Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASIL PENELITIAN

KEMACETAN PADA JAKARTA SELATAN


Guru Pembimbing: Hotmia Natalia Gultom

Oleh :
Kelompok 8

Aurelius Wistara Aryasatya S. (04)


Birgita Andrea Valentia (06)
Eugenia Clarestha Blandine (12)
Richardo Immanuel (29)

KELAS 10-4
SMA REGINA PACIS BOGOR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, atas karunia dan berkat
yang kami dapatkan untuk menyelesaikan proposal ini, dengan tepat waktu. Adapun tema dari
proposal ini adalah “Kemacetan lalu lintas di Jakarta Selatan”. Kami membuat proposal ini
dengan suatu proses yang kami jalankan dan kami juga mengupayakan agar proposal ini dapat
dipenuhi dengan informasi yang detail,lengkap, dan mudah dipahami oleh pembaca.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada guru bidang studi kami, karena
telah membimbing kami dalam mengerjakan proposal ini dengan memberikan pendampingan,
saran, kritik, doa dan motivasi, sehingga kami dapat lebih memahami dan membuat proposal
ini dengan baik sehingga kami juga mendapatkan pelajaran dan tambahan wawasan untuk
pengalaman kami.

Pada kesempatan ini, kami dari kelompok 8 ingin menganalisis tentang “Kemacetan
lalu lintas di Jakarta Selatan”. Kami mengharapkan atas kemakluman dari proposal yang tidak
terlalu sempurna ini, sehingga pada kesempatan berikutnya kami dapat berkembang menjadi
lebih baik.
Bogor, 6 Februari 2023

Kelompok 8

ABSTRAK
Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau terhentinya arus lalu lintas
yang disebabkan terhambatnya mobilitas kendaraan. Masalah kemacetan lalu
lintas nampaknya sudah menjadi semacam ciri khusus kota-kota besar di Negara
berkembang. Kemacetan di Jakarta setiap hari semakin meningkat, jumlah
kendaraan semakin tinggi dari tahun ke tahun nya, maka dari itu penulis memilih
judul Penelitian Kemacetan di Jakarta Selatan, adapun tujuan penelitian tersebut
yaitu sebagai berikut : Untuk mengetahui penyebab kemacetan dan mengetahui
yang dirasakan oleh pengguna jalan saat kemacetan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
ABSTRAK 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR GAMBAR 4
DAFTAR TABEL 4
BAB I 5
PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.4 Manfaat Penelitian 6
BAB II 7
LANDASAN TEORI 7
2.1 Transportasi 7
2.2 Kota 7
Gambar 2.1 Evolusi Struktur Spasial Kota 8
2.3 Jalan dan Pengelompokan Jalan 9
2.4 Kemacetan Lalu Lintas 11
2.4.1 Pengertian Kemacetan Lalu Lintas 11
2.4.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemacetan Lalu Lintas 11
2.4.3 Tingkat Pelayanan Jalan Sebagai Indikator Kemacetan 12
Tabel 2. 1 Penentuan Frekuensi Kejadian 13
Tabel 2. 2 Kelas Hambatan Samping Untuk Daerah Perkotaan 14
2.5 Kerangka Penelitian 15
2.6 Hipotesis sementara 15
BAB III 16
METODOLOGI PENELITIAN 16
3.1 Jenis Penelitian 16
3.2 Identitas Variabel 16
3.3 Objek Penelitian 16
3.4 Sampel Objek 16
3.5 Teknik Pengumpulan Data 17
3.6 Instrumen Penelitian 17
BAB IV 18
ANALISIS DATA 18
Gambar 4.1 Chart Survei 1 18
Gambar 4.1 Chart Survei 2 18
Gambar 4.1 Chart Survei 3 18
BAB V 19
5.1 Kesimpulan 19
5.2 Saran 19
Daftar Pustaka 20

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Evolusi Struktur Spasial Kota 9
Gambar 4.1 Chart Survei 1 19
Gambar 4.1 Chart Survei 2 19
Gambar 4.1 Chart Survei 3 19

DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penentuan Frekuensi Kejadian 13
Tabel 2. 2 Kelas Hambatan Samping Untuk Daerah Perkotaan 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada analisis ini merupakan kegiatan belajar untuk mengamati sambil
menganalisis kemacetan yang terjadi di Jakarta selatan. Analisis ini dibuat sesuai
dengan survei dan pengamatan dari warga sekitar Jakarta maupun warga yang
memiliki pengalaman berkunjung ke Jakarta.

Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau terhentinya arus lalu lintas


yang disebabkan terhambatnya mobilitas kendaraan. Masalah kemacetan lalu
lintas nampaknya sudah menjadi semacam ciri khusus kota-kota besar di Negara
berkembang

Jakarta selatan merupakan ibu kota Republik Indonesia, sebagai ibu kota
yang sudah berkembang pesat dan memiliki lahan yang cukup luas pastinya
memiliki berbagai macam masalah yang di dapat oleh warga sekitar, salah
satunya kemacetan lalu lintas yang di dapat. Sebagian besar warga Jakarta
selatan memiliki kendaraan pribadi masing-masing dibanding warga yang
menggunakan transportasi umum. Perihalnya sebagian besar warga Jakarta
Selatan memiliki kendaraan pribadi tetapi kurangnya kedisiplinan dalam
menggunakan jalur lalu lintas yang ada.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa penyebab kemacetan itu terjadi ?
2. Apa yang dirasakan oleh warga sekitar dalam kemacetan tersebut?
3. Apa saja dampak yang di dapat oleh warga sekitar?
4. Apakah kapasitas jalan ikut mempengaruhi kemacetan jalan?
5. Apakah dalam perekonomian juga berpengaruh dalam kemacetan lalu
lintas ini?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi penyebab kemacetan
2. Untuk mengetahui yang dirasakan oleh pengguna jalan pada saat
kemacetan
3. Untuk mengetahui dampak kemacetan terhadap ekonomi dan sosial
pengguna jalan
4. Untuk mengetahui kerugian yang didapat oleh warga sekitar
5. Untuk mengetahui apa saja yang berpengaruh dalam kemacetan lalu lintas
ini

1.4 Manfaat Penelitian


1. Diharapkan agar pengguna jalan lebih tertib dan bijak dalam
menggunakan jalan lalu lintas
2. Meningkatkan kedisiplinan pengendara agar tercipta kenyamanan dalam
berlalu lintas
3. Mengetahui hal baik yang harus dilakukan dalam berkendara.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Transportasi
Menurut Morlok (1981), transportasi didefinisikan sebagai kegiatan
memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain. Dalam
hubungan ini terlihat tiga hal (1) Ada muatan yang diangkut, (2) Tersedia
kendaraan sebagai alat angkut, (3) Jalan yang dapat dilalui kendaraan.
Sedangkan menurut Bowersox (1981), transportasi adalah perpindahan barang
atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana produk dipindahkan
ke tempat tujuan dibutuhkan. Menurut Rustian Kamaluddin (2003), transportasi
adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat
ke tempat lain. Sistem transportasi erat kaitannya dengan keadaan ekonomi suatu
wilayah karena pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sangat dipengaruhi kondisi
sistem transportasi yang ada di wilayah tersebut. Sistem transportasi yang baik
akan mempermudah pergerakan mobilitas perekonomian baik produksi,
distribusi, maupun konsumsi. Teori transportasi saat ini menempatkan sistem
transportasi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari infrastruktur desa maupun
kota (Hidayat dan Sapha, 2017).
2.2 Kota
Kota adalah suatu pemusatan keruangan dari tempat tinggal dan tempat
kerja manusia yang kegiatannya umum di sektor sekunder dan tersier, dengan
pembagian kerja ke dalam dan arus lalu lintas yang beraneka antara
bagian-bagiannya dan pusatnya, yang pertumbuhannya sebagian besar
disebabkan oleh tambahan kaum pendatang dan mampu melayani kebutuhan
barang dan jasa bagi wilayah yang jauh letaknya (Hofmeister,
1969).Aktivitas-aktivitas di pusat kota yang tinggi akan berpengaruh terhadap
tarikan pergerakan kendaraan yang besar pada jaringan jalan di sekitarnya.
Aktivitas dalam suatu kota dapat diartikan sebagai pergerakan yang diciptakan
karena faktor aksesibilitas dan fungsi guna tanah (Hartshorn, 1988).Ratzel
seorang tokoh geografi Jerman berpendapat bahwa kota dilihat dari fungsi
utamanya yaitu sebagai pusat lalu lintas dan juga sebagai permukiman yang akan
tetap ada dan terus menerus. Kongres geografi internasional tahun 1938
menjelaskan arti kehidupan kota sebagai keseluruhan kegiatan, gerakan lalu
lintas, lembaga-lembaga konkret yang melayani kebutuhan material serta
kultural dari manusia penghuni kota dan juga yang ada di dalamnya. Semakin
kurang cukup pemenuhan kebutuhan manusia, makin kurang berfungsinya
kehidupan kota (Daldjoeni, 2003). Perkembangan struktur kota mempengaruhi
munculnya simpul-simpul pusat kegiatan kota (pusat-pusat keramaian).
Pertumbuhan pusat-pusat keramaian seperti pusat perdagangan dan jasa yang
semakin cepat sebagai zona tarikan pengunjung dan hal ini akan berdampak
pada keadaan lalu lintas yang semakin padat di sekitar pusat keramaian tersebut,
sehingga seringkali menimbulkan kemacetan. Struktur sebuah kota dipengaruhi
oleh faktor transportasi yang ada pada kota tersebut. Evolusi transportasi
umumnya menyebabkan perubahan bentuk suatu kota. Diantara perubahan yang
paling mendasar dalam bentuk perkotaan adalah munculnya pengelompokan
baru dari suatu kegiatan perkotaan yang baru dan hubungan baru antara
unsur-unsur dari sistem perkotaan. Di banyak kota, pusat bisnis distrik (central
business district) merupakan tempat tujuan utama penduduk yang setiap harinya
bekerja dan dilayani oleh transportasi umum yang kini telah berubah karena
adanya kegiatan seperti manufaktur baru, penjualan ritel, dan administrasi.
Sementara kegiatan manufaktur yang bersifat tradisional masih tergantung pada
tempat kerja yang terpusat dan transportasi, perkembangan teknologi dan
transportasi menjadikan industri modern menjadi lebih fleksibel. kegiatan ritel
dan perkantoran yang terdapat di pinggiran kota, menghasilkan perubahan dalam
bentuk perkotaan. Setiap kota memiliki sejarahnya sendiri, tetapi sangat
mungkin untuk membangun sebuah proses umum umum di balik evolusi
struktur ruang perkotaan (Rodrigue, 2006), seperti pada Gambar 1 di bawah ini:

Gambar 2.1 Evolusi Struktur Spasial Kota


a) Pra-industri era (A)
Untuk kota-kota yang ada sebelum revolusi industri, CBD terbatas pada
sebagian kecil dari kota dan biasanya terletak di dekat pantai, pasar, sebuah situs
agama atau politik. CBD ini adalah tempat terjadinya transaksi dalam jumlah
yang besar dan dengan demikian membutuhkan jasa asuransi keuangan,
pergudangan dan grosir.

b) Revolusi Industri (B)


Adanya revolusi industri mendatangkan sebuah produksi massal yang diikuti
oleh konsumsi massa dalam jumlah yang banyak. Hal inimemungkinkan
munculnya penjualan eceran yang sebagian besar terpisah dari CBD, sementara
kegiatan manufaktur berada di luar inti. Manajemen perluasan kegiatan ini
menciptakan kebutuhan yang meningkat untuk ruang untuk kantor yang terletak
di dekat tempat tradisional terjadinya interaksi keuangan. Sebagai pematangan
revolusi industri, sumbu utama transportasi memacu dari tempat pusat ke daerah
pinggiran.

c) Era Kontemporer (C)


Pada zaman sekarang, industri berskala besar berpindah lokasi dari CBD ke
daerah pinggiran kota, meninggalkan ruang untuk ekspansi kegiatan dalam
bidang administrasi dan keuangan. CBD menjadi lokasi yang sangat penting
karena terdapatnya akumulasi yang besar dari kegiatan keuangan dan
administratif dari beberapa perusahaan yang merupakan perusahaan
multinasional. Kegiatan-kegiatan tersebut lebih bersedia untuk membayar sewa
yang lebih tinggi dari kegiatan ritel, mendorongnya beberapa kegiatan ritel untuk
keluar dari CBD. Ritel baru pada sub-pusat muncul di daerah pinggiran kota
dikarenakan adanya aksesibilitas jalan dan dikarenakan kebutuhan pelayanan
untuk daerah- daerah baru. Pergudangan dan transportasi, tidak lagi menjadi
daerah inti dari kegiatan, sebab lokasinya sudah dipindahkan ke lokasi baru di
daerah pinggiran.

2.3 Jalan dan Pengelompokan Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas (UU No. 38 Tahun 2004). Jalan sangat penting peranannya dalam
kehidupan perkotaan yang berkaitan dengan transportasi. Jalan sebagai prasarana
lalu lintas yang digunakan sebagai media kendaraan untuk bergerak. Jalan
sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang
ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan.
Jalan juga berfungsi sebagai prasarana distribusi manusia, barang, dan informasi
yang menjadi urat nadi kehidupan kota.Jalan sesuai dengan peruntukannya
terdiri atas jalan umum dan jalan khusus (UU No. 38 Tahun 2004):
⦁ Jalan umum merupakan jalan sesuai dengan peruntukannya yang
dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas.
⦁ Jalan khusus merupakan jalan yang bukan diperuntukkan bagi lalu lintas
umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder (UU No. 38 Tahun 2004):
⦁ Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
⦁ Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
kawasan perkotaan.
Sedangkan menurut fungsinya, jalan (darat) dikelompokkan menjadi (UU No. 38
Tahun 2004):
⦁ Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
⦁ Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
⦁ Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
⦁ Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata
rendah.
2.4 Kemacetan Lalu Lintas

2.4.1 Pengertian Kemacetan Lalu Lintas


Kemacetan lalu lintas adalah keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya
pengguna jalan khususnya kendaraan bermotor pada suatu ruas jalan yang
ditandai dengan adanya antrian kendaraan bermotor. Kemacetan banyak terjadi
di kota-kota besar seperti Jakarta, terutama pada kota-kota yang tidak
mempunyai transportasi publik yang baik atau kurang memadai dalam
pemenuhan kebutuhan akan transportasi penduduk.

2.4.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemacetan Lalu Lintas


Ada banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas,
seperti yang telah dikemukakan oleh B.N. Marbun tahun 1994 tentang
faktor-faktor yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di Jakarta:
⦁ Jumlah panjang jalan yang tidak memadai.
⦁ Jumlah angkutan umum yang kurang memadai dan belum merata sesuai
dengan keperluan untuk setiap jurusan.
⦁ Permasalahan tentang perparkiran.
⦁ Penduduk yang bertambah lebih cepat (karena kelahiran dan arus
urbanisasi) dari pertambahan sarana transportasi kota.
⦁ Pola pemilikan kendaraan pribadi yang kurang sehat (relatif banyak orang
terbukti memiliki jumlah kendaraan melebihi kebutuhan dan menggunakannya
secara boros).
⦁ Disiplin pemakai jalan yang masih rendah.
⦁ Pola permukiman, perkantoran, dan tempat kerja yang penyebarannya
tidak teratur.
⦁ Pola pemakaian kendaraan dinas (jabatan) yang belum ditata sesuai
dengan kebijakan lalu lintas kota yang hemat, bersih, aman, dan baik.
2.4.3 Tingkat Pelayanan Jalan Sebagai Indikator Kemacetan
Tingkat pelayanan jalan (level of service) adalah ukuran kualitatif yang
digunakan di yang menerangkan mengenai kondisi operasional dalam arus lalu
lintas dan penilaiannya oleh pemakai jalan (pada umumnya dinyatakan dalam
kecepatan, waktu tempuh, kebebasan bergerak, interupsi lalu lintas, keenakan,
kenyamanan, dan keselamatan) (Dirjen Bina Marga, 1997). Tingkat pelayanan
Jalan dapat digunakan untuk mengetahui kondisi lalu lintas pada suatu jalan dan
dapat digunakan sebagai indikator kemacetan yang didasarkan pada kondisi lalu
lintas pada suatu jalan yang dibedakan menjadi enam tingkatan. Tingkat
pelayanan jalan ditentukan dalam skala interval yang terdiri dari 6 tingkatan.
Tingkatan tersebut yaitu A, B, C, D, E, dan F dimana A merupakan tingkatan
tertinggi dalam tingkat pelayanan pada suatu jalan. Tingkat pelayanan jalan
ditentukan oleh dua faktor yaitu volume lalu lintas dan kapasitas jalan.

a) Volume Lalu Lintas


Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik
pada suatu jalur gerak per satuan waktu, dan karena itu biasanya diukur dalam
satuan kendaraan per satuan waktu (Morlok, 1988).

b) Kapasitas Jalan
Kapasitas jalan adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat
dipertahankan pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu yang disesuaikan
oleh geometri, faktor lingkungan, distribusi arah dan komposisi lalu lintas
(Dirjen Bina Marga, 1997). Kapasitas jalan juga dapat diartikan sebagai
kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas dalam
satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati
potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau dengan
mempertimbangkan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan
digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam
perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan satuan mobil
penumpang per jam (smp/jam).
Kapasitas jalan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (Dirjen Bina
Marga, 1997):
1) Kapasitas Dasar
Kapasitas dasar adalah kapasitas segmen jalan pada kondisi geometri, pola
arus lalu lintas, dan faktor lingkungan yang ideal.
2) Lebar Jalan
Lebar jalan adalah lebar dari jalur jalan yang khusus untuk dilewati oleh
kendaraan, bahu jalan tidak termasuk dalam lebar jalan.
3) Pemisahan Arah Jalan
Pemisahan arah adalah distribusi arah lalu lintas pada jalan dua arah,
biasanya dinyatakan sebagai persentase dari arus total pada masing-masing arah.
4) Hambatan Samping
Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja dari aktivitas samping
segmen jalan, hambatan samping tersebut antara lain seperti pejalan kaki,
angkutan umum dan kendaraan lain parkir atau berhenti, kendaraan masuk atau
keluar sisi jalan, dan kendaraan lambat seperti becak dan kereta kuda (Dirjen
Bina Marga, 1997). Hambatan samping merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi penurunan kapasitas akibat adanya aktivitas pada bahu jalan.

Tabel 2. 1 Penentuan Frekuensi Kejadian

Tipe Kejadian Simbol Faktor Frekuensi Frekuensi


Hambatan Bobot Kejadian Berbobot
Samping
Pejalan kaki PED 0,5 /jam, 200m
Parkir, kendaraan PSV 1,0 /jam, 200m
berhenti
Kendaraan masuk + EEV 0,7 /jam, 200m
keluar
Kendaraan lambat SMV 0,4 /jam
Total
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997.
Tabel 2. 2 Kelas Hambatan Samping Untuk Daerah Perkotaan

Kelas Hambatan Kode Jumlah berbobot kejadian Kondisi khusus


Samping (SFC) per 200 m per jam (dua sisi)
Sangat rendah VL < 100 Daerah permukiman; jalan
samping tersedia.

Rendah L 100 – 299 Daerah permukiman;


beberapa angkutan umum
dsb.
Sedang M 300 – 499 Daerah industri; beberapa
toko sisi jalan.
Tinggi H 500 – 899 Daerah komersial; aktivitas
sisi jalan tinggi.
Sangat tinggi VH > 900 Daerah komersial; aktivitas
pasar sisi jalan.
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997.

5) Ukuran Kota
Ukuran kota yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ukuran dari suatu
kota yang ditentukan dari jumlah penduduk yang terdapat dalam suatu kota.
Semakin banyak jumlah penduduk yang terdapat dalam suatu kota maka akan
semakin besar ukuran kota begitu pula sebaliknya semakin sedikit jumlah
penduduk dalam suatu kota maka semakin kecil ukuran kota. Ukuran kota
dinyatakan dalam sebuah angka yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga
dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997 yang besarannya ditentukan
berdasarkan jumlah penduduk yang terdapat dalam suatu kota.
2.5 Kerangka Penelitian

Alur pikir penelitian ini diawali dari Kota Jakarta Selatan sebagai batas
administrasi daerah penelitian. Kemudian dibagi menjadi pusat-pusat keramaian
dan tingkat pelayanan jalan. Bagian pertama yaitu pusat-pusat keramaian yang
ada di Kota Jakarta Selatan berupa pusat perdagangan, gedung perkantoran,
rumah sakit, dan kawasan pendidikan. Bagian kedua yaitu tingkat pelayanan
jalan di Kota Jakarta Selatan yang nilainya ditentukan dari volume lalu lintas
dan kapasitas jalan yang ada pada pusat-pusat keramaian.

2.6 Hipotesis sementara


Menurut Sugiyono (2016:64) Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Penelitian yang merumuskan
hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada
penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat
ditemukan hipotesis. Selanjutnya, hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk memberikan angka pada
penelitian yang dilakukan dan untuk memberikan jawaban sementara atas
masalah yang dikemukakan diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
H1 : Diduga peningkatan jumlah kendaraan berpengaruh terhadap kemacetan
lalu lintas di Jakarta Selatan.
H2 : Diduga masyarakat mengeluh dengan kemacetan dikarenakan
keterlambatan ke kantor/sekolah karena kemacetan.
H3 : Diduga dampak yang diterima adalah polusi udara yang sangat kotor.
H4 : Diduga Kondisi Jalan Raya berpengaruh positif terhadap Kemacetan Lalu
Lintas di Jakarta Selatan.
H5 : Diduga pengaruh ekonomi dengan kemacetan lalu lintas adalah boros nya
bensin yang digunakan karena mesin kendaraan nyala tanpa bergerak.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis Penelitian yang kami gunakan pada penelitian kali ini adalah dengan
mengumpulkan berbagai pendapat atau pandangan yang sudah kami kumpulkan
dari warga sekolah Regina Pacis (khususnya para Siswa/Siswi Regina Pacis)
dengan melakukan survey melalui Google Form yang sudah kami buatkan.

3.2 Identitas Variabel


Terdapat 2 variabel yang dibutuhkan untuk membentuk laporan ini, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang tidak
tergantung pada variabel lainnya, variabel bebas pada penelitian kami adalah
nama tempat atau kota yang kami teliti, yaitu Jakarta Selatan. Variabel terikat
adalah variabel yang terikat dengan variabel lainnya, variabel bebas pada
penelitian kami adalah survey dari orang-orang yang telah kami kumpulkan.

3.3 Objek Penelitian


Objek penelitian kami adalah orang-orang yang mengisi survey yang kami
sudah berikan. 100% dari orang-orang yang mengisi survey tersebut adalah
Siswa/Siswi Regina Pacis. Sehingga, dapat kami katakan bahwa objek penelitian
kami adalah Siswa/Siswi Regina Pacis.

3.4 Sampel Objek


Pernyataan yang dapat mewakili objek secara keseluruhan adalah bahwa
penyebab kemacetan di Jakarta Selatan adalah karena kuantitas dari setiap mobil
dan motor pribadi sangat memenuhi jalan raya utama di Jakarta, sehingga
mengganggu dan menyebabkan panjangnya hambatan lalu lintas.
Kemacetan lalu lintas di Jakarta Selatan juga dapat mempengaruhi daerah
lain, contohnya adalah bisa dilihat di KM 30-KM 10 (Tol) kalau kita ingin ke
Jawa tengah-jawa timur, sangat terasa macet di area Jakarta, dan itu sendiri
karena banyaknya orang yang ingin masuk-kembali ke Jakarta menggunakan
mobil pribadi. Cara mencegah kemacetan di Jakarta Selatan adalah dengan
dukung atau tingkatkan minat penduduk di Jakarta untuk naik kendaraan umum.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang kami gunakan adalah survei. Survei
(survey) atau lengkapnya self-administered survey adalah metode pengumpulan
data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden
individu. Jadi bisa disimpulkan survei adalah metode untuk mengumpulkan
informasi dari kelompok yang mewakili sebuah populasi: Sejumlah besar
responden. Kami menanyakan objek penelitian kami melalui survei.

3.6 Instrumen Penelitian


Alat pengambilan data dan informasi kami adalah Google Form, yang
artinya kami melakukan angket melalui online, dan menyebarkannya secara
online juga. Hal ini membuat kami agar lebih mudah dalam menjangkau
teman-teman kami di Regina Pacis ini.
BAB IV

ANALISIS DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


metode survei. Metode survei kami gunakan untuk memperoleh data tentang
pendapat teman-teman kami mengenai kemacetan yang ada di Jakarta Selatan
serta cara mengatasinya dan apakah hal tersebut memengaruhi daerah lain.
Gambar 4.1 Chart Survei 1

Berdasarkan survei yang kami lakukan, 81.8%


dari responder kami pernah mengalami
kemacetan di Jakarta Selatan dan 18.2% tidak
pernah mengalami kemacetan di Jakarta Selatan.
70% dari responder
beranggapan bahwa
kemacetan di Jakarta
Selatan sangat
mengganggu mereka dan 30% dari responder
beranggapan bahwa kemacetan yang ada di
Jakarta Selatan cukup mengganggu.

Gambar 4.1 Chart Survei 2

54.5% dari
responder kami beranggapan bahwa kemacetan
lalu lintas di kota Jakarta Selatan memberi
pengaruh di Kota lain dan 45.5% dari responder
beranggapan bahwa kemacetan lalu lintas di
kota Jakarta Selatan tidak memberi pengaruh ke
kota lain.

Gambar 4.1 Chart Survei 3


BAB V
5.1 Kesimpulan
Transportasi adalah kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari
tempat ke tempat yang lain. Kendaraan merupakan sebuah sarana yang
disajikan untuk mempercepat proses transportasi dari tempat ke tempat lainnya.
Tetapi dengan adanya sarana transportasi, sering juga menimbulkan masalah
baru yang harus diselesaikan demi kenyamanan transportasi dan kecepatan
dalam proses transportasi. Kemacetan merupakan masalah utama yang sekarang
sering timbul karena banyaknya kendaraan yang menggunakan jalan umum yang
disediakan oleh pemerintah. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar seperti
Jakarta
Kemacetan di Jakarta khususnya di Jakarta Selatan memang sudah
menjadi masalah yang sudah lama dan sering terjadi. Dengan padatnya
penduduk atau populasi di Jakarta, tidak heran kemacetan sering terjadi.
Pemerintah sudah mengupayakan sebisanya untuk mengatasi kemacetan di
Jakarta namun kemacetan tetap sering terjadi. Sudah banyak masyarakat yang
mengeluhkan kemacetan di Jakarta yang memang sudah parah.
Kemacetan ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti volume lalu lintas,
kapasitas jalan, lebar jalan, hambatan samping, ukuran kota, jumlah populasi,
etika berkendara masyarakat, ketertiban masyarakat, dan lain-lain. Sebenarnya
sudah banyak sarana transportasi umum yang disediakan oleh negara, tetapi
masih banyak orang yang menggunakan kendaraan pribadi yang menyebabkan
kemacetan yang parah pada jalur di Jakarta.

5.2 Saran
Sebagai penutup, kami memberikan saran-saran yang mungkin bisa
memperbaiki kemacetan di Jakarta:

- Mengurangi volume penggunaan kendaraan pribadi.


- Menaikan pajak kendaraan pribadi supaya masyarakat lebih memilih
kendaraan umum dibandingkan kendaraan pribadi.
- Penertiban lalu lintas yang lebih ketat
- Membuat peraturan pembedaan jadwal kerja yang berbeda-beda. (seperti
jadwal kerja, instansi, sekolah, dan lain-lain)
- Pemberian teladan dari para pemerintah, misalnya menggunakan sarana
transportasi umum ke tempat kerja.
- Menaikan biaya parkir

Daftar Pustaka

Home. (n.d.). YouTube. Retrieved March 8, 2023, from

https://images.app.goo.gl/cRycZoVAEariY8pt5

Paulina. (2012, May 21). Saran Mengurai Kemacetan di Jakarta.

Kompasiana.com. Retrieved February 28, 2023, from

https://www.kompasiana.com/andase/55108df6813311ca35bc6895/saran-

mengurai-kemacetan-di-jakarta

Yasinto Sindhu Priastomo.2021. IPS Geografi Untuk SMA/MA Kelas X:

Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai