Disusun oleh:
Atallah Putra Agavi (1906289464)
Ferdy Riansyah Putra (1906304061)
Indira Pramesthi Nurulita (1906359943)
Keysha Raafasya Fonna (1906359905)
Muhammad Irsyal N. Z. (1906308646)
Reginald Samuel (1906359924)
Assalamualaikum Wr .Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-
Nya penulis bisa menyusun sebuah makalah yang berjudul “Pentingnya Pengawasan DPRD
Kota Semarang terhadap Penggunaan Anggaran Daerah dalam Pelaksanaan
Pembangunan Kota Semarang” dengan lancar.
Tujuan penulisan ini adalah untuk melengkapi nilai dalam mata kuliah Pembangunan
Regional dan Perkotaan. Penulis sangat berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Irfan Ridwan
Maksum, S.Sos., M.Si, Bapak I Made Suwandi, M.Soc.Sc., Ph.D, Bapak Drs. Mohammad
Riduansyah, M.Si., dan Bapak Fikri Akbarsyah Anza, S.Kom., M.Kom., selaku tim pengajar
mata kuliah ini atas segala arahan serta bimbingannya selama kegiatan mengajar. Penulis
juga mengucapkan terima kasih untuk seluruh anggota kelompok yang telah bekerja sama
untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah ini dengan baik dan sangat kooperatif.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik maupun saran. Kritik dan
saran tersebut akan menjadi bahan evaluasi penulis kedepannya. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr .Wb.
1
ABSTRAK
Perluasan otonomi daerah di Indonesia telah memberikan kewenangan bagi tiap-tiap daerah
untuk mengurus daerahnya sendiri, salah satunya dalam mengatur penggunaan anggaran yang
umumnya ditujukan untuk pembangunan. Untuk memastikan bahwa penggunaan anggaran
tersebut sesuai dengan tujuan publik serta tidak terdapat penyelewengan di dalamnya,
diperlukan adanya fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh DPRD. Mengingat bahwa
pengawasan memiliki peran yang vital dalam proses penggunaan anggaran, penelitian ini
tertarik untuk menganalisis bagaimana pentingnya pengawasan DPRD Kota Semarang
terhadap penggunaan anggaran daerah dalam pelaksanaan pembangunan Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa
studi literatur. Hasil dari penelitian ini adalah bahwasannya pengawasan yang dilakukan
DPRD Kota Semarang terhadap penggunaan anggaran daerah itu sangat penting. Sejauh ini
tindakan pengawasan tersebut sudah dilakukan dengan baik. Namun, tetap saja dalam
pelaksanaan pengawasan tersebut masih terdapat faktor kendala seperti adanya kendala teknis
serta kendala kepentingan.
Kata Kunci: pengawasan, penggunaan anggaran, pembangunan daerah, DPRD
2
ABSTRACT
The expansion of regional autonomy in Indonesia has given authority to each region to
manage its own region, one of which is in the use of budgets intended for development. To
ensure that the use of the budget is in accordance with public goals and there is no deviation
in it, it is necessary to have a supervisory function carried out by the DPRD. Given that
supervision has a vital role in the process of using the budget, this study is interested in
analyzing the importance of monitoring the DPRD of Semarang City on the use of regional
budgets in the implementation of Semarang City development. This research uses an
approach approach with data collection techniques in the form of literature studies. The
results of this study are that the supervision carried out by the Semarang City DPRD on the
use of the regional budget is very important. So far, the monitoring measures have been
carried out well. However, in the implementation of the supervision there are still
constraining factors such as technical constraints and problems of interest.
Keywords: supervision, budget use, regional development, DPRD
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
ABSTRAK 2
ABSTRACT 3
DAFTAR ISI 4
BAB I PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penelitian 7
BAB II LANDASAN TEORI 8
2.1 Tinjauan Pustaka 8
2.2 Kerangka Teori 13
2.2.1. Pembangunan Daerah 13
2.2.2. Pengawasan Anggaran 13
2.2.3. Penggunaan Anggaran dalam Pembangunan 14
2.3 Kerangka Berpikir 15
BAB III METODE PENELITIAN 16
3.1 Pendekatan Penelitian 16
3.2 Jenis Penelitian 16
3.2.1 Tujuan Penelitian 17
3.2.2 Manfaat Penelitian 17
3.2.3 Dimensi Waktu Penelitian 17
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data 17
3.3 Teknik Pengumpulan Data 18
3.4 Teknik Analisis Data 18
3.5 Batasan Penelitian 19
4
BAB IV PEMBAHASAN 20
4.1 Pengawasan DPRD Kota Semarang terhadap Penggunaan Anggaran Daerah
Semarang oleh Pemerintah Daerah Kota Semarang 20
4.2 Faktor-faktor yang Menjadi Kendala dalam Pelaksanaan DPRD Kota Semarang
Terhadap Penggunaan Anggaran Daerah Semarang oleh Pemerintah Daerah Kota
Semarang 21
BAB V PENUTUP 25
5.1 Kesimpulan 25
5.2 Saran 25
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem pemerintahan daerah pada masa Orde Baru menganut tiga asas pemerintahan,
yaitu asas desentralisasi, asas desentralisasi, dan asas tugas pembantuan dengan asas otonomi
yang benar-benar bertanggung jawab. Namun otonomi yang dilaksanakan saat itu belum
dilaksanakan secara demokratis karena DPRD dan bupati/kepala daerah sama dengan
pemerintah daerah. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Pokok Pemerintahan Daerah Pasal
13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974, yang menjelaskan bahwa
Pemerintah Daerah adalah kesatuan dari Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Kesetaraan dalam kedudukan ini seolah-olah membatasi peran dan fungsi
DPRD serta fungsi DPRD sebagai salah satu pengawas daerah. Hal ini secara khusus
mempengaruhi regulasi dan kebijakan di semua daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) belum berjalan efektif. Di sisi lain, sumber pendapatan asli daerah, baik
pajak maupun sumber pendapatan lain berupa retribusi, lebih besar yang disetorkan ke
pemerintah pusat. Realitas seperti itulah yang diakui oleh pemerintah daerah untuk mengatur
penggunaan anggaran fiskal daerah, mengontrol secara optimal pelaksanaan roda
pemerintahan dan pembangunan pada anggaran tersebut, supaya menciptakan pemerintahan
yang baik dan bersih.
Tata pemerintahan daerah yang baik dan bersih (Good Local Governance and Clean
Local Governance) adalah topik yang saat ini marak dalam kontroversi pemerintahan karena
pejabat jahat yang menyalahgunakan wewenangnya atas korupsi, yang terus-menerus diliput
dalam berita. Tuntutan kota kepada pemerintah untuk melaksanakan pemerintahan daerah
yang baik sejalan dengan peningkatan pengetahuan pemerintah daerah. Selain globalisasi,
5
pergeseran paradigma dari rulling government kian bergerak menuju good governance
dipahami sebagai fenomena berdemokrasi secara adil. Oleh karena itu, peran dan fungsi
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) perlu diperkuat agar pemerintahan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dan proporsional. Prinsip control and balance diberikan
untuk menghindari kerjasama politik antara pimpinan daerah dengan DPRD dan sebaliknya.
Dengan demikian, akuntabilitas anggota DPRD dapat dilihat pada “tanggung jawab” dan
“keterampilan” yang profesional dalam menjalankan peran dan fungsinya. Sehingga
mendorong pelaksanaan pemerintahan daerah menjadi dinamis. Hal ini juga terjadi pada
pemerintah daerah kota Semarang yang terus berupaya mengungkapkan informasi mengenai
APBD yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Semarang.
Salah satu bentuk perhatian terhadap tanggung jawab DPRD adalah dengan
menjalankan peran pengawasan penggunaan anggaran dalam rangka memantau kesalahan,
menghentikannya dan memberikan pembinaan ke arah yang lebih baik. Bentuk pengawasan
yang dilakukan DPRD adalah pengawasan politik, yaitu pengawasan oleh badan legislatif
(DPRD) terhadap lembaga eksekutif (Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan perangkat-
perangkat daerah) yang lebih bersifat kebijakan strategis daripada bersifat teknis atau
administratif, salah satu keluaran dari pengawasan adalah mendeteksi penggunaan anggaran
yang dialokasikan dan disalahgunakan untuk apa pun yang merugikan rakyat atau negara.
Fungsi, kewajiban, wewenang, dan hak DPRD diharapkan dapat berperan secara optimal
dalam menjalankan fungsi pemerintahan dalam pelaksanaan peraturan daerah. Tujuannya
agar terciptanya pemerintah yang efisien, bersih, berwibawa, dan bebas dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN). Menurut Mardiasmo, ada tiga aspek utama yang mendukung
keberhasilan otonomi daerah diantaranya pengawasan, pengelolaan, dan pemeriksaan.
(Mardiasmo, 2002) Ketiga hal ini pada dasarnya berbeda, baik dalam konsep maupun
penerapannya. Manajemen adalah suatu mekanisme yang diperkenalkan oleh para eksekutif
(pemerintah daerah) untuk menjamin terselenggaranya sistem dan kebijakan manajemen
sehingga tujuan suatu organisasi dapat tercapai. Kewenangan DPRD hanya meminta
Walikota menyerahkan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ). Hal ini dapat
mengurangi efektivitas pengawasan penggunaan anggaran DPRD. Akibatnya, masing-masing
DPRD melaksanakan fungsi pemantauan sesuai keinginannya sendiri, dan pada akhirnya
fungsi pemantauan menjadi alat politik tertentu daripada sarana untuk meningkatkan kinerja
politik yang demokratis dan akuntabel.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pentingnya Pengawasan DPRD Kota Semarang
6
Terhadap Penggunaan Anggaran Daerah Dalam Pelaksanaan Pembangunan Kota
Semarang”.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam penelitian ini, peneliti meninjau tiga penelitian terdahulu sebagai acuan dalam
pembuatan kerangka berpikir serta memberi gambaran yang lebih terkait topik dan
permasalahan yang diangkat, yaitu “Pentingnya Pengawasan DPRD Kota Semarang
Terhadap Penggunaan Anggaran Daerah Dalam Pelaksanaan Pembangunan Kota
Semarang”. Penelitian pertama yang ditinjau adalah literatur yang disusun oleh Idris
Setiawan, Heru Nuswanto, dan Ariyono dari Universitas Semarang yang berjudul
“Pengawasan DPRD Kota Semarang terhadap Penggunaan Anggaran Daerah Semarang
oleh Pemerintah Daerah Kota Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
bagaimana DPRD Kota Semarang mengawasi penggunaan anggaran daerah yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Semarang serta apa saja faktor-faktor yang dapat menjadi
kendala pada proses pengawasan. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis
sosiologis dengan metode penentuan sampel berupa purposive sampling.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwasannya pengawasan merupakan
salah satu unsur terpenting dalam proses penganggaran di suatu instansi publik, termasuk di
Pemerintah Daerah Kota Semarang yang dalam hal ini dilakukan oleh DPRD Kota Semarang.
Meski telah dilaksanakan, pengawasan anggaran di Kota Semarang dinilai belum cukup baik
karena terkendala beberapa faktor, salah satunya kepentingan politik. Kelebihan yang ada
pada penelitian Setiawan et al. adalah bagaimana peneliti memberi pandangan yang jelas
terkait metode atau cara pengawasan yang dilaksanakan DPRD serta menyimpulkan dengan
efektif. Meski begitu, pembahasan yang disusun oleh peneliti masih cukup dasar dan masih
dapat diperdalam khususnya dalam lingkup Kota Semarang. Penelitian ini memiliki
kesamaan dengan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu terkait topik yang diangkat berupa
pengawasan penggunaan anggaran serta memiliki latar instansi yang sama, yaitu Pemerintah
8
Kota Semarang. Dengan begitu penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran
yang lebih secara lebih mendetail terhadap penelitian yang dilakukan oleh peneliti
Tinjauan pustaka kedua yang digunakan adalah “Fungsi Pengawasan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah terhadap Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah” yang ditulis oleh Bawon Nul Hakim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
fungsi DPRD Kabupaten Probolinggo dalam mengawasi penggunaan anggaran pada Kota
Probolinggo khususnya di Tahun 2016. Metode yang digunakan peneliti dalam menyusun
literatur ini adalah yuridis empiris. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa fungsi
pengawasan perlu dilakukan untuk menjamin penggunaan anggaran semata untuk
kesejahteraan dan kemajuan rakyat. Di samping itu, peneliti berpendapat bahwa peran DPRD
dalam pengawasan anggaran telah berjalan dengan baik meskipun menemui beberapa kendala
dalam pelaksanaannya, seperti terbatasnya sumber daya yang ada. Kelebihan pada penelitian
ini salah adalah metode yang digunakan berupa observasi langsung sehingga analisis dapat
lebih kuat. Selain itu juga terlihat pada substansi dimana penulis mampu merinci faktor
hambatan dan dorongan pada pengawasan anggaran di Kabupaten Probolinggo, namun di sisi
lain hasil dan pembahasan pada penelitian masih cukup minim. Penelitian ini memiliki
kesamaan dengan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu terkait topik yang diangkat berupa
pengawasan penggunaan anggaran oleh DPRD di tingkat daerah. Dengan begitu peneliti
dapat menganalisis teori-teori yang relevan dengan topik tersebut dan menjadikannya sebagai
acuan pada penelitian.
Tinjauan pustaka terakhir yang digunakan memiliki judul “Fungsi Pengawasan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah Mengenai
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Kabupaten Batang” oleh Benny Abidin dan
Ratna Herawati dari Universitas Diponegoro. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
bagaimana pola pengawasan DPRD terhadap perda APBD di Kabupaten Batang serta
kaitannya dengan pembangunan daerah sesuai dengan perda perencanaan pembangunan
daerah. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan menganalisis data
sekunder. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pengawasan DPRD terhadap anggaran
Kabupaten Batang masih belum maksimal akibat dari beberapa faktor, seperti fasilitas dan
faktor budaya. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya sinergitas antara DPRD dengan
pemerintah kabupaten yang pada akhirnya memiliki dampak terhadap pembangunan di
Kabupaten Batang. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dari segi topik yang diangkat, yaitu pengawasan DPRD terhadap anggaran dan
kaitannya dengan pembangunan di daerah. Kesamaan tersebut akan mempermudah peneliti
9
dalam memperoleh gambaran terkait topik yang diangkat dan perbandingannya dengan
daerah lain.
10
Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Tinjauan Pustaka
Nama Peneliti Idris Setiawan, Heru Nuswanto, dan Bawon Nul Hakim Benny Abidin dan Ratna Herawati
Ariyono
Institusi Jurnal Humani (Hukum Dan Cermin : Jurnal Penelitian, Pusat Fungsi Pengawasan Dewan
Masyarakat Madani), Universitas Penelitian dan Pengabdian kepada Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap
Semarang Masyarakat, Universitas Abdurachman Pelaksanaan Peraturan Daerah
Saleh Situbondo Mengenai Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah di Kabupaten Batang
Judul Pengawasan DPRD Kota Semarang Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Law Reform, Fakultas Hukum
Penelitian Terhadap Penggunaan Anggaran Rakyat Daerah terhadap Pelaksanaan Universitas Diponegoro
Daerah Semarang oleh Pemerintah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kota Semarang Daerah
Tujuan Menganalisis bagaimana DPRD Kota Menganalisis fungsi DPRD Kabupaten Menganalisis bagaimana pola
Semarang mengawasi penggunaan Probolinggo dalam mengawasi pengawasan DPRD terhadap perda
anggaran daerah yang dilaksanakan penggunaan anggaran pada Kota APBD di Kabupaten Batang serta
11
oleh Pemerintah Kota Semarang serta Probolinggo, khususnya di Tahun 2016. kaitannya dengan pembangunan
apa saja faktor-faktor yang dapat daerah sesuai dengan perda
menjadi kendala pada proses perencanaan pembangunan daerah
pengawasan.
Metode Penelitian ini dilakukan melalui Metode yang digunakan peneliti dalam Penelitian ini menggunakan metode
Penelitian pendekatan yuridis sosiologis dengan menyusun literatur ini adalah melalui yuridis normatif dengan menganalisis
metode penentuan sampel berupa pendekatan yuridis empiris. data sekunder.
purposive sampling.
Hasil Hasil yang didapatkan dari penelitian Fungsi pengawasan perlu dilakukan Hasil dari penelitian ini adalah bahwa
Penelitian ini adalah bahwasannya pengawasan untuk menjamin penggunaan anggaran pengawasan DPRD terhadap anggaran
merupakan salah satu unsur terpenting semata untuk kesejahteraan dan Kabupaten Batang masih belum
dalam proses penganggaran di suatu kemajuan rakyat. Di samping itu, peneliti maksimal akibat dari beberapa faktor,
instansi publik, termasuk di berpendapat bahwa peran DPRD dalam seperti fasilitas dan faktor budaya. Hal
Pemerintah Daerah Kota Semarang pengawasan anggaran telah berjalan tersebut mengakibatkan kurangnya
yang dalam hal ini dilakukan oleh dengan baik meskipun menemui sinergitas antara DPRD dengan
DPRD Kota Semarang. Meski telah beberapa kendala dalam pelaksanaannya, pemerintah kabupaten yang pada
dilaksanakan, pengawasan anggaran di seperti terbatasnya sumber daya yang akhirnya memiliki dampak terhadap
Kota Semarang dinilai belum cukup ada. pembangunan di Kabupaten Batang.
baik karena terkendala beberapa
faktor, salah satunya kepentingan
12
politik.
Kelebihan Kelebihan yang ada pada penelitian Salah adalah metode yang digunakan Penggunaan metode pada penelitian
Setiawan et al. adalah bagaimana berupa observasi langsung sehingga ini, yaitu yuridis normatif dinilai
peneliti memberi pandangan yang jelas analisis dapat lebih kuat. Selain itu juga sudah tepat. Bagian pembahasan juga
terkait metode atau cara pengawasan terlihat pada substansi dimana penulis telah merinci faktor-faktor dengan baik
yang dilaksanakan DPRD serta mampu merinci faktor hambatan dan dan lengkap serta benar-benar spesifik
menyimpulkan dengan efektif. dorongan pada pengawasan anggaran di dalam konteks Kabupaten Batang,
Kabupaten Probolinggo. dibanding dengan dua penelitian
sebelumnya yang cenderung lebih
umum.
Kekurangan Pembahasan yang disusun oleh peneliti Hasil dan pembahasan pada penelitian Meski pembahasan dan pengaitan teori
masih cukup dasar dan masih dapat masih cukup minim dan belum sudah baik, data pendukung dari
diperdalam khususnya dalam lingkup diperdalam di lingkup Kabupaten berbagai analisis yang diberikan masih
Kota Semarang yang menjadi objek Probolinggo, khususnya mengingat cukup minim, sehingga dapat
penelitian. bahwa Peneliti menggunakan metode ditingkatkan.
pengumpulan data secara observasi
langsung, sehingga seharusnya bisa
mendapatkan informasi yang akurat dan
mendalam.
13
2.2 Kerangka Teori
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk dipelajari
karena mungkin tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan kata
pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang,
mulai dari perspektif sosiologi klasik, pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow,
strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial,
hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada hal-hal pokok yang menjadi pesan di
dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi
untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara
untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi. Hal pertama adalah
koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah
dibahas sebelumnya. Hal kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah.
Dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam
seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan
dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema
ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus
berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan daerah adalah usaha
mengembangkan dan memperkuat Pemerintahan daerah dalam rangka mewujudkan otonomi
daerah yang nyata, dinamis, dan bertanggung jawab. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18
ayat 2 secara tegas menyebutkan Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pembangunan daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pembangunan daerah bersifat nyata yakni bisa dirasakan dan bermanfaat bagi
masyarakat, dinamis yakni pembangunan menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dan dapat dipertanggung jawabkan.
14
ditetapkan dengan peraturan daerah. Maka dalam Pelaksanaan APBD agar tidak terjadi
penyimpangan dan penyelewengan anggaran, diperlukan adanya pengawasan yang kuat
(Soekarwo, 2003). Pengawasan APBD dilaksanakan oleh DPRD itu sendiri sesuai dengan
UU Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Bab VI Bagian
Kedua Pasal 366 Ayat 1 (c) yang berbunyi, “DPRD Kabupaten/Kota Memiliki Tugas dan
Wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota”. APBD itu sendiri pada prinsipnya sama
dengan APBN yang membutuhkan pengawasan secara internal dan eksternal, pengawasan
eksternal dilakukan oleh DPRD dan Badan Pengawas Keuangan, sedangkan pengawasan
internal dilaksanakan oleh pemerintah daerah itu sendiri.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 4 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah terdapat asas-asas umum pengelolaan keuangan
daerah yakni keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Posisi DPRD Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah memiliki posisi strategis dan menentukan keberhasilan dan kegagalan pembangunan
daerah. Keberhasilan dalam penggunaan anggaran disini kembali kepada rencana
pembangunan yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya. Penganggaran dilakukan melalui
mekanisme perencanaan pembangunan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Perencanaan pembangunan daerah yang tertuang dalam anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD) merupakan penjabaran dari pokok-pokok kebijaksanaan yang telah
ditetapkan dalam dokumen rencana pembangunan daerah. Dengan demikian, maka
penganggaran merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban politik yang utama dari
pelaksanaan demokrasi. Tahap penganggaran dalam pembangunan menjadi sangat penting,
karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat
menggagalkan perencanaan yang telah disusun.
15
2.3 Kerangka Berpikir
16
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti
dalam melaksanakan rangkaian penelitian. Metode penelitian adalah kumpulan teknik dalam
suatu penelitian yang digunakan untuk menganalisis fenomena yang terjadi di kehidupan
sosial, mengumpulkan, memperbaiki, dan menganalisis data, serta untuk melaporkan hasil
penelitian (Neuman, 2014). Pada penelitian ini, masalah sosial yang kami bahas yakni
mengenai “Pentingnya Pengawasan DPRD Kota Semarang Terhadap Penggunaan Anggaran
Daerah dalam Pelaksanaan Pembangunan Kota Semarang”. Bab ini akan terbagi ke dalam
beberapa sub bab yang terdiri dari pendekatan penelitian, jenis penelitian, teknik
pengumpulan data, populasi dan sampel, serta teknik analisis data.
Jenis penelitian dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi, antara lain berdasarkan
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dimensi waktu penelitian, dan teknik pengumpulan data
(Prasetyo dan Jannah, 2005). Berdasarkan empat jenis penelitian tersebut, maka penelitian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
17
3.2.1 Tujuan Penelitian
18
3.3 Teknik Pengumpulan Data
19
3.5 Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini mengacu pada pembahasan dan penyajian informasi melalui
teori pembangunan dan penganggaran daerah untuk menganalisis pentingnya pengawasan
DPRD Kota Semarang terhadap penggunaan anggaran daerah dalam pelaksanaan
pembangunan Kota Semarang.
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Sesuai dengan asas otonomi dan tugas pembantuan, pemerintah daerah berwenang
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pelimpahan hak dan tanggung jawab terhadap
pemerintah daerah bertujuan untuk mengatur daerahnya masing-masing demi mewujudkan
masyarakat yang sejahtera melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat. Selain itu, daerah diharapkan dapat meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta
potensi dan keanekaragaman daerah melalui otonomi yang luas. Implementasi otonomi
daerah meliputi pemerintah daerah (eksekutif) dibantu oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) dengan fungsi dan wewenangnya masing-masing. Pemerintah daerah
menjalankan fungsi pemerintahan dan DPRD menjalankan fungsi legislasi, fungsi
penganggaran (budgeting) dan fungsi pengawasan.
Implementasi dari fungsi pengawasan DPRD Kota Semarang terhadap penggunaan
anggaran daerah oleh pemerintah daerah dapat dilihat pada tahap perencanaan APBD yang
diajukan, kemudian penyusunan APBD, hingga pelaksanaan APBD sampai pada evaluasi
hasil pelaksanaan APBD dalam pemberian laporan penyelenggaraan pemerintahan oleh
walikota. Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 bahwa pengelolaan keuangan daerah hendaknya dilakukan secara tertib, taat pada
peraturan perundang -undangan, efisiensi, ekonomis, efektivitas, transparansi dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk
masyarakat.
Pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD Kota Semarang terhadap penggunaan
anggaran daerah dilakukan melalui penggunaan hak DPRD sebagai berikut.
1. Pengawasan melalui penggunaan hak DPRD meminta keterangan dan mengadakan
penyelidikan
Efektivitas pengawasan pelaksanaan APBD melalui hak meminta keterangan DPRD
kepada Pemerintah Daerah merupakan langkah maju dalam meningkatkan fungsi kontrol
DPRD terhadap program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
21
Pelaksanaan pengawasan melalui permintaan keterangan oleh DPRD efektif karena pada
umumnya yang dipanggil pejabat Pemda yang menjadi teknis suatu kegiatan (proyek). Pada
umumnya penyimpangan atau penyelewengan yang dijadikan sebagai alasan meminta
keterangan oleh DPRD ini berkisar pada pelaksanaan kegiatan secara teknis, bukan pada
sasaran dari kebijakan yang telah ditentukan. Dan DPRD merespon setiap temuan dan
mendorong aparat hukum untuk proaktif melakukan penyidikan dan penyelidikan lebih
lanjut. Sebagai contoh DPRD membentuk pansus untuk meminta keterangan kepada
Pemerintah Kota Semarang terkait raibnya deposito 22 miliar rupiah pada 18 Maret 2015.
Ketua DPRD Kota Semarang, Supriyadi menyatakan, pihaknya sudah menggelar rapat
pimpinan dewan dan sepakat membentuk pansus untuk menyelidiki kronologis dan klarifikasi
dari Pemkot Semarang terhadap hilangnya uang tersebut (Prianggoro, 2015).
2. Pelaksanaan Pengawasan melalui Kunjungan Kerja dan Aspirasi
Pengawasan yang dilaksanakan oleh DPRD terhadap penggunaan APBD melalui
kunjungan kerja sudah dilaksanakan dengan baik. Penilaian positif tersebut didasarkan pada
alasan bahwa dengan melakukan kunjungan kerja ke kecamatan-kecamatan atau melihat
langsung hasil kegiatan pembangunan yang sumber pembiayaannya dari APBD maupun
dana-dana bantuan lainnya maka para anggota dewan dapat mengetahui secara langsung
kualitas maupun kuantitas dari hasil kegiatan tersebut, serta dapat mengukur volume atau
target-target yang diharapkan dicapai oleh pelaksanaan kegiatan. Begitu juga jika terjadi
penyimpangan atau masalah mereka mudah mengetahui dan memberikan solusi
pemecahannya. Studi banding yang dilakukan oleh para anggota dewan sebagaimana
dikatakan oleh H. Mualim, Ketua Komisi B DPRD Kota Semarang adalah bertujuan untuk
memperoleh informasi terutama mengenai pelaksanaan pembangunan yang ada di daerah
lain, yang nantinya diharapkan model pembangunan yang ada di suatu daerah jika dianggap
cocok dapat juga diterapkan di daerah ini (Ahmad, 2015).
4.2 Faktor-faktor yang Menjadi Kendala dalam Pelaksanaan DPRD Kota Semarang
Terhadap Penggunaan Anggaran Daerah Semarang oleh Pemerintah Daerah Kota
Semarang
Pentingnya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh dewan legislatif (dalam hal ini
DPRD Kota Semarang), DPRD Kota Semarang haruslah mengimplementasikan secara masif
manajemen pengawasan bagi segala bentuk kegiatan, rencana, maupun kebijakan Pemerintah
Daerah Kota Semarang itu sendiri. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 telah disebutkan
22
bahwasannya kepala daerah dengan DPRD mutlak mempunyai kesamaan derajat yang berarti
tidak boleh ada yang terlalu mendominasi antara kedua unsur penyelenggara pemerintahan
tersebut. Dengan sudah berjalannya era reformasi yang berarti juga dibarengi
penyelenggaraan otonomi daerah di seluruh Indonesia, maka sudah semestinya fungsi
pengawasan yang dilakukan DPRD Kota Semarang sudah seharus berjalan dengan baik
karena hal ini pastinya menentukan keberlangsungan kehidupan masyarakat Kota Semarang.
Menurut Budiyono (2013) manfaat daripada pengawasan, yaitu:
1. Terlaksanannya kebijakan pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana;
2. Dapat dilakukan tindakan koreksi yang cepat dan tepat terhadap penyimpangan dan
penyelewengan yang ditemukan terhadap kebijakan pemerintah daerah yang sudah
direncanakan;
3. Menumbuhkan motivasi, perbaikan, pengurangan, peniadaan penyimpangan terhadap
kebijakan pemerintah daerah;
4. Untuk mencari jalan keluar bila ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan, kelemahan-
kelemahan, atau kegagalan-kegagalan kebijakan atau program pemerintah daerah ke
arah perbaikan.
Melihat akan seberapa besarnya manfaat yang dihasilkan dengan berlangsungnya
fungsi pengawasan oleh DPRD, maka fungsi pengawasan ini menjadi terjaminnya realisasi
akan segala ketentuan Undang-Undang, peraturan keputusan kebijaksanaan, dan ketentuan
daerah itu sendiri (Budiyono, 2013). DPRD Kota Semarang yang seharusnya menjadi
pelaksana checks and balances dalam tata pemerintahan Kota Semarang ternyata pada
jalannya mengalami kendala-kendala dalam pelaksanaan pengawasan dalam penggunaan
anggaran daerah Kota Semarang itu sendiri. Pelaksanaan daripada fungsi pengawasan oleh
DPRD hingga saat ini masih belum terlihat berjalan dengan optimal. Kelemahan pelaksanaan
fungsi pengawasan DPRD menurut Dilapanga, Laloma, dan Londa (n.d.), yaitu:
1. Belum maksimalnya penyusunan rencana kerja DPRD dalam setahun kerja.
2. Bentuk pengawasan lebih banyak bersifat reaktif dan sporadik.
3. Masih jarang DPRD menyediakan atau memanfaatkan ruang laporan terbuka (seperti
Kotak Pos) sebagai wadah laporan masyarakat.
4. Belum adanya metodologi pengawasan yang berkenaan dengan masalah metode
pengawasan pembagian dari satuan anggota komisi, jangka waktu pengawasan, cara
pencarian data yang maksimal.
5. Kurang proaktif dalam memfasilitasi aspirasi masyarakat terkait usulan kegiatan
pembangunan termasuk di daerah pemilihannya.
23
6. DPRD cenderung hanya berperan secara normatif dan tidak bisa melakukan
pengawasan secara detail karena kepala daerah menyerahkan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada Badan Pemeriksa Keuangan untuk
diperiksa dan diamati. DPRD tinggal menerima hasil akhir untuk menandatangani
persetujuan.
Selain adanya kelemahan daripada pelaksanaan fungsi pengawasan oleh DPRD,
ternyata terjadi pula faktor-faktor penghambat yang pastinya sangat berpengaruh kepada
lemahnya fungsi pengawasan DPRD yang DPRD menurut Dilapanga, Laloma, dan Londa
(n.d.), yaitu:
1. Tidak adanya peraturan yang jelas dan tegas yang mengatur tentang tata cara yang
dapat dilakukan oleh DPRD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk
mengawasi penggunaan keuangan daerah.
2. Belum adanya peraturan pelaksanaan dari Undang – Undang Nomor 23 tahun 2014
tentang pemerintahan daerah terkait dengan fungsi pengawasan DPRD.
3. Kurang pahamnya anggota DPRD atas kondisi riil yang terjadi di masyarakat.
4. Tidak adanya peraturan yang menguatkan posisi DPRD untuk menjalankan tugas dan
wewenangnya untuk bisa berperan dalam pengawasan secara optimal.
Kelemahan dan faktor-faktor penghambat yang terjadi ini menjadi permasalahan yang
kompleks dengan yang ditandai dengan timbulnya kendala-kendala, baik itu yang sifatnya
teknis maupun politik. Ellya (2016) menyebutkan bahwa kendala-kendala ini, yaitu:
1. Kendala teknis yang berupa ketika timbul persoalan di masyarakat dan legislatif
(DPRD Kota Semarang) ingin meminta keterangan pada eksekutif (Pemerintah Kota
Semarang khususnya Walikota), eksekutif masih terlihat kurangnya transparansi dan
keterbukaan informasi, yang sebenarnya jika transparansi yang sehat dan keterbukaan
informasi ini terbangun dengan baik maka akan memudahkan langkah pembangunan
daerah.
2. Kendala kepentingan yang berupa terkadang masih banyak mementingkan
kepentingan untuk kelompok politiknya. Hambatan teknis yang muncul karena
kesibukan anggota DPRD Kota Semarang yang menjadikan rapat tidak mencapai
kuorum, kurang siapnya anggota DPRD Kota Semarang untuk membahas raperda,
masih kurangnya kemampuan dari anggota DPRD Kota Semarang dalam menyusun
Perda.
Sangat diperlukannya keseriusan daripada pihak legislatif daerah dalam melaksanakan
segala tugas dan fungsinya sesuai dengan mana semestinya. Semangat dan prinsip daripada
24
reformasi yang tertuang pada implementasi otonomi daerah harus dijalankan dengan betul
oleh DPRD dalam pelaksanaan akan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD itu
sendiri. Kurangnya transparansi yang dilaksanakan pemerintah daerah maupun politik praktis
yang berkecimpung pada pemerintahan daerah haruslah dihilangkan karena tidak sesuai
dengan apa yang memang diperlukan oleh masyarakat daerah. Pembangunan maupun
anggaran daerah adalah suatu hal yang harus diperjuangkan oleh DPRD yang notabene
merupakan wakil daripada masyarakat daerah karena dengan ini otonomi daerah dapat
berjalan dengan baik dan semestinya.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan, terdapat beberapa saran terkait pengawasan DPRD
Kota Semarang terhadap penggunaan anggaran daerah Semarang oleh Pemerintah Daerah
Kota Semarang kedepannya, sebagai berikut :
1. Perlunya peningkatan transparansi dan keterbukaan informasi yang dilakukan oleh
DPRD Kota Semarang dalam melakukan pengawasan untuk meminimalisir terjadinya
kontra antara masyarakat dan legislatif daerah.
2. Meningkatkan kesiapan anggota DPRD Kota Semarang dalam melakukan
pengawasan.
3. Menyampingkan kepentingan kelompok politik dari setiap anggota DPRD Kota
Semarang untuk meningkatkan efektivitas pengawasan.
4. Perlunya penguatan terhadap regulasi atau peraturan yang dapat menguatkan fungsi
pengawasan DPRD serta agar pengawasan yang dilakukan lebih optimal.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. (2015, 07 01). “DPRD Semarang Studi banding ke Banda Aceh. Banda
http://rri.co.id/banda-aceh/post/berita/179003/pemerintah/dprd_semarang_studi_bandi
ng_ke_ banda_aceh.html
Creswell, J. (2009). Research Design. In Intercultural Education (Vol. 20, Issue 2).
https://doi.org/10.1080/14675980902922143
Dilapanga, C. S., Laloma, A., & Londa, V. Y. (n.d.). Efektivitas Fungsi Pengawasan
27
Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
Yuliastati. (2016). Urgensi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Terhadap Perencanaan
Pembangunan Daerah.
Soares, A., Nurpratiwi, R., Makmur, M. (2015). Peranan Pemerintah Daerah dalam
Perencanaan Pembangunan Daerah.
Zed, M. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
28