PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
DAFTAR IS
BAB I.........................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................3
1.1
Latar Belakang...........................................................................................3
2.4
Penanganan Jalan......................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
I Dewa Ayu Alit Putri (2010) dalam pemelitiannya memperoleh bahwa penentuan
skala
prioritas
penanganan
jalan
dengan
penelitian
terhadap
selanjutnya
menggunakan fuzzy AHP untuk pembobotan kriteria tersebut. Terakhir, metode TOPSIS
digunakan untuk penentuan urutan ruas jalan yang akan mendapat penanganan. Dengan
demikian penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan
bagi Dinas/Pejabat yang berwenang untuk mengambil langkah penanganan ruas jalan
kabupaten di Kecamatan Nusa Penida .
rumusan
keahlian,
pemahaman
dan
kepentingan pada
Pemerintah Kabupaten
2. Mengetahui prioritas penanganan ruas jalan kabupaten yang terdapat di Pulau Nusa
Penida
Dari
sudut
Pemerintah
Kabupaten
Klungkung
sebagai
acuan
dalam
Bab I
Pendahuluan :
Pada Bab I Pendahuluan, akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, manfaat penelitian, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
2.
pendekatan teori, proposisi dan konsep yang relevan untuk digunakan dalam
menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan, untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3.
4.
ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel yang tidak dapat ditampilkan pada 1
(satu) halaman yang tersedia maka data tersebut akan ditampilkan pada bagian
lampiran. Proses penyelesaian rumusan masalah yang telah dirumuskan untuk
mencapai tujuan dengan menggunakan teori, atau pendekatan teori, propisisi,
konsep yang telah diuraikan pada Bab II (Tinjauan Pustaka) dan Bab III (Metode
Penelitian)
5.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jalan
berikut :
2.2.1 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsinya
Pengelompokan jalan menurut fungsinya dapat dibedakan atas :
Jalan Arteri
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi
dengan berdaya guna.
Jalan Kolektor
Merupakan jalan umum yang
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
Jalan Lokal
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
yang dapat
dilalui
kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm dan muatan
sumbu terberat sebesar 8 ton.
Jalan Kelas III
Yaitu jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm, ukuran panjang tidak melebihi
9.000 mm, ukuran paling tinggi 3.500 mm dan muatan sumbu terberat sebesar 8 ton.
Jalan Kelas Khusus
Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar
melebihi 2.500 mm, ukuran panjang melebihi 18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200
mm dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton. Disebutkan pula bahwa volume lalu
lintas adalah jumlah kendaraaan yang
melewati suatu titik pengamatan dalam satuan waktu (hari, jam, menit). Satuan
volume yang umum digunakan dalam perhitungan LHR (Lalu lintas harian rata- rata)
adalah smp.
2.2.3 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Administrasi Pemerintahan
Pengelompokan
jalan
dimaksudkan
untuk
mewujudkan
kepastian
jalan
berdasarkan wewenang Pembinaan Jalan. Menurut PP No.26 tahun 1985 tentang jalan,
pengelompokan berdasarkan wewenang tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jalan Nasional
Adalah jalan menghubungkan antar ibukota provinsi, yang memiliki kepentingan
strategis terhadap kepentingan nasional di bawah pembinaan menteri atau pejabat yang
ditunjuk, diantaranya:
a. Jalan arteri primer, berfungsi melayani angkutan utama yang merupakan tulang
punggung transportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang utama
(pelabuhan utama dan Bandar udara kelas utama).
b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar provinsi.
c. Jalan yang mempunyai nilai strategis kepentingan nasional.
2. Jalan Provinsi
Adalah jalan dibawah pembinaan provinsi atau instansi yang ditunjuk, diantaranya
adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kotamadya.
3. Jalan Kabupaten
Adalah jalan dibawah pembinaan kabupaten atau instansi yang ditunjuk diantaranya
:
a.
Jalan kolektor primer yang tidak termasuk dalam jalan nasional atau provinsi.
5. Jalan Desa
Adalah jalan dibawah pembinaan desa yaitu : jalan sekunder yang ada di desa.
Jalan Khusus
Adalah jalan dibawah pembinaaan pejabat atau instansi yang ditunjuk yaitu jalan
yang dibangun secara khusus oleh instansi atau kelompok.
2.3
yang
dan sepeda
motor. Adapun salah satu tujuan dalam survey tahunan tersebut adalah untuk
mendapatkan volume lalu lintas harian rata-rata (LHR).
2.4
Penanganan Jalan
Menurut SK No. 77 Dirjen Bina Marga, Tahun 1990 (modul 1. Gambaran umum,
rusak/rusak
berat
yang
memerlukan
pekerjaan
berat
harus
mendapat prioritas untuk ditangani dengan pemeliharaan rutin dan berkala. Untuk itu
informasi survei terbaru diperlukan dalam menentukan kebutuhan teknis yang tepat,
yang biasanya disebut survei tahunan. Survei tahunan sangat perlu dilakukan untuk
memperbaharui informasi inventarisasi jalan sebagai bagian dari prosedur perencanaan
pemeliharaan tahunan.
jalan. Peningkatan dan rehabilitasi dengan umur rencana paling sedikit 10 tahun,
diperkirakan hampir menyerap semua dana yang tersedia setelah dikurangi dengan
biaya pemeliharaan.
1. Pembangunan Jalan Baru
Pada umumnya terdiri atas pekerjaan untuk meningkatkan jalan tanah atau jalan
setapak agar dapat dilalui kendaraan roda 4, kondisi jalan yang berat ini memerlukan
biaya yang besar dan pekerjaan tanah yang besar pula.
2. Peningkatan Jalan
Peningkatan ini dapat dikatakan
pelayanan jalan yang ada, baik membuat lapisan permukaan menjadi lebih halus,
seperti pengaspalan jalan yang belum diaspal atau dengan menambah Lapis Tipis
Aspal (Laston) atau Hot Roller Sheet (HRS) kepada jalan yang menggunakan
Lapis Penetrasi (Lapen), atau menambah lapisan struktural yang berarti menambah
kekuatan perkerasan atau memperlebar lapisan perkerasan yang ada.
3. Rehabilitasi Jalan
Diperlukan bila pekerjaan pemeliharaan rutin yang secara teratur harus
dilaksanakan itu diabaikan atau pemeliharaan berkala (pelapisan ulang) terlalu lama
ditunda sehingga keadaan permukaan lapisan semakin memburuk. Yang termasuk
katagori ini adalah perbaikan terhadap kerusakan lapisan permukaan seperti lubang
lubang dan kerusakan struktural seperti amblas atau kerusakan tersebut kurang dari (15
20)% dari seluruh perkerasan yang berkaitan dengan lapisan aus baru.
Pembangunan kembali secara total biasanya diperlukan apabila struktural sudah
tersebar luas sebagai akibat dari diabaikannya pemeliharaan, atau kekuatan desain
yang tidak sesuai, atau karena umur rencana tidak terlampaui.
yang
cukup.
diperlukan untuk membuka kembali jalan yang baru saja tertutup untuk lalu lintas
kendaraan roda empat karena mendadak terganggu, misalnya akibat tebing longsor.
Dana pekerjaan darurat tidak dapat disiapkan sebelumnya, tetapi perlu dicadangkan
dalam jumlah yang cukup.
maupun
antara lain :
a. Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) seperti :
DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus)
b. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi (APBD Prov.)
c. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten (APBD Kab.) termasuk
PAD (Pendapatan Asli daerah)
d. Bantuan Luar Negeri (BLN)
18/M.PPN/02/200.050/244/SJ
tanggal
14
Pebruarai
2006 tentang
Kecamatan,
Musrenbang
Kabupaten,
Musrenbang
Provinsi.
Pada beberapa kegiatan yang belum 100% selesai
beberapa
metode
pengambilan
keputusan
yang
digunakan
dan
memecahkan
masalah diteliti
secara seksama.
c. Asas biaya manfaat atau sebab akibat digunakan untuk menentukan
prioritas.
d. Setiap alternatif dan implikasi yang
yang
diyakini oleh masyarakat. Karena metode ini mengasumsikan bahwa fakta-fakta dan
nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan cara mudah akan tetapi kenyataannya sulit
membedakan antara fakta dilapangan dengan nilai- nilai yang ada. Ada beberapa
masalah diberbagai negara berkembang seperti di Indonesia untuk menerapkan metode
rasional komprehensif ini karena beberapa alasan yaitu informasi dan data yang tidak
lengkap sehingga tidak bisa dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan. Kalau
dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan yang kurang akurat.
1.
Metode Inkremental
Adalah metode pengambilan keputusan dengan cara menghindari banyak
masalah yang harus dipertimbangkan dan merupakan model yang sering ditempuh
oleh
pejabat-pejabat
pemerintah
dalam
pengambilan
keputusan.
Dasar
pengambilan Keputusan dengan metode ini adalah pemilihan tujuan atau sasaran
dan analisis tindakan emperis yang diperlukan untuk mencapainya merupakan hal
yang saling terkait.
2.7
wilayah dan merupakan kerangka kerja yang meliputi lokasi, kapasitas dan jadwal
pembuatan jalan, jaringan air bersih dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum
lainnya. Pembagian wilayah dibagi berdasarkan fungsi-fungsi kawasan diantaranya
kawasan permukiman, industri , pariwisata dan lainnya.
Adapun maksud dari perencanaan tata guna lahan kawasan adalah sebagai
pedoman untuk :
1. Penyusunan rencana rinci tata ruang kota
2. Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan dan pengendalian ruang di wilayah
kota.
3. Mewujudkan
keterpaduan,
keterkaitan
dan
kesinambungan perkembangan
memanfaatkan
ruang
bagi kegiatan
permasalahan
pengelolaan
sumber
daya
lahan
di
indonesia. Pada
dasarnya penggunaan lahan dibedakan atas dua kelompok yaitu untuk kawasan
terbangun dan kawasan tidak terbangun. Untuk kawasan terbangun digunakan untuk
perumahan dan fasilitas umum
( http://tata-guna-lahan/html, 2014).
Menurut Peraturan Bupati Klungkung No.6 tahun 2006, tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung, tata guna lahan atau peruntukan wilayah
Daerah Klungkung dibedakan atas 4 (empat) peruntukan yaitu :
1. Bidang Pertanian, mencakup kawasan pertanian dalam arti luas yaitu
pertanian tanaman pangan lahan basah dan lahan kering.
2. Bidang
Pendidikan,
mencakup
kawasan
pendidikan
untuk
pembangunan sekolah-sekolah.
3. Bidang Sosial Budaya, mencakup tempat tinggal, tempat suci dan obyek
wisata.
4. Perdagangan Jasa, mencakup pasar dan pusat perbelanjaan serta usaha
jasa.
Metode
SK
No
77/KPTS/Db
/1990
dari
Dijen
Bina
Marga
adalah
merupakan pedoman perencanaan jalan kabupaten yang diterbitkan oleh Dirjen Bina
Marga sebagai acuan dalam menentukan urutan prioritas penanganan jalan kabupaten
(Dirjen Bina Marga, 1990). Pada
kriteria peringkat prioritas penanganan jalan (SK No.77, Th.1990 pada modul 6 :
tugas 5, hal. 5E-1 sampai 5E-2 ) yaitu :
1. Kriteria pokok yang dipakai untuk pemilihan prioritas adalah NPV/Km,
dengan memberikan prioritas pertama pada proyek yang NPV/Km-nya
tertinggi.
2. Kode evaluasi proyek juga diberikan pada proyek-proyek dengan tanda
kisaran NPV/Km untuk petunjuk pemilihannya, dengan petunjuk pemilihan
adalah sebagai berikut :
a.
b. Berikan
prioritas
terendah
kepada
kelompok
proyek-proyek
berkelayakan rendah.
c. Berikan prioritas kepada proyek-proyek luncuran, terutama penyelesaian
proyek
yang
pelaksanaannya
pelaksanaannya secara
pada panjang
dipisah
(split)
atau
proyek
yang
desain awal, akan sangat penting untuk memberikan manfaat secara penuh
atas investasinya.
yang telah
ditentukan
f.
Berikan
prioritas
pada
proyek-proyek
yang
memenuhi
sasaran
2.9
obyek-obyek
keragaman
yang
serupa
dapat
dikelompokkan
sesuai
dan relevansinya. Kedua adalah tingkat hubungan antar obyekobyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Beberapa keuntungan menggunakan AHP sebagai alat analisis adalah :
1. Dapat memberi model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk
beragam persoalan yang tak berstruktur.
2. Dapat memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem
dalam memecahkan persolan kompleks.
3. Dapat menangani saling ketergantungan elemenelemen dalam suatu
sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
4.
5. Memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk
mendapatkan prioritas.
6.
Melacak
konsistensi
suatu
usaha
dan
permasalahan
kompleks
lainnya
(http://www.itelkom.ac.id/ahp/library/1998).
Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang
kompleks dimana
masalah tersebut
abstraksi susunan hirarki keputusan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1.
berikut ini :
Level 1
: Fokus/sasaran/goal
Level 2
: Faktor/kriteria
Level 3
: Alternatif/subkriteria
oal
Kriteria
Kriteria 2
Subkriteria
Subkriteria
1
eria 3
Krit
Subkriteria
ia 4
Kriter
Subkriteria
3. Menentukan prioritas.
4. Memilih kebijakan terbaik setelah menemukan satu set alternatif.
5. Alokasi sumber daya dan memastikan stabilitas sistem.
6. Menentukan kebutuhan/persyaratan.
kepentingan
pelanggan
dapat
dilakukan
dengan
perbandingan
berpasangan
(Pairwise
comparison)
yaitu
membandingkan setiap elemen yang lainnya pada setiap tingkat hirarki secara
berpasangan sehingga nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat
kualitatif.
Untuk mengkuantitifkan pendapat kualitatif tersebut digunakan skala
penilaian sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kualitatif).
Menurut Saaty (1986) untuk berbagai permasalahan skala 1 sampai dengan 9
merupakan skala terbaik dalam mengkualitatifkan pendapat, dengan akurasinya
berdasarkan nilai RMS (Root Mean Square Deviation) dan MAD (Median
Absolute Deviation). Nilai dan difinisi pendapat kualitatif dalam skala
perbandingan Saaty seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.1.
Definisi
Penjelasan
Kepentingan
1
Elemen
yang
sama
pentingnya
Kedua
elemen
dibanding dg elemen yang lain (Equal menyumbang sama besar
importance)
pd sifat tersebut.
3
Pengalaman
berpihak
sedikit
pd
satu
elemen
5
Pengalaman
menunjukan
Pengalaman
menunjukan
(Demonstrated importance)
kuat
secara
disukai
dominannya
dan
terlihat
dlm praktek
penting dari
more importance)
2,4,6,8
Pengalaman
Nilai
kompromi
ini
2.9.2
diberikan
bila
diperlukan
berpasangan.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka
penilaian data judgment harus diperbaiki.
jumlah kolom yang diperoleh. Dengan membagi setiap nilai dengan total nilai
pembuat keputusan
P
Krit
Krit
Krit
Krit
Kri
1
Kri
Kri
Krit
Krit
Pri
1,00eria D
Sumber : Saaty (1986)
1
1
,00
Kriteria
A1
A2
..
An
A1
A11
Ann
..
A1n
..................................
Pers.
(2.1)
Bila vektor-vektor pembobotan operasi A1,A2,... An maka hasil
perbandingan berpasangan dinyatakan dengan vektor W, dengan W = (W1, W2,
W3....Wn) maka nilai Intensitas kepentingan elemen operasi Ai terhadap Aj yang
dinyatakan sama dengan aij.
Dari penjelasan tersebut diatas maka matrik perbandingan berpasangan
(pairwise comparison matrik), dapat digambarkan menjadi matrik perbandingan
preferensi seperti diperlihatkan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Matrik Perbandingan Berpasangan Intensitas
Kepentingan
W
1 W
2
W
n
W1/
W1/
W
W1/
W1
W2/
W2
W2/
..
Wn
W2/
W1
W2
..
Wn
..
..
Wn/
W1
Wn/
W2
..
..
..
Wn/
Wn
.....Pers.
(2.2)
Matrik yang diperoleh tersebut merupakan eigen vector yang juga
merupakan
bobot kriteria. Bobot kriteria atau Eigen Vektor adalah ( Xi),
dimana :
Xi = (Wi / Wi)
...........................................Pers.
(2.3)
......Pers.
(2.4)
bobot
yang
diperoleh
dari
hasil
perbandingan
secara
penyimpangan dari
hubungan tersebut, sehingga matrik tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini
dapat terjadi karena tidak konsisten dalam preferensi seseorang, contoh
konsistensi matrik
sebagaimana
Gambar 2.2
diperlihatkan
A
=
pada
i
1
1
/4 1
i
j
k
j
4
1
2
k
2
/2 1
Gambar/22.2 Konsistensi
Matrik
Sumber : Saaty
(1986, hal.86)
=4x
=2x
=x
=
Permasalahan di dalam metode Analytical Hierarchy Process
(AHP) pengukuran pendapat terhadap responden, karena konsistensi tidak dapat
dipaksakan. Pengumpulan pendapat antara satu kriteria dengan kriteria yang
lain adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada tidak
konsistennya jawaban yang diberikan.
maks. n
CI =
.............................................................Pers.
(2.5)
-1
Dimana,
= Ukuran Matrik.
R
0
0
Sumber : Saaty (1986)
Untuk model AHP matrik perbandingan dapat diterima jika nilai ratio
konsisten tidak lebih dari 10% atau sama dengan 0,1
CI
CR =
0,1 (OK)
RI
Res
p.1
Res
p.2
Res
p.3
Res
p.n
C
D
E
Sumber : Saaty (1986)
untuk
meyelesaikan
suatu
permasalahan,
sehingga
selanjutnya
................. Pers.
(2.7)
Dimana :
Y
= Skala prioritas
A s/d D =
Bobot
Alternatif
level
(berdasar analisa
responden)
a1, a2, , .d4, d5 = Bobot Alternatif level 3 (berdasar
analisa responden)
bobot a1, bobot a2, ., bobot d5 = Bobot Alternatif
level 3 (berdasarkan analisis data)
2.10
salah satu meode perankingan. FAHP merupakan gabungan metode AHP dengan
pendekatan konsep fuzzy (Raharjo dkk, 2002). F-AHP menutupi kelemahan yang terdapat
pada AHP,yaitu permasalahan terhadap kriteria yang memiliki sifat subjektif lebih
banyak. Ketidakpastian bilangan direpresentasikan dengan urutan skala. Untuk
menentukan derajat keanggotaan pada F-AHP, digunakan aturan fungsi dalam bentuk
bilangan fuzzy segitiga atau Triangular Fuzzy Number(TFN) yang disusun berdasarkan
himpunan linguistik. Jadi, bilangan pada tingkat intensitas kepentingan pada AHP
ditransformasikan ke dalam himpunan skala TFN.
Chang (1996) mendefinisikan nilai intensitas AHP ke dalam skala fuzzy segitiga
yaitu membagi tiap himpunan fuzzy dengan 2, kecuali untuk intensitas kepentingan 1.
Skala fuzzy segitiga yang digunakan Chang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Skala nilai fuzzy segitiga (Chang, 1996)
Intensitas
Kepentinga
n AHP
Himpunan Linguistik
Pertengahan (Intermediate)
Pertengahan (Intermediate)
Pertengahan (Intermediate)
Triangular
Fuzzy
Number (TFN)
(1, 1, 1)
(1/2, 1, 3/2)
(1, 3/2, 2)
Reciprocal
(Kebalikan)
(1, 1, 1)
(2/3, 1, 2)
(1/2, 2/3, 1)
(3/2, 2, 5/2)
(2/5, 1/2,
2/3)
(2, 5/2, 3)
(1/3, 2/5,
1/2)
(5/2, 3, 7/2)
(2/7, 1/3,
2/5)
(3, 7/2, 4)
(1/4, 2/7,
1/3)
(7/2, 4, 9/2)
(2/9, 1/4,
2/7)
(2/9, 2/9,
1/4)
2.
3.
Jika hasil yang diperoleh pada setiap matrik fuzzy, M2 = (l2, m2,u2) M1 = (l1,
m1, u1) dapat didefinisikan sebagai nilai vector.
4.
Jika hasil nilai fuzzy lebih besar dari k fuzzy, Mi (i=, 1, 2, , k) yang dapat
difenisikan sebagai nilai ordinat
5.
Normalisasi bobot vector atau nilai prioritas criteria yang telah diperoleh,
W = (d (A1 ), d (A2 ), , d (An ) Dimana W adalah bilangan non- fuzzy.
2.11
Metode TOPSIS
Metode TOPSIS didasarkan pada konsep bahwa alternatif terpilih yang terbaik
tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif tetapi juga memiliki
jarak terpanjang dari solusi ideal negatif.
Solusi ideal positif A+ dan solusi ideal negatif A- dapat ditentukan berdasarkan
ranking bobot ternormalisasi (yij) sebagai berikut :
i=1,2,...,
m
Nilai Vi yang lebih besar menunjukkan bahwa alternatif Ai lebih dipilih
2.12
selalu menjadi populasi yang tak hingga. Ditinjau dari sudut sifatnya, maka
populasi dapat bersifat homogen dan populasi heterogen.
Probability
Sampling,
yaitu
teknik
pengambilan
sampel
yang
ini
pada
strata/tingkatan
dengan
unsur/anggota
dengan
yang
sangat
kecil,
suatu
teknik
pengambilan
sampel
berdasarkan
dengan
karakteristik
wilayah
yang
satu
tidak
c. Sampling Incedental :
Merupakan teknik pengambilan sampel secara insedental atau
kebetulan. Sampling ini digunakan pada penelitian yang sangat umum
dan semua unsur/anggota populasi memenuhi topik penelitian.
d. Purposive Sampling :
Merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan
tertentu, sesuai dengan persyaratan yang diisyaratkan dalam penelitian
yangakan dilaksanakan, karena tidak semua unsur/anggota populasi
memahami
tentang
topik
dari
penelitian
tersebut.
Umumnya
memiliki
kompetensi
terdiri
kewewenangan/kebijakan untuk
dari
mereka
memutuskan, tugas
yang
yang
memiliki
bersifat
rutinitas dan profesi sehubungan dengan topik yang diteliti, atau mereka
yang memiliki kemampuan akademik, sesuai dengan topik penelitian.
e. Sampel Jenuh :
Merupakan teknik pengambilan sampel dengan mengambil semua
unsur/anggoata populasi menjadi sampel. Metode ini disebabkan karena
jumlah unsur/anggota populasi sangat sedikit.
f.
Snowball Sampling :
Merupakan teknik pengambilan sampel yang diawali dengan jumlah
yang kecil, dan bilamana data yang akan diambil kurang memenuhi
peryaratan sesuai dengan yang diperlukan maka sampel ini ditambah
sampai semua data yang diperlukan didapat.
Pada dasarnya teknik sampling berguna agar :
1. Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili
populasinya (representatif), sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat
dipertanggung jawabkan.
2.
3.
Tentukan
dulu
daerah
generalisasinya.
Banyak
penelitian
sehingga
dapat
menghindari
kekaburan
dan
3.
Tentukan
sumber-sumber
informasi
tentang
populasi.
Ada
2.13 Kuisioner
Kuisioner adalah intsrumen pengumpulan data atau informasi yang
dioperasionalisasikan ke dalam bentuk item atau pertanyaan. Subyek penelitian
adalah orang yang dilibatkan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan
terkait pertanyaan penelitian (http:SPSS-Metode kuisioner penanganan jalan- online
blongspot.com, 2008). Adapun tujuan pokok pembuatan kuisioner adalah :
1. Untuk mendapatkan informasi yang relevan dan tujuan survei.
2. Untuk memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi
mungkin.
Agar kuisioner yang dibuat dapat mencapai sasaran sesuai dengan tujuan
maka pertanyaan yang dibuat hendaknya, singkat, tepat, sederhana dan berkaitan
langsung dengan tujuan penelitian.
pembuatan
kuisioner,
pertanyaan-pertanyaan
dapat
skala
pengukuran
yang
digunakan
untuk
mengukur
pada ranking, diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang
yang lebih rendah atau sebaliknya.
3. Rating Schale
Adalah skala pengukuran dimana data mentah yang diperoleh berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
4.
Skala Likert
Adalah suatu interval pengukuran sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena. Variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan.
penelitian atau
yang
bersangkutan
memerlukannya. Data primer disebut juga data asli atau data baru.
yang
2.
BAB II
STUDI PUSTAKA
Studi
mendapatkan data data yang dibutuhkan. Berikut penjelasan untuk tiap tiap tinjauan
yang digunakan.
Jalan.
Jalan
sebagai
bagian
prasarana
budaya,
lingkungan
hidup,
politik, pertahanan
dan
yang merupakan
wilayah studi. Kondisi ekonomi dapat dilihat dari perkembangan PDRB melaluidua sektor
yang paling dominan yaitu aktivitas sektor pertanian, dan aktivitas perdagangan, hotel dan
restoran.
PDRB Kabupaten Klungkung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan,
pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku nilai PDRB sebesarRp. 3.347.198,61 juta, dan
atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar Rp.1.467.352,42 juta. Data PDRB atas dasar
harga berlaku digunakan untuk melihat perubahan struktur ekonomi suatu daerah dan untuk
menghitung besarnya pendapatan per kapita dari penduduknya. Sedangkan, data PDRB atas
dasar harga konstan digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena
data ini mencerminkan pertumbuhan produksi barang dan jasa secara riil dari satu tahun ke
tahun berikutnya. PDRB Kabupaten Klungkung dalam 3 tahun terakhir disajikan dalam
Tabel 2.1.
PDRB
2010
2011
2012
2.748.354,
3.022.786,
3.347.198,
59
71
61
12,55
9,99
10,73
16.115.31
17.365.05
19.121.05
7,47
2,08
8,25
1.307.888,
1.383.890,
1.467.352,
95
23
42
Laju
pertumbuhan
(%)
DPRB
per
kapita(Rp.)
5,43
5,81
6,03
7.668.968,
7.950.056,
8.382.332,
85
75
33
o
Atas
dasar
harga berlaku
1.
Nilai
Laju
pertumbuhan (%)
3. PDRB per
kapita (Rp.)
I
I
Atas
harga
Dasar
konstan
tahun 2000
1.
2.
3.
pertumbuhan PDRB perkapita atas harga berlaku adalah 10,11%, sedangkan pertumbuhan
tahun yang sama atas harga konstan tahun 2000 adalah 5,43% persen.
Dilihat dari kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB pada tahun
2010-2012 nampaknya sektor pertanian masih mendominasi. Distribusi persentase PDRB
Kabupaten Klungkung dari sektor-sektor lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun
2010-2012 disajikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Distribusi persentase PDRB Kabupaten Klungkung atas harga berlaku
N
Lapangan
2010
2011
2012
Usaha
1
Pertanian
30,77
29,28
28,33
Perdaganga
20,77
21,32
22,11
n,
Hotel
dan
Restoran
3
Jasa-jasa
15,84
16,55
16,63
Industri
10,40
10,24
9,89
pengolahan
5
Bangunan
7,68
8,01
8,43
Pengangku
6,29
6,44
6,57
Pertamban
3,63
3,47
3,26
Keuangan
2,99
3,02
2,99
1,62
1,68
1,80
100,00
100,00
100,00
2.748.354,
3.022.786,
3.347.198,
59
71
61
tan
dan
komunikasi
7
gan
8
persewaan
dan
jasa perusahaan
9
Listrik,
Gas dan Air
PDRB
Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku ada 2 sektor yang mempunyai peranan
cukup besar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Klungkung yaitu: sektor pertanian,dan
sektor perdangan, hotel dan restoran.
1) Sektor Pertanian
Sektor pertanian menunjukkan peranan yang paling dominan dalam pembentukan
PDRB Kabupaten Klungkung. Kondisi ini menunjukkan bahwa struktur perekonomian
Kabupaten Klungkung masih bercorak agraris. Peranan sektor pertanian terus mengalami
penurunan dari tahun 2010 (30,77%), tahun 2011 (29,28%), dan tahun 2012(28,33%).
Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya peranan sub sektor Tabama (Tanaman Bahan
Makanan), dibandingkan tahun sebelumnya dimana terjadi penurunan luas panen dan
produksi.
Selain sub sektor Tabama, sub sektor perikanan juga mempunyai andil yang cukup
besar dalam pembentukan PDRB sektor pertanian, karena kabupaten Klungkung
mempunayai laut yang luas dimana produksi ikan laut cukup banyak. Selain ikan laut di
Kabupaten Klungkung juga banyak menghasilkan rumput laut dari Kecamatan Nusa Penida
yang diekspor ke luar negeri. Rumput laut merupakan setor andalan di kabupaten
Klungkung, dengan produksi rata-rata disajikan dalam Tabel 2.3, berikut.
Produksi (ton)
Nilai (Rp.)
2010
101.514,6
99.939.014.000
2011
106.951,4
224.125.654.000
2012
100.197,1
83.713.830.000
2013
100.859,5
118.462.865.000
Budidaya rumput laut saat ini sudah menjadi pekerjaan utama bagi masyarakat
pesisir Utara Pulau Nusa Penida, hal ini karena permintaan rumput laut untuk memenuhi
pasar ekspor cukup tinggi. Rumput laut kering dikirim ke Denpasar atau Surabaya,
selanjutnya di ekspor ke negara-negara tujuan seperti Jepang, Cina, Taiwan, Australia, dan
negara lainya.
Sub sektor peternakan walaupun sumbangannya belum sebesar sub sektor perikanan,
tetapi sub sektor ini juga memberikan andil dalam pembentukan PDRB sektor pertanian.
Peternakan yang banyak di Kabupaten Klungkung, khususnyadi kecamatan Nusa Penida
adalah ternak sapi dan babi.
Tabel 2.4 Data Ruas Jalan di Kecamatan Nusa Penida, Klungkung - Bali
N
o.
o.
Uru
Ruas
Klasif
ikasi Ruas
P
anjang
Keteran
gan
Km)
1
Telaga Klumpu
JJS
5,
Jln.
56
2
0
1
LU
57
3
LU
58
Ptg. Batukandik Batukandik
Ptg. Batumadeg Batukandik
Ambengan Pelilit
Caruban Sekartaji
Toyapakeh Suana
Toyapakeh Sebunibus
Klumpu Sakti
70
Ptg.
Klumpu
Ptg.
LU
Suana Soyor
Jungutbatu Lembongan
73
1
Tanglad Wates
Pondokhe Senangka
Sekartaji Sedehing
Suana Karang
Kab.
Ponjok Jurangbatu
9,
LU
LU
Jln.
Kab.
6,
6
Jln.
Kab.
0
2
Jln.
4,
LU
01
2
7,
LU
92
Jln.
Kab.
0
1
5,
LU
91
Jln.
Kab.
6
1
LU
90
Jln.
Kab.
0
1
Kab.
2,9
80
Jln.
PA
R
Kab.
0,0
1
Jln.
4,
LU
72
1
3,
2
1
Jln.
Kab.
71
1
9,
LU
Batumadeg
Jln.
Kab.
0
1
3,
LU
69
Jln.
Kab.
4
1
LU
68
Jln.
Kab.
8,0
1
8,
LU
67
Jln.
Kab.
1
1
4,
LU
62
Jln.
Kab.
3
1
4,
LU
61
Jln.
Kab.
1
1
2,
LU
60
Jln.
Kab.
6
1
8,
LU
59
Jln.
Kab.
1
1
1
2,4
Kab.
Jln.
Kab.
1,
Jln.
02
2
3
2
Batukandik Guyangan
LU
14
2
LU
86
Pejukutan Gepuh
Paku Dungkap
Prapat Klumpu
Sakti Penida
Tulad Tiagan
o.
Uru
Ruas
6,
Klasif
ikasi Ruas
Jln.
Kab.
3
N
o.
4,
LU
91
Jln.
Kab.
6
2
7,
LU
90
Jln.
Kab.
7
2
6,
LU
89
Jln.
Kab.
5
2
8,
LU
88
Jln.
Kab.
0
2
4,
LU
87
Jln.
Kab.
3
2
6,
0
Kab.
Jln.
Kab.
P
anjang
Keteran
gan
Km)
2
2
92
2
9
LU
Kangin
2
Karang Atuh
0
LU
93
3
Pendem Iseh
Kutapang Maos
2,
LU
Pelilit Atuh
LU
Jln.
Kab.
4,
0
Jln.
Kab.
00
3
4,
LU
99
Jln.
Kab.
0
2
8,
LU
98
Jln.
Kab.
0
2
6,
LU
97
Jln.
Kab.
5
2
4,
LU
96
Jln.
Kab.
5
2
6,
LU
95
Jln.
Kab.
0
2
3,
LU
94
Jln.
Kab.
1
2
3,
Jln.
Kab.
1,
Jln.
01
3
Calik Salang
LU
02
3
Kab.
3,
1
3
LU
03
4
Kab.
1,
1
3
Pikat Sompang
04
Jln.
LU
Jln.
Kab.
6,
0
JUMLAH
Jln.
Kab.
2
35,0
Jln.
Kab.
Sumber: Surat Pernyataan Bupati Klungkung No.: 620/06/2008, tgl. 6 Okt 2008
Permasalah umum lalu lintas di Nusa Penida, dalam keterkaitan dan hubungan antar
dan intra wilayah, khususnya antar desa, ada kesenjangan sistem jaringan jalan antara Nusa
Penida Utara dan Timur dengan Nusa Penida Barat dan Selatan. Hal ini jelas terlihat baik
dari status, fungsi jalan, panjang jalan, kondisi perkerasan serta geometrik dan beban lalu
lintasnya. Ketimpangan ini diperjelas dari aspek pelayanan jalan dimana sistem jaringan
jalan di Nusa Penida bagian Utara dan Timur relatif padat dengan permasalahan lalulintas
yang juga lebih banyak dan krusial. Permasalahan ini timbul sebagai hasil dari besarnya
tarikan perjalanan (Trip Atraction) dan produksi perjalanan (Trip Production) yang
diakibatkan oleh keberadaan 7 (tujuh) pelabuhan di bagian wilayah ini. Sedangkan Nusa
Penida Barat dan Selatan dengan jaringan jalan yang jarang dan permasalahan lalu lintas
yang lengang dengan jarak tempuh yang sangat panjang dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari masyarakat setempat.
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Tim Feasibility Study (FS) Jalan Lingkar
Nusa Penida dari Universitas Udayana th. 2014 terhadap lokasi dan distribusi jaringan
eksisting, tampak bahwa kebutuhan pengadaan infrastruktur jalan sangat mendesak dalam
pemerataan pengembangan wilayah Kecamatan Nusa Penida khususnya, yang tentunya
harus didukung oleh alternatif solusi lainnya secara terpadu seperti pengembangan sistem
angkutan umum dan manajemen lalu lintas. Untuk percepatan proses pertumbuhan
perekonomian wilayah Nusa Penida, serta dalam upaya pemerataan pembangunan,
diperlukan peningkatan aksesibilitas diantaranya dengan menyediakan prasarana jalan yang
representatif dan memadai menghubungkan langsung antar desa, sehingga aksesibitas
menjadi relatif sama.
Jalan Lingkar Nusa Penida merupakan jaringan jalan kolektor yang mendesak untuk
ditingkatkan berdasarkan arahan RTRWP Bali dan RTRW Kabupaten Klungkung untuk
menghubungkan dan melayani transportasi wilayah secara merata. Pembangunan jalan ini
dimaksudkan untuk:
1) meningkatkan dan pemerataan pembangunan wilayah Nusa Penida.
2) pelayanan lalu lintas yang semakin tinggi volumenya, khususnya pada jaringan jalan
Ibu Kota Kecamatan (IKK).
3) memperbaiki jari-jari tikungan yang tajam dan mengurangi besar landai jalan,
sehingga perjalanan menjadi lebih nyaman.
4) menunjang pengembangan sistem transportasi jalan raya yang sekaligus mendukung
Rencana Pengembangan Wilayah Nusa Penida sebagai Daerah Tujuan Wisata.
Dengan demikian pembangunan jalan lingkar Nusa Penida pada hakekatnya adalah
pemerataan pembangunan dan pengembangan wilayah untuk mengantisipasi masa depan
Nusa Penida yang memiliki banyak objek-objek wisata menarik di sepanjang pantai Nusa
Penida dan sangat potensial untuk dikembangkan dalam rangka menyejahterakan
masyarakat.
masalah multikriteria
yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan bahwa
kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),struktur masalah yang belum
jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari
satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan
sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur
multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub
kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu
masalah yang kompleks dapat
diuraikan
ke
dalam
kelompok-kelompoknya
yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih
terstruktur dan sistematis.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif
atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan
dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian bagiannya, menata bagian atau
variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada
pertimbangan
subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini
untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak
untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode
ini
juga
menggabungkan
kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu
mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan
perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipersentasikan pada pertimbangan yang
telah dibuat.
Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari :
1. Reciprocal Comparison, yang mengandung arti si pengambil keputusan harus
bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu sendiri
harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x,
maka B lebih disukai dari A dengan skala
2.
artinya untuk
tujuan
pengambilan
keputusan,
struktur hirarki
diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil keputusan
tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga
keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
Tahapan tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya
adalah sebagai berikut :
1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan
kriteria-kriteria dan alternatif - alternatif pilihan yang ingin di rangking.
3.
Membentuk
matriks
perbandingan
berpasangan
yang
menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau
kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau
judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat kepentingan suatu
elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks
yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
5.
Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka
pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah
nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun
dengan manual.
Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen
vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintetis pilihan dalam
penentuan prioritas elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
8.
Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,100 maka
penilaian harus diulangi kembali.
tersebut
dapat
dikategorikan
sebagai
complete
dan
incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu
tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya,
sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki complete. Bentuk
struktur dekomposisi yakni :
Tingkat pertama
: Tujuan keputusan
(Goal)
Tingkat kedua
: Kriteria kriteria
Tingkat ketiga
alternatif
: Alternatif
Tujuan
Kriteria I
Alternatif I
Kriteria II
Alternatif II
Kriteria III
Kriteria N
Alternatif M
2. Comparative Judgement
Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif
dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya.
Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas
dari elemen elemennya. Hasil dari penilaian
ini
lebih
mudah
disajikan
dalam
sampai
hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matris n x n, seperti pada dibawah ini.
Nilai
(baris) terhadap
(kolom)
yang menyatakan hubungan :
a.
(baris) terhadap
kriteria C
dibandingkan dengan
b. Seberapa jauh dominasi
(kolom) atau
(baris) terhadap
(kolom).
(kolom) atau
(baris) dibandingkan
Defini
si
Kepent
1
Keter
angan
Sama
Pentingny
3
Agak
a
lebih
penting
yang satu
cukup
penting
Sangat
penting
Mutlak
lebih
5
7
9
satu
penting
2,4,6
,8
nilai
tengah
diantara
dua
okal
Resipr
dengan
pasangannya,
pada
tingkat
keyakinan
tertinggi. dibutuhkan
Bila kompromi
nilai
keputusan yang
Kebalikan
skala
r
apat
langsung
dari
[
]
Baris 1 kolom 2 : Jika K dibandingkan L, maka K sedikit lebih penting/cukup penting
dari L yaitu sebesar 3, artinya K moderat pentingnya daripada L,
dan seterusnya.
Angka 3 bukan berarti bahwa K tiga kali lebih besar dari L, tetapi K moderat
importance dibandingkan dengan L, sebagai ilustrasi perhatikan matriks resiprokal
berikut ini :
[
]
Membacanya/membandingkannya, dari kiri ke kanan. Jika K dibandingkan
dengan L, maka L very strong importance daripada K dengan nilai judgement sebesar
7. Dengan
demikian pada baris 1 kolom 2 diisi dengan kebalikan dari 7 yakni
Artinya, K
Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan eigen vector maka
akan diberikan definisi definisi mengenai matriks dan vector.
1.
Matriks
Pa
brik
ik 1
ik 2
ik 3
ota
ota
ota
K
K
ota
ota
Pabr
15
22
31
44
Pabr
Pabr
Tabel ini jika disajikan dalam bentuk matriks akan menjadi seperti berikut:
Matriks A memiliki tiga baris yang mewakili informasi Pabrik (1, 2, dan 3)
dan empat kolom yang mewakili informasi Kota (1, 2, 3, dan 4). Sedangkan informasi
biaya pengiriman dari masing masing pabrik ke tiap tiap kota, diwakili oleh
perpotongan baris dan kolom. Sebagai contoh, perpotongan baris 1 dan kolom 1
adalah 5, angka 5 ini menunjukkan informasi biaya pengiriman dari pabrik 1 ke kota
1,
dan
seterusnya.
dimana, pada notasi elemen matriks, angka sebelah kiri adalah informasi baris
sedangkan angka di kanan adalah informasi kolom, contoh a23 berarti nilai yang
diberikan oleh baris ke dua dan kolom ke tiga. Jika informasi baris dinotasikan dengan
m dan informasi kolom dengan n maka matriks tersebut berukuran (ordo)
Matriks dikatakan bujur sangkar (square matrix) jika
berada di baris ke-i dan kolom ke-j yang disebut (ij) matriks entri.
2.
Vektor dari n
dimensi
) maupun
menurut kolom, dari atas ke bawah (disebut vektor kolom atau Colomn Vector dengan
ordo
dinotasikan dengan
3.
dinamakan
Eigen Vector dari A jika Ax kelipatan skalar , yakni
A
x=
Skalar dinamakan eigen value dari A dan x dikatakan eigen vektor yang
bersesuaian dengan . Untuk mencari eigen value dari matriks A yang berukuran n x n
maka dapat ditulis pada persamaan berikut :
x=
terhadap elemen
adalah
, maka secara teoritis matriks tersebut berciri positif berkebalikan, yakni
Bobot yang dicari dinyatakan dalam vektor
). Nilai
menyatakan
kepentingan dari faktor j terhadap faktor k, maka agar keputusan menjadi konsisten,
kepentingan I terhadap k harus sama dengan
atau jika
untuk
semua i, j, k maka matriks tersebut konsisten. Untuk suatu matriks konsisten dengan
vektor
, maka elemen
(1)
Seperti yang di uraikan diatas, maka untuk pair wise comparison matrix
diuraikan
seperti berikut ini :
(3)
adalah eigen
vector dari matriks A dengan eigen value n. Perlu diketahui bahwa n merupakan
dimensi matriks
itu sendiri. Dalam bentuk persamaan matriks dapat ditulis sebagai berikut
:
[
[
]
]
]
Pada prakteknya, tidak dapat dijamin bahwa :
Salah satu factor penyebabnya yaitu karena unsur manusia (decision maker)
tidak selalu dapat konsisten mutlak (absolute consistent) dalam mengekspresikan
preferensinya terhadap elemen elemen yang dibandingkan. Dengan kata lain, bahwa
judgement yang diberikan untuk setiap elemen persoalan pada suatu level hierarchy
dapat saja inconsistent.
J
ika :
1). Jika
persamaan :
Ax =
(10)
i = 1,2,,n; maka
dapat ditulis :
kalau
Miasalkan
ataupun
suatu
pair
wise
comparison
matrix
bersifat
[
Eigen
value
maka
(12)
dari
matriks A,
|
(13) Kalau diuraikan lebih jauh untuk persamaan (13), hasilnya menjadi :
|
|
Dari persamaan (14) kalau diuraikan untuk mencari harga eigen value
maximum
(
) yaitu :
hanya ada satu eigen value yang sama dengan n (konstan dalam kondisi matriks
konsisten).
b.
2.2.3
Salah satu utama model AHP yang membedakannya dengan model model
pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak.
Dengan model AHP yang memakai persepsi decision maker sebagai inputnya maka
ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam
menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus membandingkan
CI
Apabila CI bernilai nol, maka matriks pair wise comparison tersebut konsisten.
Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh Thomas L. Saaty
ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks
konsistensi dengan nilai Random Indeks (RI) yang didapatkan dari suatu eksperimen
oleh Oak Ridge National Laboratory kemudian dikembangkan oleh Wharton School
dan diperlihatkan seperti tabel 2.3. Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan
demikian, Rasio Konsitensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rasio
Konsitensi
Indeks
Random
,00
2
0
,00
0
49
3
0
,58
1
1,
51
4
0
,90
5
0
2
1,
48
,12
6
1
1,
,24
3
56
8
1
,32
4
1,
57
,41
9
1
5
1,
,45
59
1
1,
Bila matriks pair - wise comparison dengan nilai CR lebih kecil dari 0,100
maka ketidakkonsistenan pendapat dari decision maker masih dapat diterima jika tidak
maka penilaian perlu diulang.
2.3
sensitivitas untuk melihat efek yang terjadi. Analisa sensitivitas ini juga akan
menentukan stabil tidaknya sebuah hirarki. Makin besar deviasi atau perubahan
prioritas yang terjadi maka makin tidak stabil hirarki tensebut. Meskipun begitu,
suatu hirarki yang dibuat haruslah tetap mempunyai se
.
A.
Analisis pembobotan
B.
kriteria
C.
Kapet
Seram.
Metode
yang
digunakan adalah
TOPSIS (
Solution) adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama
kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang (1981). TOPSIS menggunakan prinsip bahwa
alternatif yang terpilih harus mempunyai jarak terdekat dari solusi ideal positif dan
terjauh dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak
Euclidean untuk menentukan kedekatan relatif dari suatu alternatif dengan solusi optimal.
Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang
dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi negatif-ideal terdiri dari seluruh nilai
terburuk yang dicapai untuk setiap atribut.
TOPSIS mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak
terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan relatif terhadap solusi ideal
positif. Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas alternatif
bisa dicapai.
Metode ini banyak digunakan untuk menyelesaikan pengambilan keputusan secara
praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami, komputasinya
efisien,dan memiliki kemampuan mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif
keputusan.
PROSEDUR TOPSIS
Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal positif
dan negatif
of a vector adalah:
4. Menghitung separasi
Si* adalah jarak (dalam pandangan Euclidean) alternatif dari solusi ideal
didefinisikan sebagai:
Dan jarak terhadap solusi negatif-ideal didefinisikan sebagai:
6. Merangking Alternatif
Alternatif dapat dirangking berdasarkan urutan Ci*. Maka dari itu, alternatif
terbaik adalah salah satu yang berjarak terpendek terhadap solusi ideal dan berjarak
terjauh dengan solusi negatif-ideal.
HUBUNGAN TOPSIS DAN AHP (Analytic Hierarchy Process)
Pada dasarnya TOPSIS tidak memiliki model inputan yang spesifik dalam
penyelesaian suatu kasus, TOPSIS menggunakan model inputan adaptasi dari metode lain
(ex. AHP,UTA,ELECTRE,TAGUCHI dll)
Dalam menyelesaikan suatu kasus multikriteria, AHP membandingkan tiap kriteria
menggunakan matriks perbandingan berpasangan untuk setiap alternatif kemudian
hasilnya adalah sebuah matriks keputusan yang menunjukkan skor setiap alternatif pada
semua kriteria.
Alternatif terbaik adalah alternatif dengan skor tertinggi setelah dikalikan dengan
vektor bobot Sedangkan pada metode TOPSIS, matriks keputusan yang dihasilkan dari
metode AHP merupakan modal awal/inputan awal dalam perhitungan selanjutnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
data dan perangkat lunak yang digunakan. Dari studi pendahuluan yang dilakukan,
dilanjutkan identifikasi masalah sehingga dapat disusun latar belakang masalah dan
rumusan masalah serta penetapan tujuan penelitian ini. Selanjutnya dilakukan
pengumpulan data baik diperoleh dari data primer maupun dari data sekunder. Data
primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuisioner atau wawancara kepada pihakpihak (stakeholders) yang berkompeten dalam penanganan
jalan
kabupaten
di
Kabupaten Klungkung. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
data penanganan jalan kabupaten di Kabupaten Klungkung pada tahun anggaran 2014
2016 serta pedoman perencanaan jalan kabupaten sesuai SK No.77/KPTS/Db/1990.
Langkah selanjutnya akan dilakukan penentuan urutan prioritas penanganan jalan
kabupaten dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang diawali dengan
penyusunan hirarki yaitu dengan penentuan kriteria dan penentuan subkriteria.
Selanjutnya dilakukan analisis pembobotan dalam penentuan skala prioritas jalan
dengan metode AHP. Hasil dari ,etode AHP dibandingkan dengan Fuzzy AHP,
TOPSIS dan SK No.77/KPTS/Db/1990. Adapun
langkah-langkah
penelitian
ini,
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
Data Sekunder
Data Primer
-
Kuisioner/
Wawancara
Penyusunan
Hirarki
Model
Analisis penentuan skala
AHP
-
Penentuan Kriteria
Penentuan Subkriteria
Analisis Pembobotan
dalam penentuan skala prioritas
jalan dg Metode AHP
T
Y
I
2. Waktu penelitian, penelitian ini dilakukan dari pagi hingga sore selama jam
kerja pemerintahan.
3.
Anggota
(Bappeda)
Kab.Klungkung,
Camat
se-Kab
Daerah Kabupaten
Perencanaan
dalam melakukan
kecamatan hanya
sebagaian kecil direalisasikan dalam APBD. Berdasarkan hal tersebut perlu penerapan
metode lain yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Adapun metode yang
akan digunakan adalah Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Penggunaan
metode dengan sistem hirarki sudah diterapkan di Kabupaten Badung , Kabupaten
Gianyar, dan Kabupaten Bangli dalam penentuan prioritas jalan kabupaten. Adapun
faktor
volume lalu lintas, faktor ekonomi, faktor kebijakan dan faktor tata guna lahan.
Penentuan prioritas proyek dengan metode hirarki yang akan di laksanakan
dapat
memberi hasil yang lebih representatif dalam penentuan prioritas penanganan jalan
di Kabupaten Klungkung.
yang dicatat
dan didapat
Data
yang
berhubungan
dengan
kriteria
yang
dipakai
untuk
2. Setelah data yang sesuai dengan diktum 1 didapat, maka data tersebut direkapitulasi
dan
dikompilasi
ke
masing-masing
unsur
1 sampai dengan
berdasarkan nilai preferensi berpasangan dari Saaty (1986) dan dengan melingkari
salah satu angka pada interval terhadap penilaian yang diberikan,
dimana masing-
kriteria
dibandingkan terhadap
tingkat
indikator
kepentingan
kriteria
indikator
yang
melingkupinya.
yang
Dalam
yang
bidang penanganan
mempunyai
dan
tugas,
perencanaan
fungsi
jalan
dan
kabupaten
pengalaman
di
di
Kabupaten
dipilih
dibidang penanganan jalan. Adapun respon expert yang dipilih terdiri dari :
1. Pemerintah Kabupaten Klungkung
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Kab. Klungkung (1 orang), Kadis
PU Kab. Klungkung (1 orang), Kabid
secara
tertulis
dengan
model
pertanyaan
berupa
skala
penilaian.
2.
3. Interview dilaksanakan sesuai dengan waktu dan tempat yang disepakati oleh
para responden dengan mempertimbangkan :
a.
terhadap
hal-hal
atau
pertanyaan
yang
meragukan/membingungkan responden.
5. Pada saat dilakukan interview, terlebih dahulu responden ditanyakan
apakah dari pertanyaan yang akan ditanyakan membingungkan/meragukan
responden apa tidak?, dan apabila ada pertanyaan yang membingungkan
bagi responden maka interview tidak dapat dilanjutkan sampai pada batas
responden mengerti betul terhadap pertanyaan yang akan dijawab. Dan apabila
Hasil jawaban penilaian level hiraki yang diperoleh dari responden sangat
menentukan besarnya bobot elemen level hirarki, apabila ditemukan hasil
penilaian responden setelah diuji tingkat konsisten (rasio konsisten) jawaban
responden melebihi batas 10%
maka
3.6
Variabel Penelitian
Variabel yang dipakai pada penelitian ini terdiri dari kriteria/pertimbangan yang
Volume Lalu Lintas (B), Faktor Ekonomi (C), Faktor Kebijakan (D)
dan Faktor Tata Guna Lahan (E).
3. Level III (Pengembangan dari Level II, yang selanjutnya disebut subkriteria),
Sub kriteria kondisi jalan, volume lalu lintas, ekonomi diperoleh dari SK No.77
Dirjen Bina Marga, Tahun 1990 sedangkan sub kriteria kebijakan dan tata
guna
lahan
diperoleh
3.7
Analisis Data
Analisis data merupakan pekerjaan yang terintegrasi setelah data didapatkan,