintenance (TPM)
Metode Dengan menggunakan data mentah yang tercatat pada Check
Penelitian sheet kemudian diidentifikasi dan dicatat jumlah sesuai dengan
kriteria dalam konsep OEE, yaitu data downtime, setup time,
maintenance plan, jumlah produksi dan pendukung lainnya seperti
sejarah perawatan dan permasalahan mesin yang telah terjadi.
Data-data dianalisis menggunakan diagram tulang ikan untuk
mengetahui sebab akibat terjadinya cacat. Faktor penyebab
dominan dianalisa dengan menggunakan tool diagram tulang ikan
dan brainstorming serta Constant Noise Variable (CNX) untuk
menentukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
Hasil - Data downtime selama bulan Oktober 2018 s.d Maret 2019
Penelitian adalah sebesar 574,92 jam dengan total waktu kerja yang
tersedia 2848,62 jam.

Dari data Tabel 1. diatas di ketahui bahwa breakdown adalah


kegagalan yang paling sering terjadi pada proses produksi
(cacat dominan) yang nilainya mencapai 60% dari total
downtime.

- Nilai Performance Rate pada mesin akan didapatkan dengan dari


data produksi.

Mengungkapkan data untuk target perbulan rata-rata adalah


379.816 produk dengan unit reject sebesar 512 produk atau 1.35%.
Rendahnya tingkat produk reject dikarenakan rangkaian mesin
mempunyai sensor ataupun alat yang dapat menghentikan proses
kerja jika tidak sesuai dengan prosedur ataupun parameter
sehingga mencegah kegagalan proses produksi. Namun
perbandingan antara produk hasil output dengan target yang
ditentukan dari banyaknya waktu kerja yang tersedia adalah
sangat rendah, hanya 37,23%.
Dengan perhitungan OEE, didapatkan nilai avaibility rata-rata
sebesar 80,09%, performance rate rata-rata sebesar 46,83% dan
quality rate sebesar 99,63%. Dengan nilai OEE sebesar 37,35%
sangat jauh dari standar nilai OEE dunia yaitu 85%, dengan
keadaan ini membuat tim manajemen harus melakukan tindakan
perbaikan.
Kesimpulan Melihat dari hasil tindakan perbaikan yang dilakukan oleh
team maneje-men dan peneliti talah terlihat hasil yang lebih
baik, akan tetapi perlu dilakukan pengontrolan kembali melalui
indikator OEE beserta 3 unsur dari OEE tersebut. Adapun 3 unsur
dari OEE yaitu avaibility, performance rate dan quality rate.
- Nilai avaibility setelah perbaikan meningkat menjadi 90,78%
(rata-rata). Mengacu pada standar dunia avaibility yaitu 90%
keatas ini menunjukkan hasil dari tindakan perbaikan untuk nilai
avaibility sangat memuaskan. Membaiknya nilai avaibility
belum tentu akan menaikan nilai dari OEE, jika nilai dari
performance rate tidak membaik juga.
- Nilai performance rate 65,02% masih dibawah standar dunia
performance rate yaitu 95% tentu masih jauh dari harapan
manejemen. Tetapi hasil dari tindakan perbaikan telah
meningkatkan performance rate dari 46,83% menjadi 65,02%,
atau telah meningkatkan performance rate sebesar 18,19%.
Nilai Quality rate setelah tindakan perbaikan adalah 99,67%.
Mengacu pada standar dunia Quality rate yaitu diatas 99,9%,
hasil ini cukup memuaskan dari sudut manjemen. Melihat dari
hasil sebelumnya 99,63% menjadi 99, 67% nilai perubahan tidak
signifikan, ini disebabkan karena fokus tindakan perbaikan
hanya ditujukan pada perbaikan avaibility dan performance rate.
- Nilai Overall Equipment Effectiveness adalah 58,82%, masih
jauh dalam standar dunia yaitu 85%. Melihat dari nilai OEE
sebelum dilakukan tindakan perbaikan yaitu sebesar 37,35%,
tindakan perbaikan ini telah berhasil meningkatkan nilai OEE
sebesar 21,47%.
Judul Analisis Produktivitsa Mesin Filling Auto Cup Sealer 1 dengan
Metode Overall Equipment Effectiveness pada PT. Prima
Kemasindo
Jurnal Serambi Engineering
Volume & Vol. 6 No. 4 Hal. 2248 - 2255
Halaman
Tahun 2021
Penulis Nurhayati1, Dene Herwanto2, Hamdani3
Reviewer Ahmad Kodrul Khois
Tanggal 5 April 2023
Abstrak Mesin secara berkala, pelatihan operator yang dilakukan secara
berkala, dan pelatihan tentang kesadaran diri operator pentingnya
pengawasan, dan operator harus selalu mengawasi bagian mesin.
Tingginya tingkat downtime pada mesin filling ACS 1 di PT. Prima
Kemasindo menyebabkan tidak optimalnya proses produksi pada
mesin tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
sistem perawatan pada mesin filling ACS 1 dan mengukur tingkat
produktivitas pada mesin filling ACS 1 dalam
periode Januari hingga Maret 2021. Penelitian ini berjenis penelitian
terapan dengan menggunakan metode Overall Equipment
Effectiveness (OEE). Data yang digunakan pada penelitian ini
berupa data primer dan sekunder yang didapatkan dari laporan
perusahaan serta wawancara dan observasi. Hasil yang didapatkan
pada penelitian ini yaitu nilai Overall Equipment Effectiveness
(OEE) mesin filling ACS 1 periode Januari
98,0%, Februari 98,5%, Maret 95,2% dan rata-rata nilai OEE
periode Januari-Maret sebesar 97,2%. Kemudian dari hasil analisis
Six Big Loses diketahui elemen kerugian tertinggi yaitu pada Idling
and Mirror Stoppages dan Reduced Speed. Berdasarkan hasil
diagram fishbone diketahui penyebab terjadinya Idling and Mirror
Stoppages dan Reduced Speed terdiri dari beberapa faktor yaitu
manusia, mesin, material, dan metode. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan efektivitas penggunaan mesin yaitu
penggantian perawatan
Subjek Mesin filling ACS 1 di PT. Prima Kemasindo.
Penelitian
Tujuan untuk mengidentifikasi sistem perawatan pada mesin filling ACS 1
Penelitian dan mengukur tingkat produktivitas pada mesin filling ACS 1 dalam
periode Januari hingga Maret 2021.
Metode a. Mulai, pada tahapan ini adalah penandaan sejak dimulainya
Penelitian penelitian ini.
b.Studi pendahuluan yaitu dimaksudkan untuk mencari informasi
yang berkaitan dengan penelitian seperti studi literatur dan studi
lapangan untuk mempelajari korelasi antara teori dan keadaan
lapangan.
c. Identifikasi Masalah, yaitu mengidentifikasikan dan merumuskan
permasalahan yang terjadi pada objek penelitian, yaitu berupa
terjadinya downtime pada mesin filling ACS 1.
d.Pengumpulan Data, berupa data primer juga data sekunder. Data
primer yaitu berupa penyebab terjadinya downtime yang
didapatkan dari hasil pengamatan. Sedangkan data sekunder yaitu
berupa data downtime mesin filling ACS 1 dan output yang
dihasilkan. Data sekunder ini didapatkan dari laporan perusahaan
selama periode Januari-Maret 2021.
e. Pengolahan Data, pada tahap ini dilakukan dengan menggunakan
metode OEE). Tahapan perhitungan OEE yaitu dimulai dari
mengukur nilai Available rate, Performance, dan Quality rate
hingga akhirnya diukur nilai OEE mesin filling ACS 1.
f. Analisis dan Pembahasan, yaitu untuk menganalisis hasil yang
didapatkan pada tahap pengolahan data. Dilakukan dengan
menggunakan analisis Six Big Loses untuk mengidentifikasi
faktor kerugian dan diagram fishbone yang digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab terjadinya kegagalan tersebut.
g.Selesai, yaitu penandaan selesainya penelitian

Hasil 1. Menghitung Available Rate


Penelitian

2. Menghitung Performace Rate


3. Menghitung Quality Rate

Hasil OEE Mesin Filling ACS 1

Berdasarkan Diagram Fishbone dapat diketahui terdapat beberapa


faktor terjadinya Idling and Mirror Stoppages dan Reduced Speed.
Faktor-faktor tersebut terdiri dari aspek Manusia, Mesin, Metode,
dan Material. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi indikator
dan acuan kedepannya sehingga tidak menyebabkan hal yang sama
terjadi sehingga efektivitas penggunaan mesin filling ACS 1 dapat
meningkat lebih baik.
Kesimpulan Tingkat downtime yang tinggi pada mesin filling ACS 1 menyebabkan
produksi yang tidak optimal. Sehingga harus segera dilakukan perbaikan
agar hal tersebut tidak kembali terjadi. Berdasarkan hasil analisis Six Big
Loses diketahui bahwa elemen kegagalan yang paling tinggi adalah Idling
and Mirror Stoppages dan Reduced Speed. Beberapa faktor penyebab
terjadinya Idling and Mirror Stoppages dan Reduced Speed terdiri dari
faktor Manusia, Mesin, Metode, dan Material. Upaya yang perbaikan
dilakukan diantaranya yaitu dengan melakukan briefing personil operator
untuk meningkatkan kinerja,melakukan pengecekan setiap bagian mesin
agar sudah siap sebelum dijalankan, pengecekan bahan baku yang sudah
siap sesuai dengan bagian mesin, dan pengecekan operator dalam
melakukan tugasnya. Kemudian dengan penggantian perawatan mesin
secara berkala, pelatihan operator yang dilakukan secara berkala, dan
pelatihan tentang kesadaran diri operator pentingnya pengawasan, dan
operator harus selalu mengawasi bagian mesin.

Anda mungkin juga menyukai