Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lalu lintas di dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan
dan orang di ruang lalu lintas jalan, sedang yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah
prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa
jalan dan fasilitas pendukung. Jalan merupakan faktor utama yang sangat penting untuk
menunjang kegiatan masyarakat sehari-hari. Setiap hari masyarakat menggunakan jalan umum
untuk mencapai tempat tujuannya.

Pada Kecamatan Gedebage ….

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan kemacetan pasti selalu ada pada kota besar Di Indonesia terutama di kota
Bandung. Kecamatan Gedebage dengan mayoritas lahannya digunakan sebagai pemukiman
sudah pasti akan ada kendala kemacetan dengan tingkat lalu lalang yang tinggi. Maka dari itu
muncul permasalahan yang ada, adapun masalah pada laporan ini adalah “identifikasi tingkat
kemacetan di Kecamatan Gedebage.”

1.3 Tujuan dan Sasaran


Tujuan pada penulisan laporan ini, diperlukan agar pembahasan yang dipaparkan lebih teratur,
terarah, serta tidak keluar dari topik utama. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi kemacetan dan volume kendaraan yang melalui Kecamatan Gedebage. Adapun
sasaran yang ingin dicapai, yaitu:

1. Teridentifikasi kecepatan dan kapasitas jalan


2. Teridentifikasi lebar jalan yang diperlukan
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam tugas ini terdiri atas ruang lingkup substansi yaitu batasan lingkup yang
perlu dipertimbangkan dalam identikasi kemacetan dan ruang lingkup wilayah yaitu berisikan
luas wilayah studi dan batasan-batasan administrasi wilayah studi dari tugas ini. Ruang lingkup
berisi mengenai ruang lingkup substansi dan ruang lingkup wilayah sebagai berikut;

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah


a. Kecamatan Gedebage

Kecamatan Gedebage tmerupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kota Bandung,
Kecamatan Gedebage terletak di sebelah selatan Kota Bandung. Kecamatan Gedebage sendiri
memiliki luas sebesar 9,78 Km2, dan terdiri dari empat kelurahan dengan rincian sebagai
berikut :

Kelurahan Luas wilayah (Km2) Persentase ( % )

Rancabolang 2.78 28.22

Rancanumpang 1.15 11.75

Cisaranten Kidul 4.26 43.55

Cimincrang 1.61 16.46

Jumlah 9.78 100

Sumber : Kecamatan Gedebage Dalam Angka 2018

Kelurahan Cisaranten Kidul memiliki wilayah yang terluas dibandingkan dengan wilayah lain
yaitu seluas 4,26 Km2 atau sekitar 43,55% dari keseluruhan luas Kecamatan Gedebage
sedangkan kelurahan dengan wilayah terkecil yaitu wilayah Kelurahan Rancanumpang yaitu
sebesar 1.15 Km2 atau sekitar 11.75% dari luas wilayah Kecamatan Gedebage

Adapun batas – batas wilayah dari Kecamatan Cilengkrang adalah sebagai berikut :

 Utara : Kecamatan Cinambo dan Kecamatan Panyileukan


 Timur : Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung
 Selatan : Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung
 Barat : Kecamatan Rancasari

Kecamatan Gedebage terdiri dari empat kelurahan seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
kelurahan kelurahn tersebut sebagai berikut : Kelurahan Rancabolang, Kelurahan
Rancanumpang, Kelurahan Cimincrang, dan Kelurahan Cisaranten Kidul. Masing – masing
kelurahan tersebut memiliki jumlah penduduk sebagai berkut :

Luas Tahun
Kelurahan wilayah
2010 2015 2017
(Km2)

Rancabolang 2.78 8.566 8.969 -

Rancanumpang 1.15 4.809 5.014 -

Cisaranten Kidul 4.26 17.786 18.541 -

Cimincrang 1.61 3.138 3.272 -

Jumlah 9.78 34.299 35.579 35.800

Sumber : Kecamatan Gedebage Dalam Angka 2018

Kelurahan di Kecamatan Gedebage yang memiliki jumlah penduduk paling tinggi dari tahun ke
tahun yaitu adalah Kelurahan Cisaranten Kidul dan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk
terendah dari tahun ke tahun yaitu adalah Kelurahan Cimincrang, untuk jumlah penduduk total di
Kecamatan Gedebage dari tahun ke tahun terus naik tidak ada penurunan seperti dapat dilihat
pada tabel diatas.

b. Lokasi Studi

Jalan Gedebage merupakan Jalan Kolekor Primer dengan Panjang sekitar 3,48 Km dengan lebar
jalan sekitar 10m. Jalan Gedebage ini menghubungkan antara Jalan Derwati dengan Jalan Rumah
Sakit dan Jalan Soekarno-Hatta. Jalan Gedebage juga seringkali di lewati oleh kendaraan antar
kota seperti truk logistic, alat berat, pengendara antar kota dan lain sebagainya.
c. Permasalahan di Lokasi

Ruas Jalan Gedebage merupakan jalan yang sering sekali di lewati oleh kendaraan – kendaraan
besar dan kendaran – kendaraan proyek mengingat di Kawasan tersebut terdapat Terminal Peti
Kemas Bandung Dryport 476 dan juga sedang berjalannya pembangunan Proyek Summarecon
Bandung membuat ruas jalan tersebut seringkali terhambat karena keluar masuknya kendaraan –
kendaraan tersebut ditambah lagi adanya rel kereta api sehngga bila kereta api melintas
menambah terhambatnya arus di ruas jalan ini.

1.4.2 Ruang Lingkup Substansi


Ruang lingkup substansi dalam laporan ini yaitu membahas mengenai kondisi eksisting ruas
jalan gedebage, mengidentifikasi volume lalu lintas, mengidentifikasi kapasitas jalan,
mengidentifikasi kecepatan tempuh, dan tingkat pelayanan jalan gedebage. Dari ruang lingkup
subtansi tersebut, dilakukan analisis mengenai tujuan laporan yaitu kemacetan dan volume
kendaraan yang melalui Kecamatan Gedebage.

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Dalam pembuatan laporan ini metode penelitia dan pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :

 Deskriptif Analisis
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang,
lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau apa adanya.

Menurut Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif


merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena
yang diselidiki.
Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode
yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau masalah
aktual.

 Studi Literatur / Pustaka

Studi Literatur / Pustaka merupakan kegiatan mengamati berbagai literatur yang


berhubungan dengan pokok permasalahan yang diangkat baik itu berupa buku, makalah
ataupun tulisan yang sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
proses penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan


BAB I Pendahuluan

Pada BAB ini dijelaskan Latar belakang studi, rumusan permasalahan, tujuan studi, sasaran
studi, manfaat studi, ruang lingkup studi, metode analisis, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini menjelaskan tentang deskripsi atau gambaran umum studi kasus, teori menurut para ahli
yang berkaitan dengan studi kasus yang dibahas, dan upaya yang sudah dilakukan pemerintah.
Tinjauan ini berdasarkan data yang diperoleh dari literatur dan studi lapangan.

BAB III Gambaran Umum Daerah Studi

Menjelaskan bagaimana karakteristik dari wilayah studi yang dipilih yaitu Kecamatan Gedebage
ruas Jalan Gedebage

BAB IV Analisis

Bab ini menjelaskan analisis studi kasus dengan peraturan pemerintah yang berlaku, sehingga
diketahuinya sebab akibat atau kesalahan yang terjadi dan menjawab tujuan penelitian.

BAB V Kesimpulan
Menjelaskan keseluruhan studi yaitu memberikan gambaran pencapaian maksud dan hasil akhir
dari keseluruhan laporan.
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik atau garis tertentu
pada suatu penampang melintang jalan.Data pencacahan volume lalu lintas adalah informasi
yang diperlukan untuk fase perencanaan, desain, manajemen sampai pengoperasian jalan
(Sukirman 1994).

Menurut Sukirman (1994), volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu
titi pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Sehubungan dengan penentuan
jumlah dan lebar jalur, satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan adalah lalu lintas
harian rata-rata, volume jam perencanaan dan kapasitas. Jenis kendaraan dalam perhitungan ini
diklasifikasikan dalam 3 macam kendaraan yaitu :

1. Kendaraan Ringan (Light Vechicles = LV)


Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 4 roda (mobil penumpang),
2. Kendaraan berat ( Heavy Vechicles = HV)
Indeks untuk kendaraan bermotor dengan roda lebih dari 4 ( Bus, truk 2 gandar, truk 3
gandar dan kombinasi yang sesuai),
3. Sepeda motor (Motor Cycle = MC)
Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 2 roda.

Kendaraan tak bermotor (sepeda, becak dan kereta dorong), parkir pada badan jalan dan pejalan
kaki anggap sebagai hambatan samping. Data jumlah kendaraan kemudian dihitung dalam
kendaraan/jam untuk setiap kendaraan, dengan faktor koreksi masing-masing kendaraan yaitu :
LV=1,0; HV = 1,3; MC = 0,40 Arus lalu lintas total dalam smp/jam adalah :

Qsmp = (emp LV × LV + emp HV × HV + emp MC × MC) ……………... (3-1)

Keterangan:

Q : volume kendaraan bermotor ( smp/jam)


EmpLV : nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan ringan

EmpHV : nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan berat

EmpMC : nilai ekivalen mobil penumpang untuk sepeda motor

LV : notasi untuk kendaraan ringan

HV :notasi untuk kendaraan berat

MC :notasi untuk sepeda motor

Tabel 1. Keterangan Nilai SMP

Nilai Satuan Mobil Penumpang


Jenis Kendaraan
SMP
Kendaraan Berat (HV) 1.3
Kendaraan Ringan (LV) 1.0
Sepeda Motor (MC) 0.40
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Yang nantinya hasil faktor satuan mobil penumpang (P) ini dimasukkan dalam rumus volume
lalu lintas:

Q = P × Qv…………………………………………………………………………. (3.2)

Keterangan:

Q = volume kendaraan bermotor (smp/jam),

P = Faktor satuan mobil penumpang,

Qv = Volume kendaraan bermotor (kendaraan per jam)

2.2 Kecepatan Tempuh


Menurut MKJI (1997), kecepatan tempuh dinyatakan sebagai ukuran utama kinerja suatu segmen
jalan, karena hal ini mudah dimengerti dan diukur. Kecepatan tempuh didefinisikan sebagai
kecepatan rerata ruang dari kendaraan ringan (LV) sepanjang segmen jalan, dana dapat dicari
dengan menggunakan rumus:

V= L/TT ………

Keterangan:

V = kecepatan rerata ruang LV (km/jam ),

L = panjang segmen jalan (km),

TT = waktu tempuh rerata LV sepanjang segmen jalan (jam).

2.3 Kapasitas Jalan


Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat
dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua-lajur dua-arah, kapasitas
ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur,
arus dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan per lajur. Nilai kapasitas jalan dapat
dipengaruhi yaitu oleh lebar jalan, pemisah arah, hambatan samping dan bahu jalan dan juga
ukuran kota studi.

Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut:

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)

dimana:

C = Kapasitas (smp/jam)

CO = Kapasitas dasar (smp/jam)

FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan

FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)

FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb

FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota


Selanjutnya untuk mendapatkan kapasitas jalan, perlu dilakukannya langkah – langkah awal
yaitu seperti penghitungan kapasitas dasar, mengidentifikasi faktor penyesuaian lebar jalan,
mengidentifikasi penyesuiana pemisah arah ( hanya untuk jalan tak yang tak terbagi ),
mengidentifikasi faktor penyesuaian hambaan samping dan bahu jalan/kareb, dan yang terakhir
mengidentifikasi faktor penyesuaian ukuran kota, setelah langkah – langkah diatas terpenuhi
maka kapasitas jalan dapat diketahui. Berikut langkah – langkah tersebut :

2.3.1 Kapasitas Dasar (Co)


Tabel 2. Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan

Tipe Jalan Kapasitas Dasar ( smp/jam ) Catatan


Empat-lajur terbagi atau jalan
1650 Per lajur
satu arah
Empat-lajur tak terbagi 1500 Per lajur
Dua-lajur tak terbagi 2900 Total dua arah
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Kapasitas dasar jalan lebih dari empat-lajur (banyak lajur) dapat ditentukan dengan
menggunakan kapasitas per lajur yang diberikan dalam tabel 2 diatas

2.3.2 Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalu-Lintas (FCw)


Faktor penyesuaian lebar jalan lalu lintas efektif dapat berbeda – beda sesuai dengan tipe jalan
dan lebar jalannya masing – masing, berikut nilai dari tiap tipe jalan dan lebar jalan :

Tabel 3. Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu-Lintas Untuk Jalan Perkotaan

Lebar jalur lalu-lintas efektif ( Wc )


Tipe Jalan FCw
(m)
Empat-lajur terbagi atau jalan Per lajur Per lajur
satu arah 3,00 3,00
0,92 0,92
3,25 3,25
0,96 0,96
3,50 3,50
1,00 1,00
Lebar jalur lalu-lintas efektif ( Wc )
Tipe Jalan FCw
(m)
3,75 3,75
1,04 1,04
4,00 4,00
1,08 1,08
Per lajur Per lajur
3,00 3,00
0,91 0,91
3,25 3,25
0,95 0,95
Empat-lajur tak terbagi 3,50 3,50
1,00 1,00
3,75 3,75
1,05 1,05
4,00 4,00
1,09 1,09
Total dua arah
0,56
5
0,87
6
1,00
7
Dua-lajur tak-terbagi 1,14
8
1,25
9
1,29
10
1,34
11
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan lebih dari empat lajur dapat ditentukan dengan
menggunakan nilai per lajur yang diberikan untuk jalan empat-lajur dalam Tabel
2.3.3 Faktor Penyesuaian Pemisahan Arah (FCWB)
Faktor penyesuaian pemisah arah hanya di hitung nilainya hanya untuk jalur yang tidak terbagi,
nilai untuk setiap lajur berbeda – beda, tergantung pada persentase pemisah arahnya, dengan
nilai dan persentase sebagai berikut :

Tabel 4. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pemisahan Arah

Pemisah Arah SP %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30


Dua-lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
FCSP
Empat-lajur 4/2 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Tabel diatas memberikan faktor penyesuaian pemisahan arah untuk jalan dua-lajur dua-arah (2/2)
dan empat-lajur dua-arah (4/2) tak terbagi.

Untuk jalan terbagi dan jalan satu-arah, faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah tidak
dapat diterapkan.

2.3.4 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Hambatan Samping (FCSF)


Tabel 5. Kelas Hambatan Samping untuk Jalan Perkotaan

Jumlah
berbobot
Kelas Hambatan
Kode kejadian per Kondisi Khusus
Samping (SFC)
200m/jam
( dua sisi )
Sangat Rendah VL <100 Daerah permukiman; jalan samping tersedia
Rendah L 100 – 299 Daerah permukiman; beberapa angkutan umum, dsb
Sedang M 300 – 499 Daerah industri; beberapa toko sisi jalan
Tinggi H 500 – 899 Daerah komersial; aktivitas sisi jalan tinggi
Sangat Tinggi VH > 900 Daerah komersial; aktivitas pasar sisi jalan
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
a. Jalan dengan Bahu Jalan

Tabel 6. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Hambatan Samping Dan Lebar Bahu Pada Jalan Perkotaan
Dengan Bahu

Faktor Penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu


Kelas
FCSF
Tipe Jalan Hambatan
Lebar bahu efektif WS
Samping
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
VL 0,96 0,98 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
4/2 D M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,88 0,92 0,95 0,98
VH 0,84 0,88 0,92 0,96
VL 0,96 0,99 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
4/2 UD M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,87 0,91 0,94 0,98
VH 0,80 0,86 0,90 0,95
VL 0,94 0,96 0,99 1,01
2/2 UD atau L 0,92 0,94 0,97 1,00
Jalan satu- M 0,89 0,92 0,95 0,98
arah H 0,82 0,86 0,90 0,95
VH 0,73 0,79 0,85 0,91
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Tabel 6 diatas merupakan tabel yang digunakan untuk menentukan nilai dari hambatan samping
berupa besarnya bahu jalan dan kegiatan yang ada di sepanjang jalan tersebut dan juga tipe
jalannya.
b. Jalan dengan kereb

Tabel 7. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Hambatan Samping Dan Jarak Kerebpenghalang Jalan
Perkotaan Dengan Kereb

Faktor Penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu


Kelas
FCSF
Tipe Jalan Hambatan
Lebar bahu efektif WS
Samping
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
VL 0,95 0,97 0,99 1,01
L 0,94 0,96 0,98 1,00
4/2 D M 0,91 0,93 0,95 0,98
H 0,86 0,89 0,92 0,95
VH 0,81 0,85 0,88 0,92
VL 0,95 0,97 0,99 1,01
L 0,93 0,95 0,97 1,00
4/2 UD M 0,90 0,92 0,95 0,97
H 0,84 0,90 0,90 0,93
VH 0,77 0,85 0,85 0,90
VL 0,93 0,97 0,97 0,99
2/2 UD atau L 0,90 0,95 0,95 0,97
Jalan satu- M 0,86 0,91 0,91 0,94
arah H 0,78 0,84 0,84 0,88
VH 0,68 0,77 0,77 0,82
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Tabel 7 diatas merupakan tabel yang digunakan untuk menentukan nilai dari hambatan samping
berupa besarnya bahu jalan dan kegiatan yang ada di sepanjang jalan tersebut dan juga tipe
jalannya.
2.3.5 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCCS)
Ukuran kota yang dilihat dari banyaknya jumlah penduduk menjadi salah satu faktor yang
berpengaruh dalam menganalisis tingkat pelayanan suatu jalan. Pada tabel 2.6 berisi besaran-
besaran nilai yang harus dipakai dalam menganalisis tingkat pelayanan berdasarkan ukuran kota.

Tabel 8. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota Pada Jalan Perkotaan

Ukuran Kota ( Juta Penduduk ) Faktor Penyesuaian Untuk Ukuran Kota


< 0,1 0,86
0,1 – 0,5 0,90
0,5 – 1,0 0,94
1,0 – 3,0 1,00
> 3,0 1,04
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

2.3.6 Tingkat Pelayanan Jalan


LOS (Level of Service) atau tingkat pelayanan jalan adalah salah satu metode yang digunakan
untuk menilai kinerja jalan yang menjadi indikator dari kemacetan. Suatu jalan dikategorikan
mengalami kemacetan apabila hasil perhitungan LOS menghasilkan nilai mendekati 1. Dalam
menghitung LOS di suatu ruas jalan, terlebih dahulu harus mengetahui kapasitas jalan (C) yang
dapat dihitung dengan mengetahui kapasitas dasar, faktor penyesuaian lebar jalan, faktor
penyesuaian pemisah arah, faktor penyesuaian pemisah arah, faktor penyesuaian hambatan
samping, dan faktor penyesuaian ukuran kota. Kapasitas jalan (C) sendiri sebenarnya memiliki
definisi sebagai jumlah kendaraan maksimal yang dapat ditampung di ruas jalan selama kondisi
tertentu.

Tabel 9. Tingkat Pelayanan Jalan

Tingkat Pelayanan Rasio Volume Jalan / Keterangan


Kapasitas Jalan (V/C)
A ≤ 0,60 Lalu Lintas Bebas
B 0,60 ≤V/C<0,70 Stabil
Tingkat Pelayanan Rasio Volume Jalan / Keterangan
Kapasitas Jalan (V/C)
C 0,70≤V/C<0,80 Masih Stabil
D 0,80≤V/C<0,90 Tidak Stabil
E 0,90≤V/C<1 Kadang Terhambati
F ≥1 Dipaksakan / Buruks
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

a. Kecamatan Gedebage

Kecamatan Gedebage tmerupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kota Bandung,
Kecamatan Gedebage terletak di sebelah selatan Kota Bandung. Kecamatan Gedebage sendiri
memiliki luas sebesar 9,78 Km2, dan terdiri dari empat kelurahan dengan rincian sebagai
berikut :

Kelurahan Luas wilayah (Km2) Persentase ( % )

Rancabolang 2.78 28.22

Rancanumpang 1.15 11.75

Cisaranten Kidul 4.26 43.55

Cimincrang 1.61 16.46

Jumlah 9.78 100

Sumber : Kecamatan Gedebage Dalam Angka 2018

Kelurahan Cisaranten Kidul memiliki wilayah yang terluas dibandingkan dengan wilayah lain
yaitu seluas 4,26 Km2 atau sekitar 43,55% dari keseluruhan luas Kecamatan Gedebage
sedangkan kelurahan dengan wilayah terkecil yaitu wilayah Kelurahan Rancanumpang yaitu
sebesar 1.15 Km2 atau sekitar 11.75% dari luas wilayah Kecamatan Gedebage

Adapun batas – batas wilayah dari Kecamatan Cilengkrang adalah sebagai berikut :

 Utara : Kecamatan Cinambo dan Kecamatan Panyileukan


 Timur : Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung
 Selatan : Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung
 Barat : Kecamatan Rancasari
Kecamatan Gedebage terdiri dari empat kelurahan seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
kelurahan kelurahn tersebut sebagai berikut : Kelurahan Rancabolang, Kelurahan
Rancanumpang, Kelurahan Cimincrang, dan Kelurahan Cisaranten Kidul. Masing – masing
kelurahan tersebut memiliki jumlah penduduk sebagai berkut :

Luas Tahun
Kelurahan wilayah
2010 2015 2017
(Km2)

Rancabolang 2.78 8.566 8.969 -

Rancanumpang 1.15 4.809 5.014 -

Cisaranten Kidul 4.26 17.786 18.541 -

Cimincrang 1.61 3.138 3.272 -

Jumlah 9.78 34.299 35.579 35.800

Sumber : Kecamatan Gedebage Dalam Angka 2018

Kelurahan di Kecamatan Gedebage yang memiliki jumlah penduduk paling tinggi dari tahun ke
tahun yaitu adalah Kelurahan Cisaranten Kidul dan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk
terendah dari tahun ke tahun yaitu adalah Kelurahan Cimincrang, untuk jumlah penduduk total di
Kecamatan Gedebage dari tahun ke tahun terus naik tidak ada penurunan seperti dapat dilihat
pada tabel diatas.

b. Lokasi Studi

Jalan Gedebage merupakan Jalan Kolekor Primer dengan Panjang sekitar 3,48 Km dengan lebar
jalan sekitar 10 m, jalan ini telah terdapat APILL ( alat pemberi isyarat lalu lintas ) atau biasa di
kenal dengan lampu lalu lintas namun di ruas jalan ini tidak adanya bahu jalan, kereb jalan dan
masih minimnya marka jalan. Jalan Gedebage ini menghubungkan antara Jalan Derwati dengan
Jalan Rumah Sakit dan Jalan Soekarno-Hatta. Jalan Gedebage juga menghubungkan Kota
Bandung ke Kabupaten Bandung yaitu ke Kecamatan Ciparay, Kecamatan Bojongsoang, dan
Kecamatan Majalaya. Jalan Gedebage ini seringkali di lewati oleh kendaraan – kendaraan seperti
truk logistik, alat berat, pengendara antar kota dan lain sebagainya.

Studi ini mengambil hanya sebagian dari ruas Jalan Gedebage yaitu hanya sekitar 455 m dari
total keseluruhan panjang sekitar 3,48 Km atau hanya sekitar 1/7 nya saja.

Gambar 1. Peta Wilayah Studi

Sumber : Goolgle Maps, 2019


BAB IV
ANALISIS
Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik atau garis
tertentu pada suatu penampang melintang jalan. Data pencacahan volume lalu lintas adalah
informasi yang diperlukan untuk fase perencanaan, desain, manajemen sampai pengoperasian
jalan (Sukirman 1994).
Menurut Sukirman (1994), volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang
melintasi satu titi pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Sehubungan dengan
penentuan jumlah dan lebar jalur, satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan adalah lalu
lintas harian rata-rata, volume jam perencanaan dan kapasitas.
Jenis kendaraan dalam perhitungan ini diklasifikasikan dalam 3 macam kendaraan yaitu :

1. Kendaraan Ringan (Light Vechicles = LV)


Indeks untuk kendaraan dengan 4 roda (mobil penumpang), mobil pribadi, pick up, dan jenis
kendaraan kecil lainnya.

2. Kendaraan berat ( Heavy Vechicles = HV)


Indeks untuk kendaraan dengan roda lebih dari 4 (Bus, truk 2 gandar, truk 3 gandar dan
kombinasi yang sesuai)

3. Sepeda motor (Motor Cycle = MC)


Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 2 roda.
Kendaraan tak bermotor (sepeda, becak dan kereta dorong), parkir pada badan jalan dan pejalan
kaki anggap sebagai hambatan samping. Data jumlah kendaraan kemudian dihitung dalam
kendaraan/jam untuk setiap kendaraan, dengan faktor koreksi masing-masing kendaraan sebagai
berikut:

Tabel 3.3 Tabel Keterangan Nilai SMP


Jenis Kendaraan Nilai Satuan Mobil Penumpang
(smp/jam)
Kendaraan berat (HV) 1,3
Kendaraan Ringan (LV) 1,0
Sepeda Motor (MC) 0,40

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997


Berikut ini adalah rumus volume lalu lintas:

Q = P × Qv
Keterangan:
Q = Volume kendaraan (smp/jam),
P = Faktor satuan mobil penumpang,
Qv = Volume kendaraan (kendaraan per jam)

Berikut ini adalah rumus arus lalu lintas total dalam smp/jam adalah :

Qsmp = (emp LV × LV + emp HV × HV + emp MC × MC)


Keterangan:
Q : volume kendaraan (smp/jam)

EmpLV : nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan ringan

EmpHV : nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan berat

EmpMC : nilai ekivalen mobil penumpang untuk sepeda motor

LV : notasi untuk kendaraan ringan

HV :notasi untuk kendaraan berat

MC :notasi untuk sepeda motor


Tabel 1.1 Jenis dan jumlah Moda kendaraan dalam 1 jam
Jenis Kendaraan
Truck Truck
Truck Truk
Waktu Sepeda Pick Up Truck Tangki 2 4 as Hambatan
Mobil Micro Bus Tangki 2 Sumbu
Motor Box 2 As sumbu
(4 roda) (5 – 6
Bus 2 As
(4 roda) roda)
Weekday off
peak
Hour 930 126 - 2 113 61 2 - 6 7 11
(arah utara)
13.30-14.30
Weekday off
peak
Hour 960 136 2 - 91 11 1 - 7 2 18
(arah selatan)
13.30-14.30
Total 1890 262 2 2 204 72 3 - 13 9 29
Tabel 1.2 Jenis dan jumlah Moda kendaraan dalam 1 jam
Jenis Kendaraan
Truck Truck
Truck Truk
Waktu Sepeda Pick Up Truck Tangki 2 4 as Hambatan
Mobil Micro Bus Tangki 2 Sumbu
Motor Box 2 As sumbu
(4 roda) (5 – 6
Bus 2 As
(4 roda) roda)
Weekday peak
Hour
1544 244 9 6 219 29 3 4 7 7 11
(arah utara)
16.10-17.10
Weekday peak
Hour
1262 214 1 6 58 47 2 4 6 3 10
(arah selatan)
16.10-17.10
Total 2806 458 10 12 277 76 5 8 13 10 21
Tabel 1.3 Jenis dan jumlah Moda kendaraan dalam 1 jam
Jenis Kendaraan
Truck Truck
Truck Truk
Waktu Sepeda Pick Up Truck Tangki 2 4 as Hambatan
Mobil Micro Bus Tangki 2 Sumbu
Motor Box 2 As sumbu
(4 roda) (5 – 6
Bus 2 As
(4 roda) roda)
Weekend off
peak Hour
828 170 3 1 79 23 2 - - - 16
(arah utara)
11.00-12.00
Weekend off
peak Hour
1015 233 - - 25 11 7 - - - 57
(arah selatan)
11.00-12.00
Total 1843 403 3 1 104 34 9 - - - 73
Tabel 1.2 Jenis dan jumlah Moda Kendaraan dalam 1 jam
Jenis Kendaraan
Truck Truck
Truck Truk
Waktu Sepeda Pick Up Truck Tangki 2 4 as Hambatan
Mobil Micro Bus Tangki 2 Sumbu
Motor Box 2 As sumbu
(4 roda) (5 – 6
Bus 2 As
(4 roda) roda)
Weekend off
peak Hour
756 168 - - 24 18 2 2 5 5 5
(arah utara)
16.10-17.10
Weekend off
peak Hour
916 243 - - 37 16 4 2 1 3 5
(arah selatan)
16.10-17.10
Total 1072 411 - - 61 34 6 4 6 8 10
Tabel 2.1 Volume Kendaraan SMP weekday siang (off peak hour)
Volume Kendaraan (SMP)
Keterangan
LV HV MC
Qv 468 99 1890
P 1 1.3 0.4
Q 468 128.7 756
Total 652.7

Tabel 2.2 Volume Kendaraan SMP weekday pagi (peak hour)


Volume Kendaraan (SMP)
Keterangan
LV HV MC
Qv 745 124 2806
P 1 1.3 0.4
Q 745 161.2 1.122.4
Total 2028.6

Tabel 2.3 Volume kendaraan SMP weekend (peak hour)


Volume Kendaraan (SMP)
Keterangan
LV HV MC
Qv 510 44 1843
P 1 1.3 0.4
Q 510 57.2 737.2
Total 1304.4

Tabel 2.4 Volume kendaraan SMP weekend (off peak hour)


Volume Kendaraan (SMP)
Keterangan
LV HV MC
Qv 472 58 1072
P 1 1.3 0.4
Q 472 75.4 428.8
Total 976.2
Kapasitas Jalan
Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil perkalian antara kapasitas
dasar (C0) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) dan faktor-faktor penyesuaian (F),
dengan memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas. Kapasitas jalan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
Keterangan:
C = kapasitas jalan (smp/jam)
Co = kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = faktor penyesuaian lebar lajur lalu-lintas
FCSP = faktor penyesuaian pemisahan arah
FCSF = faktor penyesuaian hambatan samping
FCCS = faktor penyesuaian ukuran kota

Berikut adalah perhitungan kapasitas jalan untuk hari kerja


1. Maka untuk kapasitas jalan pada saat weekday siang (off peak hour) adalah:
C = 2.900 x 1,14 x 1,00 x 0,93 x 1,00 = 3.074,58
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, untuk kapasitas Jalan Gedebage di Kecamatan
Gedebage yang ditambahkan juga dengan hambatan Jalan Gedebage yang ada adalah sebesar
3.074,58 SMP/Jam.
2. Maka untuk kapasitas jalan pada saat weekday pagi (peak hour) adalah:
C = 2.900 x 1,14 x 1,00 x 0,93 x 1,00 = 3.074,58
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, untuk kapasitas Jalan Gedebage yang ditambahkan
juga dengan hambatan Jalan Gedebage yang ada di Kecamatan Gedebage adalah sebesar
3.074,58 SMP/Jam.

Berikut adalah perhitungan kapasitas jalan untuk akhir pekan


1. Maka untuk kapasitas jalan pada saat weekend (off peak hour) adalah:
C = 2.900 x 1,14 x 1,00 x 0,93 x 1,00 = 3.074,58
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, untuk kapasitas Jalan Gedebage di Kecamatan
Gedebage yang ditambahkan juga dengan hambatan Jalan Gedebage yang ada adalah sebesar
3.074,58 SMP/Jam.
2. Maka untuk kapasitas jalan pada saat weekend (peak hour) adalah:
C = 2.900 x 1,14 x 1,00 x 0,93 x 1,00 = 3.074,58
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, untuk kapasitas Jalan Gedebage di Kecamatan
Gedebage yang ditambahkan juga dengan hambatan Jalan Gedebage yang ada adalah sebesar
3.074,58 SMP/Jam.
Tingkat Pelayanan Jalan
Untuk Rumus Tingkat Pelayanan Jalan dapat dilihat sebagai berikut:
V
VCR=
C
Keterangan: VCR = Tingkat Pelayanan Jalan
V = Volume Kendaraan (smp)
C = Kapasitas Jalan (smp/jam)

Untuk Hasil Analisis Tingkat Pelayanan Jalan Gedebage adalah sebagai berikut:
1. Pada hari kerja (off peak hour) siang jam 13.30 - 14.30
V 652.7
VCR= = =¿0.21
C 3.074,58
2. Pada hari kerja (peak hour) siang jam 16.10 - 17.10
V 2028.6
VCR= = =0,659
C 3.074,58
3. Pada hari libur (peak hour) siang jam 11.00 - 12.00
V 1304.4
VCR= = =0,424
C 3.074,58
1. Pada hari libur (off peak hour) siang jam 16.10 - 17.10
V 976.2
VCR= = =0,317
C 3.074,58
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, untuk Tingkat Pelayanan Jalan Gedebage
pada Jam sibuk dan tidak sibuk tidak ada kemacetan karenapada hasil perhitungan kapasitas
jalan masih dibawah 1 yang artinya tidak ada kemacetan, sesuai dengan kondisi dilapangan
Jalan Gedebage.

Kecepatan
Untuk rumus kecepatan rata – rata yang digunakan adalah;
S
V=
T
Keterangan:
V = Kecepatan
S = Jarak
T = Waktu
1. Berikut merupakan rata – rata kecepatan kendaraan yang melintas di Jalan Gedebage:
3.5 km
V= =24.8 km/ jam
0.141 jam
Rata – rata kecepatan kendaran (mobil) yang melintas di Jalan Gedebage adalah 24.8 km/jam
pada saat peak hour
2. Berikut merupakan rata – rata kecepatan kendaraan yang melintas di Jalan Gedebage:
3.5 km
V= =33.65 km / jam
0.104 jam
Rata – rata kecepatan kendaran (mobil) yang melintas di Jalan Gedebage adalah 33.65
km/jam pada saat off peak hour
BAB V
KESIMPULAN

Dengan hasil analisis dilihat dengan kondisi eksisting di Jalan Gedebage pada saat peak hour
maupun pada saat off peak hour tidak adanya hambatan kemacetan menunjukkan kondisi lalu
lintas yang cukup baik, yaitu dengan nilai V/C yang tidak lebih atau mendekati 1 . Hal ini
menunjukkan bahwa volume lalu lintas saat ini belum mengalami permasalahan transportasi.
Dapat kita ketahui bahwa kondisi Jalan Gedebage akan ramai pada saat peak hour yang
biasanya dilalui saat banyaknya kendaraan besar yang melintas Jalan Gedebage yang mulai
sedikit menghambat Jalan Gedebage.

Anda mungkin juga menyukai