Anda di halaman 1dari 44

PENGARUH LETAK PERTOKOAN TERHADAP POLA

PERMUKIMAN DI DESA CIWARUGA

KARYA TULIS ILMIAH


Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Tahun Akademik 2018/2019

Oleh

MUHAMMAD YUSUF FAUZAN


10070318129
KELAS D

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2018
PRAKATA

Assalamualaikum wr. wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini. Tak lupa shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Seperti yang telah disinggung diatas bahwa laporan ini adalah sebuah Karya Tulis

Ilmiah. Penulis mengangkat judul “Pengaruh Letak Pertokoan Terhadap Pola

Permukiman Di Desa Ciwaruga”. Lokasi studi tentunya di Desa Ciwaruga Kecamatan

Parongpong.

Dalam proses pembuatan KTI ini kendala yang ditemui penulis adalah sulitnya

dalam pengumpulan kuisioner. Serta sulitnya memahami pembuatan KTI yang ideal

itu seperti apa.

Atas selesainya KTI ini tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kedua

orangtua. Tidak lupa kepada dosen penulis sendiri yaitu Ibu Ririn Sri Kuntorini, Dra.

M. Hum. yang telah memberikan pengarahan yang baik dalam pembuatan KTI ini.

Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat banyak kekurangannya. Karena karya manusia

tidak ada yang sempurna. Maka dari itu, penulis sangat terbuka terhadap kritik dan

saran yang pembaca berikan. Terima kasih.

Wassalamualaikum wr. wb

Bandung, 2 Januari 2019

Penulis

ii
ABSTRAK

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia (kebutuhan


primer) yang harus terpenuhi agar manusia dapat sejahtera dan hidup layak sesuai
dengan derajat kemanusiaannya. Permukiman sebenarnya merupakan kebutuhan
perorangan (individu) namun dapat berkembang menjadi kebutuhan bersama jika
manusia berkeluarga dan bermasyarakat. Salah satu penunjang tedapatnya permukiman
yaitu adanya kebutuhan yang mudah diperoleh, salah satunya adalah adanya
perdagangan. Adapun permasalahan yang biasanya muncul dalam wilayah
perdagangan yaitu tidak teraturnya pola permukiman yang mengikuti alur
perdagangan, sehingga perlu adanya penataan ulang yang di dukung oleh pemerintah
agar terciptanya pemukiman yang nyaman dan teratur. Pola pertokoan di Desa
Ciwaruga sangatlah berperan penting bagi pola permukiman di daerah tersebut. Karena
adanya ketidak seimbangan antara pola pertokoan dengan pola pemukiman yang ada
di Desa Ciwaruga. Oleh karena itu masih banyak permukiman yang memusat
mengikuti pola pertokoan sehingga tidak sedikit juga lahan yang tidak terisi secara
maksimal.
Metode yang digunakan adalah metode survey untuk memperoleh data primer
dilakukan dengan menggunakan pendekatan melalui wawancara dan pembagian
kuisioner. Sasaran ditujukan untuk masyarakat Desa Ciwaruga. Paramenter yang
digunakan adalah pengaruh letak pertokoan terhadap pola permukiman. Identifikasi
sebaran pengaruh ruang terbuka hijau dilakukan dengan survey lapangan yang
kemudian di teliti untuk mendapatkan data sebaran pengaruh letak pertokoan terhadap
pola permukiman.
Hasil penelitian diperoleh dari masyarakat yang menunjukkan bahwa, letak
pertokoan yang berdekatan dengan permukiman merupakan hal yang sangat
berpengaruh untuk kehidupan masyarakat Desa Ciwaruga, perlu di atasi dan perlu
ditindak lanjuti guna mengurangi dampak-dampak yang sudah terjadi dan
meminimalisir permasalahan-permasalahan yang mungkin akan timbul.
Kata Kunci : Pertokoan, Survey, Permukiman.

iii
ABSTRACT

Settlements are one of the basic human needs (primary needs) that must be
fulfilled so that people can prosper and live according to their humanity. Settlements
are actually the needs of individuals (individuals) but can develop into a shared need if
humans have a family and have a community. One of the supporting factors for
settlements is the existence of easily available needs, one of which is the existence of
trade. The problems that usually arise in the trading area are the irregular patterns of
settlements that follow the flow of trade, so that there needs to be a restructuring that
is supported by the government in order to create a comfortable and orderly settlement.
The pattern of shops in Ciwaruga Village is very important for settlement patterns in
the area. Because of the imbalance between the pattern of shops and the pattern of
settlements in Ciwaruga Village. Therefore there are still many settlements that focus
on following the pattern of shops so that there is still a lot of land that is not fully
occupied.
The method used is the survey method to obtain primary data using an approach
through interviews and questionnaire distribution. The target is intended for the
Ciwaruga Village community. The parameter used is the influence of the location of
shops on settlement patterns. Identification of the distribution of the influence of green
open space is done by field surveys which are then examined to obtain data on the
distribution of the influence of the location of shops on settlement patterns.
The results of the study were obtained from the community which showed that
the location of shops adjacent to settlements was very influential for the life of the
Ciwaruga Village community, needed to be addressed and needed to be followed up to
reduce the impacts that had occurred and minimize problems that might arise.
Keywords: Shops, Survey, Settlements.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
PRAKATA ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Postulat dan Hipotesis 2
1.4.1 Postulat 3
1.4.2 Hipotesis 3
1.5 Ruang Lingkup Kajian 4
1.6 Cara Mengumpulkan Data 4
1.6.1 Metode 4
1.6.2 Teknik Pengumpulan data 4
1.6.3 Sumber Data 5
1.7 Sistematika Penyajian Karya Tulis Ilmiah 6
BAB II LANDASAN TEORI 7
2.1 Pengertian Perdagangan 7
2.2 Pengertian Pola Permukiman 7
2.2.1 Macam Macam Pola Permukiman 8
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Permukiman 11
2.3 Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan
permukiman 12
2.4 Undang - Undang RI No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 14
2.5 Kajian Islam 15

v
BAB III PENGARUH POLA PERTOKOAN TERHADAP POLA PERMUKIMAN
DI DESA CIWARUGA 16
3.1 Fenomena 16
3.2 Data 17
3.3 Analisis Data 19
3.3.1 Data Analisis Pengaruh Pola Pertokoan terhadap Permukiman di Desa
Ciwaruga 19
3.4 Kajian Islam 21
3.4.1 Konsep Perencanaan Tata Ruang Di Dalam Islam 21
BAB IV KESIMPULAN 25
4.1 Kesimpulan 25
4.2 Saran 26
SINOPSIS
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Ilustrasi Pola Permukiman Linear .......................................................... 10


Gambar 2. 2 Ilustrasi Pola Permukiman Memusat ..................................................... 10
Gambar 2. 3 Ilustrasi Pola Permukiman Menyebar .................................................... 11

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Data Pertanyaan Kuisioner 17


Tabel 3. 2 Data Frekuensi dan Presentase Jawaban Kuisioner 18
Tabel 3. 3 Data Kerugian yang Disebabkan Adanya Pertokoan sepanjang jalan
Ciwaruga 20

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan perdagangan adalah kawasan atau tempat yang kegiatannya
diperuntukan untuk jual beli barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Di Kawasan
perdagangan juga bisa kita lihat ada berbagai macam barang yang ditawarkan atau
dibeli oleh konsumen. Di kawasan perdagangan orang melakukan transaksi dengan
membayar secara tunai. Artinya, banyak konsumen atau pembeli datang ke kawasan
perdagangan untuk berbelanja dengan membawa uang tunai. Permasalahan yang
biasanya muncul dalam wilayah perdagangan adalah tidak teraturnya pola pemukiman
yang mengikuti alur perdagangan, sehingga perlu adanya penataan ulang yang di
dukung oleh pemerintah supaya terciptanya pemukiman yang nyaman dan teratur.
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia (kebutuhan
primer) yang harus terpenuhi agar manusia dapat sejahtera dan hidup layak sesuai
dengan derajat kemanusiaannya. Permukiman sebenarnya merupakan kebutuhan
perorangan (individu) namun dapat berkembang menjadi kebutuhan bersama jika
manusia berkeluarga dan bermasyarakat. Selain sebagai makhluk individu manusia
juga sebagai makhluk sosial maka manusia tidak hidup sendirisendiri akan tetapi hidup
bersama dan membentuk kelompok-kelompok, demikian pula halnya dengan rumah
tempat tinggalnya akan dibangun secara bersama-sama sehingga berkelompok atau
tersebar dalam suatu wilayah, dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang diperlukan
penghuninya, selanjutnya disebut dengan permukiman (settlement). Dalam dimensi
permukiman, secara harfiah pola permukiman dapat diartikan sebagai susunan (model)
tempat tinggal suatu daerah. Model dari pengertian- pengertian permukiman mencakup
didalamnya susunan dari pada persebaran permukiman. Pengertian pola permukiman
dan persebaran permukiman memiliki hubungan yang sangat erat.

1
2

Persebaran permukiman menekankan pada hal yang terdapat permukiman, dan


atau dimana tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah (Sumaatmadja, 1981
dalam Banowati 2006).
Pola pertokoan di Desa Ciwaruga sangatlah berperan penting bagi pola
permukiman di daerah tersebut. Karena penulis melihat adanya ketidak seimbangan
antara pola pertokoan dengan pola pemukiman yang ada di Desa Ciwaruga. Oleh
karena itu masih banyaknya permukiman yang memusat mengikuti pola pertokoan
sehingga masih banyak juga lahan yang tidak terisi secara maksimal.
Ciwaruga adalah desa di kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat,
Jawa Barat, Indonesia.Di desa Ciwaruga ada kampung yang bernama Cianting,
Ciwaruga, Dipalaya, Ivoga, Ivopar, lembur Sawah, Cicarita, Parigilame, dan Cibadak.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam penulisan makalah ini tentulah kami memiliki beberapa perumusan
masalah guna meminimalisir keraguan atau pelebaran masalah. Perumusan masalah
ini, yakni sebagai berikut:
1. Apakah dampak yang diakibatkan oleh letak pertokoan terhadap pola pemukiman
memusat di Desa Ciwaruga?
2. Upaya apakah yang bisa di terapkan dalam menuntaskan permasalahan pola
permukiman di Desa Ciwaruga?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mengenai letak pertokoan di Desa Ciwaruga Kabupaten
Bandung Barat.
2. Untuk mengetahui mengenai pola pemukiman memanjang di Desa Ciwaruga
Kabupaten Bandung Barat.
1.4 Postulat dan Hipotesis
Penulis telah menentukan postulat dan hipotesis sebagai dasar dari penelitian
ini. Berikut postulat dan hipotesis penulis :
3

1.4.1 Postulat
Lingkungan menjadi satu dengan perumahan, dengan adanya pembangunan
perumahan tentunya lingkungan yang hijau yang masih alami akan sedikit demi sedikit
mulai terkikis. Sesuai dengan fiman Allah SWT surat al-A‟raf ayat 56;

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)


memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-
orang yang berbuat baik.
Ini membuktikan bahwasanya Allah telah melarang hambanya agar tidak seenaknya
sendiri dalam pengelolaan lingkungan ataupun dalam penggunaan lingkungan, karena
Allah SWT juga berfirman bahwa kerusakan alam yang terjadi semuanya dilakukan
oleh manusia.

1.4.2 Hipotesis
Berdasarkan ayat diatas penulis dapat menyimpulkan, bahwasannya Allah
SWT telah menciptakan segala sesuatunya dengan baik, dan allah juga melarang
hambanya agar tidak sewenang-wenangnya dalam mengelola SDA di muka bumi,
karena rahmat Allah sesungguhnya dekat dengan orang yang berbuat baik.
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang bersifat dugaan (Conjectural) tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih (Kerlinger, 2008:32). Hipotesis merupakan
peryataaan tentatif sebagai dugaan mengenai apa saja objek yang sedang diamati dalam
usaha untuk memahami serta mencari kebenaran.
Vardiansyah (2007:22) Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara
terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan
kebenarannya. Dalam perumusan hipotesis terdapat dua macam jenis variabel yaitu:
4

1. Hipotesis kerja atau alternatif (Ha). Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan
antara Variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
2. Hipotesis nol (Ho). Hipotesis nol meyatakan tidak ada perbedaan antara dua
variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap Y.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Hipotesis nol (Ho): letak pertokoan terhadap pola permukiman memusat di Desa
Ciwaruga tidak membawa pengaruh yang berarti dan tidak ada dampak yang di
timbulkan karenanya.
2. Hipotesis kerja atau alternative (Ha): letak pertokoan terhadap pola permukiman
memusat di Desa Ciwaruga sangat membawa pengaruh yang berarti dan banyak
dampak yang di timbulkan karenanya.
1.5 Ruang Lingkup Kajian
Untuk mempermudah proses pengerjaan makalah ini, dan agar lebih terarah serta
berjalan dengan baik, maka perlu dibuatnya batasan – batasan masalah. Adapun ruang
lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya:
1. Penulis membahas mengenai dampak yang ditimbulkan oleh pola pertokoan
terhadap pola pemukiman di Desa Ciwaruga.
2. Penulis membahas mengenai solusi yang tepat bagi masalah pola pemukiman di
Desa Ciwaruga.
1.6 Cara Mengumpulkan Data
Metode pengumpulan data yang penulis pakai adalah sebagai berikut:
1.6.1 Metode Deskriptif
Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau
gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang
mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan langkah pengkajian dan
evaluasi.
1.6.2 Teknik Pengumpulan data
1. Wawancara
5

Suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari
sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil/sedikit
2. Observasi
Pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.
Secara langsung dengan terlibat ke lapangan dengan melibatkan seluruh pancaindera.
Sedangkan tidak langsung dengan dibantu mediavisual/audiovisual.
Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Teknik observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
3. Kuisioner
Pengumpulan dara secara kuisioner atau angket, merupakan seangkaian
berisikan daftar pertanyaan secara tertulis ditunjukan kepada reponden mengenai
masalah-masalah tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan tanggapan dari
responden Kuesioner yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah angket yang
bersifat tertutup, karena jawaban yang harus dipilih sudah tersedia.
1.6.3 Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari objek yang diteliti dan diperoleh
langsung dari sumbernya. Data primer diperoleh dari wawancara dan penyebaran
kuesioner kepada masyarakat di Desa Ciwaruga. Kuesioner yang berisi tentang
pertanyaan-pertanyaan mengenai pola permukiman di Desa Ciwaruga
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dan dengan
media perantara. Data sekunder digunakan sebagai pendukung data primer. Penelitian
ini merupakan penelitian yang menggunakan jenis penelitian dengan pendekatan
metode kualitatif.
6

3. Penelitian Deskriptif
Penelitian dengan metode kualitatif ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif, karena merupakan penelitian yang menganalis masalah dalam
penelitiannya. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan
fakta-fakta dan masalah yang ada di tempat penelitian yang kemudian
diinterprestasikan dengan rasional sehingga dapat ditarik kesimpulan nantinya.
1.7 Sistematika Penyajian Karya Tulis Ilmiah
Berikut ini akan diuraikan mengenai sistematika penyajian Karya Tulis Ilmiah
ini. Bab I pendahuluan, bab ini membahas mengenai Latar Belakang, Identifikasi
Masalah, Ruang Lingkup, serta Sistematika Penyajian Karya Tulis Ilmiah (KTI). Bab
II landasan teori, bab ini membahas mengenai pengertian perdagangan, pengertian pola
permukiman, dan Undang - Undang RI. Bab III analisis dan pembahasan, bab ini
membahas mengenai letak geografis, identifikasi data, dan pembahasan mengenai Pola
Pemukiman di Desa Ciwaruga. Bab IV kesimpulan, bab ini membahas mengenai
kesimpulan dari analisis dan pembahasan untuk menciptakan Permukiman yang
nyaman dan Teratur.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Perdagangan


Perdagangan atau perniagaan pada umumnya ialah pekerjaan membeli barang
dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu ditempat lain atau pada
waktu yang berikut dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.
Perdagangan merupakan proses tukar menukar barang dan jasa dari suatu
wilayah dengan wilayah lainnya. kegiatan sosial ini muncul karena adanya perbedaan
kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki.(Bambang Utoyo.
Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara para produsen
dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin peredaran,
penyebaran, dan pemyediaan barang melalui mekanisme pasar.(Marwati Djoenoed)
Perdagangan merupakan kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan kegiatan
menjual atau membeli barang. Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan memperoleh
laba.(NTR).
Maka dapat penulis simpulkan bahwasannya perdagangan yaitu suatu kegiatan
yang dimana terdapat konseumen dan produsen, dan terjadi proses jual beli yang
didasarkan untuk mendapatkan suatu keuntungan atau laba.
2.2 Pengertian Pola Permukiman
Permukiman adalah suatu tempat dimana penduduk atau masyarakat bertempat
tinggal dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari–hari, dimana tempat tinggal tersebut
terkonsentrasi sehingga membentuk sebuah pola pemukiman. Sedangkan pola
pemukiman penduduk adalah bentuk dari persebaran tempat tinggal atau
bermukimnya penduduk yang dipengaruhi oleh faktor-faktor geografis.

7
8

Menurut Alvin L. Bertrand, berdasarkan pemusatan masyarakatnya, pola


pemukiman penduduk desa dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Nucleated village, yaitu penduduk desa hidup bergerombol membentuk suatu


kelompok yang disebut dengan nucleus.
2. Line village, yaitu pemukiman penduduk yang menyusun tempat tinggalnya
mengikuti jalur sungai atau jalur jalan dan membentuk deretan perumahan.
3. Open country village, yaitu di mana penduduk desa memilih atau membangun
tempat-tempat kediamannya tersebar di suatu daerah pertanian, sehingga
dimungkinkan adanya hubungan dagang, karena adanya perbedaan produksi dan
kebutuhan. Pola ini disebut juga trade centre community.
Sedangkan menurut Bintarto, terdapat enam pola pemukiman penduduk desa,
yaitu:
1. Memanjang jalan. Di daerah plain (datar) susunan desanya mengikuti jalur-jalur
jalan dan sungai. Contoh desa ini dapat dilihat di daerah Bantul-Yogyakarta, dan
merupakan Line Village atau pola desa yang memanjang.
2. Memanjang sungai.
3. Radial. Pola desa ini berbentuk radial terhadap gunung dan memanjang sepanjang
sungai di lereng gunung.
4. Tersebar, pola desa di daerah karst gunung adalah tersebar atau scattered,
merupakan nukleus yang berdiri sendiri.
5. Memanjang pantai. Di daerah pantai susunan desa nelayan berbentuk memanjang
sepanjang pantai. Contoh ini terdapat di daerah Rengasdengklok Jawa Barat dan di
daerah Tegal.
6. Memanjang pantai dan sejajar dengan kereta api.
2.2.1 Macam Macam Pola Permukiman
Secara umum, pola pemukiman penduduk terbagi menjadi tiga, yakni :
9

1. Pola Pemukiman Memanjang (linear)


Pola pemukiman ini memeiliki ciri – ciri yakni deret memanjang mengikuti
suatu jalur seperti jalan, sungai, rel kereta api, atau pantai.
a. Mengikuti jalan Pola pemukiman ini memanjang sepanjang kanan kiri jalan.
Umumnya memiliki morfologi datar dan atau landai, sehingga memudahkan
pembangunan jalan. gambar 2 pola pemukiman penduduk mengikuti jalan.
b. Mengikuti alur sungai Pola pemukiman ini memanjang sepanjang kanan kiri badan
sungai. Umumnya orang – orang memilih tinggal disini karena memanfaatkan
sungai sebagai alat pemenuhan kebutuhan mereka sehari – hari.
c. Mengikuti rel kereta api Pada daerah ini pemukiman berada di sebelah kanan kiri
rel kereta api. Umumnya pola pemukiman seperti ini banyak terdapat di daerah
perkotaan terutama di DKI Jakarta, Bandung dan atau daerah padat penduduknya
yang dilalui rel kereta api.
d. Mengikuti sepanjang pantai Pola pemukiman ini terjadi dikarenakan umumya
penduduk bermatapencaharian sebagai nelayan. Sehingga orientasi mereka adalah
pergi melaut atau budidaya perikanan. Selain itu pula pariwisata yang berkembang
di daerah pantai juga ikut mempengaruhi pola pemukiman sehingga banyak
dibangunnya resort, hotel, dan lain sebagainya.
10

Gambar 2. 1 Ilustrasi Pola Permukiman Linear


2. Pola Pemukiman Memusat
Pada umumnya pemukiman memusat ini cenderung dikarenakan mencari
sumber air seperti mata air, dan danau atau terdapat pusat pertambangan. Pemukiman
ini biasanya mencari daerah yang landai atau datar di dataran tinggi atau pegunungan
yang berelief curam dan terisolir.

Gambar 2. 2 Ilustrasi Pola Permukiman Memusat


3. Pola Pemukiman Menyebar
Pola pemukiman ini umumnya juga berada di daerah dataran tinggi atau
pengunungan, dan tersebar untuk mencari daerah yang tidak terjal. Tidak hanya di
11

daerah dataran tinggi atau pegunungan namun di daerah kapur yang notabene sulit air,
pasti akan mencari tempat dengan kondisi air yang memadai.

Gambar 2. 3 Ilustrasi Pola Permukiman Menyebar

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Permukiman


Seperti yang telah dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pola
pemukiman penduduk adalah berupa faktor geografis dari pemukiman tersebut, dimana
secara umum faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sumber daya air Air adalah penunjang kehidupan yang paling utama untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sehingga, orang – orang pasti lebih memilih
untuk bermukim di daerah yang terdapat banyak sumber daya air seperti mata air,
sungai, danau dan atau pun laut dibandingkan daerah yang sulit sumber daya air.
2. Relief adalah tinggi rendahnya bentuk permukaan bumi. Mengapa relief
mempengaruhi pola pemukiman penduduk? Dikarenakan hal ini mempengaruhi
keinginan penduduk untuk bermukim. Semakin tinggi suatu daerah, semakin curam
lereng, dataran tinggi atau daerah pegunungan biasanya semakin sedikit orang –
orang yang akan bermukim disana, dikarenakan sulit air, susahnya aksesibilitas
baik transportasi dan jaringan listrik dsb. Orang – orang lebih cenderung tinggal di
daerah dataran rendah, karena cenderung relatif aman, morfologinya datar
dibandingkan di daerah yang memiliki lereng curam.
3. Keadaan iklim Suhu udara, curah hujan, intensitas penyinaran matahari,
kelembaban dsb di setiap daerah akan berbeda – beda. Bersamaan dengan faktor
relief, hal ini juga akan mempengaruhi tingkat kesuburan tanah dan kondisi alam
daerah tersebut.
12

4. Keadaan ekonomi Keadaan ekonomi berhubungan dengan berbagai fasilitas, sarana


dan prasarana yang tersedia, aksesibilitas, jaringan listrik, dsb. Sehingga, semakin
baik keadaan ekonomi suatu daerah cenderung semakin banyak orang – orang yang
ingin bermukim di daerah tersebut. Karena ini berhubungan dengan kemudahan
dalam pemenuhan kebutuhan hidup.
5. Kultur penduduk Menurut Ari Sudewa (2010) Pola permukiman penduduk sangat
bergantung pada kemajuan dan kebutuhan penduduk itu sendiri. Jika penduduk itu
masih tradisional, pola permukimannya akan cenderung terisolir dari permukiman
lain. Permukiman di daerah tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang masih
anggota suku atau yang masih berhubungan darah. Contohnya adalah suku Baduy
dalam yang terisolir dan belum dipengaruhi oleh budaya luar dan teguh dalam
memegang tradisinya, berbeda dengan suku Baduy luar yang sudah mulai berbaur
dengan masyarakat sekitar “non Baduy” dan sudah mulai mengenal teknologi
seperti televisi dan telepon genggam.

2.3 Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan


permukiman

1. Pasal 4 tentang asas dan tujuan


Penataan perumahan dan permukiman bertujuan Untuk:

a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat
b. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, dan teratur;
c. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional
d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial , budaya, dan bidang-bidang
lain.
13

2. Pasal 18 tentang permukiman


a. Pemenuhan kebutuhan permukiman diwujudkan melalui pembangunan
kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan
terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap.
b. Pembangunan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) ditujukan untuk:
1. M e n c i p t a k a n k a w a s a n p e r m u k i m a n y a n g t e r s u s u n a t a s s a t u a n -
satuan lingkungan permukiman;
2. M e n g i n t e g r a s i k a n s e c a r a t e r p a d u d a n m e n i n g k a t k a n k u a l i t a s
l i n g k u n g a n p e r u m a h a n ya n g t e l a h ada di dalam atau di sekitarnya.
3. Satuan-satuan lingkungan permukiman satu dengan yang lain
saling dihubungkan oleh jaringantransportasi sesuai dengan kebutuhan
dengan kawasan lain yang memberikan berbagai pelayanan dankesempatan kerja.
4. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2),ayat (3) dilaksanakan sesuaidengan rencana tata ruang wilayah
perkotaan dan rencana tata ruang wilayah bukan perkotaan.

3. Pasal 29 tentang peran serta masyarakat


Penataan perumahan dan permukiman bertujuan Untuk:

a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat
b. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, dan teratur;
c. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional
d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial , budaya, dan bidang-bidang
lain.
14

2.4 Undang - Undang RI No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
1. Dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan
penataan ruang.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tindakan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
4. Pengawasan Pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat. Peran masyarakat
sebagaimana dimaksud:
Dapat dilakukan dengan menyampaikan laporan dan/atau pengaduan kepada
Pemerintah dan pemerintah daerah.
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan
c. Ruang dari pejabat yang berwenang;
d. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
e. Persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
f. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
g. Ketentuan peraturan perundang-undangan
h. Dinyatakan sebagai milik umum.
5. Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan
peran masyarakat.
6. Peran masyarakat dalam penataan ruang antara lain, melalui:
a. Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
15

2.5 Kajian Islam


Studi Islam adalah setiap studi yang berhubungan dengan Islam, termasuk
Fikih, Ilmu Kalam, dan pemahaman-pemahaman lainnya seperti Sekularisme di barat,
Ilmu-ilmu Islam, dan Ekonomi Islam. Istilah Studi Islam lebih diartikan seperti sebuah
universitas, yang terdapat di dalamnya studi akademik yang telah disurvei dan dipilih
sesuai dengan pengetahuan islam, serta studi ini telah ditawarkan ke banyak
universitas-universitas di dunia dalam program studi islam.
BAB III
PENGARUH LETAK PERTOKOAN TERHADAP POLA
PERMUKIMAN DI DESA CIWARUGA

3.1 Fenomena
Permukiman merupakan kumpulan tempat tinggal manusia di suatu kawasan
tertentu. Manusia biasa membangun perumahan-perumahan yang berdekatan satu sama
lain, karena pola interaksi manusia sebagai makhluk sosial, permukiman yang
dibangun oleh penduduk di suatu kawasan akan sangat tergantung kepada kondisi
lingkungan di kawasan tersebut. Oleh karena itu, pola-pola permukiman di setiap
wilayah memiliki ciri tersendiri.
Di Desa Ciwaruga memiliki pola pemukiman memusat mengikuti pola
pertokoan, dimana pada pola ini merupakan bentuk yang memiliki kenampakan yang
cenderung memusat atau bertemu pada satu titik. Faktor yang memengaruhi pola
keruangan cenderung memusat tersebut diantaranya ketersediaan sumberdaya air dan
kondisi tanah yang relatif subur. Pola keruangan desa yang memusat paling banyak
terdapat di daerah dataran rendah. Dampak lain dari pola desa yang memusat adalah
pola kekerabatan masyarakatnya yang sangat tinggi karena jarak antar rumah yang
dekat sehingga interaksi antar individu menjadi lebih intens. Pola pemukiman seperti
ini banyak terdapat di dataran rendah yang morfologinya landai sehingga
memudahkan pembangunan jalan-jalan di pemukiman. Namun pola ini
sebenarnya terbentuk secara alami untuk mendekati Kawasan perdagangan.
Adapun pertokoan yang tidak tersebar dengan baik di Desa Ciwaruga menjadi
pemicu timbulnya permasalahan sosial, serta lingkungan. Setelah melakukan
pengumpulan data dengan menggunakan metode deskriptif, permasalahan yang terjadi
di lapangan bukanlah masalah yang mudah untuk di selesaikan. Pasalnya, pola
permukiman yang memusat dan struktur jalan yang cukup sempit menyebabkan
berbagai dampak seperti, terbentuknya kawasan pertokoan menyebabkan kemacetan
yang berarti pada jam-jam tertentu

16
17

Membuat masyarakat di sekitar menjadi terhambat dikarenakan kemacetan


yang ada di jalan Ciwaruga, serta membuat daerah sekitar permukiman dan pertokoan
menjadi kotor dan kumuh, banyak masyarakat sekitar yang melewati daerah ini
mengeluhkan permasalahan tersebut.
Disisi lain dari permasalahan kemacetan dan lingkungan yang kurang terjaga
kebersihannya, pola pemukiman memanjang di sepanjang jalan ini membawa banyak
keuntungan bagi masyarakat di Desa Ciwaruga, dengan akses jalan yang mudah akan
meningkatkan mobilitas konsumen untuk melakukan transaksi jual beli di pertokoan
dan meningkatkan perekonomian masyarakat serta masyarakat dapat memenuhi
kebutuhannya secara mudah dengan tersebarnya pertokoan disepanjang jalan
Ciwaruga.
Maka dari itu perlu adanya penataan letak pertokoan agar pola permukiman
dapat berkembang secara seimbang dan tertata dengan baik, guna mengurangi adanya
permasalahan yang telah di uraikan di atas.
3.2 Data
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 72 orang masyarakat di sekitar Desa
Ciwaruga yang telah mengisi lembar kuisioner dan dilaksanakan selama 16 hari
dimulai dari tanggal 10 Desember – 26 Desember 2018, dapat memperoleh data yang
akan dipaparkan di bawah ini. Yang akan dimulai dari beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
Tabel 3. 1 Data Pertanyaan Kuisioner
NO. PENGARUH POLA PERTOKAN TERHADAP POLA
PERMUKIMAN DI DESA CIWARUGA
1. Seberapa sering masyarakat ke daerah pertokoan yang berada di Ciwaruga
2. Adakah keuntungan dengan adanya pertokoan di daerah Ciwaruga
3. Adakah kerugian dengan adanya pertokoan di daerah Ciwaruga
4. Apakah yang menjadi kerugian adanya pertokoan
5. Seberapa banyak penghuni desa yang membuka pertokoan
6. Seberapa padat permukiman di Desa Ciwaruga
7. Pengaruh letak pertokoan terhadap pola permukiman
18

8. Membandingkan pola pertokoan yang memusat atau menyebar


9. Dampak dari kegiatan yang berada di Desa Ciwaruga
10. Solusi yang dapat dilakukan dari segala kegiatan yang terjadi di Desa
Ciwaruga
Sumber: kuisioner

Pertanyaan yang telah di ajukan di atas menghasilkan jawaban yang beragam


dan skor yang berbeda di setiap pertanyaannya. Selain itu jumlah responden untuk
setiap preferensi jawaban akan memperlihatkan kecenderungan atas setiap pertanyaan
yang di ajukan.

Tabel 3. 2 Data Frekuensi dan Presentase Jawaban Kuisioner


KARAKTERISTIK RESPONDEN FREKUENSI PRESENTASE
(%)
Seberapa sering masyarakat
Ya 22 69.4
ke daerah pertokoan yang
berada di Ciwaruga Tidak 50 30.6

Adakah keuntungan dengan Ya 60 83.3


adanya pertokoan di daerah
Ciwaruga Tidak 12 16.7

Adakah kerugian dengan


Ya 15 20.8
adanya pertokoan di daerah
Ciwaruga Tidak 57 79.2

Seberapa banyak penghuni Tidak Banyak 3 4.2


desa yang membuka
pertokoan Cukup Banyak 60 83.3

Sangat Banyak 9 12.5

Tidak Padat 6 8.3


19

Seberapa padat
Cukup Padat 57 79.2
permukiman di Desa
Ciwaruga Sangat Padat 9 12.5
Pengaruh letak pertokoan Sangat
20 27.8
terhadap pola permukiman berpengaruh

Berpengaruh 50 69.4

Tidak
2 2.8
berpengaruh
Membandingkan pola
Memusat 34 47.2
pertokoan yang memusat
atau menyebar Menyebar 38 52.8

Sumber: Kuisioner

3.3 Analisis Data


Analisis data selama peneliti dilapangan dilakukan dengan cara:
a. mempersempit fokus dan menetapkan tipe studi;
b. mengembangkan secara terus-menerus pertanyaan analitis;
c. merencanakan sesi pengumpulan data secara jelas;
d. menjaga konsistensi atas ide dan tema atau fokus penelitian;
e. membuat catatan sistematis mengenai hasil pengamatan dan penelaahan;
f. mempelajari referensi yang relevan selama di lapangan;
Dengan melakukan analisis yang telah dilaksanakan, penulis akan memaparkan
beberapa uraian. Proses penganalisisan data yang dimaksudkan adalah unttuk
mempermudah cara kerja peneliti, hal ini akan mempermudah dalam menggunakan
instrument penelitian.
3.3.1 Data Analisis Pengaruh Letak Pertokoan Terhadap Pola Permukiman di
Desa Ciwaruga
Data ini dibuat dengan tujuan agar mempermudah penulisi menganalisis adanya
pengaruh letak pertokoan yang berdampak terhadap pola permukiman di Desa
20

Ciwaruga. Dalam data ini dapat diketahui bahwa sebanyak 72 responden telah
memberikan tanggapannya terhadap kuisioner yang diberikan oleh penulis. Berikut
uraiannya.
Tabel 3. 3 Data Kerugian yang Disebabkan Adanya Pertokoan sepanjang jalan Ciwaruga
NO YANG MENJADI
PERSENTASE
KERUGIAN ADANYA FREKUENSI
(%)
PERTOKOAN

1. Kemacetan 45 62

Lahan untuk pejalan kaki dan


2. 5 7
jalan raya menjadi lebih sempit
Lingkungan menjadi kotor dan
3. 10 14
kumuh

4. Tidak ada kerugian 12 17

Sumber: Kuisioner
Pada table di atas merupakan tanggapan dari 72 responden yang telah penulis
analisis di lapangan. Dari 72 responden, 45 orang menjawab yang menjadi kerugian
adanya pertokoan yang tersebar di sepanjang jalan Ciwaruga adalah kemacetan tercatat
sebanyak 62%, pada saat pengambilan data para responden mengeluhkan kemacetan
yang cukup berarti di jam-jam tertentu pada daerah ini menyebabkan terhambatnya
aktivitas masyarakat sekitar, salah satunya dikarenkan pertokoan yang tidak memiliki
lahan yang cukup untuk parkir para konsumennya sehingga konsumen yang dating ke
pertokoan parker di bahu jalan. Sebanyak 10 orang memberikan tanggapan mengenai
lingkungan yang menjadi kotor dan terlihat kumuh, kurangnya kebersihan membuat
lingkungan yang mulanya bersih menjadi kotor dan tidak terawat, pada permasalahan
kotornya lingkungan tercatat sebanyak 14%.
Selanjutnya sebanyak 5 orang yang menunjukan presentase sebesar 7%
menanggapi tentang lahan untuk para pejalan kaki juga jalan raya menjadi sempit,
dikarenakan berbagai factor yaitu; persebaran penduduk yang kurang merata, pola
permukiman yang berdekatan dengan pertokoan merupakan penyebab sempitnya lahan
21

bagi pejalan kaki dan jalan raya, penataannya kurang teratur sehingga dengan pola
permukiman dan pertokoan yang berdekatan menimbulkan permasalahan seperti
kemacetan, kemacetan yang terjadi karena lahan untuk pengendara roda empat maupun
roda dua menjadi lebih sempit karena kendaraan yang parkir di bahu jalan.
Disisi lain sebanyak 12 orang dengan persentase 17% menanggapi bahwa tidak
ada kerugian yang berarti karena responden bukan masyarakat ataupun orang yang
sering melewati jalan Ciwaruga. Solusi yang dapat kita ambil tidak lain hanya penataan
kembali wilayah tersebut, mengkaji kembali apakah pembuatan pola permukiman yang
memusat dan beriringan dengan banyaknya pertokoan merupakan hal yang benar
dilakukan atau sebaliknya.
Maka dari itu, langkah yang sangat tepat untuk mengatasi permasalahan yang
telah terjadi di Desa Ciwaruga, dengan cara penataan kembali pertokoan dan
permukiman yang ada sehingga menghindari dampak-dampak yang telah di paparkan
sebelumnya dan menciptakan lahan serta kawasan yang nyaman.
3.4 Kajian Islam

3.4.1 Konsep Perencanaan Tata Ruang Di Dalam Islam

“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum
kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,
agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami
memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang
ternak dan manusia yang banyak.” (Q.S. Al-Furqan: 48-49)
22

Dari penjelasan ayat di atas bahwasannya manusia haruslah selalu mensyukuri


atas nikmat yang telah allah swt berikan kepada kita sebagai umat manusia yang berada
pada zaman sekarang ini. Tentunya nikmat dan karunia yang telah allah swt berikan
harus kita rawat dan kia lestarikan agar kelak nanti anak cucu kita masih bias
menikmati atas segala sesuatu yang telah allah berikan di muka bumi ini. Perencanaan
pembangunan dan perkembangan tata ruang di masyarakat haruslah tidak merugikan
banyak pihak, berharap pembangunan dan perkembangan kota menuju perkembangan
yang lebih bermanfaat dan memperhatikan tata ruang dan letaknya.
Terkadang kebijakan pembangnan tata ruang yang tidak didasari hati nurani
dan tidak berpedoman pada ajaran islam yang pada masa mendatang dapat merugikan
banyak pihak dan menimbulkan suatu permasalahan yang lebih besar lagi, sekarang in
banyak kasus-kasus Tata Ruang kota yang perencanaannya tidak berpedoman pada
nilai-nilai islam, yang pada akhirnya terjadi kerusakan dan bencana yang akan
memperparah lingkungan.
Konsep perencanaan tata ruang didalam islam sudah lama terkonsep dengan
baik terbukti dengan adannya bangunan-bangunan bernuansa islam misalnya di Mjene
sendiri merupakan tempat yang didalamnya terdapat situs masjid tua di lingkungan
Salabose Kelurahan Banggae Kecamatan Banggae dan di Negara luar misalnya di
Iskandariah, Madinah, Andalusia (Spanyol), Basrah, Kufah, Baitul Maqdis, Baitul
Laham (Bethelem), Darussalam(Yerussalem),dan lainnya. Artinya hasil karya islam
telah menjadi sejarah dunia.
Sehingga kita sebagai generasi penerus senantiasa untuk tetap berpegang teguh
kepada ajaran islam, yang tentunya dalam konteks penataan ruang itu tersendiri.
Selama ini masih banyak kita temui penataan ruang dalam rangka mempercantik
estetika ruang dengan menggunakan patung-patung, padahal dalam ajaran islam
pembuatan patuh telah dilarang oleh Allah, terdapat pada Hadist Rosullullah:
“Barang siapa membuat patung maka sesungguhnya Allah akan menyiksanya
sehingga ia memberi nyawa pada patung untuk selama-lamannya” (H.R. Al Bukhari)
Pembangunan tata ruang juga baiknya memperhatikan akan kondisi social
masyarakat, kelestarian alam, dan aturan-aturan yang berlaku. Sebagai contoh:
23

Pembangunan tata ruang yang telah melanggar aturan islam misalnya alih fungsi lahan,
serta pembangunan kota yang keluar dari nilai-nilai islam. Misalnya, merebaknya
gemerlapan kehidupan kota yang tidak islami dengan adanya beberapa tempat
lokalisasi dengan fasilitas-fasilitas seperti itu suasana kota semakin buram, runyam
karena telah keluar jajuuh dari tatanan nilai-nilai islam.
Disini penataan tempat pertokoan dan permukiman di Desa Ciwaruga
merupakan suatu permasalahan yang serupa dengan fenomena yang telah dipaparkan
di atas, pembangunan di Desa Ciwaruga sebaiknya dikaji ulang agar sesuai dengan
aturan-aturan islam yang berlaku demi memperindah dan mempernyaman lokasi.
Banyaknya permasalahan-permasalahan yang terjadi merupakan teguran perlunya
dikaji ulang lokasi tersebut. Ditambah lagi mobilitas masyarakat yang tidak sedikit dan
memerlukan lahan yang banyak untuk melakukan segala aktivitas menjadi terhambat
ini merupakan permasalahan yang sangat merugikan untuk masyarakat sekitar.
Telah tertulis dalam Al-Quran pada surat Al-A’raf:56

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi sesudah(Allah)


memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat allah sangat dekat kepada oeang-
orang yang berbuat baik.” (Q.S Al-A’raf:56).
Dari kutipan ayat diatas sudah Allah peringatkan bahwa kita hendaklah tidak
merusak segala yang telah Allah ci[takan di muka bumi ini. Namun pada kenyataannya
yang terjadi di Negara Indonesia selama ini masyaraktnya banyak merusak lingkungan.
Sehingga permasalahan tata ruang kota yang menjadi semakin komplek.
Desa Ciwaruga merupakan salah satu bentuk kerusakan yang terjadi, lahan
yang seharusnya di tata dengan baik tetapi karena salahnya tempat penataan
menyebabkan berbagai kerusakan, kerugian, dan dampak-dampak negatif yang
merusak lingkungan. Seperti tempat pertokoan yang menjadi terlihat kotor dan kumuh
24

dikarenakan kurang terjaganya kebersihan, bukankah ini merupakan salah satu bentuk
kerusakan yang terjadi.
Selama ini kita dapat melihat dengan jelas bencana yang terjadi merupakan
bentuk teguran dan peringatan dari Allah SWT kepada manusia untuk senantiasa
menjaga lingkungannya jangan sampai karena sumber daya yang berada di Negara kita
ini melimpah menjadi alasan untuk dieksploitasi secara besar-besaran dan
menyalahgunakannya.
Kita sebagai umat islam hendaknya menjadi pelopor dalam menjaga
kelestarian, kebersihan, dan keserasian di lingkungan, sebab dalam berbagai ayat Al-
Qur’an telah melarang umat islam untuk merusak ekosistemnya atau lingkungan
hidupnya. Jika hal ini di langgar, kita bukan hanya melakukan dosa besar, tetapi kita
juga menyengsarakan masyarakat banyak (public) yang harus menanggung akibat dari
keserakahan orang-orang tidak bertanggung jawab.
Bukan lagi saatnya menyalahkan siapapun tetapi saat ini kita hanya perlu
membenahi diri untuk senantiasa mengaharap ridho kepada Allah SWT, selalu
bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikannya secara bebas dan tidak terbatas
ini baiknya kita selalu bersyukur dan menggunakannya dengan bijak. Jangan
melanggar aturan-aturan dalam syariat islam, mengetahui posisi kita ada dimana
sehingga kita tidak akan salah dalam melangah dan berindak.
Dalam ajaran islam siapa yang mengerjakan kebaikan maka kelak hidupnya
akan bermanfaat tetapi apabila siapa yang curang, culas, serakah maka kelak akan
mendapatkan balasan dari allah SWT. Balasan yang sifatnya kecil hingga balasan yang
manusia tidak bisa memperhitungkannya, kerusakan material dan kematian yang
dahsyat, jika secara hukum tidak bisa membuat mereka jera(mengambil keputusan)
maka balasan dari Allah SWT lah yang akan membuat mereka jera.
Oleh karena itu ada baiknya kita memohon ridho dan ampunan kepada Allah
SWT karena sampai saat ini kita masih menyalah gunakan segala sumber daya yang
ada dan mengelolanya dengan kurang baik yang mana telah disampakan ini merupakan
salah satu dosa besar. Menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk masa depan dan
generasi yang akan datang.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Pada bagian akhir penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis akan memaparkan
beberapa kesimpulan yang dapat di ambil dan saran yang didasarkan pada temuan hasil
penelitian. Secara umum penulis menyimpulkan bahwa letak pertokoan terhadap pola
pemukiman memanjang di Desa Ciwaruga membawa pengaruh kuat dan dampak-
dampak yang besar bagi lingkungan dan masyarakat disekitarnya perlu dikaji ulang.
Oleh karena itu, Ho: “letak pertokoan terhadap pola permukiman memusat di
Desa Ciwaruga tidak membawa pengaruh yang berarti dan tidak ada dampak yang di
timbulkan karenanya.” Tidak terbukti. Jadi kesimpulan Ha: “letak pertokoan terhadap
pola permukiman memusat di Desa Ciwaruga sangat membawa pengaruh yang berarti
dan banyak dampak yang di timbulkan karenanya.” Dan upaya perbaikannya adalah
dengan pengkajian ulang dan menata kembali wilayah tersebut. Secara lebih khusus
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Letak pertokoan yang berdekatan dengan permukiman warga membawa banyak
pengaruh baik maupun pengaruh buruk yang sangat berarti, dimana pengaruh
baiknya mempermudah masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhannya dan
pendekatan antar masyarakatnya lebih intens, di sisi buruknya bukan hanya
masyarakat yang bermukin di Desa Ciwaruga, tetapi banyak masyarakat luar
daerah tersebut yang ketika melewati jalan Ciwaruga mengeluhkan kemacetan.
2. Sarana prasarana yang kurang memadai minimbulkan dampak-dampak kecil
maupun besar di lingkungan masyarakat sekitar dan luar masyarakat sekitar. Maka
perlu adanya pengkajian ulang dan penataan kembali mengenai pola permukiman
yang memanjang beriringan dengan pertokan.

25
26

3. Sarana yang kurang memadai seperti lahan untuk pejalan kaki dan kurang lebarnya
jalan raya selalu menjadi pemicu kemacetan yang berarti pada jam-jam tertentu. Di
tambah lagi kurangnya lahan hijau membuat permukiman yang berdekatan dengan
pertokoan menjadi kotor dan kumuh karena kurang terjaganya kebersihan.
4. Dari beberapa hasil kesimpulan diatas, dapat dikatakan bahwa letak pertokoan yang
berdekatan dengan permukiman merupakan hal yang sangat berpengaruh untuk
kehidupan masyarakat Desa Ciwaruga, perlu di atasi dan perlu ditindak lanjuti guna
mengurangi dampak-dampak yang sudah terjadi dan meminimalisir permasalahan-
permasalahan yang mungkin akan timbul.
4.2 Saran
1. Seharusnya Desa Ciwaruga harus lebih memperhatikan pembangunan agar
pembangunan bisa merata dan tidak merusak apa yang sudah ada.
2. Perlu adanya peninjauan oleh pemerintah agar desa ciwaruga tertata sesuai dengan
aturan untuk mencapai pola permukiman yang tertata dan merata, tanpa
mengesampingkan kondisi alam sekitar.
3. Penindaklanjutan pemerintah harus dilakukan secara bertahap agar terjadi
kesinambungan dalam penataan ruangnya, dan tidak salah dalam melakukan proses
perencanaan
SINOPSIS

Kawasan perdagangan adalah kawasan atau tempat yang kegiatannya

diperuntukan untuk jual beli barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Di Kawasan

perdagangan juga bisa kita lihat ada berbagai macam barang yang ditawarkan atau

dibeli oleh konsumen.

Permasalahan yang biasanya muncul dalam wilayah perdagangan adalah tidak

teraturnya pola pemukiman yang mengikuti alur perdagangan, sehingga perlu adanya

penataan ulang yang di dukung oleh pemerintah supaya terciptanya pemukiman yang

nyaman dan teratur. Biasanya pola permukiman akan mengikuti pola perdagangan

yang ada, mengapa demikian, karena mereka ingin tempat tinggal mereka dekat dengan

tempat berdagang agar mudah membeli apapun.

Maka dari itu banyaknya pola permukiman yang tidak tertata, dan tidak sesuai

dengan peraturan yang ada, mereka dengan seenaknya membangun permukiman tanpa

adanya pertimbangan yang lebih lanjut terhadap dampak yang dihasilkan dari apa yang

mereka perbuat.

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia (kebutuhan

primer) yang harus terpenuhi agar manusia dapat sejahtera dan hidup layak sesuai

dengan derajat kemanusiaannya. Permukiman sebenarnya merupakan kebutuhan

perorangan (individu) namun dapat berkembang menjadi kebutuhan bersama jika

manusia berkeluarga dan bermasyarakat. Selain sebagai makhluk individu manusia

juga sebagai makhluk sosial maka manusia tidak hidup sendirisendiri akan tetapi hidup

bersama dan membentuk kelompok-kelompok, demikian pula halnya dengan rumah


tempat tinggalnya akan dibangun secara bersama-sama sehingga berkelompok atau

tersebar dalam suatu wilayah, dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang diperlukan

penghuninya, selanjutnya disebut dengan permukiman (settlement).

Maka harus adanya penataan yang lebih lanjut di Desa Ciwaruga agar

terjadinya pemerataan pola permukiman yang didasarkan dengan kondisi lingkungan.

Dengan cara pembagian letak pertokoan agar tidak terjadi pemusatan lokasi, sehingga

pola permukiman akan mengikuti letak pertokoan tersebut.


SYNOPSIS

A trading area is a region or place whose activities are intended for the sale and

purchase of goods for daily living needs. In the trading area we can also see there are

various kinds of goods offered or purchased by consumers.

The problem that usually arises in the trading area is the irregularity of

settlement patterns that follow the flow of trade, so that there needs to be a restructuring

that is supported by the government in order to create a comfortable and orderly

settlement. Usually the pattern of settlements will follow the existing trading pattern,

why is that, because they want their residence to be close to the place of trade so that it

is easy to buy anything.

Therefore from the number of settlement patterns that are not organized, and

not in accordance with existing regulations, they arbitrarily build settlements without

any further consideration of the impact that they produce.

Settlements are one of the basic human needs (primary needs) that must be

fulfilled so that people can prosper and live according to their humanity. Settlements

are actually the needs of individuals (individuals) but can develop into a shared need if

humans have a family and have a community. Aside from being individual human

beings as well as social beings, humans do not live alone but live together and form

groups, as well as the house where they live will be built together so that groups or

scattered in an area, equipped with infrastructure and facilities what is needed by the

occupants, hereinafter referred to as settlement.


Then there must be a further arrangement in the Ciwaruga Village so that the

distribution of settlement patterns is based on environmental conditions. By way of

dividing the location of shops so that there is no concentration of locations, so that

settlement patterns will follow the location of the shops.


DAFTAR PUSTAKA

D,Hermawati. 2016. Pengertian Kawasan perdagangan

http://repository.unpas.ac.id/3358/4/08.BAB%20I.pdf (Diakses tanggal 26

November 2018 Pukul 17.00 WIB).

Gogon. 2014. Pengertian Pola permukiman

http://ipssmp123.blogspot.com/2014/03/pengertian-pola-pemukiman-

penduduk.html (Diakses tanggal 26 November 2018 Pukul 17.25 WIB)

Setiawan,Dony. 2017. Macam-macam Pola permukiman

http://www.donisetyawan.com/pola-pemukiman-penduduk/ (Diakses tanggal

26 November 2018 Pukul 17.30 WIB)

Anonim. 2016. Dalil mengenai pentaan ruang

http://renlitbang.banjarmasinkota.go.id/2016/06/al-qur-tentang-tata-ruang-

dan.html (Diakses tanggal 26 November 2018 Pukul 17.50 WIB)

Anonim. 2017. Undang-Undang Penataan Ruang

https://walhi.or.id/wp-content/uploads/2018/07/UU-No-26-2007-ttg-Tata-

Ruang.pdf (Diakses tanggal 26 November 2018 Pukul 18.00 WIB)

Anonim. 2012. Undang-Undang Penataan Ruang

https://www.slideshare.net/infosanitasi/uu01-2011-perumahan-

permukiman (Diakses tanggal 26 November 2018 Pukul 18.37 WIB)

Dibyo S dan Ruswanto. 2013. Persebaran Permukiman Desa dan Kota


http://www.ssbelajar.net/2013/08/persebaran-permukiman-desa-dan-
kota.html (Diakses tanggal 30 Desember 2018 Pukul 01:23 WIB)
Anonim. 2012. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
https://www.slideshare.net/infosanitasi/uu01-2011-perumahan-
permukiman (Diakses 29 Desember 2018 Pukul 08:22 WIB)
Dunia Pendidikan. 2011. Teknik Pengolahan Data deskriptif
http://cahayalaili.blogspot.com/2011/05/teknik-pengolahan-data
deskriptif.html (Diakses 29 Desember 2018 Pukul 07:56 WIB)
Irpal Gusnandi. 2009. Tata Kota Menurut Islam
http://www.academia.edu/10452492/Tata_Kota_Menurut_Islam_City_Planni
ng_According_to_Islam (Diakses tanggal 28 Desember 2018 Pukul 13.36
WIB)
Anonim. 2012. Desa Ciwaruga
http://desa-ciwaruga.blogspot.com/2012/04/d-data-desa-ciwaruga.html
(Diakses tanggal 28 Desember 2018 Pukul 14:56 WIB)
INDEKS

nucleated, 9 morfologi, 10
mekanisme, 8 responden, 21
transaksi, 1 intens, 27
hipotesis, 4 distribusi, 8
observasi, 5 deskriptif, 5
radial, 9 paramenter, iii
LAMPIRAN

Perbatasan Desa Lahan Kosong

Kepadatan Lahan Lokasi kumuh


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA LENGKAP : MUHAMMAD YUSUF FAUZAN

NAMA PANGGILAN : OJAN

TEMPAT, TANGGAL LAHIR : SERANG, 22 OKTOBER 1999

ALAMAT : KOMPLEK SETIABUDI REGENSI, WING 2

KAV MAUZA NO.31

AGAMA : ISLAM

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI

NAMA AYAH : AGUS SALIM

TEMPAT, TANGGAL LAHIR : PURWAKARTA, 30 MARET 1968

NAMA IBU : RATU SUSIATININGSIH

TEMPAT, TANGGAL LAHIR : PANDEGLANG, 5 APRIL 1970

STATUS : MAHASISWA

HOBI : TRAVELING

GOLONGAN DARAH : A

RIWAYAT PENDIDIKAN : 1. TK ANANDA SERANG BANTEN LULUS

TAHUN 2005

1. SD BABAKAN CIPARAY 18 BANDUNG

LULUS TAHUN 2012

2. SMPN 36 BANDUNG LULUS TAHUN 2015

3. SMAN 17 BANDUNG LULUS TAHUN 2018


RIWAYAT ORGANISASI : 1. KETUA EKSTRA KULIKULER

2. KEPANITIAN LAINNYA

BANDUNG, 2 JANUARI 2019

HORMAT SAYA

MUHAMMAD YUSUF FAUZAN

Anda mungkin juga menyukai