Anda di halaman 1dari 7

lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :

Lengan pada sisi mastectomy Daerah edema Hematoma Daerah dimana darah sedang ditransfusikan Daerah bekas luka Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.

Hal hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan darah vena : 1. Lepas tutup jarum secara perlahan, jangan sampai ujung jarum menyentuh tutupnya, sebab jarum dapat tumpul 2. Pada Vacutainer pemasangan tabung vakum pada holder harus kuat, dengan cara ibu jari kanan mendorong tabung sedangkan jari telunjuk dan jari tengah (kanan) tertumpu pada kedua sisi holder, ibu jari tangan kiri memegang holder dengan sedikit menekan agar holder tidak bergerak 3. Pasien yang takut harus ditenangkan dengan memberi penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan, maksud beserta tujuannya 4. Vena yang kecil terlihat sebagai garis-garis biru biasanya sukar digunakan 5. Untuk vena yang tidak dapat ditentukan karena letaknya yang dalam, usaha coba-coba dilarang untuk dilakukan 6. Pembendungan yang terlalu lama jangan dilakukan karena dapat mengakibatkan hemokonsentrasi setempat 7. Hematome, yaitu keluarnya darah dibawah kulit dalam jaringan pada kulit disekitar tusukkan akan terlihat berwarna biru, biasanya akan terasa nyeri, perintahkan pasien untuk mengompresnya dengan air hangat beberapa menit atau beberapa hari sampai sakitnya hilang 8. Faktor Penyulit dalam Pengambilan Darah Vena 9. 10. 1. Faktor Fisik Pasien 11. 1) Kegemukan 12. Pada pasien yang gemuk terkadang phlebotomis sulit untuk menemukan pembuluh darah vena yang akan ditusuk karena terhalang oleh jaringan lemak. Orang yang gemuk memiliki vena yang lebih dalam dan tidak terlihat sehingga sulit untuk dipalpasi. 13. 14. 2) Oedema 15. Edema merupakan penimbunan cairan tubuh. Phlebotomis menjadi sulit untuk menemukan letak vena. Jika darah yang diambil pada tempat yang oedema, maka darah akan tercampur dengan cairan oedema sehingga akan terjadi pengenceran. Phlebotomis dapat mencari pembuluh darah lain yang tidak oedema. 16. 17. 3) Luka bakar

18. Pasien yang mengalami luka bakar, jaringan pada tubuhnya rusak dan mudah mengalami infeksi. Jangan melakukan pengambilan di daerah ini. Pasien sangat rentan terhadap infeksi. 19. 20. 2. Faktor Psikologis Pasien 21. Faktor penderita yang kurang kooperatif disebabkan penderita merasa ketakutan sehingga penderita menolak untuk dilakukan pengambilan darah. Cara mengatasinya dengan mencari bantuan petugas lain dan menenangkan pasien agar pasien mengerti perlunya untuk dilakukan pengambilan darah. Bila tidak berhasil, jelaskan secara tertulis pada lembar permintaan laboratorium. 22. 23. 3. Faktor Teknik 24. Gagal memperoleh darah 25. Gagal pengambilan darah disebabkan : 26. 1) Cara pengambilan darah vena yang salah oleh phlebotomis 27. 2) Tusukan sudah tepat tetapi darah tidak cukup terhisap, kemungkinan : 28. a. Kesalahan teknik 29. Arah tusukan tidak tepat 30. Sudut tusukan terlalu kecil atau terlalu besar 31. Salah menentukan vena yang dipilih 32. Tusukan terlalu dalam atau kurang dalam 33. Pembuluh bergeser karena tidak terfiksasi 34. 35. b. Kesalahan non teknik 36. Pembuluh darah menyempit (kolaps) karena rasa takut yang berlebihan dan menyebabkan volume darah berkurang. 37. Volume darah berkurang karena pendarahan berat, kekurangan cairan tubuh, dan tekanan darah turun. 38. 39. 40. B. Komplikasi 41. Dalam pengambilan darah vena yang salah dapat menyebabkan komplikasi, antara lain: 42. 1. Pingsan (Syncope) 43. Pingsan adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadaran beberapa saat karena penurunan tekanan darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, pengelihatan kabur, nadi cepat, bahkan bisa sampai muntah. Pingsan dapat disebabkan karena pasien mengalami rasa takut yang berlebihan atau karena pasien puasa terlalu lama. 44. Sebelum dilakukan phlebotomi hendaknya seorang phlebotomis menanyakan apakah pasien memiliki kecenderungan untuk pingsan saat dilakukan pengambilan darah. Jika benar maka pasien diminta untuk berbaring. Phlebotomis hendaknya memberikan pengertian kepada pasien agar pasien merasa nyaman dan tidak takut. Agar pasien tidak takut, phlebotomist sebaiknya mengajak pasien berbicara agar perhatiannya teralihkan. 45. 46. Pengambilan darah vena pada orang pingsan harus diberi oksigen agar pembuluh darah membuka sebab pada orang pingsan pembuluh darahnya menutup. 47.

48. Cara Mengatasi : 49. Hentikan pengambilan darah 50. Pasien dibaringkan di tempat tidur, kepala dimiringkan ke salah satu sisi 51. Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari posisi kepala) 52. Longgarkan baju dan ikat pinggang pasien 53. Minta pasien untuk menarik nafas panjang 54. Minta bantuan kepada dokter 55. Jika pasien belum sempat dibaringkan, minta pasien menundukkan kepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang 56. 57. 58. 59. 2. Hematoma 60. Terjadi karena : 61. a. Vena terlalu kecil untuk jarum yang dipakai 62. b. Jarum menembus seluruh dinding vena 63. c. Jarum dilepaskan pada saat tourniquet masih dipasang 64. d. Tusukan berkali-kali 65. e. Tusukan tidak tepat 66. f. Pembuluh darah yang rapuh 67. 68. Cara mengatasi : 69. 70. Jika terjadi hematoma lepaskan jarum dan tekan dengan kuat sehingga darah tidak menyebar dan mencegah pembengkakan. Apabila ingin cepat hilang, kompres dengan air hangat seraya diurut dan diberi salep trombopop. 71. 72. 3. Petechiae 73. Bintik kecil merah dapat muncul karena pendarahan kapiler di bawah kulit. Ini karena kelainan pembuluh darah. Jika terjadi setelah dibendung dapat dikarenakan pembendungan yang terlalu lama. 74. 75. 4. Nyeri pada bekas tusukan 76. Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Nyeri bisa timbul akibat alkohol yang belum kering atau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat. 77. 78. Cara pencegahan : 79. Setelah kulit didesinfeksi, tunggu alkohol hingga mengering sebelum dilakukan pengambilan darah. 80. - Penarikan jarum jangan terlalu kuat. 81. 82. 5. Vena kolaps 83. Terjadi karena penarikan plunger terlalu lama atau terlalu cepat. 84. 85. 6. Pendarahan berlebihan

86. Pendarahan yang berlebihan terjadi karena terganggunya sistem koagulasi darah pada pasien. Hal ini bisa terjadi karena : 87. Pasien melakukan pengobatan dengan obat antikoagulan sehingga menghambat pembekuan darah. 88. - Pasien menderita gangguan pembekuan darah. 89. Pasien mengidap penyakit hati kronis sehingga pembentukan protrombin dan fibrinogennya terganggu. 90. 91. Cara mengatasi : 92. Menekan kuat pada tempat pendarahan 93. Memanggil dokter untuk penanganan selanjutnya 94. 95. 7. Kerusakan vena 96. Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali pada tempat yang sama sehingga meyebabkan kerusakan dan peradangan setempat. Hal ini mengakibatkan pembuluh darah menutup. 97. Pencegahannya dengan menghindari pengambilan berulang kali pada tempat yang sama. 98. 99. 8. Komplikasi neurologis 100. Komplikasi neurologis dapat bersifat lokal karena tertusuknya syaraf dilokasi penusukan. Hal ini dapat menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan. Serangan kejang juga dapat terjadi. 101. 102. Cara mengatasi : 103. Hentikan pengambilan darah 104. Baringkan pasien dengan kepala dimiringkan ke salah satu sisi, bebaskan jalan nafas dan hindari agar lidah tidak tergigit 105. Hubungi dokter 106. 107. 9. Terambilnya darah arteri 108. Salah penusukan dapat mengakibatkan terambilnya darah arteri karena phlebotomis menusuk pembuluh darah arteri. Jadi, seorang phlebotomis harus bisa menentukan pembuluh darah yang akan ditusuk. 109. 110. 10. Alergi 111. Alergi bisa terjadi karena bahan-bahan yang dipakai dalam phlebotomi, misalnya alergi terhadap antiseptik dan plester. Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan dan gatal. 112. 113. Phlebotomis hendaknya menanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses pengambilan darah. Jika pasien alergi terhadap alkohol 70% maka dapat diganti dengan larutan iodium atau dengan betadine. 114. 115. Cara mengatasi : 116. Tenangkan pasien dan beri penjelasan

117. Panggil dokter untuk penanganan selanjutnya 118. 119. 120. C. Faktor yang harus diperhatikan 121. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seorang phlebotomis dalam pengambilan darah, antara lain : 122. 1. Keadaan basal 123. Keadaan basal mengacu pada kondisi fisik pasien di pagi hari. Pasien dianjurkan untuk puasa kurang lebih 12 jam. Keadaan ini biasa dipakai untuk penentuan nilai normal. 124. 125. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keadaan basal : 126. a. Usia 127. b. Jenis kelamin 128. c. Kehamilan 129. d. Dehidrasi 130. e. Diet 131. f. Obat-obatan 132. g. Stress 133. 134. 2. Persyaratan pemeriksaan 135. 1) Persiapan pasien 136. Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal yang perlu dilakukan dan tidak perlu dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan pengambilan darah. 137. Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 10-12 jam sebelum pengambilan darah (untuk pemeriksaan glukosa darah puasa, cholesterol, trigliserid, ureum, dan kreatinin) tidak melakukan aktifitas fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol. 138. 2) Waktu pengambilan 139. Waktu pengambilan darah pada pasien harus dicatat karena dapat digunakan untuk menentukan hasil dari pemeriksaan tersebut. Jika terjadi kesalahan hasil maka dapat dilacak letak kesalahannya dari waktu pengambilan. 140. 3) Peralatan yang digunakan 141. Pastikan bahwa semua peralatan yang digunakan untuk proses phlebotomi sudah tersedia di dekat phlebotomis. Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan, seperti : 142. Bersih 143. Kering 144. Tidak mengandung bahan kimia 145. Steril 146. Sekali pakai (disposable) 147. Wadah tidak pecah atau retak 148. 4) Antikoagulan 149. Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Beberapa antikoagulan yang sering dipakai adalah EDTA (Ethylene Diamine

Tetraacetic Acid), citrat, dan heparin. Pemilihan antikoagulan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan dan takarannya harus sesuai. 150. 3. Faktor teknik 151. 152. - Pada umumnya vena yang baik adalah vena yang besar, letaknya superfisial, dan terfiksasi. 153. - Lokasi penusukan harus diperhatikan. Phlebotomis tidak boleh menusuk pada bagian yang terdapat luka, hematoma, infeksi, oedema. Untuk pengambilan darah, selain tidak dilakukan pengambilan pada tempat-tempat tersebut juga tidak boleh dilakukan pada daerah yang sedang dipasang infus. 154. - Pada waktu penusukan posisi kemiringan jarum yang dibentuk adalah 15 20. 155. - Bila tusukan sudah dalam tetapi tidak mengenai vena maka jangan sekali-kali membelokkan jarum kearah vena karena dapat menimbulkan rasa sakit. Tindakan yang benar adalah jarum ditarik jangan sampai lepas kemudian ditusukkan ke arah vena. 156. - Pembendungan vena dengan tourniquet jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan hemokonsentrasi setempat. 157. - Jangan melepas tourniquet sesudah jarum dilepaskan karena menyebabkan hematoma. 158. - Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol maka dapat menyebabkan darah hemolisis. 159. 4. Pemeriksaan CITO 160. Pengambilan dan informasi harus segera ( medical emergency ) 161. Spesimen terjadwal (glukosa 2 jam PP, GTT, Cortisol, Enzim-enzim jantung). 162. 5. ASAP ( As Soon As Possible ) 163. Hasil pemeriksaan segera diminta oleh dokter tetapi kondisi pasien tidak kritis 164. 165. 166. Kesalahan yang mungkin terjadi pada saat Pengambilan

Darah Vena :
167. a. Semprit & jarum yang digunakan masih basah. b. Ikatan Pembendung terlalu lama & keras sehingga terjadi hematom c. darah membeku dalam semprit atau dibotol penampung darah. d. Memasukkan darah kedalam botol penampung tanpa membuka jarum terlebih dahulu sehingga banyak sel-sel darah yang rusak. 168. Diposkan oleh dya nadyarki di 05.19 169. VIII. KESIMPULAN 170. Sampling darah vena secara baik dan benar sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan tidak menimbulkan keluhan pada pasien. 171. 1. Pembendungan yang terlalu lama akan mempengaruhi hasil pemeriksaan karena akan terjadi hemokonsentrasi.

172. 2. Vena yang dapat ditusuk yaitu: pada orang dewasa adalah vena fossa cubiti, pada bayi vene juguralis superfialis atau sinus sagitalis superior. 173. 3. Penusukkan harus tepat pada vena agar tidak menimbul hematum. 174. 4. Pengisapan darah yang terlalu dalam akan menyebabkan darah membeku dalam spuit, segera pisahkan darah ke dalam tabung sesuai dengan jenis pemeriksaan. 175. 176. Read more: http://sectoranalyst.blogspot.com/2013/02/laporan-pengambilan-darahvena.html#ixzz2gFKGCVAw
http://dyanadyasayangayahibu.blogspot.com/2013/01/teknik-pengambilan-darah-vena_9.html http://infoanalis.blogspot.com/2009/01/pengambilan-darah-vena.html http://www.scribd.com/doc/90147927/Laporan-Pendahuluan-Pengambilan-Darah-Vena#download http://dielovt.blogspot.com/2013/04/pengambilan-darah-vena.html http://praktekanalislab.blogspot.com/2013/05/pengambilan-darah-vena.html miaarum.blogspot.com/2012/05/pengambilan-darah-vena-untuk-hematologi.html http://miaarum.blogspot.com/2012/05/pengambilan-darah-vena-untuk-hematologi.html8

Anda mungkin juga menyukai