22.36 dan faktor yang diperhatikan dalam venipuncture, faktor penyulit, komplikasi No
comments
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomi yang berarti
proses mengeluarkan darah. Ada 3 macam cara untuk memperoleh darah yaitu skinpuncture,
venipuncture, dan arteri. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena
itu istilah phlebotomis sering dikaitkan dengan pengambilan darah vena (venipuncture).
Pada pengambilan darah vena, umumnya diambil dari vena mediana cubiti yang
terletak pada sisi lipatan siku. Vena ini terletak di permukaan kulit, cukup besar, dan tidak
dekat dengan syaraf. Apabila tidak memungkinkan, vena cephalica dan vena basilica bisa
menjadi pilihan dalam pengambilan darah vena. Venipuncture pada vena basilica harus
dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri branchialis dan syaraf
mediana. Jika vena basilica dan cephalica tidak dapat digunakan, maka dapat dilakukan
pengambilan darah di vena pergelangan tangan dan vena kaki.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara
manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syringe), sedangkan cara vakum dengan
menggunakan tabung vakum (vacutainer).
BAB II
PEMBAHASAN
2) Oedema
Edema merupakan penimbunan cairan tubuh. Phlebotomis menjadi sulit untuk menemukan
letak vena. Jika darah yang diambil pada tempat yang oedema, maka darah akan tercampur
dengan cairan oedema sehingga akan terjadi pengenceran. Phlebotomis dapat mencari
pembuluh darah lain yang tidak oedema.
B. Komplikasi
Dalam pengambilan darah vena yang salah dapat menyebabkan komplikasi, antara lain:
1. Pingsan (Syncope)
Pingsan adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadaran beberapa saat karena
penurunan tekanan darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, pengelihatan
kabur, nadi cepat, bahkan bisa sampai muntah. Pingsan dapat disebabkan karena pasien
mengalami rasa takut yang berlebihan atau karena pasien puasa terlalu lama.
Sebelum dilakukan phlebotomi hendaknya seorang phlebotomis menanyakan apakah
pasien memiliki kecenderungan untuk pingsan saat dilakukan pengambilan darah. Jika benar
maka pasien diminta untuk berbaring. Phlebotomis hendaknya memberikan pengertian
kepada pasien agar pasien merasa nyaman dan tidak takut. Agar pasien tidak takut,
phlebotomist sebaiknya mengajak pasien berbicara agar perhatiannya teralihkan.
Pengambilan darah vena pada orang pingsan harus diberi oksigen agar pembuluh darah
membuka sebab pada orang pingsan pembuluh darahnya menutup.
Cara Mengatasi :
Hentikan pengambilan darah
Pasien dibaringkan di tempat tidur, kepala dimiringkan ke salah satu sisi
Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari posisi kepala)
Longgarkan baju dan ikat pinggang pasien
Minta pasien untuk menarik nafas panjang
Minta bantuan kepada dokter
Jika pasien belum sempat dibaringkan, minta pasien menundukkan kepala diantara kedua
kakinya dan menarik nafas panjang
2. Hematoma
Terjadi karena :
a. Vena terlalu kecil untuk jarum yang dipakai
b. Jarum menembus seluruh dinding vena
c. Jarum dilepaskan pada saat tourniquet masih dipasang
d. Tusukan berkali-kali
e. Tusukan tidak tepat
f. Pembuluh darah yang rapuh
Cara mengatasi :
Jika terjadi hematoma lepaskan jarum dan tekan dengan kuat sehingga darah tidak menyebar
dan mencegah pembengkakan. Apabila ingin cepat hilang, kompres dengan air hangat seraya
diurut dan diberi salep trombopop.
3. Petechiae
Bintik kecil merah dapat muncul karena pendarahan kapiler di bawah kulit. Ini karena
kelainan pembuluh darah. Jika terjadi setelah dibendung dapat dikarenakan pembendungan
yang terlalu lama.
Cara pencegahan :
- Setelah kulit didesinfeksi, tunggu alkohol hingga mengering sebelum dilakukan
pengambilan darah.
- Penarikan jarum jangan terlalu kuat.
Cara mengatasi :
Menekan kuat pada tempat pendarahan
Memanggil dokter untuk penanganan selanjutnya
Cara mengatasi :
Hentikan pengambilan darah
Baringkan pasien dengan kepala dimiringkan ke salah satu sisi, bebaskan jalan nafas dan
hindari agar lidah tidak tergigit
Hubungi dokter
10. Alergi
Alergi bisa terjadi karena bahan-bahan yang dipakai dalam phlebotomi, misalnya alergi
terhadap antiseptik dan plester. Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan dan
gatal.
Phlebotomis hendaknya menanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap bahan-
bahan yang akan digunakan dalam proses pengambilan darah. Jika pasien alergi terhadap
alkohol 70% maka dapat diganti dengan larutan iodium atau dengan betadine.
Cara mengatasi :
Tenangkan pasien dan beri penjelasan
Panggil dokter untuk penanganan selanjutnya
- Pada umumnya vena yang baik adalah vena yang besar, letaknya superfisial, dan terfiksasi.
- Lokasi penusukan harus diperhatikan. Phlebotomis tidak boleh menusuk pada bagian yang
terdapat luka, hematoma, infeksi, oedema. Untuk pengambilan darah, selain tidak dilakukan
pengambilan pada tempat-tempat tersebut juga tidak boleh dilakukan pada daerah yang
sedang dipasang infus.
- Pada waktu penusukan posisi kemiringan jarum yang dibentuk adalah 15º - 20º.
- Bila tusukan sudah dalam tetapi tidak mengenai vena maka jangan sekali-kali membelokkan
jarum kearah vena karena dapat menimbulkan rasa sakit. Tindakan yang benar adalah jarum
ditarik jangan sampai lepas kemudian ditusukkan ke arah vena.
- Pembendungan vena dengan tourniquet jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan
hemokonsentrasi setempat.
- Jangan melepas tourniquet sesudah jarum dilepaskan karena menyebabkan hematoma.
- Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol maka dapat menyebabkan darah hemolisis.
4. Pemeriksaan CITO
Pengambilan dan informasi harus segera ( medical emergency )
Spesimen terjadwal (glukosa 2 jam PP, GTT, Cortisol, Enzim-enzim jantung).
5. ASAP ( As Soon As Possible )
Hasil pemeriksaan segera diminta oleh dokter tetapi kondisi pasien tidak kritis