Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ANALISIS PENERAPAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)


MENGGUNAKAN METODE DELPHI
STUDI KASUS: KECAMATAN BANYUMANIK
Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan (TKP
Dosen Pengajar:
Dr. Iwan Rudiarto, MSc.

Dikerjakan Oleh:
Annisa Rini Hardiyanti (21040118130105)
Janatin Aliyah (210401181
Lu’lu Dora Nasiha (210401181
Muhammad Rafi Naufal (21040118140
Siti Liza Fauziah (21040118120010)
Rivaldo Manurung (21040118120
Kelompok 8
Kelas A

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, khususnya kota-kota besar tidak lepas dari permasalahan transportasi.
Permasalahan transportasi ini meliputi terbatasnya sarana dan prasarana transportasi, urbanisasi
yang cepat, rendahnya tingkat kedisiplinan dalam berlalu lintas dan lemahnya sistem perencanaan
transportasi. Hal ini mengakibatkan kemacetan, polusi, kecelakaan, dan hal lain yang tidak bisa
dihindari (Tamin, 2000). Pertumbuhan perkotaan di Indonesia, terutama di kota besar dan
metropolitan, secara fisik ditandai oleh pertumbuhan pesat kawasan pinggiran kota yang dikenal
sebagai proses suburbanisasi (Kustiwan, 2010). Suburbanisasi yang terjadi cenderung menjadikan
kawasan perkotaan secara fisik meluas secara acak/terpencar (urban sprawl) yang semakin tidak
terkendali. Perkembangan yang tidak terkendali dan acak menimbulkan in‐efisiensi dalam
penyediaan fasilitas dan infrastruktur perkotaan termasuk infrastruktur pergerakan. Di Indonesia
hal ini semakin pelik karena menjadi salah satu penyebab kegagalan dalam penyediaan angkutan
umum bagi masyarakat. Masyarakat tidak mempunyai pilihan moda dalam melakukan pergerakan,
yang akhirnya masyarakat dituntut untuk menyediakan sendiri moda pergerakan dengan
“kendaraan pribadi”. Bagi masyarakat yang tidak bisa, baik secara ekonomi atau keterbatasan
sosial menggunakan kendaraan pribadi hanya bisa menyerah dengan penyediaan yang sangat in‐
efisien dalam segi biaya, waktu, dan pelayanan lainnya.
Meningkatnya jumlah penduduk Kota Semarang sejak tahun 1994, saat pemekaran menjadi 16
Kecamatan, menunjukan adanya peningkatan yang signifikan. Jumlah penduduk pada tahun 1994
masih sekitar 1,2 juta jiwa. Sedangkan tahun 2018 sudah mencapai 1.555.984 jiwa (BPS Kota
Semarang, 2019), dengan kepadatan penduduk 4.469/km2 . Dari sisi supply, pelayanan angkutan
umum tidak merata sampai ke titik permukiman yang ada di daerah pinggiran (suburban).
Sehingga masyarakat cenderung lebih memilih kendaraan pribadi yang dinilai lebih. Akibatnya
jumlah penggunaan kendaraan pribadi di Kota Semarang terus mengalami peningkatan. Ini terlihat
pada pertumbuhan kendaraan tiap tahun di kota ini yang didominasi oleh mobil pribadi dan sepeda
motor sebesar 98,7% pada tahun 2016.
Kawasan Banyumanik merupakan daerah pinggiran dari Kota Semarang dengan jumlah penduduk
pada tahun 2018 adalah 152.157 jiwa dan kepadatan penduduk 5.399,48 jiwa/km². Menurut BPS
(2017), kepemilikan kendaraan mobil dan sepeda motor sebesar 99,8%. Hal ini menunjukkan
terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun yang membuktikan masyarakat
masih mengandalkan moda transportasi berbasis jalan. Padahal, transportasi berbasis jalan bukan
merupakan sarana transportasi darat satu-satunya, melainkan terdapat transportasi berbasis rel
yang dapat dijadikan alternatif utama sarana transportasi darat, yang dapat mendukung sarana
transportasi di kawasan perkotaan. Dalam kebijakan perencanaan, Kecamatan Banyumanik
menjadi salah satu kawasan yang dikembangkan dengan konsep Transit Oriented Development
(TOD). Dengan demikian, pada studi ini, penulis ingin menentukan variable manakah yang
memiliki keterkaitan paling kuat terhadap penerapan konsep TOD di Kecamatan Banyumanik
dengan menggunakan analisis Delphi berdasarkan hasil kesepakatan responden kuesioner.

1.2 Rumusan Masalah


Kawasan di sekitar lokasi transit di Kecamatan Banyumanik dapat menjadi kawasan potensial
dalam kegiatan ekonomi dan akan menimbulkan bangkitan lalu lintas yang besar, yang nantinya
dapat pula menimbulkan masalah lalu lintas. Namun, penerapan konsep TOD di kawasan transit
Kecamatan Banyumanik masih belum dapat segera terwujud, dikarenakan pola pembangunan di
sekitar kawasan transit belum terintegrasi mengarah ke bentuk kawasan dengan konsep TOD.
Sehingga diperlukan prioritas dalam pelaksanaan pengembangan di kawasan transit dengan
konsep TOD agar dapat terstruktur dan terintegrasi dengan baik, yang mendukung dan
mempercepat realisasi pengembangan kawasan transit. Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana prioritas elemen penentu keberhasilan
penerapan konsep TOD di kawasan Kecamatan Banyumanik?”
1.3 Tujuan
Tujuan dari penggunaan teknik analisis Delphi dalam laporan ini adalah mengembangkan
suatu perkiraan dan masukan-masukan dengan meminta pendapat responden kelompok lain dalam
menentukan keterkaitan variabel paling kuat terhadap penerapan konsep TOD di Kecamatan
Banyumanik.
1.4 Sasaran
Sasaran-sasaran yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan diatas adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
2. Menentukan responden untuk diminta mengisi kuesioner.
3. Melakukan kuesioner tahap I (pertama) pada responden.

4. Menganalisis hasil kuesioner tahap I (pertama).


5. Melakukan kuesioner tahap II (kedua) pada responden.

6. Menganalisis hasil kuesioner tahap II (kedua).


7. Melakukan kuesioner tahap III (ketiga) pada responden.

8. Menganalisis hasil kuesioner tahap III (ketiga).


9. Menyusun laporan.

1.5 Ruang Lingkup Wilayah


Kecamatan Banyumanik merupakan salah satu kecamatan dari 16 kecamatan yang berada di
Kota Semarang dan terletak dibagian selatan , mempunyai kondisi geografis yang berbukit-bukit
kondisi wilayah Kecamatan Banyumanik adalah daerah perbukitan dan termasuk kawasan
pemukiman dan tempat perdagangan, luas wilayahnya 4.800,688 Ha, dengan batasi sebagai
berikut:

Sebelah Utara : Berbatasan Kecamatan Candisari


Sebelah Timur : Berbatasan Kecamatan Tembalang

Sebelah Selatan : Berbatasan Kabupaten Semarang


Sebelah Barat : Berbatasan Kecamatan Gunungpati
Ketinggian Tanah dari Permukiman laut: ± 250 m. Curah Hujan: 2000-3000 mm / tahun
dengan suhu udara rata-rata: 20 – 30 ͦ C. Wilayah Kecamatan Banyumanik terdiri dari 11
Kelurahan.
Tabel 1 Kelurahan di Kecamatan Banyumanik

Jumlah
No Kelurahan Luas Wilayah (Km) Jumlah RT
RW
1 Pudakpayung 3,93 16 141
2 Gedawang 2,37 10 64
3 Jabungan 2,26 6 29
4 Pedalangan 2,35 11 68
5 Padangsari 0,78 17 98
6 Banyumanik 3,64 10 53
7 Srondol Wetan 2,26 18 130
8 Srondol Kulon 2,88 11 65
9 Sumurboto 0,84 5 46
10 Ngesrep 2,36 11 82
11 Tinjomoyo 2,02 8 46
Jumlah 25,69 123 822
Tabel Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan Banyumanik
Sumber: https://kecbanyumanik.semarangkota.go.id/
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan “ANALISIS PENERAPAN TRANSIT ORIENTED
DEVELOPMENT (TOD) MENGGUNAKAN METODE DELPHI STUDI KASUS:
KECAMATAN BANYUMANIK” adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah, serta
sistematika penulisan laporan.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Bab ini berisi hasil literatur yang berkaitan dengan analisis metode delphi dalam penyusunan
variable penentu TOD di Kecamatan Banyumanik.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjabaran hasil dan interpretasi hasil analisis pengambilan keputusan variable
penentu TOD di Kecamatan Banyumanik dengan menggunakan Metode Delphi.
BAB III KESIMPULAN
Berisi tentang penutup dari penelitian yang berisikan kesimpulan dari pembahasan pada bab
sebelumnya. Pada bab ini juga berisikan saran dan rekomendasi kepada pembaca dalam
penyempurnaan penelitian ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penulisan penelitian. Daftar referensi tersebut
meliputi buku, jurnal, artikel, maupun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pembahasan
penelitian.
LAMPIRAN
Berisi hal-hal pelengkap dalam proses pengerjaan penelitian. Pelengkap tersebut yakni variable
input yang akan dianalisis dan kuisioner responden.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Metode Delphi


Metode Delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan survey. Hal ini dikarenakan
proses survei pada metode Delphi yang juga disertai dengan pemikiran atau analisis dalam tiap
tahapannya. Dalam metode ini, responden berperan dalam setiap komunikasi yang dilakukan
melalui beberapa tahapan pemberian kuesioner yang tertuang dalam kuesioner terbuka. Tujuan
dari metode ini adalah memperoleh konsensus dari beberapa ahli untuk mendapatkan suatu
masukan berupa program prioritas. Metode Delphi merupakan metode yang menyelaraskan proses
komunikasi suatu grup sehingga dicapai proses yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah
yang kompleks. Maksud dari analisis ini adalah penggunaannya dalam pengambilan keputusan
yang diperoleh dari beberapa hasil sebaran kuesioner.

2.2 Transportasi
Transportasi adalah suatu usaha pemindahan atau pergerakan orang maupun barang dari lokasi
asal ke lokasi tujuan untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu. Permintaan
akan transportasi timbul akibat adanya aktivitas kehidupan sosial ekonomi manusia. Manusia
membutuhkan barang seperti barang-barang pangan dan aktivitas sosial dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Dalam hal ini, transportasi berperan dalam mendukung dan mempermudah
manusia dalam mencapai kehidupan sosial dan ekonominya, sehingga transportasi tidak dapat
berdiri sendiri melainkan harus merupakan suatu kesatuan utuh dan menyeluruh yang disebut
dengan sistem transportasi (Miro, 1997). Menurut Tamin (2000), sistem transportasi secara
menyeluruh (makro) terdiri dari beberapa sistem transportasi mikro. Beberapa bagian dari sistem
transportasi mikro tersebut diantaranya:
a. Sistem Kegiatan
Sistem kegiatan merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang terdiri dari sistem
pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. dimana setiap tata guna lahan
memiliki jenis kegiatan tertentu yang dapat membangkitkan pergerakan dan menarik
pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Besarnya pergerakan tersebut sangat
berkaitan dengan jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan.
b. Sistem Jaringan
Pergerakan berupa pergerakan manusia atau barang membutuhkan moda transportasi
(sarana) dan media (prasarana) transportasi untuk bergerak. Sarana transportasi meliputi
kereta api, bus, tram, dan sebagainya. Sedangkan prasarana transportasi meliputi jaringan
jalan raya, terminal, pelabuhan, stasiun, dan sebagainya.
c. Sistem Pergerakan
Sistem pergerakan merupakan interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan yang
menghasilkan pergerakan manusia atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan
dan/atau orang (pejalan kaki). Sistem pergerakan dapat diatur dengan manajemen lalu
lintas, fasilitas angkutan umum, atau pembangunan jalan.
d. Sistem Kelembagaan
Sistem kelembagaan merupakan sistem yang mengatur tiga sistem diatas, yakni sistem
kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan agar tercipta suatu sistem yang aman,
nyaman, lancar, mudah, handal, dan sesuai dengan lingkungan. Sistem kelembagaan diatur
oleh individu, kelompok, lembaga, dan instansi pemerintah serta swasta yang terlibat
secara langsung maupun tidak langsung.
Sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan saling mempengaruhi satu sama
lain. Apabila terjadi perubahan pada salah satu sistem, akan mempengaruhi sistem yang lainnya.
Perubahan pada sistem kegiatan akan mempengaruhi sistem jaringan dengan perubahan tingkat
pelayanan pada sistem pergerakan. Begitu pula dengan perubahan pada sistem jaringan akan
mempengaruhi sistem kegiatan dengan peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem
pergerakan. Selain itu, sistem pergerakan memiliki peranan penting yang mempengaruhi kembali
sistem kegiatan dan sistem jaringan yang ada dalam bentuk akesibilitas dan mobilitas. Integrasi
antar sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan lalu lintas dapat menjadi acuan dalam
implementasi konsep TOD pada suatu kawasan, dimana konsep tersebut merupakan konsep
pengembangan kawasan dengan integrasi antar sistem kegiatan dan sistem jaringan yang akhirnya
mempengaruhi sistem pergerakan. Transportasi juga berhubungan dengan tata guna lahan. Adanya
aktivitas guna lahan di sekitar kawasan transit akan mempengaruhi bangkitan dan tarikan lalu
lintas yang berada di dalam kawasan tersebut. Bangkitan dan tarikan lalu lintas tersebut bergantung
pada dua aspek yakni jenis tata guna lahan dan jumlah aktivitas pada tata guna lahan tersebut. Jenis
tata guna lahan yang berbeda memiliki bangkitan lalu lintas yang berbeda dan semakin tinggi
aktivitas suatu tata guna lahan, makin tinggi pula tingkat kemampuan dalam menarik lalulintas.
Sehingga, hubungan transportasi dan tata guna lahan dalam implementasi konsep TOD adalah
sebagai demand dalam menarik penumpang untuk menggunakan angkutan umum dan sebagai
pelaku kegiatan di kawasan transit akibat adanya bangkitan dan tarikan dari timbulnya aktivitas
tata guna lahan di dalam kawasan transit tersebut.

2.1.3 Transit Oriented Development (TOD)


Salah satu konsep pengembangan kawasan transit adalah konsep Transit Oriented
Development (TOD). Konsep tersebut sudah banyak diterapkan di berbagai kota di dunia dalam
mengatasi permasalahan transportasi. Menurut Peter Calthorpe (1993), Transit Oriented
Development adalah sebuah kawasan yang memiliki penggunaan lahan campuran yang berada di
sekitar lokasi transit dan pusat perdagangan. Penggunaan lahan tersebut berupa perumahan,
perdagangan, pasar, ruang terbuka, dan fasilitas publik. Secara umum, TOD merupakan komunitas
mix-used yang mendorong masyarakat untuk menetap dan beraktivitas di sekitar kawasan transit
untuk mengurangi ketergantungan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi dan beralih
menggunakan transportasi umum. Dalam bukunya yang berjudul The Next American Metropolis
(1993), Calthorpe menjelaskan bahwa:“A Transit Oriented Development is a mixed-use
community within an average 2000 foot walking distance of a transit stop and core commercial
area. TODs mix residential, komersial, office, open space, and public uses in a walkable
environment, making it convenient for residents and employees to travel by transit, bicycle, foot,
or car.” Dari definisi tersebut, menjelaskan bahwa TOD juga harus memberikan kenyamanan pada
masyarakat dalam beraktivitas di sekitar kawasan transit dengan lingkungan yang mendukung
untuk berjalan kaki dan melakukan perjalanan menggunakan sepeda serta memiliki aksesibilitas
yang tinggi. TOD dapat dikatakan berhasil saat kawasan tersebut dapat menyediakan
keberagamaan penggunaan lahan dan kepadatan yang menciptakan kenyamanan bagi masyarakat
setempat dan pengunjung di kawasan transit (Calgary, 2005). Dittmar dan Ohland (2004)
mendefinisikan TOD sebagai konsep kawasan dengan efisiensi pembangunan yang tinggi, dimana
efisiensi tersebut dilihat dari adanya penggunaan lahan campuran, aksesibilitas dalam mencapai
lokasi transit dan ramah bagi pejalan kaki.
Adapun parameter dalam pengembangan konsep TOD yakni penggunaan lahan campuran
(mix-used), kepadatan kawasan, aksesibilitas kawasan, dan ketersediaan fasilitas pedestrian dalam
mendukung keramahan bagi pejalan kaki. TOD mendukung penggunaan moda transportasi yang
berkelanjutan seperti transportasi umum, berjalan dan bersepeda, serta mengurangi jarak
perjalanan yang akan mengurangi kemacetan lalu lintas. Selain itu, TOD memiliki peran penting
dalam konservasi, mitigasi perubahan iklim dan peningkatan kualitas udara (TOD Guide of
Queensland, 2010). TOD juga mengacu pada pembangunan mixed-use seperti pusat kawasan
komersial, sekolah, perumahan dan fasilitas publik lain yang dirancang dengan pengembangan
kepadatan tinggi untuk memaksimalkan akses perjalanan dengan transportasi umum dan
kendaraan non-motorized dan fasilitas lain yang mendorong masyarakat untuk transit. Selain itu,
TOD juga harus memiliki konektivitas jalan dengan penyediaan pedestrian dan jalur sepeda yang
nyaman dan aman serta manajemen parkir dalam mengurangi pengunaan kendaraan pribadi dan
penggunaan lahan lahan yang digunakan untuk parkir (Renne, 2009).
Adapun tujuan utama dari TOD adalah menciptakan ruang yang kompak dengan
pembangunan mixed-use, kepadatan tinggi, serta ramah bagi pejalan kaki yang dapat
memaksimalkan potensi pengunaan kendaraan umum dan menciptakan investasi dan peningkatan
perekonomian di sekitar kawasan transit (Florida TOD Guidebook, 2012). Berdasarkan penjelasan
di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi konsep Transit Oriented Development adalah suatu
kawasan di sekitar titik transit yang memiliki keberagaman jenis penggunaan lahan (mix-used)
seperti perumahan, perkantoran, pusat komersial, dan fasilitas publik lain dengan kepadatan tinggi
yang terhubung dengan konektivitas jalur pejalan kaki, jalur sepeda, dan ketersediaan parkir,
dalam mengakomodasi pergerakan masyarakat dengan menggunakan moda transportasi umum
yang dapat menangani masalah kemacetan.
BAB III
BENTUK KUESIONER

3.1. Bentuk kuesioner

No Prioritas Ronde 1 Priority in Phase II Priority in Phase II


Elemen penentu Sub Sub Sub
Elemen Elemen Elemen
Elements Elements Elements
1. Tata Guna Lahan 3 1 2
 Penggunaan lahan campuran 1 1 1
yang dipadukan dengan
kepadatan
 Lingkungan TOD yang eople 2 2 2
friendly
2. Dukungan Kawasan Hinterland 5 3 5
 Komuter dari kawasan hinterland 1 2 2
lain, seperti ungaran dan
Gunungpati
 Transit lain di kawasan-kawasan 2 1 1
hinterland
3. Sistem Transportasi 2 2 1
 Orientasi pejalan kaki 4 4 4
 Akses dan sirkulasi 3 1 1
 Fasilitas penunjang angkutan 2 3 3
umum
 Peningkatan kualitas pelayanan 1 2 2
angkutan umum berorientasi
transit
 Pembatasan penggunaan 5 5 5
kendaraan bermotor pribadi
4. Peran dan Kolaborasi antar 6 5 4
Stakeholder
 Partisipasi aktif masyarakat 1 1 1
dalam mendukung program
pemerintah kota
 Kemitraan antar stakeholder 2 3 3
 Keterpaduan visi dan misi antar 3 2 2
aktor pembangunan
 Peran Komunitas / organisasi 4 4 4
masyarakat
5. Tingkat Pemahaman dan 1 4 3
Penerimaan Masyarakat
 Orientasi pro lingkungan, 1 1 1
kesadaran akan masalah dan
norma individu
 Keinginan untuk mengurangi 3 2 2
penggunaan kendaraan bermotor
pribadi
 Tingkat pemahaman dan contoh 2 3 3
dari pemimpin
6 Sistem Regulasi 4 6 6
 Keterpaduan sistem regulasi 2 2 2
 Sosialisasi penerapan dan 1 1 1
evaluasi regulasi
BAB IV

ANALISIS
4.1 Interpretasi hasil perhitungan
BAB ini berisi interpretasi hasil perhitungan prioritas elemen penentu keberhasilan penerapan
TOD di Banyumanik, untuk mencapai hasil akhir atau mencapai kesepakatan antar panelis
mengenai Elemen Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik, dilakukan
pengujian sampai 3 ronde, dimana di setiap ronde terdapat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
 Kesepakatan antar panelis dilihat dari nilai chi-square dan index of consistency atau nilai
Kendall’s
• H0 mengindikasikan tidak ada kesepakatan antara panelis, sedangkan H1 mengindikasikan
agreement.
• Chi-square hitung < Chi- square tabel
• Nillai kendall’s menunjukkan tingkat kesepakatan antar panelis, jika nilai kendall’
mendekati angka 1 maka tingkat kesepakatan kuat sebaliknya jika nilai kendall’s menjauhi
angka 1 maka tingkat kesepakatan antar panelis rendah.
1. Hasil Perhitungan Ronde 1
a. Elemen Utama Penentu Keberhasilan TOD
Tabel 2 Elemen Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik

No. Elemen Mean SD IQR IC Priority


1. Tata Guna Lahan 3,29 1,38 2–5 4
2. Dukungan Kawasan Hinterlan 4,57 1,27 3–6 3
3. Sistem Transportasi 1,57 0,97 1-3 1
4. Peran dan Kolaborasi 3,29 1,79 1-6 5
Antar Stekholder
5. Tingkat pemahaman & Penerimaan 3,29 1,79 1-6 0,415
Masyarakat 6

6. Sistem Regulasi 5 1,00 4-6


2

Test Statistics (Level of Significance = 0,05)


N =7
Kendal’s W = 0,415
Chi - Square = 14,510
df =5
Asymp. Sig. = 0,13
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020

 Chi-Square tabel = 11,07


Berdasarkan hasil perhitungan prioritas ronde 1, mengenai elemen penentu TOD di kawasan
Banyumanik didapat Mean atau rata-rata, standar deviasi, IQR yang merupakan variasi prioritas
dari setiap elemen, IC atau indeks konsistensi dan prioritas.

Sebagai contoh elemen tata guna lahan nilai IQR nya menunjukan angka 2-5 hal ini berarti dari 7
panelis, tidak ada yang memilih prioritas 1, 6 dan 7 dalam elemen ini, dan rank prioritas elemen
ini adalah 4, prioritas ini didasarkan nilai mean dari setiap elemen, semakin kecil mean semakin
menjadi prioritas utama.

Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pada elemen penentu keberhasilan penerapan TOD di
kawasan banyumanik diketahui bahwa nilai Chi-Square hitung lebih besar dari Chi-Square tabel
(14,510 > 11,07) maka H1 diterima, atau ada kesepakatan antar panelis, Namun jika dilihat dari
nilai kendal’s dari analisis diatas (0,415) nilai ini menunjukan kesepakatan dalam kondisi yang
lemah (karena nilai masih menjauhi 1), maka analisis harus dilanjutkan di ronde 2, sampai ada
kesepakatan yang kuat antar panelis.

Rank Prioritas atau urutan pengaruh setiap elemen dari hasil perhitungan ronde pertama, mengenai
keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik, yang didasarkan pada nilai mean adalah
sebagai berikut:

Prioritas 1: sistem transportasi


Prioritas 2: Sistem regulasi
Prioritas 3: Dukungan kawasan hinterlan
Prioritas 4: Tata guna lahan
Prioritas 5: Peran dan kolaborasi antar stakeholder
Prioritas 6: Sistem regulasi
b. Elemen Tata Guna Lahan
Tabel 3 Hasil dari pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari elemen
Tata guna lahan

No. Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1. Penggunaan lahan 1,43 0,535 1-2 0,020 1
campuran yang
dipadukan dengan
kepadatan
2. Lingkungan TOD 1,57 0,535 1-2 2
yang people friendly
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7
Kendalll’s W = 0,020
Chi-Square = 0,143
Df =1
Asymp. Sig = 0,705
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-Square Tabel = 3,84
Dari perhitungan prioritas elemen tata guna lahan, diketahui nilai Chi-Square hitung lebih kecil
dari Chi-Square tabel (0,143 < 3,84) maka H0 diterima, atau tidak ada kesepakatan antar panelis
mengenai penentuan prioritas dalam elemen tata guna lahan, tanpa melihat nilai kendall's,
penentuan prioritas ini harus di lakukan kembali di ronde 2, sampai terdapat kesepakatan yang
kuat antara panelis.
Rank Prioritas atau urutan pengaruh setiap variabel dari komponen elemen tata guna lahan pada
ronde pertama adalah sebagai berikut:
Prioritas 1: Penggunaan lahan campuran yang dipadukan dengan kepadatan
Prioritas 2: Lingkungan TOD yang people friendly

c. Elemen Dukungan Kawasan Hinterland


Tabel 4 Hasil dari pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari elemen
dukungan kawasan hinterland.

No. Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1. Komuter dari 1,8571 0,37796 1-2 0.510 2
kawasan hinterlan
lain
2. Transit lain di 1.1429 0,37796 1-2 1
kawasan- kawasan
hinterland
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7

Kendalll’s W = 0.510
Chi-Square = 3.571
Df =1
Asymp. Sig = 0.059
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-Square Table = 3,84
Berdasarkan hasil perhitungan prioritas komponen elemen dukungan kawasan hinterland,
diketahui nilai Chi-Square hitung lebih kecil dari Chi-Square tabel (3,571 < 3,84) maka H0
diterima, atau tidak ada kesepakatan antar panelis. Maka pengujian harus dilakukan kembali di
ronde 2, sampai ada kesepakatan yang kuat antar panelis mengenai prioritas dari elemen dukungan
kawasan hinterland.
Hasil Prioritas atau urutan pengaruh komponen elemen dari Penentu Keberhasilan Penerapan TOD
di Kawasan Banyumanik dari Elemen Dukungan Hinterland Lain pada ronde 1 yaiitu:
Prioritas 1: Transit lain di kawasan- kawasan hinterland
Prioritas 2: Komuter dari kawasan hinterland lain
d. Elemen Sistem Transportasi
Tabel 5 Hasil dari pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari elemen
Sistem transportasi

No. Komponen Elemen Mean SD IQR IC Priority


1. Orientasi Pejalan kaki 3,71 1,11 2–5 4
2. Akses dan sirkulasi 1,85 1,21 2-4 1
3. Fasilitas penunjang angutan umum 2,85 1,06 1-4 3
4. Peningkatan kualitas pelayanan 2,42 1,27 1-5 0,347 2
angkutan umum berorientasi transit
5. Pembatasan penggunaan kendaraan 4,14 1,46 1-5
motor pribadi 5

Test Statistics (Level of Significance = 0,05)


N =7
Kendal’s W = 0,347
Chi - Square = 9,714
df =4
Asymp. Sig. = 0,046
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-Square Tabel = 9,49
Dari hasil perhitungan mengenai prioritas penentu keberhasilan TOD dari elemen sistem
transportasi, diketahui nilai Chi-Square hitung lebih besar dari Chi-Square tabel (9,714 > 9,49)
maka H1 diterima, atau ada kesepakatan antar panelis. Namun nilai Kendall’s test yakni 0,347
menunjukkan kesepakatan antar panelis lemah, maka penentuan prioritas harus dilanjutkan atau
dilakukan kembali di Ronde 2.
Rank Prioritas atau urutan pengaruh komponen elemen dari Elemen Sistem Transportasi pada
ronde 1, adalah:
Prioritas 1: Akses dan Sirkulasi
Prioritas 2: Peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum berorientasi transit
Prioritas 3: Fasilitas penunjang angutan umum
Prioritas 4: Orientasi Pejalan kaki
Prioritas 5: Pembatasan penggunaan kendaraan motor pribadi
e. Elemen Aspek Peran dan Kolaborasi Antar Stakeholder
Tabel 6 Hasil dari pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari elemen
aspek peran dan kolaborasi antar stake holder.

No. Komponen Elemen Mean SD IQR IC Priority


1. Partisipasi aktif masyarakat dalam 2,00 1,00 1-3 2
mendukunh program pemerintah
Kota
2. Kemitraan antar Stakeholder 2,43 0,97 1-4 3
0,429
3. Keterpaduan visi dan misi antar 1,86 0,89 1-3 1
aktor pembangunan
4. Peran komunitas/organisasi 3,71 0,75 2-4 4
masyarakat
Test Statistics (Level of Significance = 0,05)
N =7
Kendal’s W = 0,429
Chi - Square = 9,000
df =3
Asymp. Sig. = 0,029
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-Square tabel = 7,81
Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui nilai Chi-Square hitung lebih besar dari Chi-
Square tabel (9,0 > 7,81) maka H1 diterima, atau ada kesepakatan antar panelis. Namun nilai
Kendall’s test yakni 0,429 angka ini menunjukkan kesepakatan masih dalam kondisi yang
lemah maka pengujian harus dilakukan lagi pada ronde 2. Sampai mendapatkan kesepakatan
yang kuat antara panelis.
Prioritas dari Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari Elemen
Aspek Peran dan Kolaborasi Antar Stakeholder, yaitu:
Prioritas 1: Keterpaduan visi dan misi antar aktor pembangunan
Prioritas 2: Partisipasi aktif masyarakat dalam mendukunh program pemerintah Kota
Prioritas 3: Kemitraan antar Stakeholder
Prioritas 4: Peran komunitas/organisasi masyarakat
f. Elemen Tingkat Pemahaman dan Penerimaan masyarakat
Tabel 7 Hasil dari pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari elemen
tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat

No. Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1. Orientasi pro 1,4286 0,53452 1-2 0,245 1
lingkungan,
kesadaran akan
masalah dan norma
individu
2. Keinginan untuk 2,2857 0.,95119 1-3 2
mengurangi
kendaraan bermotor
pribadi
3 Tingkat 2,2857 0,75593 1-3 3
pemahaman dan
contoh dari
pemimpin
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7
Kendalll’s W = 0.245
Chi-Square = 3.429
Df =2
Asymp. Sig = 0.180
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
Chi-Square Table = 5,99.
Dari hasil perhitungan mengenai prioritas penentu keberhasilan TOD dari elemen sistem
tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat, diketahui nilai Chi-Square hitung lebih kecil
dari Chi-Square tabel (3,429 < 5,99) maka H0 diterima, atau tidak ada kesepakatan antar
panelis. Tanpa melihat nilai kendall'snya, karena tidak ada kesepakatan, maka penentuan
prioritas harus dilakukan kembali di ronde 2.
Prioritas dari Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari Elemen
Tingkat Pemahaman dan Penerimaan pada ronde 1, yaitu:
Prioritas 1: Orientasi pro lingkungan, kesadaran akan masalah dan norma individu
Prioritas 2: Keinginan untuk mengurangi kendaraan bermotor pribadi
Prioritas 3: Tingkat pemahaman dan contoh dari pemimpin
g. Elemen Sistem Regulasi
Tabel 8 Hasil dari pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari elemen
sistem regulasi

No Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1 Keterpaduan sistem 1,4286 ,53452 1 -2 0,020 1
regulasi

2 sosialisasi 1,5714 ,53452 1 -2 2


penerapan dan
evaluasi regulasi
menjadi prioritas
pertama.

Test Statistics (Level Of significance = 0,05)


N =7
Kendall’s W a
= 0,020
Chi-Square = 0,143
Df =1
Asymp.Sig 0,705
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-Square tabel= 3,84
Berdasarkan hasil perhitungan prioritas dari elemen sistem regulasi, dapat diketahui nilai Chi-
Square hitung lebih kecil dari Chi-Square tabel (0,143 < 3,84) maka H0 diterima, atau tidak ada
kesepakatan antar panelis. Tanpa melihat nilai kendall'snya, karena tidak ada kesepakatan, maka
penentuan prioritas harus dilakukan kembali di ronde 2.
Prioritas Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari Elemen Sistem
Regulasi, pada ronde 1 diketahu sebagai berikut:
Prioritas 1: keterpaduan sistem regulasi
Prioritas 2: sosialisasi penerapan dan evaluasi regulasi menjadi prioritas pertama.

2. Hasil Perhitungan Ronde 2


Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pada ronde pertama belum ditemukan kesepakatan antar
panelis, maka analisis harus dilakukan kembali dan kuesioner diisi kembali pada ronde 2 dengan
melampirkan hasil prioritas ronde 1, sehingga hasil pada prioritas ronde 2 adalah sebagai berikut:

a. Elemen Utama Penentu Keberhasilan TOD


Tabel 9 Elemen Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik

No. Elemen Penentu Mean SD IQR IC Prioritas


1. Tata Guna Lahan 3.1429 1.34519 2-5 1.000 2
2. Dukungan 4.8571 1.34519 2-6 5
Kawasan
Hinterland
3. Sistem 1.0000 .00000 1 1
Transportasi
4. Peran dan 3.7143 1.25357 3-6 4
Kolaborasi antar
Stakeholder
5. Tingkat 3.2857 1.11270 2-4 3
Pemahaman dan
Penerimaan
Masyarakat
6. Sistem Regulasi 5.0000 1.29099 3-6 6
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7
Kendalll’s W = 0.603
Chi-Square = 21.122
Df =5
Asymp. Sig = 0.0017
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-square tabel: 11,07
Berdasarkan hasil perhitungan prioritas mengenai elemen penentu TOD di Banyumanik didapat
Mean atau rata-rata, standar deviasi, IQR yang merupakan variasi prioritas dari setiap elemen, IC
atau indeks konsistensi dan prioritas.

Sebagai contoh elemen dukungan kawasan hinterland memiliki rata-rata 4,85, nilai mean
menentukan ranking prioritas elemen tersebut, berdasarkan hasil perhitungan elemen dukungan
kawasan hinterlan menjadi prioritas ke 5. Dan dapat diketahui dari 7 panelis, niilai bervariasi antara
2-5 (IQR) artinya dalam elemen ini panelis memilih nilai prioritas 2-5 dan tidak ada yang memilih
prioritas 1 dan 7.. Yang terpenting dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa Nilai chi-
square hitung lebih besar dari chi-square tabel (21,122 > 11,07) maka H1 diterima, atau ada
kesepakatan antar panelis mengenai elemen penentu keberhasilan TOD di Banyumanik.. namun
nilai kendal’s atau indeks konsistensi dari analisis diatas menunjukan nilai 0,605 yang berarti
kesepakatan antar panelis belum cukup kuat, maka penentuan prioritas harus dilakukan kembali di
ronde 3 sampai ada kesepakatan yang kuat anatara panelis.

Dari hasil perhitungan diatas, dapat diketahui prioritas dari Penentu Keberhasilan Penerapan TOD
di Kawasan Banyumanik, pada ronde 2 ialah:

Prioritas 1: sistem transportasi

Prioritas 2: tata guna lahan

Prioritas 3: tingkat pemahanan dan penerimaan masyarakat

Prioritas 4: peran dan kolaborasi antar stakeholder

Prioritas 5: dukungan kawasan hinterland

Prioritas 6: Sistem regulasi

b. Elemen Tata guna lahan

Tabel 10 Hasil dari pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari
elemen Tata guna lahan

No. Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1. Penggunaan lahan 1,00 0,000 1-1 1,000 1
campuran yang
dipadukan dengan
kepadatan
2. Lingkungan TOD 2,00 0,000 2-2 2
yang people friendly
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7
Kendalll’s W = 1,000
Chi-Square = 7,000
Df =1
Asymp. Sig = 0,008
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-Square Tabel = 3,84
Berdasarkan hasil perhitungan prioritas elemen tata guna lahan, diketahui bahwa nilai Chi
Square hitung lebih besar dari nilai Chi-Square tabel ( 7,000 > 3,84 ) maka H1 diterima atau ada
kesepakatan antar panelis. Dan nilai kendall’s atau indeks konsistensinya menunjukan angka 1
atau kesepakatan dalam hubungan yang sangat kuat. Namun karena elemen utama penentu
keberhasilan TOD masih belum mencapai kesepakatan yang kuat, maka penentuan prioritas tetap
dilakukan kembali di ronde 3.
Dari tabel diatas dapat diketahui prioritas setiap variabel dalam elemen tata guna lahan, nilai
prioritas tersebut berdasarkan nilai mean dari masing-masing variabel, urutan prioritas dari
komponen elemen tata guna lahan adalah sebagai berikut:
Prioritas 1: penggunaan lahan campuran yang dipadukan dengan kepadatan
Prioritas 2: lingkungan TOD yang people friendly
c. Dukungan kawasan Hintrland
Tabel 11 Hasil dari pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari
elemen dukungan kawasan hinterland.

No. Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1. Komuter dari 2.000 0.000 1-2 1.000 2
kawasan hinterlan
lain
2. Transit lain di 1.000 0.000 1-2 1
kawasan- kawasan
hinterland
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7

Kendalll’s W = 1.000
Chi-Square = 7.000
Df =1
Asymp. Sig = 0.008
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
Dari hasil pengujian prioritas dari elemen dukungan kawasan hinterland, dapat diketahui bahwa
nilai Chi Square hitung lebih besar dari nilai Chi-Square tabel ( 7,000 > 3,84) maka H1 diterima
atau ada kesepakatan antar panelis. Dan nilai kendall’s atau indeks konsistensinya menunjukan
angka 1 atau kesepakatan dalam kondisi yang sangat kuat. Namun karena elemen utama penentu
keberhasilan TOD masih belum mencapai kesepakatan yang kuat maka penentuan proiritas tetap
dilakukan kembali di ronde 3.
prioritas dari komponen elemen dukungan kawasan hinterland pada ronde 2 mengalami perubahan
dari ronde 1, prioritas tersebut adalahsebagai berikut:
Prioritas 1: transit lain di kawasan-kawasan hinterlan
Prioritas 2: komuter dari kawasan hinterlan lain
Urutan prioritas ini dilihat dari nilai Mean dari masing-masing komponen elemen.
d. Sistem Transportasi
Tabel 12 Hasil dari pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari
elemen sistem transportasi

No. Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1. Orientasi Pejalan 4,14 0,378 4-5 1,000 4
Kaki
2. Akses dan 1,14 0,378 1-2 1
Sirkulasi
3. Fasilitas Penunjang 2,71 0,378 1-3 3
Angkutan Umum
4. Penigkatan 2,14 0,378 2-3 2
Kualitas Pelayanan
Angkutan Umum
Berorientasi
Transit
5. Pembatasan 4,86 0,378 4-5 5
Penggunaan
Kendaraan
Bermotor Pribadi
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
YgN =7
Kendalll’s W = 0,902
Chi-Square = 25,257
Df =4
Asymp. Sig = 0,008
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi- Square Tabel = 9,49
Dari hasil perhitungan prioritas dari sub elemen sistem transportasi dapat diketahui Nilai Chis-
Square hitung lebih besar dari chi-square tabel yaitu 25,257 > 9,49. Maka H1 diterima atau ada
kesepakatan antar panelis. Dan nilai kendall’s atau indeks konsistensinya mendekati angka 1 yakni
0,902 maka antar panelis ada kesepekatan dan dalam kondisi yang kuat. Namun karena elemen
utama penentu keberhasilan TOD masih belum mencapai kesepakatan yang kuat maka penentuan
proiritas tetap dilakukan kembali di ronde 3.
Prioritas dari komponen elemen sistem transportasi pada ronde 2, yang dilihat berdasarkan nilai
mean dari setiap komponen elemennya didapat sebagai berikut:
Prioritas 1: akses dan sirkulasi
Prioritas 2: fasilitas penunjang angkutan umum
Prioritas 3: peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum berorientasi transjt
Prioritas 4: orientasi pejalan kaki
Prioritas 5: pembatasan penggunaan kendaraan bermotor pribadi

e. Peran dan Kolaborasi antar stakeholder


Tabel 13 Hasil dari pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari
elemen aspek peran dan kolaborasi antar stake holder .

No. Komponen Elemen Mean SD IQR IC Priority


1. Partisipasi aktif masyarakat dalam 1,29 0,75 1-3 1
mendukunh program pemerintah
Kota
2. Kemitraan antar Stakeholder 2,86 0,37 2-3 3
0,853
3. Keterpaduan visi dan misi antar 1,86 0,37 1-2 2
aktor pembangunan
4. Peran komunitas/organisasi 4,00 0,00 4-4 4
masyarakat
Test Statistics (Level of Significance = 0,05)
N =7
Kendal’s W = 0,853
Chi – Square = 17,914
df =3
Asymp. Sig. = 0,000
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020

 Chi-square tabel: 7,81


Berdasarkan hasil perhitungan prioritas sub elemen peran dan kolaborasi antar stakeholder pada
ronde 2 dapat diketahui nilai chi-square hitung lebih besar dari chi-square tabel (17,914>7,81)
maka H1 diterima, atau ada kesepakatan antar panelis mengenai sub elemen peran dan kolaborasi
antar stakeholder. Dan dari nilai kendall’s atau indeks konsistensinya menunjukan angka 0,8 angka
ini mendekati angka 1 atau memiliki arti kesepakatan dalam kondisi yang kuat. Namun karena
elemen utama penentu keberhasilan TOD masih belum mencapai kesepakatan yang kuat maka
penentuan proiritas tetap dilakukan kembali di ronde 3
Diketahui Prioritas dari komponen elemen peran dan kolaborasi antar stakeholde pada ronde 2,
yang dilihat berdasarkan nilai mean dari setiap komponen elemennya didapat sebagai berikut:
Prioritas 1: partisipasi aktif masyarakat dalam mendukung peran pemerintah kota
Prioritas 2: kemitraan antar stakeholder
Prioritas 3: keterpaduan visi dan misi antar aktor pembangunan
Prioritas 4: peran komunitas/organisasi masyarakat

f. Elemen tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat


Tabel 14 Hasil dari pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari
elemen tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat

No. Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1. Orientasi pro 1.0000 0.00000 1 0,796 1
lingkungan,
kesadaran akan
masalah dan norma
individu
2. Keinginan untuk 2.2857 0. 48795 2-3 2
mengurangi
kendaraan bermotor
pribadi
3 Tingkat pemahaman 2.7143 0. 48795 2-3 3
dan contoh dari
pemimpin
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7

Kendalll’s W = 0.796
Chi-Square = 11.143
Df =2
Asymp. Sig = 0.004
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-square table 5,99
Dari hasil perhitungan prioritas komponen elemen tingkat pemahaman dan penerimaan
masyarakat dapat diketahui bahwa Chi Square hitung > nilai Chi-square tabel (11.143 > 5.99)
maka H0 diterima atau ada kesepakatan antar panelis. dan jika dilihat dari nilai Kendall’s test yakni
0,796 angka ini mendekati 1 dan menunjukkan bahwa ada kesepakatan yang kuat antara panelis.
Prioritas dari komponen elemen tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat pada ronde 2,
yang dilihat berdasarkan nilai mean dari setiap komponen elemennya didapat sebagai berikut:
Prioritas 1: orientasi pro lingkungan, kesadaran akan masalah norma dan individu
Prioritas 2: keinginan untuk mengurangi kendaraan bermotor pribadi
Prioritas 3: tingkat pemahaman dan contoh dari pemimpin

g. Sistem Regulasi
Tabel 15 Hasil dari pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik dari
elemen sistem regulasi

No Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1 Keterpaduan Sistem 1,5714 ,53452 1 -2 0,020 2
Regulasi

2 Sosialisasi 1,4286 ,53452 1 -2 1


penerapan dan
evaluasi regulasi
Test Statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7
Kendall’s W a
= 0,020
Chi-Square = 0,143
Df =1
Asymp.Sig = 0,705
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi Square Tabel = 3,841
Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa Chi Square hitung < nilai Chi-Square tabel (
0,143 < 3,84 ) maka H0 diterima atau tidak ada Hubungan antar variabel. Maka penentuan prioritas
pada komponen elemen ini dilanjutkan pada ronde 3, sampai mencapai kesepakatan antar panelis.
Dari hasil analisis yang lakukan kemudian didapatkan Prioritas dari komponen elemen sistem
regulasi pada ronde 2, yang dilihat berdasarkan nilai mean dari setiap komponen elemennya
didapat sebagai berikut:
Prioritas 1: keterpaduan sistem regulasi
Prioritas 2: sosialisasi penerapan dan evaluasi regulasi menjadi prioritas pertama.
3. Hasil Perhitungan Ronde 3
Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pada ronde kedua belum ditemukan kesepakatan yang kuat
antar panelis, maka analisis harus dilakukan kembali pada ronde 3 dengan melampirkan hasil
prioritas ronde 2, sehingga hasil pada prioritas ronde 3 adalah sebagai berikut:

a. Elem penentu utama

Tabel 16 Elemen Penentu Keberhasilan Penerapan TOD di Kawasan Banyumanik

No. Elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1. Tata Guna Lahan 2.0000 .00000 2 0.963 2
2. Dukungan 5.2857 .48795 5-6 5
Kawasan
Hinterland
3. Sistem 1.0000 .00000 1 1
Transportasi
4. Peran dan 3.8571 .37796 3-4 4
Kolaborasi antar
Stakeholder
5. Tingkat 3.1429 .37796 3-4 3
Pemahaman dan
Penerimaan
Masyarakat
6. Sistem Regulasi 5.7143 .48795 5-6 6
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7
Kendalll’s W = 0.963
Chi-Square = 33.694
Df =5
Asymp. Sig = 0.000
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-square table :11.07
Berdasarkan hasil perhitungan prioritas mengenai elemen penentu Tod di Banyumanik pada ronde
3, didapat Mean yang menunjukan rata-rata, standar deviasi, iqr yang merupakan variasi prioritas
dari setiap elemen, IC atau indeks konsistensi dan prioritas.
Sebagai contoh elemen sistem tansportasi memiliki rata-rata 1 berarti rata2 tiap panelis memilih
sistem transportasi sebagai prioritas pertama, pada elemen ini niilai iqr menunjukan angka 1
artinya dari 7 panelis, semua memilih prioritas 1 pada elemen ini, dan berdasarkan nilai meannya
elemen ini menjadi prioritas 1 dalam penentu keberhasilan TOD di Banyumanik.
Dari hasil analisis keseluruhan didapatkan bahwa Chi Square Hitung > Chi Square Tablle, maka
H1 diterima ini bearti ada hubungan antar panelis dalam memilih prioritas elemen penentu
keberhasilan TOD di Banyumanik. Nilai Kendall’s atau indeks konsistensi menunjukan angka
0,963 dimana angka tersebut mendekati angka 1, berarti kesepakatan antara panelis dalam kondisi
yang kuat, sehingga didapat kesepakatan dalam ronde ini. Dan didapat tingkat prioritas atau urutan
pengaruh elemen penentu keberhasilan TOD, pada ronde ini adalah sebagai berikut;
Prioritas 1: Sistem Transportasi
Prioritas 2: Tata Guna lahan
Prioritas 3: Tingkat Pemahaman dan Penerimaan Masyarakat
Prioritas 4: Peran dan kolaborasi antar stakeholder
Prioritas 5: Dukungan Kawasan Hinterland
Prioritas 6: Sistem Regulasi

b. Tata Guna Lahan


Tabel 17 Hasil Dari Pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD Di Kawasan Banyumanik Dari
Elemen Tata Guna Lahan

No. Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1. Penggunaan lahan 1,00 0,000 1-1 1,000 1
campuran yang
dipadukan dengan
kepadatan
2. Lingkungan TOD 2,00 0,000 2-2 2
yang people friendly
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7
Kendalll’s W = 1,000
Chi-Square = 7,000
Df =1
Asymp. Sig = 0,008
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-Square Tabel :3,84
Dari hasil perhitungan prioritas komponen elemen tata guna lahan, dapat diketahui chi
Square hitung > nilai Chi-Square tabel ( 7,000 > 3,84 ) maka H1 diterima bearti ada kesepakatan
antar panelis. Dan dilihat dari nilai Kendall’s Test yakni di angka 1,000 menunjukkan data
kesepakatan yang sangat kuat antar panelis. Maka dalam ronde 3 ini elemen tata guna lahan sudah
mencapai kesepakatan antar panelis.
Rank Prioritas atau urutan pengaruh komponen dari elemen tata guna lahan pada ronde 3,
yang dilihat berdasarkan nilai mean dari setiap komponen elemennya, didapat sebagai berikut:
Prioritas 1: Penggunaan lahan campuran yang dipadukan dengan kepadatan
Prioritas 2: lingkungan TOD yang people friendly
c. Dukungan Kawasan Hinterland
Tabel 18 Hasil Dari Pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD Di Kawasan Banyumanik Dari
Elemen Dukungan Kawasan Hinterland.

No. Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1. Komuter dari 2.0000 .00000 2 1.000 2
kawasan hinterlan
lain
2. Transit lain di 1.0000 .00000 1 1
kawasan- kawasan
hinterland
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7

Kendalll’s W = 1.000
Chi-Square = 7.000
Df =1
Asymp. Sig = 0.008
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-Square Tabel :3,84
Dari hasil perhitungan prioritas komponen elemen dukungan kawasan hinterlan, dapat
diketahui diketahui bahwa Chi Square hitung > nilai Chi-Square tabel ( 7,000 > 3,84 ) maka H1
diterima dan ada kesepakatan antar panelis. Dan nilai Kendall’s test yakni menunjukan angka
1,000 hal ini berarti kesepakatan dalam kondisi yang sangat baik.
Dari data diatas juga memperlihatkan bahwa rank prioritas atau urutan pengaruh komponen
elemen dukungan kawasan hinterland adalah sebagai berikut:
 Prioritas 1: Transit lain di kawasan- kawasan hinterland
 Prioritas 2: Komuter dari kawasan hinterlan land
d. Sistem Transportasi
Tabel 19 Hasil Dari Pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD Di Kawasan Banyumanik Dari
Elemen Sistem Transportasi
No. Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY
1. Orientasi Pejalan 4,14 0,378 4-5 1,000 4
Kaki
2. Akses dan Sirkulasi 1,14 0,378 1-2 1
3. Fasilitas Penunjang 2,71 0,378 1-3 3
Angkutan Umum
4. Penigkatan Kualitas 2,14 0,378 2-3 2
Pelayanan Angkutan
Umum Berorientasi
Transit
5. Pembatasan 4,86 0,378 4-5 5
Penggunaan
Kendaraan Bermotor
Pribadi
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7
Kendalll’s W = 0,902
Chi-Square = 25,257
Df =4
Asymp. Sig = 0,008
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi- Square Tabel :9,49
Dari hasil perhitungan prioritas komponen elemen peran dan kolaborasi antar stakeholder
dapat diketahui Nilai Chis-Square tabel yaitu 25,257 >9,49. Maka H1 diterima atau ada
kesepakatan antar panelis. Nilai Kendall’s test yakni 0,902 yang menunjukkan kesepakatan Sangat
kuat antara panelis.
Rank Prioritas atau urutan pengaruh komponen dari elemen sistem transportasi pada ronde
3, yang dilihat berdasarkan nilai mean dari setiap komponen elemennya didapat sebagai berikut:
Prioritas 1: akses dan sirkulasi
Prioritas 2: peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum berorientasi transit
Prioritas 3: fasilitas penunjang angkutan umum
Prioritas 4: orientasi pejalan kaki
Prioritas 5: pembatasan penggunaan kendaraan bermotor
e. Aspek Peran dan Kolaborasi antar Stake Holder
Tabel 20 Hasil Dari Pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD Di Kawasan Banyumanik Dari
Elemen Aspek Peran Dan Kolaborasi Antar Stake Holder.

No. Komponen Elemen Mean SD IQR IC Priority


1. Partisipasi aktif masyarakat dalam 1 0,00 1-1 1
mendukunh program pemerintah
Kota
2. Kemitraan antar Stakeholder 3 0,00 3-3 3
1
3. Keterpaduan visi dan misi antar 2 0,00 2-2 2
aktor pembangunan
4. Peran komunitas/organisasi 4 0,00 4-4 4
masyarakat
Test Statistics (Level of Significance = 0,05)
N =7
Kendal’s W =1
Chi – Square = 21,00
Df =3
Asymp. Sig. = 0,000
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-square tabel : 7,81
Karena chi square hitung lebih dari chi-square tabel (21,00> 7,81) , artinya H1 diterima atau
ada kesepakatan antar panelis, mengenai penentuan prioritas komponen elemen peran dan
kolaborasi antar stakeholder. Dilihat dari Nilai Kendall’s atau indeks konsistensinya yakni 1 yang
menunjukkan kesepakatan dalam kondisi yang sangat kuat antara panelis.
Prioritas dari komponen elemen peran dan kolaborasi antar stake holder pada ronde 3, yang
dilihat berdasarkan nilai mean dari setiap komponen elemennya didapat sebagai berikut:
Prioritas 1: aktif masyarakat dalam mendukunh program pemerintah Kota
Prioritas 2: Keterpaduan visi dan misi antar aktor pembangunan
Prioritas 3: kemitraan antar Stakeholder
Prioritas 4: peran komunitas/organisasi masyarakat
f. Tingkat Pemahaman dan Penerimaan Masyarakat
Tabel 21 Hasil Dari Pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD Di Kawasan Banyumanik Dari
Elemen Tingkat Pemahaman Dan Penerimaan Masyarakat

No. Komponen elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1. Orientasi pro 1.1429 0.37796 1-2 0,878 1
lingkungan,
kesadaran akan
masalah dan norma
individu
2. Keinginan untuk 1.8571 0. 37796 1-2 2
mengurangi
kendaraan bermotor
pribadi
3 Tingkat pemahaman 3.0000 0. 00000 3 3
dan contoh dari
pemimpin
Test statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7

Kendalll’s W = 0.878
Chi-Square = 12.286
Df =2
Asymp. Sig = 0.002
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi-square table :5,99
Dari hasil perhitungan prioritas komponen elemen tingkat pemahaman dan penerimaan
masyarakat, dapat diketahui dalam hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa Chi Square hitung
> nilai Chi-square tabel (12.286 > 5.99) maka H1 diterima dan ada kesepakatan antar panelis.
Namun jika dilihat dari nilai Kendall’s test yakni di angka 1.000 menunjukkan data kesepakatan
yang sempurna antara panelis.
Dari data diatas juga diketahui rank prioritas atau urutan pengaruh komponen dari elemen tingkat
pemahaman dan penerimaan masyarakat sebagai berikut:
Prioritas 1: Orientasi pro lingkungan, kesadaran akan masalah norma dan individu
Prioritas 2: Keinginan untuk mengurangi kendaraan bermotor pribadi
Prioritas 3: Tingkat pemahaman dan contoh dari pemimpin

g. Sistem Regulasi
Tabel 22 Hasil Dari Pengujian Penentu Keberhasilan Penerapan TOD Di Kawasan Banyumanik Dari
Elemen Sistem Regulasi

No Komponen Elemen Mean SD IQR IC PRIORITY


1 Keterpaduan Sistem 2 ,0 2 1 2
Regulasi

2 Sosialisasi 1 ,0 1 1
penerapan dan
evaluasi regulasi
Test Statistics (Level Of significance = 0,05)
N =7
Kendall’s Wa =1
Chi-Square =7
Df =1
Asymp.Sig = 0,017
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8, 2020
 Chi Square Tabel : 3,841
Dari hasil perhitungan prioritas komponen elemen sistem regulasi dapat diketahui bahwa
Chi Square hitung > nilai Chi-Square tabel (7,000 > 3,84) maka H1 diterima atau ada Hubungan
antar panelis dalam memilih prioritas . Namun jika dilihat dari nilai Kendall’s test yakni di angka
1,000 menunjukkan adanya hubungan yang Sempurna antar variabel.

Dari hasil analisis yang telah lakukan kemudian didapatkan urutan pengaruh komponen dari
elemen sistem regulasi, sebagai berikut:

Prioritas 1: Sosialisasi penerapan dan evaluasi regulasi

Prioritas 2: Keterpaduan sistem regulasi

4.2 Hasil Akhir


Elemen
Prioritas Komponen dari Elemen Prioritas
Penentu
 Penggunaan lahan campuran yang 1
Tata Guna
2 dipadukan dengan kepadatan
Lahan
 Lingkungan TOD yang people friendly 2
 Komuter dari kawasan hinterland lain,
Dukungan 2
seperti Ungaran dan Gunungpati
Kawasan 5
Hinterland  Transit lain di kawasan-kawasan
1
hinterland
 Orientasi pejalan kaki 4
 Akses dan sirkulasi 1
 Fasilitas penunjang angkutan umum 3
Sistem
Transportasi
1  Peningkatan kualitas pelayanan
2
angkutan umum berorientasi transit
 Pembatasan penggunaan kendaraan
5
bermotor pribadi
 Partisipasi aktif masyarakat dalam
1
Peran dan mendukung program pemerintah kota
Kolaborasi antar 4  Kemitraan antar stakeholder 3
stakeholder  Keterpaduan visi dan misi antar aktor
2
pembangunan
 Peran Komunitas / organisasi
4
masyarakat
 Orientasi pro lingkungan, kesadaran
1
Tingkat akan masalah dan norma individu
Pemahaman dan  Keinginan untuk mengurangi
3 2
penerimaan penggunaan kendaraan bermotor pribadi
masyarakat  Tingkat pemahaman dan contoh dari
3
pemimpin
 Keterpaduan sistem regulasi 2
Sistem Regulasi 6  Sosialisasi penerapan dan evaluasi
1
regulasi
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kesepakatan dalam analisis
ini didapat setelah melakukan 3 ronde, berdasarkan hasil analisis ini didapat prirotas faktor yang
mempengaruhi TOD, adalah sebagai berikut:
Urutan prioritas pada elemen penentu keberhasilan TOD di Banyumanik adalah adalah;
1. Sistem Transportasi,
2. Tata Guna Lahan
3. Tingkat Pemahaman dan Partisipasi Masyarakat,
4. Peran dan Kolaborasi Antar Stakeholder,
5. Dukungan Kawasan Hinterland
6. Sistem Regulasi
 Pada elemen Sistem Transportasi, didapat komponen elemen yang paling berpengaruh
adalah akses dan sirkulasi, kedua peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum
berorientasi transit, ketiga fasilitas penunjang angkutan umum, keempat orientasi pejalan
kaki dan yang terakhir Pembatasan Penggunaan Kendaraan Bermotor Pribadi.
 Pada elemen Tata Guna Lahan, komponen yang berpengaruh terhadap keberhasilan TOD
adalah; Penggunaan Lahan Campuran yang Dipadukan dengan Kepadatan, kemudian
Lingkungan TOD yang People Friendly.
 Pada elemen ingkat Pemahaman dan Penerimaan Masyarakat, urutan komponen elemen
yang berpengaruh adalah; Orientasi Pro Lingkungan, kemudian Keinginan untuk
Mengurangi Penggunaan Kendaraan Bermotor Pribadi, dan yang terakhir Tingkat
Pemahamandan Contoh dari Pemimpin.
 Pada elemen Peran dan Kolaborasi Antar Stakeholder, urutan komponen elemen yang
berpengaruh terhadap keberhasilan TOD adalah; Partisipasi Aktif Masyarakat dalam
Mendukung Program Pemerintah Kota, Keterpaduan Visi dan Misi Antar Aktor
Pembangunan, Kemitraan Antar Stakeholder, dan Peran Komunitas/Organisasi
Masyarakat.
 Pada Dukungan Kawasan Hinterland, urutan komponen elemen yang berpengaruh
terhadap keberhasilan TOD berturut-turut adalah; Transit Lain di Kawasan-Kawasan
Hinterland, dan Komuter dari Kawasan Hinterland lain, seperti ungaran dan gunung pati
 Pada elemen Sistem Regulasi, urutan komponen elemen yang berpengaruh terhadap
keberhasilan TOD adalah; Sosialisasi Penerapan dan Evaluasi Regulasi, kemudiaan
keterpaduan sistem regulasi
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2019). Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka 2019. Provinsi Jawa Tengah
Dalam Angka 2019. Diakses pada 10 Mei 2020.
Ramadani, Virta Safitri. (2017). Stasiun Gubeng Dengan Konsep Transit Oriented Development.
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Diakses pada 10 Mei 2020.

Pamungkas, FA dkk. (2014). Penentuan Masukan Arahan Pengembangan Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL) Pantai Pening dengan Metode Analisis Delphi. Jurusan Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota. Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Diakses pada 10 Mei
2020.

https://kecbanyumanik.semarangkota.go.id/
https://id.wikipedia.org/
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai