Anda di halaman 1dari 134

SK No.

77 / KPTS / Db / 1990 PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN


PROGRAM JALAN KABUPATEN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN
PEKERJAAN UMUM Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum DAFTAR ISI
Halaman 1. MAKSUD DAN TUJUAN ...................................................................................... 1 1.1
Kebutuhan akan Perencanaan .................................................................................. 1 1.2
Tujuan ..................................................................................................................... 2 2. RUANG LINGKUP
PROSEDUR PERENCANAAN ........................................... 3 2.1 Kelompok
Tugas ..................................................................................................... 3 2.2 Pencakupan Jaringan Jalan
dan Prosedur Penyaringan ........................................... 6 2.3 Pengertian Kategori
Pekerjaan ................................................................................ 9 2.4 Rangkuman Prosedur
Perencanaan ......................................................................... 11 3 KEBUTUHAN
SUMBERDAYA ........................................................................... 19 3.1 Kebutuhan
Staf ....................................................................................................... 19 3.2 Tugas
Utama ........................................................................................................... 21 3.3 Jadwal Keseluruhan
Tugas ..................................................................................... 23 3.4
Pembiayaan ............................................................................................................. 23 3.5 Kebutuhan
Sumber Daya Lainnya .......................................................................... 24 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 1 1 MAKSUD DAN TUJUAN 1.1 KEBUTUHAN AKAN
PERENCANAAN 1. Tugas yang sangat penting mengenai perencanaan dan persiapan program pekerjaan
tahunan untuk jaringan jalan kabupaten, sudah mulai dilakukan secara sistematis. Sebelumnya
kebanyakan program disusun berdasarkan usulan-usulan `ad-hoc' yang diajukan oleh kabupaten yang
kurang didukung dengan perencanaan yang memadai atau dengan evaluasi sehingga didapat pilihan
alternatif yang prioritas. Persiapan program lima tahun dengan bantuan konsultan untuk mendapatkan
Bantuan Luar Negeri (BLN), tidak menunjukkan sebagai suatu cara yang efisien dan memuaskan. Dalam
kenyataannya aspirasi dan kemampuan daerah kurang dipertimbangkan karena terlalu banyaknya
petunjuk dari instansi di tingkat pusat yang memaksakan suatu kerangka kerja yang kaku dan kurang
dapat diterima di dalam pemilihan proyek untuk jangka panjang. Rencana-rencana yang dihasilkan
dengan cara ini cenderung sudah kadaluarsa, bahkan sebelum pelaksanaannya dapat dimulai. 2. Peranan
kabupaten dalam mempersiapkan program penanganan jaringan jalan sendiri jelas diperlukan untuk
menjamin adanya keluwesan dalam mengadakan perubahan-perubahan sesuai kebutuhan daerah dan
untuk mengalihkan tanggung jawab instansi tingkat pusat ke tingkat kabupaten. Pada saat yang sama,
Pemerintah Pusat dan pihak donor memerlukan jaminan bahwa program semacam ini mempunyai dasar
yang rasional dan disusun secara sistimatis. Demikian pula dengan sumber daya ekonomi nasional yang
jumlahnya terbatas, supaya dapat digunakan seefisien mungkin. 3. Prosedur perencanaan jalan semacam
ini perlu diperkenalkan kepada kabupaten. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa tidaklah cukup
hanya dengan menyerahkan suatu buku petunjuk begitu saja untuk diterapkan secara bersama. Untuk
memperkenalkan suatu prosedur secara efektif, perlu didukung oleh program pelatihan, bimbingan dan
bantuan teknis di tingkat kabupaten, termasuk pengarahan yang tegas dari instansi yang tingkatnya lebih
tinggi. Kegiatan ini telah mulai dilakukan sejak tahun 1990 seiring dengan SK No. 77 - Dirjen Bina
Marga 4. Keberhasilan juga mungkin dapat lebih dicapai dari pendekatan terpusat yang menerima
kenyataan bahwa untuk mencakup seluruh jaringan jalan sekaligus dalam sekali studi tidak dapat
dilaksanakan. Karena itu perlu dipertimbangkan bahwa untuk mengalihkan prosedur perencanaan dari
tingkat pusat ke daerah harus dilakukan melalui suatu periode peralihan beberapa tahun, dimana instansi
di tingkat propinsi harus ikut melakukan peranan pemeriksaan dan pengawasan yang dahulu hampir

semuanya dilakukan oleh pusat. 5. Keperluan mendasar dalam proses perencanaan adalah untuk
membuktikan bahwa dari setiap proyek dapat diharapkan suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang
dapat dipertanggung-jawabkan. Tanpa melakukan hal ini paling tidak akan memboroskan beberapa
sumber daya yang disediakan untuk proyek jalan kabupaten. Untuk memberikan program pekerjaan yang
potensial dan melibatkan berbagai proyek dalam skala besar, diperlukan latihan perencanaan yang cukup
banyak dengan lengkap. 6. Alasan utama diperlukannya masukan perencanaan dalam skala besar
bukannya karena kerumitan metodologi yang diusulkan, namun karena besarnya jumlah Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 2 proyek yang berdiri sendiri yang harus dinilai dan
banyaknya jenis proyek yang terlibat. Pengalaman dari beberapa tahun pelaksanaan studi jalan kabupaten
di Indonesia telah menunjukkan bahwa karena besarnya variasi jenis jalan, mulai dari jalan aspal yang
dilewati beberapa ribu kendaraan per hari sampai dengan jalan setapak yang tidak dapat dilewati
kendaraan, menyebabkan setiap proses perencanaan harus mempertimbangkan ruas-ruas jalan atas dasar
kondisi masingmasing dengan suatu bentuk penaksiran yang sesuai supaya rekomendasi yang dihasilkan
mempunyai kelayakan yang memadai. 7. Bagian pokok dari proses perencanaan ini meliputi suatu
kegiatan survai pengumpulan data yang diperlukan, terutama dalam hal lokasi jalan, panjang dan
kondisinya saat ini, serta informasi mengenai tingkat lalu lintas atau jumlah penduduk pengguna jalan
yang bersangkutan (informasi seperti ini seringkali tidak tersedia sulit didapatkan). 8. Bagian pokok
berikutnya adalah kegiatan evaluasi proyek dengan dengan menggunakan data hasil survai di atas. Ada
beberapa metode penaksiran atau evaluasi yang dapat dilaksanakan; metode yang paling sederhana yakni
penyusunan peringkat proyek dengan menggunakan cara indeks menunjukkan korelasi yang lemah dari
hasil evaluasi ekonomi. Karena itu pada prosedur ini cara tersebut tidak digunakan dan dipakai suatu
sistim yang tetap berhubungan langsung dengan kriteria ekonomi konvensional. Sistim ini tidak
memerlukan tambahan data survai dan waktu analisa yang berarti, ataupun tingkat keahlian yang lebih
tinggi dari pada yang dibutuhkan oleh metode yang paling sederhana tadi. 1.2 TUJUAN 1. Tujuan umum
dari Prosedur Perencanaan dan Penyusunan Program ini adalah : Untuk menyusun prioritas penangan
jalan sesuai dengan dana yang tersedia dengan cara yang efisien, agar menunjang pembangunan ekonomi
dan sosial daerah tersebut. 2. Tujuan khusus-nya adalah untuk : Memberi pengetahuan kepada staf
kabupaten di dalam melaksanakan pekerjaan survai, analisa dan evaluasi, sesuai dengan prosedur yang
sistematis dan menuju ke arah persiapan yang tepat waktu dari program tahunan dalam standar yang
konsisten. Memberi kepastian bahwa alokasi sumber daya berdasarkan kategori pekerjaan (yakni,
pekerjaan berat, pemeliharaan dan pekerjaan ringan lain) ditentukan secara rasional. Memberi kepastian
bahwa penentuan pemilihan prioritas pekerjaan berat, didasarkan atas kriteria ekonomi yang sederhana
namun rasional, sehingga dapat memberikan tingkat kepercayaan yang memadai baik bagi donor maupun
instansi pemerintah bahwa investasi yang diusulkan telah sesuai. Mendokumentasikan dan membangun
`database' dari informasi mengenai jaringan jalan untuk keperluan pemantauan dan perencanaan lebih
lanjut. Dapat mencakup perencanaan bagi semua pembiayaan jalan kabupaten, tanpa melihat darimana
sumber pendanaannya. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 3 2 RUANG
LINGKUP PROSEDUR PERENCANAAN 2.1 KELOMPOK TUGAS 1. Prosedur perencanaan dibagi
dalam lima komponen utama atau kelompok tugas, dimana setiap kelompok tercakup dalam bagian
terpisah dalam buku petunjuk ini : Tugas 1 : KAJI ULANG DAN PEMUTAKHIRAN DATABASE
Tugas 2 : SURVAI Tugas 3 : ANALISA Tugas 4 : PENAKSIRAN BIAYA Tugas 5 : PERSIAPAN
PROGRAM TAHUNAN 2. Bagan alir yang telah disederhanakan pada Gambar 1 menunjukkan rangkaian
pokok kegiatan-kegiatannya. Gambar 2 menunjukkan aliran tugas serta keterkaitannya satu sama lain
secara lebih terinci. 3. Perencanaan harus dilihat sebagai suatu siklus kegiatan yang berkesinambungan

dengan maksud untuk menyusun suatu gabungan informasi mutakhir mengenai seluruh jaringan jalan.
Informasi perencanaan disusun untuk memberikan suatu program tahunan, namun prosesnya tidak hanya
berhenti disitu. Program tahunan harus merupakan bagian dari suatu strategi untuk jangka yang lebih
panjang bagi seluruh jaringan, yaitu rencana yang bergulir dan mencakup beberapa tahun. 4. Siklus
perencanaan dengan pembagian waktunya secara umum digambarkan seperti di bawah ini. DAUR
PERENCANAAN TAHUNAN Kaji Ulang Program Survai Pemeliharaan Terinci Survai Disain Survai
Penjajagan Kondisi Jalan S1 Penyusunan Program Penyaringan dan Penyusunan Peringkat Analisa dan
Penaksiran Biaya Survai S2 S8 Kaji Ulang & Pemutakhiran Database Jan - Feb Sep Jul - Agu Mei - Jun
Sep -Nop Apr Sep-Nop Okt-Nop Des Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum
4 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 5 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 6 2.2 PENCAKUPAN JARINGAN JALAN DAN ROSEDUR
PENYARINGAN 1. Prosedur Perencanaan ini dimaksudkan untuk diterapkan pada seluruh jaringan jalan
kabupaten secara sistematis. 2. Data survai terbaru yang dapat diandalkan dari setiap ruas dalam jaringan
jalan harus tersedia sehingga pilihan pekerjaan yang diperlukan dapat dipertimbangkan dan disusun
dalam urutan prioritas. Alokasi dana yang rasional hanya dapat dibuat bila datanya lengkap untuk seluruh
jaringan jalan. 3. Jaringan jalan tersebut dibagi dalam dua bagian : Jalan mantap (stabil ; selalu dapat
diandalkan untuk dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun), terutama yang kondisinya sudah
`baik/sedang' yang hanya memerlukan pemeliharaan. Jalan tidak mantap (tidak stabil ; tidak dapat
diandalkan untuk dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun), terutama yang kondisinya `rusak/rusak berat'
yang memerlukan pekerjaan berat' (rehabilitasi, perbaikan, konstruksi), termasuk jalan tanah yang saat
ini tidak dapat dilewati kendaraan roda-4. 4. Untuk menjaga kemutakhiran data inventarisasi jalan seluruh
jaringan (agar umur datanya selalu tidak akan lebih dari tiga tahun) perlu dilakukan hal berikut : Pada
jalan-jalan yang mantap, setiap tahunnya harus dilakukan `Survai Penjajagan Kondisi Jalan' (S1) Pada
jalan-jalan yang tidak mantap, setiap tahunnya harus dilakukan Survai Penyaringan Jalan (S2) pada
sepertiga bagian jalan saja, sehingga seluruh bagian jalan dapat tercakup dan selesai disurvai dalam daur
tiga tahun. Pada jalan-jalan yang tidak mantap, dibagi dalam tiga bagian yang kira-kira sama, lalu setiap
tahun satu bagian harus dicakup dalam `Survai Penyaringan Jalan' (S2), sehingga seluruh bagian jalan
dapat tercakup dan selesai disurvai dalam daur tiga tahun. 5. Pada prinsipnya semua jalan mantap setiap
tahunnya harus mendapatkan prioritas untuk ditangani dengan pemeliharaan rutin dan/atau berkala. Untuk
itu, informasi survai yang terbaru diperlukan untuk menentukan kebutuhan teknis yang tepat, karenanya
survai tahunan sangat perlu dilaksanakan. Survai S1 digunakan untuk memperbaharui informasi
inventarisasi jalan sebagai bagian dari prosedur perencanaan yang sekaligus digabung dengan survai
penyaringan pemeliharaan tahap pertama dalam persiapan pemeliharaan tahunan (lihat petunjuk terpisah
untuk Persiapan Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten). 6. Di banyak kabupaten, jaringan jalan yang
tidak mantap masih lebih besar dari jaringan jalan yang mantap dan dana untuk pekerjaan berat yang
diperlukan melebihi dana yang tersedia. Karenanya diperlukan suatu sistim untuk menyaring dan
menyusun urutan proyek, terutama yang berdasarkan kriteria ekonomi. Survai penyaringan kondisi jalan
(S2) dikaitkan dengan survai-survai lain yang mengukur permintaan akan angkutan, dilakukan untuk
keperluan tersebut. 7. Manfaat peningkatan suatu jalan dapat dihitung dengan cara, membandingkan
kondisi jalan saat ini dengan yang diharapkan, dan dengan memperkirakan jumlah Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 7 lalu lintas yang diharapkan. Manfaat ini kemudian dapat
diperbandingkan dengan perkiraan biaya peningkatan jalan, untuk memberikan tingkat pengembalian
ekonomi proyek (misalnya, Net Present Value = nilai bersih saat ini atau NPV/Km). Kemudian sejumlah
proyek dapat disusun peringkatnya dan proyek yang NPV/kmnya tertinggi harus dipilih untuk

dilaksanakan terlebih dahulu. Dengan cara ini baik kabupaten maupun secara nasional dapat
memanfaatkan dengan sebaik mungkin keadaan kelangkaan dana tersebut. 8. Jaringan jalan yang tidak
mantap selanjutnya dapat dibagi lagi kedalam dua kelompok : Jalan terbuka yang dapat dilalui kendaraan
roda-4 untuk sepanjang tahun. Jalan tertutup yang tidak dapat dilalui kendaraan roda-4 untuk sepanjang
atau sebagian tahun. 9. Permintaan akan angkutan pada jalan yang terbuka bagi kendaraan roda-4, bisa
diperkirakan dengan baik melalui survai lalu lintas yang ada (S5). Sedangkan pada jalan yang tertutup
lalu-lintas yang ada bukan merupakan suatu ukuran yang baik bagi permintaan angkutan yang potensial,
untuk itu dilakukan perkiraan dari jumlah penduduk yang terlayani oleh jalan dan dari tingkat hambatan
akses yang dialami sekarang. Data ini diperoleh langsung dari survai penduduk (S7) dan survai hambatan
lalu-lintas (S8). 10. Gambaran bagaimana jaringan jalan kabupaten dicakup oleh studi perencanaan dapat
dilihat pada gambar berikut : Gambar 3. CAKUPAN SURVAI JARINGAN JALAN Tahun ke - 1 Wilayah
Perencanaan 1 Tahun ke - 2 Wilayah Perencanaan 2 Tahun ke - 3 Wilayah Perencanaan 3 Jalan Kondisi
Rusak / Rusak Berat ' Tertutup Roda-4 ' S2, S7 dan S8 Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat ' Tertutup
Roda-4 ' S2, S7 dan S8 Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat ' Tertutup Roda-4 ' S2, S7 dan S8 T D K M
Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat ' Terbuka Roda-4 ' S2 dan S5 Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat '
Terbuka Roda-4 ' S2 dan S5 Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat ' Terbuka Roda-4 ' S2 dan S5 A N T A P
Jalan Kondisi Baik /Sedang Survai Tahunan S1 dan 20% S5 M A N T A P Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 8 11. Karena jaringan jalannya berkembang, maka lebih banyak
jalan yang akan pindah dalam kelompok mantap dan memerlukan survai tahunan untuk pemeliharaan.
Data lalu lintas juga diperlukan untuk kelompok ini, supaya standar teknis dan standar biaya yang sesuai
dapat diterapkan. Target yang harus dicakup adalah paling sedikit 20 % dari jaringan yang mantap
dilakukan survai lalu-lintas setiap tahunnya, sehingga tidak akan ada ruas jalan yang data lalu lintasnya
lebih lama dari lima tahun. 12. Pada saat informasi tentang kebutuhan pemeliharaan dan tingkat lalulintas telah meningkat, sistim prioritas secara ekonomi dilakukan juga terhadap pekerjaan pemeliharaan
berkala yang terpadu dengan sistim untuk pekerjaan berat. 13. Meskipun telah dilakukan pemeliharaan,
beberapa jalan yang mantap akan memburuk ke kondisi `rusak/rusak berat', sementara lainnya mungkin
memerlukan pelebaran atau perkuatan karena lalu-lintasnya meningkat. Karena itu setiap tahunnya,
sejumlah ruas dicakup dalam survai S2, sebagai hasil dari survai penjajagan (S1) sebelumnya. 14. Pada
saat jaringan jalannya berkembang dan menjadi mantap, maka proporsi ruas jalan yang dievaluasi dengan
metode lalu lintas akan bertambah, namun sebagian besar jalan tanah akan tetap perlu dievaluasi dengan
metode kependudukan. Sebagian kecil ruas, khususnya jalan baru yang menuju wilayah pertanian
potensial yang luas atau jalan-jalan baru yang akan mengalihkan rute lalu lintas, tidak dapat dicakup oleh
metode evaluasi umum dalam prosedur perencanaan ini, sebagai gantinya diperlukan "studi khusus" yang
harus dilaksanakan oleh staf dengan kemampuan khusus pula. 15. Diagram di bawah ini menggambarkan
bagaimana jaringan jalan akan dicakup oleh jenis-jenis studi yang berbeda. KATEGORI STUDI
PERENCANAAN JALAN TERBUKA BAGI KENDARAAN RODA 4 JALAN TERHAMBAT DAN
TERTUTUP BAGI KENDARAAN RODA 4 HAMBATAN JALAN AKSES RENDAH HAMBATAN
JALAN AKSES SEDANG HAMBATAN JALAN AKSES TINGGI PENAKSIRAN MANFAAT LALU
LINTAS PENAKSIRAN MANFAAT PENDUDUK STUDI KHUSUS Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 9 2.3 PENGERTIAN KATEGORI PEKERJAAN 1. Untuk
keperluan perencanaan dan penyusunan program, pekerjaan jalan ini dapat dibagi ke dalam tiga kelompok
besar sebagai berikut : a. Pekerjaan pemeliharaan : untuk jalan berkondisi `baik/sedang' b. Pekerjaan berat
: untuk jalan berkondisi `rusak/rusak berat' (pembangunan baru, peningkatan, rehabilitasi) c. Pekerjaan
penyangga : untuk jalan berkondisi `rusak/rusak berat' 2. Ditinjau dari nilainya, pekerjaan berat dapat

dibedakan dengan pekerjaan ringan (yakni pekerjaan pemeliharaan dan penyangga) seperti yang juga
ditunjukkan pada matriks biaya (lihat tugas 4) PEMBANGUNAN BARU (PB) PEKERJAAN BERAT
(PK) PENINGKATAN (PK) REHABILITASI (RE) PEMEL. PERIODIK (MP) PEMELIHARAAN (M)
PEMEL. RUTIN (MR) PEKERJAAN RINGAN PENYANGGA (H) DARURAT PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (M), harus dilakukan terhadap semua ruas jalan yang berkondisi baik/sedang dan
harus mendapatkan prioritas untuk ditangani. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar permukaan ruas
jalan mendekati kondisi semula, dan juga diperlukan agar suatu proyek pekerjaan berat memungkinkan
untuk tetap bertahan sesuai dengan umur disain yang direncanakan. Pekerjaan ini terutama terdiri dari
pekerjaan rutin tahunan, pelapisan ulang berkala serta pekerjaan drainase. PEKERJAAN BERAT (PK),
dimaksudkan untuk meningkatkan jalan yang sesuai dengan tingkat lalu lintas yang diperkirakan,
biasanya merupakan pembangunan kembali perkerasannya. Pekerjaan berat ini dapat berupa
pembangunan baru, peningkaaan atau rehabilitasi dengan umur rencana paling sedikit 10 tahun. Sebagian
besar jaringan jalan di kabupaten memerlukan pekerjaan berat, dan hal ini diperkirakan akan menyerap
hampir semua biaya yang tersedia setelah dikurangi dengan biaya untuk semua pekerjaan pemeliharaan.
Untuk memudahkan penggolongan pekerjaan dalam tahap perencanaan ini, maka singkatan `PK'
digunakan untuk menunjukkan semua jenis pekerjaan berat. PEMBANGUNAN BARU (PB) pada
umumnya terdiri atas pekerjaan untuk meningkatkan jalan tanah atau jalan setapak agar dapat dilalui
kendaraan roda 4. Kondisi jalan yang berat ini, memerlukan biaya yang besar dan biasanya pekerjaan
tanah yang besar pula. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 10
PEKERJAAN PENINGKATAN (PK) dapat dikatakan untuk meningkatkan standar pelayanan dari jalan
yang ada; baik yang membuat lapisan permukaan menjadi lebih halus, seperti pengaspalan terhadap jalan
yang belum diaspal, atau menambah Lapis Tipis Aspal Beton LATASTON/Hot Rolled Sheet pada jalan
yang menggunakan lapisan penetrasi (LAPEN); atau menambah lapisan struktural untuk memperkuat
perkerasannya; atau memperlebar lapisan perkerasan yang ada (yang kurang lebarnya). PEKERJAAN
REHABILITASI (RE) diperlukan bila pekerjaan pemeliharaan rutin yang secara teratur harus
dilaksanakan itu diabaikan atau pemeliharaan berkala (pelapisan ulang) terlalu lama ditunda sehingga
keadaan lapisan permukaan semakin memburuk. Yang termasuk dalam kategori ini ialah perbaikan
terhadap kerusakan lapisan permukaan seperti lubang-lubang dan kerusakan struktural seperti amblas,
atau kerusakan tersebut kurang dari 15-20 % dari seluruh perkerasan yang biasanya berkaitan dengan
lapisan aus baru. Pembangunan kembali secara total biasanya diperlukan bila kerusakan struktural sudah
tersebar luas sebagai akibat dari diabaikannya pemeliharaan, atau kekuatan disain yang tidak sesuai, atau
karena umur rencana sudah terlampaui. PEKERJAAN PENYANGGA (H), adalah pekerjaan tahunan
dengan biaya rendah yang diperlukan untuk menjamin jalan terbuka bagi lalu-lintas yang ada atau untuk
menjaga agar kondisi jalan tidak lebih memburuk atau makin parah. Hal ini dilakukan bila pekerjaan
berat yang telah ditentukan tidak dibenarkan karena tingkat lalu-lintasnya rendah atau karena dana yang
tersedia tidak mencukupi. Dana yang memadai perlu dicadangkan untuk pekerjaan penyangga ini.
PEKERJAAN DARURAT, adalah pekerjaan yang sangat diperlukan untuk membuka kembali jalan yang
baru saja tertutup untuk lalu-lintas kendaraan roda 4 karena mendadak terganggu, misalnya akibat tebing
yang longsor atau jembatan yang roboh. Dana untuk pekerjaan darurat ini tidak dapat disiapkan
sebelumnya, tetapi sebaiknya perlu dicadangkan dalam jumlah yang sepadan. PEKERJAAN
JEMBATAN, dapat digolongkan sebagai berikut : PBJ : Pembangunan Baru Jembatan (termasuk
Penggantian Bangunan Atas dan Bangunan Bawah Jembatan). PAJ : Penggantian Bangunan Atas
Jembatan. PJJ : Pemeliharaan/Penunjangan Jembatan (termasuk Pemeliharaan berkala, misalnya
perbaikan lantai; sedangkan Pemeliharaan Rutin Jembatan dimasukkan ke dalam Pemeliharaan Jalan).

Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 11 2.4 RANGKUMAN PROSEDUR
PERENCANAAN 2.4.1 KELOMPOK TUGAS 1 : KAJI ULANG DAN PEMUTAKHIRAN DATABASE
a. Kelompok tugas ini bertujuan untuk mengembangkan dan memutakhirkan sejumlah informasi
mengenai ; jaringan jalan, sumber daya, dan kegiatan sosial-ekonomi kabupaten secara keseluruhan.
Informasi ini diperlukan untuk mendukung perencanaan, pemantauan dan studi tambahan lainnya. b.
Beberapa dari informasi ini bisa didapatkan pada database komputer di tingkat pusat, propinsi, maupun di
kabupaten. c. Sebagian besar kabupaten telah mengumpulkan banyak informasi selama kegiatan awal
perencanaan, namun perlu untuk dikaji ulang, diperbaiki, dan diperbaharui secara teratur minimal sekali
dalam setahun serta disusun dalam format yang standar sehingga perbandingan antar kabupaten akan
mudah dilakukan. d. Informasi ini disusun dalam suatu rangkaian formulir K1 - K14. Periode waktu
utama untuk memperbaharui atau memutakhirkan formulir K adalah Januari Pebruari. 1A.
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan (K1 - K2) : Tugas terpenting adalah untuk memutakhirkan
inventarisasi `daftar induk' ruas jalan kabupaten (K1), terutama dalam hal penentuan ruas dan kondisi
permukaan jalan secara garis besar. Data ini harus diperbaharui setiap tahunnya dengan menggunakan
informasi dari hasil survai jalan (S1, S2) dan informasi pekerjaan (K3/atau RD-1.JK). Tugas berikutnya
adalah melakukan kaji ulang secara berkala terhadap pilihan ruas dalam jaringan jalan yang ditetapkan
sebagai `strategis' yang harus mendapatkan prioritas khusus (K2). 1B. Pemutakhiran Data Riwayat
Pekerjaan (K3 - K4) : Menyusun serta memutakhirkan rangkuman data secara teliti dan sistimatis
mengenai pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk setiap ruas. Hal ini terutama diperlukan untuk
perencanaan pemeliharaan dan pemantauan keefektifan program. 1C. Pemutakhiran Data Sumber Daya
(K7- K9) : Menyusun serta memutakhirkan suatu daftar mengenai aspek-aspek sumber daya yang
tersedia seperti : peralatan berat, kontraktor, sumber material, upah pekerja/buruh dan harga
bahan/material serta staf Tim Perencana Jalan Kabupaten Catatan: Daftar peralatan berat dan kontraktor
tidak lagi dicakup dalam buku prosedur perencanaan ini, karena akan dibahas dalam buku prosedur
lainnya 1D. Pemutakhiran Data Jembatan (K10) : Menyusun serta memutakhirkan data inventarisasi
mengenai lokasi dan karakteristik kondisi setiap jembatan. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1
: Gambaran Umum 12 1E. Pemutakhiran Data Sosial Ekonomi (K11-K14) : Menyusun serta
memutakhirkan informasi data penyebaran penduduk (K11), karakteristik pasar dan pusat kegiatan
lainnya (K12), tata guna lahan dan data lainnya per Kecamatan (K13) serta informasi mengenai kegiatan
Pembangkit Lalu-Lintas Angkutan Berat dan rencana-rencana pengembangan kawasan (K14 dan survai
S6). 1F. Pemutakhiran Peta : Menyusun serta memutakhirkan peta dasar jaringan jalan kabupaten
disesuaikan dengan data inventarisasi dalam K1. Beberapa versi peta jalan diperlukan untuk menunjukkan
kondisi jalan, ruas jalan strategis dan program tahunan. Tujuan jangka panjangnya adalah
menyempurnakan peta dasar jaringan jalan dengan menggunakan peta topografi dan pemeriksaan di
lapangan. 1G. Dokumentasi Studi : Menyusun dan menyimpan data secara sistematis mengenai informasi
dari formulir K, hasil survai tahunan, data analisa dan program, kemudian meringkasnya dalam bentuk
laporan untuk disampaikan pada RAKON. 2.4.2 KELOMPOK TUGAS 2 : SURVAI a. Survai-survai
diperlukan untuk mengumpulkan informasi secara berkala mengenai karakteristik, kondisi dan
penggunaan seluruh jaringan jalan. b. Informasinya disusun dalam formulir `S' (S1-S8) ; survai S1-S4
berkaitan dengan pengumpulan data inventarisasi jalan dan data kondisi jalan, survai S5-S8 berkaitan
dengan pengumpulan data penggunaan jalan. c. Periode waktu utama untuk melaksanakan survai adalah
Maret - April untuk jalan mantap dan April - Mei untuk jalan tidak mantap. 2A. Survai Penjajagan
Kondisi Jalan (S1) : Survai ini dilaksanakan setiap tahun pada seluruh jaringan jalan yang `mantap' atau
`baik/sedang' untuk memperbaharui data inventarisasi/kondisi jalan (masukan pada tugas 1A/1D) dan

membantu proses penyaringan dalam program pemeliharaan. Survai ini harus dilaksanakan pada bulan
September - Oktober dengan pencakupan target sekitar 40 Km/hari. Formulir S3 digunakan untuk
mengkalibrasi odometer kendaraan pada survai S1/S2. 2B. Survai Penyaringan Ruas Jalan (S2) : Survai
ini dilakukan pada sepertiga bagian jaringan jalan yang tidak mantap atau `rusak/rusak berat' setiap
tahunnya. Survai ini menggabungkan pengumpulan data inventarisasi jalan serta informasi kondisi dan
foto jalan yang cukup untuk memungkinkan dilakukannya penaksiran secara umum terhadap manfaat dan
biaya rata-rata peningkatan jalan, untuk keperluan penyaringan. Pelaksanaan survai S2 ini ditargetkan
rata-rata 10 Km/hari pada ruas-ruas jalan yang terbuka bagi roda-4. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten
Modul 1 : Gambaran Umum 13 2C. Survai Kecepatan (S4) : Survai kecepatan secara sederhana
dilaksanakan pada semua ruas yang terbuka bagi roda-4 yang telah dilakukan survai S2, untuk membantu
penaksiran kondisi permukaan jalan. 2D. Survai Lalu-Lintas (S5) : Penghitungan lalu-lintas selama dua
hari dilaksanakan pada semua ruas yang terbuka bagi roda-4 yang telah dilakukan survai S2, dan paling
sedikit 20 % dari jaringan jalan yang `mantap' setiap tahunnya. Data lalu-lintas akan digunakan untuk
memperkirakan manfaat dari suatu peningkatan jalan dan untuk menentukan standar disain yang sesuai.
Survai lalu lintas diperlukan rata-rata untuk setiap 5 Km bagian jalan. 2E. Survai Kependudukan (S7) :
Survai mengenai penyebaran penduduk di dalam desa akan diperlukan untuk jalan-jalan dan jembatan
yang tertutup bagi roda-4 sepanjang atau sebagian tahun, dimana lalu-lintas yang ada bukan merupakan
ukuran yang baik untuk pengguna potensial dari jalan yang ditingkatkan. Kegunaan S7 adalah untuk
mengisi rincian, atas informasi umum yang sudah disusun dalam formulir K11 untuk seluruh kabupaten.
2F. Survai Hambatan Lalu Lintas (S8) : Diperlukan informasi hasil survai mengenai jenis, penyebab dan
pengaruh hambatan akses jalan pada jalan yang tidak terbuka bagi kendaraan roda-4, baik sebagian atau
sepanjang tahun. Informasi ini digunakan bersama-sama data dari S7 untuk memperkirakan manfaat dari
peningkatan jalan dengan menggunakan metodologi `kependudukan'. 2.4.3 KELOMPOK TUGAS 3 :
ANALISA a. Data survai harus disusun secara sistimatis untuk keperluan dokumentasi, pemantauan dan
evaluasi proyek. b. Suatu lembar data (A1) disiapkan untuk menganalisa setiap proyek yang telah
tercakup dan didukung oleh survai S2 serta setiap proyek pemeliharaan berkala yang tercakup oleh survai
S1; foto- foto disusun secara terpisah dalam format yang standar. c. Lembar-lembar analisa data `antara'
dipersiapkan untuk mendokumentasikan dan menganalisa data lalu-lintas pada jalan-jalan yang terbuka
bagi roda-4 (A2), serta data kependudukan dan hambatan akses jalan pada jalan- jalan yang tidak terbuka
bagi roda-4 (A3). d. Informasi yang telah dirangkum dalam formulir A1 ini kemudian digunakan untuk
menentukan proyek-proyek yang layak untuk ditangani. Suatu tabel penuntun yang sederhana digunakan
dalam menaksir manfaat proyek. e. Tahap analisa terutama akan dilaksanakan pada periode waktu MeiJuni. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 14 3A. Analisa Data Ruas Jalan
(A1) : Inventarisasi jalan, kondisi dan data kecepatan yang didapat dari survai S2 dan S4 dirangkum dan
diringkas secara grafis dalam format standar dalam lembar data `A1' untuk setiap ruas yang disurvai. 3B.
Analisa Data Lalu Lintas (A2) : Data lalu-lintas yang didapat dari survai S5, disusun dan disesuaikan
untuk dievaluasi lebih lanjut pada lembar analisa A2. Ringkasan datanya dipindahkan ke dalam lembar
A1. 3C. Penentuan Proyek : Proyek-proyek yang sesuai untuk dievaluasi lebih lanjut pada dasarnya
ditentukan oleh perubahan dalam tingkat lalu-lintas yang ada dan jenis permukaan jalan serta kondisinya.
Titik awal dan akhir proyek harus secara jelas didokumentasikan. 3D. Penaksiran Manfaat Lalu Lintas :
Evaluasi proyek berdasarkan lalu- lintas yang telah disederhanakan (dengan menggunakan tabel penuntun
manfaat) memberikan nilai manfaat per kilometer yang diharapkan untuk tingkat lalu-lintas dan
jenis/kondisi permukaan yang ada. 3E. Analisa Proyek Kependudukan (A3) : Informasi pada jalan yang
tidak terbuka bagi roda-4 yang didapat dari hasil survai S7 dan S8 disusun dan dianalisa untuk masing-

masing ruas pada suatu lembar analisa data kependudukan `A3'. Hasilnya dipindahkan ke dalam lembar
data proyek A1. 3F. Permasalahan dan Studi Khusus : Beberapa proyek tidak dapat ditangani oleh
metode standar dengan evaluasi secara umum. Ini memerlukan `studi khusus' atau perlakuan khusus,
misalnya : jalan-jalan yang sangat dipengaruhi oleh kegiatan pertanian yang besar, proyek yang
menimbulkan pengalihan lalu-lintas yang besar, proyek pelebaran jalan dan proyek jembatan besar.
Beberapa ketentuan berdasarkan perkiraan dan pertimbangan yang memadai dapat digunakan untuk
masalah-masalah tersebut, namun diperlukan keahlian khusus untuk melakukan studi secara penuh.
Tugas utama Tim Perencana Jalan Kabupaten adalah untuk melaksanakan survai dan mengumpulkan data
tambahan yang diperlukan studi khusus tersebut. 3G. Penilaian Lingkungan dan Prosedur Konsultasi :
Sejalan dengan Undang-Undang Pemerintah, maka semua proyek harus tunduk pada penilaian
lingkungan dan dikonsultasikan dengan masyarakat yang terpengaruh oleh proyek tersebut. Proyek
penyaringan lingkungan untuk jalan kabupaten dengan studi lanjutan (bila diperlukan), dahulu
dilaksanakan oleh instansi tingkat pusat namun kini kabupaten harus dapat melaksanakannya, termasuk
ikut mensyahkan informasi mengenai lingkungan, serta membantu untuk melaksanakan dan memantau
rencana pengurangan dampak lingkungannya. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran
Umum 15 Prosedur yang ada sekarang untuk MUSBANG dan pertemuan LKMD/LMD di tingkat desa
harus bertujuan pada kepastian bahwa penduduk yang terpengaruh oleh proyek jalan harus benar-benar
diberitahu mengenai pembangunan jalan yang diusulkan termasuk penanganan yang benar tentang
pembebasan lahan bila hal itu terjadi. 2.4.4 KELOMPOK TUGAS 4 : PENAKSIRAN BIAYA a.
Identifikasi dan penaksiran biaya untuk pekerjaan jalan dan jembatan yang cocok, dilaksanakan
mengikuti tahapan analisa tersebut di atas, dengan menggunakan foto, ringkasan data jalan (S1/S2) dan
`Matriks untuk Pekerjaan dan Biaya yang sesuai', dikaitkan dengan kondisi jalan dan tingkat lalu lintas
yang ada sekarang. b. Hal ini memungkinkan penaksiran biaya yang ditetapkan secara umum, cukup
memadai untuk keperluan penyaringan pekerjaan berat, pemeliharaan dan pekerjaan `penyangga'.
Perhitungan biaya secara terpisah harus disiapkan pada tahap disain terinci berikutnya untuk proyekproyek yang telah dipilih. c. `Matriks biaya' sementara masih disiapkan di tingkat pusat bagi kabupaten
dan setiap tahun selalu diperbaharui berdasarkan formulir K9 (ringkasan harga material dan upah buruh
setempat), yang dibuat oleh setiap kabupaten dan dikirimkan ke pusat. Penyiapan matriks biaya ini
nantinya diharapkan akan dapat dilakukan oleh kabupaten sendiri d. Data pekerjaan dan biayanya
dimasukkan dalam lembar A1 untuk setiap proyek. 4A. Penilaian Kondisi Jalan : Penilaian subyektif
terhadap daya dukung tanah dasar (CBR) dan nilai sisa perkerasan ditentukan dari hasil foto dan data S2.
4B. Penentuan Kelas Rencana Lalu-lintas : Tingkat lalu-lintas yang diperkirakan terjadi sesudah
dilakukannya peningkatan jalan, dapat dibaca secara grafis dari matrik biaya berdasarkan kondisi jalan
dan lalu-lintas yang ada sekarang. 4C. Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Berat : Biaya
pekerjaan berat secara umum per kilometer dapat dibaca dari matriks biaya, sesuai dengan persediaan
kondisi jalan serta penentuan Kelas Rencana Lalu-lintasnya. 4D. Identifikasi dan Penaksiran Biaya
Pekerjaan Pemeliharaan : Biaya pemeliharaan secara umum yang diutamakan untuk keperluan anggaran
dapat dibaca pada matriks berdasarkan (terutama) pada umur jalan, lalu-lintas dan jenis/kondisi
permukaan. Kebutuhan biaya pemeliharaan yang sebenarnya akan didapatkan dari prosedur survai
pemeliharaan S1/MS2. Proyek pemeliharaan periodik akan dievaluasi dengan cara yang sama seperti
pekerjaan berat. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 16 4E. Identifikasi
dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Penyangga : Bila ditemukan pekerjaan berat yang tidak layak atau
belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan dana, maka dapat diusulkan pekerjaan alternatif dengan
menggunakan biaya pekerjaan penyangga yang telah ditentukan dalam matriks. 4F. Identifikasi dan

Penaksiran Biaya Pekerjaan Jembatan : Suatu matriks biaya yang terpisah digunakan untuk
memperkirakan biaya tahap perencanaan yang ditentukan bagi perbaikan jembatan, penggantian atau
konstruksi baru dengan menggunakan foto sebagai bukti utama atas kebutuhankebutuhan pada tahap ini.
Buku Petunjuk terpisah menjelaskan prosedur secara rinci untuk pemeriksaan, pemeliharaan serta disain
jembatan. 2.4.5 KELOMPOK TUGAS 5 : PERSIAPAN PROGRAM TAHUNAN a. Evaluasi,
penyaringan dan penentuan peringkat proyek dilaksanakan sesudah penyelesaian analisa data dan
penaksiran biaya. b. Proyek-proyek dalam kondisi baik/sedang dimasukkan dalam daftar pemeliharaan P1
awal. Calon untuk pekerjaan berat disaring dan ditentukan peringkatnya pada `daftar panjang P2' dari
hasil studi perencanaan dengan menggunakan kriteria ekonomi (NPV/KM) yang membandingkan antara
perkiraan biaya dan manfaat. Proyek-proyek yang layak kemudian dipilih sebagai calon untuk program
pekerjaan tahun yang akan datang pada daftar pendek P3 awal/sementara (sesuai dengan formulir UR1.JK). c. Usulan program UR-1.JK pendahuluan harus sudah selesai pada bulan Agustus sebagai masukan
pada RAKORBANG tingkat Propinsi. Proses pemeriksaan dan kaji ulang kemudian dilaksanakan antara
September - Nopember termasuk pengkajian elijibilitas pasca-disain yang kemudian menuju pada `daftar
pendek' P3 akhir. Sesudah itu usulan anggaran akan disetujui/disyahkan dalam RAKON pada bulan
Desember dan didokumentasikan dalam bentuk RD-1.JK. 5A. Evaluasi dan Penyaringan Proyek :
Manfaat dari setiap usulan pekerjaan berat (Tugas 3D/E) dapat diperbandingkan langsung dengan biaya
per kilometer (Tugas 4C) untuk memberikan ukuran nilai proyek (NPV/KM). Proyek-proyek layak
dengan NPV/Km yang lebih besar dari nol dapat disusun berurutan dan dikelompokkan pada daftar P2
untuk menentukan prioritasnya (Tugas 5C). Proyek-proyek yang sudah dalam kondisi `baik/sedang' harus
dimasukkan dalam daftar pemeliharaan P1. Beberapa proyek yang belum layak (NV) mungkin cocok
untuk pekerjaan `penyangga', sedangkan proyek-proyek `tidak dievaluasi' (NE) lainnya memerlukan studi
lebih lanjut karena evaluasi yang dilakukan belum memadai. 5B. Kaji Ulang dan Persiapan Daftar
Pemeliharaan (P1) : Daftar pemeliharaan P1 harus memuat semua jalan yang berkondisi baik/sedang
yang diklasifikasikan menurut ; tipe permukaan, umur jalan sejak dilakukan pekerjaan berat atau
pemeliharaan berkala terakhir, dan tingkat lalu lintasnya. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 :
Gambaran Umum 17 P1 ini disusun di kantor, pada bulan Juli - Agustus, terutama berdasarkan daftar
induk K1. Penyusunannya harus disertai dengan perbaikannya dan harus memasukkan jalan-jalan yang
sedang dalam peningkatan atau dalam pemeliharaan, ditambah dengan setiap jalan yang layak dipelihara
yang ditemukan selama survai S2 yang baru dilaksanakan. Hasilnya akan menjadi dasar bagi Survai
Penjajagan Kondisi Jalan (S1) di bulan September - Oktober dan harus dikaji ulang dan diperbaiki dengan
memasukkan usulan pekerjaan pemeliharaan awal untuk tahun yang akan datang. P1 terutama digunakan
untuk keperluan pendanaan awal, dimana prioritas pendanaannya diberikan pada kebutuhan
pemeliharaan. 5C. Persiapan Daftar Panjang Pekerjaan Berat (P2) : Semua studi yang dicakup dalam
proses analisa perencanaan (A1) harus didokumentasikan dalam daftar P2, bersama-sama dengan setiap
proyek `luncuran' dari studi selama tiga tahun yang lampau, yang belum dilaksanakan. Jadi P2 harus
memuat data evaluasi proyek yang baru saja dibuat untuk seluruh bagian dari jaringan yang belum ada
pada daftar P1. Proyek-proyek layak harus diurutkan sesuai dengan NPV/Km. Daftar P2 akan dibagi ke
dalam empat bagian : Bagian A mencakup proyek `luncuran' yang layak; Bagian B mencakup proyek
layak yang baru distudi ; Bagian C mencakup proyek yang tidak layak atau proyek yang tidak dievaluasi
tidak termasuk pemeliharaan ; Bagian D mencakup bagian jalan yang baru disurvai yang layak untuk
pemeliharaan termasuk hasil evaluasi ekonomi terhadap proyek pemeliharaan berkala. 5D. Kaji Ulang
Kebutuhan Anggaran dan Strategi Pekerjaan (P5) : Penaksiran kebutuhan anggaran tahunan dengan
batasannya dibuat dengan menggunakan formulir P5, untuk membantu kabupaten dalam menyusun

strategi pembiayaan yang pantas untuk pekerjaan jalan, serta untuk menyediakan informasi guna
membantu pemerintah pusat dalam pengalokasian dana. 5E. Persiapan Daftar Pendek Pekerjaan Berat
(P3/P4) : Kemungkinan kebutuhan anggaran beserta batasannya harus dipertimbangkan didalam
pemilihan ruas untuk `daftar pendek' pendahuluan tentang usulan pekerjaan berat (P3, UR-1.JK). Semua
proyek dalam P3 harus layak secara ekonomi yang ditunjukkan oleh studi perencanaan. Namun
permasalahan setempat perlu juga diperhitungkan, termasuk rencana pembangunan kabupaten dan fungsi
jalan. Jalan-jalan berkondisi `rusak/rusak berat' yang terbuka untuk roda-4 tetapi tidak tercantum dalam
P3 karena tidak layak atau karena keterbatasan dana harus diberi tanda untuk pekerjaan `penyangga' dan
dimasukkan dalam daftar P4. 5F. Kaji Ulang Program dan Dokumentasi Anggaran : Kaji ulang program
secara luas dan perbaikannya mungkin diperlukan antara waktu untuk menyusun program pendahuluan di
bulan Juli - September dan pematangannya pada RAKON di bulan Desember. Kaji ulang ini meliputi
penyaringan lingkungan dan audit studi perencanaan yang dilakukan oleh staf di tingkat pusat atau
propinsi. Kaji ulang juga meliputi penyesuaian-penyesuaian dengan kriteria kebijaksanaan di tingkat
nasional atau Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 18 tingkat propinsi,
perubahan dalam prioritas kabupaten, perubahan yang timbul dari kaji ulang disain dan elijibilitas pascadisain, serta penyiapan proyekproyek luncuran yang telah dihitung kembali pembiayaannya. Daftar
pendek perencanaan (P3) yang telah diperbaiki perlu dibuat dalam bulan Agustus. Dokumentasi
Anggaran akhir (formulir RD-1.JK) harus didasarkan pada elijibilitas biaya disain/DURP. Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 19 3 KEBUTUHAN SUMBERDAYA 3.1
KEBUTUHAN STAF a. Diperlukan suatu Tim Perencana Jalan di kabupaten yang terdiri dari empat
orang staf yang dapat diambil dari staf dinas yang terkait dengan penanganan jalan. Tim akan diminta
untuk melaksanakan studi perencanaan selama kurang lebih dua sampai empat bulan setiap tahunnya,
mengikuti prosedur dan jadwal waktu yang telah ditetapkan. Mereka diperlukan dalam sebuah tim yang
bekerja dan bertanggung jawab kepada Dinas yang secara langsung menangani jalan (PU/BM/Praswil
Kab.), dan secara umum mendapat pengarahan dari Bupati. b. Angota Tim yang bekerja dalam tugas ini
harus diangkat melalui Surat Keputusan (SK) dari Bupati. Mereka harus tetap pada kedudukannya paling
tidak selama dua tahun, supaya upaya pelatihan dan pengalaman yang telah didapat dapat dimanfaatkan
secara optimal. c. Staf yang ditunjuk akan ditempatkan pada posisi tugas seperti di bawah ini, berikut
dengan perkiraan waktu yang diperlukan setiap tahun : Posisi Kemungkinan sumber instansi Perkiraan
kebutuhan waktu per tahun (dalam bulan) Koordinator Tim Transport Planner Planning Engineer
Koordinator Survai Lalu Lintas DPU/BM/PW-Kab. Bappeda Kabupaten DPU/BM/PW-Kab.
DPU/BM/PW-Kab 4 2 - 3 3 1 - 2 --------- 10 - 12 d. Salah seorang dari staf di atas, biasanya Planning
Engineer atau Transport Planner, ditetapkan pula sebagai staf yang bertanggung jawab atas masalah
lingkungan yang berkaitan dengan jalan kabupaten. e. Secara struktural, alternatif usulan kebutuhan staf
dapat dilihat pada Gambar 4. Pada pokoknya anggota Tim perencana dapat diambil dinas-dinas yang
terkait dengan penangan jalan. Perlu dicatat bahwa tim secara keseluruhan mendapatkan pengarahan dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang secara langsung menangani jalan. Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 20 Gambar 4. STRUKTUR TIM PERENCANA JALAN
KABUPATEN f. Pengalaman khusus dalam perencanaan umum jalan tidak selalu mutlak diperlukan,
karena diharapkan bahwa masing-masing staf dapat mengenali masalah dan mengembangkan
kemampuannya setelah mengikuti pelatihan di lapangan, serta berpengalaman dalam menerapkan
prosedur. Koordinator Tim atau Transport Planner, jika memungkinkan harus mempunyai : latar belakang
pengalaman dalam pengetahuan sosial-ekonomi; kemampuan untuk mengorganisir staf dan melakukan
pekerjaan survai serta analisanya dalam jangka waktu tertentu; tingkat ketelitian dalam angka dan presisi

data yang wajar; kemampuan berkomunikasi dengan pejabat dan instansi lain dalam menyampaikan
tujuan, hasil dan akibat langsung dari studi perencanaan. Planning Engineer harus mempunyai latar
belakang dibidang teknik dan beberapa pengalaman pada pekerjaan survai dan prosedur perhitungan
biaya pekerjaan jalan. g. Selain dari empat staf perencanaan yang ditugaskan dalam tim itu, masih
diperlukan beberapa asisten/pembantu yaitu : Asisten Transport Planner : diperlukan jika jabatan
Transport Planner dirangkap oleh Koordinator Tim. Asisten Survaior : 1 - 2 bulan kerja Staf survai PLL :
minimal 10 orang atau sejumlah 100 hari orang kerja per tahun (biasanya diambil dari penduduk setempat
di sekitar lokasi lalu lintas untuk jangka waktu tertentu) BUPATI Kepala DPU/ BM/PW Kab. BAGIAN
PEMBANGUN AN BAPPEDA KOORDINATOR PLANNING ENGINEER ** TRANSPORT
PLANNER ** KOORDINATOR SURVAI LALULINTAS ASISTEN SURVAIOR ASS.TRANSPORT
PLANNER PENGHITUNG LALU LINTAS (diambil dan dilatih secara setempat) * Mungkin dirangkap
dengan posisi Transport Planner ** Mungkin juga sebagai Staff Lingkungan Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 21 3.2 TUGAS UTAMA 1. Koordinator Tim; bertanggung jawab
mengkoordinasi semua tahapan studi perencanaan serta menjaga ketepatan waktu penyelesaian tiap tahap
tersebut. 2. Transport Planner : jika dirangkap tugasnya oleh Koordinator Tim maka dengan dukungan
Assisten Transport Planner, ia harus bertanggung jawab sepenuhnya atas tugas-tugas berikut ini : Kaji
Ulang dan Pemutakhiran Database (Kelompok Tugas 1) Survai Penjajagan Kondisi Jalan (2A) - Aspek
Inventarisasi Penentuan Proyek (3C) Penaksiran Manfaat Lalu-lintas (3D) Survai dan Analisa Proyek
Kependudukan (2E, 2F, 3E) Pengkajian Lingkungan dan Prosedur Konsultasi (3G) - Aspek Tata Guna
Lahan Persiapan Program Tahunan (Kelompok Tugas 5) 3. Planning Engineer ; ikut berperan serta dalam
Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database, termasuk khususnya Data Sumber Daya (1C) dan Persiapan
Program Tahunan. Tanggung jawab utamanya adalah : Survai Penjajagan Kondisi Jalan (2A) - Aspek
Pemeliharaan Survai Penyaringan Ruas Jalan (2B) Analisa Data Ruas Jalan (3A) Pengkajian
Lingkungan dan Prosedur Konsultasi (3G) - Aspek Engineering Identifikasi dan Penaksiran Biaya
Pekerjaan (Kelompok Tugas 4) 4. Koordinator Survai Lalu Lintas; mempunyai tanggung jawab dalam :
Survai Lalu Lintas (2D) - termasuk pengawasan langsung Survai Kecepatan (2C) Analisa Data Lalu
Lintas (3B) 5. Kebutuhan waktu yang dianjurkan bagi tugas-tugas tersebut dapat dibaca pada Gambar 5.
Sudah termasuk di dalamnya waktu yang diperlukan bagi pelatihan dan pemantauan survai lalu lintas.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 22 Gambar 5. USULAN PENETAPAN
TUGAS & TARGET ALOKASI WAKTU PER TAHUN TARGET ALOKASI WAKTU ( hari per orang )
Kode Tugas KorTim / Trnsp. Planner Trp.Pln/ Asstn. Trp.Pln Plan. Engineer Koor. Survai La-lin Total
waktu Waktu di Kantor Waktu di Lapang. Hari Kendaraan Pelaks. (Bln) 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 5 5 2 3 5
5 5 5 3 5 5 5 5 2 10 10 10 5 10 5 10 10 10 10 5 5 5 10 5 5 1 - 2 2A 2B 2C 2D 2E 2F 10 1 ** 22 ** 10 22 *
* 15 20 22 0 15 23 0 2 2 2 3 18 20 13 20 20 20 13 *** 2 - 3 3A 3B 3C 3D 3E 3F 3G 3 3 3 2 7 2 2 5 6 5 6
5 5 5 8 2 7 6 5 5 5 8 2 2 5 5 2 - 3 4A 4B 4C 4D 4E 4F 1 1 5 1 1 2 1 1 2 5 1 1 2 1 2 5 1 1 2 1 - 2 5A 5B 5C
5D 5E 5F 5 5 5 3 2 5 3 2 5 2 2 5 10 7 3 2 12 5 10 7 3 2 12 1 - 2 TOTAL 79 69 60 21 229 148 81 63 7-12
Asumsi Jumlah Jaringan Kab. : 1.100 Km Pencakupan Survai S1 : 350 Km : 40 km/hari : 10 pos PLL
Pencakupan Survai S2 : 200 Km : 10 km/hari : 15 pos PLL Dengan Survai S7/S8 : 50 % : 15 lokasi S7/S8
} Asumsi : 0.75 hari } pengawasan per PLL Keterangan : * Dilakukan pada hari yang sama seperti 2B/2D
** Dilaksanakan bersama-sama dengan 2E *** Dilaksanakan bersama-sama dengan 2B Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 23 3.3 JADWAL KESELURUHAN TUGAS 1.
Gambar 6 menunjukkan target jadwal kegiatan perencanaan. Kegiatan survai utama biasanya
dilaksanakan antara Maret - April untuk survai Peningkatan dan Oktober - Nopember untuk survai
pemeliharaan, lalu analisanya antara Mei - Juni dalam tahun kerja yang bersangkutan, sehingga usulan

program pendahuluan untuk konsultasi berikutnya bisa dipersiapkan dari bulan Juli - Agustus, sedangkan
pekerjaan disain dimulai dari bulan September. 2. Koordinator Tim bertanggung jawab dalam penyusunan
jadwal dan biaya survai dan kegiatan perencanaan setiap tahunnya untuk memperjelas ruang lingkup dan
jadwal waktu kegiatan perencanaan yang diusulkan. Biasanya hal ini dilaksanakan dalam bulan Januari
segera setelah program pendahuluan tahun sebelumnya selesai. 3. Koordinator Tim harus membicarakan
jadwalnya dengan Kepala DPUK/DPU-BMK dan Ketua Bappeda Kabupaten dan memastikan bahwa
dana yang diperlukan akan dialokasikan untuk melaksanakan survai pada waktunya. Ia kemudian harus
memantau dan melaporkan kemajuan survainya secara teratur kepada Kepala DPUK/DPU-BM-K, serta
mengkonsultasikannya dengan Ketua Bappeda Kabupaten. 4. Contoh format untuk membuat jadwal
kegiatan perencanaan dapat dilihat pada Gambar 7 : di situ harus terdaftar setiap ruas yang akan tercakup
dalam survai dan rencana mingguan untuk survai dan analisa. 5. Periode bulan Oktober - Nopember dapat
pula dipergunakan untuk proses dokumentasi, tindakan lanjutan dan studi khusus serta pemutakhiran data
sumber daya. 3.4 PEMBIAYAAN 1. Biaya untuk studi perencanaan jalan ini harus disisihkan sebagai
`komponen khusus' dari Biaya Umum Proyek Jalan Kabupaten*). Kebutuhan dana untuk studi
perencanaan tahunan bagi semua pekerjaan jalan disediakan secukupnya ( 0.25% dari total biaya
proyek). 2. Koordinator Tim bertanggung jawab dalam mengusahakan kebutuhan dana untuk
melaksanakan jadwal perencanaan tahunan dan membahasnya bersama-sama dengan Kepala Dinas
PU/BM/PW-Kab dan Ketua Bappeda Kabupaten. Mereka bersamasama bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa dana untuk Tim Perencana Jalan Kabupaten dapat disediakan agar Tim tersebut dapat
melaksanakan kegiatan perencanaan yang telah dijadwalkan pada waktunya. . . *) Biaya Penyusunan
Perencanaan Program dan Perencanaan Teknis, menjelaskan penggunaannya untuk merencanakan
program dan persiapan teknis untuk tahun anggaran berikutnya, seperti pengeluaran untuk kegiatan survai
dalam rangka pengumpulan data dan analisa kelayakan program proyek jalan (dari Petunjuk Pelaksanaan
Inpres Dati II TA 1994/95, Direktorat Jenderal Pengembangan Wilayah, Departemen Dalam Negeri,
5/4/94). Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 24 3.5 KEBUTUHAN
SUMBER DAYA LAINNYA 1. Diperlukan ruang kerja dengan luas minimal 15 meter persegi yang
bersifat permanen dalam kantor (misalnya di DPU/BM-Kab.) yang kira-kira sesuai bagi ruang kerja Tim
Perencana Jalan. 2. Kelengkapan yang diperlukan adalah dua atau tiga meja kerja, sebuah meja besar
untuk membuka peta atau keperluan rapat, dan tempat penyimpanan dokumen yang dapat dikunci. 3. Bagi
keperluan survai harus disiapkan sekitar 63 hari kendaraan dan 63 hari pengemudi dengan jatah BBM
mencukupi untuk mencakup panjang 50 - 100 kilometer per hari kendaraan. Kemungkinan diperlukan dua
buah kendaraan dalam waktu yang bersamaan. Kendaraan bermotor itu harus terdiri dari jenis jeep
dobelgardan dan jenis `kijang' untuk mengangkut anggota survai lalu lintas. Kedua kendaraan dilengkapi
masing-masing dengan pengemudi tetap, serta odometer yang bekerja baik. Perubahan mengenai
keperluan dan penggunaan kendaraan dimungkinkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan masingmasing kabupaten. 4. Perlengkapan kantor dan keperluan survai yang diperlukan setiap tahun terdiri atas :
kamera (kalau memungkinkan dengan fasilitas pencatat tanggal) 20 rol film serta keperluan dana untuk
memproses dan mencetak film sebanyak dua salinan tiap potretnya white board (atau papan penunjuk
lokasi foto) lembaran plastik tembus pandang (70 lembar) atau album sederhana bagi penyusunan foto
beserta spidol pita ukur (panjang 50 m) stop watch alat penjepit lingkar (ordner) dan kotak map papan
penjepit (clip board), pena berwarna dan lain sebagainya kebutuhan dana photocopy formulir dan peta
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 25 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 1 : Gambaran Umum 26 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database DAFTAR ISI Halaman 1. TUGAS 1 A- PEMUTAKHIRAN

DATA JARINGAN JALAN ..................... 1A-1 1.1 Ruang Lingkup dan


Tujuan .............................................................................. 1A-1 1.2 Tugas 1A/1 Penyelesaian Dta Ruas
K1 ......................................................... 1A-1 1.3 Tugas 1A/2 Penyelesaian Data Segmen dari
K1 ........................................... 1A-7 1.4 Tugas 1A/3 Penyelesian Data Lingkungan dari
Kiri ..................................... 1A-10 1.5 Tugas 1A/4 Penentuan Jaringan Jalan Strategis
(K2) ................................... 1A-11 2. TUGAS 1B PEMUAKHIRAN DATA RIWAYAT
PEKERJAAN .............. 1B-1 2.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan .............................................................................. 1B-1 2.2 Tugas 1B/1 - Penyelesaian Formulir K3
.......................................................... 1B-1 2.3 Tugas 1B/2 Penyelesain
K4 ........................................................................... 1B-5 3. TUGAS 1C PEMUTAKHIRAN DATA
SUMBER DAYA ......................... 1C-1 3.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan .............................................................................. 1C-1 3.2 Tugas 1C/1 Penyelesaian
K7 ......................................................................... 1C-1 3.3 Tugas 1C/2 Penyelesai
K8 ............................................................................. 1C-3 3.4 Tugas 1C/3 Penyelesaian
K9 ......................................................................... 1C-5 4. TUGAS 1D PEMUTAKHIRAN DATA
SOSIAL-EKONOMI .................... 1D-1 4.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan .............................................................................. 1D-1 4.2 Prosedur Penyelesaian
K10 .............................................................................. 1D-1 5. TUGAS 1E PEMUTAKHIRAN DATA
JEMBATAN ................................. 1E-1 5.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan .............................................................................. 1E-1 5.2 Tugas 1E/1 Data Kependudukan
(K11) ........................................................ 1E-2 5.3 Tugas 1E/2 Data Pusat Kependudukan
(K12) ............................................... 1E-5 5.4 Tugas 1E/3 Data Kecamatan
(K13) ............................................................... 1E-10 5.5 Tugas 1E/4 Kegiatan Pembangkit Lalu Lintas
Berat dan Rencana Pengembangan Sektoral .... 1E-10 5.6 Penyelesaian S6B (Rencana/Pola Transmigrasi
dan PIR/NES) ....................... 1E-15 5.7 Penyelesaian S6C (Kegiatan Sektor
Pariwisata) .............................................. 1E-18 6. TUGAS 1F PEMUTAKHIRAN
PETA ......................................................... 1F-1 6.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan .............................................................................. 1F-1 6.2 Tugas 1F/1 Perbaikan dan
Pemutakhiran Peta Dasar Jaringan Jalan ............ 1F-1 6.3 Tugas 1F/2 Penyempernaan Peta
Dasar ........................................................ 1F-2 6.4 Tugas 1F/3 Penyempurnaan Peta
Dasar ........................................................ 1F-3 7. TUGAS 1G DOKUMENTASI
STUDI ......................................................... 1G-1 7.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan .............................................................................. 1G-1 7.2
Prosedur ............................................................................................................ 1G-1 Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten TUGAS 1 : KAJI ULANG DAN PEMUTAKHIRAN DATABASE WAKTU : JANUARI
- PEBRUARI TUGAS TUJUAN/PROSEDUR FORMULIR 1A PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN
JALAN Memutakhirkan Daftar Induk Jaringan Jalan Kabupaten setiap tahunnya berdasarkan informasi
dari hasil survai jalan (S1,S2) dan informasi pekerjaan (K3, RD-1.JK) Mengkaji-ulang pilihan ruas dari
jaringan jalan yang ditetapkan sebagai 'strategis' untuk mendapatkan prioritas khusus dalam pemeliharan
atau studi untuk peningkatan K1, K2, PETA JARINGAN JALAN 1 + 2 1B PEMUTAKHIRAN DATA
RIWAYAT PEKERJAAN Memutakhirkan data pekerjaan jalan dan jembatan yang telah dilaksanakan
pada setiap ruas, untuk keperluan pemantauan dan penanganan lebih lanjut Merangkum data pembiayaan
jalan dari seluruh sumber dana setiap tahunnya, untuk keperluan perencanaan dan pemantauan K3, K4 1C
PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA Menyiapkan daftar yang sistematis mengenai sumber-daya

yang tersedia seperti; Tim Perencana jalan dan staf pelaksana, sumber material, harga bahan/material dan
upah pekerja / buruh, untuk mempersiapkan dan melaksanakan program pekerjaan jalan K7,K8-K9 1D
PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN Memutakhirkan data mengenai lokasi dan karakteristik kondisi
setiap jembatan pada setiap ruas setiap tahunnya, berdasarkan hasil survai dan informasi pekerjaan K10
1E PEMUTAKHIRAN DATA SOSIAL EKONOMI Menyiapkan daftar yang sistematis mengenai data
penyebaran penduduk dan karakteristik pasar atau pusat kegiatan di setiap kecamatan untuk keperluan
studi perencanaan Menyiapkan data statistik tata guna lahan dan data sosial ekonomi lainnya, serta
informasi mengenai sumber pembangkit lalu lintas angkutan berat dan rencanarencana pembangunan,
untuk keperluan perencanaan K11-K12 K13-K14 S6ABC 1F PEMUTAKHIRAN PETA Memutakhirkan
peta jaringan jalan supaya selalu sesuai dengan data inventarisasi jalan (K1) Sebagai tujuan jangka
panjang, menyempurnakan kualitas peta dasar dengan menggunakan peta topografi dan pemeriksaan di
lapangan. PETA JJ 1+2+3 PETA TOPO 1G DOKUMENTASI STUDI Menyusun dan menyimpan
database, hasil survai, analisa dan program tahunan secara sistematis dan meringkasnya dalam bentuk
laporan untuk disampaikan dalam RAKON LAPORAN, ARSIP PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN
JALAN 1A PEMUTAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN 1B PEMUTAKHIRAN DATA
SUMBER DAYA 1C PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN 1D PEMUTAKHIRAN DATA SOSIAL
EKONOMI 1E DOKUMENTASI STUDI 1G SURVAI 2 PEMUTAKHIRAN PETA 1F Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 1 1 TUGAS 1A
- PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN FORMULIR : K1 DAN K2 1.1 RUANG LINGKUP
DAN TUJUAN 1. Tugas ini ditujukan untuk memutakhirkan data dalam Daftar Induk Jaringan Jalan
Kabupaten (K1), berdasarkan kondisi terkini dari hasil survai perencanaan tahunan dan dari informasi
pekerjaan jalan yang sedang berjalan. 2. Selain itu juga mengkaji ulang dan mempebaiki data ruas jalan
strategis atau ruas jalan yang menunjang sektor ekonomi prioritas dalam Daftar Usulan Jaringan Jalan
Strategis (K2). 3. Tugas ini sebaiknya dilakukan terutama di bulan Januari Pebruari dengan mengacu
pada hasil survai Penjajagan Kondisi Jalan (S1) dan survai Penyaringan Ruas Jalan (S2) serta informasi
mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan. 4. Perbaikan data pada daftar K1 dilakukan secara
manual, langsung pada formulir K1 yang dihasilkan dari database komputer. Hal ini untuk memudahkan
operator database komputer dalam melakukan perbaikan yang diperlukan 5. Pemutakhiran daftar K1
dilakukan pada tiga (3) bagian, yaitu data ruas, data segmen dan data lingkungan. 6. Kajiulang dan
perbaikan daftar K2 dilakukan secara berkala, hanya jika ada perubahan yang berarti 1.2 TUGAS 1A/1 PENYELESAIAN DATA RUAS K1 Data ruas pada K1 terdiri dari kolom 1 9 , yang merupakan data
tetap yang sekali sudah ditentukan dengan benar tidak boleh diubah-ubah lagi, kecuali ada alasan yang
dapat diterima. 1.2.1 NOMOR RUAS (KOLOM 1) a. Setiap ruas yang telah ditetapkan di Kabupaten
harus diberi tanda dengan angka bulat (contoh : 02, 33, 104). Jangan membuat nomor ruas dalam bentuk
desimal (02.1, 02.2, 33.1, 33.2) atau memakai bentuk gabungan angka dan huruf (33A, 33B) atau
gabungan angka bulat dan desimal (33, 33.1) untuk membedakan ruas jalan yang menerus. b. Sekali
sudah ditetapkan, maka nomor ruas tersebut harus terus dipertahankan dan tidak boleh dirubah (kecuali
dengan alasan yang sangat khusus), supaya tidak menimbulkan keraguan dan kesalahan dalam pembacaan
peta dan proses database komputer. c. Ruas-ruas baru yang sebelumnya tidak bernomor atau belum masuk
di daftar K1, dapat diberi nomor lanjutan dari nomor terakhir yang telah ada sebelumnya, bila sebelumnya
telah sampai ruas nomor 100, maka ruas berikutnya harus diberi nomor 101, dst. Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 2 Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 3 d. Bila belum ada
kejelasan mengenai status resmi suatu ruas, maka sebagai alternatif dapat digunakan nomor kode

sementara yang dapat dipakai sebagai patokan, sebagaimana contoh pada tabel berikut : Kode Sementara
Keterangan 400 Jalan Kota (yaitu 401, 402, 403, ... dan seterusnya) 500 Jalan Irigasi 600 Jalan Baru 700
Jalan Transmigrasi 800 Jalan Perkebunan/PIR atau Jalan Kehutanan/Angkutan Kayu 900 Jalan Desa
JN/JP/JT Jalan Negara/Propinsi/Jalan Toll (gunakan nomor jalan BM/PW yang sudah ditetapkan) e.
Nomor tersebut kemudian dapat diganti dengan nomor yang tetap, bila telah disetujui secara resmi oleh
Kabupaten dan telah dilakukan survai perencanaannnya. Bersamaan dengan itu, maka data pada peta dan
pada semua yang berkaitan dengan database juga harus diganti. f. Di dalam database, nomor-nomor ruas
telah digabung dengan kode Kabupaten dan Propinsi yang mengikuti sistim pemberian kode Biro Pusat
Statistik (BPS). Kode tersebut dapat dilihat pada bagian atas formulir K1 di sisi nama Propinsi dan
Kabupaten ; misalnya Propinsi Aceh (11), Kabupaten Aceh Selatan (01). 1.2.2 NAMA RUAS (KOLOM 2
/ 3) a. Setiap ruas jalan harus diberi nama pangkal dan nama ujung yang khas (berbeda), yang biasanya
berdasarkan nama permukiman setempat. b. Titik pangkal ruas (ditentukan sebagai km 0,0 ruas jalan)
biasanya merupakan titik yang paling sibuk pada ruas tersebut. c. Penting untuk diperhatikan bahwa
sekali nama ruas sudah ditentukan, maka nama tersebut tidak boleh dirubah kecuali dengan alasan khusus
yang dapat diterima. Perubahan dapat menyebabkan kekacauan dalam database komputer dan dalam
pembacaan peta. d. Contoh penentuan nama dan nomor ruas yang benar dan yang salah, diilustrasikan
dalam gambar 1A1 di bawah Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan
Pemutakhiran Database 1A - 4 Gambar 1A1. CONTOH KESALAHAN DALAM PEMBERIAN
NOMOR DAN NAMA RUAS PETA SALAH BENAR NO RUAS NAMA RUAS NO RUAS NAMA
RUAS 2.1 Alam-Citra 2 Alam-Bisa 2.2 Citra-Bisa 2 Bisa-Alam 2 Alam-Bisa 45 Dadu-Citra 45 CitraDadu 2 Bisa-Alam 2 Alam-Bisa 45 Alam-Dadu 45 Citra-Dadu 1.2.3 TITIK PENGENAL RUAS JALAN
(KOLOM 4 / 5 ) a. Titik pangkal dan ujung setiap ruas jalan harus ditentukan secara jelas dan mengacu
pada titik pengenal di lapangan yang spesifik, seperti persimpangan dengan satu / lebih ruas jalan lain,
nama tempat atau pengenal fisik lainnya yang sifatnya menetap. b. Persimpangan dengan ruas jalan lain
di dalam wilayah kabupaten dinyatakan dengan nomor ruasnya. Misalnya (lihat sket di bawah ini) : titik
pangkal ruas 45 ditentukan sebagai (02/02) dan titik ujung ruas (46/47). c. Persimpangan dengan ruas
jalan Nasional atau Propinsi dinyatakan dengan pal-km jalan raya yang diukur dari patok kilometer
terdekat dengan nama kota acuannya (biasanya ibukota Propinsi), misalnya : JN. Km 14,5 Medan. 45 02
47 46 Alam Citra 2 Bisa Alam Bisa 2 Citra 45 Dadu Alam Bisa 2 Citra 45 Dadu 40 Km 14.0 Km 15.0 ke
Medan Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database
1A - 5 d. Pada kasus jalan buntu atau ruas jalan tanpa persimpangan; beri tanda pengenal yang jelas pada
titik dimana nomor ruas jalan itu berubah, berdasarkan titik pengenal yang spesifik dan menetap, seperti
pada contoh berikut : SD Kampung Baru : Sekolah Dasar di Kampung Baru KC Bayah : Kantor
keCamatan Bayah MSJ P. Lawas : Mesjid P. Lawas BTS KAB. A : Batas Kabupaten A. KD Kulon :
Kantor Desa Kulon e. Hindari penggunaan titik pengenal seperti `desa/kampung saja, karena tidak
memberikan penjelasan yang cukup dimana tepatnya titik pangkal atau ujung ruas tersebut. f. Bila
menggunakan titik pengenal jembatan, pastikan bahwa jembatan tersebut termasuk dalam ruas jalan
tersebut atau tidak. Berikan tambahan keterangan seperti pada contoh berikut : Ut.Jbt.S.Siak (Utara
Jembatan Sungai Siak) g. Cara penentuan titik pengenal ruas yang benar dan yang salah, diilustrasikan
pada gambar berikut : Gambar 1A2. CONTOH KESALAHAN DALAM PENENTUAN TITIK
PENGENAL PETA NO RUAS NAMA RUAS (PANGKAL/ UJUNG) TITIK PENGENAL SALAH
BENAR 2 Alam JN JN.KM 20.6 (Jalan Negara) BGR Jln. Desa 46 Esa Bts. Desa Mesjid Esa Desa Esa
Kampung Esa 45 Citra 2 2/2 1.2.4 PANJANG RUAS (KOLOM 6) a. Panjang ruas yang didasarkan pada
pengukuran dengan pita ukur atau odometer yang telah disesuaikan harus

dibulatkan menjadi per 100 m. Perbedaan dalam pengukuran dapat terjadi


meskipun dengan menggunakan odometer yang telah disesuaikan. b. Jangan terus
merubah panjang ruas, sebagai hasil dari beberapa kali survai dengan kendaraan
dalam batas 10% dari data yang ada di K1. Namun panjang ruas harus segera
diperbaiki, setelah pengukuran disain selesai dilaksanakan. 45 Dadu Citra 47 46 2
45 Dadu Esa 47 46 Alam Citra 2 Bisa Km 21 Km 20 Bogor Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 6 1.2.5
KLASIFIKASI FUNGSI JALAN (KOLOM 7) a. Semua ruas harus ditentukan fungsinya
berdasarkan sektor ekonomi yang dilayaninya. Hal Ini akan dipakai sebagai alat
untuk memantau perkembangan jaringan jalan serta sebagai alat bantu dalam
pemilihan proyek yang berkaitan dengan kebijakan Nasional. b. Untuk setiap ruas
hanya ditentukan satu fungsi saja, diantara klasifikasi fungsi berikut ini: JJS : Ruas
jaringan jalan strategis (lihat prosedur 1A/3) TRAN : Melayani kawasan transmigrasi
PIR : Melayani kawasan perkebunan inti rakyat NMG : Melayani kegiatan ekspor non
migas seperti perkebunan besar PAR : Melayani proyek atau kawasan pariwisata JI :
Melayani proyek irigasi atau daerah penghasil utama padi UH : Melayani wilayah
kehutanan/jalan untuk angkutan kayu gelondongan KOTA : Melayani jalan kota LU :
Untuk pelayanan umum c. Kecuali untuk fungsi pelayanan umum atau jalan kota,
fungsi ekonomi lainnya harus ditunjang oleh dokumen pendukung sesuai dengan
jenis dan skala kegiatan yang dilayani, dengan mengguna
baik itu K2 untuk ruas- ruas strategis, ataupun survai S6 untuk sektor-sektor
tertentu. d. Peraturan Pemerintah (PP No. 26/1985) menjelaskan bahwa sebagian
besar jalan kabupaten juga ditentukan fungsinya sebagai jalan `lokal' yang
menghubungkan antara `pusat' dengan daerah pemukiman (persil), atau
menghubungkan antar pusat orde ketiga sebagian kecil jalan kabupaten ditentukan
sebagai jalan `kolektor' yang menghubungkan antar pusat orde ke-dua atau pusat
orde kedua dan ketiga. 1.2.6 STATUS ADMINISTRASI RUAS JALAN (KOLOM 8) Telah
dibuat kode huruf yang menunjukkan kedudukan hukum secara administratif atau
yang bertanggung jawab terhadap suatu ruas jalan. K : Kabupaten D : Desa P :
Perkebunan H : Kehutanan/angkutan balok kayu T : Transmigrasi A :
Irigasi/pengairan JN/JP/JT : Nasional/Propinsi/Toll 1.2.7 TERMASUK KECAMATAN
(KOLOM 9) a. Suatu kecamatan yang dilayani atau dilewati oleh suatu ruas jalan,
harus ditentukan namanya untuk membantu penggambaran ruas pada peta dan
sebagai alat bantu dalam pemilihan proyek dimana masalah pemerataan harus diperhatikan. b. Bila suatu
ruas melewati lebih dari satu kecamatan, tentukan salah satu saja yang terpenting atau yang mencakup
bagian ruas terpanjang. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan
Pemutakhiran Database 1A - 7 1.3 TUGAS 1A/2 - PENYELESAIAN DATA SEGMEN DARI KI Kolom
10 - 18 dalam K1 mencatat segmen atau data bagian ruas yang secara berkala perlu diperbaharui bila
kondisi jalan berubah. 1.3.1 PAL KILOMETER (KOLOM 10) a. Pal kilometer untuk jalan kabupaten
belum biasa digunakan. Karena itu titik pangkal dan ujung suatu bagian ruas harus ditentukan dengan pal
km yang diukur di sepanjang ruas dengan pita ukur atau odometer kendaraan yang telah disesuaikan b.
Pengukuran tersebut harus dimulai dari titik pangkal yang telah ditentukan dan diberi tanda sebagai Km
0,0. Perhatikan bahwa jumlah panjang seluruh segmen harus sama dengan total panjang ruas. Contoh :

Ruas No : 02 Panjang total : 6,6 km Segmen 1 : Km 0,0 - 3,5 aspal baik Segmen 2 : Km 3,5 - 6,6 aspal
rusak c. Jangan menggunakan pal km yang diukur dari kota Kabupaten atau kota Propinsi. Sistim ini akan
mudah menyebabkan kekacauan bagi ruas jalan kabupaten yang pendek dan bagi keseluruhan jaringan
jalan. 1.3.2 LEBAR PERKERASAN (KOLOM 11) a. Lebar rata-rata perkerasan suatu ruas harus dicatat
dalam `meter' dengan pembulatan paling kecil 0,5 meter. b. Bahu jalan tidak dimasukkan kecuali untuk
jalan tanpa perkerasan, dimana tidak jelas seberapa lebar bahunya. c. Jalan setapak dapat dicatat dengan
lebar nominal, yakni satu meter (1,0 m). 1.3.3 TIPE DAN KONDISI PERMUKAAN (KOLOM 12) a.
Tipe permukaan harus ditentukan menurut kategori di bawah ini : A : Aspal B : Batu
K : Kerikil T : Tanah C : Beton b. Kondisi permukaan rata-rata suatu segmen,
terutama yang mencerminkan kualitas berkendaraan (kenyamanannya) atau
kekasarannya, ditentukan menurut kategori berikut : B : Baik S : Sedang SR :
Sedang/Rusak R : Rusak RB : Rusak Berat Perencanaan Umum Jalan Kabupaten
Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 8 1.3.4 HAMBATAN
LALU LINTAS (KOLOM 13) Setiap segmen harus ditentukan tingkat aksesnya
terhadap kendaraan roda-4, dengan menggunakan kode angka (kode akses dari
formulir A3 bila sudah ada) atau kode huruf sebagai berikut : Terbuka untuk
kendaraan roda-4 sepanjang tahun TB 0 Tertutup untuk kendaraan roda-4 selama
2-6 minggu/tahun TB/TMH 1 Tertutup untuk kendaraan roda-4 pada musim hujan
TMH 2 Tertutup untuk kendaraan roda-4 sepanjang tahun TST 3 Tertutup juga
untuk sepeda motor TST 4 1.3.5 BULAN-TAHUN SURVAI PERENCANAAN TERAKHIR
(KOLOM 14) Data ini harus ditunjukkan dengan bulan dan tahun (misalnya 06/94)
dari studi perencanaan S2/A1 terakhir, atau dari pelaksanaan survai lalu lintas
terakhir (untuk ruas yang berkondisi baik/sedang) namun bukan dari survai S1 yang
dilakukan setiap tahun pada semua ruas yang kondisinya baik/sedang. 1.3.6 TAHUN
PELAKSANAAN PEKERJAAN (PK/MP) TERAKHIR (KOLOM 15) a. Catat dalam kolom ini
(15.1) tahun program pelaksanaan pekerjaan berat terakhir (PK), misalnya 93
(tahun program 1993/94). Tidak perlu memberikan bulan awal dan akhir
pelaksanaan pekerjaan. b. Pada versi K1 yang baru, disediakan kolom data yang
kedua (15.2) untuk mencatat pekerjaan pemeliharaan periodik yang terakhir
(overlay/ pelapisan ulang). 1.3.7 BULAN-TAHUN PERUBAHAN DATA K1 TERAKHIR
(KOLOM 16) a. Data dasar K1 mempunyai kolom data untuk pengisian bulan/tahun
dari setiap perbaikan yang dibuat pada formulir K1, ini tercatat secara otomatis di
komputer. b. Perlu dicatat bahwa pada versi hasil komputer, biasanya dicantumkan
pula tanggal di bagian atas, misalnya "Edisi April 1993". Ini menunjukkan bahwa
sebagian besar perubahan-perubahan segmen yang baru harus sudah dibuat dalam
kwartal pertama 1993. Hasil cetakan komputer juga mencantumkan tanggal
pencetakan pada bagian kanan atas. 1.3.8 KELAS RENCANA LALU LINTAS / KRLL
(KOLOM 17) a. Data dasar K1 juga mempunyai kolom data untuk Kelas Rencana Lalu
Lintas b. Data ini diperoleh dari data lalu lintas beserta studi perencanaan yang
berkaitan dan menunjukkan perkiraan kisaran lalu lintas harian rata-rata roda-4
(LHR) bila jalan tersebut telah ditingkatkan atau sudah dalam kondisi baik/sedang.
KRLL 1 : LHR < 50 KRLL 2 : LHR 51 - 200 KRLL 3 : LHR 201 - 500 KRLL 4 : LHR 501 - 1500
KRLL 5 : LHR > 1500 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan
Pemutakhiran Database 1A - 9 c. Penambahan satu angka di belakangnya (.1, .2 atau .3) menunjukkan

bagian dari jumlah truk sedang dan berat dalam lalu lintas tersebut (lihat tugas 4B). 1.3.9 LALU LINTAS
HARIAN RATA-RATA / LHR ( KOLOM 18) Data dasar K1 mempunyai kolom data untuk pencatatan
total LHR kendaraan roda- 4 yang ada (17) dan LHR kendaraan roda-4 ekivalen termasuk sepeda motor
dan lalu lintas bukan bermotor (18) yang tercatat dalam penghitungan lalu lintas. 1.3.10 JUMLAH
PENDUDUK (KOLOM 19) Dalam data dasar K1 juga disediakan kolom data untuk mencatat jumlah
penduduk yang dilayani oleh suatu segmen yang terangkum dalam lembar analisa A3. 1.3.11 BULAN
TAHUN PERUBAHAN DATA (KOLOM 20) Merupakan catatan dari database komputer yang
menunjukkan kapan (bulan tahun) terakhir kali data diperbaharui. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten
Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 10 1.4 TUGAS 1A/3 PENYELESAIAN DATA LINGKUNGAN DARI K1 Kolom 21 23 dalam K1 mencatat data lingkungan
yang secara berkala perlu diperbaharui bila kondisi lingkungan suatu ruas jalan kabupaten berubah. 1.4.1
STATUS LINGKUNGAN (KOLOM 21) Telah dibuat kode angka yang menunjukkan status lingkungan
suatu ruas jalan kabupaten pada saat K1 dibuat atau diperbaharui yaitu : 1 = Menunggu Studi ANDAL 2 =
Ditunda menunggu Studi ANDAL 3 = Tercakup dalam PIL sektoral tipe D 4 = Tercakup dalam PIL
sektoral tipe ID 5 = Perlu Studi KL / UKL, UPL 1.4.2 KODE DAERAH RAWAN (KOLOM 22) Untuk
mengetahui bahwa suatu ruas jalan kabupaten melewati suatu daerah rawan lingkungan telah dibuat kode
angka sebagai berikut : 1 = Cagar Alam 2 = Suaka Margasatwa 3 = Hutan Konservasi 4 = HL - TGHK
masih hutan 5 = HL - direkomendasikan RePPProt masih hutan 6 = HL TGHK bukan hutan 7 = HK
direkomendasikan RePPProt bukan hutan 8 = Taman Baru 9 = Taman Nasional 10 = Taman Rekreasi /
Wisata 11 = Daerah curam (Informasi Land System) 12 = Lahan Basah (Gambut) 13 = Daerah Pantai /
Hutan Bakau 14 = Kawasan Waduk / Danau 15 = Kawasan Bencana Alam 1.4.3 STATUS STUDI
LINGKUNGAN (KOLOM 23) Untuk mengetahui status studi lingkungan pada suatu ruas jalan
kabupaten telah dibuat kode huruf sebagai berikut : O = Diperlukan penyaringan tahap awal dan kedua S
= Cukup dengan sektoral UKL / UPL K = Diperlukan Studi KL U = Sudah dilakukan Studi KL A =
Diperlukan Kerangka Acuan untuk ANDAL T = Sudah dibuat Kerangka Acuan untuk ANDAL R = Sudah
dilakukan Studi ANDAL Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan
Pemutakhiran Database 1A - 11 1.5 TUGAS 1A/4 - PENENTUAN JARINGAN JALAN STRATEGIS
(K2) 1.5.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN a. Tujuan pokok dari tugas ini adalah untuk menentukan
rute jalan kabupaten yang akan mendapat prioritas tertinggi untuk pekerjaan pemeliharaan, atau bila
sesuai untuk pekerjaan rehabilitasi atau peningkatan. b. Sekali pemilihan rute ini dilakukan dengan benar,
maka kaji ulang dan perbaikannya (jika diperlukan) cukup dilakukan kira-kira setiap tiga tahun sekali
saja. c. Target utamanya adalah menentukan jaringan jalan strategis dengan batas maksimal sekitar 20
persen dari total panjang jaringan jalan yang ada di kabupaten (tidak termasuk jalan negara/propinsi).
1.5.2 KRITERIA Jaringan jalan strategis harus mencakup jalur utama yang melayani hubungan antar
berbagai bagian di dalam kabupaten, yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut : a. Ruas jalan yang
umumnya bersifat antar kota, yaitu menghubungkan kota kabupaten dengan pusat-pusat administrasi
pemerintahan seperti kota kecamatan, dan pusat-pusat kegiatan ekonomi seperti pasar utama ; ini akan
meliputi jalan `kolektor' yang menghubungkan kota 'orde' kedua dan ketiga (seperti yang ditetapkan
menurut peraturan yaitu : PP No. 26, 1985). b. Ruas jalan alternatif yang salah satunya sudah ditetapkan
dan memenuhi hubungan yang memadai, tidak termasuk dalam kriteria ini. c. Ruas jalan yang biasanya
sudah menampung tingkat lalu lintas tinggi (atau berpotensi tinggi pada wilayah yang jaringannya belum
berkembang secara penuh) pada kenyataannya tingkatan ini bisa berbeda, misalnya, mulai dari di atas 500
LHR di daerah padat penduduk di Pulau Jawa sampai di atas 50 LHR di daerah kurang berkembang di
pulau lain. d. Ruas jalan yang biasanya sudah diaspal, kecuali pada daerah yang jaringan jalannya belum

dikembangkan. e. Ruas jalan yang melayani sumber-sumber penyebab meningkatnya lalu lintas selain
perkotaan, seperti sumber material besar, pabrik atau daerah perkebunan, dapat pula masuk ke dalam
kriteria ini asalkan ruas jalannya terbuka bagi lalu lintas umum. f. Ruas jalan yang melayani pangkalan
jenis angkutan lain (yakni ruas menuju pelabuhan laut atau sungai, lapangan udara, atau stasiun KA) g.
Ruas jalan yang pendek (yakni kurang dari 5 km), tapi bukan bagian dari rute lanjutan, tidak termasuk
dalam kriteria ini (kecuali pada vi) h. Ruas jalan di daerah perkotaan tidak termasuk dalam kriteria ini,
kecuali kalau ruas tersebut merupakan bagian dari rute lanjutan jaringan jalan strategis yang
menghubungkan dua pusat kota. i. Ruas jalan utama antar kabupaten bisa dimasukkan apabila tidak ada
jalan negara/propinsi yang memadai untuk jalur tersebut. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 :
Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 12 j. Bagian ruas jalan negara/propinsi yang
berada di dalam kabupaten secara otomatis merupakan bagian dari jaringan jalan strategis, walaupun
pemeliharaan atau peningkatannya tidak masuk ke dalam program jalan kabupaten. k. Perlu dicatat,
bahwa istilah strategis disini didasarkan atas konsep ekonomi. Berbeda halnya dengan istilah `strategis
keamanan' yang mengacu pada jalan khusus dengan fungsi keamanan negara, seperti jalan yang
berdekatan dengan batas negara (jalan seperti ini tidak tercakup dalam prosedur ini). 1.5.3 PROSEDUR
PENGISIAN Pada formulir K2 dan Peta Jaringan Jalan 2 (lihat tugas 1F), tentukan ruas jalan yang akan
diusulkan menjadi bagian dari jaringan jalan strategis sesuai langkahlangkah berikut : KELOMPOK A : a.
Beri tanda di peta dan cantumkan pada formulir K2 semua ruas jalan nasional dan propinsi, termasuk
nomor ruasnya (sesuai dengan nomor Bina Marga). b. Informasi ini bisa diperoleh dari Dinas PU / Bina
Marga/prasana wilayah Propinsi KELOMPOK B : a. Beri tanda di peta dan cantumkan pada formulir K2 :
ruas jalan terpendek yang menghubungkan setiap kota kecamatan ke jalan nasional / propinsi dan ke
ibukota kabupaten. b. Perhatikan: jalur baru secara umum tidak dapat dimasukkan kecuali bila
penghematan jarak tempuhnya ke kota kabupaten mencapai paling sedikit 50 persen dari jarak tempuh
lewat jalur yang sudah ada; perhatikan juga bahwa jalur baru itu memerlukan studi khusus yang justru
memperlambat penyertaannya dalam program. c. Catat pada formulir K2 nama kota yang dilayani ruas
jalan itu, instansi mana yang bertanggung jawab untuk pemeliharaannya dan data informasi tentang
kondisi perkerasan serta keterbukaan ruas jalan itu (dari formulir K1). KELOMPOK C : a. Beri tanda
pada satu jalur langsung yang menerus dan wajar, yang merupakan penghubung antar kota kabupaten
dengan ibukota kabupaten di sekitarnya dan cantumkan nomor ruas jalur itu jika belum tercatat pada
kelompok A atau B. b. Biasanya jalur ini merupakan ruas jalan yang sudah ada; karena jalur baru hanya
akan diterima bila terjadi penghematan jarak tempuh paling sedikit 50 persen dari yang ada. c. Ruas-ruas
jalan penghubung antar kabupaten yang bertetangga ini harus ditentukan sebagai jalur strategis.
KELOMPOK D : a. Beri tanda dan cantumkan kemungkinan pilihan lain untuk dimasukan sebagai jalur
strategis, diantara pilihan berikut ini : Ruas jalan lain yang melayani lalu lintas tinggi yang secara khusus
merupakan ruas jalan langsung penghubung dua bagian penting di dalam daerah kabupaten. Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 13 Ruas jalan
lain ke jalan Nasional / Propinsi atau ke ibukota kabupaten, dari sumber penyebab lalu lintas tinggi selain
dari kota kecamatan (sebutkan sumber penyebabnya) b. Periksa bahwa total (B+C+D) tidak lebih atau
sama dengan 20 persen dari total panjang jaringan jalan kabupaten (dari K1). Jangan masukkan ruas jalan
berprioritas rendah bila total tersebut sudah melebihi target. c. Kaji ulang dan sesuaikan usulan itu
seperlunya sewaktu konsultasi dengan instansi yang terkait dengan penanganan jalan di Propinsi dan
kalau ada dengan konsultan pembimbing, khususnya untuk mendapatkan : Status yang sebenarnya dari
ruas jalan kabupaten yang kemungkinannya dalam waktu dekat akan menjadi jalan propinsi untuk
keperluan perencanaan pekerjaan, terutama usulan ruas baru. Pandangan Propinsi terhadap

perkembangan yang terjadi pada ruas jalan antar kabupaten. Sebaiknya dana dan sumber daya kabupaten
tidak dialokasikan ke ruas jalan yang dalam waktu dekat menjadi status propinsi. d. Cantumkan pada
formulir K1 (kolom 7) ruas jalan yang termasuk dalam klasifikasi jaringan jalan strategis (JJS).
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 14
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 15
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1B - 1
2 TUGAS 1B - PEMUTAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN FORMULIR : K3 DAN K4 2.1
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Untuk menyusun dan menjaga tersedianya catatan mengenai
pekerjaan yang telah dilakukan pada setiap ruas dari jaringan jalan setiap tahunnya. 2. Untuk membuat
perencanaan yang sistematis, terutama untuk pekerjaan pemeliharaan dan untuk membantu dalam
pemantauan keefektifan program pekerjaan 3. Sumber data bisa didapat terutama dari data anggaran (RD1.JK) atau dari data kontrak yang memuat semua sumber dana untuk jalan kabupaten, termasuk
diantaranya semua pekerjaan jalan yang dibiayai oleh Dana Pembangunan Kabupaten/Kota (DAK/DAU).
4. Formulir K3 digunakan dalam menyusun rincian per ruas untuk setiap tahun program. 5. Formulir K4
merupakan rangkuman semua dana untuk jalan kabupaten per tahun serta cakupan pekerjaannya untuk
beberapa tahun. 6. Data riwayat pekerjaan per segmen juga diringkaskan dalam formulir K1 dan P1. 7.
Formulir K3 dan K4 harus selalu dimutakhirkan pada bulan Januari setelah anggaran biaya diketahui dan
diperbaiki untuk memperhitungkan pelaksanaan yang sebenarnya. Prioritas utama harus ditujukan dalam
hal pencatatan secara rinci semua pekerjaan berat dan pemeliharaan berkala. 8. Untuk selanjutnya K3
akan disusun sebagai bagian dari database komputer, meskipun formulir untuk pemasukkan data secara
manual mungkin juga akan diperlukan. 2.2 TUGAS 1B/1 - PENYELESAIAN FORMULIR K3 Cakupan
dan format K3 hampir mendekati bentuk format dokumen biaya RD-1.JK (lihat tugas 5F) dan tersedia
dalam bentuk manual maupun dalam bentuk data base komputer. 2.2.1 PROSEDUR PENGISIAN
Formulir K3 harus dibuat secara terpisah untuk setiap ruas jalan, rincian dari semua pekerjaan pada ruas
tersebut harus didaftar secara berurutan setiap tahun program. BAGIAN ATAS : NOMOR, PANJANG,
DAN NAMA RUAS. a. Kotak-kotak di bagian atas dari formulir K3 harus mencatat data ruas jalan dalam
format yang tepat sama dengan K1. b. Perlu diperhatikan bahwa nama dan nomor ruas yang digunakan
harus sama dengan yang tertera pada K1, meskipun nama yang dipakai dalam kontrak adalah berbeda.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1B - 2
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1B - 3
KOLOM 1 : TAHUN PROGRAM PEKERJAAN Kolom 1 menunjukkan Tahun Program Pekerjaan,
untuk sistem tahun anggaran baru digunakan bentuk penuh, misalnya : 2001 KOLOM 2 : PANJANG
PEKERJAAN JALAN Pal Km segmen diukur dengan cara yang sama seperti pada K1, namun
segmensegmen pekerjaan mungkin berbeda dengan yang tercatat dalam K1 yang ada. KOLOM 3 : PAL
KM AWAL DAN AKHIR SEGMEN PEKERJAAN JALAN Panjang pekerjaan (kolom 2) harus sama
dengan selisih antara kolom (3.2) dan (3.1). KOLOM 4 : JENIS PEKERJAAN JALAN Jenis pekerjaan
diberikan dengan kode standar sebagai berikut : PK = Pekerjaan Berat atau Peningkatan MP =
Pemeliharaan Berkala/Periodik MS = Pengaspalan Ulang Periodik MR = Pemeliharaan Rutin PB =
Pembangunan Baru RE = Rehabilitasi H = Pekerjaan Penyangga KOLOM 5 : TIPE LAPISAN
PERMUKAAN PEKERJAAN JALAN Bila rincian mengenai lapisan permukaan belum diketahui, cukup
gunakan A (lapisan aspal) atau K (kerikil). Tipe permukaan jalan yang diusulkan ditentukan secara rinci
dengan menggunakan kode-kode seperti berikut ini : PMA = Penetrasi Macadam (Lapen) LKP = Kerikil
Padat Tertutup (Kepatup) TAB = Lapis Tipis Aspal Beton (HRS) KOLOM 6 : LEBAR PERKERASAN
PEKERJAAN JALAN Lebar perkerasan adalah lebar yang diusulkan dalam pekerjaan tanpa

memasukkan lebar bahu jalan. KOLOM 7 : BIAYA PEKERJAAN JALAN Jumlah seluruh biaya
pekerjaan harus merupakan biaya kontrak termasuk pajak (diperjelas dengan menyatakan sumber dananya
di kolom 14). KOLOM 8 : BIAYA PEKERJAAN JALAN/KM Biaya pekerjaan jalan/km dihitung secara
otomatis oleh komputer dengan membagi kolom 7 dengan kolom 2. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten
Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1B - 4 KOLOM 9 : NOMOR URUT
JEMBATAN (9.1) ATAU JUMLAH JEMBATAN YANG MENDAPATKAN PEKERJAAN (9.2) Untuk
jembatan besar dapat dicatat secara tersendiri. Bila ada sejumlah jembatan yang lebih kecil yang
menerima pekerjaan sebagai bagian dari kontrak pekerjaan jalan, maka dapat diberikan data jumlah dari
seluruh pekerjaan jembatan. Bila ditemukan jembatan yang berdiri sendiri, masukkan (bila mungkin) pal
km jembatan tersebut dalam kolom 3.1. Gunakan urutan nomor jembatan dari formulir K10 di kolom 9.1,
sementara bila informasi untuk beberapa jembatan digabung masukkan jumlah jembatan yang
bersangkutan dalam kolom 9.2 KOLOM 10 : JENIS PEKERJAAN JEMBATAN Jenis pekerjaan
jembatan harus ditentukan dengan menggunakan kode standar (PBJ/PAJ/PJJ/JL/GG). KOLOM 11 :
PANJANG DAN LEBAR JEMBATAN Panjang dan lebar jalur jembatan diukur dalam satuan meter.
KOLOM 12 : BIAYA PEKERJAAN JEMBATAN Kolom 12 merupakan biaya pekerjaan masing-masing
jembatan atau seluruh jembatan dalam satu segmen (jika dijadikan dalam satu kontrak pekerjaan).
Masukkan juga biaya oprit jembatan bila belum termasuk dalam biaya pekerjaan jalan yang
bersangkutan. KOLOM 13 : JUMLAH SELURUH BIAYA PEKERJAAN (JALAN DAN JEMBATAN)
Kolom 13 merupakan gabungan pengeluaran untuk jalan dan jembatan untuk pekerjaan dalam satu
segmen. KOLOM 14 : SUMBER DANA Isikan sumber dananya dalam kolom 14 dengan menggunakan
kode standar : DAU = Dana Alokasi Umum DAK = Dana Alokasi Khusus DBH = Dana Bagi Hasil /
Perimbangan PAD = Pendapatan Asli Daerah Sebutkan sumber-sumber dana lainnya dan masukkan
sumber dana dari Luar Negeri (BLN) bila ada, misalnya IBRD. KOLOM 15 & 16 : BULAN/TAHUN
PEKERJAAN Kolom 15 dan 16 harus menunjukkan bulan dan tahun awal dimulai dan selesainya
pekerjaan yang sebenarnya jika diketahui (misalnya 6/94 sampai 3/95); tanggal ini mungkin berbeda
dengan tanggal pada program aslinya. Jangan mengisi tanggal selesainya pekerjaan sebelum diketahui
kebenarannya. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran
Database 1B - 5 KOLOM 17 : STATUS PROYEK Kolom 17 merupakan informasi tambahan sesuai
dengan status pekerjaannya, misalnya : L = Proyek `Luncuran' ST = Pekerjaan yang dikerjakan dengan
menggunakan dana sisa tender. MY = Kontrak berlanjut ke tahun berikutnya (multi year) B = Proyek
Baru KOLOM 18 : SUMBER DAN TANGGAL DATA Kolom 18 menunjukkan sumber data dan tanggal
data tersebut diterbitkan; biasanya dalam bentuk kode formulir, misalnya : RD-1.JK, CJ dan lain
sebagainya. CATATAN : Bila setelah beberapa tahun pekerjaan halaman K3 untuk ruas tersebut sudah
penuh, mulailah dengan halaman baru yang diberi nomor urut di bagian atasnya. Pertahankan formulir
K3 tersusun secara berurutan berdasarkan nomor ruas. 2.3 TUGAS IB/2 - PENYELESAIAN K4 2.3.1
LINGKUP TUGAS a. K4 merupakan rangkuman tahunan yang berkesinambungan mengenai pembiayaan
pekerjaan untuk seluruh jaringan jalan kabupaten, selama enam (6) tahun terakhir. b. Rangkuman ini
disusun dengan menjumlahkan data-data yang tercatat di formulir K3, sesuai dengan jenis pekerjaan dan
sumber dananya. c. Data ini harus diperbaharui setiap bulan Desember setelah menyelesaikan pengisian
K3. d. Bila catatan selama enam tahun telah lengkap, mulailah dengan formulir K4 baru dan satukan
dengan yang lama. 2.3.2 PROSEDUR PENGISIAN a. Bagian atas formulir merupakan rangkuman
jumlah pengeluaran untuk jalan dalam juta rupiah dengan sumber dana utama, yang dibagi sebagai
berikut: (A) : Dana Alokasi Umum (DAU) (B) : Dana Alokasi Khusus (DAK) (C) : Dana lainnya untuk
jalan (PAD / lainnya : sebutkan) (D) : Jumlah dana untuk jalan (A+B+C) Catatan : Pisahkan jumlah (D)

dalam komponen dana APBN dan BLN jika ada. Biaya umum dan lain sebagainya harus dimasukkan
dalam sub-total biaya. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan
Pemutakhiran Database 1B - 6 b. Bagian bawah formulir membagi TOTAL biaya untuk jalan ke dalam
lima komponen utama dan juga memberikan rangkuman panjang jalan (kilometer) dan jembatan (meter) :
Pekerjaaan Berat (PK) termasuk Pembangunan Baru (PB) dan Rehabilitasi (RE) Pemeliharaan
Berkala/Periodik (MP) Pemeliharaan Rutin (MR) Pekerjaan lainnya (harus ditentukan misalnya
Pekerjaan Penyangga / Darurat) Biaya umum Catatan : Angka TOTAL yang merupakan jumlah
pengeluaran dari ke-lima komponen di atas, harus sama dengan jumlah pengeluaran (D) di bagian atas
formulir. Ke-tiga komponen pekerjaan utama di atas (PK,MP,MR) juga harus mempunyai jumlah untuk
setiap sumber dana utama. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan
Pemutakhiran Database 1B - 7 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan
Pemutakhiran Database 1C - 1 3 TUGAS 1C - PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA
FORMULIR : K5 - K9 3.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Tugas ini ditujukan untuk mencatat
secara sistimatis aspek-aspek sumber daya yang tersedia di Kabupaten, untuk keperluan persiapan dan
pelaksanaan program serta pengadministrasian dan pemantauan. Sumber daya tersebut mencakup hal-hal
seperti peralatan, kontraktor, sumber-sumber material dan jumlah staf. 2. Beberapa dari aspek sumber
daya Kabupaten telah tercakup dalam petunjuk teknis atau prosedur lain, misalnya data kontraktor (dulu
K6) dan data peralatan (dulu K5) yang tercakup dalam Buku Petunjuk Peralatan yang dikeluarkan oleh
Bina Marga dan Bangda : Sistem Pengelolaan Armada Peralatan Dati II. 3. Aspek-aspek yang masih
dicakup dalam prosedur perencanaan sekarang ini adalah : K7 = Catatan mengenai staf Tim Perencana
Jalan Kabupaten K8 = Sumber-sumber material lokal K9 = Daftar upah buruh dan harga material 4.
Formulir-formulir tersebut harus diperbaharui pada bulan Desember setiap tahunnya. 3.2 TUGAS 1C/1 PENYELESAIAN K7 3.2.1 PROSEDUR a. Formulir K7 digunakan terutama untuk mencatat data staf
kabupaten yang terlibat dalam Tim Perencanaan Jalan Kabupaten, mencakup : nama, jabatan dalam Tim,
asal instansi, jabatan di instansi dan golongan / pangkatnya. b. Tentukan siapa dari anggota tim perencana
atau staf lain yang bertanggung jawab untuk masalah lingkungan dan untuk perencanaan pemeliharaan. c.
Dalam formulir ini juga diterangkan informasi mengenai jumlah keseluruhan staf Dinas PU dan staf
Bappeda Kabupaten. d. Formulir ini harus diperbaiki setiap tahun dan ditanda tangani oleh pejabat
instansi terkait seperti Kepala Dinas PU, BAPPEDA dan Bagian Penyusunan Program Kabupaten, serta
dilampiri dengan SK Bupati untuk Tim Perencana. e. Informasi ini akan digunakan didalam penyusunan
database mengenai anggota Tim Perencana, untuk keperluan pelatihan serta pemantauan prestasi kerja
anggota tim. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran
Database 1C - 2 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran
Database 1C - 3 3.3 TUGAS 1C/2 - PENYELESAIAN K8 3.3.1 PROSEDUR a. Formulir K8 (yang
berkaitan dengan K9) digunakan untuk mencatat sumbersumber utama material lokal untuk pekerjaan
jalan di Kabupaten. b. Cantumkan nama sumber material (quarry / sungai / lainnya) pada peta dasar , lalu
perkirakan jarak ke ruas terdekat dan sebutkan nomor ruasnya. c. Material yang ada dalam daftar tersebut
harus ditentukan dengan kode nomor dan satuan yang sama dengan yang digunakan di daftar K9. d.
Harga yang dicantumkan harus berdasarkan pada harga di sumbernya tanpa memasukkan ongkos angkut
yang sudah ditentukan secara terpisah dalam K9. e. Berikan keterangan, misalnya apakah sumber material
tersebut sampai saat ini masih dipakai, juga mengenai kualitas atau kapasitas produksinya. f. Formulir K8
ini setiap tahun pada bulan Januari harus diperiksa kembali dan diperbaiki. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1C - 4 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1C - 5 3.4 TUGAS 1C/3 -

PENYELESAIAN K9 3.4.1 LINGKUP TUGAS a. Formulir K9 berisikan daftar harga material lokal dan
upah buruh di kabupaten dalam kisaran tertentu, yang digunakan dalam pembangunan jalan kabupaten. b.
Daftar harga ini akan digunakan untuk memutakhirkan Matriks Biaya Perencanaan, oleh karena itu K9
harus selalu diperbaharui setiap tahun, paling lambat pada bulan Januari. c. Setiap Kabupaten hanya perlu
menyiapkan satu (1) daftar K9, yang dianggap mewakili. d. Kebenaran data tersebut harus diperiksa
secara teliti dan harus ditanda-tangani oleh kepala Dinas PU / BM Kabupaten, lalu disampaikan ke Dirjen
Prasarana Wilayah Direktorat Bina Teknik atau atau Konsultannya di Jakarta. 3.4.2 PROSEDUR
PENGISIAN a. Harga di Quarry / Sumbernya. Harga bahan di quarry / sumbernya (Pelabuhan atau
Depo) harus di luar pajak. Bila pajak dimasukkan dan tidak dapat dipisahkan secara tepat, tunjukkan pada
harga tersebut dengan tanda bintang ( * ). b. Jarak Angkut Rata-rata Catat jarak angkut rata-rata yang
biasa dipakai dan mewakili jarak dari quarry/sumber ke tempat proyek untuk wilayah kabupaten sebagai
keseluruhan. Informasi ini harus masuk juga dalam formulir K8 yang melengkapi formulir K9. c. Biaya
Angkut per Unit Biaya angkut per unit untuk material dari quarry / sumber dihitung dengan
menggunakan prosedur berikut ini (angka / nilai yang tertera hanya untuk ilustrasi saja). (1) Jarak angkut
Jarak angkut rata-rata dari quarry ke lokasi proyek = 20 km Kapasitas truk = 3 m3 Kecepatan truk ratarata = 45 km/jam (2) Biaya Truk Sewa truk Rp 16.000 / jam = Rp. 16.000 / jam Pengemudi Rp 8.000 / 5
jam = Rp. 1.600 / jam Pembantu/kenek Rp 4.500 / 5 jam = Rp. 900 / jam --------------------------- Jumlah
= Rp. 18.500 / jam Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan
Pemutakhiran Database 1C - 6 (3) Waktu angkut Waktu u/ muat = 15.0 menit Waktu u/ bongkar = 10.0
menit 20 km Waktu u/ perjalanan : 2 x ------------ x 60 menit = 53.3 menit 45 km/jam ------------------ +
Jumlah = 78.3 menit (1.3 jam) (4) Biaya Angkut Biaya angkut / 3 m3 : 1.3 jam x Rp 18.500 = Rp
24.050,- Biaya angkut / m3 : Rp 24.050 / 3 = Rp 8.016,- ------------------ Catatan : Jangan menggunakan
perkiraan biaya angkut untuk K9, ataupun untuk Disain & DURP (misalnya : Rp 75,- per ton per km , dan
lain sebagainya) d. Biaya Total (tanpa pajak) Biaya total untuk material, bilamana mungkin harus tanpa
pajak, tanpa "pengeluaran tambahan" untuk biaya tak terduga, keuntungan kontraktor, inflasi dan lainlain. e. Pajak Pajak ini termasuk Pajak Penghasilan, Asuransi Tenaga kerja (Astek) dan 10% Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) untuk material, (perlu di catat bahwa biasanya hal ini sudah dimasukkan dalam
harga material yang dibawa ke kabupaten). f. Pengesahan Bila K9 sudah terisi, lengkapi dengan
pengesahannya (K9 harus ditanda tangani oleh kepala DPUK/DPU-BM-K), catat tanggalnya dan nama
yang mengesahkannya. g. Pengolahan K9 untuk pembuatan matriks biaya K9 yang telah dilengkapi
harus segera dikirimkan ke Jakarta (untuk sementara kepada Ditjen Prasarana Wilayah atau
Konsultannya) paling lambat pada akhir Januari, supaya pengolahan komputer untuk pembuatan matriks
biaya pekerjaan jalan ( perencanaan ) dapat diselesaikan pada waktunya. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1C - 7 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1D - 1 4 TUGAS 1D PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN FORMULIR : K10 4.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1.
Tujuannya adalah untuk menyusun dan menjaga kemutakhiran suatu inventarisasi data, mengenai lokasi
dan karakteristik setiap jembatan pada jaringan jalan kabupaten 2. Formulir K10 pada dasarnya
merupakan rangkuman dari informasi yang lebih rinci, yang dikumpulkan dari hasil pemeriksaan
jembatan secara rutin dan terinci (dengan formulir MS1, B1, B2 dan B3 dari buku Petunjuk Pemeliharaan
Jembatan Kabupaten). 3. Dalam prakteknya, kualitas dari informasi tentang jembatan termasuk penentuan
datanya, masih ketinggalan dibandingkan data untuk jalan. Data K10 masih harus ditingkatkan secara
bertahap dari beberapa sumber termasuk dari survai perencanaan S1 dan S2. Informasi dari inventarisasi
data Bina Marga tahun 1990 mengenai jembatan (IJK03) dapat pula digunakan. 4. Tugas yang paling

penting adalah untuk memastikan bahwa data lokasi jembatan sesuai dengan penentuan data ruas yang
sama seperti yang ada dalam inventarisasi jalan pada K1, termasuk cara pengukuran lokasi dengan pal km
dari awal ruas. 5. Prioritas harus diberikan dalam menyelesaikan pengisian lokasi jembatan, nama,
panjang dan lebarnya, sebelum mengumpulkan secara rinci data jenis komponen jembatan dan kondisinya
yang memerlukan survai-survai yang lebih rinci. 6. Untuk selanjutnya akan dikembangkan database
komputer untuk K10, namun untuk saat ini penyelesaian formulir secara manual perlu diteruskan. 7.
Pemutakhiran K10 harus dilaksanakan terutama dalam bulan Januari pada waktu yang sama dengan
pemutakhiran K1. 4.2 PROSEDUR PENYELESAIAN K10 1. Untuk setiap ruas harus dibuatkan satu
formulir K10 tersendiri. Cantumkan nomor ruas, nama dan panjangnya di bagian atas K10 persis seperti
yang tercantum dalam K1. 2. Semua bangunan jembatan yang panjangnya 2 meter atau lebih (diukur
antara kedua kepala jembatan) harus dicatat. Lokasi lintasan sungai yang tidak berjembatan juga
dimasukkan dan diberi nama. 3. Jembatan dan lintasan sungai harus dicatat dan diberi nomor urut (kolom
1), dimulai dari titik pangkal ruas yang telah ditentukan pada daftar K1. Lokasinya harus ditentukan
dengan pal km yang telah disesuaikan dari titik pangkal ruas yang telah ditentukan (kolom 3), dan bila
mungkin juga dengan nama-nama sungainya (kolom 2). Bila semua penyeberangan di catat, maka tidak
perlu lagi untuk merubah nomor urut jembatan. 4. Kode-kode yang digunakan pada K10 dapat dilihat
bersama-sama dengan contoh formulir K10 yang telah diisi lengkap. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1D - 2 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1D - 3 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1D - 4 5. Keterangan untuk
beberapa hal khusus yang diisikan ke dalam K10 adalah sebagai berikut (1) Tipe Penyeberangan/Lintasan
(Kolom 4) : JN = Penyeberangan Jalan KA = Penyeberangan Kereta Api S = Penyeberangan Sungai L =
Lain-lain (2) Panjang jembatan (kolom 5) Diukur dalam meter di antara kedua kepala jembatan. (3) Lebar
jembatan (kolom 6) Harus ditentukan sebagai lebar jalur jalan saja (kolom 6.1) dan total lebar jembatan
sampai dengan bagian luar dari sandaran (kolom 6.2). (4) Bangunan jembatan dibagi dalam 5 bagian
komponen : Bangunan atas (kolom 8 - 11) Lantai (dek) (kolom 12, 13) Sandaran (handrail) (kolom 14,
15) Pondasi (kolom 16 -18) Kepala jembatan dan pilar (kolom 19 -21) (5) Deskripsi setiap komponen
terdiri atas : Tipe bagian (bangunan atas / pondasi / kepala jembatan) Tipe bahan / material Asal /
sumber (hanya bangunan atas) Nilai / tingkat kondisinya 6. Kode rujukan (pada formulir K10L) dan
catatan khusus pada uraian komponenkomponen bangunan atas, diberikan secara singkat di bawah ini :
(1) Tipe Bangunan Atas B = Gorong-gorong persegi (kotak) Gorong-gorong persegi adalah goronggorong dengan penampang melintang berbentuk persegi. Y = Gorong-gorong Pipa Gorong-gorong pipa
adalah gorong-gorong dengan penampang melintang berbentuk lingkaran. Untuk keperluan masukan
data, semua gorong-gorong dengan garis tengah (diameter) atau lebar luar sepanjang sumbu jalan > 2,0
meter harus dicatat sebagai jembatan. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji
Ulang dan Pemutakhiran Database 1D - 5 KX = Lintasan Kereta Api Lintasan kereta api perlu dicatat
sebaik-baiknya, sehingga dapat ditetapkan suatu prioritas untuk dibangun jembatan (bila sangat
diperlukan). S = Jembatan Sementara Jembatan sementara adalah jembatan yang digunakan sebagai alat
hantaran sementara sampai jembatan permanen dibangun. Jembatan sementara dapat berupa rangka,
gelagar, pelat atau lainnya. Jembatan Bailey termasuk dalam kategori ini. FX = Ferry Jika penyeberangan
sungai dilakukan dengan ferry (untuk kendaraan ataupun tidak), catatlah dalam laporan. Perkirakanlah
lebar penyeberangan tersebut. Nyatakanlah dalam catatan, waktu tunggu rata-rata dan perkiraan panjang
jembatan yang diperlukan. WX = Pelintasan Basah (Jembatan Limpas) Pelintasan basah adalah jembatan
limpas, pelintasan banjir (atau yang serupa); dimaksudkan untuk suatu pelintasan sungai dimana

kendaraan melintas melalui sungai di atas pondasi atas di bawah air yang telah dipersiapkan. Setiap
pelintasan demikian harus dicatat pada kartu data inventarisasi jembatan, dengan suatu tanda dalam
catatan; berapa kali dan berapa lama pelintasan basah ini tidak dapat dilalui dalam satu tahun. Nyatakan
perkiraan panjang jembatan yang diperlukan atau bila pelintasan tersebut sudah cocok dengan keadaan
sekarang. (2) Sumber / Asal Bangunan Atas Sumber / asal pemasok terutama mengacu kepada negara
pembuat dengan cara memberi Kode negara asal dengan huruf tersendiri seperti diberikan pada lampiran
formulir K10L. (3) Bahan untuk Bangunan Atas Kode bahan yang digunakan untuk pemeriksaan
inventarisasi dapat dilihat pada lampiran formulir K10L. Terdapat sejumlah 21 bahan yang berbeda, yang
masing-masing didaftar dengan satu kode huruf. (4) Bahan Lantai Jembatan Kode untuk tiap jenis bahan
lantai jembatan harus dibentuk dengan dua huruf yang diambil dari daftar bahan seperti tersebut di atas.
Satu huruf untuk jenis bahan bagian perletakan lantai dan huruf lainnya untuk jenis bahan jalur
kendaraan, misalnya KA = lantai jembatan kayu dengan jalur kendaraan aspal. (5) Kepala Jembatan dan
Pilar, Tipe dan Bahan Disiapkan kode untuk dua bentuk kepala jembatan dan enam jenis pilar. Kode
ditentukan dengan satu huruf seperti yang dapat dilihat dalam lampiran formulir (K10L). Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1D - 6 (6) Jenis dan
Bahan Pondasi Rincian-rincian tertentu mengenai jenis konstruksi pondasi mungkin tidak dapat
ditentukan dalam pemeriksaan di lapangan, tanpa penyelidikan lapangan lebih lanjut. Diberikan delapan
jenis pondasi, masing-masing ditentukan dengan dua huruf. Apabila terdapat data, maka isilah jenis
pondasi tersebut dengan menggunakan kode dari lampiran formulir K10 (K10L), jika tidak ada data,
biarkan kolom tersebut tetap kosong. (7) Bahan Sandaran Dipertimbangkan untuk mencakup hal-hal
seperti sandaran, pagar pengaman dan tembok ujung sebuah jembatan : yang kesemuanya dimaksudkan
sebagai perlindungan kendaraan atau pejalan kaki, dan kadang-kadang juga dijadikan sebagai pelindung
untuk bagian-bagian pokok jembatan. Apabila jembatan dilengkapi dengan sandaran beton serta tembok
ujung pasangan batu, gunakan kode bahan untuk beton dan pasangan batu, misalnya TM. Bilamana
jembatan mempunyai sandaran pipa baja dan tiang beton tanpa tembok ujung pasangan batu, gunakan
kode bahan hanya untuk sandaran saja, misalnya B. Kode-kode bahan dicantumkan pada lampiran
formulir K10 (K10L). (8) Penilaian Kondisi Digunakan untuk menilai kondisi bagian-bagian jembatan
sebagai berikut : Bangunan atas Sistim lantai jembatan Sandaran (dan pagar pengaman, dll) Pondasi
(dan aliran air) Kepala jembatan dan pilar-pilar Penilaian kondisi jembatan menggunakan skala 0-5
seperti yang ditetapkan pada bagian bawah lampiran formulir K10 (K10L). 7. Bila ruangan pada formulir
K10 tidak cukup untuk mendaftar semua jembatan yang ada pada suatu ruas, gunakan halaman kedua,
beri nomor halaman pada formulir menurut urutannya. Usahakan formulir yang telah di selesaikan selalu
tersusun sesuai dengan urutan nomor ruas. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji
Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 1 5 TUGAS 1E - PEMUTAKHIRAN DATA SOSIALEKONOMI
5.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Menyusun suatu kerangka kerja mengenai informasi
penunjang sosial-ekonomi kabupaten, sebagai tambahan pada data mengenai jaringan jalan dan lalu
lintas, untuk medukung studi perencanaan jalan yang sistematis. 2. Menunjang pengembangan jaringan
jalan kabupaten yang memperhitungkan rencana dan kebutuhan pengembangan tata ruang dari kabupaten
yang bersangkutan. 3. Diperlukan lima jenis informasi, dengan susunan data atau formulir survai seperti
berikut : Data kependudukan (K11) Data pusat kegiatan (K12) Data penggunaan lahan kecamatan (K13)
Kegiatan pembangkit/penyebab timbulnya angkutan berat (K14/S6A) Rencana
pengembangan/pembangunan (S6B/6C) 4. Informasi tersebut di atas, umumnya bisa didapat dari dua
sumber utama : Statistik sosial-ekonomi yang telah diterbitkan dan tersedia di tingkat kabupaten atau
kecamatan (misalnya : data penggunaan lahan BPN, kabupaten dalam angka, monografi desa) Informasi

khusus yang diperoleh dari wawancara dengan manajemen perkebunan (mengenai sumber-sumber
pembangkit lalu lintas berat), manager pabrik, quarry, dan lain sebagainya ; atau dari instansi- instansi
pemerintah sektoral yang bertanggung jawab atas rencana khusus (seperti : kehutanan, pertanian, irigasi,
pariwisata). 5. Informasi ini diperlukan untuk memperkirakan lalu lintas potensial dan penggunaan jalan
dimasa datang, serta untuk menafsirkan data lalu lintas; termasuk menentukan pergerakan kendaraankendaraan berat yang dapat mempengaruhi disain jalan. 6. Satu copy dari peta dan dokumen pokok
Rencana Utama Tata Ruang Kabupaten (RUTR-K), harus selalu disimpan di dalam ruangan Tim
Perencana Jalan Kabupaten. Ini akan diperlukan untuk memastikan bahwa perencanaan jalan sudah
mengacu kepada tujuan perencanaan pembangunan kabupaten dalam skala yang lebih luas. 7. Tugastugas di atas harus dilaksanakan pada bulan Januari Februari setiap tahunnya. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 2 5.2 TUGAS 1E/1 - DATA
KEPENDUDUKAN (K11) 5.2.1 LINGKUP TUGAS a. Perkiraan jumlah penduduk yang dilayani oleh
ruas jalan, diperlukan untuk menaksir manfaat dari peningkatan jalan yang sekarang ini tertutup untuk
lalu lintas kendaraan roda-4 karena kondisi jalannya. b. Sebagai kerangka kerja untuk tugas ini, maka
perlu dibuat (di kantor) suatu tabulasi sebaran penduduk per desa dan per ruas jalan untuk seluruh
kabupaten dengan menggunakan formulir K11. Hal ini akan membantu di dalam menentukan ruasruas
mana yang memerlukan survai yang lebih terinci (S7). c. Sekali hal ini dikerjakan dengan benar, maka
K11 hanya memerlukan kaji ulang dan perbaikan secara berkala bila data survai S7 yang lebih terinci
telah diperoleh. Catat tanggal diperbaikinya K11 dan tanggal diselesaikannya survai S7. 5.2.2
PROSEDUR PENYELESAIAN K11 a. Siapkan peta skala besar (diutamakan berdasarkan peta topo skala
1 : 50.000, yakni copy 1 hasil tugas 1F) yang menunjukkan nama dan perkiraan batas tiap desa dalam
kabupaten serta jaringan jalan dengan nomor ruasnya. b. Dapatkan suatu daftar dari semua desa per
kecamatan yang menunjukkan perkiraan jumlah penduduk yang menetap atas dasar statistik pencatatan
terakhir; periksa apakah desa-desa baru telah dimuat pada peta dan ditandai tanpa ada satupun yang
tertinggal. c. Siapkan formulir K11 untuk setiap kecamatan (Penentuan Pendahuluan Jumlah Penduduk
menurut Ruas Jalan); tulis setiap nama desa beserta jumlah penduduknya pada kolom sebelah kiri dan
tulis nomor ruas semua jalan yang ada di dalam kecamatan yang bersangkutan di baris atas. d. Buatlah
perkiraan pendahuluan atas keterlibatan tiap desa terhadap satu atau lebih ruas jalan, berdasarkan
kenyataan di peta dan dengan menggunakan pedoman berikut ini : Tujuan utama dari tugas ini adalah
mencoba menentukan keterlibatan seluruh penduduk desa itu kepada satu ruas jalan yang diperkirakan
akan digunakan sebagai jalur pilihan ke pusat kegiatan di luar desa (pasar, dan sebagainya) atau untuk
mencapai jaringan jalan utama lainnya. Kelompok penduduk yang sama jangan ditentukan pada lebih
dari satu ruas jalan. Jangan mengabaikan satu bagianpun dari penduduk desa, meskipun bagian itu
diperkirakan telah dilayani langsung oleh ruas jalan negara atau propinsi daripada oleh ruas jalan
kabupaten itu sendiri. Penduduk yang berada di titik pangkal atau ujung yang merupakan persimpangan
ruas jalan (misalnya dalam jarak 500 meter dari titik persimpangan dengan ruas jalan yang lebih penting)
perlu dipisahkan dan dimasukkan ke dalam jangkauan pelayanan ruas jalan yang lebih penting tadi ke
bagian mana ruas jalan itu bersambung. Tandai desa-desa yang jelas terlayani sepenuhnya oleh satu ruas
jalan saja dan masukkan jumlah penduduknya pada kolom nomor ruas jalan yang dimaksud. Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 3 Bagi desa
yang dilayani oleh beberapa ruas jalan dan pembagian jumlah penduduknya meragukan, beri tanda silang
( x ) kolom ruas jalan yang sesuai, dan pada tahap ini jangan mencoba memasukkan jumlah penduduk
tersebut (dalam kasus ini ada desa-desa yang nantinya akan memerlukan studi tambahan). e. Minta pada
setiap kecamatan untuk menyediakan peta kecamatan dan sket tiap desa di kecamatan itu dengan skala

perkiraan (Formulir S7 bisa digunakan) , yang menunjukkan : nama dan lokasi tiap kampung atau
pemukiman yang terpisah di dalam wilayah desa jumlah penduduk tiap kampung (data registrasi
terakhir) lokasi dan panjang jalan desa, tipe dan kondisi permukaan jalan serta hambatan aksesnya.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 4
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 5
5.3 TUGAS 1E/2 - DATA PUSAT KEGIATAN (K12) 5.3.1 LINGKUP TUGAS a. Tujuan dari tugas ini
adalah untuk menentukan lokasi, karakteristik dan ukuran relatif dari semua pasar atau pusat kegiatan
yang berarti (cukup besar) di wilayah Kabupaten. b. Informasi ini terutama diperlukan untuk hal - hal
sebagai berikut : membantu menafsirkan data lalu lintas dengan menentukan pusat- pusat kegiatan yang
diperkirakan menjadi pusat daya tarik untuk melakukan perjalanan ; membantu dalam menentukan dan
menjelaskan variasi lalu lintas harian sehubungan dengan hari pasar; membantu dalam menentukan
tingkat lalu lintas yang potensial pada ruas jalan yang saat ini mengalami hambatan akses dikaitkan
dengan ukuran dan tipe pusat kegiatan luar yang digunakan (tugas 3D). c. Tugas ini menggunakan
formulir K12 yang akan mencatat seluruh kota pusat administrasi kecamatan dan kabupaten, serta
kota/pusat lainnya yang memiliki pasar. Untuk mengisi data khusus selanjutnya bagi setiap kota yang
tercatat tadi, mintalah bantuan staf kecamatan bila perlu mengenai : status administratif informasi pasar
fasilitas yang dinyatakan penting d. Hasil pendataan tersebut akan digunakan dalam menentukan ukuran
relatif dari pusat-pusat kegiatan itu yang dikelompokkan ke dalam lima (5) ukuran. e. Metode ini
merupakan suatu bentuk penyederhanaan dari hasil studi yang dikembangkan oleh Direktorat Jendral
Cipta Karya dan sesuai dengan petunjuk Bappenas terhadap pengertian tingkat orde kota. Penerapan
metode pengukuran dari hasil penilaian bagi pusat-pusat kegiatan berdasarkan urutan kategori itu dapat
berubah sesuai dengan kenyataan atau faktor-faktor tentang perkembangan karakteristik yang ada. f.
Sekali telah dilakukan dengan benar, K12 hanya perlu untuk dikaji ulang dan diperbaiki secara berkala,
kira-kira tiga tahun sekali. 5.3.2 KRITERIA a. Tipe Pusat Hubungan antara sistim orde kota oleh
Kimprasivil / Bappenas dan penggunaannya dalam prosedur perencanaan jalan kabupaten, dapat dilihat
pada table di bawah Kota-kota orde lebih tinggi yakni orde IV, III atau lebih tinggi, biasanya termasuk
pusat administrasi kota kabupaten dan beberapa kota kecamatan besar yaitu dengan radius pelayanan
paling sedikit 25-50 km dan jumlah penduduk 50.000 jiwa atau lebih yang memiliki fasilitas orde lebih
tinggi seperti rumah sakit. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan
Pemutakhiran Database 1E - 6 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan
Pemutakhiran Database 1E - 7 Pusat-pusat sedang dan kecil biasanya hanya memiliki fasilitas orde
sedang atau lebih rendah, seperti SMP atau Puskesmas, dengan radius pelayanan kurang dari 25 km dan
jumlah penduduk kurang dari 50 ribu jiwa. Orde Kota Radius Pelayanan Maksimum Indikator penduduk
yang dilayani (ribu) Tipe Pusat Skor Kepusatan I I I (lebih tinggi ) IV V VI - > 50 Km 25 - 50 Km 15 - 25
Km 7,5 - 15 Km < 7,5 Km > 100 50 - 100 20 - 50 5 - 20 < 5 Pusat utama/ Kota Kabupen Pusat besar
Pusat sedang Pusat kecil Pusat terkecil > 85 51 - 85 30 - 50 15 - 29 < 15 b. Tipe Pasar Pasar dapat
dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga kelompok ukuran relatif yang didasarkan pada perkiraan
volume kegiatan mingguan. Apabila data khusus tidak ada, maka petunjuk di bawah ini dapat dipakai
sebagai indikator ukuran relatif : Ukuran Relatif Status Admin. Pasar Frekuensi hari pasar Tipe Bangunan
Kegiatan penjualan eceran / fasilitas perdagangan Besar Kabupaten Setiap hari Permanen (mis : bang.
batu bata) Toko serba ada untuk bahan pokok (misalnya : Toko pakaian, toko emas perhiasan, elekronik,
studio foto). Fasilitas perdagangan untuk pedagang partai besar Sedang Kabupaten Kecamatan Berkala
Setiap hari Permanen Permanen / Semi permanen Fasilitas penjualan dengan skala terbatas, (misalnya :
bahan bangunan dan 9 bahan pokok). Fasilitas perdagangan dalam jumlah sedang sampai kecil. Kecil

Kecamatan Berkala Semi permanen / sementara (mis : bang. kayu atau bambu) Umumnya berupa toko
kecil atau toko pengecer seperti warung yang menjual kebutuhan hari-hari Tidak ada perdagangan dalam
jumlah besar. Merupakan tempat penukaran langsung antara penjual / petani dan pembali. Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 8 Pasar
"kabupaten" adalah pasar yang secara resmi dikelola oleh kabupaten (termasuk pemeliharaan fasilitasnya)
bagi pemasukan pajak (IPEDA); sedangkan pasar kecamatan belum memiliki pengaturan bagi pajak
pendapatan pasar dan kebanyakan belum memiliki fasilitas yang permanen. c. Fasilitas Ada 15 macam
fasilitas yang sudah ditentukan dan dibagi ke dalam 3 kelompok tipe yang khas sesuai dengan
kepentingannya di kabupaten, yaitu : (1) Fasilitas Biasa : Sekolah Menengah Pertama (SMP) ( kolom
8 ) Puskesmas (tidak termasuk puskesmas pembantu) ( kolom 9 ) dan/atau tempat praktek dokter
umum Pos Polisi ( kolom 10 ) Bank Desa, kantor cabang (BRI) yang melayani Kredit ( kolom 11 )
Badan Usaha Unit Desa / BUUD (bukan KUD) ( kolom 12 ) (2) Fasilitas Madya : Sekolah Menengah
Atas (SMA) ( kolom 14 ) Apotik ( kolom 15 ) Kantor Pos ( kolom 16 ) Terminal Bis (atau stasiun
Kereta Api) ( kolom 17 ) Bioskop permanen ( kolom 18 ) (3) Fasilitas Utama : Perguruan Tinggi :
Politeknik, Akademi, Universitas ( kolom 20 ) Rumah Sakit ( kolom 21 ) Kantor Telepon/Telegram
( kolom 22 ) Hotel dengan Restoran ( kolom 23 ) Stadion/Gedung Olah Raga ( kolom 24 ) 5.3.3
PROSEDUR PENYELESAIAN K12 a. Catat pada formulir K12, setiap kota dalam wilayah kabupaten
yang berstatus administrasi setingkat kecamatan atau yang lebih tinggi dan juga pusat lainnya yang
mempunyai pasar termasuk pasar kecil yang tidak dikelola oleh kabupaten. b. Tunjukkan status
administrasi dari setiap pusat kegiatan pada kolom 2 di formulir K12, dengan menggunakan petunjuk
angka berikut ini : Kabupaten (lokasi dan kantor kabupaten) = 20 Kecamatan (lokasi dan kantor camat)
= 10 Desa (lokasi dari kantor desa) = 0 Tidak ada status administrasinya = 0 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 9 c. Untuk setiap pasar,
tunjukkan : Status administrasi pasar (kolom 3) = KAB (Kabupaten) atau KEC (Kecamatan) Tipe
konstruksi bangunan pasar (kolom 4) = P (Permanen) SP (Semi Permanen) S (Sementara) Jika berupa
pasar khusus (kolom 5) , tunjukkan tipe komoditi perdagangannya, misalnya IK ( ikan ), HE
( hewan/ternak ), SA (sayuran), sedangkan tipe lain- lainnya ditetapkan sebagai UM ( pasar umum )
Tunjukkan hari-hari pasar setiap minggunya (kolom 6) dengan memberi tanda silang ('X'); dan tunjukkan
hari pasar mana yang terpenting pada rangkaian kegiatan itu dengan melingkari tanda silang tadi.
Tentukan ukuran relatif pasar (kolom 7) dengan mempergunakan informasi dan kriteria di atas serta
pengetahuan umum dari kabupaten; berilah kode seperti berikut: besar : 30 sedang : 20 kecil : 10 d.
Untuk setiap tipe fasilitas dalam kolom 8-12; 14-18 dan 20-24, isilah dengan angka 1 bila fasilitas ada
atau 0 bila tidak ada. Untuk pusat sedang/kecil, fasilitasnya harus berada di dalam radius 2 km dari titik
pusatnya (misalnya pasar); untuk pusat utama/besar, fasilitasnya harus terletak dalam radius 5 km. e.
Hitunglah jumlah angka dengan cara `pembobotan' sebagai berikut : kolom 13 : jumlah angka dari kolom
8-12 saja kolom 19 : jumlah angka dari kolom 14-18 dikalikan dengan 3 kolom 25 : jumlah angka dari
kolom 20-24 dikalikan dengan 6 Pembobotan di atas dimaksudkan untuk dapat mencerminkan ukuran
relatif dari tipe fasilitas yang ada di setiap kabupaten. f. Skor pada kolom 26 merupakan jumlah angka
(dengan bobot) yang terdapat pada kolom (2), (7), (13), (19), (25) untuk mendapatkan skor total
keterpusatan pada kolom (26), lalu tentukan tipe pusat kegiatan itu dengan memakai kisaran skor dalam
kolom (27) sebagai berikut : Pusat kabupaten/utama : > 85 Pusat besar : 51 - 85 Pusat sedang : 30 - 50
Pusat kecil : 15 - 29 Pusat terkecil : < 15 g. Tandai pada peta topo copy-1 dan peta jaringan jalan 2, semua
pusat kegiatan yang telah ditentukan sesuai dengan tanda indikatornya. (lihat tugas 1F). Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 10 5.4 TUGAS

1E/3 - DATA KECAMATAN (K13) 5.4.1 RUANG LINGKUP, TUJUAN DAN PROSEDUR
PENYELESAIAN K13 a. Diperlukan suatu rangkuman data sosial-ekonomi per kecamatan untuk
menyusun program-program tahunan, dalam hubungannya dengan pengembangan kabupaten yang lebih
luas. b. Formulir K13 digunakan untuk mencatat informasi mengenai jumlah desa, jumlah penduduk,
jumlah kepala keluarga (KK), luas wilayah, penggunaan lahan dan hasil utama daerah besar atau
kegiatan-kegiatan lokal yang besar per kecamatan. c. Gunakan sumber data kependudukan yang sama
seperti untuk tugas 1E/1 (K.11). d. Data penggunaan lahan bisa didapatkan dari BPN. e. Periksa bahwa
jumlah kolom dan pada barisnya benar. f. Sekali formulir K13 dilengkapi dengan benar, maka kaji ulang
dan perbaikan hanya diperlukan secara berkala, kira-kira setiap tiga tahun sekali. 5.5 TUGAS 1E/4 KEGIATAN PEMBANGKIT LALU LINTAS BERAT DAN RENCANA PENGEMBANGAN
SEKTORAL 5.5.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN a. Diperlukan informasi mengenai sumberutama
yang ada atau potensial dalam hal lalu lintas angkutan berat yang mempengaruhi ruas jalan di kabupaten.
b. Perhitungan lalu lintas saja, kemungkinan tidak dapat memberikan informasi yang memadai tentang
karakteristik lalu lintas angkutan berat tadi. c. Adalah penting sekali untuk mengetahui lebih banyak
tentang lalu lintas truk sedang dan berat, yang dapat mempengaruhi pemilihan disain teknis jalan (lihat
tugas 4B); dan tentang kecenderungan dari pertumbuhan lalu lintas angkutan berat yang mungkin berbeda
dengan pertumbuhan lalu lintas secara umum di kabupaten. 5.5.2 PROSEDUR PENYELESAIAN K14
DAN S6A a. Informasi kegiatan pembangkit lalu lintas angkutan berat harus dikumpulkan dalam dua
tahap sebagaimana berikut : penyusunan daftar ruas jalan yang melayani semua sumber penyebab
meningkatnya lalu lintas angkutan berat di kabupaten (K14) survai khusus mengenai kegiatan penyebab
meningkatnya lalu lintas (S6A) b. Sebelum survai S2 tetapi setelah survai penjajagan (tugas 2A)
dilaksanakan, mulailah mempersiapkan daftar kegiatan utama yang menjadi penyebab meningkatnya lalu
lintas angkutan berat, dengan menggunakan formulir K14. c. Daftar ini harus diperluas dan
dimutakhirkan sesuai dengan informasi baru yang tersedia. Jika ruas jalan kelihatannya digunakan oleh
lalu lintasnya terbangkit oleh kegiatan-kegiatan tersebut, maka pertama-tama, informasi studi harus
diperoleh langsung dengan mewawancarai pihak pengelola kegiatan dengan menggunakan formulir S6A.
d. Survai ini dilaksanakan oleh transport planner pada waktu yang telah ditentukan bersama-sama dengan
survai lainnya (tugas kelompok 2). Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang
dan Pemutakhiran Database 1E - 11 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang
dan Pemutakhiran Database 1E - 12 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang
dan Pemutakhiran Database 1E - 13 e. Beberapa informasi yang diperlukan mungkin bisa diperoleh dari
instansi pemerintah di kabupaten. Sumber-sumber lalu-lintas yang layak untuk disurvai dengan S6A,
adalah : Sumber bahan galian/material (kantor setempat, DPU/BM/PW Kab) Perkebunan (kantor
perkebunan) Kehutanan dan industri kayu (kantor setempat) Rencana pengairan (Kantor pemerintah :
DPU/BM/PW Kab) Rencana pengembangan pertanian (kantor pemerintah : Bappeda) Rencana/Program
transmigrasi (kantor SKP, kantor pemerintah setempat) Kegiatan pembuatan bata merah, genteng dan
lain-lain (kantor setempat) Pabrik-pabrik (kantor pabrik) Pelabuhan/dermaga (kantor) f. Masukkan
rencana dan proyek pengembangan yang sedang dikerjakan atau yang sudah diangggarkan. Usaha swasta
di dalam wilayah perkotaan sebaiknya tidak perlu dicatat kecuali kalau membangkitkan lalu lintas yang
cukup berarti pada jalan kabupaten (dibandingkan dengan jalan negara atau propinsi) g. Survai ini
dimaksudkan untuk mengetahui informasi berikut: jumlah lalu lintas truk per hari ke / dari lokasi
kegiatan berdasarkan tipe truk dan beban muatan rata-rata. variasi lalu lintas yang terjadi sesuai dengan
kondisi iklim atau musim kecenderungan volume lalu lintas dimasa datang h. Formulir S6A tidak
dimaksudkan untuk memberikan daftar pertanyaan yang mendalam; beberapa tambahan pertanyaan

mungkin dibutuhkan. i. Secara khusus, penting untuk memeriksa ulang bahwa perkiraan volume per hari
atau per minggu sesuai dengan perkiraan jumlah perjalanan dikalikan dengan ratarata muatan per truk.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 14
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 15
5.6 PENYELESAIAN S6B (RENCANA/POLA TRANSMIGRASI DAN PIR/NES) 5.6.1 RUANG
LINGKUP DAN TUJUAN a. Formulir S6B digunakan untuk memperoleh informasi lebih rinci tentang
keadaan proyek transmigrasi dan perkebunan (PIR/NES) yang lalu-lintas kendaraannya beroperasi (akan)
di ruas -ruas jalan yang sedang dilakukan studi perencanaannya b. Informasi yang diperoleh merupakan
tambahan terhadap informasi tentang lalu lintas angkutan berat yang tercatat pada formulir S6A. 5.6.2
PROSEDUR Informasi yang dikumpulkan dengan formulir S6B ini mencakup hal-hal berikut : a. Nama
kecamatan dimana proyek berada dan nama desa / kampung utama terdekat. b. Nama Proyek, PTP
(berapa?) dan nama perusahaan (PT atau lainnya) bila ada c. Tipe proyek : misalnya PIR/NES;
perkebunan besar (swasta atau BUMN); SKP/WPP Transmigrasi d. Jenis tanaman pohon untuk ekspor
yang telah ditanam atau yang direncanakan, catat data tiap jenis tanaman kalau lebih dari satu macam e.
Data terbaru dari total luas areal yang sudah ditanami per jenis tanaman (hektar) f. Rencana atau proyeksi
total luas areal yang akan ditanami dalam 5 tahun ini per jenis tanaman (sebut tahun rencananya). g.
Produktivitas yang ada : data terakhir dari produksi rata-rata (ton / hektar) yang ada sekarang, sebut jenis
produksinya (mis : kelapa segar, minyak kelapa, dsb) h. Rencana atau proyeksi produktivitas : rata-rata
produksi ton per hektar yang diharapkan dalam 5 tahun ini (sebut tahunnya) ; jelaskan jenis produksinya.
i. Total produksi dalam ton yang ada sekarang ; yaitu data no. (5) x (7) j. Total produksi dalam ton yang
diharapkan ; yaitu data no. (6) x (8) k. Bila produksi tanaman perlu diolah terlebih sebelum dipasarkan,
tanyakan dimana lokasi pengolahannya (tandai pada peta) l. Tanyakan juga rencana pembangunan tempat
pengolahan dalam 5 tahun (jika ada) m. Nama lokasi pelabuhan utama dari tanaman yang akan diekspor
atau tempat utama untuk penampungan pertama. n. Perkirakan panjang jalan penghubung (km) yang
berkondisi baik/sedang yang hanya perlu pemeliharaan dan kondisi rusak/rusak berat untuk perbaikan
atau rehabilitasi; catat total panjang jembatan yang perlu dibangun, diganti atau diperbaiki; kelompokkan
jalan penghubung tadi ke dalam pengertian di bawah ini : penghubung langsung ke pusat proyek atau
disebut Jalan Penghubung penghubung tak langsung, biasanya jalan kabupaten yang menghubungkan
`Jalan Penghubung' ke jaringan jalan utama penghubung lokal terpenting atau `Jalan Poros/Utama' yang
menghubungkan lokasi di dalam proyek itu sendiri, seperti ke Satuan Pemukiman (SP) atau Kampung
Utama (pada proyek PIR/NES disebut `Jalan Produksi' ) Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 :
Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 16 penghubung lokal yang kurang penting atau
`Jalan Poros' sekunder, di lokasi perkebunan proyek PIR/NES disebut `Jalan Kolektor' yaitu yang
menghubungkan langsung ke daerah penanaman. SEKTOR TRANSMIGRASI Berapa jumlah keluarga
(KK dan Jiwa) yang sudah ada dan akan ditempatkan di proyek dalam 5 tahun ini. Kapan proyek
transmigrasi secara fisik siap, yakni kapan transmigran pertama datang ? (sebut bulan dan tahunnya).
Kapan proyek ini wewenangnya diserahkan ke kabupaten ? (sebut bulan dan tahunnya). SEKTOR PIR
Berapa jumlah keluarga (atau jumlah buruh) yang bekerja di perkebunan yang diharapkan terlibat dalam
proyek PIR pada saat seluruhnya selesai. Apabila areal perkebunan yang tersedia masih belum ditanami,
kapan areal tersebut akan mulai ditanami ? Apakah dana untuk penanaman tersebut sudah tersedia ?
Apakah proyek tersebut pernah distudi secara teknis dan ekonomis ? PETA Sediakan peta yang
menunjukkan areal proyek dan batas-batasnya, lokasi dan nomor ruas jalan masuknya, lokasi pabriknya,
kantor utamanya dan lain-lain. SEMUA SEKTOR Penjelasan tentang ruas jalan yang mempunyai
prioritas tertinggi di proyek untuk perbaikan, catat nama dan panjang ruas bila memungkinkan. Kalau

belum ada jalan penghubung, maka perlu penjelasan mengenai pilihan alat transportasi yang memadai,
seperti angkutan sungai, laut dan sebagainya. Penjelasan atas masalah-masalah selain dari jalan
penghubung yang berpengaruh terhadap proyek secara khusus, seperti : kondisi lahan, drainase,
pengadaan air, faktor adat, dana terbatas, dan seterusnya. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 :
Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 17 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 :
Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 18 5.7 PENYELESAIAN S6C (KEGIATAN
SEKTOR PARIWISATA) 5.7.1 TUJUAN DAN LINGKUP TUGAS a. Formulir S6C harus digunakan
untuk mendapatkan latar belakang informasi mengenai proyek-proyek jalan yang digolongkan melayani
atraksi/obyek wisata yang sudah ada atau yang diusulkan. b. Beberapa dari informasi ini bisa didapat
secara langsung di lokasi obyek wisata, namun sebagian besar hanya bisa didapat dari instansi yang
terlibat langsung dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata di tingkat kabupaten, propinsi atau
pusat. 5.7.2 PROSEDUR a. Gunakan formulir S6C sebagai daftar periksa didalam melakukan wawancara
dengan responden yang berkompeten di kantor obyek wisata atau di instansi pariwisata yang berwenang.
b. Satukan data dan peta yang didapat bersama-sama dengan formulir S6C yang telah diisi, lalu gunakan
informasi ini sewaktu melakukan kajian perencanaan terhadap ruas jalan yang terkait . Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 19 Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1F - 1 6 TUGAS 1F
- PEMUTAKHIRAN PETA FORMULIR : PETA DASAR JARINGAN JALAN DAN PETA TOPO 6.1
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Penggunaan peta-peta yang kualitasnya baik sangat penting untuk
suatu perencanaan jalan yang baik. Prosedur yang ada sekarang mempunyai tiga tujuan utama dalam
pemetaan : a. Memperbaiki dan memutakhirkan peta-peta jaringan jalan yang ada b. Memberikan
informasi yang mutakhir mengenai jaringan jalan c. Meningkatkan kualitas, penyajian dan ketepatan dan
peta jaringan jalan 2. Tujuan (a) dan (b) adalah tugas-tugas tahunan yang berulang, sedangkan, tujuan (c)
adalah sasaran jangka panjang. 3. Sebagian besar kabupaten saat ini mempunyai peta dasar jaringan jalan
ukuran A1 atau A0 yang biasanya berskala antara 1 : 100.000 dan 1 : 250.000. Peta-peta ini dibuat dalam
bentuk lembaran kalkir yang dapat diperbaiki dan diperbanyak dengan mudah. Versi yang telah diperkecil
menjadi format A3 juga dibuat untuk kemudahan pemakaian. Akurasi dari sebagian besar peta-peta ini
yang telah ditingkatkan dengan cara menyesuaikannya dengan peta topo, namun ketepatan untuk hal-hal
lainnya masih relatif rendah. 4. Dalam jangka panjang peta jalan hasil olahan komputer dengan Sistem
Informasi Geografi (Geographical Information Systems - GIS) akan disiapkan. Informasi gambar tersebut
dapat dihubungkan kepada database jaringan jalan (K1), melalui suatu proses `digitasi peta' yang akan
dilaksanakan oleh tingkat pusat. Peta jaringan jalan kabupaten yang sudah ada sekarang akan menjadi
masukkan pokok dalam proses ini, karena itu sangatlah penting untuk dijaga agar selalu mutakhir dan
akurat. 6.2 TUGAS 1F/1 - PERBAIKAN DAN PEMUTAKHIRAN PETA DASAR JARINGAN JALAN
6.2.1 LINGKUP TUGAS & PROSEDUR a. Yang paling diperlukan dari peta dasar jaringan jalan
kabupaten adalah bahwa nama dan nomor ruasnya benar dan sama dengan yang tercantum pada daftar
K1. Alinyemen horizontal dari ruas-ruas jalannya harus kurang lebih benar dan bersimpangan secara
benar dengan ruas lainnya. Namun demikian untuk banyak keperluan perencanaan, suatu pendekatan
`Peta Skets' dapat diterima sampai peta yang lebih baik dan lebih sempurna dapat disiapkan. b. Peta dasar
harus diperiksa dan diperbaharui setiap tahunnya pada bulan Januari, pada waktu yang sama dengan
pelaksanaan kaji ulang dan perbaikan pada K1, yang terutama didasarkan atas bukti hasil survai S1 dan
S2. Koreksi harus dilaksanakan pada `kalkirnya'. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1
- Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1F - 2 c. Tidak perlu melakukan penggambaran ulang seluruh
peta, cukup hanya membuat koreksi dan perbaikan. Adapun yang perlu diperiksa adalah sebagai berikut :

Nama dan nomor ruas yang hilang Ketidak-konsistenan, ketidak-benaran atau perbaikan nama dan
nomor ruas Nama dan nomor ruas yang tidak terbaca P
impangan jalan yang salah Skala dan arah kompas yang tidak ada Penambahan ruas
yang sebelumnya tidak ada pada peta dan K1 Penambahan tanggal dilakukannya perbaikan d. Bila di
lapangan ditemukan bahwa peta dasarnya ternyata sama sekali tidak cocok / salah, maka harus diberi
keterangan mengenai hal tersebut pada peta toponya. 6.3 TUGAS 1F/2 - PETA ACUAN DATA
JARINGAN JALAN 6.3.1 LINGKUP TUGAS DAN PROSEDUR a. Peta dasar jaringan jalan harus
dicopy, baik dalam ukuran A3 maupun dalam ukuran A1, untuk digunakan didalam pemberian kode
warna pada jalan-jalan yang menunjukkan aspek-aspek karakteristik jaringan jalan. b. Ada tiga (3) jenis
peta harus disiapkan dan diperbaiki secara berkala, yaitu : Peta 1 : Peta Kondisi Jalan (diperbaiki setiap
tahun bersama K1) Peta 2 : Peta Jaringan Jalan Strategis (diperbaiki 3 tahun sekali bersama K2) Peta 3 :
Peta Program Tahunan (diperbaiki setiap tahun bersama P3). c. Lima copy dari setiap peta tersebut di atas
harus disiapkan. d. Tambahkan batas wilayah perencanaan yang membagi jaringan jalan dalam tiga
wilayah yang kira-kira sama untuk menunjukkan pemusatan kegiatan survai (S2) tahunan. e. Tambahkan
pula tempat-tempat (pos) penghitungan lalu lintas. f. Beri kode pada Peta 1 sebagai berikut : (lihat juga
tugas 1A/2). Jalan Toll, Nasional dan Propinsi : merah _________ Jalan Kabupaten - Aspal Baik /
Sedang : biru _________ - Aspal Rusak / Rusak Berat : biru _ _ _ _ _ _ - Kerikil / Batu Baik / Sedang :
hijau _________ - Kerikil /Batu Rusak / Rusak Berat : hijau _ _ _ _ _ _ Jalan Tanah - Terbuka untuk
Kendaraan Roda-4 : kuning _________ - Tertutup untuk Kendaraan Roda-4 : kuning _ _ _ _ _ _
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1F - 3
Kota Kabupaten : Letak Pos PLL : Kota Kecamatan : Wilayah Perencanaan : Pasar Utama : Daerah
Perkebunan : Batas Kota : Proyek Transmigrasi : g. Beri kode pewarnaan pada Peta 2 sebagai berikut
(lihat juga tugas 1A/3) : Jalan Toll, Nasional dan Propinsi ( A ) : merah Jalan Kabupaten Penghubung
Kota Kecamatan ( B ) : biru Antar Kabupaten ( C ) : hijau Pilihan ( D ) : kuning h. Beri kode pewarnaan
pada Peta 3 sebagai berikut (lihat juga tugas 5E) : Diusulkan untuk Pekerjaan Pemeliharaan : biru Layak
untuk Pekerjaan Berat Hasil studi tahun berjalan : merah Luncuran : hijau Belum Layak untuk
Pekerjaan Berat : kuning 6.4 TUGAS 1F/3 - PENYEMPURNAAN PETA DASAR 6.4.1 LINGKUP
TUGAS a. Tujuan utama dari kegiatan perencanaan ini adalah untuk memperbaiki peta dasar jaringan
jalan yang ada di kabupaten. Dengan kata lain bahwa peta kabupaten itu harus diperbaiki berdasarkan
peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000 (bila memungkinkan). b. Untuk beberapa wilayah mungkin
terpaksa menggunakan peta topo dengan skala yang lebih kecil atau peta tata-guna tanah BPN, bila peta
topo yang berskala 1 : 50.000 tidak didapatkan. Sekalipun banyak peta topo sudah kadaluwarsa, namun
biasanya masih dapat dipergunakan untuk penentuan suatu lokasi secara tepat dari keadaan fisiknya;
seperti sungai besar, pemukiman luas, dan paling tidak sebagian dari jaringan jalannya masih sama. c.
Perbaikan dan penambahan data dapat dilakukan waktu survai lapangan dan hasilnya segera digambar
ulang pada skala yang diperkecil melalui fotocopy (biasanya dengan skala 1:100.000). d. Tugas untuk
menyempurnakan peta ini tidak mungkin dikerjakan bagi seluruh wilayah kabupaten sekaligus, tetapi
memerlukan waktu beberapa tahun. Untuk sementara, bagaimanapun juga peta sket jaringan jalan yang
lebih umum dan mencakup seluruh kabupaten akan terus diperlukan. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1F - 4 6.4.2 PROSEDUR a.
Untuk keperluan kegiatan perencanaan jalan di kabupaten dibutuhkan satu set peta topografi skala
1:50.000 yang mencakup wilayah kabupaten tersebut. b. Siapkan lima buah fotocopy dari peta topo asli
dan gabung menjadi mosaik yang mencakup setiap wilayah survai. Untuk wilayah yang luas, guna
memudahkan pekerjaan di lapangan, maka dianjurkan untuk memperkecil `copy' peta topo tadi menjadi

skala 1 : 100.000 dengan cara `fotocopy perkecil'. c. Lima buah copy peta topo tersebut akan digunakan
untuk hal-hal berikut ini : Copy-1. Penentuan batas desa, pemukiman dan pusat kegiatan (tugas 1E/1 dan
1E/2) Copy-2. Copy lapangan untuk survai penjajagan (tugas 2 A , juga untuk di pos penghitungan lalu
lintas) Copy-3. Copy lapangan untuk survai penyaringan ruas jalan (tugas 2 B dan 2 F) Copy-4. Copy
biasa untuk arsip di kabupaten Copy-5. Copy biasa untuk dikirim ke Propinsi / Pusat sebagai
dokumentasi. d. Setiap tahun setelah pelaksanaan survai, copy-5 peta topo dari wilayah survai yang sudah
diperbaiki datanya, harus dikirim ke propinsi / pusat untuk keperluan dokumentasi. Nantinya, setelah peta
dari setiap wilayah survai selesai diperbaiki untuk seluruh kabupaten, maka dimungkinkan untuk
membuat peta yang baru untuk seluruh jaringan jalan di kabupaten dalam berbagai ukuran skala. e. Dalam
pemberian tanda pada setiap copy Peta Topo tersebut, gunakan standar pewarnaan dan kode-kode berikut
ini : Jalan Toll, Nasional dan Propinsi : merah Jalan Kabupaten : merah Jalan Desa / lainnya (terbuka
untuk kendaraan roda-4) : hijau Jalan setapak (tertutup untuk kendaraan roda-4) : kuning Persimpangan
Pusat Pemukiman Nomor Ruas Tempat Pos PLL : : : : 14 X Sungai Jembatan besar (>20m)
Penyeberangan sungai : : : biru Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan
Pemutakhiran Database 1G - 1 7 TUGAS 1G - DOKUMENTASI STUDI FORMULIR : ARSIP DATA,
LAPORAN DOKUMENTASI TAHUNAN, IKHTISAR PROGRAM TAHUNAN 7.1 RUANG
LINGKUP DAN TUJUAN 1. Dokumentasi data perencanaan memerlukan suatu sistematika dan
standarisasi, dengan beberapa tujuan sebagai berikut : Memberi kemudahan dalam mendapatkan bahan
referensi pokok mengenai jalan di kabupaten Membantu pemantauan dan penelitian ulang dari data
perencanaan jalan kabupaten di tingkat propinsi dan/atau tingkat pusat. Membentuk suatu `data base',
yang diawali dari tingkat pusat. Memberikan dasar pembuatan laporan ke pemerintah tingkat pusat dan
badanbadan donor dari luar. 2. Selain dari kebutuhan pengarsipan yang sistematis terhadap seluruh
formulir dan peta yang telah dilengkapi dan diperbaiki, maka kebutuhan utama lainnya dari kabupaten
adalah dua macam laporan tahunan berikut ini : Laporan dokumentasi tahunan Ikhtisar program tahunan
7.2 PROSEDUR 1. Semua formulir asli yang telah dilengkapi untuk kerangka studi, hasil dokumentasi
survai, analisa, serta penyaringan proyek dan program (yakni formulir seri K,S, A dan P), harus
diarsipkan dalam `map-odner' atau map-kantong dan disimpan di kantor. 2. Untuk memudahkan
pekerjaan perencanaan jalan kabupaten selanjutnya, maka disarankan untuk mengelompokkan data &
peta, dengan cara sebagai berikut : Formulir seri S harus disimpan rapi berdasarkan ruas jalannya.
Formulir seri K, A dan P disimpan bersama-sama berdasarkan tahun programnya. Peta asli harus
dikumpulkan dan disimpan bersama-sama untuk memudahkan pencariannya , yaitu meliputi : Peta
Kondisi Jalan (Peta 1) Peta Jaringan Jalan Strategis (Peta 2) Copy peta topo 1-4 Peta Program Tahunan
(Peta 3) Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran
Database 1G - 2 3. Ikhtisar Program Tahunan disiapkan sebanyak 10 copy , yang terdiri atas : P1 - Daftar
Program Pekerjaan Pemeliharaan P2 - Daftar Panjang Program Pekerjaan Berat P3 - Daftar Pendek
Program Pekerjaan Berat P4 - Daftar Program Pekerjaan Penyangga Peta 3 - Peta Program Tahunan 4.
Laporan Dokumentasi Tahunan disiapkan sebanyak 5 copy , yang terdiri atas : A1-A3 - Lembar Data
Proyek untuk semua proyek yang telah disurvai. P1-P5 - Formulir Program / Penyaringan Proyek K1K14 - Formulir Kerangka Kerja / Lembar Dokumentasi Sumber Data Peta-1 - Peta Kondisi Jalan Peta-2
- Peta Jaringan Jalan Strategis Peta-3 - Peta Program Tahunan 5. Copy dari ikhtisar dan laporan tadi
harus dikirimkan masing-masing kepada : Instansi Ikhtisar Program Tahunan Laporan Dokumentasi
Tahunan Instansi Tingkat Kabupaten Instansi Tingkat Propinsi Bangda (Jakarta) Dit.Jen. PPW (Jakarta)
PMUC (kalau ada) Pembimbing Perencana Lapangan ( Propinsi / Konsultan - jika ada) 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1
1 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai DAFTAR ISI Halaman 1. TUGAS 2

A- SURVAI PENJAJAGAN KONDISIS JALAN ............................ 2A-1 1.1


Tujuan ................................................................................................................... 2A-1 1.2 Lingkup
Tugas ...................................................................................................... 2A-1 1.3 Organisasi Dan Persiapan
..................................................................................... 2A-3 2. TUGAS 2B SURVAI PENYARINGAN
RUAS JALAN ................................. 2B-1 2.1
Tujuan ................................................................................................................... 2B-1 2.2 Lingkup
Tugas ...................................................................................................... 2B-1 2.3 Organisasi Dan Persiapan
..................................................................................... 2B-1 2.4 Prosedur Di
Lapangan ........................................................................................... 2B-4 3. TUGAS 2C SURVAI
KECEPATAN ............................................................... 2C-1 3.1 Ruang Lingkup Dan
Tujuan ................................................................................. 2C-1 3.2 Organisasi Dan
Persiapan ..................................................................................... 2C-1 3.3
Prosedur ................................................................................................................. 2C-1 4. TUGAS 2D
SURVAI LALU LINTAS .............................................................. 2D-1 4.1 Ruang Lingkup Dan
Tujuan .................................................................................. 2D-1 4.2 Organisasi Dan
Persiapan ...................................................................................... 2D-1 4.3
Prosedur ................................................................................................................. 2D-2 5. TUGAS 2E
SURVAI KEPENDUDUKAN ....................................................... 2E-1 5.1 Ruang Lingkup Dan
Tujuan .................................................................................. 2E-1 5.2
Prosedur ................................................................................................................. 2E-1 6. TUGAS 2F
SURVAI HAMBATAN LALU LINTAS ....................................... 2F-1 6.1 Ruang Lingkup Dan
Tujuan .................................................................................. 2F-1 6.2
Prosedur ................................................................................................................. 2F-1 Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai TUGAS 2 : SURVAI WAKTU : MARET MEI ( 2B, 2C,
2D, 2E, 2F ) SEPTEMBER - OKTOBER ( 2A ) TUGAS TUJUAN/PROSEDUR FORMULIR 2A
SURVAI PENJAJAGAN KONDISI JALAN Dilaksanakan pada 'seluruh jaringan jalan yang mantap'
(kondisi baik/sedang) setiap tahunnya untuk ; memutakhirkan data inventarisasi-kondisi jalan membantu
proses penyaringan dalam program pemeliharaan S1, S3 2B SURVAI PENYARINGAN RUAS JALAN
Dilaksanakan pada 'sepertiga bagian jaringan jalan yang tidak mantap' (kondisi rusak / rusak berat) setiap
tahunnya untuk ; memutakhirkan data inventarisasi-kondisi jalan mengumpulkan informasi mengenai
kondisi jalan dengan foto, sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam penaksiran biaya peningkatan
jalan dan penilaian manfaat, untuk keperluan penyaringan program S2, S3 2C SURVAI KECEPATAN
Dilaksanakan pada semua ruas yang terbuka untuk kendaraan roda-4 dan telah dilakukan survai S2, untuk
membantu penilaian kondisi permukaan jalan. S4 2D SURVAI LALU LINTAS Dilaksanakan pada ruasruas jalan yang terbuka untuk kendaraan roda-4 (TB, TMH) dan telah di -survai S2, untuk mendapatkan
data lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang akan digunakan dalam ; memperkirakan nilai manfaat dari
peningkatan jalan menentukan standar disain jalan yang sesuai S5-A/B/C 2E SURVAI
KEPENDUDUKAN Dilaksanakan pada ruas-ruas jalan yang tidak terbuka (tertutup) untuk kendaraan
roda-4 (TMH, TST) dan telah disurvai S2, untuk mendapatkan data penyebaran jumlah penduduk yang
akan digunakan dalam ; memperkirakan potensi jumlah penduduk yang akan menggunakan jalan, jika
jalan ditingkatkan S7, K11 2F SURVAI HAMBATAN LALU LINTAS Dilaksanakan pada ruas-ruas jalan
yang tidak terbuka (tertutup) untuk kendaraan roda-4 (TMH, TST) dan telah disurvai S2, untuk
mendapatkan data mengenai jenis, lokasi dan lama hambatan yang mempengaruhi akses jalan yang
bersangkutan.S7 digunakan untuk ; memperkirakan nilai manfaat yang timbul dari peningkatan suatu

jalan Menentukan standar desain jalan yang sesuai S8 KAJI ULANG DAN PEMUTAKHIRAN
DATABASE 1 SURVAI PENJAJAGAN KONDISI JALAN 2A SURVAI PENYARINGAN RUAS
JALAN 2B SURVAI KECEPATAN 2C SURVAI LALU LINTAS 2D SURVAI KEPENDUDUKAN 2E
SURVAI HAMBATAN LALU LINTAS 2F ANALISA 3 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 :
Tugas 2 - Survai 2A - 1 1 TUGAS 2A - SURVAI PENJAJAGAN KONDISI JALAN FORMULIR : S1
DAN P1 1.1 TUJUAN : 1. Memutakhirkan daftar K1 dan peta. 2. Memeriksa daftar P1 dan melakukan
penyaringan program pemeliharaan (sekaligus melaksanakan survai persiapan pemeliharaan di lapangan).
3. Menunjang rencana survai-survai selanjutnya. 1.2 LINGKUP TUGAS : 1. Survai penjajagan kondisi
jalan (S1) dilakukan setiap tahun pada seluruh jaringan jalan kabupaten yang berkondisi baik dan sedang.
2. Waktu yang disarankan untuk melaksanakan survai S1 adalah bulan September - Oktober, karena :
Bagi ruas jalan yang pekerjaan pemeliharaan atau peningkatannya sedang berlangsung, maka sudah dapat
diperkirakan jenis pekerjaan yang diperlukan pada tahun berikutnya. Survai lapangan termasuk survai
terinci untuk pemeliharaan periodik dapat diselesaikan pada waktu mempersiapkan perkiraan biaya
sebelum RAKON bulan Desember. Bagian jalan yang kondisinya rusak bisa diketahui dan dimasukkan
ke dalam survai perencanaan berikutnya. 3. Pemahaman isi formulir S1 : Kolom-kolom di bagian kiri
digunakan untuk mencatat waktu, pal km dari halhal yang perlu dicatat disertai dengan tipe, kondisi dan
lebar perkerasan jalan. Juga kolom untuk mencatat nomor foto jika dilakukan pemotretan pada hal-hal
yang dianggap perlu. Kolom-kolom di bagian kanan digunakan untuk mencatat rincian karakteristik
kondisi jalan dan jembatan, serta penilaian terhadap kerusakan permukaan dan bahu jalan yang
diperlukan untuk penyaringan program pemeliharaan. Bagian tengah formulir digunakan untuk mencatat
informasi geografis seperti lokasi-lokasi pemukiman, bangunan umum, pasar, simpang jalan, alinyemen
jalan dan catatan mengenai kebutuhan suatu pekerjaan jalan yang mendesak, serta catatan tingkat lalulintas dan rencana lokasi pos penghitungan lalu-lintas yang sesuai (jika diperlukan). Terdapat juga kotak
isian di bagian bawah formulir untuk digunakan dalam penilaian pemeliharaan secara umum.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 2 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 3 1.3 ORGANISASI DAN PERSIAPAN 1.3.1
PENGORGANISASIAN TIM a. Agar pengaturan jadwal survai lebih efisien, diperlukan koordinasi
antara Transport Planner dan staf DPU/BM Kab. yang bertanggung jawab terhadap pengawasan dan
pemeriksaan pekerjaan pemeliharaan yang sedang berlangsung. b. Transport Planner harus menyiapkan
peta dengan kode warna yang mencakup semua ruas yang ada di P1 (lihat tugas 1F/2), untuk ruas-ruas
yang pekerjaan pemeliharaannya masih berlangsung harus diberi kode warna yang berbeda. c. Staf
DPU/BM Kab. tadi harus menyiapkan jadwal survai lapangan ke ruas-ruas yang pekerjaan
pemeliharaannya masih berlangsung dalam periode SeptemberOktober. d. Kemudian peta dan jadwal tadi
didiskusikan untuk menetapkan jadwal survai S1 dengan target kira-kira 30 - 50 km per hari. Jadwal
survai ini harus mencakup ruas-ruas yang tidak terdaftar di P1 namun diketahui berkondisi baik/sedang
(beri tanda yang jelas pada peta dan jadwal). e. Pada waktu jadwal survai S1 ditentukan, organisasi Tim
diharapkan terdiri dari Transport Planner, Maintenance Engineer dan Sopir (yang harus bisa bekerja sama
didalam kendaraan yang odometernya bekerja baik) 1.3.2 PERLENGKAPAN YANG DIPERLUKAN DI
LAPANGAN. a. Formulir S1 kosong secukupnya, sesuaikan dengan target survai 30 - 50 km per hari
(satu lembar untuk setiap dua km - odometer) b. Satu formulir S3 kosong untuk setiap kendaraan per 5
hari survai c. Papan penjepit untuk menulis d. Alat tulis cadangan e. Daftar K1 f. Daftar P1 (format yang
telah dikaji ulang - lihat tugas 5B) g. Peta dasar jaringan jalan (Peta 1) h. Peta Topografi (copy ke 2) i.
Meteran (10 m atau lebih) j. Kamera photo dan 2 rol film isi 36 k. Papan penunjuk lokasi foto l. Stapler
m. Kalkulator 1.3.3 PROSEDUR DI LAPANGAN 1.3.3.1 KALIBRASI ODOMETER KENDARAAN

DENGAN FORMULIR S3 a. Lakukan kalibrasi odometer kendaraan dengan formulir S3 menurut


prosedur (lihat formulir dan petunjuk pada halaman berikut). b. Odometer kendaraan jarang memberikan
bacaan yang akurat, umumnya memerlukan penyesuaian sekitar 5-10 persen (dibawah), ini suatu
kesalahan yang cukup berarti sekalipun pada jarak yang pendek. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten
Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 4 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 5
c. Faktor penyesuaian odometer akan berlainan antara kendaraan yang satu dengan yang lainnya, dan
mungkin akan berbeda dari waktu ke waktu untuk kendaraan yang sama. Oleh karena itu faktor penyesuai
ini harus dilakukan untuk masingmasing kendaraan survai setiap kali survai akan dimulai. d. Cara yang
termudah untuk melakukannya adalah dengan membandingkan hasil bacaan odometer dengan patok pal
km sepanjang 10 km pada ruas jalan negara atau propinsi yang kondisinya relatif datar. 1.3.3.2
PENYELESAIAN BAGIAN ATAS FORMULIR S1 a. Gunakan selalu formulir S1 yang baru setiap kali
memulai survai di suatu ruas jalan, dan catat pada bagian atas halaman pertama data survai : titik
pengenal pangkal dan ujung sesuai dengan K1 nama kabupaten nama survaior tanggal survai jenis dan
nomor polisi kendaraan yang digunakan faktor penyesuai odometer dan tanggal penyesuaian (formulir
S3) nomor ruas sesuai dengan data K1 dan peta nama ruas sesuai dengan K1 dan peta nomor halaman b.
Untuk halaman kedua dan selanjutnya pada ruas yang sama cukup dituliskan nomor ruas dan nomor
halaman saja. 1.3.3.3 CAKUPAN UMUM FORMULIR SURVAI S1 a. Formulir S1 dirancang untuk
mensurvai karakteristik jalan yang dilakukan terutama dari dalam mobil yang bergerak secara perlahan
dari pangkal ke ujung ruas, dimana odometer mobil digunakan sebagai acuan jarak. b. Secara berkala
mobil perlu berhenti untuk melakukan sampel survai berjalan kaki sepanjang 100 meter guna mengetahui
kerusakan permukaan jalan termasuk pengukuran lebar jalan. Disamping itu mobil juga perlu berhenti
untuk mengukur serta memeriksa jembatan, dan juga untuk memotret kondisi yang mewakili paling tidak
satu kali per 5 km atau pada segmen yang homogen. c. Tidak diberikan suatu selang jarak yang tetap
untuk mencatat informasi di lapangan selain kerusakan permukaan. Informasi lain beserta bacaan
odometernya harus dicatat pada setiap titik dimana terdapat suatu perubahan dalam segmen yang
homogen, misalnya permukaan jalan yang berubah secara berarti atau pada lokasi jembatan. d. Karena
untuk keperluan penilaian pemeliharaan diperlukan suatu pendekatan yang dapat diandalkan, maka
disarankan menggunakan setiap baris pada formulir S1 untuk mewakili 100 meter, sehingga setiap
formulir dapat mencakup 2 km. Untuk itu di bagian tengah sudah dicantumkan angka jarak tiap 100 meter
berdasarkan angka odometer kendaraan, yang dapat digunakan sebagai acuan jarak pada saat survai.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 6 e. Idealnya sampel berjalan kaki
pada survai pemeliharaan ini adalah 10% atau 100 meter untuk setiap kilometer. Untuk itu disarankan
supaya dilakukan secara sistimatis, sebagai contoh : antara km 0,5 - 0,6 setiap kilometernya sehingga
sampel diharapkan terhindar dari `bias'. Setelah lebih berpengalaman dalam melaksanakan survai ini,
mungkin lebih tepat jika mengkonsentrasikan sampel berjalan kaki pada jalan yang sulit sekali untuk
dilihat kerusakan permukaannya dari dalam mobil (misalnya retak-retak). Biasanya akan lebih mudah
untuk menentukan jenis kerusakan pada jalan yang berkondisi baik atau rusak dari kendaraan yang
berjalan. f. Pengisian data pada formulir S1 dilakukan mulai dari bawah ke atas. Buatlah garis melintang
jika survai pada suatu ruas telah selesai dan gunakan formulir yang baru untuk memulai dengan ruas
berikutnya. g. Diperlukan waktu sekitar 8 jam per hari untuk mencapai target survai sepanjang 30 - 50
km/hari. Dengan asumsi kecepatan rata-rata kendaraan 15-20 km/jam, diperlukan sekitar 3 jam untuk
survai berkendaraan dan sekitar 3 jam diperlukan untuk survai berjalan kaki dan berhenti (rata- rata 3-4
menit/km), serta sekitar 2 jam untuk perjalanan pergi-pulang. 1.3.3.4 PENGISIAN BAGIAN UTAMA
FORMULIR S1 a. Titik Pengenal Pangkal dan Ujung Ruas Pada saat di pangkal suatu ruas, periksa

apakah titik pengenal pangkal ruas pada K1 sudah benar dan jelas, lalu catat data tersebut pada kotak
yang tersedia di bawah bagian tengah dari formulir S1. Jika data di K1 tidak jelas atau salah, tentukan
data titik pengenal yang benar di pangkal ruas dan masukkan datanya di formulir S1 (lihat tugas 1A/1
untuk keterangan lebih lanjut). Pada halaman ke dua dan selanjutnya untuk ruas yang sama, abaikan
pengisian kotak titik pengenal pangkal ruas. Pada saat di ujung ruas, periksa di K1 apakah titik pengenal
ujung ruas sudah benar dan jelas. Jika tidak, perbaiki datanya dan catat pada kotak yang tersedia di bagian
atas formulir S1, hanya pada halaman pertama saja. b. Waktu Survai Catat waktu survai pada saat mulai
di pangkal ruas dan secara berkala selama survai, hal ini akan berguna untuk menyusun kembali formulir
S1 sesuai dengan urutannya sewaktu pengolahan di kantor nantinya. Catatan waktu ini secara khusus
dapat digunakan untuk maksud survai kecepatan. c. Angka Odometer Pada saat survai dimulai di pangkal
ruas, catat angka odometer secara lengkap pada kotak di bagian kiri bawah formulir S1 (misal : 45671,3),
selanjutnya angka odometer cukup dicatat secara singkat saja (misalnya 72,5) pada setiap kotak di kolom
angka odom. Harus diupayakan pembacaan angka odometer secara benar, jika mengalami kesulitan
untuk membacanya minta supir kendaraan untuk membantu. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul
3 : Tugas 2 - Survai 2A - 7 Jika kendaraan yang dipakai memiliki odometer yang dapat diatur angkanya,
maka setiap mulai survai di pangkal ruas odometer diatur pada angka 0,0, lalu catat jarak selanjutnya
dimulai dari 0,0. Namun demikian, angka odometer kumulatif (yang tidak dapat diatur) harus tetap dicatat
setiap mulai survai di ruas baru. d. Tipe dan Kondisi Permukaan Jalan Catat tipe permukaan jalan hasil
pengamatan dengan kode sebagai berikut : A : Aspal K : Kerikil B : Batu T : Tanah C : Beton Catat
kondisi permukaan jalan beraspal (A) berdasarkan kriteria penaksiran subyektif, dengan kode seperti pada
Petunjuk Persiapan Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten (Formulir MS2) sebagai berikut : B : Baik ;
pengendaraan halus dan tekstur permukaan jalan rapat S : Sedang ; kekasaran sedang, tekstur terbuka,
beberapa terkelupas dangkal tidak lebih dari 50 % luas SR : Sedang Rusak ; jika sulit membedakan
kondisi sedang atau rusak R : Rusak ; kasar dan terkelupas, beberapa terkelupas dalam RB : Rusak Berat ;
perkerasan terkelupas, banyak terkelupas dalam Untuk jalan tak beraspal, berikan secara sederhana suatu
penaksiran yang didasarkan atas kekasaran jalan dan kualitas kenyamanan berkendaraan e. Lebar
Perkerasan Jalan Perkirakan dan catat lebar perkerasan jalan setelah melewati bagian 100 m yang
pertama dari ruas dan secara berkala selama survai. Periksa paling sedikit satu kali dengan meteran
sewaktu melaksanakan bagian survai jalan kaki. f. Ikhtisar Situasi Jalan Bagian tengah dari formulir
digunakan untuk mencatat informasi penting di sepanjang jalan dan catatan-catatan mengenai : Lokasi
permukiman dan ciri-ciri bangunan yang mudah dikenali, dilengkapi namanya (misal SD. Kahuripan)
Lokasi dan nama pasar Simpangan jalan Alinyemen jalan : kelokan, tanjakan - turunan Lokasi pos
penghitungan lalu lintas Survai lalu lintas sambil berkendaraan Catatan karakteristik dan kebutuhan
pekerjaan, khususnya saluran drainase. Nomor yang menunjukkan setiap pengambilan foto g. Jembatan
dan/atau Gorong-gorong Masih di bagian ikhtisar situasi jalan ; catat lokasi seluruh jembatan (atau
penyeberangan sungai tanpa jembatan) dengan panjang 2 meter atau lebih, cantumkan juga nama
jembatan atau sungainya. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 8
Masukkan ke dalam kolom jembatan panjang konstruksi jembatan yang diukur dengan meteran antar
kepala jembatan (ikuti prosedur S2 lihat tugas 2B). Jika suatu jenis pekerjaan jembatan dinilai perlu
dilakukan, isi kolom jenis pekerjaan dengan salah satu kode sebagai berikut : PBJ : Pembangunan
Jembatan Baru; perbaikan total/jembatan baru PAJ : Penggantian bangunan Atas Jembatan; pengantian
struktur lantai PJJ : Pemeliharaan Jembatan; perbaikan ringan termasuk penggantian lantai JL : Jembatan
Limpas Tambahkan catatan dan foto jika diperlukan, atau jika jembatan dalam kondisi baik tulis kode B
(Baik). Tulis `X' dan beri catatan jika tidak terdapat jembatan atau penyeberangan sungai tanpa jembatan.

Catat data gorong-gorong dan jembatan dengan panjang kurang dari 2 meter yang memerlukan
perbaikan , tulis kode `GG' pada kolom panjang jembatan. h. Kerusakan Permukaan Tipe dan tingkat dari
setiap kerusakan permukaan jalan diamati secara visual dari kendaraan tanpa berhenti, ditambah dengan
survai berjalan kaki pada sampel segmen 100 m per km yang dilaksanakan secara sistematis sepanjang
waktu mengijinkan antara km 0,5 - 0,6 di setiap bagian kilometer jalan. Kerusakan permukaan
dikelompokkan, diamati, diberi kode dan dinilai seperti halnya pada formulir MS2 dalam Petunjuk Teknis
Persiapan Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten. Metode survai yang digunakan dalam S1 lebih
sederhana dan tidak memerlukan perkiraan kuantitas secara rinci. Meskipun demikian sistim penilaian
dan pemberian skor kerusakan tetap digunakan, supaya penyaringan dan pengelompokan segmen jalan
untuk mengkategorikan kebutuhan pekerjaan pemeliharaan masih tetap sesuai dengan survai yang lebih
rinci (MS2) nantinya. Kerusakan permukaan jalan diklasifikasikan sebagai berikut : Jalan Beraspal Jalan
Tak Beraspal A. Tampak permukaan / tekstur (tidak digunakan untuk penilaian) B. Lubang-lubang C.
Legokan-legokan / amblas D. Retak-retak (tipe buaya) E. Alur bekas roda ( + rusak tepi) L. Bahu jalan K.
Kemiringan melintang F. Lubang-lubang G. Titik-titik lembek H. Erosi permukaan I. Alur bekas roda J.
Bergelombang K. Kemiringan melintang Jadi terdapat 6 kategori kerusakan permukaan yang ditetapkan
untuk penilaian jalan beraspal dan 6 kategori untuk jalan tak beraspal. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 9 Skor penilaian diberikan untuk setiap kategori kerusakan
tersebut (tergantung pada apakah jalan tersebut beraspal atau tidak) dalam 6 kolom yang tersedia di
bagian kanan formulir S1. Sebagai contoh, pada kolom yang diperuntukkan L dan J, penilaian terhadap
bahu jalan diberikan jika jalan tersebut beraspal atau penilaian diberikan terhadap luas jalan yang
bergelombang jika jalan tersebut tidak beraspal. Suatu sistem penilaian yang terdiri dari empat angka /
tingkatan, digunakan untuk menggambarkan tingkat kerusakan seperti pada MS2, yaitu : 1 = Baik 2 =
Sedang 3 = Rusak 4 = Rusak Berat Untuk kerusakan permukaan kategori B sampai J, tingkat kerusakan
ditentukan berdasarkan pada persentase luas kerusakan yang terjadi terhadap luas seluruh perkerasan per
satuan jarak (misalnya per 100 m), seperti berikut : Jalan Beraspal Tingkat kerusakan ( % luas ) (1) Baik
(2) Sedang (3) Rusak (4) Rsk Berat B Lubang-lubang C Legokan / amblas D Retak-retak E Alur bekas
roda 0 - 1 0 - 5 0 - 3 0 3 1 - 5 5 - 10 3 - 12 3 - 5 5 15 10 50 12 25 5 25 > 15 > 50 > 25 > 25 Jalan
Tingkat kerusakan ( % luas ) Tak Beraspal (1) Baik (2) Sedang (3) Rusak (4) Rsk Berat F Lubang-lubang
G Titik-titik lembek H Erosi permukaan I Alur bekas roda J Bergelombang 0 - 3 0 - 3 0 - 3 0 - 5 0 - 3 3 10 3 - 10 3 - 10 5 - 15 3 - 10 10 - 25 10 - 50 10 - 25 15 - 50 10 - 50 > 25 > 25 > 25 > 50 > 50 Untuk
katagori K (kemiringan melintang jalan) dilakukan penilaian sebagai berikut : 1 = Baik : 4 - 2 % 2 =
Sedang : 2 - 0 % (hampir datar) 3 = Rusak : tidak rata, kemiringan buruk 4 = Rusak Berat : tidak
berbentuk Untuk katagori L (kondisi bahu jalan) dilakukan penilaian sebagai berikut : 1 = Baik : Bentuk
dan kemiringan memadai 2 = Sedang : Bentuk dan kemiringan buruk 3 = Rusak : Bahu terlalu
tinggi/rendah < 10 cm 4 = Rusak Berat : Bahu terlalu tinggi/rendah > 10 cm atau tanpa bahu padahal
diperlukan Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 10 Bahu jalan pada
jalan tidak beraspal diasumsikan integral (jadi satu) dengan perkerasan. Kondisi permukaan / tekstur (A)
tidak termasuk dalam penilaian, tetapi termasuk di S1 untuk keperluan penilaian kondisi secara umum
(lihat bahasan tipe / kondisi permukaan di atas) i. Penentuan dan Penilaian Tingkat Kerusakan Kode
angka 1 - 4 harus dimasukkan pada setiap kolom jenis tingkat kerusakan yang bersangkutan, lalu
dijumlahkan untuk memberikan nilai total antara 6 - 24 pada kolom total penilaian di bagian bawah
formulir. Jika memungkinkan penilaian harus didata dan dijumlah untuk setiap 100 m bagian sampel,
kemudian dirata-ratakan per kilometer, lalu dihitung dengan menjumlah skor per 100 m dan membaginya
dengan 10. Dalam kasus lain, mungkin lebih praktis untuk mencatat penilaian yang mewakili pada

bagian 100 m sampel jalan kaki dan menggunakannya untuk menggambarkan satu kilometer atau
sepanjang bagian lain yang sesuai. Suatu pedoman harus dibuat untuk `Petunjuk Teknis Persiapan
Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten', guna menunjukkan bagaimana mengenali dan menilai
kerusakan permukaan jalan. Untuk menaksir tingkat kerusakan secara baik, hanya akan didapat dengan
pengalaman, bagi yang baru pertama kali menggunakan S1 harus mengawalinya dengan membawa
meteran untuk mengukur luas kerusakan secara langsung pada setiap bagian 100 m sebagai suatu latihan.
Sebagai pedoman, kisaran persentase luas di atas memiliki ukuran dalam meter persegi per kilometer
dengan asumsi lebar perkerasan 4 meter; untuk suatu bagian 100 m angka-angka tersebut harus dibagi
dengan 10; sebagai contoh : suatu bagian jalan beraspal dengan lubang-lubang seluas 4 - 20 m2 , akan
masuk dalam kategori sedang. Tipe kerusakan Tingkat Kerusakan ( m2 / km ) Baik Sedang Rusak Rsk
Berat Jalan Beraspal (1) (2) (3) (4) B Lubang-lubang C Legokan / amblas D Retak-retak E Alur bekas
roda 0 - 40 0 - 200 0 - 100 0 - 100 40 200 200 400 100 500 100 200 200 - 600 400 - 2000 500 1000 200 - 1000 > 600 > 2000 > 1000 > 1000 Jalan Tak Beraspal (1) (2) (3) (4) F Lubang-lubang G Titiktitik lembek H Erosi permukaan I Alur bekas roda J Bergelombang 0 - 100 0 - 100 0 - 100 0 - 200 0 - 100
100 400 100 400 100 400 200 600 100 400 400 - 1000 400 - 1000 400 - 1000 600 - 1000 400 2000 > 1000 > 1000 > 1000 > 1000 > 1000 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 Survai 2A - 11 j. Drainase Penilaian terhadap keberadaan drainase/parit samping dilakukan untuk setiap
jarak 1 km, dengan memberi tanda pada kotak (kode M) yang terdapat di bagian tengah formulir, gunakan
kriteria yang serupa dengan formulir MS2, yaitu : 0 = Tidak ada, tidak perlu 1 = Baik 2 = Sedang (cukup
pembersihan saja) 3 = Rusak (perlu perbaikan kecil) 4 = Rusak Berat 5 = Tidak ada, tapi perlu Hasil
penilaian, diberikan pada segmen yang sesuai di bagian bawah formulir. Catatan mengenai kebutuhan
pekerjaan drainase juga perlu dibuat untuk bagian yang bersangkutan di S1. k. Pekerjaan Darurat Catatan
dan foto harus dilakukan untuk kebutuhan pekerjaan darurat yang memungkinkan seperti kerusakan
akibat banjir, longsor pada tebing atau jalan. Kebutuhan akan pekerjaan darurat ini harus segera
dilaporkan kepada kepala DPU/BM Kab. l. Pemotretan Pemotretan diperlukan untuk membantu
menaksir jenis pemeliharaan yang diperlukan pada saat pengolahan di kantor nantinya, dan sebagai bukti
bahwa survai telah dilakukan. Pemotretan terutama dilakukan pada saat sampel survai berjalan kaki,
tetapi juga pada suatu bagian jalan atau jembatan memerlukan penanganan khusus. Paling tidak harus
ada satu foto yang mewakili untuk setiap jarak 5 km dan tidak lebih dari satu foto per kilometer.
Gunakan papan penunjuk lokasi foto seperti halnya pada survai S2 ; catat nomor foto pada kolom `no.
foto' di baris yang sesuai dengan pal km-nya dan jika perlu beri catatan dan arah pemotretan. Lampirkan
foto yang telah dicetak bersama-sama formulir S1 untuk ruas yang sama. m. Mengakhiri Survai di Ujung
Ruas Di ujung ruas, buat garis melintang pada formulir jika survai di ruas tersebut sudah selesai,
kemudian gunakan formulir S1 baru untuk ruas yang berikutnya. Kembali ke halaman pertama untuk
ruas yang sama dan isi titik pengenal ujung ruas dan periksa apakah data sudah lengkap. Hitung
perbedaan angka bacaan odometer di pangkal dan ujung ruas dan masukkan pada kotak di bagian kanan
atas halaman pertama. Kalikan angka tersebut dengan Faktor Penyesuai Odometer (FPO) untuk
mendapatkan panjang ruas yang sudah disesuaikan, kemudian masukkan pada kotak yang tersedia di
bawahnya (KM YSD). Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 12 Periksa
hasilnya dengan panjang ruas di daftar K1, jika ada perbedaan yang berarti ( > 10% ), periksa apakah
survai berakhir di tempat yang benar ; jika ada keraguan lakukan survai ulang. Lengkapi kotak penilaian
pemeliharaan di bagian bawah formulir untuk setiap bagian 2 km. Tentukan, segmen yang homogen
dengan pal km; penilaian untuk drainase; gabungkan penilaian rata-rata untuk kerusakan permukaan; dan
jenis pekerjaan pemeliharaan yang kemungkinan diperlukan dengan cara memberikan kode 'X' pada satu

atau beberapa kotak isian yang sesuai (lihat penjelasan di bawah untuk petunjuk lebih lanjut). Berikan
komentar mengenai pekerjaan yang disarankan pada bagian bawah dari formulir S1 sebagai catatan untuk
analisa di kantor nantinya. Jika untuk kembali harus melalui ruas yang sama, periksa kembali hasil
penilaian kerusakan permukaan yang telah dibuat dan perbaiki dimana perlu penilaian kerusakan
permukaan. Periksa kebenaran penomeran halaman, jika urutannya telah sesuai, satukan dengan stapler.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 13 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 14 1.3.4 DOKUMENTASI SETELAH SURVAI 1.3.4.1
SEGMENTASI a. Gunakan FPO (Faktor Penyesuai Odometer) untuk menyesuaikan hasil bacaan
odometer. Masukkan mulai dari titik 0,0 di formulir S1 ; seluruh titik-titik penting di sepanjang ruas ke
dalam km YSD, seperti pada contoh berikut : Titik-titik penting Odometer Km Odom FPO Km YSD
Titik pangkal ruas Perubahan kondisi jalan Simpangan jalan Titik ujung ruas 74367,1 68,7 69,5 71,5 0,0
1,6 2,4 4,4 0,94 0,94 0,94 0,94 0,0 1,5 2,3 4,1 b. Kaji ulang data di formulir S1 untuk membagi ruas
dalam segmen-segmen yang homogen dalam hal tipe permukaan, kondisi dan kerusakan untuk keperluan
penilaian pemeliharaan. Buat segmen seperlunya, hindari untuk membuat banyak segmen dengan jarak
pendek (ratusan meter saja), beberapa pengambilan rata-rata mungkin diperlukan. c. Kaji kembali dan
perbaiki ringkasan dari segmen, penilaian dan usulan kategori pekerjaan pemeliharaan di dalam kotak
isian penilaian pemeliharaan pada bagian bawah formulir S1. Suatu penilaian pendahuluan harus sudah
dibuat selama survai lapangan. d. Masukkan dalam kolom 14/15 pada format P1 yang baru (lihat tugas
5B), pal km awal dan akhir segmen yang telah diperbaiki. Pastikan kesemuanya mencakup keseluruhan
ruas secara lengkap dan konsisten dengan total panjang ruas; bisa saja hasilnya berbeda dengan yang
sudah ada di P1. Format baru hasil komputer akan menyediakan tempat / ruang untuk memasukkan hasil
rata-rata segmen, sepanjang jumlah km yang diperlukan. e. Penilaian umum tipe dan kondisi permukaan
yang sudah ada di format P1 kolom 8/9 di P1 harus sesuai atau diperbaiki. Catat bahwa ini adalah
penilaian umum dari kondisi yang mencerminkan kekasaran permukaan dan kualitas pengendaraan. Hal
ini biasanya berkaitan dengan kerusakan permukaan tetapi mungkin juga tidak. f. Suatu penilaian umum
pemeliharaan dari segmen, dibuat dengan menjumlahkan dan merata-ratakan kode tingkat kerusakan
permukaan untuk setiap 100 m segmen. Jika pengisian kode yang menggambarkan untuk segmen 100 m
terlupa atau terlewat, jangan sampai pengisiannya lalu rancu dengan kondisi kerusakan yang ditemui pada
tempat-tempat lainnya. Sebagai alternatif, penilaian yang mewakili mungkin sudah dapat ditentukan
untuk setiap bagian kilometer dari bagian sampel berjalan kaki. g. Masukkan kode tingkat penilaian
pemeliharaan S1 (6 - 24) untuk setiap segmen yang telah ditentukan pada kolom-16 pada P1. Angkaangka penilaian yang sama seperti pada MS2 (6 - 24) harus diisikan nantinya pada kolom-17 jika survai
MS2 juga dilakukan untuk segmen tersebut. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 Survai 2A - 15 1.3.4.2 PEMILIHAN USULAN PEKERJAAN PEMELIHARAAN a. Kategori pekerjaan
pemeliharaan harus ditentukan dalam kotak isian penilaian pemeliharaan di bagian bawah formulir S1,
dan juga dalam daftar P1 pada kolom ringkasan, seperti berikut : (nilai 6 - 10) (nilai 11- 16) (nilai 16 24 ) Pemeliharaan Rutin (MR) Pemeliharaan Periodik (MP) Pekerjaan / Penanganan lainnya Ringan (R)
Sedang (S) Berat (B) Pengaspalan tipis ulang Pelapisan aspal / pengkerikilan ulang Pekerjaan
drainase Pekerjaan jembatan Pekerjaan campuran Pekerjaan Penyangga (H) Pekerjaan Berat (PK) :
rehabilitasi / rekonstruksi b. Harus dicatat bahwa pemilihan pekerjaan pemeliharaan pada tahap ini
hanyalah untuk tujuan penyaringan saja. Survai penegasan yang lebih rinci (MS2) akan dilakukan untuk
seluruh segmen, jika hasil penilaian sesuai untuk pekerjaan pemeliharaan periodik. c. Pertimbangan teknis
berdasarkan pengalaman diperlukan untuk melakukan pemilihan ini. Dalam Petunjuk Teknis untuk
Persiapan Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten, telah tersedia pedoman bagaimana melakukan

pertimbangan ini dan harus dipelajari dengan seksama oleh survaior S1. d. Beberapa `aturan umum'
mungkin dapat dijadikan pedoman secara hati-hati pada tahap perencanaan, didasarkan atas penaksiran
dari hasil penilaian ; Engineer harus selalu berupaya untuk menentukan penyebab dari kerusakan sebagai
dasar untuk menyarankan pekerjaan, daripada hanya menangani gejalanya. Sebagai contoh, tidak
seharusnya untuk selalu menambal lubanglubang jika itu terus terjadi, karena disebabkan oleh drainase
atau kemiringan jalan yang buruk. Pada banyak kasus, kerusakan permukaan dapat mencerminkan
masalah struktur yang lebih jauh, yang memerlukan pekerjaan berat untuk mengatasinya. Segmen yang
dinilai antara 6 - 10 biasanya akan memerlukan pemeliharaan rutin saja, hal ini mungkin mencakup
umumnya jalan pada 2-3 tahun pertama setelah pekerjaan berat terakhir, pelapisan aspal atau pengaspalan
ulang. Perbedaan antara kebutuhan pemeliharaan ringan, sedang, berat ditentukan (terutama) pada luas
dari penambalan lubang/legokan yang diperlukan ( baik : 1, sedang : 2, atau rusak 3, secara berurutan),
dengan total penilaian tidak lebih dari 10. Pemeliharaan ringan mungkin hanya diperlukan pada jalan baik
(1) untuk lubang/legokan dan harus mencakup jalan-jalan pada tahun pertama sejak mendapat pekerjaan
berat, pelapisan aspal atau pengaspalan ulang. Pekerjaan periodik mungkin diperlukan pada segmen
dengan penilaian antara 11-16. Pelapisan aspal dan pengaspalan ulang biasanya tidak diperlukan pada tiga
tahun pertama sejak mendapat pekerjaan berat, pelapisan aspal atau pengaspalan ulang. Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 16 Pengaspalan ulang mungkin sesuai dimana
tampak permukaan dinilai `sedang' (luas terkelupas dangkal antara 10% - 50% ) dan satu atau beberapa
kerusakan dinilai 'sedang' (2) tapi tidak satupun `rusak' (3). Pelapisan aspal mungkin sesuai dimana
tampak permukaan dinilai `rusak' dengan lapisan yang terkelupas cukup luas atau dalam, satu atau
beberapa kerusakan dinilai berat, tetapi lubang-lubang tidak melebihi 15-20% dari luas. Beberapa
segmen mungkin memerlukan pekerjaan periodik yang lain seperti drainase atau perbaikan jembatan yang
mana harus ditentukan lebih lanjut. Beberapa segmen mungkin memerlukan suatu campuran pekerjaan
yang tidak tertentu antara pengaspalan ulang di suatu tempat dengan pekerjaan lain, tetapi pengaspalan
ulang secara penuh atau pelapisan aspal tidak sesuai. Hal ini bisa ditentukan sebagai pekerjaan campuran.
Catat bahwa, segmen-segmen yang ditentukan untuk pekerjaan periodik harus selalu mencakup pekerjaan
rutin pada segmen yang sama dan pada tahun yang sama. Beberapa segmen akan terlalu rusak untuk
pekerjaan pemeliharaan secara konvensional dan idealnya harus tercakup oleh prosedur S2 / A1 untuk
dinilai kemungkinannya mendapat pekerjaan berat, tetapi biasanya pekerjaan penyangga (H) termasuk
penambalan lubang yang luas dengan agregat, mungkin merupakan pilihan alternatif. Segmen- segmen
tersebut mungkin memiliki penilaian lebih dari 16. Bagaimanapun, pada kasus dimana bahu jalan yang
rusak berat memiliki penilaian di atas ambang pekerjaan pemeliharaan, pelapisan aspal dan perbaikan
bahu jalan mungkin tetap sesuai. Pekerjaan pemeliharaan mungkin berguna dimana lubang dalam/tampak
pondasi tidak melebihi 20% dari luas. 1.3.5 PENYELESAIAN P1 - BAGIAN KANAN Kolom 18
(Usulan Pendahuluan) : a. Panjang segmen yang akan dipelihara harus dimasukkan ke kolom 18 dalam
km (ketelitian satu angka di belakang koma), dan harus cocok dengan panjang segmen yang ditentukan
dalam kolom 15 dikurangi kolom 14 (km akhir - km awal). b. Biasanya hanya satu tipe pemeliharaan
yang dipilih untuk setiap segmen; ini harus mencerminkan kebutuhan pemeliharaan yang dominan untuk
bagian ruas jalan tersebut (catat bahwa pemeliharaan periodik juga mencakup biaya yang diperlukan
untuk pemeliharaan rutin). c. Jika dipertimbangkan bahwa suatu segmen memerlukan dua atau lebih tipe
pemeliharaan yang dominan, maka terdapat dua pilihan yaitu : Bagi segmen tersebut ke dalam dua atau
lebih sub-segmen dengan menentukan km awal/akhir dikolom 14/15 dan kemudian tentukan pilihan tipe
pemeliharaan untuk tiap segmen; atau Masukkan panjang km yang terpisah untuk dua atau lebih
pemilihan tipe pemeliharaan untuk segmen yang sama, pastikan bahwa total panjang yang terpisah tadi

cocok dengan total panjang segmen sebagaimana ditentukan pada kolom-15 dikurangi kolom-14.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 17 d. Panjang km hanya akan
dimasukkan ke dalam kolom drainase, jika terdapat bagian jalan dimana tipe pemeliharaan drainase
merupakan pekerjaan yang dominan, dan tidak terdapat usulan pekerjaan tipe pemeliharaan lainnya yang
cukup berarti. e. Jika pemeliharaan jembatan dibutuhkan, jangan memasukkan panjang km kedalam
kolom jembatan; tetapi masukkan jumlah panjang jembatan yang memerlukan pemeliharaan berkala
dalam `meter', atau bertanda `x' untuk menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan perbaikan yang berarti
namun belum diukur. f. Pilihan tipe pemeliharaan berkala ` campuran' dapat dipilih jika tidak terdapat
suatu tipe pemeliharaan yang dominan. Sebagai contoh : suatu pekerjaan campuran yang tidak pasti
antara penambalan lubang dan bagian 'overlay' yang pendek dengan perbaikan gorong-gorong dan bahu
jalan. Kolom 19 / 20 (Perkiraan Biaya) : a. Pada tahap perencanaan ; biaya/km dan total biaya yang telah
diperhitungkan (misalnya dari MS2) dapat dimasukkan ke dalam kolom 19 / 20, untuk tujuan perkiraan
biaya. b. Jika tidak terdapat dasar yang memadai (dari MS2 / lainnya) untuk perkiraan biaya pemeliharaan
bagi segmen tersebut, biarkan kolom 19 / 20 kosong. Program komputer akan memberikan perkiraan
biaya secara umum untuk setiap tipe pekerjaan pemeliharan yang didasarkan atas : tipe permukaan, lebar
jalan, tingkat lalu-lintas dan kabupatennya. c. Perkiraan biaya ini harus diperbaiki setelah MS2 dilakukan,
kemudian DURP akan dilengkapi pada saat penyusunan anggaran terakhir, berdasarkan pada analisa
biaya pekerjaan yang sebenarnya dari hasil pengukuran (disain). d. Pada segmen-segmen yang disarankan
untuk pemeliharaan rutin, alokasi dananya hanya ditentukan secara umum dan biasanya tidak akan
dilakukan survai tertentu sampai pekerjaan pemeliharaannya sendiri siap untuk dimulai. Bagaimanapun
ruasruas ini harus sudah dalam pengawasan dan pemeliharaan secara teratur. e. Ruas-ruas yang
disarankan untuk pemeliharaan periodik perlu disurvai MS2 untuk menentukan pekerjaan yang
dibutuhkan, volume serta biayanya secara lebih rinci. Kolom 21 / 22 : a. Bandingkan data K1 dan peta
dengan data S1 untuk nomor ruas, nama ruas, titik pengenal, panjang ruas, lebar perkerasan dan KRLL.
Jika data di K1 dianggap salah, maka perbaiki data tersebut secara manual pada P1 dan beri tanda pada
kolom-21 (kebutuhan revisi K1) untuk mengingatkan bagian perencanaan agar merubah data K1. b.
Periksa juga (dari K3 atau RD-1.JK) apakah riwayat pekerjaan jalan sudah benar dan perbaiki kode M1M10 pada kolom-12 jika perlu. c. Akhirnya masukkan data bulan dan tahun dari survai S1 yang baru
dilengkapi pada kolom-22. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2B - 1 2
TUGAS 2B - SURVAI PENYARINGAN RUAS JALAN FORMULIR : S2 2.1 TUJUAN 1.
Mendokumentasikan karakteristik fisik dan lingkungan dari setiap ruas secara sistematis, baik untuk
keperluan inventarisasi maupun untuk keperluan evaluasi pekerjaan jalan. 2. Mendapatkan informasiinformasi tertentu yang akan digunakan dalam menentukan kebutuhan akan peningkatan jalan dan
penentuan biaya secara umum (Tugas 4), serta perkiraan manfaat dari peningkatan jalan (Tugas 3D). 2.2
LINGKUP TUGAS 1. Survai S2 dilaksanakan setiap tahun terhadap (+/-) sepertiga dari total panjang ruas
jalan kabupaten yang berkondisi `rusak/rusak berat'. 2. Pendokumentasian mencakup kegiatan
survai/pengamatan langsung dan pembuatan foto yang biasanya terkait dengan pembacaan odometer
kendaraan survai. Semua hasil pengamatan tersebut dicatat pada formulir S2, dimana satu lembarnya
mencakup satu kilometer (odometer) bagian jalan. 3. Formulir S2 terdiri dari lima bagian yang meliputi:
odometer / pal-Km; catatan foto; penentuan titik pengenal, jembatan dsb. ; kode indikator untuk
karakteristik permukaan jalan, kelandaian jalan, panjang dan lebar jembatan, penggunaan lahan ; serta
catatan mengenai kondisi jalan, foto-foto, dan lain sebagainya. 4. Bila suatu ruas baru untuk pertama
kalinya disurvai, maka harus dipastikan bahwa hasil survai ini akan dipakai untuk memperbaiki data
inventarisasi ruas K1, termasuk titik-titik pengenalnya. 2.3 ORGANISASI DAN PERSIAPAN 2.3.1

PEMILIHAN WILAYAH PERENCANAAN UNTUK SURVAI a. Jaringan jalan kabupaten harus dibagi
dalam tiga `wilayah perencanaan' yang kurang lebih sama luasnya. Selanjutnya, setiap tahun survai S2
harus dilaksanakan terhadap semua jalan yang kondisinya `rusak/rusak berat' di salah satu wilayah
perencanaan tersebut, secara bergantian selama tiga tahun. b. Tujuannya adalah untuk dapat mencapai
cakupan survai yang sistematis terhadap seluruh jaringan jalan kabupaten dalam waktu putaran tiga tahun.
c. Pendekatan yang termudah adalah dengan membagi jaringan jalan ke dalam tiga kelompok kecamatan
yang sudah tercatat menurut nomor ruas di formulir K1. d. Batas wilayah perencanaan (perkiraan) harus
diberi tanda pada Peta Jaringan Jalan 1, sebagai bagian dari tugas 1F/2 dan diberi nomor I, II, III untuk
menunjukkan usulan pencakupan tahunannya. e. Dengan menggunakan K1 dan peta, tentukan dalam
wilayah perencanaan yang telah dipilih, jumlah panjang ruas yang diberi kode warna sebagai yang
rusak/rusak berat termasuk jalan batu dan jalan tanah, untuk dilakukan survai tahunannya. Gunakan
jumlah panjang tersebut untuk merencanakan program survai S2. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten
Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2B - 2 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2B - 3
2.3.2 CAKUPAN SURVAI a. Target pencakupan survai S2 pada jalan-jalan yang dapat dilalui kendaraan
roda-4 adalah 10 -15 km per hari, termasuk waktu yang diperlukan untuk melaksanakan survai kecepatan
(pada waktu perjalanan kembali). b. Rata-rata diperlukan tiga-empat kali berhenti masing-masing selama
lima menit untuk empat kali pemotretan per kilometernya; terdiri dari dua kali wajib berhenti (foto) dan
satu atau dua kali berhenti (foto) jika diperlukan. c. Waktu rata-rata untuk survai harian yang dibutuhkan
akan menjadi 5-6 jam pada jalan-jalan yang dapat dilalui kendaraan roda-4, ditambah waktu yang
diperlukan untuk perjalanan dan jenis survai-survai lainnya. d. Untuk jalan-jalan yang tidak dapat dilalui
kendaraan roda-4, akan diperlukan waktu yang lebih lama, terutama bila harus berjalan kaki dan
menggunakan pita ukur untuk mengukur panjang segmen ruas jalan. 2.3.3 PENGORGANISASIAN TIM
a. Diperlukan suatu tim yang beranggotakan minimum dua orang untuk melakukan survai. b. Kepala
surveyor bertanggung jawab untuk mencatat semua data serta pengambilan foto dan asisten surveyor
membantu melakukan pengukuran dan menyiapkan papan lokasi foto untuk mendokumentasikan setiap
foto. 2.3.4 PERSIAPAN a. Siapkan kendaraan yang odometernya masih bekerja baik dengan pembacaan
interval 100 m. Setiap selang waktu tertentu Odometer tersebut harus dikalibrasi dengan menggunakan
formulir S3 (lihat formulir dan catatan di Tugas 2A). b. Bila jalan tertutup untuk kendaraan bermotor atau
bila kendaraan bermotor yang dipakai odometernya tidak bekerja, maka survai harus dilaksanakan dengan
berjalan kaki dan untuk pengukurannya digunakan pita ukur. c. Perlengkapan yang harus dibawa ke
lapangan : 20-30 formulir S2 kosong untuk satu hari survai papan penjepit papan lokasi foto dengan
sistem penomoran yang dapat diganti-ganti cadangan ball-point pita ukur (50 m atau lebih) kamera
dengan tiga rol film daftar K1 peta dasar jalan (peta 1) copy-3 peta topo sejumlah formulir survai
lainnya (S1/S4/S6/S7/S8) stapler Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2B - 4
2.4 PROSEDUR DI LAPANGAN 2.4.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN Pengkalibrasian Odometer
Kendaraan Kalibrasikan odometer kendaraan dengan menggunakan prosedur S3 (lihat formulir dan
catatan dalam Tugas 2A). Penyelesaian Bagian Atas Formulir S2 a. Masukkan pada setiap lembar pertama
formulir S2, untuk setiap ruas yang disurvai: nama kabupaten nomor ruas seperti pada K1 nama pangkal
dan ujung ruas seperti pada K1 tanggal dilaksanakannya survai nama pelaksana survai/survaior jenis
kendaraan untuk survai nomor (polisi) kendaraan untuk survai faktor penyesuai odometer (dari survai
kalibrasi S3) tanggal dilakukannya survai penyesuaian odometer nomor lembar (kanan bawah) b.
Mulailah dengan formulir baru untuk setiap bagian kilometer. Untuk formulir S2 kedua dan seterusnya
dalam ruas yang sama, hanya perlu dimasukkan lagi nomor ruas dan nomor urut lembarnya. c. Pada ujung
ruas, periksa bahwa seluruh formulir S2 telah diberi nomor halaman yang benar dan pada masing-masing

lembar tercatat nomor ruasnya. Susun dalam urutan yang benar dan satukan dengan stapler. Kaji Ulang
dan Perbaikan Penentuan Ruas a. Kaji ulang, periksa dan perbaiki sesuai kebutuhan ; rincian penentuan
ruas yang ada pada K1 seperti yang ditentukan dalam Tugas 1A dan 2A. b. Untuk mendokumentasikan
perubahan-perubahannya, gunakan formulir S1 yang secara khusus untuk perbaikan data seperti: nama
pangkal ruas nama ujung ruas titik pengenal pangkal ruas titik pengenal ujung ruas 2.4.2 PROSEDUR
PENGUKURAN JARAK a. Bila survai dengan kendaraan bermotor, catat angka odometer pada titik
pangkal suatu ruas jalan dan pada tiap interval jarak satu kilometer sepanjang ruas jalan itu pada kotak di
bagian sudut kiri bawah formulir S2. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2B
- 5 b. Sebagai kontrol, pada waktu menyusun kembali formulir S2, (catat juga bacaan angka odometer
pada akhir tiap bagian kilometer di sepanjang ruas pada sudut kiri atas formulir; angka ini kemudian
diulang pada lembar berikutnya sebagai awal bacaan odometer pada bagian kilometer berikutnya. c.
Keterkaitan khusus terhadap ruas jalan (km 0-1, 1-2 dan seterusnya) perlu juga dicatat pada kotak yang
bertanda AWAL KM dan AKHIR KM. d. Hasil bacaan odometer dicatat juga pada kolom bagian kiri,
bilamana dijumpai halhal penting yang dicatat pada kolom lain di formulir itu (misalnya titik pangkal,
jembatan, perubahan tipe permukaan). e. Titik ujung tiap ruas jalan harus dicatat dengan jelas, pada
formulir dengan angka bacaan odometer dan simpul ruas jalan atau nama lokasi, dan juga pada peta
dengan tanda yang jelas. Juga catat AKHIR RUAS KM yang berkaitan dengan ruas itu, pada kotak yang
tersedia. Kosongkan untuk sementara kotak KM YSD pada tahap ini. 2.4.3 PROSEDUR SURVAI
PEMOTRETAN a. Pemotretan harus dilakukan oleh Survaior sesuai dengan petunjuk sebagai berikut:
Pada titik pangkal, titik ujung, dan tiap 500 meter sepanjang ruas jalan yang disurvai; pemotretannya
dibidik ke arah titik ujung ruas (bila ini menentang matahari, pemotretan dapat dibidik ke belakang ke
arah awal ruas). Pemotretan jembatan diambil dari sisi jalan yang harus memperlihatkan lantai/
permukaan jembatan, dan bila memungkinkan juga struktur penopang bangunan bawahnya. Bila jembatan
dalam kondisi rusak, dianjurkan untuk melakukan pemotretan khusus dari samping, terhadap bangunan
bawah jembatan tersebut. Pemotretan juga perlu dilakukan bila ada hal khusus yang menarik di
sepanjang ruas jalan, misalnya: simpul utama/persimpangan bagian ruas jalan yang rusak berat,
seperti: bagian jalan terendam air/banjir gorong-gorong rusak/putus tempat longsor bagian jalan
yang terkena erosi perubahan tipe perkerasan/kondisi tempat pos PLL Pemotretan pada sungai yang
tidak ada jembatannya dari kedua sisi sungai, agar dapat memperlihatkan bentuk dan kondisi kedua sisi
sungai tersebut b. Semua pemotretan harus dilengkapi dengan catatan masalah secara rinci pada kolom
CATATAN yang tersedia di bagian kanan formulir S2. c. Setiap rol film (berwarna, isi-36) harus ditandai
dengan nomor tersendiri segera setelah dibeli. Tanda penomoran ini harus dilekatkan pada rol film, bukan
pada tabung plastiknya. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2B - 6 d. Pada
saat memulai survai di sebuah ruas jalan baru, nomor rol film yang dipakai harus ditulis pada kotak yang
tersedia di bagian atas formulir S2. Setiap kali pemotretan dilakukan, nomor fotonya harus dicatat pada
kolom yang tersedia, sebaris dengan pencatatan angka odometer. Tunjukkan arah pemotretan pada
formulir S2 kalau pemotretannya berlawanan dengan arah survai (pemotretan ke belakang). e. Jika
memungkinkan, pergunakan alat potret yang dilengkapi dengan fasilitas tanggal pengambilan. Sebagai
tambahan, gunakan sistem yang standar untuk menunjukkan lokasi pemotretan, berupa `papan lokasi foto'
yang akan muncul di sudut kiri bawah setiap foto yang secara jelas menampilkan nama kabupaten, nomor
ruas, dan angka pal kilometer dengan satu angka di belakang koma. f. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah: Foto permukaan jalan adalah tujuan utama dari pemotretan, namun jika keadaan memungkinkan
ambil jarak sepanjang 100 meter ke depan dengan cara tidak membungkuk; ini akan memungkinkan
terlihatnya bahu jalan, selokan dan tata guna tanah di sepanjang ruas itu yang akan sangat berarti bagi

engineer. Pada pangkal dan ujung ruas perlu dibuat masing-masing dua foto yang arahnya saling
berhadapan. Usahakan agar tulisan pada `papan lokasi foto' dapat terlihat dengan jelas, namun jangan
sampai posisi papan tersebut mengganggu obyek pengambilan foto (yaitu keadaan permukaan jalan).
Untuk itu `papan' harus diletakkan kurang lebih tiga meter dari alat potret. Kendaraan yang dipakai harus
diusahakan agar tidak menghalangi pandangan pada foto. Hindarkan pantulan sinar matahari bila
menggunakan "white board" sebagai papan lokasi foto. Hentikan pengambilan foto sebelum cuaca
menjadi gelap agar hasilnya memadai. Jangan lupa untuk mengganti angka pal-km pada papan lokasi
foto di setiap titik pemotretan, dan periksa ulang bahwa angka-angka yang tercantum itu sesuai dengan
angka kilometer pada formulir S2. g. Setelah survai selesai, film-film yang sudah terpakai harus segera
dicuci-cetak dengan ukuran kartu pos sebanyak dua kali. Tulis nomor film negatifnya pada formulir S2.
Tulis juga nama kabupaten, nomor ruas jalan dan pal kilometer pada setiap cetakan foto dengan spidol
bilamana tulisan pada papan lokasi foto ternyata kurang jelas. h. Dua set cetakan foto itu supaya disusun
pada lembaran rangkuman yang memuat beberapa foto per halamannya secara berurutan sehingga akan
memudahkan dalam meneliti dan memperbandingkan secara cepat untuk bagian jalan tertentu (sebagai
contoh, lihat format pada halaman berikut). i. Sebagai alternatif, album foto dengan lembaran plastik
tembus pandang akan cocok sekali untuk penyusunan ini. Satu set cetakan foto disimpan di kabupaten
dan satu set lainnya diserahkan kepada PP-PPJKK propinsi untuk keperluan pemantauan selanjutnya.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2B - 7 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2B - 8 2.4.4 PENGGUNAAN INDIKATOR SECARA
DIAGRAMATIS Bagian tengah dari formulir S2 harus digunakan untuk menunjukkan informasi secara
skematis pada pal km yang sesuai, seperti contoh berikut: lokasi dan nama simpul persimpangan,
termasuk nomor ruas dan arah ruas simpangannya lokasi dan nama titik pusat permukiman jembatan
perubahan tipe perkerasan jalan bagian ruas jalan yang tidak dapat dilalui data penting lainnya 2.4.5
KRITERIA PENENTUAN TIPE DAN KONDISI PERMUKAAN JALAN a. Gunakan kode berikut
untuk menentukan tipe permukaan jalan: A : Penetrasi Macadam (PM) atau permukaan beraspal lainnya
( jika lapisan aspalnya sudah hilang, beri tanda dengan A(B) jika lapis pondasinya Batu Telford atau A (K)
jika Kerikil / batu pecah ) B : Telford atau permukaan batu lainnya (dihampar dengan tangan) K : Kerikil
atau permukaan batuan lainnya termasuk JAPAT / AWCAS T : Tanah (jika sulit ditentukan tipenya antara
tanah dan kerikil, beri tanda K/T) b. Catat tipe permukaan jalan setiap 500 meter dalam kotak yang
tersedia pada tiap lembar formulir dan pada setiap titik (sesuai dengan hasil bacaan odometer) dimana
perubahan tipe permukaan terjadi. c. Catat kondisi permukaan ruas jalan setiap 500 meter dalam kotak
yang tersedia dan juga catat pada setiap titik dimana kondisinya berubah sesuai dengan hasil bacaan
odometer. d. Gunakan kode dan kriteria berikut ini sesuai dengan tipe permukaannya : Permukaan
Beraspal B (Baik) : Permukaan jalan mulus tanpa retakan sehingga kendaraan dapat melaju dengan
nyaman pada kecepatan yang diinginkan tanpa lonjakan yang berarti (tampaknya hanya ditemui pada ruas
jalan yang baru dibangun). S (Sedang) : Permukaan jalan dalam kondisi relatif mulus meski terdapat
keretakan dengan tambalan berat atau sedikit bergelombang atau terkadang berlubang dangkal.
Kendaraan dapat melaju relatif lancar pada batas kecepatan minimum tanpa sering melakukan gerak
menghindar terhadap kerusakan. R (Rusak) : Permukaan jalan tidak rata karena berlubang-lubang atau
terkadang perkerasannya rusak atau banyak bergelombang. Kendaraan harus melakukan gerak
menghindar sehingga penumpang merasa kurang nyaman. X Sp. Lawan Pasar Lawan Sojokerto Tidak
dapat dilalui (gorong-gorong) 902 46 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai
2B - 9 RB (Rusak Berat) : Permukaan jalan dalam kondisi rusak berat dengan banyaknya lubang besar
dan bagian yang amblas ditambah drainasenya buruk atau tidak memadai. Kendaraan harus berjalan

lambat atau sering hampir berhenti agar tidak terguncang, sehingga penumpang merasa sangat tidak
nyaman. Permukaan Tidak Beraspal B (Baik) : Permukaan jalan secara keseluruhan padat dan mulus
sehingga kendaraan dapat melaju dengan nyaman pada kecepatan yang dikehendaki tanpa adanya
lonjakan yang berarti (jarang ditemui di lapangan). S (Sedang) : Permukaan jalan relatif padat dan mulus,
tapi sedikit bergelombang, atau terkadang lubang-lubang dangkal. Kendaraan dapat melaju relatif lancar
pada batas kecepatan minimum tanpa sering melakukan gerak menghindar. R (Rusak) : Permukaan jalan
tidak rata akibat banyaknya lubang, atau terkadang rusaknya perkerasan, atau banyaknya gelombang.
Kendaraan harus melakukan gerak menghindar sehingga penumpang merasa tidak nyaman. RB (Rusak
Berat) : Perkerasan jalan dalam keadaan rusak berat dengan banyaknya lubang besar dan bagian yang
amblas ditambah drainasenya buruk atau tidak memadai. Kendaraan harus berjalan lambat agar tidak
terguncang, sehingga penumpang merasa sangat tidak nyaman. Permukaan Batu/Telford Biasanya
digolongkan sebagai Rusak (R) atau Rusak Berat (RB). Namun ditinjau dari sudut analisa biaya
konstruksi, beberapa kondisi permukaan Telford dapat digolongkan sebagai Sedang (S). 2.4.6
PROSEDUR UNTUK PENGUKURAN GEOMETRIK JALAN a. Lebar Perkerasan Jalan Ukur lebar
perkerasan jalan (dalam meter) dengan pita ukur setiap 500 meter dan pada setiap titik dimana terdapat
perubahan lebar perkerasan yang mencolok. Untuk jalan dengan perkerasan Aspal (A), Batu (B) atau
Kerikil (K), ukur lebar permukaan hamparan material tanpa lebar bahu jalannya. b. Gabungan Lebar
Perkerasan dan Bahu Jalan Untuk tipe perkerasan lain yang tidak dapat dibedakan secara jelas bahu
jalannya, ukur saja gabungan lebar perkerasan dan bahu jalannya. Untuk semua ruas jalan, ukur lebar
keseluruhan dari perkerasan dan bahu jalan, yaitu jarak antara kedua parit / selokan samping bila dijumpai
atau antara kedua tepi bagian jalan yang dapat dilewati kendaraan bermotor. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2B - 10 c. Kelandaian Jalan Bedakan kelandaian jalan dalam tiga
kategori berikut ini: D : Datar atau relatif datar B : Berbukit, bergelombang atau berombak;
kelandaiannya sedang, pada umumnya kendaraan jarang memerlukan pindah gigi persneling. G :
Kelandaian yang curam, umumnya kendaraan sering pindah gigi persneling Catat kelandaian jalan yang
dominan sesuai dengan kategori di atas pada setiap jarak 500 meter dan juga catat dimana terdapat
perubahan kelandaian yang berarti, pada suatu titik tertentu. 2.4.7 SURVAI JEMBATAN a. Berhentilah
pada setiap jembatan yang panjangnya 2,0 meter atau lebih, dan ukur panjang serta lebarnya (dalam
meter) dengan pita ukur. Lakukan pula pemotretan serta catat angka yang terbaca pada odometer. b. Lebar
dan panjang jembatan harus diukur seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini: Lebar Jembatan
Jalan kendaraan Lebar Sandaran Catatan : untuk kepentingan perencanaan, lebar jalan kendaraan yang
harus diukur adalah bagian yang dapat dilalui kendaraan sampai batas rel pengaman, bukan lebar
keseluruhan. Panjang Jembatan Satu Bentang Panjang jembatan (x) merupakan hasil pengukuran antara
dua kepala jembatan. X Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2B - 11
Panjang Jembatan Banyak Bentang Total panjang jembatan antara dua kepala jembatan (x) yakni jumlah
panjang dari bentang a, b dan c yang diukur. Gambarkan pada bagian catatan: skets penampang jembatan
dari samping. Sungai tanpa Jembatan Ukur lebar (y) disertai pengambilan foto dari lintasan sungai tanpa
jembatan, baik sungai besar maupun kecil; ukur ketinggian tanah di sisi sungai pada kedua tepinya.
Gambarkan pada formulir S2 sket penampang sungai tersebut. Kebutuhan Pekerjaan Catat tipe pekerjaan
jembatan yang kemungkinan diperlukan sebagai berikut, dengan tambahan keterangan dalam kolom
catatan. PBJ : Jembatan baru atau pembangunan kembali PAJ : Hanya penggantian bangunan atas PJJ :
Perbaikan kecil, misalnya penggantian dek B/S : Kondisi baik/sedang a c b X y Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2B - 12 2.4.8 DATA PENGGUNAAN LAHAN a. Catat
penggunaan lahan yang utama pada bagian kanan dan kiri jalan setiap 500 m dan pada setiap titik bila ada

perubahan yang mencolok. b. Gunakan kode standar berikut: S : Sawah (Padi) T : Tegalan/Ladang
(Tanaman pangan palawija) P : Perkebunan (Tanaman keras) De : Desa/Perkampungan (Perumahan
dengan pekarangan/kebun) Ko : Kota/perkotaan (Perumahan/bangunan tanpa pekarangan) H : Hutan
(Pepohonan dengan semak-semak) TK : Tanah Kosong/Padang Rumput c. Tentukan penggunaan tanah
lainnya sesuai keperluan. 2.4.9 CATATAN TAMBAHAN LAIN Beri keterangan khusus dalam hal:
Rincian terhadap pengambilan foto yang tidak standar, seperti permasalahan, arah,
dan seba
nya Rincian terhadap kondisi jalan, terutama tingkat dan penyebab kerusakan serta
bagian ruas jalan yang tertutup bagi kendaraan roda-4. Informasi tentang ruas jalan yang
bersambungan,dan ruas jalan penghubung Informasi tentang kegiatan ekonomi yakni nama dan lokasi
dari perkebunan, sumber material, usaha dan pabrik pengolahan, pasar dan sebagainya. Contoh dari
penampang melintang jalan . Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2C - 1 3
TUGAS 2C - SURVAI KECEPATAN FORMULIR : S4 3.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1.
Survai kecepaten dimaksudkan untuk mendapatkan suatu perkiraan atas kecepatan normal dari kendaraan
bermotor roda-4 yang beroperasi di suatu ruas jalan. Informasi ini diperlukan untuk memberikan petunjuk
mengenai kondisi umum jalan tadi, yang akan digunakan didalam menghitung biaya operasi kendaraan. 2.
Survai kecepatan dilakukan pada setiap ruas jalan dalam studi dengan menggunakan formulir S4. Suatu
perkiraan kecepatan di setiap ruas jalan dengan memakai satu kendaraan roda-4 dianggap sudah cukup
memadai. 3.2 ORGANISASI DAN PERSIAPAN 1. Pelaksanaan survai kecepatan - S4 dapat
digabungkan dengan pelaksanaan survai kondisi jalan - S2, yaitu pada saat perjalanan kembali di ruas
jalan yang sama. 2. Yang perlu dipersiapkan untuk survai ini adalah : Kendaraan roda-4 dengan odometer
yang dapat dibaca untuk untuk setiap interval 100 meter, seperti yang digunakan pada survai lainnya.
Sebuah stop watch atau jam-tangan dengan ketelitian sampai detik. Satu lembar formulir S4 untuk setiap
ruas jalan. 3.3 PROSEDUR 1. Tempuh panjang ruas jalan itu sekali saja pada setiap arah, dengan
kecepatan normal yang nyaman sesuai kondisi jalannya. Usahakan untuk mengikuti kecepatan rata-rata
kendaraan lain pada ruas jalan itu. Bila ini tidak memungkinkan, pilih kecepatan tertentu yang mendekati
kecepatan maximum yang nyaman dan aman untuk melintasi ruas itu. 2. Jangan mengurangi kecepatan
yang sudah dipilih atau berhenti untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan kegiatan
survai. 3. Catat angka bacaan odometer kendaraan dan waktunya, untuk hal-hal berikut : pada titik
pangkal dan titik ujung perjalanan (catat juga namanya) pada titik dimana terdapat perubahan tipe
perkerasan atau kondisi ruas jalan, yang harus dicatat dalam formulir. pada titik dimana kendaraan
bergerak kembali atau terpaksa harus berhenti (catat lama waktu setiap kali berhenti, serta alasannya
mengapa berhenti). pada ruas jalan yang panjang, catat paling tidak setiap 5 kilometer sekali. 4. Jika titik
pangkal atau titik ujung ruas jalan terletak di daerah perkotaan, dimana kecepatan kendaraan terhambat
oleh kepadatan lalu- lintas atau faktor lain, mulai dan akhiri survai pada titik batas daerah perkotaan,
sehingga kecepatan yang tercatat mewakili kondisi yang serupa dari sebagian besar panjang ruas jalan itu.
Catat pada formulir bila hal ini terjadi dan catat pula bila kepadatan lalu lintas atau faktor penyebab lain
di luar kondisi jalan menjadi penghambat kecepatan laju kendaraan survai di ruas jalan tersebut.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2C - 2 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2D - 1 4 TUGAS 2D - SURVAI LALU LINTAS FORMULIR :
S5A, S5B DAN S5C 4.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Penghitungan lalu-lintas (PLL)
dilakukan untuk menentukan: Lalu lintas harian rata-rata (LHR) pada tiap ruas jalan. Sebaran tipe
pemakai jalan pada tiap ruas jalan. 2. Kedua informasi tersebut akan digunakan didalam : Pemilihan
standar disain yang cocok untuk tiap ruas jalan. Penentuan prioritas untuk perbaikan dan pemeliharaan

jalan. 3. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah penghitungan selama dua hari penuh (masing-masing 12
jam), dilaksanakan paling tidak pada satu pos penghitungan di setiap ruas jalan kabupaten dalam wilayah
survai. Secara umum dapat diasumsikan; diperlukan rata-rata 1 pos penghitungan untuk tiap 5 km dari
ruas yang disurvai. 4. PLL harus dilakukan pada semua ruas jalan, tidak termasuk ruas jalan yang secara
jelas tidak dapat dilalui kendaraan bermotor roda-4. Walaupun demikian, apabila ruas jalan tersebut tidak
dapat dilalui kendaraan roda-4 karena suatu masalah yang sifatnya sementara, tangguhkan pelaksanaan
PLL sampai jalan tersebut dapat dilewati lalu lintas (bila hal itu dapat diharapkan terjadi dalam periode
survai). 5. Bila ruas tersebut terdiri dari beberapa bagian jalan yang tipe permukaannya berbeda, misalnya
sebagian aspal dan sebagian lagi batu/telford, maka pada masingmasing bagian ruas itu diperlukan PLL
selama 2 hari untuk tiap pos. (Tetapi bila ada bagian tipe ruas yang kurang dari 500 meter maka harus
digabung dengan bagian lainnya). 6. Kalau suatu ruas mempunyai tipe permukaan yang sama dan
panjangnya 10 km atau lebih, paling tidak harus ada 2 pos PLL masing-masing untuk 2 hari
penghitungan. Demikian pula, bila suatu ruas terbagi ke dalam beberapa bagian sesuai dengan tipe
permukaannya dan salah satu bagian mempunyai panjang 10 km atau lebih, maka harus diadakan paling
tidak dua pos penghitungan pada bagian tersebut. 4.2 ORGANISASI DAN PERSIAPAN 1. Di tiap
kabupaten, seorang staf dari DPUK/DPU-BM-K harus ditunjuk sebagai koordinator survai lalu lintas
untuk mengawasi program survai ini serta bertanggung jawab penuh untuk seluruh tahapan pelaksanaan
survai. 2. Survai penghitungan lalu lintas harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal waktu studi
perencanaan. Pelaksanaan survai penghitungan lalu lintas beserta analisanya, umumnya memerlukan
waktu antara 2 sampai 3 bulan. 3. PLL dilaksanakan di setiap pos secara manual. Di setiap pos PLL
sebaiknya ditempatkan dua orang petugas PLL. Namun jika lalu lintasnya rendah atau jarak antar pos
cukup dekat, cukup ditempatkan seorang petugas saja. Petugas tersebut dapat diambil dari staf DPU/BM
Kab. atau tenaga setempat. Paling tidak satu (1) orang harus ada di pos PLL setiap saat. Tim PLL harus
dilengkapi dengan jam tangan, ballpoint (warna hitam) papan berjepit (clipboard) dan formulir S5A
secukupnya. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2D - 2 4. Untuk
menghemat biaya dan keperluan pengaturan angkutan serta akomodasi bagi tim PLL, disarankan agar tim
tersebut ditempatkan di daerah sekitar tempat tinggalnya atau tempat bekerjanya dan melaksanakan PLL
pada semua ruas yang ada di daerah tersebut. Namun supaya jumlah staf PLL yang perlu dilatih tidak
terlalu banyak, diusulkan agar tiap tim melaksanakan setidak-tidaknya 5 pos penghitungan, kecuali kalau
jaringan jalannya masih jarang dan belum berkembang. 5. Koordinator Survai Lalu lintas harus
mengunjungi setiap pos PLL paling tidak dua sampai tiga kali pada setiap hari penghitungan, guna
memeriksa kebenaran dari pelaksanaan PLL. Setiap kesalahan yang terjadi harus diperbaiki di lokasi pos
PLL, pada saat itu juga. 4.3 PROSEDUR 4.3.1 KRITERIA UNTUK PENEMPATAN POS PLL a. Kriteria
yang terpenting ialah ; lokasi pos penghitungan lalu lintas harus dipilih secara seksama, di tempat yang
tingkat lalu lintasnya dianggap dapat menggambarkan keadaan lalu lintas pada ruas jalan secara
keseluruhan, atau pada bagian ruas jalan yang tercakup dalam survai PLL. b. Bila memungkinkan, lokasi
pos PLL yang sesuai harus sudah ditentukan pada saat survai (S1/S2) sebelumnya, oleh Koordinator
Survai lalu lintas dan bukan oleh tim PLL. c. Pilihlah lokasi pos PLL dengan menggunakan petunjuk
berikut ini: Pilih satu pos di setiap ruas jalan atau bagian ruas jalan kalau ruas tersebut terdiri dari
beberapa bagian ruas jalan dengan tipe permukaan yang berbeda. Suatu ruas atau bagian ruas yang
mempunyai panjang 10 km atau lebih, harus dibagi sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian ruas jalan
yang mempunyai panjang lebih dari 10 km. Titik yang tepat untuk membagi suatu ruas ialah di suatu
kampung atau persimpangan yang dapat menyebabkan tingkat LL nya berubah. Bila tidak ada tempat
semacam itu, bagilah dengan bagian yang sama. Semua bagian ruas harus dipertimbangkan secara

terpisah untuk maksud survai PLL. Biasanya lokasi pos PLL ditempatkan pada kurang lebih 1/3 dari titik
pangkal ruas jalan yang dianggap lebih penting / ramai. Hindari memilih lokasi pos yang letaknya
berdekatan dengan pasar, sekolah, mesjid, pusat desa, atau tempat ramai lainnya. Biasanya sebagian besar
arus lalu lintas tak bermotor akan menggunakan bagian ruas jalan tersebut, sehingga tidak mewakili
gambaran ruas jalan secara keseluruhan. Pilih lokasi pos PLL yang sekaligus merupakan tempat
berteduh, seperti warung. Lokasi harus ditunjukkan dengan jelas pada gambar peta sket dan foto di
formulir laporan PLL (S5C), yang memungkinkan untuk ditemukan kembali dalam pelaksanaan PLL
berikutnya. Semua pos PLL harus diberi nomor, dan diusulkan agar nomor ruas dijadikan nomor pos.
Kalau ruas terbagi ke dalam beberapa bagian, nomor pos PLL harus dibedakan atas huruf; contoh 33 A
dan 33 B merupakan dua pos PLL di Ruas nomor 33. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 :
Tugas 2 - Survai 2D - 3 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2D - 4 4.3.2
KRITERIA UNTUK WAKTU PENGHITUNGAN a. Penghitungan lalu lintas selama dua hari di setiap
pos, sebaiknya dilakukan pada Hari Pasar (HP) dan Bukan Hari Pasar (BHP) di kota atau kampung yang
terletak dalam wilayah pengaruh ruas jalan. Keragaman lalu lintas dari hari ke hari sangat dipengaruhi
oleh pasar. Tentukan pasar apa yang berpengaruh di setiap ruas jalan dan pada hari apa pasar tersebut
berlangsung (gunakan formulir K12). jika memungkinkan, lakukan PLL untuk ruas jalan yang
bersangkutan pada waktu hari pasar yang sesuai. Penghitungan lainnya dilakukan pada waktu bukan hari
pasar. Apabila HP yang terjadi itu setiap hari atau tidak ada, maka hari PLL ditentukan pada saat hari
teramai pada pasar yang bersangkutan. b. Penting sekali untuk meliput keragaman lalu lintas pada hari
pasar dan bukan hari pasar jika hanya terdapat satu hari pasar yang paling berpengaruh dalam seminggu,
dibandingkan jika terdapat dua atau lebih hari pasar. c. Penghitungan harus tetap dilaksanakan meski
jatuh pada hari Jum'at dan Minggu, kecuali kalau diperoleh informasi bahwa lalu lintas setempat terlalu
tinggi atau terlalu rendah pada hari- hari yang bersangkutan. d. Penghitungan harus dilakukan selama 12
jam, biasanya antara jam 06.00 (pagi) sampai jam 18.00 (sore). Penghitungan dapat dimulai setiap saat
antara jam 05.00 dan 07.00 (pagi) apabila saat tersebut merupakan waktu yang terbaik untuk mencatat
seluruh lalu lintas harian. Bila telah diputuskan untuk memulai PLL selain dari jam 06.00 pagi, maka
ketetapan waktu tersebut juga harus berlaku untuk seluruh pos penghitungan di kabupaten yang
bersangkutan. 4.3.3 PROSEDUR PENGHITUNGAN a. Hitung semua kendaraan, pejalan kaki dan
pikulan yang melewati pos PLL. Jangan menghitung binatang yang lewat, kecuali yang menarik gerobak
atau dokar dan yang membawa beban/barang (baris atau tipe nomor 6). b. Catat lalu lintas untuk setiap
satu jam pada satu lembar formulir S5A. Gunakan formulir baru untuk menghitung LL pada periode jam
berikutnya. Pada bagian atas setiap formulir, harus diisi keterangan mengenai pos PLL dan catat pula
waktu dan keadaan cuacanya. Demikian juga halnya, apabila tidak ada lalu lintas selama jamjam
penghitungan, maka waktu dan keadaan cuaca harus tetap ditulis pada formulir untuk jam yang
bersangkutan. c. Penghitungan lalu lintas untuk masing-masing arah dicatat secara terpisah. Nyatakan
arahnya dengan jelas pada masing- masing kolom dalam satu formulir (S5A) dan jangan diubah letak
kolom arah tersebut. Gunakan nama arah lalu lintas sama dengan nama ruas, yakni kolom (1) dari
pangkal sedangkan kolom (2) dari ujung. Bila volume LL-nya tinggi, disarankan agar menggunakan
formulir S5A secara terpisah untuk masing-masing arah, dan satu orang dari tim PLL ditunjuk untuk
mencatat arus LL untuk setiap arah. Total kedua arah tersebut dapat dicatat pada salah satu set formulir. d.
Berikan tanda yang jelas dan benar pada kolom arah dan baris tipe pemakai jalan untuk setiap kendaraan,
pejalan kaki atau pikulan yang melewati pos PLL. e. Gunakan ballpoint atau pena untuk mengisi formulir
S5A, sebab bila diisi dengan pensil ada kemungkinan nantinya akan ditolak. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2D - 5 f. Kotak-kotak isian data lalu-lintas pada formulir S5A

harus diisi dengan tanda ' / ' yang mewakili satu penghitungan, setiap kotak diisi paling banyak dengan 5
buah tanda, contoh : //// KODE NOMOR DAN KATEGORI LALU LINTAS : Kendaraan tidak
bermotor : 1. Pejalan kaki; orang yang tidak / sedikit membawa barang, termasuk anak-anak. 2. Pikulan
dan penggendong barang; orang yang menggendong / memikul barang, termasuk pikulan kosong. 3.
Sepeda dengan sedikit atau tanpa barang } Hitung juga 4. Sepeda dengan muatan barang (bukan orang) }
sepeda dan becak 5. Becak } meski didorong 6. Kendaraan lain, seperti gerobak yang ditarik
hewan///hewan yang membawa beban. (Catat di formulir S5C - no.6 : tipe yang paling banyak melalui
ruas jalan ini) Kendaraan bermotor : 7. Sepeda motor, skuter dan kendaraan bermotor roda dua lainnya 8.
Microbus atau tipe kendaraan ringan lainnya yang ber-as belakang tunggal dan berroda tunggal, biasanya
digunakan untuk angkutan penumpang 9. Pick-up atau tipe kendaraan ringan lainnya yang ber-as
belakang tunggal dan berroda tunggal, biasanya digunakan untuk angkutan barang 10. Bis sedang dan bis
besar, ber-as belakang tunggal dan ber-roda ganda 11. Truk ringan, dengan daya angkut maksimum antara
4,0 - 8,0 ton, ber-as belakang tunggal dan ber-roda ganda (mis : Mitsubishi Colt, Toyota Dyna) 12. Truk
sedang, dengan daya angkut maksimum antara 6,0 - 12,0 ton, ber-as belakang tunggal dan ber-roda ganda
(mis: Mitsubishi Fuso) 13. Truk berat / besar, dengan daya angkut maks. lebih dari 8 ton, ber-as belakang
ganda dan ber-roda ganda (Truk gandengan termasuk dalam kelompok ini ) 14. Sedan dan Jeep 15. Tipe
kendaraan khusus yang namanya diberikan pada saat survai. (jika ada tipe kendaraan khusus yang biasa
digunakan di daerah tertentu, seperti bemo atau traktor roda-4, hitung jumlahnya yang lewat dan tulis
namanya pada setiap formulir dalam kolom tipe - 15, dan catat tipe yang paling banyak lewat di ruas jalan
ini di formulir S5C - No. 7 ) 4.3.4 PROSEDUR UNTUK MELENGKAPI FORMULIR a. Staf PLL harus
menjumlahkan total lalu lintas untuk setiap jam dalam formulir S5A pada hari itu juga, termasuk
pemberian nilai 0 (nol) apabila tidak ada lalu lintas yang terhitung. Koordinator survai harus memeriksa
hal tersebut dan menyelesaikan formulir himpunan LL dua arah (S5B). Kalau volume lalu lintasnya
rendah dan kemampuan staf PLL-nya cukup memadai, maka formulir himpunan tadi dapat pula
dikerjakan oleh staf bersangkutan. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2D 6 b. Isilah satu formulir S5C untuk setiap pos PLL, segera setelah pekerjaan PLL selesai. Ini harus
dikerjakan oleh koordinator survai berkoordinasi dengan penghitung lalu lintas. c. Perlu diperhatikan
bahwa lokasi pos harus digambar secara jelas pada peta sket, sehingga dapat dikenali kembali bila PLL
diperlukan lagi di kemudian hari. Tunjukkan jarak pos PLL dalam kilometer dari titik pengenal yang jelas
(misalnya persimpangan). Lakukan pemotretan terhadap pos PLL selama dilakukan penghitungan dan
lampirkan pada S5C untuk mendokumentasikan pelaksanaan survai dan letak posnya. d. Setiap kejadian
khusus yang mempengaruhi tingkat lalu lintas selama penghitungan harus dicatat dalam bagian 4 dari
S5C. e. Perhatian khusus harus diberikan terhadap lalu lintas truk, termasuk catatan pada S5C ( no. 5 )
mengenai jenis muatannya; mungkin perlu dilaksanakan survai S6 untuk menentukan secara lebih rinci
mengenai sumber dan muatan yang meningkat karena adanya kegiatan khusus setempat, seperti quarry
atau perkebunan (lihat Tugas 1E/4). f. Penting sekali untuk memeriksa apakah bagian atas formulir S5A
dari setiap pos PLL telah dilengkapi dengan jelas dan dikelompokkan menjadi satu, dan apakah formulir
penghitungan untuk masing-masing pos PLL tetap terpisahkan. g. Bagian atas dari tiap lembar formulir
S5A, S5B dan S5C harus diisi lengkap. Tiap formulir S5A harus ditanda tangani oleh pelaksana PLL pada
saat survai dilaksanakan. Tiap formulir S5B dan S5C harus ditanda tangani oleh koordinator survai LL
yang juga bertanggung jawab dalam analisa data lalu lintas. h. Jumlah dan perkiraan waktu kunjungan pos
PLL oleh koordinator harus dicatat pada S5C (bagian 8). i. Bila fomulir yang digunakan dalam survai lalu
lintas tidak diisi dan ditanda tangani dengan benar, maka hasil tersebut tidak akan diterima sebagai dasar
untuk melakukan analisa. j. Setelah PLL selesai, isi formulir S5A tidak boleh diubah atau disalin; hanya

formulir S5A asli yang sudah ditanda tangani di lapangan atau foto copynya yang akan diterima sebagai
hasil PLL. Peranan Koordinator Survai Lalu Lintas a. Menentukan pos PLL dan jadwal survai b.
Merekrut/mendapatkan dan melatih penghitung lalu lintas. c. Mengawasi pelaksanaan survai dengan
mengunjungi pos PLL paling sedikit dua atau tiga kali sekali untuk memeriksa apakah penghitung lalu
lintas melaksanakan tugasnya dengan benar, meneliti pola lalu lintasnya dan mengambil alih
penghitungan lalu lintas untuk beberapa waktu guna memberi kesempatan penghitung lalu lintas untuk
beristirahat. d. Memeriksa bahwa pengisian formulir S5A diselesaikan dengan benar. e. Menyelesaikan
dan menanda-tangani formulir S5B dan S5C, termasuk sket pos PLL dan foto. f. Menyusun formulir dan
menganalisa datanya (Tugas 3B). Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2D - 7
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2D - 8 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2D - 9 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 Survai 2D - 10 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2E - 1 5 TUGAS 2E SURVAI KEPENDUDUKAN FORMULIR : K11 DAN S7 5.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1.
Survai kependudukan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai taksiran sebaran penduduk
dari semua desa / kampung yang terpengaruh oleh pelayanan suatu ruas jalan, yang saat ini tertutup untuk
lalu lintas kendaraan roda-4 atau yang lalu lintasnya rendah akibat kondisi jalannya. 2. Informasi ini
sangat diperlukan untuk membantu memperkirakan besarnya manfaat yang akan terjadi, jika proyek
peningkatan ruas jalan tadi dilaksanakan. 3. Tugas ini mendasarkan pada kerangka data kependudukan
(atau justru menajamkan datanya bila perlu), yang sudah disiapkan sebelumnya untuk seluruh wilayah
kabupaten dalam tugas 1E/1. 4. Untuk menaksir sebaran penduduk ini diperlukan suatu kajian terhadap
informasi yang sudah dikumpulkan dalam formulir K11 dan survai khusus yang meliputi kunjungan
singkat ke kantor kepala desa dari desa / kampung yang terpilih, dengan menggunakan formulir S7. 5.
Biasanya survai S7 dan S8 (Tugas 2F) dilaksanakan pada waktu yang bersamaan dan dikoordinasikan
dengan survai S2 (Tugas 2B), pada jalan- jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan bermotor roda-4. 6.
Sasarannya ialah untuk melaksanakan studi pada semua ruas jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan
bermotor, di `wilayah perencanaan' yang telah ditentukan untuk dilakukan survai tahunannya. 5.2
PROSEDUR 5.2.1 PEMILIHAN RUAS UNTUK DISURVAI a. Pada wilayah perencanaan yang sudah
ditentukan, mungkin terdapat begitu banyak jalan setapak untuk dicakup survainya dalam satu tahun.
Karena itu survai harus diprioritaskan untuk ruas-ruas jalan yang dipilih dengan mengikuti kriteria
berikut: Jalan tersebut harus mengalami hambatan akses yang cukup berarti (terhambat), yaitu tidak
dapat dilalui kendaraan bermotor atau tingkat lalu lintasnya sangat rendah (dibawah normal) yang
diakibatkan oleh kondisi jalannya yang rusak Masukkan setiap ruas jalan terhambat yang merupakan
bagian dari `jaringan jalan strategis / JJS' (Formulir K2/Tugas 1A/3). Pilih dari K11 dan prioritaskan
ruas-ruas yang melayani paling tidak sekitar 2000 orang. Bila suatu jalan tingkat lalu-lintasnya rendah
namun kondisi jalannya sedang, maka ruas tersebut tidak perlu disurvai kependudukan, karena usulan
pekerjaan berat tidak dapat dibenarkan bagi jalan tersebut Bila dari K11 diketahui bahwa suatu
(beberapa) desa hanya dilayani oleh satu ruas jalan saja, maka ruas jalan tersebut tidak perlu disurvai
kependudukan. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2E - 2 PERLU
DISURVAI TIDAK PERLU DISURVAI 5.2.2 PROSEDUR PENYELESAIAN S7 a. Himpun dan kaji
kembali semua ruas jalan yang terpilih untuk studi kependudukan yang berkaitan dengan kerangka data
kependudukan. Hal ini sudah terhimpun sebelumnya di dalam tugas 1E/1, yakni formulir K11, peta Topo
1 dan peta sket dari setiap desa jika telah diserahkan sebelumnya oleh tiap kecamatan (formulir S7). b.
Tentukan desa-desa yang akan disurvai yang memenuhi kriteria tersebut di atas, dimana sebaran
penduduknya kurang jelas atau memerlukan penegasan. Siapkan program survai, bersama-sama dengan

kebutuhan survai dalam tugas 2F. c. Survaior harus membawa copy K11 untuk kecamatan yang
bersangkutan dan copy peta topo ke setiap kantor desa pada masing-masing desa yang memerlukan survai
ini, kemudian catat pada formulir S7 hal- hal berikut : nama beserta lokasi setiap pemukiman pada desa
itu (kampung, dusun, RK dan lain sebagainya); lokasi ruas jalan kabupaten dan desa yang dapat atau
tidak dapat dilalui kendaraan roda-4, dan bila ada tuliskan nomor ruas serta panjangnya, jembatan utama,
penyeberangan sungai yang tidak ada jembatannya; perkirakan batas desa dan wilayah RK/Kampung;
keadaan alam seperti sungai, danau; ruas jalan penghubung dan nama desa yang bertetangga; arah dan
jarak ke pusat kegiatan yang terletak di luar desa; perkiraan skala dari peta sket yang dibuat. d. Catat
pada formulir S7 semua nama pusat pemukiman yang terdapat dalam desa beserta perkiraan jumlah
penduduknya, sambil memeriksa apakah masing-masing desa sudah ditandai lokasinya pada peta sket dan
jumlah total penduduknya sudah sesuai dengan angka-angka resmi jumlah penduduk desa masingmasing. Tanyakan kepada kepala desa tentang perkiraan kasar jumlah penduduknya atau jumlah kepala
keluarga dari tiap kampung bila tidak ada catatan resmi. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 :
Tugas 2 - Survai 2E - 3 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2E - 4 e. Minta
bantuan kepala desa pada waktu penentuan jumlah penduduk yang dilayani tiap ruas jalan (kecuali jalan
desa kecil) pada desa itu; ikuti petunjuk sebagai berikut : seluruh penduduk desa harus ditentukan
keterlibatannya pada satu ruas jalan yang paling memungkinkan digunakan untuk mencapai pusat
kegiatan di luar desa tersebut, atau untuk mencapai jaringan jalan utama lainnya; kelompok penduduk
yang sama itu jangan ditentukan pada lebih dari satu ruas jalan; dan juga jangan sampai ada bagianbagian tertentu dari kelompok penduduk yang terlewatkan penduduk yang dilayani oleh bagian ruas jalan
dekat titik simpul (misalnya, dalam jangkauan 500 meter dari persimpangan dengan ruas jalan yang lebih
penting) harus dipisah dan ditentukan keterlibatannya pada ruas jalan yang lebih penting tadi, ke arah
mana bagian ruas jalan itu bersambung. Contoh : 01 04 02 03 SKALA 0 500 1000 M F E A B C D
Penduduk Kampung A B C D E F Ditentukan keterlibatannya pada ruas jalan 01 02 02 03 04 01 f.
Selesaikan atau perbaiki formulir K11 bagi semua desa yang telah dilakukan survai kependudukan. Catat
tanggal dilaksanakannya survai S7 pada K11. Periksa dengan teliti apakah semua bagian dari desa yang
bertetangga di dalam wilayah survai telah diliput secara benar. g. Untuk desa-desa yang sangat kecil,
dengan peta sket yang sama dalam satu lembar formulir S7 dapat dicakup beberapa desa sekaligus.
Namun setiap desa tersebut tetap harus dikunjungi. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas
2 - Survai 2F - 1 6 TUGAS 2F - SURVAI HAMBATAN LALU LINTAS FORMULIR : S8 6.1 RUANG
LINGKUP DAN TUJUAN 1. Ruas jalan yang dipilih untuk studi kependudukan, kemungkinan besar
mempunyai hambatan berupa; tertutup bagi kendaraan roda-4 sepanjang tahun atau sebagian waktu dalam
setahun, atau mempunyai tingkat lalu lintas kendaraan roda-4 yang rendah sebagai akibat dari kondisi
jalannya yang sangat parah. Hal semacam ini dapat dikatakan sebagai jalan terhambat atau jalan yang
tidak dapat diandalkan. 2. Untuk menentukan manfaat dari perbaikan ruas jalan itu diperlukan data
tentang; berapa kali dan untuk berapa hari per tahunnya ruas jalan tersebut tertutup, kejelasan mengapa
dan dimana ruas itu tidak dapat dilalui, adakah ruas jalan alternatif lain; dan sudah berapa lama ruas jalan
itu dalam kondisi demikian. 6.2 PROSEDUR 1. Gunakan formulir S8 untuk keperluan survai ini; untuk
setiap pusat pemukiman yang ada di sepanjang ruas diperlukan satu formulir S8 yang harus diisi
berdasarkan wawancara dengan kepala desa/kampung atau penduduk lainnya. 2. Pelaksanaannya
biasanya digabung dalam suatu survai lapangan bersama-sama dengan survai penyeberangan penduduk
(tugas 2E/formulir S7) dan survai penyaringan (Tugas 2B/ Formulir S2). 3. Pekerjaan survai itu harus
dilakukan oleh salah seorang Transport Planner; tidak dapat dibenarkan untuk memberikan tugas ini
kepada staf yang masih muda dan belum berpengalaman atau kepada pejabat desa. 4. Pada saat

melaksanakan survai, survaior harus membawa hal-hal berikut ini : Copy formulir K12 yang telah
dilengkapi datanya Copy - 3 peta topo Copy formulir S2 bila telah diselesaikan 5. Pada saat di lokasi
survai, survaior harus menyelesaikan setiap pertanyaan sampai dengan `Jenis Angkutan yang Dipakai
Survaior ke Lokasi Survai'. 6. Pertama-tama responden harus ditanya mengenai pusat kegiatan yang
paling sering dikunjungi oleh penduduk, dan berapa jarak antara pusat kegiatan tadi dengan tempat
wawancara. 7. Di dalam wawancara ini yang penting ialah memeriksa bahwa nama pusat kegiatan dari
responden tersebut tercantum dalam K12. Jika namanya tidak ada di K12, tanyakan secara rinci mengenai
pusat kegiatan itu seperti yang diperlukan dalam K12. Juga tanyakan mengapa pusat kegiatan itu yang
lebih disukai dari pada yang ada di K12, dan catat alasan-alasannya pada ruang kosong di bawah kotak
Nama Pusat Kegiatan di formulir S8. 8. Untuk pertanyaan berikutnya sampai dengan nomor 5.3, jawaban
yang diberikan responden harus dicatat. Jika memungkinkan, survaior harus memeriksa ulang dan
mencoba untuk memperjelas jawaban-jawaban tidak konsisten yang diberikan responden. Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2F - 2 9. Di dalam mengisi pertanyaan nomor 2,
responden mungkin tidak mengetahui lokasi hambatan berdasarkan pal kilometer pada ruas dan hanya
mengetahui nama lokasinya. Dalam hal ini survaior harus memeriksa lokasi tersebut dari peta topo, atau
formulir S2 dan cantumkan perkiraan pal kilometernya. 10. Lengkapi pertanyaan nomor 6 dari jawaban
nomor 2,3,4 dan 5. Bagian pertama dari pertanyaan ini, berikan tanda silang `X' pada kotak yang sesuai
untuk setiap tipe hambatan yang ada di antara lokasi survai dan pusat kegiatan. 11. Sebelum mengakhiri
wawancara, survaior harus menyelesaikan sket diagram untuk membantu menafsirkan dan memeriksa
informasi-informasi yang dicatat dalam wawancara terdahulu yang menunjukkan : Nama pasar/pusat
kegiatan luar. Jarak perjalanan dari pasar ke pangkal ruas (seperti yang diukur oleh survaior) Lokasi
tempat dilakukannya survai dan jarak perjalanannya dari pangkal ruas (seperti yang diukur oleh survaior)
Penyebab utama hambatan akses yang sejauh ini ditemukan di sepanjang ruas Pal-Km dari pangkal ruas
sampai titik dimana hambatan akses dimulai. Kode hambatan akses yang menunjukkan tingkat hambatan
pada bagianbagian di sepanjang ruas jalan sampai batas titik survai. Gunakan diagram untuk
menunjukkan lokasi dan jaraknya kira-kira pada skala yang benar. 12. Akhirnya selesaikan bagian 7 yang
berkaitan dengan riwayat dari ruas tersebut. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 Survai 2F - 3 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2F - 4 Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2F - 5 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas
3 Analisa DAFTAR ISI Halaman 1. TUGAS 3A ANALISA DATA RUAS
JALAN ............................................. 3A-1 1.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan ............................................................................... 3A-1 1.2 Prosedur Penentuan Ruas
Jalan ........................................................................ 3A-1 1.3 Pembuatan Ikhitisar Data Ruas
Jalan ................................................................ 3A-4 2. TUGAS 3B ANALISA DATA LALU
LINTAS ............................................ 3B-1 2.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan .............................................................................. 3B-1 2.2 Prosedur Penyesuaian
Data ............................................................................... 3B-1 2.3 Kaji Ulang Hasil Penghitungan Lalu
Lintas ..................................................... 3B-3 2.4 Penghitungan Lalu Lintas
Tambahan/Ulangan ................................................. 3B-4 3. TUGAS 3C PENENTUAN
PROYEK .......................................................... 3C-1 3.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan ............................................................................... 3C-1 3.2 Prosedur Penomoran
Proyek ............................................................................. 3C-1 3.3 Prosedur Penentuan
Proyek .............................................................................. 3C-2 3.4 Ilustrasi Penentuan
Proyek ................................................................................ 3C-3 3.5 Kriteria Penentuan

Proyek ................................................................................ 3C-4 3.6 Prosedur Penaksiran Karakteristik


Proyek ........................................................ 3C-4 4. TUGAS 3D PENAKSIRAN PEMANFAAT LALU
LINTAS ...................... 3D-1 4.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan ............................................................................... 3D-1 4.2 Kriteria Lalu Lintas dan Kondisi
Jalan ............................................................. 3D-2 4.3
Prosedur ............................................................................................................ 3D-5 5. TUGAS 3E
ANALISA PROYEK KEPENDUDUKAN ............................... 3E-1 5.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan ............................................................................... 3E-1 5.2 Analisa
Data ...................................................................................................... 3E-1 5.3 Prosedur Penyelesaian
Formulir A3 ................................................................. 3E-3 5.4 Penanganan Ruas Jalan yang Memiliki
Dua Arah Jalan Keluar ....................... 3E-10 5.5 Penyesuaian Bagi Ruas
Cabang ........................................................................ 3E-10 5.6 Penanganan Ruas Jalan Tanpa
Hambatan ......................................................... 3E-11 6. TUGAS 3F STUDI DAN PERMASALAHAN
KHUSUS ............................ 3F-1 6.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan ............................................................................... 3F-1 6.2 Proyek Pengalihan Lalu Lintas (Tugas
3F/1) ..................................................... 3F-1 6.3 Proyek Jembatan (Tugas
3F/2) ......................................................................... 3F-11 6.4 Proyek Pelebaran Jalan (Tugas
3F/3) ................................................................ 3F-22 6.5 Studi Pengembangan Pertanian (Tugas
3F/4) ................................................... 3F-25 6.6 Jalan Perkotaan (Tugas
3F/5) ............................................................................ 3F-27 6.7 Jalan Berlalu-Lintas Tinggi (Tugas
3F/6) ......................................................... 3F-28 7. TUGAS 3G PENILAIAN LINGKUNGAN DAN
PROSEDUR KONSULTASI ........... 3G-1 7.1 Penilaian Lingkungan (Tugas
3G/1) ................................................................. 3G-1 7.2 Prosedur Konsultasi
(3G/2) .............................................................................. 3G-8 TUGAS 3 - A N A L I S A WAKTU : MEI JUNI TUGAS TUJUAN / PROSEDUR FORMULIR 3A ANALISA DATA RUAS JALAN Merangkum
dan meringkas data-data dari survai S2 dan S4 dalam format standar pada lembar A1 untuk mendapatkan
gambaran menyeluruh dari masing-masing ruas yang disurvai. S2, S4, A1 3B ANALISA DATA LALU
LINTAS Merangkum data dari survai S5 pada lembar analisa A2 dan menghitung LHR ekivalennya
untuk keperluan penentuan KRLL dan penaksiran manfaat. Ringkasan hasilnya kemudian dipindahkan ke
dalam lembar analisa A1. S5-B/C, A2 3C PENENTUAN PROYEK Menentukan bagian proyek yang
rasional untuk dievaluasi lebih lanjut berdasarkan ; tingkat lalu-lintas, jenis permukaan dan kondisi jalan.
A1 3D PENAKSIRAN MANFAAT LALU LINTAS Menaksir nilai manfaat per-kilometer yang
diharapkan terjadi karena jalan ditingkatkan, berdasarkan tingkat lalu-lintas dan tipe / kondisi permukaan
jalan yang ada sekarang dengan menggunakan tabel penuntun manfaat lalu-lintas yang sudah disiapkan
oleh tingkat pusat. A2, TABEL MANFAAT L.L 3E ANALISA PROYEK KEPENDUDUKAN
Mengevaluasi proyek jalan yang memiliki hambatan akses untuk kendaraan roda-4, berdasarkan metoda
perkiraan lalu-lintas yang potensial akan terjadi jika jalan ditingkatkan. Penaksiran nilai manfaat perkilometer dilakukan berdasarkan hasil survai penyebaran penduduk pemakai jalan (S7) dan survai
hambatan lalu-lintas (S8) , yang dianalisa untuk setiap ruas pada lembar analisa A3. S7, S8, A3 3F STUDI
DAN PERMASALAHAN KHUSUS Proyek jalan yang tidak dapat ditangani oleh metoda standar
dengan evaluasi secara umum, memerlukan studi atau perlakuan khusus. Proyek akan dievaluasi secara
non-standar / khusus menurut jenis kasusnya, misalnya ; proyek pengalihan lalu-lintas yang besar, jalan
yang sangat dipengaruhi oleh kegiatan produksi pertanian, pelebaran jalan, proyek jembatan besar, dsb.
S6A/B/C/A4 FORM/ CEKLIS KHUSUS 3G PENILAIAN LINGKUNGAN DAN PROSEDUR

KONSULTASI Proyek-proyek jalan yang diusulkan harus melalui suatu proses penilaian aspek
lingkungan dan sudah dikonsultasikan dengan masyarakat yang terpengaruh proyek. Proses penilaian
lingkungan untuk saat ini masih dilakukan oleh instansi tingkat pusat, namun kabupaten harus
mengetahui dan ikut mensahkan informasi mengenai lingkungan serta membantu melaksanakan dan
memantau pengurangan dampak lingkungan dari proyek. Masyarakat yang terpengaruh oleh proyek harus
diberitahu sebelumnya mengenai pembangunan jalan yang diusulkan, termasuk penanganan yang benar
dalam hal ganti rugi tanah jika memang diperlukan. ANALISA DATA RUAS JALAN 3A SURVAI 2
PENENTUAN PROYEK 3C ANALISA DATA LALU LINTAS 3B PENAKSIRAN MANFAAT LALU
LINTAS 3D PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN 4 EVALUASI & PENYARINGAN PROYEK 5A
ANALISA PROYEK KEPENDUDUKAN 3E STUDI DAN PERMASALAHAN KHUSUS 3F
PENILAIAN LINGKUNGAN & KONSULTASI 3G PERSIAPAN PROGRAM TAHUNAN 5
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3A -1 1 TUGAS 3A : ANALISA
DATA RUAS JALAN FORMULIR : A1 - (S2, S3 DAN S4) 1.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1.
Maksud dari analisa data ruas jalan ini adalah untuk merangkum informasi yang diperoleh pada waktu
survai penyaringan ruas jalan (Formulir S2) ke dalam formulir yang lebih sesuai, untuk keperluan :
penyederhanaan analisa biaya penyederhanaan penaksiran `manfaat lalu lintas' pemantauan dokumentasi
data inventarisasi ruas jalan 2. Untuk keperluan tersebut di atas dipakai Lembar Data Proyek A1. 3.
Formulir A1 pada bagian kiri mencakup informasi mengenai : karakteristik yang ada pada setiap ruas
jalan, yang dilengkapi dengan kolom untuk pengisian data bagian ruas jalan per kilometer hingga
sepanjang sepuluh kilometer. 4. Bagian kanan formulir akan digunakan untuk menentukan proyek
peningkatan atau pemeliharaan berkala dan pengisian ringkasan data proyek, biaya proyek serta
manfaatnya. 5. Foto-foto hasil pemotretan survai harus dikumpulkan secara terpisah sesuai dengan
petunjuk pada survai penyaringan ruas jalan (S2). 1.2 PROSEDUR PENENTUAN RUAS JALAN 1.
Gunakan formulir kosong A1 untuk mengisi data pokok setiap ruas jalan dan tulis pada sudut kiri atas
semua informasi berikut ini : nama kabupaten nama dan nomor ruas jalan titik pengenal pangkal dan
ujung ruas panjang ruas jalan dari bacaan odometer (ODOM) dan yang sudah disesuaikan (YSD) berikut
faktor penyesuai odometer (FPO) - lihat S3 2. Sebagian besar informasi ini seharusnya sudah
dikumpulkan pada waktu survai sebelumnya dan dicatat pada formulir K1, yakni Daftar Induk Jaringan
Jalan Kabupaten, tetapi penting untuk diperiksa lagi apakah informasinya masih konsisten dengan
informasi hasil survai penyaringan ruas jalan. 3. Lihat Tugas 1A/1 tentang bagaimana menentukan titik
pengenal ruas jalan. 4. Jika hasil survai menunjukkan odometer kendaraan tidak dapat digunakan, tulislah
panjang perkiraan pada kotak KM YSD dan beri penjelasan bagaimana ruas jalan itu diukur pada kotak
ODOM (misalnya: pita ukur/meteran). Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa
3A -2 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3A -3 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3A -4 1.3 PEMBUATAN IKHTISAR DATA RUAS JALAN 1.
Buat ikhtisar data ruas jalan setiap kilometer, dengan menggunakan angka odometer kendaraan yang
belum disesuaikan. 2. Mulailah dari Km 0,0 pada bagian bawah formulir A1, yaitu titik yang bertepatan
dengan nama serta titik pengenal. Bila panjang ruas jalan melebihi 10 kilometer, lanjutkan ikhtisar data
ruas jalan tersebut pada lembar kedua (dengan memberi nomor halaman yang berurutan pada kotak yang
tersedia di sudut kanan atas); ulangi prosedur penentuan data ruas dan panjang ruas jalan lalu catat
kembali lanjutan panjang kilometernya pada formulir baru dari bagian bawah ke atas (dimulai dari Km
10, 11, 12, dan seterusnya). 3. Buat garis mendatar sebagai penutup pada kilometer ujung ruas jalan dan
tarik garis diagonal pada bagian sisa yang kosong. 4. Prosedur pengisian ikhtisar data ruas jalan adalah
sebagai berikut : Pada kolom bagian kiri formulir, tunjukkan pada pal km yang sesuai; lokasi

persimpangan jalan, nomor ruas yang bersimpangan lokasi dan nama pemukiman, sungai/jembatan, dan
sebagainya. Pada kolom-kolom bagian tengah, tunjukkan perubahan pokok dari karakteristik jalan.
Gunakan data rata-rata atau yang dominan bila terdapat banyak variasi perubahan pada kilometer yang
sama. Beri tanda '+' untuk setiap lokasi pemotretan dan tanda '(x)' untuk setiap lokasi PLL; periksa
apakah lokasi pos PLL juga tercantum pada peta topo. Tulis S8 untuk menunjukkan perkiraan lokasi
survai S8 jika dilaksanakan. Catat kecepatan rata-rata kendaraan untuk tiap bagian ruas jalan (dari
formulir S4). Catat lebar lintasan sungai tanpa jembatan dan beri tanda (misalnya x 25) pada kolom yang
sesuai. Demikian pula dengan sungai yang mempunyai jembatan, catat panjang dan lebarnya. Gunakan
tinta warna hitam dalam merangkum seluruh data pada formulir ini sejelas dan serapi mungkin, agar
memberikan hasil copy yang memadai. 5. Informasi mengenai riwayat pekerjaan jalan (bila tersedia dari
formulir K3 yang telah disusun sebelumnya) harus dipindahkan ke ruang yang disediakan di pojok kiri
bawah dari lembar A1. Masukkan keduanya baik pekerjaan berat (PK) maupun pemeliharaan berkala
(MP). Ini diperlukan untuk dokumentasi dan untuk membantu membuat penilaian bagi kebutuhan
pekerjaan lebih lanjut (Tugas 4). Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3B - 1
2 TUGAS 3B - ANALISA DATA LALU LINTAS FORMULIR : A2 (S5A, S5B DAN S5C) 2.1 RUANG
LINGKUP DAN TUJUAN 1. Data lalu lintas yang langsung diperoleh dari lapangan harus diubah ke
dalam bentuk perkiraan lalu lintas harian rata-rata (LHR), termasuk untuk penyesuaian lalu lintas pada
malam hari yang tidak terekam dan variasi lalu lintas yang disebabkan hari pasar. 2. Lalu lintas kendaraan
tak bermotor dan sepeda motor harus diubah ke dalam bentuk `ekivalen kendaraan roda-4' sebagai dasar
keperluan penyederhanaan evaluasi proyek. 3. Data itu harus dikaji ulang untuk memeriksa terjadinya
kesalahan dan penyimpangan dalam pencatatan data serta untuk mengambil tindakan yang tepat dalam
mengatasinya. 2.2 PROSEDUR PENYESUAIAN DATA 1. Pada kolom A dan B formulir A2, catat
TOTAL hasil dua kali penghitungan lalu lintas @ 12 jam (biasanya pukul 6.00-18.00 sebagaimana
tercatat pada formulir S5B). Catat pula waktu pelaksanaan PLL yang sebenarnya di lapangan. Jelaskan
apakah penghitungan dilakukan pada HP ataukah BHP di daerah pengaruh ruas jalan itu (seperti tercatat
pada formulir S5C) dan cantumkan nama pasar yang paling mempengaruhi lalu-lintas di lokasi pos PLL.
2. Periksa ulang data penghitungan lalu lintas; Tipe kendaraan 5, 12 dan 13 tidak umum dijumpai di jalan
kabupaten, bila ada yang tercatat periksa ulang apakah pemindahannya dari formulir S5A untuk
penghitungan tiap jam sudah benar. Apabila jumlah truk (tipe 10-13) yang lewat tercatat cukup banyak
atau tidak tercatat selama periode PLL, maka Koordinator Survai Lalu Lintas harus melengkapi
pertanyaan No. 5 pada formulir S5C. 3. Perlu diadakan pemeriksaan ulang terhadap formulir laporan S5C
tentang tipe angkutan ditarik hewan dan yang paling banyak dipakai di ruas itu (seperti gerobak, dokar,
kuda beban), masukkan ke dalam tipe 6 bila tercatat adanya tipe angkutan tersebut; 4. Jika tercatat adanya
kendaraan tipe 15, ulangi penentuannya dari formulir S5A dan S5C. Jika ternyata sejenis dengan salah
satu dari 14 tipe lainnya, tambahkan ke dalam jumlah tipe tadi. Jika tidak sejenis, masukkan ke dalam
baris tipe 15 pada formulir A2. (Dalam hal lebih dari satu tipe kendaraan yang tercatat sebagai tipe 15
pada satu pos PLL, masukkan saja nama tipe kendaraan yang paling banyak lewat); 5. Bandingkan ke dua
angka tiap tipe kendaraan yang tercatat pada kolom A dan B. Jika angka yang tertinggi melebihi dua kali
lipat dari angka terendah, periksa ulang apakah data yang dipindahkan dari formulir S5A sudah benar; 6.
Masukkan dan periksa ulang SUB-TOTAL (1-6 dan 8-15) serta TOTAL seluruhnya (1-15) pada kolom A
dan B; Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3B - 2 Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3B - 3 7. Hitung rata-rata dua hasil penghitungan untuk tiap
tipe kendaraan dengan jalan menjumlahkan angka pada kolom A dan B kemudian dibagi dua. Catat
hasilnya di kolom C. Masukkan dan periksa ulang SUB-TOTAL beserta TOTAL; 8. Sesuaikan angka rata-

rata lalu lintas dari penghitungan 12 jam menjadi 24 jam dengan jalan mengalikan angka di kolom C
dengan faktor yang tertera di kolom D. Masukkan hasilnya di kolom E, kemudian bulatkan angkanya.
Masukkan dan periksa sub total dan nilai manfaat total di kotak pada bagian bawah dari kolom E. (Faktor
penyesuai pada kolom D memberikan kemungkinan bagi lalu lintas malam hari yang tidak tercatat dan
merubah data lalu- lintas ke dalam bentuk `ekivalen kendaraan roda-4' sebagai dasar bagi keperluan
evaluasi proyek); 9. Hitung jumlah lalu lintas rata-rata kendaraan roda-4 saja selama 24 jam dengan
mengalikan sub total kendaraan nomor 8-15 yang ada di kolom C dengan faktor penyesuai 12/24 jam
yang ada. Masukkan segera hasilnya ke dalam kotak KRLL di bagian bawah kolom C. 10. Hitung
proporsi Bauran Kendaraan Berat (BKB) untuk keperluan penaksiran biaya nantinya (Tugas 4B) ;
tambahkan data lalu lintas (yang belum disesuaikan) untuk jenis 12 + 13 (truk sedang dan berat, bila ada)
dalam kolom C, lalu bagi dengan jumlah total (yang belum disesuaikan) untuk kendaraan roda 4 (total 815) ; kemudian kalikan dengan 100 untuk mendapatkan persentasenya. 2.3 KAJI ULANG HASIL
PENGHITUNGAN LALU LINTAS 1. Setelah semua penghitungan lalu lintas dianalisa, maka hasil tiap
penghitungan tadi perlu dikaji ulang untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan atau
didapatkan tingkat lalu lintas yang tidak menggambarkan lalu lintas normal pada suatu ruas jalan. 2. Jika
setelah pemeriksaan data terdapat permasalahan seperti di bawah ini, catat permasalahannya dalam kotak
yang tersedia pada bagian bawah forumolir A2. a. Lalu lintas pada hari pasar (HP) lebih rendah dari pada
bukan hari pasar (BHP); b. Ada perbedaaan mencolok antara lalu lintas yang tercatat pada dua hari yang
berbeda (bila keduanya HP atau BHP). Yang dimaksud perbedaan mencolok adalah bila salah satu hasil
penghitungan melebihi sampai dua kali lipat dari yang lainnya untuk suatu tipe kendaraan, atau SUB
TOTAL kendaraan bermotor (8- 15) pada salah satu hari lebih dari 25% di atas hari lainnya, kecuali bila
keduanya mencatat kurang dari 50 kendaraan bermotor per hari ; c. Permukaan ruas jalan aspal dalam
kondisi baik atau sedang, namun lalu lintasnya kurang dari 50 kendaraan roda-4 per hari (SUB- TOTAL
8-15 pada kolom D); d. Ruas jalan bukan aspal dan dalam kondisi rusak atau rusak berat namun lalu
lintasnya melebihi 200 kendaraan roda-4 per hari; e. TOTAL (1-15) meragukan jika dibandingkan dengan
jumlah pada bagian ruas lain yang berhubungan, misalnya pada akhir bagian ruas jalan (jalan tembus)
lebih besar dari pada yang dekat dengan persimpangan dengan ruas utama; f. Laporan S5C (No.4) dapat
memberikan alasan mengapa data penghitungan lalu lintas tidak menunjukkan tingkat lalu lintas yang
normal; Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3B - 4 g. Sesuai dengan
kriteria lokasi pos PLL yang terdapat pada peta sketsa di formulir laporan, lokasi itu sangat tidak sesuai
untuk melakukan penghitungan lalu lintas yang mewakili ruas itu. 2.4 PENGHITUNGAN LALU
LINTAS TAMBAHAN/ULANGAN 1. Bila terdapat masalah seperti tercantum di atas dan ruas jalannya
terpilih untuk mendapat pekerjaan berat, maka penghitungan lalu lintasnya harus diulang guna
menentukan data LHR yang masuk akal. 2. Bila suatu proyek yang telah ditentukan untuk dilaksanakan,
ternyata tidak memiliki PLL pada lokasi yang tepat, maka perlu dilakukan penghitungan lalu lintas
tambahan pada bagian ruas jalan tersebut yang merupakan bagian dari proyek yang bersangkutan.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 C - 1 3 TUGAS 3C - PENENTUAN
PROYEK FORMULIR : A1 3.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Suatu proyek merupakan hasil
penentuan dari satu bagian ruas jalan untuk keperluan perhitungan biaya, evaluasi dan penganggaran dari
berbagai kategori pekerjaan dalam rencana tahun program tertentu. Hal ini dapat berupa satu ruas jalan
secara penuh atau bagian dari satu ruas, tapi bukan gabungan dari dua ruas atau lebih. 2. Data proyek
ditabulasi pada bagian kanan atas lembar formulir data proyek A1 (Data ruas jalan dengan karakteristik
yang ada pada tiap ruas, ditabulasi di bagian kiri lembar data proyek bila hasil survai penyaringan ruas
jalan telah dianalisa, lihat tugas 3A). 3.2 PROSEDUR PENOMORAN PROYEK 1. Setiap proyek jalan

yang sudah ditetapkan masuk ke dalam sistim perencanaan perlu diberi nomor khusus bagi
pendokumentasian serta pemantauan dengan komputer di tingkat pusat). 2. Proyek-proyek ditentukan
dengan sistim pemberian kode, seperti contoh berikut : 90 32 07 002 0 Tahun Usulan Konstruksi
(1990/91) Kode Propinsi (mis: Jawa Barat) Kode Kabupaten (mis: Garut) Nomor Ruas Kabupaten Kode
Sub Proyek pada Ruas ybs Dua angka pertama menunjukkan tahun dimana program yang bersangkutan
sedang disiapkan; namun bila proyek ditunda, nomor ini harus tetap dipakai sampai pekerjaan yang
direkomendasikan selesai dilaksanakan, meskipun jika proyek tersebut ditunda untuk tahun-tahun
berikutnya. Empat angka selanjutnya menunjukkan kode propinsi dan kabupaten berdasarkan sistim
pemberian kode standar yang digunakan Biro Pusat Statistik (lihat Lampiran). Angka terakhir
menunjukkan nomor ruas kabupaten seperti yang tertera di K1. Pemberian kode sub-proyek seperti
002.1, 001.2 dst. harus digunakan kalau satu ruas jalan dibagi ke dalam dua proyek atau lebih untuk
evaluasi dan pelaksanaan pekerjaan jalan. Nomor ruas yang sudah tercantum di formulir K1 seperti 02.1,
02.2 dst, jika memungkinkan harus ditentukan ulang atau digabung kembali misalnya menjadi 02. 3.
Proyek-proyek tersebut mungkin akan dibagi lebih lanjut oleh Planning Engineer ke dalam segmensegmen terpisah untuk keperluan perhitungan biaya, tetapi kesemuanya ini akan dijumlahkan kembali
untuk keperluan evaluasi (Bila perlu nomor segmen tersebut dapat ditambahkan pada angka terakhir dari
nomor proyek, misalnya 004.11 atau 003.02). Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3
Analisa 3 C - 2 4. Proyek `jembatan saja' sebagai proyek yang terpisah dapat pula ditentukan dengan cara
ini ; misalnya, 004.01 menunjukkan proyek jembatan yang terpisah pada ruas nomor 04. 3.3 PROSEDUR
PENENTUAN PROYEK 1. Untuk setiap proyek diperlukan satu set lembar data proyek A1 yang
lengkap. 2. Pada bagian sebelah kanan atas lembar ini, proyek-proyek tadi harus diberi pengenal
berdasarkan nomor proyek, pal kilometer (yang sudah disesuaikan) sepanjang ruas jalan berupa titik awal
dan titik akhir serta panjang proyek itu; sebagai contoh, ruas jalan dengan panjang 14 kilometer mungkin
dibagi menjadi 2 proyek: No. Proyek (1) Pal Km Awal (2) Pal Km Akhir (3) Panjang Proyek (Km) (3) (2) 008.1 008.2 0,0 6,0 6,0 14,0 6,0 8,0 3. Bila data ruas jalan terdiri dari satu proyek tetapi dicatat pada
dua lembar atau lebih yakni ruas jalan yang panjangnya lebih dari 10 kilometer, lengkapi data proyek di
bagian atas lembar kerja A1 pada halaman pertama, dan biarkan bagian data proyek pada halaman dua
(dan selanjutnya) kosong. 4. Bila suatu ruas jalan mempunyai panjang kurang dari 10 kilometer dan
dibagi ke dalam dua proyek atau lebih, buat copy lembar kerja tadi berikut data ruas jalannya; gunakan
lembar kerja asli untuk memasukkan data proyek yang pertama, lalu copynya untuk memasukkan data
proyek yang kedua. Coret atau buat garis diagonal pada bagian data ruas jalan yang tidak berhubungan
dengan proyek yang sedang dievaluasi pada lembar kerja yang bersangkutan (asli maupun copynya), lalu
buat garis mendatar yang memotong kolom data ruas jalan pada titik perpotongan kedua proyek; dengan
demikian terdapat lembar kerja terpisah bagi masing-masing proyek. 5. Bila data suatu ruas jalan terdiri
dari dua proyek dan tercatat dalam dua lembar atau lebih, masukkan data proyek kedua ke dalam lembar
kerja asli kedua atau berikutnya. Buatlah garis mendatar (tanpa menarik garis diagonal) pada kilometer
yang merupakan batas kedua proyek tersebut. 6. Dua ruas jalan yang terpisah jangan digabung menjadi
satu proyek untuk menghindari nomor proyek yang membingungkan. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 C - 3 3.4 ILUSTRASI PENENTUAN PROYEK KM 0,0 - 5,1
KM 5,1 - 10,0 A AS Pembagian berdasarkan perubahan arus lalu lintas di pusat pemukiman (M). D KM
0,0 - 4,0 KM 4,0 - 10,0 AS BRB Pembagian berdasarkan arus lalu lintas dan tipe/kondisi permukaan pada
titik dimana terdapat perubahan tipe permukaan. D KM 0,0 - 5,6 KM 5,6 - 9,8 BR TRB Pembagian
berdasarkan tipe/kondisi permukaan dan perubahan arus lalu lintas yang diduga terjadi (meskipun tidak
ada pos PLL yang kedua) di pusat pemukiman (M), dimana tipe permukaannya berubah. Catatan :

perubahan kelandaian jalan tidak cukup mencolok untuk menentukan proyek KM 0,0 - 5,1 KM 5,1 - 9,5
AS AS Pembagian pada persimpangan atas dasar arus lalu lintas dan kelandaian jalan. D BG KM 0,0 10,0 AS AR AS ARB AS AR Merupakan satu proyek, karena perubahan dari arus lalu lintas tipe/ kondisi
permukaan, dan kelandaian jalan tidak cukup mencolok untuk membenarkan pembagian proyek, yaitu ;
rata- rata aspal sedang/rusak rata-rata LHR = 112, kelandaian jalan secara umum datar. KM 0,0 - 10,0 BR
BRB BR TR BR Merupakan satu proyek, karena tidak ada alasan untuk memperkirakan perubahan yang
berarti dari arus lalu lintas; rata-rata tipe/kondisi permukaan jalan batu rusak ; tidak ada perubahan pada
kelandaian jalan. 100 LHR 0,0 5.1 10.0 50 LHR 50 LHR 0,0 4.0 10.0 100 LHR 40 LHR 5.6 9.8 D B G D
B 0.0 120 LHR 80 LHR 0,0 5.1 9.5 120 LHR 105 LHR 0,0 50 LHR 0,0 10.0 D 10.0 D B D B
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 C - 4 3.5 KRITERIA PENENTUAN
PROYEK 1. Bila memungkinkan, titik awal dan akhir proyek harus searah dengan titik pangkal dan ujung
ruas jalan atau simpul ruas jalannya. 2. Bila ruas jalan dibagi ke dalam 2 proyek atau lebih , titik pengenal
di lapangan harus ditentukan sejelas mungkin untuk menandai titik awal dan akhir proyek, sebagai
tambahan pada Pal KM; sebagai contoh hal ini dapat berupa titik persimpangan jalan, maupun titik-titik
yang dapat dikenali pada pemukiman dan hal itu harus ditentukan pada bagian inventarisasi di lembar
data proyek A1. 3. Kriteria utama untuk menentukan proyek didasarkan pada urutan kepentingannya
Perubahan mencolok pada lalu lintas kendaraan roda-4 yang melintasi jalan Perubahan mencolok pada
tipe atau kondisi permukaan. Perubahan mencolok pada kelandaian jalan. 4. Jangan membagi ruas jalan
ke dalam beberapa proyek, bila perubahannya relatif sedikit. Sebagai contoh; abaikan bagian pendek
dengan permukaan aspal sedang pada ruas jalan yang tipe-kondisinya dominan aspal rusak, atau bagian
kecil yang tingkat kelandaian jalannya berbukit dibanding dengan dominasi tingkat kelandaian jalan yang
datar pada suatu ruas jalan, atau perbedaan yang kecil pada arus lalu lintas ( 25% atau 10 LHR
kendaraan roda 4, bila komposisi lainnya sama). 5. Secara umum coba hindari proyek-proyek yang sangat
pendek (kurang dari 2 kilometer) atau proyek-proyek yang sangat panjang (lebih dari 15 kilometer),
kecuali bila ada alasan yang tepat untuk itu. Kebanyakan proyek sebaiknya mempunyai panjang kurang
dari 10 kilometer. 6. Semua proyek harus juga ditentukan dengan pal kilometer dari ruas jalan yang
tercakup. 3.6 PROSEDUR PENAKSIRAN KARAKTERISTIK PROYEK 1. Karakteristik `yang ada' dari
setiap proyek yang harus dimasukkan ke dalam bagian ikhtisar proyek pada lembar data proyek A1,
adalah sebagai berikut : Tingkat lalu lintas rata-rata Kelandaian jalan rata-rata Lebar perkerasan yang
ada Tipe dan kondisi jalan yang ada 2. Karakteristik yang `diusulkan' untuk setiap proyek, yaitu tipe
permulaan dan lebar perkerasan, akan dimasukkan ke dalam lembar data proyek A1 setelah Kelas
Rencana Lalu Lintas (KRLL) ditentukan, hal ini akan dicakup dalam tugas 4B. 3.6.1 TINGKAT LALU
LINTAS RATA-RATA a. Pindahkan data lalu lintas yang sudah disesuaikan (ekivalen) dari kolom E
formulir A2 ke tempat yang tersedia di bagian bawah lembar A1 (lihat tugas 3B). b. Bila ada dua
penghitungan lalu lintas pada bagian proyek yang telah ditentukan, ternyata secara kasar menunjukan
tingkat lalu lintas yang relatif sama, hitung terlebih dahulu rata-rata untuk dua penghitungan tersebut.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 C - 5 3.6.2 KELANDAIAN JALAN
RATA-RATA a. Karakteristik kelandaian jalan diperlukan untuk memberi petunjuk mengenai kondisi
jalan secara umum. Hal ini mungkin berpengaruh terhadap biaya pekerjaan dan pada kasus tertentu
mungkin akan diperlukan juga dalam penyesuaian manfaat dari biaya operasi kendaraan. b. Penentuan
kelandaian jalan rata-rata, dilakukan dengan cara menentukan jenis yang paling dominan dalam suatu
ruas jalan, yakni `datar' (D) atau `bukit' (B), berdasarkan data dari kolom ikhtisar data ruas jalan dan foto
dari survai S2. Bila bukti data dan foto meragukan, asumsikan jenis kelandaian jalan itu `datar'. c.
Pembagian proyek berdasarkan kelandaian jalan, hanya akan dilakukan jika perubahan yang ada sangat

jelas dan cukup panjang, dan diyakini akan dapat menimbulkan perbedaan yang cukup besar dalam biaya
operasi kendaraan. 3.6.3 LEBAR PERKERASAN YANG ADA a. Tentukan lebar perkerasan yang
dominan di sepanjang bagian ruas jalan, dengan pembulatan setengah meter (yaitu 3,0; 3,5; 4,0; 4,5; dan
seterusnya). b. Bila perkerasan tersebut tidak dapat dibedakan dengan bahu jalan pada jalan tanah atau
jalan kerikil, maka tentukan lebar permukaan jalan yang biasanya dilewati kendaraan. c. Bila jalur jalan
tersebut berupa jalan setapak, ambil lebar nominal (yakni 1,0 meter) 3.6.4 TIPE DAN KONDISI
PERMUKAAN JALAN YANG ADA a. Penilaian tipe dan kondisi permukaan yang ada pada suatu jalan
merupakan aspek terpenting dalam menentukan suatu proyek, sebab karakteristik ini menentukan satuan
nilai manfaat ekonomis yang ditimbulkan dari perbaikan jalan tersebut. b. Tingkat kekasaran atau ketidak
rataan permukaan jalan yang berpengaruh terhadap biaya operasi kendaraan di jalan (seperti ; keausan
ban, biaya pemeliharaan kendaraan dsb.), biasanya ditentukan dengan suatu perangkat khusus yaitu
roughness meters. Untuk studi jalan kabupaten sekarang ini, tingkat kekasaran jalan cukup ditaksir
secara subyektif berdasarkan tiga sumber informasi di bawah ini: Penaksiran subyektif dari hasil survai
penyaringan ruas jalan (S2), serta dari ikhtisar data ruas jalan di lembar data proyek A1; Foto-foto yang
diambil sewaktu survai penyaringan ruas jalan (S2); Survai kecepatan (S4), dimana sering merupakan
petunjuk yang baik bagi kondisi permukaan. Informasi dari ketiga sumber ini harus diperbandingkan
untuk menghasilkan kesesuaian atau kepastian dalam mengambil keputusan. c. Hubungan yang khas
antara kondisi dan kecepatan, dapat dilihat pada Tabel 3C1. Bila petunjuk kecepatan tidak sesuai, periksa
kembali pada formulir survai kecepatan (S4), untuk melihat apakah ada faktor tertentu yang
mempengaruhi hasil survai kecepatan atau ada kesalahan dalam perkiraan. Amati juga standar foto yang
ada di dalam buku pedoman foto jalan, untuk dapat membantu memastikan kondisi permukaan jalan.
Bagaimanapun juga, bila sumber informasi tersebut tidak sesuai, beri prioritas pada foto sebagai faktor
penentu terakhir. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 C - 6 d. Tujuan dari
penilaian ini adalah untuk memperoleh penilaian rata-rata secara menyeluruh dari suatu proyek jalan. Bila
terlihat adanya perubahan tipe/kondisi permukaan yang luas pada suatu ruas jalan, maka ruas jalan harus
dibagi ke dalam 2 proyek atau lebih. e. Gunakan istilah standar pada Gambar 3C1 berikut ini bagi
penaksiran tipe/kondisi permukaan : Tabel 3C1 PENAKSIRAN KONDISI JALAN BERDASARKAN
KECEPATAN Kecepatan (Km/Jam) Tipe dan Kondisi Permukaan Jalan Kisaran Rata-rata Aspal (A)
Kerikil (K) Batu (B) Tanah (T) 40 + 45 Baik 30 45 40 Baik 25 40 35 Sedang 25 35 30
Sedang/Rusak Sedang 20 30 25 Rusak Sedang/Rusak Sedang 15 25 20 Rusak 15 20 17 Rusak Berat
Rusak 10 20 15 Rusak Berat Rusak 10 15 12,5 Rusak Berat 5 - 15 10 Rusak Berat Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 D - 1 4 TUGAS 3D - PENAKSIRAN MANFAAT
LALU LINTAS FORMULIR : A1 & TABEL PENUNTUN MANFAAT LALU LINTAS 4.1 RUANG
LINGKUP DAN TUJUAN 1. Usulan proyek pekerjaan berat dan pemeliharaan berkala perlu dievaluasi
secara tersendiri sesuai dengan kriteria ekonomi. Evaluasi ini diperlukan untuk membantu pemilihan ruas
jalan bagi program tahunan serta untuk memastikan bahwa sumber dana yang terbatas itu dialokasikan
pada proyek terbaik sesuai peringkatnya. 2. Prosedur evaluasi tersebut akan menentukan apakah suatu
proyek menghasilkan tingkat pengembalian ekonomi (economic rate of return) yang minimal atau tidak,
yakni apakah proyek tersebut secara ekonomis layak atau tidak, dan proyek-proyek layak yang mana yang
akan mendapat prioritas. 3. Bila sebuah ruas jalan telah dibangun atau diperbaiki, maka : Biaya operasi
kendaraan (ban, bahan bakar, keausan, dan sebagainya) akan berkurang, sehingga bermanfaat bagi
pengendara dan penumpang; waktu tempuh perjalanan mungkin berkurang; penambahan frekwensi
perjalanan mungkin terjadi; perjalanan yang sekarang menggunakan kendaraan tak bermotor atau jalan
kaki, mungkin di masa yang akan datang beralih menggunakan kendaraan bermotor. biaya pemeliharaan

di kemudian hari atau biaya untuk menjaga agar jalan tetap terbuka, mungkin berubah. Seluruh manfaat
potensial tersebut diukur dan dijumlahkan secara `sistematis', untuk diperbandingkan dengan perkiraan
biaya peningkatan jalan. 4. Manfaat potensial tersebut akan berlangsung untuk beberapa tahun selama
umur proyek jalan; berdasarkan kaidah ekonomi, nilai dari manfaat tersebut dapat dihitung dan
dijumlahkan dengan menggunakan `tingkat diskonto' yang berlaku, sehingga akan didapat nilai manfaat
berdasarkan `waktu sekarang' (present value). Nilai manfaat inilah yang secara langsung dapat
diperbandingkan dengan biaya peningkatan jalan. Bagi keperluan evaluasi pada prosedur perencanaan
saat ini, asumsi umur proyek adalah 10 tahun dan tingkat diskonto (discount rate) 10%. 5. Dalam evaluasi
ini memang dimungkinkan untuk menghitung manfaat lalu lintas secara `manual', tetapi ini akan
melelahkan dan memakan waktu; alternatif lainnya adalah dengan menggunakan program komputer. Saat
ini, metoda yang lebih sederhana telah dikembangkan untuk dipakai oleh staf kabupaten dalam
melaksanakan evaluasi proyek di tingkat awal secara cepat, sebagai bagian dari prosedur perencanaan
yang sekarang ini sedang digunakan. 6. Metoda ini menggunakan tabel penuntun manfaat; berupa matriks
yang mengkombinasikan jumlah lalu lintas saat ini dengan tipe/kondisi permukaan jalan, yang akan
menunjukkan total nilai manfaat yang diharapkan terjadi selama umur proyek sebagai hasil dari
`peningkatan jalan' (peningkatan kondisi jalan sampai pada standar minimum untuk pemeliharaan sesuai
dengan tingkat lalu lintasnya, sebagaimana yang direkomendasikan oleh Bina Marga). Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 D - 2 7. Nilai manfaat ini dapat diperbandingkan
secara langsung dengan biaya peningkatan jalan untuk mendapatkan nilai kelayakan dari proyek. Nilai
kelayakan dari masingmasing proyek, kemudian akan disusun berdasarkan peringkatnya menurut kriteria
ekonomi. 8. Perhitungan nilai manfaat pada tabel penuntun ini sudah mencakup perkiraan untuk seluruh
kategori manfaat yang telah disebutkan di atas. Perkiraan tersebut didasarkan atas bukti dari banyak studistudi jalan kabupaten-sebelumnya. Tabel penuntun tersebut tidak akan seteliti perhitungan terinci yang
didasarkan pada metode program komputer atau manual, tetapi hal tersebut telah mencukupi bagi
prosedur evaluasi penyaringan pada tahap ini. 9. Untuk masing-masing propinsi, telah disiapkan dua tabel
penuntun manfaat yang sudah dilengkapi dengan nilai- nilai yang sesuai dan tingkat pertumbuhannya. Ini
akan diperbaharui setiap tahunnya oleh instansi yang berwenang di tingkat pusat atau konsultan
pendampingnya. 4.2 KRITERIA LALU LINTAS DAN KONDISI JALAN 1. Di dalam prosedur
perencanaan ini dikenal dua jenis ukuran tingkat lalu lintas : LHR kendaraan roda-4: ialah lalu lintas
harian rata-rata dari semua jenis kendaraan bermotor dengan roda empat atau lebih. TOTAL LHR
(ekivalen kendaraan roda 4): ialah lalu lintas harian rata-rata dari semua jenis lalu lintas termasuk sepeda
motor dan jenis kendaraan tak bermotor yang diubah ke dalam bentuk ekivalen dengan kendaraan roda 4
(berdasarkan ukuran relatif dari satuan nilai manfaat yang diharapkan). 2. Jenis ukuran yang pertama
(LHR kendaraan roda-4), adalah ukuran standar yang dipergunakan dimanapun dalam prosedur
perencanaan untuk mengkategorikan ruas jalan berdasarkan tingkat lalu lintas yang ada atau untuk
menaksir kelas rencana lalu lintasnya. Jenis ukuran yang kedua (total LHR `ekivalen' kendaraan roda-4)
telah diperkenalkan secara khusus bagi keperluan evaluasi untuk memperhitungkan nilai manfaat
tambahan yang tumbuh pada tingkat yang berbeda-beda dari lalu lintas sepeda motor dan tak bermotor. 3.
Baris paling atas dari tabel penuntun manfaat menunjukkan TOTAL LHR (ekivalen roda-4). Tabel
pertama mencakup kisaran lalu lintas rendah dari 20 sampai 300 LHR (total, ekivalen roda-4) dan
memberikan nilai manfaat proyek dengan usulan permukaan kerikil (juga untuk usulan permukaan aspal).
Tabel kedua mencakup kisaran lalu lintas tinggi, yakni antara 350 sampai 2000 LHR (total ekivalen roda4); ini memberikan nilai manfaat hanya bagi proyek dengan usulan permukaan aspal. 4. Kolom bagian
kiri dari tabel penuntun manfaat mencantumkan tipe dan kondisi yang ada dari permukaan jalan. Kisaran

kecepatan kendaraan yang umum terdapat di jalan kabupaten juga diberikan untuk setiap kelas
tipe/kondisi permukaan jalan yang ada sebagai petunjuk untuk memilih kelas jalan yang benar. 5. Jika
jalan sudah dalam kondisi rusak atau rusak berat, maka pekerjaan berat (PK) untuk meningkatkan jalan ke
standar minimum aspal (A) atau kerikil (K) adalah pilihan utama. Manfaat dalam tabel penuntun standar
mengasumsikan permukaan PMA untuk seluruh pekerjaan berat yang diusulkan sebagai standar
pengaspalan. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 D - 3 Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 D - 4 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul
4 : Tugas 3 Analisa 3 D - 5 6. Jika jalan masih dalam kondisi baik/sedang, pemeliharaan (M) harus
direkomendasikan dan survai S1 harus dilaksanakan (lihat Tugas 2A). Tabel penuntun manfaat
memasukkan tipe/kondisi permukaan yang ada yang sesuai dalam kelas-kelas baris manfaat yang
memungkinkan proyek pemeliharaan berkala untuk dievaluasi ; hasil evaluasi ini
dapat berupa overlay PMA 5 cm (MP) atau untuk perbaikan pelapisan ulang aspal
tipis untuk pencegahan (MS) pada jalan beraspal, dan overlay kerikil 5 cm pada
jalan kerikil atau jalan telford (MP). Survai S1 (atau
) nilai kerusakan permukaan harus digunakan sebagai pedoman untuk menentukan
tipe dari perlakuan yang sesuai ; batas nilai normal untuk kelas perlakuan
tercantum juga sebagai pedoman pada kolom bagian kiri dari tabel penuntun. Pada
banyak kasus pemeliharaan rutin (MR) sendiri mungkin sesuai dan karena itu tidak
diperlukan evaluasi proyek. 7. Manfaat juga diberikan untuk proyek pelebaran jalan
(BW) yang masih dalam kondisi sedang, namun dengan lalu lintas paling sedikit 500
LHR. Ini diperbolehkan untuk peningkatan dari perkerasan 3.0 atau 3.5 m menjadi
4.5 m (lihat tugas 3F/3 untuk penjelasan lebih lanjut). 4.3 PROSEDUR 1. Tentukan kelas
tipe/kondisi permukaan jalan yang ada dari lembar data A1. 2. Tentukan pekerjaan yang sesuai, yaitu
pekerjaan berat (PK) atau pemeliharaan berkala (MP atau MS), lalu beri tanda `X' dalam kotak isian yang
sesuai pada bagian kanan lembar A1 di sebelah `TIPE PEKERJAAN JALAN'. 3. Tentukan total LHR
(ekivalen roda-4) untuk proyek tersebut dari lembar A1 (yang telah dipindahkan sebelumnya dari formulir
A2) 4. Pilih angka nilai manfaat bruto (gross benefit) yang sesuai dari kotak dalam tabel, yaitu yang
terdekat dengan tingkat lalu lintas yang telah ditentukan jika tingkat lalu lintasnya terletak di antara dua
buah kotak, ambil rata-rata kedua nilai manfaat yang berdekatan. Alternatif lainnya ; perkiraan bisa
dilakukan dengan interpolasi. 5. Masukkan angka nilai manfaat itu ke dalam kotak pada formulir A1
tanpa penyesuaian (Penyesuaian manfaat untuk kelandaian tidak diperlukan lagi. Bukti terakhir mengenai
Biaya Operasi Kendaraan (BOK/VOC) untuk semua kondisi jalan kabupaten menunjukkan bahwa :
penghematan rata-rata biaya operasi kendaraan pada jalan-jalan terjal/berbukit sama dengan yang untuk
jalan datar). (Setelah menyelesaikan kelompok tugas 4) : 6. Hitung total biaya pekerjaan peningkatan atau
pemeliharaan periodik ruas jalan per kilometer (termasuk biaya jembatan bila ada) dari lembar kerja A1
(Tugas 4). 7. Kurangkan angka biaya dari angka manfaat untuk mendapatkan NPV/KM dan masukkan
hasilnya ke dalam kotak yang tersedia pada lembar A1. 8. Jika jumlah lalu lintas berada di antara 100 dan
300 LHR (ekivalen roda-4), proyek itu dapat dicoba bagi kedua pilihan usulan yakni aspal atau kerikil,
dengan menggunakan Tabel 1 . Pilihan yang memberikan nilai NPV/Km tertinggi yang harus dipakai. (2
lembar A1 terpisah untuk proyek yang sama, dengan usulan aspal dan kerikil harus disimpan dalam arsip,
dan hanya yang terpilih yang diambil untuk dimasukkan ke dalam formulir penyaringan P2). Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 D - 6 9. Jika ditemui jalan tanah dengan kondisi
`sedang' dan melayani tingkat lalu lintas yang sangat berarti (misalnya > 20 LHR roda-4), kategori

kerikil `rusak' dapat dipakai sebagai alternatif dari jalan tanah berkondisi `rusak'
guna memberikan nilai penaksiran manfaat yang lebih realistis. CONTOH : 1. LHR
Total : 70 Tipe/kondisi ruas jalan yang ada : Aspal Rusak Berat Nilai manfaat bruto
dari Tabel 1 : Rp 173 juta/Km Biaya proyek (misalkan) : Rp 78 juta/Km NPV/Km : 173
- 78 = + 95 2. LHR Total : 350 Tipe/kondisi ruas jalan yang ada : Aspal Rusak Nilai
manfaat bruto dari Tabel 2 : Rp 569 juta/Km Biaya proyek (misalkan) : Rp 92
juta/Km NPV/Km : 569 - 92 = + 477 3. LHR Total : 130 Tipe/kondisi ruas jalan yang
ada : Kerikil Rusak Usulan ( 1 ) : Kerikil Nilai manfaat bruto PK / K : Rp 152 juta/Km
( pada LHR antara 120 - 140 ) Biaya proyek (misalkan) : Rp 76 juta/Km NPV/Km :
152 - 76 = + 76 Usulan ( 2 ) : Aspal Nilai manfaat bruto PK / A : Rp 229 juta/Km
( pada LHR antara 120 - 140 ) Biaya proyek (misalkan) : Rp 87 juta/Km NPV/Km :
229 - 87 = + 142 => Pilih usulan ( 2 ) sebagai proyek yang lebih ekonomis 4. LHR Total : 28
Tipe/kondisi ruas jalan yang ada : Tanah Rusak Berat Nilai manfaat bruto dari Tabel 1 : Rp 17 juta/Km
Biaya proyek (misalkan) : Rp 61 juta/Km NPV/Km : 17 - 61 = - 44 => Proyek belum layak ; ( periksa
hambatan akses dan coba dengan metoda kependudukan ) 5. LHR Total : 80 Tipe/kondisi ruas jalan yang
ada : Aspal Baik / Sedang ( skor MS2 = 10 ) Nilai manfaat bruto untuk Pengaspalan Preventif : Rp 30
juta/km Biaya proyek untuk Pengaspalan Preventif (misalkan) : Rp 29 juta/km NPV/Km : 30 - 29 = + 1
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 E - 1 5 TUGAS 3E - ANALISA
PROYEK KEPENDUDUKAN FORMULIR : A3 DAN A1 5.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1.
Usulan pekerjaan berat bagi ruas jalan yang kondisinya saat ini sangat menghambat kelancaran gerak
kendaraan bermotor, tidak dapat dievaluasi dengan sempurna jika didasarkan pada tingkat lalu lintas yang
ada. Pekerjaan evaluasi yang sesuai dengan kriteria ekonomi justru dapat didasarkan perkiraan lalu lintas
yang potensial sebagai hasil perbaikan ruas jalan itu (terutama yang berkaitan dengan kependudukan). 2.
Jika suatu ruas jalan diperbaiki, maka : Pergerakan lalu lintas dapat terjadi, yang mana sebelumnya
mempunyai nilai keterhambatan yang lebih mahal ditinjau dari segi biaya dan non-biaya (misalnya, usaha
melewati jalan rusak, resiko keterlambatan, ketidak-nyamanan, dan sebagainya). Perjalanan yang
sebelumnya harus dilakukan dengan jalan kaki atau dengan kendaraan tidak bermotor dapat beralih ke
alat angkutan bermotor seperti pickup atau truk. Perkembangan yang lebih cepat pada kegiatan ekonomi
lokal dapat terjadi, karena rangsangan perdagangan dan peningkatan kebutuhan persediaan bahan pokok.
Tambahan biaya pemeliharaan jalan diperkirakan dapat terus disiapkan. 3. Suatu metode yang
disederhanakan telah dikembangkan untuk mengukur suatu taksiran terhadap manfaat dan biaya tersebut
di atas, yang secara langsung akan dapat dibandingkan dengan perkiraan biaya perbaikan ruas jalan itu,
untuk memberikan ukuran terhadap nilai ekonomis suatu proyek. Pendekatan ini serupa dengan yang
telah dikembangkan bagi manfaat yang berkaitan dengan lalu lintas (Tugas 3D), meskipun dengan
ketelitian yang lebih rendah. 5.2 ANALISA DATA 1. Analisa data dilaksanakan dengan menggunakan
LEMBAR STUDI KEPENDUDUKAN (A3), satu lembar diisi untuk satu proyek. Hasil analisa ini
diperlukan sebagai tambahan pada Lembar Data Proyek A1. 2. Tujuan dari analisa pada lembar A3 ini
adalah untuk menghitung total nilai manfaat (sekarang) per kilometer yang diharapkan selama umur
proyek jalan. Nilai manfaat tersebut memungkinkan untuk membangun jalan dengan standar minimum
yang sesuai untuk tingkat lalu lintas yang diharapkan. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 :
Tugas 3 Analisa 3 E - 2 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 E - 3 3.
Ada tiga bagian utama dalam perhitungan di lembar A3 : Berapa jumlah PERJALANAN akan dilakukan
dengan kendaraan bermotor jika jalan telah dibangun ? Ini tergantung pada dua faktor : Jumlah
PENDUDUK pemakai jalan. Rata-rata JARAK PERJALANAN ke pusat kegiatan luar atau pasar yang

dilayani oleh jalan. Berapa MANFAAT atau NILAI UANG yang ditimbulkan oleh setiap perjalanan jika
jalan dibangun ? Ini tergantung pada dua faktor : Periode atau TINGKAT HAMBATAN AKSES
(ditunjukkan dengan kode akses 1,2,3,4). PANJANG jalan yang dipengaruhi oleh HAMBATAN
AKSES. Berapa BIAYA PEMELIHARAAN yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi jalan baru
tetap baik ?. Ini harus dikurangi dari manfaat perjalanan. 4. Kemudian, keseluruhan manfaat atau TOTAL
MANFAAT BRUTO per kilometer dihitung seperti berikut : ( TOTAL PERJALANAN x
MANFAAT/PERJALANAN/KM ) - BIAYA PEMELIHARAAN 5.3 PROSEDUR PENYELESAIAN
FORMULIR A3 5.3.1 PENENTUAN PROYEK (A3 : BAGIAN ATAS) Sebuah lembar data A3 harus
diselesaikan bagi setiap proyek yang memerlukan studi kependudukan. Pindahkan dari lembar analisa A1
data proyek yang bersangkutan ke bagian kiri atas lembar A3 ; yaitu nama, nomor dan panjang ruas jalan.
Tunjukkan pada bagian kanan atas lembar A3 ; nomor, pal kilometer dan panjang proyek. 5.3.2 DEFINISI
RUAS JALAN YANG BERKAITAN (A3 : BAGIAN KIRI-ATAS) a. Bagi keperluan analisa ini
dibutuhkan perbedaan antara tiga tipe ruas jalan. A : Ruas jalan penghubung ke pusat kegiatan luar. B :
Ruas jalan proyek. C : Cabang ruas jalan. A B C C Ruas ke pusat C kegiatan luar Proyek distudi Cabang
ruas jalan Pusat kegiatan luar Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 E - 4
Ruas jalan proyek (B) yang dimaksud adalah ruas jalan yang sedang distudi. Ruas jalan penghubung ke
luar wilayah (A) adalah rute jalan penghubung dari titik awal proyek (B) ke arah jaringan jalan utama dan
terus menuju ke pusat kegiatan luar yang telah ditetapkan. Cabang ruas jalan (C) tidak termasuk ke
dalam ruas yang distudi, tetapi merupakan bagian jaringan yang berpengaruh terhadap ruas jalan proyek
(B) dan juga kepada ruas jalan penghubung ke pusat kegiatan (A). Analisa tipe C ini dikerjakan secara
terpisah dengan memakai lembar A3 untuk masing-masing ruas jalan. Jangan memperhatikan cabang ruas
jalan yang panjangnya kurang dari 2 kilometer atau melayani penduduk jumlahnya kurang dari 250 jiwa.
5.3.3 DATA KEPENDUDUKAN (A3 : BAGIAN KIRI) a. Gunakan hasil survai kependudukan (formulir
S7 dan K11) untuk mengisi data penduduk yang dilayani proyek ke dalam kotak yang tersedia. b. Semua
nama desa yang terpengaruh oleh proyek harus dicatat jumlah penduduknya, sedangkan jika desa itu
dilayani oleh lebih dari satu ruas jalan, maka yang dicatat hanya jumlah penduduk kampung yang dilayani
oleh proyek itu saja. Jika lebih dari sepuluh desa terpengaruh oleh hambatan lalu lintas, lanjutkan
pencatatannya pada lembar kedua dari A3 (sementara kolom lainnya biarkan kosong). c. Pada setiap
kasus, isikan jumlah penduduk yang dilayani oleh proyek ke dalam lembar A3 pada kotak yang diberi
tanda (PB). d. Jumlah penduduk dari tiap desa yang dibagi-bagi berdasarkan ruas jalan, dapat dilihat
dalam formulir K11. Pembagian lebih lanjut terhadap jumlah penduduk berdasarkan proyek, hanya
diperlukan bagi suatu proyek yang merupakan bagian dari suatu ruas jalan. e. Isikan data penduduk bagi
cabang ruas jalan (C) bersama-sama dengan nomor ruas jalannya, nomor proyek (kalau sudah ditentukan
pada A1) dan panjangnya. Biasanya harus ada lembar A3 terpisah bagi tiap cabang ruas jalan. Bila ada
lebih dari lima cabang ruas jalan, lanjutkan pencatatan data pada lembar kedua A3. f. Masukkan (pada
lembar A3) jumlah penduduk yang dilayani oleh semua cabang ruas jalan pada kotak yang diberi tanda
(PC). Jika tidak terdapat cabang ruas jalan, coret seluruh kotak itu. g. Masukkan ke dalam kotak bertanda
(PB + PC) jumlah penduduk yang dilayani langsung oleh keduanya, yakni oleh ruas jalan proyek (PB)
dan oleh cabang ruas jalan (PC). 5.3.4 PENENTUAN HAMBATAN AKSES (A3 : BAGIAN KANAN
ATAS) a. Pergunakan survai hambatan lalu lintas (S8) untuk menentukan tingkat hambatan akses pada
setiap bagian rute proyek (B). b. Susun formulir S8 yang sudah diselesaikan untuk ruas tersebut dan kaji
kembali sket diagramnya. Bila ada beberapa formulir S8, maka untuk dapat menafsirkan hasil
keseluruhan survai, sebaiknya gambarkan gabungan diagram akhir untuk keseluruhan ruas pada formulir
S8 cadangan. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 E - 5 c. Tingkat

hambatan itu ditentukan dan diberi kode angka sebagai berikut : 1 : TERTUTUP BERKALA ; tertutup
bagi kendaraan roda-4 dengan jumlah periode waktu 2 - 6 minggu dalam setahun (kategori ini bisa juga
digunakan untuk jalan yang sangat kasar/rusak, jika lalu lintasnya ternyata terhambat oleh kondisi jalan).
2 : TERTUTUP WAKTU MUSIM HUJAN ; tertutup bagi kendaraan roda-4 dengan jumlah periode waktu
6 - 26 minggu dalam setahun. 3 : TERTUTUP PERMANEN ; tertutup bagi kendaraan roda 4 dengan
jumlah periode waktu lebih dari 26 minggu setahun, tetapi biasanya terbuka bagi sepada motor. 4 :
TERTUTUP PERMANEN ; kenyataannya tertutup bagi kendaraan roda 4 dan sepeda motor. Catatan :
untuk kode 3 dan 4, bila tergantung kepada alat transportasi air secara teratur seperti lalu lintas sungai /
pantai beri kode 2; kalau alat transportasi sungai / pantai kadang-kadang ada tapi tidak dapat diandalkan,
maka beri kode 3 d. Bagilah proyek menjadi beberapa segmen sesuai kode tingkat hambatannya dengan
menggunakan data dari formulir S8. Lokasi dan tingkat hambatan akses diperoleh dari jawaban nomor 2
dan 6 dari formulir S8. Tentukan segmen proyek berdasarkan pal kilometer yang sudah disesuaikan (km
ysd) dari pangkal ruas (bukan dari pusat kegiatan luar). Catatlah panjang setiap segmen pada kotak yang
tersedia di bagian atas kotak PERHITUNGGAN MANFAAT PERJALANAN lembar A3. Periksalah
bahwa gabungan panjang setiap segmen merupakan `Panjang Proyek'. e. Perlu dicatat bahwa panjang ruas
jalan yang terpengaruh hambatan lalu lintas itu mewakili seluruh panjang bagian ruas jalannya, dimana
keterhambatan secara langsung atau tidak langsung itu berpengaruh, bukan hanya pada bagian ruas jalan
yang mempunyai masalah itu saja. 2 Km 1 Km 3 Km 2 Km 1 Km 3 Km 2 4 Km 1 Berlumpur Berlumpur
Pada kasus (1) bagian berlumpur sepanjang satu kilometer secara efektif menghambat lalu lintas sampai
sepanjang 4 kilometer dari jalan penghubung (feeder roads) yang `buntu' ; sedangkan pada kasus (2),
hanya bagian tengah yang berlumpur menjadi penghambat, namun kemungkinan pencapaian dari kedua
ujung ruasnya masih ada. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 E - 6 5.3.5
PERHITUNGAN MANFAAT PERJALANAN (A3 : BAG. KANAN TENGAH) a. Angka-angka yang
sudah dicantumkan pada bagian perhitungan manfaat perjalanan dalam lembar analisa A3 (kotak D),
menunjukkan manfaat per perjalanan per kilometer dalam satuan rupiah. Angka manfaat tersebut
ditunjukkan untuk setiap tingkat hambatan akses (1-4) dan kisaran panjang hambatan akses ( 15 km). b.
Cara pemilihannya adalah sebagai berikut ; Lingkari nilai manfaat yang terpilih untuk setiap segmen
sesuai dengan tingkat hambatan aksesnya. Kalikan panjang segmen terhambat dengan nilai manfaat
terpilih (i) untuk mendapatkan total manfaat perjalanan bagi proyek. Bagilah total manfaat/perjalanan
untuk proyek dengan panjang proyek untuk mendapatkan (bobot) rata-rata manfaat per perjalanan per
kilometer. c. Dua contoh mengenai bagaimana menyelesaikan bagian ini, dapat dilihat di halaman berikut
ini. Apabila lokasi hambatan akses yang terdekat dengan pusat kegiatan tidak pada titik yang sama
dengan awal proyek, maka asumsikan segmen itu mempunyai kode akses 1 (lihat contoh 2). 5.3.6
PENAKSIRAN TINGKAT PERJALANAN (A3 : BAGIAN KANAN BAWAH) a. Asumsi Tingkat
Perjalanan (kotak E) yang ada di bagian kanan bawah A3, memberikan penaksiran tingkat perjalanan per
kapita setelah perbaikan jalan dilaksanakan. Angka tersebut dinyatakan dalam satuan (perjalanan satu
arah) dengan kendaraan bermotor per tahun, berdasarkan analisa statistik lalu lintas dan penduduk yang
dikumpulkan dari hasil studi sebelumnya. Prosedur penentuannya adalah sebagai berikut : Tentukan
pusat kegiatan luar yang terlayani proyek (dari S8), biasanya pusat tersebut yang berada paling dekat
dengan proyek. Namun, apabila ada dua pusat kegiatan yang berbeda ukurannya dalam jarak 15 km dari
titik tengah proyek, maka pusat yang lebih besar harus dipilih meskipun jaraknya lebih jauh. Apabila
pusat kegiatan sudah ditentukan terletak pada ruas yang distudi, maka ulangi penentuan proyek tadi
menjadi sub proyek yang bersimpul pada pusat kegiatan. Diperlukan taksiran kasar dari Rata-rata Jarak
Perjalanan (RJP) ke pusat kegiatan di luar wilayah, bagi penduduk yang dilayani oleh proyek. RJP ini

harus merupakan jarak dari pusat sebaran penduduk yang terlayani oleh jalan itu. Ini biasanya diambil
dari titik tengah proyek ruas jalan ke pusat kegiatan luar (yakni B/2 + A), tetapi penyesuaian harus dibuat
untuk jarak perjalanan pada cabang ruas jalan yang berkaitan. Rata-rata jarak perjalanan ini berada di
salah-satu dari kisaran jarak berikut : < 3 kilometer 3 20 kilometer > 20 kilometer Lingkari angka
tingkat perjalanan yang terpilih (pada kotak E) sesuai dengan rata- rata jarak perjalanan (RJP) ke pusat
kegiatan luar. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 E - 7 Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 E - 8 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul
4 : Tugas 3 Analisa 3 E - 9 5.3.7 PENAKSIRAN MANFAAT Keseluruhan manfaat proyek dihitung
dengan cara berikut ini : 1) TOTAL PENDUDUK (PB + PC) x TINGKAT PERJALANAN (E) = TOTAL
PERJALANAN 2) TOTAL PERJALANAN x MANFAAT/PERJALANAN/KM (D) = TOTAL
MANFAAT PERJALANAN/KM 5.3.8 PENYESUAIAN BIAYA PEMELIHARAAN (A3 : BAGIAN
KIRI BAWAH) a. Total manfaat perjalanan/km terakhir kali disesuaikan dengan cara dikurangi dengan
biaya (bersih) pemeliharaan, yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi jalan agar tetap baik selama
umur proyek 10 tahun. b. Biaya pemeliharaan ditunjukkan pada tabel di bagian kiri bawah A3 (kotak M)
dalam Rp juta/km, sesuai dengan tingkat hambatan akses (1-4) dan kisaran- kasar jumlah penduduk yang
dilayani. c. Prosedur penentuannya adalah sebagai berikut : Lingkari nilai yang terpilih dari tabel pada
kotak M sesuai dengan tingkat hambatan akses (1-4) dari kotak D dan kisaran penduduk terlayani
(PB+PC). Apabila ada dua segmen atau lebih tingkat hambatan yang berbeda, maka berikan bobot ratarata pemeliharaan (misalnya, 4km x Rp 5 juta + 6 km x Rp 10 juta = Rp 80 juta/10km --> rata-rata Rp 8
juta/km). Untuk mendapatkan total manfaat bruto / km dalam Rupiah bagi suatu proyek, maka total
manfaat perjalanan terlebih dahulu dikurangi dengan biaya pemeliharaan di atas (i) dan masukkan
hasilnya ke dalam kotak disudut kanan bawah A3. 5.3.9 PENYELESAIAN LEMBAR DATA A1 a.
Pindahkan angka manfaat bruto dari A3 ke dalam kotak standar untuk MANFAAT pada A1. b. Tentukan
Kelas Rencana Lalu Lintasnya (KRLL) dari tabel biaya pemeliharaan di bagian kiri bawah formulir A3
sesuai dengan kisaran penduduk dan tingkat hambatannya ; masukkan dalam kotak standar pada bagian
atas formulir A1. c. Untuk kasus analisa proyek jalan tak terandalkan, Bauran Kendaraan Berat (BKB)
sama dengan 0% atau .1. d. Tentukan (atau perbaiki) tipe dan lebar permukaan yang diusulkan sesuai
dengan KRLL, lalu perkirakan (atau perbaiki) biaya peningkatan ruas jalan mengikuti prosedur standar
yang dibahas dalam kelompok tugas 4, kemudian lengkapi (atau perbaiki) perhitungan biaya jalan dan
jembatannya pada bagian kanan dari A1. e. Hitung (atau perbaiki) NPV/KM dengan mengurangkan biaya
jalan dan jembatan per kilometer dari nilai manfaat bruto per kilometer. f. Satukan lembar A1 dan A3
untuk proyek yang sama dan beri tanda (x) pada kotak yang tersedia di sudut kanan bawah pada lembar
A1, yang berarti bahwa lembar studi kependudukan (A3) telah selesai dikerjakan dan manfaatnya
ditentukan atas dasar kependudukan, bukan berdasarkan lalu lintas. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten
Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 E - 10 g. Cantumkan kode akses dan data jumlah penduduk pada kotak
yang tersedia di sudut kanan bawah A1. h. Pindahkan data yang berkaitan ke dalam P2 untuk membantu
melengkapi pekerjaan penyaringan dan penyusunan peringkat. 5.4 PENANGANAN RUAS JALAN
YANG MEMILIKI DUA ARAH JALAN KELUAR 1. Model klasik berupa jalan `buntu' dengan satu arah
jalan keluar (1), mungkin tidak sesuai dengan beberapa ruas jalan berlalu lintas rendah tidak dapat dilalui
kendaraan roda-4. 2. Ruas-ruas ini mungkin justru dapat menghubungkan antara dua bagian jaringan jalan
yang lebih ramai, sekaligus memberi kemungkinan bagi jalan keluar ke dua arah (2). 1 2 3. Jika ruas-ruas
seperti ini dipertimbangkan akan mempunyai arti yang lebih luas terhadap jaringan jalan dan
memungkinkan untuk menjadi jalan tembus bagi lalu lintas yang besar setelah jalannya ditingkatkan,
maka untuk mengevaluasinya diperlukan studi non-standar sebagai tambahan terhadap analisa

kependudukan. 4. Namun demikian, banyak kasus seperti ini mempunyai potensi lalu lintas lokal dan
sebenarnya dapat ditangani sebagai dua bagian jalan penghubung atau (feeder roads) yang terpisah. Ruas
seperti ini harus dibagi menjadi dua sub-proyek ; setiap sub-proyek hanya melayani penduduk di
sekitarnya saja, lalu memperhitungkan arah perjalanan yang diinginkan dan pusat kegiatan luar yang
dipilih, seperti yang ditunjukkan dalam survai hambatan lalu lintas (S8). 5. Pada daerah-daerah yang
kepadatan penduduknya rendah, prioritas harus diberikan kepada penyediaan akses dasar bagi jalan
penghubung dengan standar yang memadai; pembuatan rute alternatif, termasuk rute penghubung antar
jaringan jalan seperti di atas, hanya dapat dibenarkan pada tahap pengembangan jaringan jalan di
kemudian hari, terutama jika bagian rute penghubung tersebut memerlukan pekerjaan jembatan dengan
biaya yang besar. 5.5 PENYESUAIAN BAGI RUAS CABANG 1. Bila sebagian besar penduduk yang
terlayani proyek berada di cabang ruas jalan (yakni PC); mungkin metoda di atas akan menaksir manfaat
menjadi terlalu tinggi jika ruas cabang tersebut ; tidak dapat dilalui roda 4, mempunyai panjang lebih dari
5 km, dan tidak diharapkan segera dibangun. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3
Analisa 3 E - 11 2. Dalam kasus seperti ini, disarankan untuk hanya memasukkan saja setengah dari
penduduk di cabang ruas dalam perkiraan penduduk yang akan menggunakan jalan, untuk menghitung
jumlah perjalanan yakni : PB + PC/2 X TINGKAT PERJALANAN = TOTAL PERJALANAN. 3.
Penduduk yang berlokasi di ruas cabang yang belum berkembang dengan lebih dari 10 km dari ruas yang
distudi, harus dikeluarkan dari analisa. 5.6 PENANGANAN RUAS JALAN TANPA HAMBATAN 1. Jika
ternyata sebuah ruas jalan tidak mengalami hambatan sebagai hasil dari studi kependudukan, namun lalu
lintas diyakini masih dihambat oleh kondisi jalan, salah satu dari kemungkinan di bawah ini dapat dipakai
untuk penyelesaiannya : Gunakan kode akses 1 untuk uji kelayakan. Laksanakan (atau ulangi)
penghitungan lalu lintas untuk membuktikan tingkat lalu lintasnya, dan pergunakan metode evaluasi yang
berkaitan dengan lalu lintas. Kaji ulang kesesuaian ruas jalan untuk pekerjaan pemeliharaan atau
pekerjaan `penyangga Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 E - 12
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3 E - 13 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 1 6 TUGAS 3F - STUDI & PERMASALAHAN KHUSUS
FORMULIR : A4 KHUSUS 6.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Beberapa proyek mungkin tidak
sesuai bila dievaluasi dengan menggunakan studi standar saja. Proyek-proyek tersebut memerlukan
tambahan survai dan studi nonstandar yang disesuaikan khusus untuk menganalisa masalah yang lebih
rumit. 2. Kategori utama dari proyek-proyek yang memerlukan studi non-standar adalah : Proyek (yang
menyebabkan) Pengalihan Lalu-Lintas Proyek Jembatan yang besar Proyek Pelebaran Jalan Proyek
Pengembangan Pertanian Proyek Jalan Perkotaan 3. Berikut ini akan diberikan beberapa petunjuk
bagaimana studi-studi tersebut harus dilaksanakan. Meskipun demikian, ini hanya dimaksudkan untuk
memperkenalkan secara umum saja, dan diharapkan bahwa staf tingkat pusat atau tingkat propinsi yang
berpengalaman akan dapat menyelesaikan studi ini. Peranan Tim Perencana Jalan Kabupaten sementara
akan terbatas pada tingkat awalnya untuk melengkapi survai dan data pendukungnya. 4. Jenis proyekproyek seperti ini pada umumnya harus diperlakukan dahulu sesuai dengan prosedur standar ; yaitu untuk
mendapatkan data dasar mengenai kondisi jalan, lalu lintas atau kependudukan, dan bila perlu
karakteristik pembangkit lalu lintas angkutan beratnya (formulir S6). 5. Proyek-proyek dalam kategori ini,
yang menunjukkan tidak layak dengan menggunakan prosedur standar, dapat diserahkan kepada staf
tingkat pusat ataupun tingkat propinsi untuk dikaji-ulang dan kemungkinan untuk diadakannya studi
tambahan. Kabupaten kemudian dapat diminta untuk mengumpulkan tambahan data khusus untuk
membantu dalam analisa. 6.2 PROYEK PENGALIHAN LALU LINTAS (TUGAS 3F/1) 6.2.1 RUANG
LINGKUP DAN TUJUAN a. Manfaat pengalihan lalu lintas merupakan penghematan biaya yang

diperoleh dari lalu lintas yang menggunakan rute alternatif yang biayanya lebih rendah, sebagai hasil dari
pembangunan jalan dan/atau jembatan yang meningkatkan kondisi pelayanan rute alternatif tersebut. b.
Nilai manfaat yang digunakan untuk mengevaluasi proyek baik yang berdasarkan metodologi lalu lintas
maupun kependudukan, dalam beberapa kasus akan menaksir NPV proyek terlalu rendah, karena
tambahan manfaat dari pengalihan lalu lintas tidak dimasukkan. c. Manfaat pengalihan dapat
diaplikasikan dalam kasus-kasus dimana evaluasi yang menggunakan prosedur standar tidak
dimungkinkan, karena tidak ada lalu lintas pada proyek jalan tersebut dan tidak ada penduduk yang secara
langsung terlayani. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 2 6.2.2
PENDEKATAN DASAR a. Proyek pengalihan lalu lintas dapat dipertimbangkan bila tersedia rute
alternatif untuk lalu lintas dan manfaatnya akan didasarkan pada pendekatan lalu lintas. b. Manfaat
proyek ini ditentukan oleh ada/tidaknya penghematan biaya dari pengguna jalan (yaitu biaya operasi
kendaraan / VOC, dan biaya waktu); apabila biaya pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan proyek
jalan atau jembatan, dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan jika pekerjaannya tidak
dilaksanakan. c. Ini disebut sebagai manfaat pada "pengalihan lalu lintas" karena manfaat tersebut adalah
manfaat dari lalu lintas yang dialihkan pada rute yang biayanya lebih rendah. d. Ini dimungkinkan
karena : Pekerjaan tersebut menimbulkan rute baru yang lebih pendek, atau Pekerjaan tersebut
meningkatkan kondisi jalan, sehingga ada tambahan lalu lintas yang memilih untuk menggunakan rute
tersebut daripada rute lainnya (dalam hal ini manfaat pengalihan merupakan tambahan pada manfaat lalu
lintas yang ada yang perhitungannya menggunakan metodologi standar). e. Suatu contoh yang sangat
sederhana dapat dilihat pada diagram di bawah. Contoh ini dapat digunakan untuk menggambarkan
prinsip dari pada pembukaan suatu rute baru, dan metode dasar perhitungan manfaatnya. Dalam hal ini,
ada tiga ruas jalan yang terlibat dalam analisa ; Ruas 01 adalah jalan Tanah Rusak dan tertutup untuk lalu
lintas sepanjang tahun, Ruas 02 dan 03 adalah jalan Aspal Baik. Gambaran ruas-ruas tersebut adalah
sebagai berikut : 01 02 03 A B Ruas 02 : 7 Km Ruas 01 : 10 Km Ruas 03 : 7 Km C Proyek pertama ;
Peningkatan ruas 01 menjadi Aspal Baik yang standar. Bila tidak dilaksanakan, jalan tersebut akan tetap
tertutup untuk segala lalu lintas sehingga harus menggunakan ruas 02 dan 03. Manfaat dari proyek ini
adalah perbedaan dalam biaya untuk melakukan perjalanan dari A ke B lewat ruas 01 dibandingkan lewat
ruas 02 dan 03, yaitu perjalanan sepanjang 10 Km dibandingkan 14 Km. Bila biaya penggunaan jalan
pada jalan Aspal Baik adalah Rp 300,- per Km, maka manfaatnya adalah Rp 1200,- untuk setiap
perjalanan, yaitu Rp 300,- (biaya perjalanan per Km) x 4 Km (perbedaan jarak antara kedua perjalanan).
Manfaat totalnya dapat dihitung dengan mengalikan angka tersebut dengan LHR (Lalu lintas Harian Ratarata), kemudian dikalikan dengan 365 untuk Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3
Analisa 3F - 3 mendapatkan manfaat tahunan, dan akhirnya dikalikan dengan jumlah tahun dalam periode
evaluasinya. Jadi, bila ada 75 kendaraan per hari dan proyeknya dievaluasi untuk jangka waktu 10 tahun,
maka total manfaatnya adalah : Rp. 1.200 x 75 x 365 x 10 = Rp. 328.500.000,- Bila manfaat ini lebih
besar dari biaya pekerjaan jalan maka proyek ini dinyatakan layak. Prosedur standarnya didasarkan pada
perbandingan biaya dan manfaat per km. Dalam hal ini panjang proyek adalah 10 km, jadi manfaatnya
adalah : Rp. 32,8 juta per km. Perlu dicatat bahwa meskipun kondisi ruas yang ada adalah Tanah Rusak,
biaya operasi pada ruas tersebut tidak bersangkut paut dengan perhitungan manfaat pengalihan karena
tidak ada lalu lintas yang menggunakan ruas tersebut bila kondisinya seperti yang ada sekarang. Proyek
kedua ; Bila suatu jalan yang sudah terbuka untuk lalu lintas ditingkatkan kondisinya sehingga
mengakibatkan lebih banyak lalu lintas beralih ke jalan tersebut, maka ada manfaat pengalihan yang dapat
dihitung dengan cara yang sama. Bila ruas 01 adalah Tanah Rusak namun terbuka untuk lalu lintas, ada
kemungkinan bahwa dari 75 kendaraan per hari yang mengadakan perjalanan dari A ke B : 25 kendaraan

per hari menggunakan rute langsung ruas 01, dan 50 menggunakan ruas 02 dan 03 (hal yang wajar jika 25
kendaraan menggunakan ruas 01 karena harus berhenti di suatu titik pada ruas antara A dan B ; sementara
perbedaan tipe permukaan akan membuat ruas 02 dan 03 digunakan sebagai rute alternatif yang
merupakan biaya terendah untuk lalu lintas terusan). Bila ruas 01 ditingkatkan menjadi Aspal Baik yang
standar, maka 50 kendaraan yang menggunakan ruas 02 dan 03 akan beralih kepada ruas 01 seperti pada
kasus proyek pertama. Manfaat untuk lalu lintas ini adalah : Rp. 1.200 x 50 x 365 x 10 = Rp.
219.000.000,- Ini berarti terdapat manfaat peralihan sebesar Rp. 21,9 juta per km. Dalam hal ini ke-25
kendaraan yang telah menggunakan ruas 01 memperoleh manfaat normal yang dihitung dengan prosedur
standar. Manfaat pada lalu lintas yang dialihkan ditambahkan pada manfaat standar ini. Pada prakteknya
tingkat manfaat setiap tahun harus disesuaikan, dengan memperhitungkan pertumbuhan lalu lintas dan
pengaruh dari nilai manfaat di masa datang yang didiskon kepada nilai saat ini. Ini merupakan prosedur
yang umumnya dipakai untuk studi evaluasi ekonomi, yang terangkum dalam tabel manfaat yang
digunakan dalam prosedur standar. Penyesuaian ini dengan mudah dapat dibuat ke dalam penghitungan
manfaat yang dialihkan. Masalah yang jauh lebih sulit adalah untuk menentukan pola lalu lintas dan
kemungkinan pengalihan dalam situasi yang nyata yang melibatkan suatu jaringan jalan dan
mengalokasikan manfaat pada pekerjaan. Prosedur ini mengkonsentrasikan pada pembahasan atas
masalah - masalah ini. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 4 6.2.3
KRITERIA a. Penghitungan manfaat pengalihan dapat menjadi rumit dan biasanya hanya akan
dilaksanakan bila kondisi-kondisi berikut ini dipakai : Sudah jelas bahwa akan terjadi pengalihan
Proyeknya tidak dapat dievaluasi atau tidak layak atau kelayakannya ada pada batas ambang bila
menggunakan prosedur standar. b. Meskipun proyek itu dinyatakan layak berdasarkan prosedur standar,
namun ada kemungkinan bahwa pengalihan rute akan memperbesar lalu lintas sampai pada tingkat
dimana diperlukan Kelas Rencana Lalu Lintas yang lebih tinggi dari yang dihasilkan oleh lalu lintas saat
ini saja, maka studi pengalihan dapat dilaksanakan untuk memperoleh perkiraan yang lebih baik
mengenai lalu lintas yang akan datang. c. Prioritas untuk studi pengalihan harus diberikan pada proyekproyek yang melibatkan pembukaan suatu rute yang sebelumnya tertutup untuk lalu lintas, atau
meningkatkan jalan tidak beraspal yang kondisinya rusak atau rusak berat menjadi aspal standar. 6.2.4
PROSEDUR Semua proyek yang melibatkan pengalihan lalu lintas harus mengikuti langkah-langkah
berikut ini : (untuk kasus proyek jalan dengan jembatan besar atau jembatan saja yang berkaitan dengan
pengalihan lalu lintas, diberikan prosedur tambahan pada bagian 3F/2) a. Tentukan ruas-ruas dan segmensegmen yang memerlukan pekerjaan berat dimana lalu lintas akan dialihkan ke ruas/segmen tersebut. Ini
merupakan proyek yang akan dievaluasi, yang harus diberi tanda pada peta dan dicatat pada bagian atas
formulir A4 (dalam contoh, proyek tersebut adalah ruas 16, antara Km 2,0 - 10,0). Tentukan lokasi
jembatan besar dengan pal km. Jelaskan bila pekerjaan beratnya hanya untuk jalan saja, untuk jalan dan
jembatan, atau hanya untuk jembatan saja. b. Lakukan evaluasi proyek dengan menggunakan prosedur
perencanaan standar yang sesuai, baik metodologi lalu lintas ataupun kependudukan. Bila hasilnya tidak
layak lanjutkan dengan langkah ke-3 berikut. c. Gambarkan pada Peta ukuran A4, skets peta jaringan
jalan di wilayah tersebut yang pola lalu lintasnya mungkin akan dipengaruhi oleh adanya proyek
pengalihan lalu lintas ; yaitu yang menunjukkan di ruas-ruas mana lalu lintas akan dialihkan dan dari ruas
mana lalu lintas akan dialihkan. Tunjukkan dalam peta tersebut : Perbedaan yang mencolok dalam tipe
dan kondisi permukaan Bagian-bagian jalan yang tertutup untuk lalu lintas Pal km pangkal dan ujung
ruas, simpangan, dan titik-titik dimana terjadi perubahan tipe dan kondisi permukaan. Lokasi tempat
penghitungan lalu lintas. d. Bila survai perencanaan standar pada tahun program berjalan belum
dilaksanakan untuk ruas-ruas tersebut di atas, lakukan survai secara cepat untuk mengetahui panjang dan

kondisi jalan pada ruas-ruas yang terbuka untuk lalu lintas, kemudian lakukan survai perhitungan lalu
lintas selama dua hari pada semua ruas tadi. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3
Analisa 3F - 5 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 6 Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 7 e. Pada bagian A dari formulir A4 isikan
informasi mengenai ruas-ruas yang terlibat dalam pengalihan lalu lintas, yaitu ruas-ruas yang mungkin
kehilangan atau memperoleh tambahan lalu-lintas sebagai akibat dari adanya pekerjaan berat (dalam
contoh ini semua ruas terlibat kecuali ruas 15 dan 23). Dengan cara yang sama seperti pembagian proyek
dalam prosedur perencanaan standar, bagilah ruas- ruas ke dalam segmen-segmen bila ada perbedaan
mencolok dalam tipe dan kondisi permukaan jalan atau dalam tingkat lalu lintasnya. Sebagai tambahan,
bagilah ruasruas ke dalam segmen-segmen pada simpangan dengan ruas lainnya bila mereka belum dibagi
pada titik tersebut (dalam contoh, ruas 20 harus dibagi menjadi dua segmen pada km 3,5 dan ruas 22 pada
Km 6,0, yang merupakan titik awal dan akhir Ruas 16). Bila suatu ruas dibagi menjadi beberapa segmen,
beri tanda segmensegmen dengan menambahkan ".1", ".2" dan seterusnya pada nomor ruas untuk
memudahkan pengenalannya pada tahap analisa berikutnya. Catat pal Km tiap ruas atau segmen ruas pada
baris yang bertanda "Segmen". Pada bagian kiri dari bagian A isikan informasi yang berkaitan dengan
kondisi yang ada, sedangkan pada bagian kanan isikan informasi yang berkaitan dengan kondisi setelah
proyek pekerjaan berat dilaksanakan untuk ruas-ruas yang proyeknya sedang dievaluasi (dalam hal ini
ruas 16). Pilih harga VOC/Km yang sesuai dari daftar pada bagian paling kanan. Kalikan harga ini dengan
panjang ruas atau segmen untuk mendapatkan harga VOC Ruas, lalu catat hasilnya pada kolom yang
sudah disediakan (bila suatu ruas atau segmen tersebut tertutup untuk lalu lintas, seperti halnya pada ruas
16 dalam contoh, maka informasi mengenai ruas tersebut tidak perlu dicatat). f. Dari Formulir Analisa
Lalu-Lintas A2, catat LHR (ekivalen roda 4 dari kolom E) untuk Sepeda Motor dan untuk sub-total
kendaraan jenis 8 - 15. Catat data tersebut dalam kolom yang sesuai untuk ruas/segmen dimana dilakukan
penghitungan lalulintas. Jumlahkan angka-angka tersebut untuk mendapatkan LHR total kendaraan
bermotor. g. Tentukan pusat-pusat pemukiman penduduk di wilayah yang tercakup dalam peta dan juga
rute-rute dari wilayah tersebut ke pusat-pusat di luar wilayah tersebut. Gambarkan ini semua pada peta
sebagai A, B, C dan seterusnya. Bila mungkin batasi jumlah pusat dan rutenya hanya sampai empat (4)
saja. h. Gunakan informasi dari formulir K12, informasi dari penduduk mengenai wilayah tersebut, serta
informasi mengenai rute angkutan umum, untuk memperkirakan proporsi lalu-lintas yang tercatat dalam
penghitungan lalu-lintas yang mungkin melakukan perjalanan antar setiap pusat. Catat perkiraan ini
dalam kolom di bagian kiri dari bagian B formulir A4 (dalam contoh, penghitungan lalu-lintas
dilaksanakan pada segmen ruas 20.2, 21 dan 22.1). Perjalanan dari kedua arah harus dimasukkan ; namun
tidak perlu memisahkan perjalanan dari A ke B dan dari B ke A, keduanya dapat dikelompokkan dari A ke
B (dalam contoh, 50 persen lalulintas pada ruas 20 diperkirakan mengadakan perjalanan antara titik A dan
B, 20 persen antara A dan C dan 30 persen antara A dan D. Dalam hal ini ".5" harus dicatat dalam baris
"A-B", ".2" dalam baris A-C dan ".3" dalam baris "A-D"). Gambaran ini harus berkaitan dengan titik-titik
Asal dan Tujuan perjalanan atau titik-titik Masuk dan Keluarnya dari daerah pengalihan lalu lintas.
(dalam contoh, ruas 15 melayani wilayah di luar titik B. Disini tidak perlu untuk memisahkan lalulintas
yang bergerak antara A dan B dari yang bergerak antara A dan titik di ruas 15 atau di luarnya. Keduanya
dapat digabung dalam kelompok A-B. Hal yang sama berlaku bagi lalu-lintas yang bergerak pada titiktitik di ruas 23, dimana ini dapat Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 8
digabungkan dengan lalu-lintas ke atau dari titik D). Untuk beberapa kasus, memperkirakan proporsi ini
agak sukar dan memerlukan pertimbangan yang hatihati. Perkiraan proporsi untuk setiap ruas atau
segmen, bila dijumlahkan hasilnya harus 1 atau 100 %. i. Gunakan perkiraan tersebut di atas bersama-

sama dengan LHR total di bagian A untuk memperkirakan LHR total antar setiap pusat, lalu catatlah
dalam kolom di sebelah kanan angka proporsi ini. Bila proporsi yang diperkirakan dalam langkah
sebelumnya sudah tepat, maka perkiraan LHR-nya akan sama walaupun digunakan pos penghitungan lalu
lintas yang manapun. Hitung perkiraan LHR antar setiap pusat dengan menggunakan data dari semua pos
PLL yang relevan. Bila terdapat perbedaan yang besar dari perkiraan ini, kaji kembali angka proporsinya.
Catat perkiraan LHR akhir yang dipilih. Isikan juga hasil perkiraan LHR tersebut dalam kolom pertama
dari bagian C. j. Tentukan rute yang paling mungkin digunakan untuk perjalanan antar setiap pusat dalam
kasus "saat ini" yaitu sebelum proyek peningkatan jalan. Asumsikan bahwa rute yang digunakan adalah
yang terbuka untuk lalu lintas dengan biaya terendah. Gunakan data VOC (Biaya Operasi Kendaraan)
Ruas yang dihitung di Bagian A untuk menentukan biaya minimum rute antar setiap pusat. Catat semua
ruas dan segmen yang digunakan untuk setiap perjalanan dengan menuliskan nomor ruas/segmen dalam
kolom 1-5 di bawah judul "Rute Tanpa Proyek". k. Ulangi latihan ini untuk kasus "Dengan Proyek" yaitu
menggunakan VOC Ruas yang diterapkan dalam situasi sesudah proyek peningkatan jalan dan jembatan.
Catat ruas-ruas yang digunakan, dalam kolom-kolom di bawah judul "Rute Dengan Proyek". l. Bila
benar-benar rute yang sama yang digunakan untuk seluruh perjalanan antar pusat dalam kedua kasus
"Tanpa Proyek" dan "Dengan Proyek", maka lalu lintasnya dapat diabaikan karena hal tersebut tidak akan
mempengaruhi hasilnya (dalam contoh, ini berlaku bagi lalu lintas A-B, A-C, B-C dan C-D). Bila untuk
perjalanan antar dua pusat kegiatan ditemukan adanya perubahan dalam rute, hitunglah jumlah "Biaya
Operasi Kendaraan" untuk perjalanan antara ke dua pusat tersebut. Lakukan ini dengan mencatat Biaya
Operasi Kendaraan Ruas dari bagian A untuk setiap ruas/segmen, untuk seluruh rute antar pusat.
Jumlahkan ini untuk setiap rute dan kalikan dengan perkiraan hasil LHR untuk lalu lintas antar pusatpusat tersebut, dan catat hasilnya dalam Rp. '000,-. Lakukan hal ini dua kali, untuk kasus `tanpa dan
dengan proyek' secara bergiliran. m. Hitung jumlahnya untuk mendapatkan jumlah Biaya Operasi
Kendaraan untuk perjalanan antar semua pusat yang rute-rutenya berbeda dalam kasus `dengan dan tanpa
proyek', lalu catat hasilnya dalam baris di bagian paling bawah dari bagian C. n. Selesaikan penghitungan
dalam bagian D. Biaya (VOC) dalam kasus tanpa proyek dikurangi biaya dalam kasus dengan proyek
memberikan manfaat harian. Hasil ini kemudian dikalikan dengan faktor manfaat total yang mengubah
manfaat harian menjadi manfaat total yang dijumlahkan selama 10 tahun dan didiskon menjadi nilai saat
ini. Nilai ini dibagi dengan panjang proyek yang melibatkan pekerjaan berat pada rute dimana lalu
lintasnya dialihkan, seperti yang tercatat pada bagian atas dari formulir A4, untuk mendapatkan gambaran
manfaat per km. Ubah angka ini ke dalam Rp juta, untuk menghasilkan gambaran yang sama dengan apa
yang ada dalam Tabel Penuntun Manfaat yang digunakan dalam prosedur standar. Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 9 o. Bila tidak cukup kolom atau baris pada formulir
A4, analisanya dapat dilaksanakan pada lembar kertas terpisah. Dalam beberapa kasus dimungkinkan
untuk mengurangi jumlah ruas dan segmen yang dimasukkan dalam formulir A4 (dalam contoh, lalu
lintas pada segmen 20.1 dan 22.2 tidak dipengaruhi oleh pengalihan, maka segmen tersebut boleh untuk
tidak dimasukkan dalam analisa tanpa mempengaruhi hasilnya). 6.2.4.1 KAJI ULANG HASIL Sebelum
menggunakan hasil manfaat pengalihan, suatu kaji ulang terhadap situasi harus dilakukan dengan
menggunakan butir-butir berikut ini sebagai acuan. a. Manfaat pengalihan dapat digunakan pada formulir
A1 dengan cara yang biasa. Bila saat ini lalu lintasnya tidak ada, Kelas Rencana Lalu Lintas (KRLL)
harus didasarkan pada lalu lintas yang akan menggunakan rute setelah pekerjaan dilaksanakan (asumsikan
kondisinya adalah Aspal Baik pada waktu menggunakan Matrik Biaya untuk menentukan KRLL). b. Bila
suatu proyek telah dievaluasi dengan menggunakan metode lalu lintas atau kependudukan, maka manfaat
pengalihan merupakan tambahan pada manfaat standarnya. Lalu lintas yang dialihkan dapat ditambahkan

pada lalu lintas yang ada untuk menentukan Kelas Rencana Lalu Lintasnya. c. Bila rute proyek dalam
kondisi yang ada sekarang tertutup secara musiman sehingga memaksa lalu lintas untuk menggunakan
rute yang lebih panjang untuk sebagian waktu dalam setahun, maka manfaat pengalihan mungkin harus
disesuaikan dengan mempertimbangkan situasi ini. Hitung manfaat pengalihan untuk dua kasus tanpa
proyek yang berbeda dan gunakan rata-ratanya, lalu kalikan dengan jumlah bulan yang berlaku untuk
setiap situasi. d. Suatu rute yang diperkirakan akan menerima pengalihan lalu lintas mungkin terdiri dari
beberapa ruas. Maka manfaatnya harus dibagi di antara semua ruas yang memerlukan pekerjaan berat
dalam rute ini. Ini akan dilakukan secara otomatis pada langkah terakhir prosedur bila manfaatnya telah
dibagi dengan panjang total proyek pada rute yang akan menerima pengalihan lalu lintas. Semua segmen
jalan yang belum ditingkatkan harus dimasukkan meskipun tidak ada maksud untuk meningkatkannya
dalam program tahunan yang akan datang. Perlu dicatat bahwa bila bagian-bagian dari rute telah
ditingkatkan, maka panjang bagian-bagian ini tidak dimasukkan dalam perhitungan akhir untuk
menghasilkan manfaat per km. e. Bila rute pengalihan dibagi dalam proyek-proyek yang terpisah, maka
hasil manfaat pengalihan per km dapat digunakan untuk semuanya tanpa memperhatikan kondisi
permukaan jalan yang ada dari setiap proyek. f. Seringkali terjadi suatu ketidak-pastian mengenai
proporsi lalu-lintas yang ditentukan antar pusat. Prosedur yang benar untuk mengatasi masalah ini adalah
melaksanakan "survai Asal dan Tujuan" dimana kendaraan diminta berhenti dan pengemudinya
diwawancarai untuk menentukan titik awal dan akhir perjalanan mereka. Dari informasi ini dimungkinkan
untuk mengalokasikan lalu-lintas antara rute yang satu dengan rute lainnya dengan tepat, baik dalam
situasi "Dengan" maupun "Tanpa" proyek. Namun demikian, ini merupakan jenis survai yang sulit untuk
diorganisir dan dilaksanakan. Survai ini hanya akan dilaksanakan pada kasus dimana tidak mungkin untuk
menunjukkannya dengan cara lain bahwa suatu proyek Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 :
Tugas 3 Analisa 3F - 10 itu secara jelas layak atau tidak layak. Sebelum melaksanakan hal ini, harus
dipilih terlebih dahulu nilai-nilai maksimum dan minimum untuk proporsi tersebut. Hal ini dapat
digunakan bersama dengan data VOC untuk menghitung kemungkinan tingkat maksimum dan minimum
dari manfaat suatu proyek, dan dalam beberapa kasus untuk menentukan apakah suatu proyek itu benarbenar layak atau benarbenar tidak layak. Misalnya, untuk menentukan manfaat maksimum, tentukan
untuk jalur antar pusat yang mana, pengalihan lalu lintas menghasilkan manfaat tertinggi. Jumlah total
manfaat akan maksimum bila kemungkinan maksimum dari proporsi lalu-lintas antar pusat ini
diasumsikan. Bila dalam kasus ini proyeknya tidak layak, dapat diasumsikan bahwa proyek ini benarbenar tidak layak. g. Jalan-jalan Nasional dan Propinsi harus tercakup dalam studi pengalihan lalu lintas.
Bagaimanapun kaji ulang harus dilakukan dalam kasus dimana terlihat bahwa lalulintas akan beralih dari
jalan Nasional/Propinsi ke jalan kabupaten. Rute yang lebih pendek lewat jalan kabupaten mungkin tidak
akan digunakan, bila jalannya lebih sempit atau alinyemennya di bawah standar dibandingkan alternatif
jalan Nasional/Propinsi, kecuali bila akan menghemat jarak yang cukup panjang. Biasanya jalan
kabupaten tidak boleh dibangun untuk mengalihkan lalu-lintas dari jalan Nasional/ Propinsi. h. Masalah
yang sulit adalah bahwa pada beberapa kasus, peningkatan dapat dilakukan pada ruas-ruas lain dalam
jaringan selain pada rute proyek, sehingga dapat mempengaruhi pilihan rute dan tingkat manfaatnya.
Peningkatan jenis ini dapat terjadi pada setiap waktu selama 10 tahun periode penilaian, dan masih tetap
mempunyai pengaruh terhadap rute yang digunakan serta Biaya Operasi Kendaraan pada rute alternatif.
Tidaklah mungkin untuk memperkirakan semua perubahan yang akan terjadi, namun pertimbangan yang
hati-hati harus diberikan untuk merencanakan membangun suatu jaringan sebelum membuat suatu
rekomendasi akhir pada proyek yang sedang distudi. i. Pengalihan pada suatu rute akan menghasilkan
tingkat lalu lintas yang lebih rendah pada rute alternatifnya. Implikasinya terhadap evaluasi rute lainnya

di wilayah tersebut harus dipertimbangkan. Lalu lintas yang diharapkan akan beralih dari suatu rute harus
dikurangkan dari tingkat lalu lintas pada rute tersebut sebelum peningkatan pada rute tersebut dievaluasi.
Bila tidak, lalu lintas yang sama dapat digunakan untuk ke dua proyek. j. Tidak selalu ada perbedaan yang
nyata antara kasus yang melibatkan pengalihan lalu lintas dengan kasus yang memerlukan analisa dengan
menggunakan formulir A3 berdasarkan hambatan akses, karena dalam mempertimbangkannya tidak ada
rute alternatif. Rute alternatifnya harus cukup pendek untuk menjadi alternatif yang dapat diterapkan pada
rute yang ditingkatkan agar manfaat pengalihannya dapat dibenarkan. Rute sepanjang 100 km tidak dapat
dipertimbangkan sebagai alternatif bagi rute 5 km dari suatu wilayah menuju ke pasar utama di luar
wilayah, namun dapat dianggap sebagai alternatif nyata untuk rute sepanjang 42 km. Sebagai patokan
umum ialah : bila panjang rute alternatifnya lebih dari lima kali panjang rute yang akan ditingkatkan,
maka yang harus digunakan adalah metode yang berdasarkan hambatan akses. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 11 6.3 PROYEK JEMBATAN (TUGAS 3F/2) 6.3.1
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN a. Nilai manfaat yang terdapat dalam tabel Penuntun Manfaat
didasarkan pada penghematan dalam Biaya Operasi Kendaraan dan Waktu Penumpang, yang akan didapat
dari adanya peningkatan kondisi permukaan jalan. Isi Tabel tersebut tidak mencakup adanya manfaat
yang didapat dari pekerjaan peningkatan jembatan. b. Pada umumnya pekerjaan jembatan direncanakan
sebagai bagian dari suatu peningkatan jalan yang melibatkan beberapa kilometer panjang jalan. Dalam
kasus seperti ini biaya jembatan biasanya merupakan bagian yang relatif kecil dari total biaya proyek,
sehingga jembatannya sendiri dapat dianggap sebagai bagian integral dari proyek. Pendekatan yang
mudah ini dipilih sebagai prosedur standar, karena menaksir manfaat dari pekerjaan jembatan biasanya
sangat rumit. c. Pendekatan standar tidak dapat digunakan bila pekerjaan jembatan yang diperlukan
berada pada jalan yang kondisinya Baik atau Sedang. Dalam hal ini, tidak ada nilai manfaat yang
tercantum dalam Tabel Penuntun Manfaat, yang dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan evaluasi.
Karenanya, manfaat yang timbul dari jembatan itu sendiri harus ditentukan agar dapat dibandingkan
dengan biaya pekerjaan jembatan, untuk menilai kelayakan proyek jembatan tersebut. d. Pendekatan ini
mungkin diperlukan dalam kasus-kasus lain; misalnya bila suatu proyek yang melibatkan pekerjaan jalan
dan jembatan didapatkan tidak layak, maka harus dipertimbangkan untuk melakukan evaluasi secara
terpisah antara pekerjaan jalan dan pekerjaan jembatan. Prioritas untuk studi terpisah seperti ini diberikan
bila biaya untuk pekerjaan jembatan sangat tinggi dibandingkan dengan pekerjaan jalannya (karena
jembatannya panjang atau termasuk dalam proyek yang hanya melibatkan pekerjaan jalan yang pendek).
Pada situasi seperti ini, memasukkan pekerjaan jembatan dalam evaluasi proyek standar, cenderung akan
memberikan hasil yang menyimpang yang dapat menyebabkan ditolaknya proyek penting yang
sebenarnya secara potensial layak untuk dibangun. Oleh karena itu evaluasi pekerjaan jalan dan jembatan
secara terpisah dapat dipertimbangkan untuk proyek yang tidak layak dari hasil prosedur evaluasi standar.
e. Prosedur evaluasi yang harus diikuti dalam hal proyek jembatan akan dijelaskan di bawah dan
dirangkum dalam gambar Ringkasan Prosedur Evaluasi Proyek Jembatan di bawah. 6.3.2 PENDEKATAN
UMUM a. Metodologi yang sesuai untuk menaksir manfaat pada jembatan dan untuk mengevaluasi ulang
proyek berdasarkan "jalan saja" setelah menghilangkan biaya pekerjaan jembatan, akan bervariasi ; sesuai
dengan situasi yang ada saat ini, dan yang lebih penting sesuai dengan situasi yang akan diterapkan tanpa
jembatan. b. Empat tipe pendekatan dasar akan dibahas di bawah pada bagian prosedur evaluasi jembatan,
prosedur tersebut akan dapat mencakup sebagian besar situasi yang mungkin terjadi. c. Prosedur ini
dirancang untuk memberikan dasar pembenaran bagi proyek jembatan, dengan cara mengenali proyekproyek yang manfaatnya (didasarkan pada kriteria ekonomi yang rasional) secara jelas cukup besar untuk
menjamin investasinya dapat dibenarkan. Prosedur ini hanya dapat memberikan perkiraan hasil dari suatu

Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 12 evaluasi terinci, namun
demikian dapat diterima untuk menilai elijibilitas berdasarkan perencanaan bila panjang jembatan kurang
dari 30 meter. d. Untuk jembatan besar yang panjangnya 30 meter atau lebih atau proyek dimana
gabungan panjang jembatan pada suatu ruas lebih dari 10 meter per Km, maka proyek tersebut harus
dikaji kembali. Bilamana ada keragu-raguan mengenai proyeknya maka arahkan untuk dilakukan studi
khusus sebelum proyek tersebut dilaksanakan. Namun demikian prosedur berikut ini harus tetap
dilaksanakan untuk memberi indikasi awal mengenai kelayakan proyek- proyek semacam itu. e. Pada
sebagian besar kasus lainnya, prosedur evaluasi yang dijelaskan di bawah akan memberikan indikasi
manfaat yang dihasilkan dari jembatannya dibandingkan dengan yang tidak ada jembatannya. Manfaat ini
dalam beberapa kasus dapat menjadi besar sekali dan akan menghasilkan pekerjaan jembatan yang
kelayakannya tinggi. Hal ini tidak boleh dijadikan dasar pembenaran untuk usulan pekerjaan dengan
biaya yang tinggi, bila pilihan pekerjaan dengan biaya yang lebih rendah seperti perbaikan jembatan atau
pembuatan jembatan limpas dapat memberikan semua atau sebagian besar dari manfaat. Dalam hal
jembatan besar, pelayanan suatu ferry juga harus dipertimbangkan sebagai alternatif untuk jembatan. f.
Dalam beberapa hal, evaluasi terpisah terhadap pekerjaan jalan dan jembatan pada bagian jalan yang
sama dapat mengakibatkan yang satu dinyatakan layak dan satunya tidak layak. Hal ini mungkin
merupakan hasil yang sah dan wajar, namun kasus semacam ini harus dikaji kembali untuk membuktikan
bahwa proyek yang disetujui adalah pantas tanpa bagian lainnya. g. Ada sejumlah kasus dimana studi
jembatan secara terpisah tidak diperlukan. Hal ini akan dijelaskan pada bahasan berikut ini. Banyak
proyek jembatan yang akan tercakup oleh salah satu dari situasi tersebut di bawah, karenanya
pemeriksaan harus selalu dilakukan untuk menentukan yang mana yang akan diterapkan sebelum
melaksanakan evaluasi jembatan. 6.3.3 PROSEDUR - A : TIDAK DIPERLUKAN STUDI JEMBATAN
SECARA TERPISAH a. Kasus-kasus dimana studi jembatan secara terpisah tidak diperlukan, akan
dijelaskan di bawah ini. b. Bila panjang jembatan tersebut 30m atau lebih, atau gabungan seluruh panjang
proyek jembatan pada suatu ruas jalan adalah 10 meter per km atau lebih, maka harus dilakukan suatu
kaji ulang untuk menentukan apakah ada alternatif penyelesaiannya.Prosedur kaji ulang berikut ini harus
diterapkan pada semua proyek jembatan. c. Bila proyek jembatannya merupakan : Penggantian pada
jembatan yang ada, Panjangnya kurang dari 30 m Pada bagian jalan dengan jumlah lalu-lintas 500 LHR
atau lebih. Maka jembatannya dapat diasumsikan sebagai layak tanpa tambahan studi lebih lanjut karena
manfaatnya hampir pasti cukup besar untuk membenarkan proyek jembatan tersebut. Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 13 Tipe 1 Tidak Ada Rute Alternatif Jembatan yang
ada terbuka Tipe 2 Ada Rute Alternatif Tipe 3 Penyeberangan Sungai dengan Ferry Tipe 4 Pelebaran dan
Penguatan Jembatan Jembatan tidak ada jalan tertutup Jembatan yang ada terbuka Jembatan tidak ada
jalan tertutp Lakukan PLL di Ferry Lakukan PLL di jembatan Lakukan survai S7 Lakukan PLL di
jembatan Lakukan PLL di ruas-ruas lain Tentukan biaya pelayanan fery Lalu-lintas > 1000 LHR Lakukan
PLL di jembatan Tentukan jumlah perjalanan / tahun dan manfaat dengan form A3 Alokasikan lalu lintas
dan tentukan manfaat dengan form A4 Bandingkan dgn. Biaya proyek jemb. Lebar lantai jembatan < 4.0
m Lebar lantai jembatan > 40 m Proyek gabungan jalan dan jembatan layak dengan prosedur standar
Proyek jalan dan jembatan, layak dengan membagi biaya jembatan terhadap proyek lainnya diruas yang
sama Penggantian jembatan dan tingkat lalu lintas > 500 LHR atau atau Kaji ulang alokasi manfaat antara
proyek jembatan dan jalan Proyek Jembatan layak Proyek Jembatan tidak layak Panjang jembatan < 30 m
dan panjang seluruh proyek jembatan pada ruas < 10 m/km Jembatan direkomendasikan untuk desain dan
pembangunan Kaji ulang proyek jembatan dan rekomendasikan / usulkan untuk studi khusus Lalu-lintas <
1000 LHR Panjang jembatan > 30 m dan panjang seluruh proyek jembatan pada ruas > 10 m/km

Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 14 d. Prosedur standar yang
digunakan untuk mengevaluasi proyek dengan menggabungkan biaya untuk jalan dan jembatan, biasanya
akan menaksir NPV proyek menjadi terlalu rendah. Ini disebabkan karena manfaat tambahan yang secara
khusus berkaitan, dengan pekerjaan jembatan tidak dimasukkan. Namun demikian, bila NPV yang
didapat positif maka hasilnya dapat diterima dan kedua pekerjaan, jalan dan jembatan, yang dihubungkan
dengan proyek dapat dianggap layak. e. Bila dengan prosedur standar proyeknya dinyatakan tidak layak,
maka sebelum mulai melakukan evaluasi terpisah mengenai jembatan, periksa dulu apakah semua kondisi
berikut ini terpenuhi : Ruasnya dibagi dalam dua atau lebih proyek Paling sedikit salah satu proyeknya
dinyatakan layak, Pekerjaan jembatan diperlukan pada proyek yang tidak layak, Evaluasinya
berdasarkan metode lalu-lintas. f. Bila semua kondisi ini yang terpenuhi, dilakukan evaluasi ulang untuk
bagian yang tidak layak di luar biaya jembatan. Bila masih tetap tidak layak, maka prosedur yang mudah
ini tidak dapat digunakan dan evaluasi terpisah terhadap jembatan dan jalan harus dilaksanakan dengan
mengikuti prosedur yang akan dibahas dalam bagian lain dibawah ini. Namun demikian bila hal ini
menjadi layak tanpa biaya jembatan maka proyek tersebut dapat digabung dengan proyek layak lainnya
pada ruas yang sama, dan jumlah NPV dinilai dengan memasukkan lagi biaya jembatan. g. Diperlukan
perhitungan manfaat rata-rata/km bila melaksanakan hal ini, dengan memperhitungkan panjang kedua
proyek seperti yang diperlihatkan dalam contoh di bawah ini : Evaluasi Awal Proyek 2 Penggabungan
Proyek 1 Proyek 2 (tanpa jembatan) Proyek Panjang (Km) Biaya Jalan / Km Biaya Jalan Biaya Jembatan
Biaya Total Biaya Total / Km Manfaat Total Manfaat / Km NPV / Km Rekomendasi / Evaluasi 12 65 780
- 780 65 80 15 ** 3 50 150 120 270 90 70 -20 NV 3 50 150 - 150 50 70 20 ** 15 - 930 120 1050 70 1170
78 8 * / R h. Bila gabungan proyek mempunyai NPV/Km positif, seperti contoh diatas, kedua proyek
dapat dianggap layak dan kode rekomendasinya didasarkan pada jumlah NPV/Km. Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 15 i. Prosedur ini tidak mengevaluasi pekerjaan
jembatan, namun didisain untuk menghilangkan kemungkinan penyimpangan dari studi perencanaan
sebagai hasil dari pendistribusian biaya jembatan diantara kedua proyek yang terpisah pada ruas tersebut.
j. Bila ada tiga atau lebih proyek pada suatu ruas, maka semuanya dapat digabungkan dengan cara ini,
asalkan semua proyek yang aslinya tidak layak menjadi layak tanpa biaya jembatan. Bila ada yang tidak
layak tanpa biaya jembatan prosedur ini tidak dapat digunakan, karenanya evaluasi secara terpisah seperti
yang akan bahas dibawah ini harus diikuti untuk semua proyek yang tidak layak. 6.3.4 PROSEDUR - B :
EVALUASI PROYEK JEMBATAN KASUS TIPE-1 : TIDAK ADA RUTE ALTERNATIF A. Penentuan
Manfaat Jembatan a. Pada kasus dimana tidak ada rute alternatif dan wilayah yang dilayani oleh jembatan
tidak mempunyai akses lain atau aksesnya dibatasi, maka tanpa jembatan manfaatnya harus dihitung
dengan cara yang sama seperti untuk jalan yang tertutup bagi lalu-lintas. Berarti harus digunakan analisa
berdasarkan kependudukan dengan menggunakan formulir A3. Perlu dicatat bahwa evaluasinya harus
berdasarkan pada situasi yang berlaku bila pekerjaan jembatan tidak dilaksanakan. b. Saat ini mungkin
tidak ada jembatan dan jalannya tertutup atau mungkin ada jembatan dan lalu-lintas mungkin tidak
dibatasi. Bila proyek jembatan yang diusulkan tidak dilaksanakan dan kemudian jembatan yang ada
menjadi tertutup untuk lalu lintas sehingga mengakibatkan akses ke kawasan tersebut menjadi tertutup
atau terbatasi, maka harus digunakan metode kependudukan. c. Dalam hal ini metode kependudukan
harus tetap digunakan meskipun kondisi jalannya baik/sedang dan ada lalu lintas pada ruas jalan tersebut
karena ada proyek jembatan yang akan menggantikan jembatan yang ada. Hal yang penting di sini adalah
tidak tersedianya rute alternatif bila jembatan tersebut tertutup (dalam hal dimana jembatannya sekarang
ini terbuka dan lalu lintasnya tidak terhambat oleh kondisi jalannya, maka yang harus digunakan untuk
memperkirakan jumlah perjalanan yang dibuat setiap tahun adalah data lalu lintas, bukan data

kependudukan, namun demikian manfaatnya tetap dihitung dengan menggunakan formulir A3, hal ini
akan dijelaskan di bawah). d. Perlu dicatat bahwa bila ada ferry yang mengangkut kendaraan roda-4
beroperasi pada atau dekat jembatan, maka rute tersebut harus dianggap sebagai terbuka untuk lalu lintas
dan dipertimbangkan sebagai situasi Tipe-3 yang akan dibahas di bawah. Namun bila layanan ferry hanya
beroperasi untuk sepeda motor dan pejalan kaki saja maka jalannya dapat dianggap sebagai tertutup pada
penyeberangan sungai dan analisa berdasarkan formulir A3 digunakan ; dengan Kode Akses 3 bila sepeda
motor dapat menggunakan ferry, dan Kode Akses 4 bila hanya dapat digunakan oleh pejalan kaki saja. e.
Bila sudah ada jembatan dan lalu lintasnya tidak terhambat, maka harus dilakukan penghitungan lalu
lintas yang standar selama dua hari. Data ini dapat digunakan untuk memperkirakan Total Perjalanan
yang diperlukan untuk analisa A3 sebagai pengganti perkiraan jumlah kependuduk dan tingkat perjalanan.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 16 Prosedur untuk ini adalah
sebagai berikut : Catat hasil penghitungan lalu lintas pada formulir A2. Ambil hasil penghitungan untuk
sepeda motor (dari kolom C), dan kalikan dengan 1,28 untuk mendapatkan perkiraan selama 24 jam,
kemudian kalikan lagi dengan 1,5 (rata-rata jumlah penumpang sepeda motor) untuk mendapatkan jumlah
perjalanan dengan sepeda motor per harinya. Ambil hasil perhitungan untuk KRLL (dari kolom C bagian
bawah), dan kalikan dengan 6 (perkiraan jumlah penumpang kendaraan roda- 4), untuk mendapatkan
jumlah perjalanan dengan kendaraan roda empat per harinya. Jumlahkan ke dua jumlah perjalanan per
hari tersebut di atas dan kalikan dengan 365 untuk menghasilkan angka Total Perjalanan per tahun.
Masukkan hasil ini dalam formulir A3. f. Bila saat ini tidak ada jembatan atau untuk alasan tertentu lalu
lintas yang lewat dibatasi, maka Jumlah Perjalanan harus dihitung dengan menggunakan metode standar
berdasarkan data kependudukan yang tercatat dalam formulir S7. g. Kode Hambatan Akses harus dipilih
sesuai dengan jenis hambatan penyeberangan sungai tanpa jembatan ; dimulai dari angka 1 bila sungainya
dapat diseberangi hampir sepanjang tahun sampai angka 4 bila tidak ada kendaraan yang dapat
menyeberangi sungai. Bagian jalan pada sisi seberang jembatan harus diberi Kode Akses 1 seperti dalam
metodologi A3 yang normal. Bila jembatan yang ada masih terbuka, maka akan sukar untuk menentukan
Hambatan Akses yang potensial terjadi. Karena itu harus dibuat suatu perkiraan berdasarkan sifat dasar
penyeberangan sungai tersebut. Namun demikian bila tidak ada jembatan gunakan metode standar
berdasarkan formulir S8. h. Perkiraan manfaat yang didapat dari formulir A3 tidak seluruhnya dapat
diterapkan pada jembatan, karena manfaat tersebut merupakan gabungan dari dua jenis manfaat yaitu;
yang timbul dari penghilangan Hambatan Akses (dapat diterapkan pada jembatan) dan yang timbul dari
peningkatan kondisi permukaan jalan (tidak dapat diterapkan pada jembatan). Unsur hambatan akses
dihitung antara 20 - 50 persen dari jumlah total dan dapat diperkirakan dengan cara mengalikan total
manfaat yang tertera pada formulir A3 dengan faktor-faktor berikut : Hambatan Akses 4 3 2 1 Faktor 0,45
0,40 0,33 0,20 i. Bagian dari unsur hambatan akses yang dapat dipakai sebagai manfaat pada jembatan
perlu untuk dipertimbangkan dengan hati- hati : Bila setelah pekerjaan jembatan selesai tidak ada lagi
hambatan akses yang diakibatkan oleh kondisi jalan, maka seluruh manfaat dapat dipakai. Bila masih ada
hambatan akses, maka pengurangan daripada manfaat harus dilakukan. Misalnya ; bila suatu jalan secara
total akan tertutup bagi semua jenis lalu-lintas tanpa adanya jembatan, dan kemudian setelah proyek
jembatan dilaksanakan kode hambatan akses 1 diterapkan pada jalan maka manfaat yang dapat dipakai
pada proyek jembatan adalah manfaat pada hambatan akses 4 dikurangi hambatan akses 1. Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 17 j. Gunakan hasil akhir Manfaat per
perjalanan per km pada hasil Total Perjalanan untuk mendapatkan Total Manfaat Perjalanan. Bila yang
dievaluasi hanya jembatan saja, maka tidak perlu untuk mengurangi dengan Biaya Pemeliharaan jalan,
sehingga Manfaat Perjalanan Total adalah Manfaat Total Kotor. k. Manfaat yang ada pada formulir A3

dijelaskan sebagai manfaat per-km. Karena itu biaya jembatan harus dirubah menjadi biaya per Km,
dengan cara membaginya dengan panjang bagian jalan yang secara efektip menjadi terbuka bagi lalulintas karena adanya jembatan. B. Evaluasi Proyek Jalan a. Bila proyek jembatan merupakan penggantian
dari jembatan yang ada dan ada lalulintas pada jalan yang tidak terhambat oleh kondisi jalan, maka jalan
tersebut harus dievaluasi dengan menggunakan metode berdasarkan lalu-lintas. Analisanya dilakukan
dengan cara yang normal tetapi dengan mengeluarkan biaya jembatan. b. Bila aksesnya terhambat, maka
pada waktu dilakukan evaluasi jalan tersebut harus dinilai secara terpisah dengan menggunakan metode
kependudukan atas dasar penghilangan `sisa' Hambatan Akses yang masih ada sesudah proyek jembatan
dilaksanakan. c. Bila tidak akan ada hambatan akses setelah pekerjaan jembatan diselesaikan, sementara
saat ini tidak ada lalu lintas karena adanya hambatan pada penyeberangan sungai, maka tidak ada alasan
untuk melakukan evaluasi secara terpisah terhadap pekerjaan jalan yang diperlukan. Dalam hal seperti ini
seluruh proyek baik pekerjaan jalan maupun jembatan, keduanya dapat dievaluasi bersamasama dengan
formulir A3 menggunakan prosedur standar, atau evaluasi jalannya dapat diundurkan untuk satu atau
beberapa tahun sampai sesudah pekerjaan jembatannya diselesaikan, dengan
menggunakan metoda berdasarkan lalu-lintas. d. Perlu dicatat bahwa bila
penyeberangan sungai dan jalan mempunyai tingkat Hambatan akses yang sama
atau bila jalannya mempunyai Tingkat Hambatan akses yang lebih tinggi dari
jembatan, maka tidak ada manfaat yang dapat dipakai pada jembatan. Dalam hal
ini jembatannya tidak dapat dievaluasi secara terpisah ; keduanya (jembatan dan
jalan) harus dievaluasi sebagai satu proyek. KASUS TIPE-2 : TERSEDIA RUTE
ALTERNATIF A. Penentuan Manfaat Jembatan a. Bila ada rute alternatif untuk lalulintas, maka manfaat pekerjaan jembatan adalah yang didapat dari pengalihan lalulintas. Manfaat tersebut harus ditentukan dengan menggunakan formulir A4,
mengikuti prosedur yang ditetapkan bagi manfaat pengalihan di Bagian 3F/1. Dalam
hal jembatannya, sejumlah faktor perlu untuk dipertimbangkan dan akan dibahas di
bawah ini. b. Seperti halnya pada situasi Tipe-1, bila ada ferry yang mengangkut
kenda
n roda empat beroperasi pada atau dekat jembatan, maka rutenya harus dianggap
terbuka untuk lalu lintas dan dianggap sebagai situasi Tipe-3 yang akan dibahas di
bawah. Namun demikian bila pelayanan ferry tersebut beroperasi hanya untuk
sepeda motor dan pejalan kaki saja, jalannya dapat dianggap tertutup pada tempat
penyeberangan sungai. Untuk itu digunakan analisa berdasarkan prosedur di bawah
ini. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 18 c. Bila
tersedia rute alternatif situasi yang ada mungkin (seperti halnya prosedur
berdasarkan kependudukan yang diuraikan untuk kasus tipe-1) ; ada jembatannya
dan rute yang menggunakan jembatan tersebut terbuka untuk lalu-lintas atau
mungkin tidak ada jembatannya dan rutenya tertutup. Untuk setiap kasus prosedur
evaluasinya adalah sama dan didasarkan pada situasi yang akan dipakai bila
pekerjaan jembatan tidak dilaksanakan. Karena itu evaluasinya dapat didasarkan atas satu
situasi dengan asumsi bahwa tanpa pekerjaan jembatan, jembatan yang ada akan tertutup dan lalu-lintas
dipaksa untuk beralih ke rute yang lebih panjang, sementara pekerjaan jembatan akan memungkinkan lalu
lintas untuk melanjutkan penggunaan rute yang ada sekarang. Dalam situasi yang lain, pekerjaan
jembatan akan memungkinkan lalu-lintas untuk beralih dari rute yang ada ke rute baru yang lebih pendek.

Situasi yang ada tidak mempengaruhi dasar dari pada evaluasi, yaitu membandingkan biaya
penggunaan jalan pada rute yang lebih panjang dengan yang lebih pendek. d. Bila
proyek jembatan merupakan penggantian dari jembatan yang masih digunakan,
maka suatu penghitungan lalu-lintas yang dilaksanakan pada atau dekat jembatan
biasanya sudah cukup untuk mengenali lalu-lintas yang akan beralih. Hasil dari
pada penghitungan lalu-lintas ini akan menunjukkan tingkat lalu-lintas yang
menggunakan jembatan pada kasus dimana diasumsikan bahwa proyek jembatan
dilaksanakan, sebagai jembatan baru yang akan mempertahankan situasi yang
sekarang. Pada kasus "tanpa proyek jembatan", diasumsikan bahwa jembatan yang
ada tertutup untuk lalu-lintas dan lalu-lintas yang tercatat dalam penghitungan
lalulintas akan terpaksa beralih ke rute yang lebih panjang (atau biaya yang lebih
tinggi). Gunakan formulir A4 seperti yang dijelaskan pada bagian 3F/1 untuk ;
memperkirakan biaya dari rute alternatif, mengalokasikan lalu- lintas, dan
menghitung manfaatnya. e. Proyek jembatan mungkin merupakan penggantian
untuk jembatan yang sudah tidak dapat digunakan atau merupakan jembatan baru.
Pada kasus seperti ini, mungkin tidak ada lalu-lintas yang menggunakan ruas jalan
dimana jembatan tersebut berada. Laksanakan penghitungan lalu- lintas pada
semua ruas lainnya di wilayah itu, ikuti prosedur penggunaan formulir A4 seperti
yang dijelaskan pada bagian 3F/1. f. Bila ada kemungkinan bagi kendaraan untuk
menyeberangi sungai untuk sebagian waktu dalam setiap tahunnya, maka
penghitungan manfaat pengalihan hanya akan diterapkan untuk bagian waktu
dimana sungainya tidak dapat diseberangi. g. Bila ada pelayanan ferry bagi
kendaraan roda-4, maka manfaat pengalihan tidak dapat diterapkan dan proyeknya
harus dievaluasi dengan mengikuti prosedur yang diberikan untuk kasus tipe-3 di
bawah ini. Namun demikian bila ferry yang beroperasi hanya dapat mengangkut
sepeda motor, maka manfaat pengalihan hanya dihitung untuk lalu-lintas kendaraan roda empat
saja, yaitu dengan mengeluarkan lalu-lintas sepeda motor dari perhitungan hasil lalu- lintas total yang
menggunakan formulir A2. h. Bila ruas jalan yang ada jembatannya berkondisi baik/sedang, maka semua
manfaat dari pengalihan dapat diberikan pada pekerjaan jembatan. i. Agar hasilnya dapat dibandingkan
dengan hasil evaluasi lainnya, maka biaya pekerjaan jembatan dan hasil manfaat pengalihan harus dibagi
dengan bagian Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 19 panjang jalan
yang secara efektif terbuka untuk lalu- lintas oleh adanya jembatan, untuk mendapatkan angka NPV/Km.
B. Evaluasi Proyek Jalan a. Bila kondisi jalan juga menyebabkan ruas tersebut sama sekali tertutup bagi
lalulintas, maka perlu untuk menggabungkan biaya pekerjaan jalan dan jembatan lalu
mempertimbangkannya secara bersama-sama. Evaluasi terpisah tidak dimungkinkan, karena tidak akan
didapatkan manfaat sampai pekerjaan jalan dan jembatan dilaksanakan. b. Bila proyek jembatan
merupakan penggantian dari jembatan yang ada dan terdapat lalu-lintas pada jalan tersebut, namun
kondisi jalannya rusak/rusak berat, maka pekerjaan peningkatan pada jalan tersebut dapat dievaluasi
secara terpisah dengan menggunakan metode berdasarkan lalu- lintas yang standar. Namun metode yang
terbaik adalah gabungkan proyek tersebut dan gunakan asumsi kondisi jalan yang sudah ditingkatkan,
untuk rute dimana jembatan berada, dalam menghitung pengalihan dan manfaat. c. Bila pada waktu
dilakukan evaluasi akses jalannya terhambat karena kondisi jembatannya, maka jalannya harus dinilai
secara terpisah dengan menggunakan lalu-lintas yang diasumsikan beralih ke rute tersebut sesudah
jembatannya dilaksanakan sebagai dasar dari pada metode yang berdasarkan lalu-lintas. Seperti halnya di

atas, evaluasi penggabungan dapat dijadikan pilihan. d. Bila pekerjaan jalannya akan dilaksanakan dalam
tahun program lain sesudah pekerjaan jembatannya dilaksanakan, maka survai lalu-lintas harus
dilaksanakan sesudah jembatannya selesai dibangun, kemudian gunakan metoda standar berdasarkan lalulintas untuk mengevaluasi pekerjaan jalan. Dalam kasus seperti ini, ada kemungkinan bahwa tambahan
lalu-lintas akan beralih ke ruas tersebut. Ini harus dinilai seperti yang dijelaskan pada Bagian 3F/1
KASUS TIPE - 3 : PENYEBERANGAN SUNGAI DENGAN FERRY A. Penentuan Manfaat Jembatan a.
Bila ada pelayanan ferry untuk menyeberangi sungai bagi semua kendaraan, maka manfaat dari suatu
jembatan didapat dari ; penghilangan biaya untuk menyediakan pelayanan ferry, dan dari keterlambatan
waktu kendaraan dan penumpang. b. Pada sebagian besar kasus, adalah tidak mungkin untuk
mendapatkan angka yang tepat untuk biaya pelayanan ferry, yang mungkin harus memasukkan biaya
modal pokok ferry dan fasilitas lainnya ditambah biaya operasinya. Sementara biaya keterlambatan waktu
kendaraan dan penumpang mungkin hanya kecil dan berbedabeda sehingga dapat diabaikan. c.
Bagaimanapun, penilaian awal terhadap kelayakan jembatannya harus dibuat berdasarkan ongkos yang
diminta untuk menggunakan pelayanan ferry, karena ini akan menjadi petunjuk mengenai biaya untuk
menyediakan pelayanan ferry. d. Berikut ini suatu contoh prosedur penilaian awal yang dimaksud: 1)
Standar penghitungan lalu-lintas selama 12 jam harus dilakukan selama dua hari untuk mendapatkan
Lalu-lintas Harian Rata-rata yang menggunakan ferry. Tidak perlu untuk menghitung lalu-lintas tidak
bermotor. Bila ferrynya Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 20
beroperasi 16 jam sehari atau lebih, kalikan data penghitungan selama 12 jam untuk setiap jenis
kendaraan bermotor (kolom C pada formulir A2) dengan 1,28 untuk memperkirakan lalu-lintas selama 24
jam. Tidak perlu untuk menghitung lalu-lintas ekivalen roda-4 di kolom E. 2) Kalikan tingkat lalu-lintas
harian setiap jenis kendaraan dengan ongkos yang dikenakan pada masing-masing jenis dalam
menggunakan ferry, lalu jumlahkan hasilnya. 3) Kalikan angka total Hasil Ongkos Harian ini dengan
Faktor Manfaat Total seperti yang digunakan dalam Analisa Pengalihan Lalu-Lintas untuk mengubah
hasil Harian ke hasil Total dalam bentuk nilai saat ini untuk periode waktu sepuluh tahun. Jenis Data 12
jam Rata- LHR Ongkos Hasil Harian Kendaraan Hari 1 Hari 2 rata (x 1,28) ( Rp.) ( Rp.) Sepeda Motor
Pick-up Penumpang Pick-up Barang Truk Ringan Truk Sedang Mobil Total 38 110 8 75 10 20 261 32 90
4 51 12 16 205 35 100 6 63 11 18 233 45 128 8 81 14 23 298 200 500 500 1000 1500 500 - 9.000 64.000
4.000 81.000 21.000 11.500 190.500 Faktor 'Manfaat' Total 3000 Total Biaya Ferry (Rp. Juta) 571 4) Bila
angka yang didapat lebih dari pada biaya jembatan untuk menggantikan ferry, maka proyek jembatan ini
layak; NPV-nya adalah total biaya pelayanan ferry dikurangi biaya jembatan. Jadi bila biaya pekerjaan
jembatan yang diperlukan adalah Rp 400 juta maka proyeknya akan layak dengan NPV Rp 170 juta.
Namun demikian angka ini harus dianggap hanya sebagai perkiraan awal sampai biaya ferry-nya dapat
disahkan. 5) Untuk membuat agar hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil evaluasi lainnya, maka biaya
untuk pekerjaan jembatan dan hasil manfaatnya harus dibagi dengan bagian panjang ruas dimana
jembatannya berlokasi untuk mendapatkan harga NPV/km. B. Evaluasi Proyek Jalan Biaya peningkatan
jalan pada ruas dengan pelayanan ferry harus dievaluasi dengan menggunakan metode standar atas dasar
lalu-lintas. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 21 KASUS TIPE- 4 :
PROYEK PELEBARAN DAN PENGUATAN JEMBATAN a. Dalam beberapa kasus mungkin ada
jembatan yang tidak memerlukan penggantian namun diusulkan untuk dilebarkan atau diperkuat. b.
Dalam hal pelebaran maka manfaatnya adalah pengurangan waktu keterlambatan lalu- lintas dan
kemungkinan pengurangan kecelakaan. Keterlambatan disebabkan oleh kendaraan yang mengurangi
kecepatan bila melewati jembatan yang sempit dan menanti untuk melewati jembatan bila kendaraan dari
arah yang berlawanan bertemu pada jembatan. Waktu menunggu ini akan semakin besar sesuai dengan

tingkat lalu-lintasnya dan panjang jembatannya. c. Dalam hal Jalan Kabupaten, manfaatnya mungkin akan
kecil. Namun pada ruas dengan LHR lebih dari 1000, maka jembatan yang panjangnya kurang dari 30 m
dapat disetujui untuk dilebarkan bila saat ini hanya ada satu lajur untuk semua jenis kendaraan, yaitu
dengan lebar dek kurang dari 4,0 meter. Semua kasus lainnya harus diarahkan untuk studi khusus. d.
Dalam hal penguatan jembatan, terdapat dua jenis manfaat ; yaitu biaya angkut barang per ton yang lebih
murah karena penggunaan kendaraan yang lebih besar dan lebih efisien, atau pengalihan kendaraan
angkutan dari rute yang lebih panjang. Dalam kedua kasus ini manfaatnya mungkin akan kecil dan semua
proyek seperti ini harus diarahkan untuk studi khusus. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 :
Tugas 3 Analisa 3F - 22 6.4 PROYEK PELEBARAN JALAN (TUGAS 3F/3) 6.4.1 RUANG
LINGKUP DAN TUJUAN a. Bila lebar perkerasan jalan kurang dari lebar standar disain minimum yang
sesuai untuk tingkat lalu lintasnya dan bila kondisi jalannya rusak atau rusak berat, maka pelebaran yang
diperlukan dapat dilakukan dalam pelaksanaan proyek pekerjaan berat. Dalam hal ini tidak diperlukan
evaluasi terpisah terhadap pelebaran jalan tersebut. b. Namun demikian bila jalannya berkondisi baik atau
sedang, dan hanya memenuhi syarat untuk pemeliharaan saja, maka pelebaran harus dianggap sebagai
permasalahan yang terpisah. Biaya bagi dua pilihan untuk pelebaran jalan dengan KRLL 4 sudah
dimasukkan dalam matriks biaya. Pilihan ini adalah pelebaran dari 3,0 meter ke 4,5 meter dan dari 3,5
meter ke 4,5 meter. c. Prosedur standar tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek
pelebaran ini. Tidak dibenarkan untuk menggunakan Tabel Penuntun Manfaat dalam menghitung manfaat
bagi jalan-jalan berkondisi Baik/Sedang. Tabel Penuntun ini hanya digunakan untuk menghitung manfaat
peningkatan kondisi permukaan jalan yang rusak menjadi baik. Oleh karena itu hanya manfaat untuk
pelebaran saja yang dapat diterapkan. d. Manfaat pelebaran jalan diperoleh dari : Dimungkinkannya
kecepatan yang lebih tinggi bagi kendaraan (tanpa hambatan). Berkurangnya pengaruh interaksi lalu
lintas, yaitu pengurangan kecepatan bila kendaraan berpapasan dengan lalu lintas yang datang dari arah
depan atau jika akan mendahului kendaraan didepannya yang berjalan lebih lambat. Berkurangnya
kekasaran rata-rata karena kendaraan akan lebih jarang dalam menggunakan bahu jalan bila berpapasan
atau mendahului kendaraan lain. Berkurangnya dampak dari tingkat lalu lintas tak bermotor yang tinggi,
terhadap kecepatan kendaraan bermotor. Berkurangnya kecelakaan lalu lintas. e. Gambaran nilai manfaat
yang menggabungkan pengaruh-pengaruh tersebut harus digunakan untuk mengevaluasi proyek pelebaran
jalan. Tabel penuntun manfaat standar memasukkan manfaat pelebaran jalan pada kolom `Aspal Sedang'
untuk jalan dengan lebar 3,0 dan 3,5 meter menjadi 4,5 meter. 6.4.2 KRITERIA Pelebaran jalan yang
kondisinya baik/sedang hanya dapat dipertimbangkan bila kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi : a.
Pekerjaan berat terakhir pada bagian jalan tersebut telah dilaksanakan paling sedikit tiga tahun yang lalu.
b. Bagian jalan tersebut memerlukan pemeliharaan berkala dimana paling sedikit 75 persen dari panjang
bagian jalan tersebut memerlukan pelapisan ulang. c. Pelebarannya akan menambah lebar perkerasannya
paling sedikit satu meter. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 23 d.
Daerah Milik Jalan (DMJ) cukup lebar untuk pelebaran bahu dan perkerasan jalan di sepanjang ruas jalan,
serta tidak ada masalah mengenai pembebasan tanah. e. Jumlah lalu lintas kendaraan roda empat telah
mencapai 500 LHR. 6.4.3 PROSEDUR a. Lakukan survai lalu lintas standar selama dua hari dan lengkapi
Lembar Analisa Lalu lintas A2. b. Periksa bahwa perhitungan tingkat lalu lintas-KRLL dalam Kolom C
paling sedikit 500. c. Pilih biaya yang sesuai pada kolom Aspal Baik/Sedang dari Matriks; 3,0 m --> 4,5
m atau 3,5 m --> 4,5 m. Bila lebar yang ada bervariasi antara 3,0 dan 3,5 meter, hitung biaya rata-rata per
Km sesuai dengan panjang masing-masing lebarnya. d. Tentukan tingkat lalu lintas total ekivalen roda
empat dalam Kolom E dari lembar A2. e. Pilih tingkat manfaat yang sesuai dari tabel penuntun manfaat,
sesuai dengan lebar perkerasan yang ada dan tingkat lalu lintasnya (ambil tingkat lalu lintas yang

terdekat). Bila suatu biaya rata-rata telah dihitung sesuai dengan langkah ke-3 di atas, maka hitunglah
manfaat rata-rata dengan cara yang sama. f. Bila manfaatnya lebih besar dari biayanya, maka proyek
tersebut layak. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 24 Perencanaan
Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 25 6.5 STUDI PENGEMBANGAN
PERTANIAN (TUGAS 3F/4) 1. Metodologi kependudukan menaksir manfaat berdasarkan jumlah
penduduk yang terlayani oleh suatu jalan, dengan asumsi yang berkaitan dengan perkiraan tingkat
perjalanan dan nilai perjalanan. Metodologi yang biasanya digunakan di luar daerah perkotaan ini, pada
dasarnya sudah memasukkan penaksiran atas manfaat pertanian secara normal bagi penduduk yang ada
sebagai hasil dari pembangunan sebuah jalan 2. Adakalanya terdapat situasi dimana metodologi
kependudukan tidak sesuai dan tidak mampu untuk menaksir manfaat pertanian. Ada dua situasi penting
yang dapat dikenali, yaitu : a. Pengembangan pertanian yang direncanakan dalam skala besar.
Pengembangan Transmigrasi atau PIR (Perkebunan Inti Rakyat) akan menghasilkan manfaat yang berarti
dalam jangka panjang, namun pada tahap awal pengembangan tidak terdapat cukup perkembangan atau
jumlah penduduk untuk dapat melayakkan suatu proyek jalan dengan menggunakan metodologi
kependudukan. Situasi seperti ini relatif jarang dan tidak ada prosedur umum analisa yang sesuai. Bila
data mengenai pengembangan pertanian tersebut tersedia, maka usulan jalan terkait dapat
dipertimbangkan untuk dijadikan kasus khusus. Sebaiknya pengembangan pertanian tersebut sudah
berjalan atau merupakan program yang sudah dianggarkan dan bukan hanya suatu rencana saja. b. Jalan
baru yang berdekatan dengan pusat-pusat pemukiman. Seringkali diusulkan pembangunan jalan yang
dimaksudkan untuk menyediakan akses menuju ke daerah lahan baru yang memiliki jumlah penduduk
yang cukup berarti di daerah sekitarnya. Jalan-jalan seperti itu pada dasarnya merupakan akses untuk
menuju ke daerah tersebut dan saat ini mungkin tidak memiliki cukup banyak penduduk yang tinggal di
sekitar jalan. Metodologi kependudukan tidak sesuai untuk kasus ini dan biasanya akan menghasilkan
proyek yang tidak layak. 3. Suatu metode umum untuk mengevaluasi ruas-ruas seperti di atas sudah
dikembangkan, yang akan memungkinkan jalan yang diusulkan untuk disaring sebagai kasus khusus.
Metodologi ini lebih rumit daripada metodologi kependudukan dan memerlukan sejumlah masukan dari
para `ahli' untuk menambah data dari kabupaten. Karenanya metodologi ini tidak diperuntukkan bagi Tim
Perencana Jalan Kabupaten. Pada awalnya semua kasus akan dikaji ulang oleh para `ahli' lalu staf instansi
propinsi / pusat akan diminta untuk berperan-serta dalam mengkaji ulang kasus khusus tersebut. 4. Ruasruas jalan atau bagian jalan yang dapat dilalui kendaraan roda-4 akan dikeluarkan dari analisa jika
metodologi lalu lintas sudah sesuai untuk keperluan evaluasi peningkatan jalan. Analisa terhadap ruas
jalan pada kasus khusus ini hanya akan merekomendasikan jalan kerikil dengan lebar 3 meter, karena
metodologi ini hanya akan diterapkan pada ruas-ruas jalan yang memiliki sedikit penduduk yang tinggal
di sepanjang rute jalan. Analisa ini juga akan diterapkan pada ruas-ruas yang memiliki akses di kedua
ujungnya. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 26 6.5.1 PROSEDUR
KAJI ULANG KASUS KHUSUS PERTANIAN a. Jika Kabupaten menganggap bahwa suatu ruas
memiliki faktor-faktor khusus pertanian yang berkaitan dengan salah satu dari kedua situasi di atas, maka
Kabupaten diminta untuk mengajukan rincian dari faktor khusus tersebut dan menyediakan informasi
tambahan pada formulir yang khusus disiapkan untuk tujuan ini. Penyaringan awal terhadap ruas-ruas
yang dipertimbangkan membutuhkan studi khusus yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten. Istilah
`khusus' menunjukkan bahwa ruas tersebut bukan ruas yang biasa, karenanya Kabupaten tidak boleh
mengajukan semua ruas yang tidak layak berdasarkan metodologi kependudukan sebagai `kasus khusus'.
b. Metodologi baru ini memerlukan sejumlah tambahan data statistik dari Kabupaten dan sejumlah rincian
tertentu yang berkaitan dengan jalan yang diusulkan. Jika Kabupaten menganggap bahwa suatu ruas

memiliki potensi khusus pertanian, maka Kabupaten akan diminta untuk melengkapi lembar data dan
formulir tambahan khusus mengenai pertanian yang disiapkan untuk maksud tersebut. c. Sehubungan
dengan keterbatasan sumberdaya untuk melaksanakan studi khusus tersebut, maka jumlah kasus harus
dibatasi dan Kabupaten sendiri harus melakukan penyaringan terhadap kasus-kasus yang diusulkan
dengan cara sebagai berikut : Keluarkan seluruh jalan yang dapat dilalui kendaraan roda-4, masukkan
hanya bagian jalan yang memiliki kode hambatan akses lebih dari 2 (dari metodologi kependudukan)
dengan panjang lebih dari 1,5 km. Lengkapi lembar data khusus pertanian lalu hitung faktor
perkembangan sebagaimana yang ditentukan pada lembar tersebut. Ruas tersebut dapat diusulkan untuk
distudi khusus, jika perkiraan potensi perkembangannya tinggi. Kabupaten tidak diperkenankan untuk
mengajukan lebih dari satu kasus studi khusus untuk setiap lima studi kependudukan yang telah
diselesaikan pada program studi perencanaan yang sedang berjalan. Kabupaten harus memilih ruas yang
akan diajukan berdasarkan kepentingan dan perkiraan faktor perkembangan yang menunjukkan kelayakan
pada kebanyakan kasus. d. Lembar data khusus pertanian dapat diperoleh dari PP-PPJKK atau Konsultan
pembimbing, yang juga akan membantu dalam pengisiannya serta yang akan mengatur pelaksanaan kaji
ulang terhadap lembar data yang telah dilengkapi. e. Kasus khusus tersebut akan distudi dan hasilnya
akan ditentukan sebagai `proyek layak' atau `tidak/belum layak'. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten
Modul 4 : Tugas 3 Analisa 3F - 27 6.6 JALAN PERKOTAAN (TUGAS 3F/5) 1. Buku petunjuk ini
dimaksudkan untuk mencakup jalan-jalan kabupaten berlalulintas rendah (terutama yang disebut sebagai
jaringan "lokal utama" dalam peraturan jalan), sehingga pada umumnya tidak sesuai untuk menganalisa
jalanjalan perkotaan (yang disebut sebagai jaringan "sekunder" dalam peraturan jalan). Jalan-jalan
perkotaan yang ada di dalam kota (Kota, Kotip) biasanya secara langsung melayani kawasan terbangun di
daerah komersial dan daerah permukiman, yang dicirikan dengan padatnya lalu-lintas yang melakukan
perjalanan pendek. 2. Analisa yang benar terhadap jalan perkotaan memerlukan informasi mengenai
permasalahan seperti kapasitas jalan, penetapan kawasan perkotaan, pola perjalanan dan akibat dari
perubahan lalu lintas pada jaringan jalan lokal perkotaan. Permasalahan tersebut pada umumnya tidak
tercakup dalam proyek-proyek jalan kabupaten di luar kota. 3. Direktorat Pembinaan Jalan Kota (Binkot)
- Bina Marga telah mengeluarkan sejumlah buku petunjuk (01-018/BNKT/1990-92) untuk perencanaan
dan pelaksanaan pekerjaan jalan perkotaan. Kabupaten harus menggunakan petunjuk tersebut untuk jalanjalan perkotaan. 4. Namun demikian, bilamana buku petunjuk Binkot belum digunakan dan jalan- jalan
perkotaan diperlakukan sama sebagaimana jalan-jalan kabupaten untuk keperluan administrasi dan
pendanaan, maka Tim Perencana Jalan Kabupaten harus melakukan tindakan-tindakan berikut berkenaan
dengan jalan-jalan perkotaan untuk meyakinkan kesesuaiannya dengan sistim perencanaan umum jalan
kabupaten : Buat suatu daftar inventarisasi yang sederhana mengenai jalan kota dengan menggunakan
survai S1, tandailah setiap ruas dengan suatu nomor (misalnya dengan menggunakan seri kode `400'), beri
nama (misalnya Jl. Sudirman) dan titik pengenal pangkal/ujung ruas. Titik pengenal bisa berupa nomor
dari ruasruas yang bersimpangan atau sistim penomoran titik-titik pengenal (001...002) yang secara
terpisah diusulkan oleh Binkot (Panduan: Tata Cara Penomoran Ruas dan Node Jalan 06/T/BNKT/1991).
Hal yang penting adalah bahwa setiap bagian jalan harus mempunyai nomor tersendiri di dalam database.
Cantumkan ruas-ruas yang telah ditentukan dan inventarisasi datanya pada K1, lalu buat peta yang
menunjukkan lokasi semua ruas tersebut untuk setiap daerah perkotaan. (Tidak cukup hanya dengan
mencantumkan dalam K1, misalnya, 30 Km `dalam kota'). Semua ruas dalam kota secara administratif
harus diklasifikasikan sebagai `kota' pada K1, sehingga mereka dapat ditentukan secara terpisah di dalam
database. Ruas-ruas dalam kondisi baik/sedang harus dilakukan survai S1 tahunan dan dimasukkan
dalam daftar pemeliharaan P1. Ruas-ruas yang memerlukan pelapisan ulang berkala atau pekerjaan berat

harus dilakukan penghitungan lalu lintasnya, namun tidak dapat dievaluasi dengan menggunakan matrik
biaya atau tabel penuntun manfaat yang ada. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3
Analisa 3F - 28 6.7 JALAN BERLALU-LINTAS TINGGI (TUGAS 3F/6) 1. Matriks Biaya dan Tabel
Penuntun Manfaat Standar cukup untuk digunakan bagi jalan-jalan dengan perkiraan lalu lintas sampai
1500 LHR (kendaraan roda-4) setelah peningkatan jalan. 2. Kaji ulang secara khusus mungkin diperlukan
bagi jalan-jalan dengan perkiraan lalu lintas di atas tingkat itu (KRLL-5) . Untuk kasus seperti ini,
direkomendasikan langkah-langkah sebagai berikut : Lakukan kaji ulang terhadap data lalu lintas, dengan
suatu pemeriksaan singkat di lapangan, jika perlu, untuk memeriksa apakah hasil perhitungannya sudah
mewakili : apakah tingkat lalu lintas tersebut permanen atau hanya sementara (misalnya karena adanya
pengalihan lalu lintas dari sistim jaringan jalan Propinsi). Jika terdapat data yang cukup berarti mengenai
lalu-lintas truk sedang atau berat, selidiki sumber dan karakteristiknya dengan survai S6A. Minta staf
teknis dari DPUK/DPU-BM-K untuk memeriksa proyek tersebut, dan buat penentuan pendahuluan untuk
pekerjaan yang diperlukan serta biayanya (sebagai alternatif, dapat digunakan matriks biaya standar
`target' yang menentukan biaya HRS untuk jalan yang lalu lintasnya lebih tinggi). Tabel penuntun
manfaat diperluas sampai 2000 LHR (ekivalen roda-4) dan dapat digunakan dengan cara normal. Pada
batas itu, tabel akan memberikan manfaat yang terlalu rendah jika lalu lintas yang ada lebih tinggi.
Demikian pula jika diterapkan standar permukaan yang lebih tinggi, seperti halnya HRS ; ini disebabkan
karena tabel penuntun manfaat menggunakan asumsi 'penetrasimacadam', padahal HRS memberikan
manfaat yang lebih tinggi karena memiliki tingkat kekasaran yang lebih rendah, umur yang lebih lama
dan perbedaan kebutuhan pemeliharaan. Sebagai alternatif, minta DPUP/DPU-BM-P untuk
melaksanakan analisa terhadap proyek tersebut dengan menggunakan IRMS, suatu sistem evaluasi yang
digunakan untuk proyek jalan propinsi dan nasional, untuk memeriksa kelayakan proyek. 3. Jika jalur
jalan berkondisi rusak dan/atau lebarnya kurang dari 4,0 m, dan jika tingkat lalu lintas sekarang melebihi
1000 LHR (kendaraan roda-4), maka pekerjaan peningkatan atau rehabilitasi merupakan prioritas bagi
Kabupaten. Jika jalur jalan dalam kondisi baik/sedang dan lebarnya lebih dari 4,0 m dengan bahu jalan
yang memadai, maka pekerjaan pemeliharaan sudah mencukupi. Pelebaran jalur jalan sampai 6 m tidak
dapat dibenarkan, kecuali tingkat lalu lintas sudah mencapai 2500 - 3000 LHR atau mencakup proporsi
kendaraan berat (truk) yang tinggi. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 - Analisa 3G
- 1 7 TUGAS 3G - PENILAIAN LINGKUNGAN DAN PROSEDUR KONSULTASI FORMULIR : A1
7.1 PENILAIAN LINGKUNGAN (TUGAS 3G/1) 7.1.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN a.
Perundang-undangan Pemerintah sekarang ini menetapkan dilakukannya penilaian lingkungan untuk
sebagian besar proyek-proyek jalan kabupaten. b. Daftar surat-surat keputusan dan peraturan perundangundangan di bidang lingkungan terakhir yang melandasi ketetapan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 3G-1
dibawah. c. Suatu proses penyaringan lingkungan telah dikembangkan, dengan pemusatan perhatian pada
proyek-proyek yang dampak lingkungannya mungkin cukup penting. d. Untuk sebagian besar proyek,
cukup dilakukan penilaian lingkungan secara `Sektoral'. Hal ini dilakukan pada dampak `langsung' yang
umumnya terbatas, yang serupa untuk berbagai kelas dari jalan-jalan yang sudah ada, melalui
langkahlangkah yang tergabung dalam petunjuk teknis dan spesifikasi standar. Langkah tersebut juga
merupakan hal yang pokok dalam daftar periksa mengenai pengelolaan lingkungan, pada buku yang
terpisah. e. Untuk proyek jalan baru yang akan membuat suatu daerah menjadi terbuka untuk pertama
kalinya bagi kendaraan roda- 4, mungkin akan mempunyai dampak lingkungan besar dan `tak langsung'
yang akan memerlukan analisis atau `penilaian lingkungan' secara detail atau ANDAL; untuk menilai
jenis dan luas dampak, ukuran dampak penting serta untuk merekomendasikan langkah- langkah
pengurangan dampak tersebut. Penilaian ini dapat merekomendasikan langkahlangkah pengurangan

dampak yang dituangkan dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL/UKL) dan dokumen
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL/UPL). f. Penyaringan proyek dan studi lingkungan yang
diperlukan, tahun 1994/1995 telah dilakukan oleh konsultan (CTC) yang dikontrak oleh tingkat pusat.
Bagaimanapun, Tim Perencana Jalan Kabupaten mempunyai tanggung jawab berat dan memainkan
peranan penting dalam proses penilaian lingkungan yaitu : 1) Kesadaran : Tim Perencana harus mengerti
benar mengenai tujuan dan prosedur penilaian lingkungan untuk jalan kabupaten, dan harus dapat
mendidik anggota lainnya dari instansi setempat mengenai masalah lingkungan tersebut. 2) Pemberian
Tanda pada Proyek : Selama proses survai dan analisa perencanaan standar, Tim Perencana Jalan
Kabupaten diminta untuk menunjukkan jalan-jalan `baru', dan jalan-jalan yang memasuki wilayah sensitif
atau rawan seperti hutan lindung, daerah yang terjal dengan kemiringan > 40%, kawasan bergambut,
kawasan resapan air, suaka alam, taman nasional dan lain sebagainya, sebagai bagian dari proses
penyaringan lingkungan. Jalan-jalan seperti itu harus diberi tanda pada lembar analisa A1 untuk setiap
proyek. Data tersebut nantinya akan dijadikan satu dalam database jalan. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 - Analisa 3G - 2 Tabel 3G 1 . Peraturan Perundangan di Bidang
Lingkungan Hidup UU/PP/Kep.Men No Thn Mengenai 1 Undang-undang 23 1977 Pengelolaan
Lingkungan Hidup 2 Peraturan Pemerintah 27 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 3
Kep.Men.Lingk.Hidup 17 2001 Jenis Usaha dan / atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
4 Kep.Men.Lingk.Hidup 42 2000 Susunan keanggotaan Komisi Penilai & Tim Teknis AMDAL Pusat 5
Kep.Men.Lingk.Hidup 41 2000 Pedoman Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kab/Kota 6
Kep.Men.Lingk.Hidup 40 2000 Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL 7 Kep.Men.Lingk.Hidup 05
2000 Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah 8
Kep.Men.Lingk.Hidup 04 2000 Panduan Penyusunan AMDAL 9 Kep.Men.Lingk.Hidup 02 2000
Panduan Penilaian AMDAL 10 Kep.Men.Lingk.Hidup 30 1999 Panduan Penyusunan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan 11 Kep.Men.Lingk.Hidup 15 1994 Pembentukan Komisi AMDAL 12
Kep.Men.Lingk.Hidup 13 1994 Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi AMDAL 13
Kep.Men.Lingk.Hidup 12 1994 Pedoman Umum Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan 14
Kep.Men.Lingk.Hidup 10 1994 Pencabutan Kep.Men.LH - No. 49, 51, 52 & 53 15 Kep.Ka.Bapedal 09
2000 Pedoman Penyusunan AMDAL 16 Kep.Ka.Bapedal 08 2000 Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL 17 Kep.Ka.Bapedal 56 1994 Pedoman Mengenai Ukuran
Dampak Penting 18 Kep.Men. PU 40 1997 Petunjuk Teknis Penyususnan AMDAL Bidang Jalan 19
Kep.Men. PU 481 1996 Penetapan Jenis Kegiatan Bidang PU yang Wajib Dilengkapi dengan UKL dan
UPL 20 Kep.Men. PU 377 1996 Petunjuk Tatalaksana UKL dan UPL Dep. PU 21 Kep.Men. PU 296 1996
Petunjuk Teknis Penyususnan UKL dan UPL Proyek Bidang PU 22 Kep.Men. PU 148 1995 Petunjuk
Teknis Penyususnan RKL dan RPL Proyek Bidang PU 23 Kep.Men. PU 58 1995 Petunjuk Tatalaksana
AMDAL Bidang PU 24 Kep.Men. PU 147 1995 Pedoman Teknis Penyususnan Kerangka Acuan AMDAL
Bidang PU 25 Kep.Men. PU 69 1995 Pedoman Teknis AMDAL Proyek Bidang PU Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 - Analisa 3G - 3 3) Pembuktian Daerah-daerah Rawan : Tim supaya
mengadakan proses pembuktian untuk setiap jalan `baru' yang diberi tanda atas hasil proses penyaringan,
yang kelihatannya memerlukan suatu penilaian lapangan karena jalan tersebut melewati daerah `rawan'
seperti tersebut pada butir b diatas. Dalam proses ini diperlukan informasi dan konsultasi yang melibatkan
instansiinstansi terkait lainnya seperti Kehutanan dan Bappeda untuk memeriksa bagaimana wilayah yang
dilayani oleh jalan tersebut, diperuntukan dalam Rencana Tata Ruang Kabupaten yang telah disetujui. 4)
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan : DPU/BM-Kab. atau instansi lain yang ditunjuk bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa langkahlangkah pengelolaan lingkungan secara sektoral diikutkan dalam

disain serta konstruksi, dimana setiap langkah-langkah dilaksanakan seperti yang telah ditentukan (dalam
RKL dan RPL atau UKL dan UPL). g. Koordinator Tim Perencana supaya menentukan salah satu dari
anggotanya sebagai pejabat yang bertanggung jawab khusus dalam masalah lingkungan pada jalan
kabupaten. Biasanya hal ini menjadi tanggung jawab Planning Engineer atau Transport Planner. 7.1.2
PROSES PENYARINGAN DAN PENILAIAN LINGKUNGAN Gambar 3G1 menunjukkan suatu proses
penyaringan untuk penilaian lingkungan seperti yang saat ini dilaksanakan oleh tingkat Pusat. Prosesnya
terdiri atas beberapa tahapan : a. Penyaringan Pendahuluan : Periksa pada Peta Lingkungan (dari peta
TGHK dan RePPProT) apakah suatu jalan memasuki kawasan Cagar Alam, Suaka Margasatwa atau
Daerah Konservasi. Rencana peruntukan kawasan biasanya akan mengeluarkan jalan-jalan dari kawasan
ini, dan penilaian lingkungan lebih lanjut akan selalu diperlukan sebelum suatu proyek jalan disetujui. b.
Penyaringan Tahap Pertama : Tentukan apakah jalan tersebut merupakan jalan `baru' untuk lalu lintas
kendaraan roda-4 berdasarkan atas lembar A1 yang telah ditandai dan atas hasil pemeriksaan ulang (cross
check) dengan bukti lainnya. Bila tidak, maka jalan tersebut dapat dicakup dalam penilaian sektoral saja
dengan menggunakan petunjuk teknis standar untuk disain, konstruksi dan spesifikasispesifikasinya (kode
D = Direct Impact/Dampak Langsung). c. Penyaringan Tahap Kedua : Jalan-jalan baru harus diperiksa
terhadap Peta Lingkungan untuk menentukan apakah jalan tersebut melewati daerah rawan yang sudah
ditetapkan sebelumnya, seperti; hutan lindung, daerah dengan kemiringan yang curam, daerah basah,
daerah pantai, taman buru, taman nasional dan taman wisata. Bila tidak, maka jalan tersebut juga cukup
ditangani dengan suatu pendekatan sektoral (kode ID = Indirect Impact/Dampak Tidak Langsung).
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 - Analisa 3G - 4 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 - Analisa 3G - 5 7.1.3 PENILAIAN LAPANGAN ATAU PENGKAJIAN
LINGKUNGAN : a. Bila jalan-jalan baru tersebut melewati daerah rawan yang telah ditentukan, maka
diperlukan penilaian lapangan secara singkat dan laporan oleh Tim Ahli (kode KL). b. Proyek jalan
tersebut tidak boleh dilaksanakan sampai studinya selesai dilakukan, hasil studinya dapat mengarah
kepada langkah pengurangan dampak dalam rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan
lingkungan (RKL / RPL atau UKL/UPL), atau dalam beberapa kasus dapat merekomendasikan
dilakukannya penilaian lingkungan yang lebih rinci (ANDAL). Jika direkomendasikan demikian, maka
proyek jalan tidak boleh dilaksanakan sampai ANDAL selesai dilakukan. c. Setelah penyaringan, semua
proyek pada daftar P3 (begitu juga nanti pada P2 dan K1) harus diberi tanda dengan Kode Status
Penilaian Lingkungan sebagai berikut : D : "DIRECT" Impact (Dampak Langsung) = untuk jalan yang
saat ini dapat dilalui kendaraan roda-4, penilaian lingkungannya tercakup dalam pendekatan sektoral.
ID : "Indirect" Impact (Pengaruh Tidak Langsung) = untuk jalan baru, penilaian lingkungannya tercakup
dalam PIL sektoral. KL : Diperlukan penilaian atau kajian lingkungan / lapangan (dahulu PIL). UKL :
Penilaian lapangan telah selesai dilaksanakan dengan suatu rekomendasi rencana pengelolaan /
pengurangan dampak lingkungan (dulu dinamakan RKL). ANDAL : Diperlukan studi lingkungan yang
lebih terinci/detail. d. Beberapa usulan peningkatan jalan mungkin diberi kode `DITOLAK', karena jalan
tersebut memasuki daerah konservasi atau ikut beresiko meningkatkan dampak kumulatif terhadap
lingkungan. Untuk itu harus dilakukan penilaian lingkungan lebih lanjut, sebelum usulan tersebut dapat
diterima. 7.1.4 PROSEDUR PEMBERIAN TANDA (X) PADA PROYEK Lembar analisa proyek A1
mencakup dua hal yang harus diselesaikan oleh tim perencana kabupaten sebagai bagian dari proses
penilaian lingkungan. a. Jalan `Baru' untuk Kendaraan Roda Empat Pada waktu penyelesaian A1,
cantumkan apakah pekerjaan yang diusulkan untuk bagian proyek akan membuatnya terbuka bagi
kendaraan roda-4 untuk pertama kalinya. Jawaban `ya' atau `tidak' terdapat pada kotak yang disediakan di
sudut kanan bawah dari formulir. Biasanya ini akan terlihat dari data survai dan kode hambatan

aksesnya ; bila kode aksesnya 3 atau 4, jawaban seharusnya `ya'; bila 0,1, atau 2, jawaban seharusnya
`tidak'. Bila di masa lampau jalan tersebut pernah terbuka bagi kendaraan roda-4 namun telah tertutup
untuk paling sedikit lima tahun, maka jawabannya adalah `ya'. Bila terdapat jejak jalan tanah bekas
`dibuldozer' dalam satu tahun terakhir ini tanpa dilakukannya studi lingkungan, maka jawabannya juga
`ya'. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 - Analisa 3G - 6 b. Melewati Hutan atau
Daerah Terjal Sewaktu melaksanakan survai S2, surveyor harus mencatat pada kolom penggunaan tanah
(dilengkapi dengan foto-foto) ; bagian-bagian rute jalan yang melewati atau mendekati kawasan hutan
yang masih lebat (namun bukan kawasan perkebunan komersial). Demikian pula jika alinyemen jalan
yang ada mempunyai kelandaian yang terjal (> 20%) atau melintasi daerah dengan kemiringan yang
curam (> 40%), maka ini harus dicatat dalam S2. Sewaktu menyelesaikan lembar proyek A1, tunjukkan
apakah bagian jalan tersebut melewati kawasan hutan atau daerah yang kemiringan curam, dengan
menyatakan `ya' atau `tidak' pada kotak yang disediakan di bagian bawah formulir. 7.1.5 PENGESAHAN
TERHADAP DAERAH RAWAN a. Proses penyaringan ini diarahkan untuk memberikan kode status
lingkungan bagi proyek-proyek dalam daftar P3 dan juga bagi semua ruas jalan dalam daftar K1. Bila ada
bagian jalan yang berkode `KL', maka itu dianggap memerlukan penyelidikan lapangan khusus
berdasarkan informasi yang tersedia baik di pusat, propinsi maupun Kabupaten sendiri. Peranan Tim
Perencana adalah untuk membuktikan dan mengesahkan informasi ini di daerah, sebelum Tim Penilai
Lapangan diberangkatkan ke lokasi tersebut. b. Untuk membantu proses pembuktian dan pengesahan ini,
telah disiapkan di tingkat pusat suatu bentuk peta dasar jalan bagi setiap kabupaten yang menunjukkan
kawasan-kawasan hutan. Peta-peta ini mencakup batas-batas resmi dari Tata Guna Hutan Kesepakatan
(TGHK), juga batas-batas yang disarankan untuk daerah hutan yang telah disusun menurut golongannya
dan juga bukti apakah daerah tersebut masih tetap berhutan; dalam beberapa hal batas TGHK telah
diperbaiki karena tidak sesuai lagi. c. Proses pengesahan ini harus meliputi langkah-langkah berikut, yang
berlaku bagi semua calon proyek yang berkode `KL' : Pastikan bahwa bagian jalan tersebut adalah `baru'
untuk kendaraan roda-4. Periksa bagaimana wilayah yang dilayani oleh jalan tersebut diperuntukkan
dalam rencana tata ruang yang telah ditetapkan oleh Bappeda, bila perlu bicarakan penerapannya dengan
Ketua Bappeda dan Kepala Kantor Kehutanan. Periksa apakah alinyemen (horizontal) jalan tersebut telah
tergambar dengan benar pada peta dasar jalan dikaitkan dengan daerah `rawan' yang telah ditentukan,
dengan cara membandingkannya terhadap peta yang lebih akurat seperti peta topo atau dengan
mengunjungi daerah dimana jalan tersebut berada. Periksa dari foto atau S2 ; penggunaan tanah di
sepanjang jalan tesebut, terutama bila wilayahnya digolongan sebagai `hutan lindung' pada peta TGHK
(hubungi Dinas Kehutanan setempat untuk melihat hal ini). Bila ada bukti yang nyata bahwa dasar yang
dipakai untuk melakukan penyaringan tidak benar dan suatu penilaian lapangan mungkin tidak
diperlukan, maka bukti tersebut harus didokumentasikan secara rinci dan diserahkan kepada Tim Penilai
Lapangan untuk tindakan lebih lanjut. Catatan juga harus diberikan pada tempat yang tersedia di bagian
kaki formulir A1. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 - Analisa 3G - 7 Bila studi
penilaian lapangan tetap diperlukan, maka anggota Tim Perencana harus menyertai Tim Penilai Lapangan
ke lapangan dan ikut serta dalam diskusi dan tindakan selanjutnya. 7.1.6 PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN a. Pengelolaan dan pemantauan terhadap saran-saran di dalam
`Penilaian sektoral' serta saran-saran mengenai Engineering di dalam RKL atau UKL yang timbul dari
hasil studi penilaian lingkungan menjadi tanggung jawab dari DPU/BM-Kab. b. Namun demikian staf
lingkungan pada Tim Perencana bertanggung jawab untuk mengingatkan Pemrakarsa Proyek (Pimpro)
atau Kepala Dinas terkait mengenai kebutuhan RKL/RPL (UKL/UPL) dan menjelaskan mengenai artinya.
Demikian pula, staf lingkungan pada Tim Perencana harus memberi tahu staf-staf dinas yang terkait,

karena saran-saran RKL /RPL memerlukan tindakan staf-staf tersebut. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 - Analisa 3G - 8 7.2 PROSEDUR KONSULTASI (3G/2) 7.2.1 PROSEDUR
YANG BERLAKU SAAT INI a. `Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program Jalan
Kabupaten' ini, dimaksudkan untuk memberikan masukan teknis bagi prosedur konsultasi masyarakat dan
pembuatan keputusan di daerah (yang sudah disusun dengan baik), khususnya untuk perencanaan jalan. b.
Prosedur Perencanaan Teknis ini tidak menggantikan prosedur konsultasi yang sudah ada, namun
dilaksanakan secara bersamaan dan merupakan tambahan bagi prosedur konsultasi tersebut dengan
menyediakan dasar-dasar teknis untuk membantu dalam membuat keputusan. c. Prosedur konsultasi yang
telah disusun untuk proyek-proyek pembangunan diketahui sebagai P5D (Pedoman Penyusunan
Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah) dan terdiri atas enam tahapan sebagai berikut :
(dengan jadwal yang telah disesuaikan dengan tahun anggaran baru) Maret / April : Musyawarah
Pembangunan Tingkat Desa (MUSBANG Desa) Mei / Juni : Temu Karya Pembangunan Tingkat
Kecamatan (TKPK) Juli / Agustus : Rapat Koordinasi Pembangunan Daerah Tingkat Kabupaten
(RAKORBANG Kabupaten) September / : Rapat Koordinasi Pembangunan Daerah Tingkat Propinsi
Oktober (RAKORBANG Propinsi) Nopember : Rapat Konsultasi Regional Pembangunan (KONREG)
Desember : Rapat Konsultasi Nasional Pembangunan (KONAS) d. Sistim P5D ini adalah suatu proses
dimana desa-desa biasanya memberitahukan kepada Pemerintah mengenai kebutuhan pembangunan di
desanya, termasuk kebutuhan akan jalan. Pemerintah lalu menerima usulan kebutuhan ini dan dalam
konsultasinya dengan kepala-kepala desa menentukan prioritas proyek, kemudian usulan-usulan desa
tersebut diproses untuk menentukan mana yang akan dibiayai. e. Studi perencanaan Umum untuk proyekproyek ini harus sudah tersedia pada waktunya, untuk disusun dalam formulir UR-1.JK pada bulan Juni
Juli, untuk dibicarakan pada RAKORBANG Tk Kabupaten. 7.2.2 KONSULTASI MASYARAKAT
UNTUK JALAN KABUPATEN a. Proses Konsultasi masyarakat untuk jalan kabupaten dilakukan
dengan menggunakan kerangka kerja yang sudah disusun dalam tiga tahap konsultasi sebagai berikut :
Tahap 1 - MUSBANG Tahunan Merupakan tahap pertama dari konsultasi masyarakat untuk proyekproyek jalan lokal. Dengan dipimpin oleh LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) penduduk desa
diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya mengenai proyek jalan. Hasil daripada pertemuan
desa tersebut akan didokumentasikan dan digunakan oleh DPU/BM-Kab. untuk perencanaan lebih lanjut.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 - Analisa 3G - 9 Tahap 2 - MUSBANG Khusus
Rapat khusus LKMD/MUSBANG mungkin diperlukan bila proyek jalan baru yang diusulkan
berpengaruh terhadap kelompok-kelompok `masyarakat terasing' atau `penduduk hutan' yang hidup di
hutan dan/atau tergantung pada daerah yang berhutan. Dalam pertemuan ini penduduk yang akan
terpengaruh jalan tersebut akan mendapat kesempatan untuk menyatakan pandangannya mengenai
diusulkannya proyek jalan tersebut. Proyek jalan tersebut harus dibatalkan dari program bila penduduk
yang dipengaruhi oleh adanya jalan tersebut menolaknya. Adalah menjadi tanggung jawab staf
lingkungan pada Tim Perencana untuk menentukan penduduk yang terpengaruh, dalam rapat konsultasi
dengan Camat dan dinas-dinas setempat (Bappeda, Dinas Sosial dan lain sebagainya). Tahap 3 PERTEMUAN LMD Lembaga Musyawarah Desa (LMD) memberikan persetujuan atas pelaksanaan
proyek-proyek di desanya. Hal ini harus digunakan oleh Camat dan Pejabat Dinas terkait di Kabupaten
untuk membicarakan pembangunan jalan yang sebenarnya, termasuk tindakan terbaik dalam
pengalokasian lahan yang diperlukan untuk proyek tersebut. Tahapan 1 dan 3 dari proses konsultasi
masyarakat untuk jalan-jalan lokal adalah proses yang normal dari perencanaan pengembangan di bawah
P5D dan pelaksanaan proyeknya di bawah LMD. Tahap 2 hanya merupakan inisiatif Camat dalam kasus
dimana ditemukan kelompok-kelompok masyarakat yang dipengaruhi oleh rencana jalan tersebut.

Koordinator Tim akan bertanggung jawab untuk menyiagakan dan mengadakan konsultasi dengan
DPUK/DPU-BM-K dan Camat mengenai kemungkinan diperlukannya pertemuan konsultasi khusus. b.
Proses Konsultasi Masyarakat dan hubungannya dengan Studi Perencanaan Tahunan (SK 77) dapat dilihat
dalam gambar 3G2. 7.2.3 PEMBEBASAN LAHAN a. Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk Jalan tidak
dapat digunakan untuk pembelian atau pembebasan lahan yang dipakai proyek jalan. Prosedur pengadaan
atau pembebasan lahan untuk proyek, dilaksanakan dengan mengacu / berdasarkan kepada Keputusan
Presiden No.55/1993 dan Kep. Ka BPN : No. 1 /1994 mengenai Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Keputusan ini mengatur dan/atau menguraikan tentang
prosedur / tata cara pelaksanaan ganti rugi kepada pihak-pihak yang terpengaruh oleh pembebasan lahan
tersebut. Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa ganti rugi hanya dapat disediakan selama
pengembangan yang diusulkan tersebut sesuai dengan perencanaan Tata Ruang yang ada. b. Sesuai
dengan KEPPRES No.55, kabupaten harus mempunyai suatu `Panitia Pembebasan Tanah'. Anggota
Panitia tersebut terdiri dari : 1) Bupati / Walikota sebagai (ketua) merangkap anggota 2) Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten / Kota sebagai (wakil ketua) merangkap anggota Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 4 : Tugas 3 - Analisa 3G - 10 3) Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
(anggota) 4) Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab dalam bidang pertanian
(anggota) 5) Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab dalam bidang pembangunan
(anggota) 6) Camat dimana rencana kegiatan berada (anggota) 7) Kepala desa / lurah dari desa-desa atau
Kelurahan dimana rencana kegiatan berada (anggota) 8) Asisten Sekwilda bidang Pemerintahan atau
Kabag Pemerintahan sebagai sekretaris I (bukan anggota) 9) Kepala Seksi Kantor Pertanahan Kabupaten /
Kota sebagai sekretaris II (bukan anggota) c. Peranan Panitia ini adalah untuk menyiapkan suatu
inventarisasi, menilai status keabsahan tanah dan mengevaluasi bentuk dan besar ganti rugi yang akan
diberikan/dibayarkan serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan memberitahu kepada pihakpihak terkait/terlibat mengenai prosedur-prosedur yang harus dilakukan. d. Panitia ini bertanggung-jawab
terhadap hasil-hasil perundingan yang dilakukan antara pihak-pihak yang terlibat dengan dinas
pemerintah (dalam hal ini DPUK/DPU-BM-K) mengenai bentuk dan jumlah pemukiman baru yang harus
disediakan/dipersiapkan. e. Alternatif ganti rugi yang akan diberikan bisa berbentuk uang tunai,
pengggantian tanah, pemukiman kembali, atau suatu gabungan dari bentuk-bentuk penggantian tersebut
di atas. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya DAFTAR ISI
Halaman 1. TUGAS 4 - PENAKSIRAN BIAYA .................................................................. 4-1 1.1 Ruang
Lingkup dan Tujuan .............................................................................. 4-1 1.2 Bahasan Umum Tentang
Matriks Biaya Jalan ................................................. 4-1 2. TUGAS 4A PENILAIAN TENTANG
MATRIKS BIAYA JALAN ............ 4A-1 2.1 Lingkup
Tugas .................................................................................................. 4A-1 2.2 Tipe dan Kondisi
Permukaan Jalan .................................................................. 4A-1 2.3 Daya Dukung Tanah
Dasar ............................................................................... 4A-1 2.4 Nomor Disain
Perkerasan ................................................................................. 4A-2 3. TUGAS 4B PENENTUAN
KELAS RENCANA LALU LINTAS .............. 4B-1 3.1 Lingkup
Tugas .................................................................................................. 4B-1 3.2
Kriteria .............................................................................................................. 4B-1 4. TUGAS 4C
IDENTIFIKASI DAN PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN BERAT .... 4C-1 4.1 Lingkup Pekerjaan
Berat .................................................................................. 4C-1 4.2
Kriteria .............................................................................................................. 4C-1 5. TUGAS 4D IDENTIFIKASI DAN PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN PEMELIHARAAN .. 4D-1 5.1 Lingkup

Pekerjaan Pemeliharaan ..................................................................... 4D-1 5.2 Strategi


Pemeliharaan ....................................................................................... 4D-1 5.3 Perlakuan Pemeliharaan
Pada Tahap Perencanaan .......................................... 4D-2 6. TUGAS 4E - IDENTIFIKASI DAN
PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN PENYANGGA .. 4E-1 6.1 Lingkup Pekerjaan
Penyangga ......................................................................... 4E-1 6.2 Identifikasi Pekerjaan
Penyangga ..................................................................... 4E-1 6.3
Prosedur ............................................................................................................ 4E-2 7. TUGAS 4F
IDENTIFIKASI DAN PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN JEMBATAN ..... 4F1 7.1 Lingkup
Pekerjaan ............................................................................................ 4F-1 7.2 Pembangunan Jembatan
Baru (PJB) ................................................................ 4F-1 7.3 Bangunan
Bawah .............................................................................................. 4F-3 7.4 Penggantian Bangunan Atas
Jembatan (PAJ) ................................................... 4F-5 7.5 Perbaikan/Pemeliharaan Jembatan
(PJJ) .......................................................... 4F-5 7.6 Jembatan Limpas
(JL) ...................................................................................... 4F-5 7.7
Prosedur ............................................................................................................ 4F-6 7.8
Contoh .............................................................................................................. 4F-7 TUGAS 4 :
PENAKSIRAN BIAYA WAKTU : MEI - JUNI TUGAS TUJUAN/PROSEDUR FORMULIR 4A
PENILAIAN KONDISI JALAN Menilai secara subyektif terhadap kondisi jalan, daya dukung tanah
dasar (CBR) dan nilai sisa perkerasan, yang didasarkan atas data survai S2 dan foto. A1, S2 + FOTO 4B
PENENTUAN KELAS RENCANA LALU-LINTAS Menentukan Kelas Rencana Lalu Lintas yang
sesuai dengan tingkat lalu-lintas yang diharapkan terjadi, dengan cara menggunakan matriks biaya secara
grafis , berdasarkan kondisi jalan dan tingkat lalu-lintas kendaraan roda-4 yang ada sekarang, atau jumlah
penduduk yang potensial terlayani proyek. A1, A2, A3, MATRIK JALAN 4C IDENTIFIKASI &
PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN BERAT Menentukan kebutuhan pekerjaan berat, kemudian
menaksir biaya pekerjaan per-kilometer secara rata-rata dari matriks biaya jalan sesuai dengan tipe dan
kondisi jalan serta KRLL yang telah ditentukan. A1, MATRIK JALAN 4D IDENTIFIKASI &
PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN PEMELIHARAAN Menentukan kebutuhan pekerjaan
pemeliharaan untuk jalan-jalan berkondisi baik / sedang , dan menaksir biaya per-kilometer secara ratarata dari matriks biaya jalan, berdasarkan tipe permukaan jalan dan KRLL yang telah ditentukan. A1,
MATRIK JALAN 4E IDENTIFIKASI & PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN PENYANGGA
Memberikan pekerjaan alternatif jika usulan pekerjaan berat tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan
dana. Biaya pekerjaan penyangga perkilometer secara rata-rata ditaksir dari matriks biaya jalan,
berdasarkan tipe - kondisi permukaan jalan dan KRLL yang telah ditentukan. A1, MATRIK JALAN 4F
IDENTIFIKASI PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN JEMBATAN Menentukan pekerjaan jembatan
yang sesuai berdasarkan foto dan data dari survai S2, kemudian menentukan biaya per-meter secara ratarata dengan mengunakan matriks biaya jembatan. A1, MATRIK JEMBATAN ANALISA 3 PENILAIAN
KONDISI JALAN 4A PENENTUAN KELAS RENCANA LALU LINTAS 4B IDENTIFIKASI &
PENAKSIRAN BIAYA PEK. BERAT 4C IDENTIFIKASI & PENAKSIRAN BIAYA PEK.
PEMELIHARAAN 4D IDENTIFIKASI & PENAKSIRAN BIAYA PEK. PENYANGGA 4E
IDENTIFIKASI & PENAKSIRAN BIAYA PEK. JEMBATAN 4F EVALUASI & PENYARINGAN
PROYEK 5A Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4 - 1 1 TUGAS
4 - PENAKSIRAN BIAYA FORMULIR : A1 & MATRIKS BIAYA JALAN DAN JEMBATAN 1.1
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Tugas ini dimaksudkan untuk melakukan penaksiran biaya dengan
suatu metoda yang sederhana dan cepat bagi pekerjaan berat (pembangunan baru, peningkatan,

rehabilitasi), pekerjaan pemeliharaan, dan pekerjaan penyangga. 2. Penaksiran biaya pekerjaan didasarkan
atas data hasil survai yang terbatas dan dengan tingkat ketelitian yang juga terbatas, namun memadai
untuk keperluan penyaringan proyek dan penyusunan anggaran pendahuluan. Perhitungan biaya yang
lebih teliti diperlukan kemudian, berdasarkan hasil disain konstruksi dan survai pemeliharaan yang lebih
lengkap. 3. Metode penaksiran biaya ini memerlukan : Foto-foto hasil survai S2. Rangkuman data ruas
dan proyek dalam formulir A1 (dari formulir S2). Matriks Biaya untuk Pekerjaan Jalan yang sesuai,
dikaitkan dengan Lalu Lintas dan Kondisi Jalan. Tabel Biaya Pekerjaan Jembatan. 1.2 BAHASAN
UMUM TENTANG MATRIKS BIAYA JALAN 1.2.1 KEGUNAAN DAN SPESIFIKASI MATRIKS a.
Matriks berikut ini menunjukkan tipe dan biaya pekerjaan yang tepat untuk tingkat lalu lintas dan kondisi
jalan yang ada, yang perhitungannya dapat dipertanggungjawabkan. b. Telah disiapkan matriks yang
terpisah untuk setiap tingkat dari lima tingkat biaya, yang berisi biaya rata-rata berdasarkan data harga
satuan yang diberikan oleh setiap kabupaten. Tiap kabupaten telah ditetapkan untuk menggunakan salah
satu dari tingkat biaya tersebut. c. Matriks-matriks tersebut tersedia untuk dua kelompok standar, yaitu
standar minimum (tradisional) dan standar target. d. Matriks yang disajikan pada contoh berikut ini
berdasarkan tingkat biaya sedang (1994) dan standar tradisional. e. Dalam kotak yang terletak di sebelah
kiri atas dari matriks dicantumkan spesifikasi matriks yang terdiri dari : Standar Disain
(Tradisional/Target) Metoda Kerja (Buruh/Alat) Jarak Angkut Material diasumsikan (km) Bauran
Kendaraan Berat (Rendah/Sedang/Tinggi) Medan (Datar/Berbukit/Pegunungan) Tinggi Badan Jalan
diasumsikan (meter) Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4 - 2
1.2.2 TIPE DAN KONDISI JALAN Sumbu-datar matriks menunjukkan tipe dan kondisi permukaan jalan
yang ada : Baris 1 : empat kategori tipe perkerasan permukaan (aspal/lapen, batu/telford, kerikil /Japat
/Awcas dan tanah) Baris 2 : empat tingkatan kondisi permukaan jalan (baik, sedang, rusak dan rusak
berat) Baris3 : kisaran tingkat daya dukung lapisan tanah dasar jalan (sedang, lunak dan seterusnya)
dihubungkan dengan taksiran CBR (baris 4) dan Nomor Disain Perkerasan (NDP) yang diambil dan
digunakan untuk tujuan analisa (baris 5). 1.2.3 LALU LINTAS a. Sumbu-tegak matriks menunjukkan lalu
lintas harian rata-rata (LHR) kendaraan roda-4. b. Angka ini diturunkan dari analisa data hasil
penghitungan lalu lintas yang dilakukan bagi setiap proyek (2D dan 3B). 1.2.4 KELAS RENCANA
LALU LINTAS a. Kelas Rencana Lalu Lintas (KRLL) menentukan jenis dan lebar perkerasan yang
sesuai, untuk lalu lintas yang diharapkan terjadi setelah perbaikan jalan. b. Kotak-kotak pada kolom kiri
matriks menunjukkan tingkat Kelas Rencana Lalu Lintas yang dihubungkan dengan lebar minimum
perkerasan dan lebar minimum total (perkerasan berikut bahu jalan). 1.2.5 HASIL TAKSIRAN
MATRIKS Untuk kisaran lalu lintas dan kondisi perkerasan tertentu, matriks ini menunjukkan : a. Kelas
rencana lalu lintas (KRLL 1, 2, 3, 4) yang dicantumkan dalam hubungannya dengan tipe perkerasan
(misalnya A3, K2 dan seterusnya), menunjukkan standar disain yang diperlukan untuk lalu lintas yahg
diharapkan. b. Usulan tipe perkerasan untuk pekerjaan berat, baik aspal (A) maupun kerikil (K) c.
Perkiraan biaya pekerjaan berat dalam Rp juta / km, yang diperlukan untuk merehabilitasi atau
meningkatkan jalan sampai pada standar minimum yang sesuai untuk taraf lalu lintas yang diharapkan,
dengan asumsi tidak diperlukan pelebaran (yakni total permukaan yang ada dan lebar bahu jalan sudah
pada standar minimum); berlaku untuk umur rencana 10 tahun dengan pemeliharaan yang sesuai dan
untuk bauran kendaraan berat yang `rendah'. d. Biaya tambahan pelebaran jalan dalam Rp juta/km bila
lebar perkerasan dan atau bahu yang ada berada di bawah standar minimum yang diperlukan oleh kelas
rencana lalu lintas yang bersangkutan (misalnya +2, +3, dan seterusnya). e. Alokasi biaya rata-rata yang
cocok untuk pekerjaan pemeliharaan dalam Rp juta/km, bagi jalan berkondisi baik/sedang yang tidak
memerlukan pekerjaan berat yang mendesak. f. Alokasi biaya yang cocok untuk pekerjaan penyangga

dengan biaya rendah, sebagai alternatif bagi pekerjaan berat yang harus ditunda atau yang tingkat lalu
lintasnya Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4 - 3 terlalu rendah
untuk dapat dipertimbangkan dalam evaluasi pekerjaan berat; dicantumkan di dalam kotak dengan satuan
Rp juta/km. 1.2.6 TABEL SPESIFIKASI PEKERJAAN a. Matriks lalu-lintas/kondisi tersebut di atas
dilengkapi dengan tabel Spesifikasi Pekerjaan yang memberikan rincian tentang pekerjaan fisik yang
cocok untuk masing-masing Nomor Disain Perkerasan dan kelas rencana lalu lintas (KRLL). b. `Sumbu
tegak' tabel tersebut berisi nomor desain perkerasan yang diambil dari matriks lalu-lintas/kondisi. c.
`Sumbu mendatar' membagi usulan pekerjaan berat menjadi dua kelompok, yaitu untuk jalan tidak
beraspal dan jalan beraspal. Disamping itu juga menunjukkan kelas rencana lalu lintas (KRLL) dan
bauran kendaraan berat, yaitu proporsi truk sedang dan berat dalam komposisi lalu lintasnya (lihat Tugas
4B) d. Untuk tiap kombinasi KRLL dan NDP, tabel tersebut menunjukkan : Ketebalan pelapisan ulang
(dalam milimeter) Jenis struktur yang ditunjukkan dengan kode pekerjaan untuk : lapisan permukaan
lapisan pondasi atas lapisan pondasi bawah lapisan tanah dasar 1.2.7 KERANGKA PROSEDUR
Prosedur penaksiran biaya meliputi bagian dan langkah utama berikut : Penilaian Kondisi Jalan (Tugas
4A) Menentukan tipe dan kondisi permukaan jalan Menaksir daya dukung tanah dasar (CBR)
Menentukan Nomor Disain Perkerasan (NDP) Penentuan Kelas Rencana Lalu Lintas (Tugas 4B)
Menentukan Kelas Rencana Lalu Lintas (KRLL) Menilai Bauran Kendaraan Berat (BKB) Identifikasi
dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Berat (Tugas 4C) Untuk jalan rusak/rusak berat Identifikasi dan
Penaksiran Biaya Pekerjaan Pemeliharaan (Tugas 4D) Untuk jalan baik/sedang Identifikasi dan
Penaksiran Biaya Pekerjaan Penyangga (Tugas 4E) Untuk pekerjaan alternatif untuk jalan rusak/rusak
berat Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Jembatan (Tugas 4F) Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4 - 4 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 :
Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4 - 5 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran
Biaya 4A - 1 2 TUGAS 4A - PENILAIAN KONDISI JALAN 2.1 LINGKUP TUGAS Menilai tipe dan
kondisi permukaan jalan berdasarkan data hasil survai penyaringan ruas jalan (S2), foto-foto dan survai
kecepatan (S4), mencakup pemeriksaan : Tipe dan Kondisi Permukaan Jalan. Daya Dukung Tanah
Dasar. Nomor Disain Perkerasan. 2.2 TIPE DAN KONDISI PERMUKAAN JALAN 1. Prosedur
penilaian tipe dan kondisi permukaan jalan secara subyektif tercakup sebagai bagian dari prosedur
penentuan proyek (tugas 3C). 2. Bandingkan catatan hasil survai dengan foto-foto ruas jalan secara
keseluruhan, kemudian buat penilaian rata-rata kondisi permukaan jalan untuk tiap bagian proyek yang
telah ditetapkan. 3. Apabila ada perbedaan tipe atau kondisi permukaan jalan yang jelas dan panjang,
maka jalan yang bersangkutan harus dibagi menjadi dua segmen atau lebih. 2.3 DAYA DUKUNG
TANAH DASAR 1. Diperlukan penilaian yang subyektif terhadap daya dukung tanah dasar di bawah
perkerasan yang ada. Hal ini jangan sampai dikacaukan dengan kondisi perkerasan yang ada di atasnya. 2.
Untuk tiap tipe dan kondisi harus dilakukan pemilihan, umumnya di antara tiga tingkat daya dukung
tanah dasar, dihubungkan dengan taksiran harga CBR (California Bearing Ratio) sebagai berikut : Daya
Dukung Tanah Dasar (Subyektif ) CBR - Sedang 8% - Agak lunak 5% - Lunak atau lunak sekali 2 - 3% 3.
Daya dukung tanah dasar dapat ditaksir dari foto dengan berpedoman kepada : Keadaan umum topografi.
Pengetahuan umum tentang tanah pada daerah yang bersangkutan. Kecuraman galian dan tebing. Ada
atau tidaknya genangan air di samping jalan. Penilaian tentang daya tahan jalan hasil penanganan
terdahulu : data penanganan terdahulu pengetahuan mengenai konstruksi perkerasan yang ada Data
hasil pengukuran DCP (Dynamic Cone Penetrometer = Percobaan Penetrasi Tanah secara Dinamis) dalam
survai disain pada daerah yang mempunyai karakteristik tanah yang sama. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4A - 2 4. Apabila data di atas tidak jelas atau tidak ada,

lakukan penaksiran sebagai berikut: Jalan aspal/telford (batu)/kerikil, kondisi baik sampai dengan rusak :
Taksir CBR = 5% ; Jalan aspal/telford (batu)/kerikil, kondisi rusak berat : Taksir CBR = 5% ; apabila
kerusakan jalan secara umum hanya merupakan kerusakan perkerasan. Taksir CBR = 3% ; apabila
kerusakan jalan terutama disebabkan oleh kerusakan tanah dasar, yang bisa diidentifikasi dari tempattempat yang amblas. Jalan tanah, semua kondisi : Taksir CBR = 8% ; apabila pada umumnya tidak
terdapat tempat- tempat yang amblas pada permukaan jalan, sedangkan kendaraan roda empat selalu
melewati jalan tersebut dan jenis tanah dapat melewatkan air segera setelah hujan terjadi. Taksir CBR =
5% ; apabila pada umumnya terdapat sejumlah tempat amblas yang kecil/dangkal dan jenis tanah
melewatkan air agak lama setelah terjadinya hujan. Taksir CBR = 3% ; apabila pada umumnya terdapat
tempat-tempat amblas yang besar/dalam dan jenis tanah menahan air untuk waktu yang lama setelah
terjadinya hujan. Taksir CBR = 2% ; apabila pada umumnya terdapat tempat-tempat amblas yang
besar/dalam dan jalan tersebut terletak di tanah yang basah atau daerah genangan air (sawah, rawa dan
sebagainya) Taksir CBR = 1,5% atau 1% ; apabila diperlukan peninggian untuk menghindari banjir,
agar mendapatkan ketebalan perkerasan yang diperlukan. 5. Hati-hati dengan perkiraan yang terlalu
rendah terhadap daya dukung tanah dasar terutama pada jalan yang rusak berat, karena seringkali
kerusakan tersebut bukan disebabkan daya dukung tanah yang lunak, melainkan tergerus oleh kendaraan
yang melewati jalan tanpa perkerasan dan buruknya drainase. 6. Apabila terdapat perbedaan dan
perubahan besar dari daya dukung tanah dasar yang nyata maka proyek harus dibagi menjadi segmensegmen untuk keperluan penaksiran biaya. 2.4 NOMOR DISAIN PERKERASAN 1. Nomor Disain
Perkerasan (NDP), menentukan penanganan yang diperlukan dalam pengertian tebal perkerasan tertentu
untuk setiap kombinasi tertentu dari kelas rencana lalu lintas, tipe dan kondisi permukaan serta daya
dukung tanah dasar. 2. Nomor Disain Perkerasan dapat dibaca pada baris-5 di bagian atas matrik dalam
hubungannya dengan masing-masing nilai CBR dan kondisi permukaan. 3. Rincian dari ketebalan
masing-masing lapisan perkerasan yang diasumsikan untuk setiap NDP, dapat diturunkan dari Tabel
Spesifikasi Pekerjaan. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4B - 1
3 TUGAS 4B - PENENTUAN KELAS RENCANA LALU LINTAS 3.1 LINGKUP TUGAS 1. Proyek
perbaikan jalan yang didisain dan dikerjakan dengan baik akan mempunyai umur proyek (masa guna)
paling sedikit 10 tahun. Proyek tersebut harus didisain dalam standar minimum yang benar, dengan
memperhitungkan lalu lintas yang diharapkan akan melewati jalan tersebut sepanjang umur proyek. 2.
Lalu lintas yang ada tidak bisa menjadi indikator yang cukup baik untuk lalu lintas yang akan datang,
karena volume lalu lintas cenderung bertambah tiap tahun, sementara tambahan lalu lintas kendaraan bisa
timbul apabila biaya perjalanan turun akibat perbaikan jalan atau apabila pejalan kaki, pikulan dan
sebagainya beralih ke kendaraan bermotor. 3. Karena itu kisaran kasar lalu lintas kendaraan bermotor
roda-4, lima tahun setelah perbaikan jalan harus diperkirakan untuk membantu dalam penentuan Kelas
Rencana Lalu Lintas (KRLL) yang sesuai. 3.2 KRITERIA 1. Kelas Rencana Lalu Lintas dan standar
disain yang digunakan, sesuai dengan yang disetujui oleh Bina Marga adalah sebagai berikut : KRLL 1 2
3 4 * - Kelas jalan Bina Marga - Kisaran LHR kendaraan roda 4 - TOTAL LHR ekivalen + - Tipe
permukaan III C 0-50 (0-100) KERIKIL III B2 51-200 (101-300) KERIKIL / ASPAL III B1 201-500
(301-600) ASPAL IIIA > 500 ( > 600) ASPAL A. STANDAR TRADISIONAL (min) ** - Lebar
perkerasan usulan (m) - Lebar total perkerasan dan bahu (m) - Tipe permukaan 3,0 5,0 KERIKIL 3,5 5,5
PEN-MAC / KERIKIL 3,5 6,0 PEN-MAC 4,5 7,0 PEN-MAC B. STANDAR TARGET ** - Lebar
perkerasan usulan (m) - Lebar total perkerasan dan bahu (m) - Tipe permukaan 4,5 6,0 KERIKIL 4,5 6,5
BURDA / BURTU *** KERIKIL 5,0 7,0 BURDA / BURTU *** 5,5 8,5 HRS *** Catatan : * ** *** +
Jalan dengan LHR > 1500 disarankan untuk dikaji khusus Medan datar / bergelombang Apabila tersedia

peralatan dan tenaga yang memadai Lalu-lintas ekivalen roda-4, diperlukan untuk penaksiran
manfaat Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya
4B - 2 2. Standar target dapat dipergunakan apabila anggaran mencukupi dan
pekerjaan layak secara ekonomis. BURDA/BURTU harus dilaksanakan apabila
tersedia alat dan pelaksana berpengalaman yang memadai. 3. Untuk KRLL 2 pilihan
antara perkerasan kerikil dan aspal bergantung pada harga relatif dari material
setempat dan perkiraan biaya pemeliharaan. Meskipun demikian, sebagai petunjuk
umum permukaan aspal dapat ditetapkan di kebanyakan daerah
abila LHR kendaraan bermotor roda 4 melebihi 70 - 100. 3.2.1 PROSEDUR a. KRLL
tertera pada kolom bagian kiri dari matriks lalu lintas/kondisi, dan juga ditentukan
untuk masing-masing kotak pada matriks tersebut. Hal ini sejalan dengan anggapan
standar mengenai pertumbuhan lalu lintas dan tambahan frekwensi perjalanan
sesuai dengan kondisi yang ada. b. Apabila LHR ekivalen kendaraan bermotor roda
4 yang ada kurang dari 10- 20, maka penggunaan metode ini kurang tepat. Sebagai
gantinya KRLL harus ditaksir dari jumlah penduduk yang dilayani dengan
menggunakan studi kependudukan dan hambatan akses (Tugas 3E). 3.2.2
PENILAIAN BAURAN KENDARAAN BERAT (BKB) a. Untuk disain dan perhitungan biaya
pekerjaan lebih lanjut, perlu diketahui jumlah kendaraan berat yang akan
menggunakan jalan yang bersangkutan. b. Sebagian besar jalan kabupaten hanya
menampung lalu lintas kendaraan ringan yang biasanya ber-as ganda dengan bobot terberat `3 - 4 ton' dan
berat muatan kotor tidak lebih dari 7 - 11 ton. Ini diasumsikan dalam matriks untuk tujuan penaksiran
biaya pekerjaan berat dalam tahap penyaringan. c. Namun ada beberapa ruas jalan yang melayani
kegiatan-kegiatan seperti perkebunan, proyek PIR/NES, pabrik/konsesi penebangan kayu atau lokasi
material ; yang menampung sejumlah truk sedang dengan as ganda berkapasitas '6 - 8 ton' (seperti
Mitsubishi 'FUSO' atau 'TOYOTA') dengan berat muatan kotor 12 - 17 ton, atau yang menampung truk
berat dengan as banyak dan mempunyai berat muatan kotor lebih dari 12 - 20 ton (meski jarang sekali
dijumpai). d. Disain dan taksiran biaya jalan memerlukan penyesuaian lebih lanjut pada tahap disain
dengan memperhatikan muatan as yang lebih berat tadi. Tiga bauran jenis kendaraan yang
dipertimbangkan, dinyatakan dengan bilangan desimal (.1,.2,.3) yang ditambahkan pada KRLL sebagai
berikut : KODE BAURAN KENDARAAN BERAT (BKB) PROPORSI KENDARAAN BERAT
TERHADAP TOTAL LHR 1 2 3 Rendah Sedang Tinggi < 10% 10% - 25% > 25%
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4B - 3 e.
Periksa hasil analisa data PLL pada lembar analisa data lalu lintas A2 dan hitung
persentase kendaraan tipe 12 dan 13 terhadap seluruh kendaraan bermotor roda 4
{yaitu (12+13) : total (8 - 15) x 100} pada kotak yang telah tersedia. f. Tambahkan
kode bauran kendaraan berat yang sesuai pada kode KRLL dalam formulir A1 ;
sebagaimana contoh berikut ini : TIPE KENDARAAN TOTAL 8 s/d 15 12 + 13 / 12 13
TOT (8 s/d 15) x 100 (%) KRLL . BKB 5 3 10 1 0 6 200 20 60 3 % 15 % 27 % 2 . 1 1 .
2 2 . 3 g. Bila mungkin lakukan wawancara S6A terhadap sumber pembangkit lalulintas untuk memeriksa temuan yang didapat pada PLL (Tugas 1E). Hal ini menjadi
penting apabila lalu lintas yang ada, kemungkinan tidak mewakili lalu lintas yang
akan datang. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran
Biaya 4C - 1 4 TUGAS 4C - IDENTIFIKASI DAN PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN BERAT

4.1 LINGKUP PEKERJAAN BERAT 1. Pada umumnya jalan-jalan berkondisi rusak atau
rusak berat memerlukan pekerjaan berat agar mencapai standar minimum yang
sesuai untuk lalu lintas yang diharapkan. Pekerjaan berat dapat berupa
pembangunan baru, peningkatan atau rehabilitasi (penunjangan) dengan umur
rencana 10 tahun. Pembangunan Baru (PB) pada umumnya terdiri atas pekerjaan untuk
meningkatkan jalan tanah atau jalan setapak agar dapat dilalui kendaraan roda 4. Karena kondisi jalan
yang berat ini, biasanya memerlukan biaya yang besar dengan pekerjaan tanah yang besar pula.
Pekerjaan Peningkatan (PK) dapat dikatakan sebagai peningkatan standar pelayanan dari jalan yang sudah
ada; baik dengan membuat lapisan menjadi lebih halus (seperti pengaspalan terhadap jalan yang belum
diaspal atau penambahan Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet) pada jalan yang menggunakan
lapen; atau penambahan lapisan struktural yang berarti untuk memperkuat perkerasannya; maupun
pelebaran lapisan perkerasan yang ada. Pekerjaan Rehabilitasi (RE) diperlukan bila pekerjaan
pemeliharaan yang secara tetap harus dilaksanakan itu diabaikan, atau pemeliharaan berkala (pelapisan
ulang) terlalu lama ditunda sehingga keadaan lapisan permukaan makin memburuk. Yang termasuk dalam
kategori ini ialah perbaikan terhadap kerusakan lapisan permukaan seperti lubang dan kerusakan
struktural seperti amblas, asalkan kerusakan tersebut kurang dari 15-20% dari seluruh perkerasan yang
biasanya berkaitan dengan lapisan aus baru. 2. Pembangunan kembali secara keseluruhan biasanya
diperlukan bila kerusakan struktural sudah tersebar luas sebagai akibat dari diabaikannya pemeliharaan,
kekuatan disain yang tidak sesuai atau karena umur rencana sudah terlewati. 4.2 PROSEDUR Gunakan
Matrik Pekerjaan dan lembar A1 untuk setiap proyek sebagai berikut : 1. Tentukan pada baris-baris bagian
atas matriks tipe dan kondisi permukaan jalan yang ada serta daya dukung tanah dasar (CBR) dari proyek
yang bersangkutan (Tugas 4A), lalu : Masukkan harga CBR dan Nomor Disain Perkerasan yang sesuai
untuk segmen 1 dalam kotak yang tersedia di formulir A1. Apabila proyek bersangkutan mempunyai dua
atau lebih segmen dengan NDP berbeda, masukkan panjang, CBR dan NDP masing-masing segmen
(sampai dengan 3 segmen) ke dalam masing-masing kotak yang tersedia di formulir A1. 2. Tentukan dari
kolom kiri formulir A1 LEBAR PERKERASAN dan LEBAR TOTAL (gabungan perkerasan dan bahu )
RATA RATA yang ada dari jalan yang bersangkutan, kemudian masukkan untuk tiap segmen ke dalam
kotak yang tersedia pada bagian kanan formulir A1. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 :
Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4C - 2 3. Tentukan pada bagian kiri matriks jumlah lalu lintas yang ada dalam
LHR kendaraan roda 4 (8-15) dari rangkuman data PLL pada bagian bawah formulir A1. 4. Tentukan
pada matriks daerah atau kotak (dibatasi dengan garis tebal) yang sesuai dengan kombinasi lalu
lintas/kondisi yang telah ditentukan lalu catat : biaya dasar Pekerjaan Berat yang diperlukan (dalam Rp
Juta/km) sesuai dengan NDP yang dipilih. tipe permukaan usulan (A / K) dan kelas rencana lalu lintas
(KRLL 1, 2, 3, 4) biaya pelebaran (dalam Rp Juta/km) bila diperlukan (misalnya +4) lebar minimal
perkerasan dan lebar total perkerasan dan bahu yang sesuai untuk KRLL yang bersangkutan, seperti yang
terdapat pada kolom bagian lain dari matriks. 5. Masukkan pada formulir A1 : KRLL usulan tipe
permukaan usulan lebar perkerasan usulan total lebar perkerasan dan bahu beri tanda `X' pada kotak
isian bertanda `PK' yang menunjukkan tipe usulan pekerjaan. 6. Bandingkan lebar total perkerasan dan
bahu yang ada dengan yang diusulkan : bila berbeda kurang dari 0,5 m masukkan langsung biaya dasar
per kilometer dalam formulir A1 pada kotak yang tepat (untuk masing-masing segmen) bila lebar
perkerasan atau lebar total berbeda 0,5 m atau lebih, tambahkan biaya pelebaran per kilometer pada biaya
dasar per kilometer, kemudian masukkan ke dalam formulir A1. 7. Hitung biaya segmen dengan cara
mengalikan biaya per kilometer dengan panjang segmen, apabila hanya ada satu segmen masukkan ke
dalam kotak JUMLAH BIAYA JALAN . 8. Bila ada dua atau tiga segmen, jumlahkan setiap BIAYA

SEGMEN dan masukkan ke dalam kotak JUMLAH BIAYA JALAN. 9. Tambahkan JUMLAH BIAYA
JALAN dengan JUMLAH BIAYA JEMBATAN, bila ada (lihat Tugas 4F) kemudian masukkan ke dalam
kotak JUMLAH BIAYA JALAN + JEMBATAN pada formulir A1. 10. Hitung JUMLAH BIAYA JALAN
+ JEMBATAN per kilometer dengan jalan membagi JUMLAH BIAYA JALAN + JEMBATAN dengan
panjang proyek, kemudian masukkan pada formulir A1. 11. Bila jalan yang bersangkutan dinilai
berkondisi baik atau sedang, biasanya pekerjaan pemeliharaan lebih disarankan dari pada pekerjaan berat.
Matriks akan menunjukkan alokasi dana pemeliharaan dengan kodenya, dan suatu prosedur terpisah akan
digunakan untuk mengevaluasi proyek pemeliharaan berkala sebagaimana yang akan di jelaskan pada
Tugas 4D. 12. Alternatif pekerjaan penyangga dapat disarankan bila lalu lintas sangat rendah atau bila
pekerjaan berat tidak bisa dilaksanakan karena keterbatasan dana. Matrik menyajikan alokasi anggaran
rata- rata untuk pekerjaan penyangga dalam kotak kecil yang akan dijelaskan kemudian pada Tugas 4E.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4C - 3 13. Bila lalu lintasnya
rendah, maka studi kependudukan mungkin diperlukan untuk menentukan kelas rencana lalu lintas yang
sesuai berdasarkan data jumlah penduduk, bukan lalu lintasnya; seperti dijelaskan pada tugas 3E.
Selebihnya matriks dapat dipergunakan dengan cara yang sama untuk jalan-jalan yang memerlukan studi
kependudukan. 14. Gunakan NDP dan KRLL untuk menentukan tipe dan tebal konstruksi perkerasan
yang sesuai pada Tabel Spesifikasi Pekerjaan. Contoh 1) Karakteristik Jalan yang ada - Tipe Permukaan
Penetrasi Makadam - Kondisi Permukaan Rusak - Daya Dukung Tanah Dasar (CBR %) Sedang (5%) Lebar Perkerasan yang ada 3,0 meter - Nomor Disain Perkerasan (NDP) untuk : 3 Penetrasi Makadam,
kondisi rusak, CBR 5% 2) Lebar Perkerasan + Bahu yang ada 5.0 meter 3) Jumlah LHR roda-4 yang ada
60 LHR 4/5) Untuk kisaran LHR 60, Penetrasi Makadam, 91 103 116 Kondisi Rusak, matriks ybs
memberikan data : A2 + 18 - usulan Jenis Pekerjaan A (perkerasan Aspal) - usulan Standar Disain 2
(KRLL = 2) - perkiraan biaya untuk : Pekerjaan Berat , Daya Rp. 103 juta / km dukung tanah dasar
Sedang, tanpa pelebaran 6) Usulan Lebar Minimal yang diperlukan untuk 3,5 m / 5,5 m Perkerasan /
Perkerasan + Bahu (dari kolom kiri) -> dibandingkan dengan lebar total Perkerasan + Bahu yang ada ,
maka diperlukan pelebaran ; 103 + 18 = Rp 121 juta/km Biaya Pekerjaan Berat termasuk Pelebaran 12)
Kalau pekerjaan berat harus ditunda karena Rp 6,0 juta / km (angka di dalam kotak) terbatasnya dana,
maka biaya Pekerjaan Penyangga yang mungkin dianggarkan : 14) Spesifikasi rincian pekerjaan berat
Penmac dari Lap. Permukaan : 50 mm Lampiran bagian spesifikasi pekerjaan untuk Lap. Pondasi Atas :
100 mm KRLL - 2 / NDP 3 / Aspal (batu pecah bergradasi) Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul
5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4D - 1 5 TUGAS 4D - IDENTIFIKASI DAN PENAKSIRAN BIAYA
PEKERJAAN PEMELIHARAAN 5.1 LINGKUP PEKERJAAN PEMELIHARAAN 1. Umumnya jalan
yang berkondisi baik atau sedang memerlukan pekerjaan pemeliharaan. Perkerasan dengan tipe
permukaan dan lebar yang memadai dan berkondisi baik/sedang, hanya memerlukan pemeliharaan rutin
secara teratur. 2. Apabila permukaan jalan ASPAL masih dapat dilewati dengan kecepatan dan
kenyamanan yang memadai tetapi terlihat adanya tanda-tanda kerusakan, seperti retak-retak atau
tambalan (hasil pemeliharaan rutin), maka mungkin akan tepat untuk melakukan pemeliharaan berkala
dalam bentuk pengaspalan ulang, baik pengaspalan tipis untuk `pencegahan' atau overlay aspal untuk
`perbaikan'. 3. Jalan KERIKIL yang dibangun dan dipelihara dengan baik harus dibentuk ulang secara
teratur. Frekuensi pembentukan ini tergantung dari volume lalu-lintas. Secara berkala lapisan penutup ini
harus dilengkapi dengan pekerjaan pengkerikilan ulang dengan menggunakan agregat batu pecah
bergradasi baik. Pengkerikilan ulang harus dilakukan paling sedikit satu kali dalam tiga tahun. 4.
Mengingat cara pembuatannya, pembentukan ulang dengan alat tidak mungkin dilakukan terhadap
perkerasan TELFORD. Untuk mengatasi masalah ini maka disarankan pelapisan dengan agregat batu

pecah bergradasi baik untuk perkerasan dengan kondisi sedang. Hal ini akan memungkinkan
dilakukannya pemeliharaan rutin yang teratur termasuk pekerjaan pembentukan ulang dengan alat. 5.
Banyak jalan-jalan yang selain berkondisi sedang dan layak untuk pemeliharaan, juga memerlukan
perbaikan drainase. 5.2 STRATEGI PEMELIHARAAN Pemerintah berupaya menggunakan Strategi
Pemeliharaan secara Nasional untuk jalan kabupaten. Strategi tersebut secara rinci dimasukkan dalam
Buku Petunjuk terpisah untuk Persiapan dari Program Pemeliharaan Jalan-Jalan Kabupaten. 5.2.1
TUJUAN DARI STRATEGI PEMELIHARAAN ADALAH : a. Menyediakan 100% biaya untuk
perbaikan jalan kabupaten yang kondisinya baik atau sedang agar diperoleh standar pelayanan yang dapat
diterima. b. Memberikan batasan-batasan yang jelas dan konsisten mengenai pekerjaan pemeliharaan. c.
Memprioritaskan latihan-latihan pada perencanaan pekerjaan pemeliharaan serta implementasinya. d.
Memberikan tanggung jawab yang jelas untuk pekerjaan pemeliharaan di dalam organisasi kabupaten.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4D - 2 5.2.2 DEFINISI
PEKERJAAN PEMELIHARAAN a. Pekerjaan pemeliharaan dilakukan pada jalan berkondisi baik dan
sedang, yang dipisahkan dalam pekerjaan pemeliharaan rutin dan pekerjaan pemeliharaan berkala. b.
Pekerjaan pemeliharaan rutin termasuk pekerjaan perbaikan kecil dan pekerjaan rutin umum yang
dilaksanakan pada jangka waktu yang teratur dalam setahun, seperti penambalan lapis permukaan dan
pemotongan rumput. c. Pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi pekerjaan perbaikan dengan frekuensi
yang direncanakan dalam satu tahun atau lebih pada suatu lokasi, seperti pengaspalan atau pelapisan
ulang permukaan jalan beraspal dan pengkerikilan ulang jalan kerikil, termasuk pekerjaan persiapan dan
pekerjaan perbaikan lain untuk mempertahankan agar jalan tetap berkondisi baik. Apabila pekerjaan
pengaspalan atau pelapisan ulang dilakukan pada suatu segmen, maka seluruh pekerjaan pemeliharaan
termasuk pekerjaan drainase dinyatakan sebagai pekerjaan berkala. (Catatan : Dana khusus harus
disiapkan untuk pekerjaan perbaikan besar yang mendesak). 5.2.3 PEMILIHAN RUAS JALAN a. Dalam
strategi ini,pemilihan jalan untuk pemeliharaan dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut : 1)
Perencanaan pemeliharaan berupa identifikasi dan penyusunan anggaran global - draft P1 (Juli Agustus)
2) Survai Penjajagan Kondisi Jalan - S1 / perbaikan P1 (September - Oktober) 3) Survai terhadap
segmen-segmen untuk Pemeliharaan Periodik dan perhitungan biaya pekerjaan secara rinci - MS2
(Oktober-Nopember) 4) Survai terhadap segmen-segmen untuk Pemeliharaan Rutin dan perhitungan
biaya pekerjaan secara rinci (Nopember). 5) Survai untuk Pekerjaan Penyangga dan perhitungan biaya
pekerjaan secara rinci (Desember) b. Buku petunjuk ini hanya berkaitan dengan tahap (1) dan (2) saja. 5.3
PERLAKUAN PEMELIHARAAN PADA TAHAP PERENCANAAN 1. Tujuan prinsip pada tahap
perencanaan adalah : Menentukan bagian jalan yang berkondisi baik/sedang yang sesuai untuk pekerjaan
pemeliharaan dan menaksir kebutuhan dana pemeliharaan secara umum untuk kabupaten, berdasarkan
alokasi pembiayaan pemeliharaan secara rata-rata untuk ruas-ruas yang sudah ditentukan. Melaksanakan
evaluasi ekonomi pendahuluan untuk bagian-bagian jalan yang diusulkan untuk pemeliharaan periodik,
sehingga karenanya dapat disusun peringkatnya berdasarkan prioritas dan dapat dibandingkan secara
langsung dengan proyek-proyek pekerjaan berat. 2. Penentuan yang lebih akurat untuk dana pemeliharaan
menurut ruas akan dibuat kemudian berdasarkan survai pemeliharaan secara rinci dan spesifikasi
kebutuhan Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4D - 3 pekerjaan.
Prosedur untuk ini tercakup dalam Pedoman Persiapan Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten. 3. Dalam
matriks, kebutuhan pemeliharaan pada jalan baik/sedang tersaji dalam dua kelompok berkode M1-M4 dan
M5-M10; alokasi biaya tersaji dalam Rp juta / km. M1-M4 menetapkan pemeliharaan rutin hanya pada
jalan yang mendapatkan pekerjaan berat dalam tiga tahun terakhir termasuk tahun program berjalan. M5M10 menetapkan kombinasi pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala overlay secara penuh, dan

meningkatkan drainase yang dibutuhkan secara proporsional dari jalan yang mendapatkan pekerjaan berat
lebih dari tiga tahun yang lalu; alokasi dana didasarkan atas kebutuhan tipikal yang ditentukan selama
persiapan dari program pemeliharaan. 4. Kategori pemeliharaan yang terpisah ditentukan berkaitan
dengan KRLL dan tipe permukaan jalan (aspal, kerikil, telford). 5. M5-M7 menetapkan overlay PMA 5
cm secara penuh. Pelapisan ulang aspal tipis (untuk pencegahan), dimana jalan masih relatif dalam
kondisi baik, memerlukan biaya tidak lebih dari 1/2 sampai 2/3 tingkat ini tergantung dari tipe
pengaspalan yang dipakai. 6. Catat bahwa tambahan secara terpisah harus dibuat untuk alokasi dana bagi
pemeliharaan jembatan (lihat Tugas 4F dan 5B). 5.3.1 PROSEDUR Tahap-tahap yang serupa dengan
perhitungan biaya untuk pekerjaan berat (Tugas 4C) harus diikuti untuk mengevaluasi usulan proyek
pemeliharaan berkala, menggunakan matriks biaya pekerjaan dan lembar data A1 untuk setiap proyek. a.
Gunakan hasil survai S1 untuk menentukan jenis pekerjaan berkala yang sesuai (lihat Tugas 2A). b. Beri
tanda silang dalam kotak isian kategori pekerjaan `MP' pada A1 yang menunjukkan bahwa yang akan
dievaluasi adalah pekerjaan pemeliharaan berkala . c. Nyatakan pada A1 jenis pelapisan/pengaspalan
berkala yang diusulkan dengan menggunakan rincian singkatan jenis permukaan (misalnya : PMA =
penmac; BDA = burda; BRA = buras; K = pelapisan kerikil). d. Tentukan pada baris bagian atas matriks
jenis dan kondisi lapisan permukaan jalan dan taksiran daya dukung tanah dasar jalan (CBR) untuk
proyek (Tugas 4A), lalu masukkan Nomor Disain Perkerasan (NDP) yang bersangkutan untuk setiap
segmen dalam kotak-kotak yang disediakan pada formulir A1. Untuk jalan-jalan yang sudah beraspal
hanya dapat dimasukkan baik/sedang dengan NDP 1. e. Tentukan dari kolom sebelah kiri formulir A1
lebar perkerasan rata- rata yang ada, lalu masukkan dalam kotak segmen pada bagian kanan formulir A1.
f. Tentukan pada bagian kiri dari matriks jumlah lalu lintas kendaraan roda 4 (yaitu jumlah TOTAL jenis
8-15) dari rangkuman penghitungan lalu lintas pada bagian bawah formulir A1. g. Temukan pada matriks
biaya pekerjaan berkala M5-M10 dalam Rp juta/km yang sesuai dengan jenis permukaan dan tingkat lalu
lintasnya. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4D - 4 Untuk
M5-M7, sesuaikan untuk jenis pelapisan ulang atau pengaspalan ulang dengan pilihan sebagai berikut: 5
cm Penmac = PMA x 1.0 3 cm Burda = BDA x 0.5 2 cm Latasir = TAB x 0.65 - Buras = BRA x 0.15
Untuk M8-M10, gunakan biaya seperti yang tertera pada matriks. Bila biaya berdasarkan analisa hasil
survai MS2 (yang lebih dapat diandalkan) tersedia, maka biaya inilah yang harus digunakan sebagai
pilihan dibandingkan biaya perencanaan dalam matriks. Dalam biaya ini harus dimasukkan biaya untuk
drainase dan perbaikan bahu jalan ditambah dengan pemeliharaan rutin. h. Masukkan dalam formulir A1:
KRLL; Usulan lebar perkerasan yang harus sama dengan lebar perkerasan yang ada; Panjang
segmen; Harga satuan/km dan perhitungan total segmen dan total biaya jalan ; Bila ada, biaya
pemeliharaan berkala jembatan; Biaya total pemeliharaan berkala jalan dan jembatan; Biaya total
jalan dan jembatan per km. i. Perlu dicatat bahwa pekerjaan berat baik untuk bagian jalan ataupun
jembatan tidak boleh dikombinasikan dengan pekerjaan berkala pada lembar A1 yang sama. Bila bagian
lain dari jalan atau suatu jembatan memerlukan pekerjaan berat, maka harus dibuat lembar A1 terpisah
untuk proyek-proyek tersebut. j. Bila jalan masih dalam keadaan baik, terutama bila dibangun atau
mendapat pelapisan ulang dalam tiga tahun terakhir, atau bila tingkat lalu lintasnya tidak cukup tinggi
untuk bisa dibenarkan mendapatkan pengaspalan ulang, maka pemeliharaan rutinlah yang paling sesuai
untuk penanganannya; dalam hal ini masukkan data dalam kotak PILIHAN PEKERJAAN di bagian
bawah lembar A1 Tipe : tetapkan M1-M4 Rp juta/km : biaya/km dari Matriks Rp juta : biaya total
yang dihitung dengan mengalikan biaya per km dengan panjang total proyek. Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4E - 1 6 TUGAS 4E - IDENTIFIKASI DAN
PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN PENYANGGA 6.1 LINGKUP PEKERJAAN PENYANGGA 1.

Pekerjaan penyangga adalah pekerjaan tahunan dengan biaya rendah yang dimaksudkan untuk membuat
agar jalan tetap terbuka bagi lalu-lintas yang ada. Selain itu juga untuk mencegah terjadinya kerusakan
yang semakin parah bila ternyata pekerjaan berat tidak sesuai pada saat ini karena rendahnya tingkat
lalulintas atau harus ditunda karena tidak cukupnya dana. 2. Pekerjaan penyangga mungkin sekali
diperlukan pada bagian jalan yang sebelumnya mendapat pemeliharaan rutin dan periodik yang tidak
memadai atau dibangun dengan standar konstruksi yang terlalu rendah. Pekerjaan ini tidak perlu
mencakup perkerasan sepanjang satu kilometer penuh penggal jalan, juga tidak perlu mencakup sebagian
besar dari seluruh panjang jalan. 3. Umumnya anggaran pekerjaan penyangga digunakan untuk
membiayai pekerjaan pada jalan berkondisi rusak atau rusak berat, tidak untuk pekerjaan pada jalan
berkondisi baik atau sedang. 4. Pekerjaan penyangga mempunyai kisaran anggaran tertentu antara Rp. 3.0
- 10.0 juta per kilometer. Jumlah anggaran pekerjaan ini harus digunakan untuk tiap kilometer sepanjang
ruas jalan, dalam hal ini seluruh dana pekerjaan penyangga tidak boleh digunakan penuh hanya untuk satu
kilometer tertentu saja. 5. Suatu proporsi tertentu dari anggaran harus disisihkan untuk pekerjaan
penyangga. 6. Pekerjaan ini tidak perlu dilaksanakan apabila tidak akan menghasilkan penghematan yang
berarti terhadap waktu perjalanan dan biaya operasi kendaran. 6.2 IDENTIFIKASI PEKERJAAN
PENYANGGA 1. Identifikasi khusus untuk pekerjaan penyangga yang memadai, idealnya dilakukan oleh
`Engineer' untuk tiap ruas pada saat survai dan dari foto. Meskipun demikian untuk menjaga agar besar
biaya yang dikeluarkan digunakan secara layak dan tepat guna, taksiran anggaran rata-rata untuk
pekerjaan penyangga disajikan dalam matriks dalam satuan juta rupiah per kilometer untuk tiap kelas
rencana lalu lintas dan kondisi jalan. 2. Jumlah anggaran tersebut dihitung dengan rumus yang sederhana
berdasarkan kelas rencana lalu-lintas (KRLL) dan kondisi perkerasan, dan secara kasar dihubungkan
dengan biaya pengkerikilan ulang sebagai komponen utama pekerjaan penyangga dari kebanyakan jalan.
Perhitungannya diambil dari biaya untuk pekerjaan yang terdiri dari penaburan dan pemadatan lapisan
agregrat batu pecah setebal 50 mm untuk 20%, 40% dan 80% dari lebar pekerasan 3,0 m; masing-masing
untuk jalan berkondisi sedang, rusak dan rusak berat. 3. Meskipun demikian, angka-angka dalam matriks
hanyalah angka-angka anggaran saja. Perhitungan sebenarnya harus dibuat sebelum pekerjaan tersebut
dilaksanakan. 4. Sebagai gambaran, cara pekerjaan penyangga mengatasi keadaan tertentu bisa terdiri dari
satu atau lebih di antara pekerjaan berikut : Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 Penaksiran Biaya 4E - 2 Perbaikan sementara untuk lubang dan tempat amblas dengan pengisian agregrat
batu pecah ke dalamnya. Cara ini perlu diperhatikan; batu berukuran besar dalam agregat dapat
mengakibatkan kerusakan areal perkerasan bila tergilas oleh truk berat di atas. Bila hal ini terjadi, maka
alternatif lain misalnya stabilisasi dengan semen perlu dipertimbangkan. Penyiapan lapisan tahan segala
cuaca untuk jalan tanah berlalu lintas ringan, untuk memperpendek perioda waktu tertutupnya jalan yang
bersangkutan Stabilisasi dengan pasir pada bagian yang pendek dari jalan tanah. Peninggian pada bagian
yang pendek dari jalan tanah Penambahan parit pembuangan air untuk menjaga agar air jangan sampai
tergenang di bawah badan jalan Pembuatan alur melintang pada bahu yang tinggi untuk mengalirkan air
dari permukaan jalan Pembuatan gorong-gorong baru atau penggantian gorong-gorong yang rusak atau
tidak berfungsi untuk menjaga agar jalan tersebut dapat dilewati kendaraan bermotor sepanjang tahun
Pembuatan jalan pendek memutar sementara pada bagian jalan tanah atau kerikil yang tertutup apabila
tanah di sekitarnya lebih tinggi. Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin lain yang belum ada alokasi
dananya 5. Pada dasarnya pekerjaan penyangga bersifat sementara dan mungkin perlu diulang dalam
waktu kurang dari 12 bulan. Dalam beberapa kasus hasil pengambilan kebijaksanaan untuk suatu
masalah, tidak tepat bila ditinjau dari segi teknis. 6.3 PROSEDUR 1. Untuk kombinasi lalu-lintas dan
tipe/kondisi permukaan jalan yang diperlukan, tentukan biaya pekerjaan penyangga (dalam Rp. juta/km)

yang dicantumkan dalam kotak kecil pada bagian atas masing-masing bagian yang relevan dari matriks.
2. Masukkan biaya pekerjaan penyangga tersebut ke dalam kotak pekerjaan alternatif pada bagian bawah
formulir A1 : Tipe : H Rp.Jt/km : biaya per kilometer dalam Rp juta berdasarkan matriks Rp.Juta :
biaya total dalam Rp juta berdasarkan hasil perkalian biaya per kilometer dengan panjang proyek. 3.
Semua ruas/bagian yang dalam tahap perencanaan ditentukan untuk pekerjaan penyangga, harus disurvai
(engineering) terpisah untuk menentukan secara tepat pekerjaan yang diperlukan dan biayanya bagi setiap
bagian ruas (lihat buku petunjuk terpisah tentang Persiapan Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten).
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4F - 1 7 TUGAS 4F IDENTIFIKASI DAN PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN JEMBATAN 7.1 LINGKUP PEKERJAAN
1. Kebutuhan pekerjaan jembatan, bila mungkin ditentukan berdasarkan hasil Inventarisasi Pemeliharaan
Jembatan dan Penilaian Jembatan yang dibuat oleh ahli jembatan / bridge engineer (lihat Buku Petunjuk
untuk Pemeliharaan Jembatan Kabupaten). 2. Bila inventarisasi tersebut belum dilakukan, maka
pekerjaan jembatan ditaksir dari catatan dan foto-foto yang dibuat pada waktu survai penyaringan jalan
pada formulir survai (S2) 3. Pekerjaan jembatan dikelompokkan dalam kategori berikut ini : PBJ :
Pembangunan jembatan baru PAJ : Penggantian bangunan atas jembatan PJJ : Perbaikan/pemeliharaan
jembatan JL : Jembatan Limpas 7.2 PEMBANGUNAN JEMBATAN BARU (PBJ) 1. Jika pembangunan
jembatan baru diperlukan maka lebar jalur jembatan yang tepat ditentukan berdasarkan tabel berikut :
Tabel 4F1 : LEBAR JALUR JEMBATAN Kelas Rencana L H R (KendaLebar jalur (m) untuk panjang
jembatan yang berlainan Lalu- Raan Panjang < 6,0 m Panjang 6,0 - 30,0 m Panjang > 30,0 m Lintas *)
Roda-4) A B A B A B 1 2 3 4 **) < 50 51 200 201 500 > 501 3,5 3,5 3,5 3,5 6,0 6,0 6,0 6,0 3,5 3,5 3,5
3,5 3,5 3,5 6,0 6,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 6,0 Catatan : LHR = Lalu lintas harian rata-rata A = Standar
tradisional (lama) B = Standar target (baru) *) Kelas rencana lalu lintas sesuai Tugas 4B **) Jembatan
dengan LHR lebih dari 1500 untuk KRLL 4 disarankan untuk distudi khusus. Standard target disarankan
apabila keadaan memungkinkan, yaitu dana mencukupi dan pekerjaan tetap layak secara ekonomis.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4F - 2 2. Setelah lebar jalur
jembatan ditentukan, tipe jembatan harus dipilih. Tabel biaya jembatan yang disajikan pada halaman
terakhir dari bab ini memberikan pilihan berdasarkan tipe berikut : Tipe 1 Lantai dan gelagar kayu
Kepala jembatan dan pilar tiang/turap kayu (semi permanen) Lebar jalur = 3,5 meter Panjang bentang
maksimum = 5 meter Beban rencana = 50% BM Tipe 2 Lantai dan gelagar kayu Kepala jembatan dan
pilar tipe a, b atau c sesuai uraian di bawah Lebar jalur = 3,5 meter Panjang bentang maksimum = 10
meter Beban rencana = 70% BM Tipe 3 Lantai beton dan gelagar balok T beton. Kepala jembatan dan
pilar tipe a , b atau c sesuai uraian di bawah Lebar jalur = 3,5 meter Panjang bentang maksimum = 20
meter Beban Rencana = 70% BM Tipe 4 Seperti tipe 3 dengan lebar jalur = 6 meter Tipe 5 Jembatan
rangka baja Pondasi tiang pancang Lebar jalur = 6 meter Panjang bentang maksimum = 60 meter
Beban rencana = 100% BM Tipe 6 Jembatan limpas (lihat hal. 4F-6) 3. Planning engineer harus
berdiskusi dengan staf DPUK/DPU-BM-K mengenai tipe jembatan yang akan dipilih, antara lain
berdasarkan kemampuan kontraktor yang ada dan tersedianya material pada daerah yang bersangkutan. 4.
Catatan berikut mungkin dapat membantu dalam pengambilan pilihan yang tepat. Tipe 1 Kebanyakan
hanya digunakan untuk jembatan sementara, tapi dapat juga digunakan sebagai jembatan permanen di
daerah terpencil yang tidak ada lalu lintas beratnya. Tipe ini sebaiknya digunakan hanya untuk jalan
dengan lalu lintas ringan yang LHR nya tidak lebih dari 50 (yaitu KRLL 1.1). Umur rencana :
Bangunan atas 5-8 tahun } tergantung dari mutu Bangunan bawah 3-6 tahun } kayu yang digunakan
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4F - 3 Tipe 2 Jembatan tipe
2 dapat digunakan apabila kayu berkwalitas tinggi dengan ukuran yang memadai tersedia dalam jumlah

yang cukup. Umur rencana : Bangunan atas sama dengan tipe 1 Bangunan bawah 25-30 tahun Tipe 3&4
Jembatan tipe 3 dan 4 merupakan tipe jembatan yang biasanya disarankan untuk digunakan pada jalan
kabupaten, karena itu sebaiknya dipilih apabila layak secara ekonomis. Umur rencana : 25-30 tahun Tipe
5 Jembatan rangka baja dengan bentang tunggal dapat dipilih apabila terdapat kesulitan dalam
pembuatan pilar di sungai atau adanya pilar seperti itu akan mengganggu lalu lintas sungai (perahu atau
kayu yang dihanyutkan). Umur rencana : Bangunan atas 50 tahun (pemeliharaan normal) Bangunan
bawah seperti tipe 3 dan 4 7.3 BANGUNAN BAWAH 1. Tabel biaya jembatan juga memberikan
kemungkinan kepada perencana untuk memilih tipe bangunan bawah yang berbeda (a, b dan c) untuk
jembatan tipe 2, 3 dan 4. Tipe - a : Bangunan bawah berupa kepala jembatan pasangan batu dengan tinggi
3,0 meter dan pilar pasangan batu dengan tinggi 5,0 meter (lihat gambar di bawah). Tipe b : Bangunan
bawah sama seperti tipe a namun tinggi kepala jembatan 5,0 meter dan tinggi pilar 7,0 m. Gambar Contoh
Bangunan Bawah Tipe a dan b Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran
Biaya 4F - 4 Tipe c : Bangunan bawah jembatan terdiri kepala jembatan perletakan langsung (bank seat)
beton bertulang dengan pondasi tiang pancang dan pilar rangka beton (Standar Bina Marga). Gambar
Contoh Bangunan Bawah Tipe c 2. Tipe bangunan bawah mana yang harus dipilih oleh perencana,
tergantung pada dua masalah utama, yaitu : tinggi tebing dan kondisi tanah dasar. Tinggi tebing dapat
ditaksir dari foto-foto, apabila dalam tahap survai tidak dilaksanakan pengukuran. Kondisi tanah dasar
lebih sulit untuk ditaksir oleh perencana, meskipun hanya penyelidikan tanah yang dapat mengungkapkan
sifat tanah dasar secara tepat, namun kondisi tanah lunak masih mungkin untuk diamati dari foto. 3.
Bangunan bawah tipe - a dan b hanya dapat digunakan bila kondisi tanah dasar `baik' yaitu pasir, kerikil,
lempung keras atau batuan. Sementara bangunan bawah tipe - c dapat digunakan untuk semua tipe tanah
dasar. 4. Bila menggunakan bangunan bawah tipe c, panjang jembatan yang diperlukan mungkin harus
ditambah karena lereng di depan kepala jembatan akan mengurangi kapasitas jalur air (penampang di
bawah jembatan). Dalam hal ini jembatan yang mempunyai bangunan bawah tipe c perlu luas penampang
pengaliran yang sama dengan jembatan yang mempunyai bangunan bawah tipe a atau b. Untuk tinggi
yang sama jembatan dengan bangunan bawah tipe c akan lebih panjang dari pada jembatan dengan
bangunan bawah tipe a atau b. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran
Biaya 4F - 5 5. Perlu dicatat bahwa harga-harga dalam tabel biaya jembatan, tidak mencakup harga untuk
hal-hal berikut : Oprit (Approach roads) : Biaya pekerjaan oprit dihitung sebagai pekerjaan berat untuk
jalan (Tugas 4C). Jembatan sementara (untuk memelihara arus lalu lintas) : Bila jembatan baru dibangun
pada lokasi yang sama dengan jembatan lama, jembatan (dan jalan) sementara perlu dibuat untuk menjaga
agar arus lalu lintas tetap berjalan. Biaya jembatan sementara dapat diambil dari biaya jembatan tipe 1
dalam tabel Biaya Jembatan. Pembongkaran jembatan lama (bila ada) : Biaya pembongkaran jembatan
lama biasanya relatif kecil sehingga untuk tahap perencanaan dapat diabaikan. 7.4 PENGGANTIAN
BANGUNAN ATAS JEMBATAN (PAJ) 1. Dalam beberapa kasus hanya bangunan atas jembatan yang
perlu diganti, karena itu dalam Total Biaya Jembatan biaya bangunan atas jembatan diberikan secara
terpisah. 2. Biaya bangunan atas jembatan ini sebaiknya digunakan hanya apabila perencana benar benar
yakin bahwa kepala jembatan dan pilar yang ada dapat digunakan untuk bangunan atas yang baru. Bila
pilar dan kepala jembatan yang ada perlu pelebaran atau penguatan maka biaya jembatan baru dapat
dipakai untuk tahap perencanaan. 7.5 PERBAIKAN/PEMELIHARAAN JEMBATAN (PJJ) 1.
Perhitungan biaya jembatan berkondisi baik/sedang yang hanya memerlukan perbaikan (pemeliharaan
berkala) atau pemeliharaan rutin pada tahap ini tidak perlu dimasukkan dalam biaya proyek. Sebagai
gantinya biaya tersebut harus dimasukkan dalam alokasi dana tahunan untuk pemeliharaan jembatan
seluruh kabupaten berdasarkan panjang total jembatan (lihat Tugas 5B). 2. Untuk membantu dalam

perkiraan tersebut, jumlah dan panjang total jembatan dan penyeberangan pada bagian proyek yang
bersangkutan dicantumkan dalam masing - masing kotak yang disediakan pada bagian kiri formulir A1.
7.6 JEMBATAN LIMPAS (JL) 1. Dalam beberapa kasus, jembatan limpas mungkin merupakan alternatif
yang memadai dan murah untuk penyeberangan. Misalnya bila harga jembatan biasa menyebabkan
proyek yang bersangkutan tidak layak secara ekonomis, maka salah satu alternatif untuk membuat proyek
menjadi layak adalah dengan mengganti beberapa atau seluruh jembatan dengan jembatan limpas 2.
Jembatan limpas (kadang-kadang disebut juga dengan Ford atau Irish crossing) pada dasarnya adalah
suatu tanggul rendah yang melintang di atas dasar sungai, ditutup dengan lapisan beton padat. Lereng dari
pada tanggul ini dilindungi oleh pasangan batu yang disemen. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten
Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4F - 6 3. Lalu lintas biasanya masih dapat lewat walaupun
jembatan limpas ini terendam luapan air sampai setinggi 30 cm. Jembatan limpas yang digunakan pada
sungai yang memiliki aliran air yang cukup konstan, harus dilengkapi dengan goronggorong. 4. Sebelum
memilih jembatan limpas, perencana harus mempertimbangkan hal- hal berikut Jembatan limpas
umumnya digunakan hanya untuk lalu lintas rendah yaitu KRLL 1 dan 2 (lihat Tugas 4B) Berapa kali dan
berapa lama jembatan limpas tidak bisa dilewati karena banjir ? Penutupan 5-7 kali per tahun dengan
jangka waktu masing-masing 1-2 hari (jumlahnya tidak lebih dari 14 hari per tahun), secara normal dapat
diterima (untuk KRLL 1 dan 2). Jembatan limpas umumnya tidak boleh digunakan pada sungai yang
tanah dasarnya lunak. Jembatan limpas juga tidak boleh dipilih untuk penyeberangan pada lembah yang
sempit dan dalam (dimana diperlukan banyak pemotongan tebing). 5. Tabel Biaya Jembatan menyajikan
biaya untuk dua tipe jembatan limpas : Tipe 6a : Tinggi tanggul 0-0,5 meter. Bagian atas tanggul
dilindungi dengan beton setebal 20 cm sedangkan lerengnya dengan pasangan batu. Tipe 6b : Sama
dengan tipe 6a, dengan tinggi tanggul 0-2,0 m dan dilengkapi dengan gorong-gorong untuk
memungkinkan sejumlah aliran yang konstan melewati jembatan limpas tersebut. 7.7 PROSEDUR 1.
Masukkan jumlah total dan panjang dari jembatan atau penyeberangan sungai yang tidak berjembatan
pada bagian proyek yang bersangkutan (bukan ruas) di bagian kiri dari formulir A1. 2. Tentukan tipe
pekerjaan jembatan yang diperlukan untuk setiap jembatan. PBJ : Pembangunan Jembatan Baru PAJ :
Penggantian Bangunan Atas Jembatan B/S : Jembatan dalam kondisi baik/sedang ; tidak perlu
perbaikan 3. Tentukan panjang jembatan. 4. Tentukan KRLL dan lebar jalur jembatan dari tabel 4F.1. 5.
Pilih tipe jembatan (atau tipe bangunan atasnya). 6. Untuk jembatan baru tipe 2, 3, dan 4 pilih tipe
bangunan bawah. 7. Dapatkan harga satuan pekerjaan jembatan dari tabel biaya jembatan (dalam
Rp.Juta / meter panjang jembatan). Biaya total tiap jembatan didapat dari perkalian panjang jembatan
dengan harga yang ada dalam tabel biaya jembatan. 8. Tentukan apakah diperlukan jembatan sementara.
Apabila diperlukan dapatkan biaya jembatan darurat tersebut dengan cara yang sama seperti pada butir-6
dengan menggunakan harga satuan untuk jembatan baru tipe 1. Biaya ini ditambahkan pada biaya yang
diperoleh pada butir-6. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 : Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4F - 7
9. Masukkan data untuk pekerjaan jembatan ke tempat yang sesuai di formulir A1: Pal kilometer lokasi
jembatan yang tertera pada bagian kiri dari formulir A1 yang telah dikoreksi dengan faktor penyesuai
odometer. Tipe pekerjaan jembatan yang diusulkan (PBJ, PAJ, JL) Tipe jembatan yang diusulkan (1,
2a, 2b, 2c, 3a, 3b, 3c, dan seterusnya) Panjang, lebar, biaya per meter dan biaya total jembatan yang
diusulkan. Catatan : Seluruh jembatan harus dicatat termasuk yang tidak memerlukan perbaikan (B/S)
dengan tidak memberikan biaya ( ' 0 ' ) 10. Biaya total jembatan didapat dengan menjumlah biaya total
tiap jembatan. 7.8 CONTOH 1. Jembatan no. 23-004 di kabupaten Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara
harus diganti baru (PBJ : jembatan baru). 2. Panjang jembatan = 20 meter. 3. KRLL 3.1, berdasarkan tabel
4F.1 dipilih lebar jalur jembatan = 6.0 meter. 4. Dipilih jembatan tipe 4 dengan bangunan bawah tipe b. 5.

Dalam tabel Biaya Jembatan (contoh Sumatera Utara tahun 1994) didapat harga satuan Rp. 9,6 juta
( panjang jembatan = 20 meter pada `sumbu mendatar' dan jembatan tipe 4 dengan bangunan bawah tipe b
pada `sumbu tegak'). Biaya Jembatan baru = 9,6 x 20 = Rp. 192 juta. 6. Misalkan diperlukan jembatan
sementara. Biaya bisa diperoleh dengan menggunakan harga satuan jembatan tipe 1 dalam tabel Biaya
Jembatan, dengan biaya : 0,9 x 20 = Rp. 18 juta. 7. Biaya total jembatan tersebut menjadi 192 + 18 = Rp.
210 juta (yang harus dimasukkan ke dalam formulir A1). Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 5 :
Tugas 4 - Penaksiran Biaya 4F - 8 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan
Program Tahunan DAFTAR ISI Halaman 1. TUGAS 5A PERSIAPAN PROGRAM
TAHUNAN ..................................... 5A-1 1.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan ............................................................................... 5A-1 2. TUGAS 5B KAJI ULANG DAN
PERSIAPAN DAFTAR PEMELIHARAAN ........... 5B-1 2.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan ............................................................................... 5B-1 2.2 Penyusunan P1
Pendahuluan ............................................................................ 5B-1 2.3 Prosedur Kaji Ulang
P1 ..................................................................................... 5B-3 2.4 Penyelesaian
P1 ................................................................................................ 5B-4 3. TUGAS 5C PENYIAPAN
DAFTAR PANJANG PEKERJAAN BERAT ... 5C-1 3.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan ............................................................................... 5C-1 3.2 Penyusunan
P2 .................................................................................................. 5C-1 4. TUGAS 5D KAJI ULANG
KEBUTUHAN ANGGARAN DAN STRATEGI PEKERJAAN ... 5D-1 4.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan ............................................................................... 5D-1 4.2 Penyelesaian
P5 ................................................................................................ 5D-1 5. TUGAS 5E PERSIAPAN
DAFTAR PENDEK PEKERJAAN BERAT ...... 5E-1 5.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan ............................................................................... 5E-1 5.2 Kriteria Pemilihan Untuk
P3 ............................................................................. 5E-1 5.3 Penyusunan
P3 .................................................................................................. 5E-2 5.4 Penyusunan
P4 .................................................................................................. 5E-5 6. TUGAS 5F KAJI ULANG
PROGRAM DAN DOKUMENTASI ANGGARAN ......... 5F-1 6.1 Ruang Lingkup dan
Tujuan ............................................................................... 5F-1 6.2 Penyaringan
Linkungan .................................................................................... 5F-1 6.3 Pemeriksaan Studi
Perencanaan ....................................................................... 5F-2 6.4 Penyesuaian untuk Memenuhi Kriteria
Nasional/Propinsi ............................... 5F-2 6.5 Kaji Ulang Prioritas
Kabupaten ........................................................................ 5F-2 6.6 Penyesuaian pada Alokasi
Dana ....................................................................... 5F-2 6.7 Kaji Ulang Elijibitas Disain dan Pasca
Disain .................................................. 5F-2 6.8 Proyek-Proyek yang Dianggarkan
Kembali ...................................................... 5F-3 6.9 Proses Persetujuan Teknis dan
Anggaran ......................................................... 5F-3 6.10 Persiapan Kerangka Program ke
Depan ............................................................ 5F-4 TUGAS 5 : PERSIAPAN PROGRAM TAHUNAN
WAKTU : JULI - AGUSTUS TUGAS TUJUAN/PROSEDUR FORMULIR 5A EVALUASI DAN
PENYARINGAN PROYEK Proyek Pekerjaan Berat dievaluasi dengan cara membandingkan biaya perkilometer (jalan + jembatan) dengan manfaat per-kilometer, untuk mendapatkan ukuran manfaat proyek
dalam NPV/Km. Proyek-proyek tersebut kemudian disaring berdasarkan rekomendasi pekerjaannya,
dalam daftar P2 ('long list' Pekerjaan Berat) A1 5B KAJI ULANG DAN PERSIAPAN DAFTAR
PEMELIHARAAN Daftar pemeliharaan P1 merupakan pekerjaan kantor yang harus disusun pada bulan
Juni - Juli, berisikan semua ruas jalan yang ; Berkondisi baik/sedang berdasarkan daftar induk jaringan

jalan K1 sedang dalam pekerjaan peningkatan atau pemeliharaan pada tahun berjalan layak untuk
dipelihara, yang ditemukan pada saat survai S2 terakhir Daftar ini akan menjadi dasar bagi Survai
Penjajagan Kondisi Jalan (S1) pada bulan September - Oktober, yang hasilnya akan mengkaji-ulang dan
memperbaiki data di P1 dengan memasukkan usulan pekerjaan pemeliharaan untuk tahun program
mendatang. P1 5C PERSIAPAN DAFTAR PANJANG PEKERJAAN BERAT Semua studi perencanaan
berdasarkan proses analisa A1 harus didokumentasikan dalam daftar P2 yang juga berisi proyek-proyek
layak yang belum dilaksanakan ('luncuran') dari hasil studi tiga tahun terakhir. Proyek-proyek yang layak
(NPV>=0) disusun berurutan untuk menentukan prioritasnya. Proyek tidak layak (NV) atau tidak
dievaluasi (NE) tapi direkomendasikan untuk pekerjaan alternatif pemeliharaan (M) harus dimasukkan ke
dalam daftar P1. Proyek yang tidak dievaluasi karena masalah data memerlukan penanganan lebih lanjut.
P2 5D PENGKAJIAN KEBUTUHAN ANGGARAN DAN STRATEGI PEKERJAAN Perkiraan
kebutuhan dan keterbatasan dana setiap tahunnya, dibuat dengan menggunakan formulir P5. Ini akan
membantu kabupaten dalam menyusun strategi pendanaan untuk pekerjaan jalan secara lebih rasional. P5
5E PERSIAPAN DAFTAR PENDEK PEKERJAAAN BERAT Perkiraan kebutuhan dan keterbatasan
dana , harus dipertimbangkan di dalam pemilihan ruas -ruas untuk usulan pekerjaan berat dalam daftar
P3. Semua proyek yang tercantum dalam P3 harus layak secara ekonomi dari hasil studi perencanaan.
Proyek-proyek layak yang tidak tercantum pada P3 karena keterbatasan dana harus direkomendasikan
untuk pekerjaan 'penyangga' dan dimasukkan dalam daftar P4. P3 P4 5F KAJI ULANG PROGRAM
DAN DOKUMENTASI ANGGARAN Kaji ulang program secara menyeluruh termasuk
penyempurnaannya, harus dilakukan diantara waktu penyusunan program pendahuluan di bulan Agustus
dan saat pematangan program pada RAKON di bulan Desember. Kaji ulang mencakup penyaringan
lingkungan dan 'audit' studi perencanaan oleh staf tingkat pusat / propinsi, disamping juga beberapa
penyesuaian dan perubahan yang timbul dari ; kebijaksanaan pusat / propinsi, perubahan prioritas,
masalah elijibilitas disain, serta perhitungan kembali proyek luncuran. Daftar P3 yang telah diperbaiki
harus sudah dibuat pada bulan Agustus - September, sebagai dasar bagi usulan akhir dan
pendokumentasian anggaran (RD-1.JK). P3, RD-1.JK, HR KAJI ULANG DAN PEMUTAKHIRAN
DATABASE 1 SURVAI 2 ANALISA 3 KAJI ULANG & PERSIAPAN (P1) PEMELIHARAAN 5B
EVALUASI DAN PENYARINGAN PROYEK 5A PERSIAPAN DAFTAR PANJANG PEK. BERAT
(P2) 5C PENGKAJIAN KEBUTUHAN ANGGARAN DAN STRATEGI PEKERJAAN 5D
PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN 4 KAJI ULANG PROGRAM DAN DOKUMENTASI
ANGGARAN 5F PERSIAPAN DAFTAR PENDEK PEK. BERAT (P3/P4) 5E Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5A - 1 1 TUGAS 5A - EVALUASI DAN
PENYARINGAN PROYEK FORMULIR : A1 1.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Tujuan utama
dari tugas ini adalah untuk mengkaji ulang, menyelesaikan dan menggabungkan lembar data proyek A1,
termasuk penilaian status evaluasi dari setiap proyek, sebagai hasil perbandingan antara manfaat (tugas
3D atau 3E) dan biaya perencanaan (tugas kelompok 4). 2. Suatu proses penyaringan kemudian
dilaksanakan, lalu rekomendasi dibuat untuk proyek- proyek tersebut; apakah harus dipertimbangkan
untuk pemeliharaan (daftar P1), untuk pekerjaan berat (daftar P2/P3), untuk pekerjaan penyangga (daftar
P4), atau untuk pengkajian dan evaluasi lebih lanjut. 1.1.1 PROSEDUR a. Kaji ulang dan periksa setiap
lembar A1 untuk kesesuaian dan kekurangan pemasukan data, lalu perbaiki sesuai kebutuhan, misalnya :
Apakah penentuan ruas lengkap dan sama seperti yang ada pada K1; jika tidak, tegaskan bahwa data
survai yang baru adalah yang benar. Apakah ruas tersebut dibagi dalam proyek-proyek yang pantas/bisa
diterima; apakah jumlah panjang proyek sama dengan panjang ruas? Apakah Kelas Rencana Lalu Lintas
dimasukkan dengan benar? Apakah semua jembatan yang diperlukan sudah dipertimbangkan? Apakah

data lalu lintas dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan? Apakah sudah dipindahkan dari formulir
S5B dan A2 dengan benar? Apakah riwayat pekerjaan yang terakhir sudah dicatat dalam A1? apakah
sesuai dengan kondisi yang ada dan biaya yang diusulkan? Apakah informasi mengenai
kependudukan/kode akses/jalan baru sudah dimasukkan dan sesuai? b. Periksa bahwa perkiraan
manfaat/km proyek pada setiap lembar A1 telah dimasukkan dengan benar dari tabel manfaat lalu lintas
(tugas 3D), atau dari lembar A3 jika merupakan proyek kependudukan (tugas 3E). c. Periksa bahwa biaya
pekerjaan jalan dan jembatan pada setiap lembar A1 telah dimasukkan dengan benar dari matrik biaya
(tugas 4C), dan telah dijumlahkan serta dihitung rata-ratanya per km dengan benar pula. d. Periksa apakah
perhitungan NPV/KM sudah benar yakni dengan cara mengurangkan biaya/km dari manfaat/km. e. Kaji
kembali status evaluasi setiap proyek dan masukkan salah satu dari kode-kode di bawah ini dalam kotak
yang disediakan dalam lembar A1 : Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan
Program Tahunan 5A - 2 Kode Status Evaluasi NPV / Km *** Kelayakan tinggi > 20 Rp. juta **
Kelayakan sedang 10 20 Rp. juta * Kelayakan rendah 0 9 Rp. juta NV Belum Layak < 0 Rp. juta
(negatif) NE Tidak di Evaluasi Belum Tersedia f. Tambahkan kode Rekomendasi disamping kode
evaluasi, dengan menggunakan kode-kode sebagai berikut : R : Direkomendasikan / bila layak dan tidak
ada masalah lain (masukkan dalam daftar P2). NR : Tidak direkomendasikan untuk pekerjaan apa pun,
biasanya digabung dengan NV. M : Sesuai untuk pemeliharaan, biasanya digabung dengan NE atau
proyek layak untuk pemeliharaan berkala. (masukkan dalam daftar P1), H : Sesuai untuk pekerjaan
penyangga, biasanya digabung dengan NV (masukkan dalam daftar P4). LL : Masalah data lalu-lintas P :
Masalah data kependudukan D : Masalah disain/biaya I : Masalah penentuan proyek S : Masalah status
ruas SK : Memerlukan studi khusus Contoh : Proyek NPV/km Rekomendasi Kode Proyek 01 + 45 Rp.
juta Tidak ada masalah *** / R Proyek 02 + 7 Rp. juta Data lalu-lintas diragukan * / LL Proyek 03 - 10
Rp. juta Pekerjaan Penyangga NV / H g. Untuk keperluan kaji ulang A1 pada proyek `luncuran', gunakan
kode berikut ini; (lihat penjelasannya pada tugas 5C ) C : Proyek luncuran dengan prioritas tinggi X :
Proyek yang telah dilaksanakan atau catatan untuk A1 yang lama (bukan untuk pekerjaan berat tahun
berikutnya). h. Proyek-proyek dengan kode masalah ( LL / P / D / I / S / SK ) dapat disebut layak, namun
bila dimasukkan dalam program perlu persyaratan beberapa tindakan lanjutan atau audit. Jenis masalah
dan tindakan yang diusulkan harus dicatat pada bagian bawah lembar A1. i. Tanda tangani semua formulir
A1 di bagian bawahnya, lalu susun sesuai urutan nomor ruasnya, kemudian arsipkan (jika perlu kirimkan
copy-nya kepada instansi yang berwenang, untuk audit / kaji ulang). Perencanaan Umum Jalan Kabupaten
Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5B - 1 2 TUGAS 5B - KAJIULANG DAN PERSIAPAN
DAFTAR PEMELIHARAAN FORMULIR : P1 2.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Sebagai
tahap awal dalam mempersiapkan Program Pemeliharaan Tahunan, maka semua ruas jalan yang
berkondisi baik/sedang dan sesuai untuk pemeliharaan harus dimasukkan dalam daftar pemeliharaan P1.
2. Daftar P1 dimaksudkan untuk membuat jumlah suatu rangkuman pendahuluan dan kebutuhan
pemeliharaan secara umum sebagai dasar bagi penyusunan anggaran keseluruhan; sementara untuk
penyelesaian usulan program pemeliharaan ini, akan diperlukan survai pemeliharaan yang lebih rinci (ada
petunjuk teknis tersendiri). 3. Daftar P1 harus dipersiapkan setiap tahun dibagi dalam dua tahap : P1
pendahuluan dipersiapkan di kantor dalam bulan Juli - Agustus ; P1 akhir atau hasil kaji ulang terhadap
P1 pendahuluan dilakukan dalam bulan Nopember. 4. P1 akhir menjadi dasar untuk mempersiapkan P1
tahun berikutnya. Sekali sudah disusun dengan benar, maka P1 tidak perlu lagi ditulis ulang secara
keseluruhan setiap tahunnya; perbaikan ulang terhadap P1 tahunan dan pemutakhiran data berdasarkan
hasil kaji ulang terhadap P1 sebelumnya sudah cukup memadai. 5. Daftar P1 pendahuluan dapat disusun
secara manual atau langsung dari database komputer. Daftar ini mengklasifikasikan jalan sesuai dengan

jenis permukaan, tingkat lalu lintas serta tahun terakhir pelaksanaan pekerjaan berat dan pemeliharaan
berkala. 6. Dalam tahap kaji ulang, P1 versi pendahuluan diperbaiki dan kebutuhan pemeliharaan awal
ditentukan terutama atas hasil survai S1 pada bulan September - Oktober dan diikuti dengan survai
pemeliharaan yang lebih rinci (MS2). 2.2 PENYUSUNAN P1 PENDAHULUAN 1. Dalam daftar P1
harus dicantumkan semua jalan kabupaten yang diyakini mempunyai kondisi `baik/sedang', termasuk :
Ruas-ruas yang mendapatkan pekerjaan berat tahun yang sedang berjalan. Ruas-ruas yang mendapatkan
pekerjaan pemeliharaan tahun yang sedang berjalan. Setiap ruas lainnya yang dibangun pada satu dan
dua tahun yang lalu. Setiap ruas lainnya yang ditentukan untuk pemeliharaan dari hasil survai-survai S1
dan S2 yang baru saja dilaksanakan. Setiap ruas lainnya yang ditetapkan dalam kondisi `baik/sedang'
pada K1. 2. P1 harus disusun secara langsung dari database komputer ataupun secara manual dari sumbersumber yang ada di kantor. 3. Kolom-kolom 1-4 menunjukkan ruas jalan seperti yang ada dalam K1.
Kolomkolom 5-11 menunjukkan data segmen yang terdiri dari pal Kilometer, tipe, kondisi, dan lebar
perkerasan, serta Kelas Rencana Lalu Lintas yang didasarkan terutama atas informasi dari K1 dan K3.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5B - 2 4. Kolom
12 menunjukkan segmen yang berkaitan dengan kode-kode pemeliharaan M1 sampai M10. Kode-kode ini
sudah dimasukkan dalam matrik biaya (lihat tugas 4D) dan ditentukan oleh tipe permukaan, KRLL dan
umur jalan sejak pekerjaan berat terakhir (PK) atau pelapisan ulang (MP) seperti terlihat di bawah. 5.
Komputer akan menghasilkan P1 yang secara otomatis mencantumkan kode-kode tersebut, juga
menjumlahkan panjang dan biayanya menurut kelasnya. P1 yang disusun secara manual memungkinkan
setiap segmen dapat dicantumkan pada kolom dengan kode M yang sesuai,untuk membantu penghitungan
secara manual. Kode M Jenis Permukaan Kelas Rencana Lalu lintas Tahun sejak PK / PM (pelapisan
ulang) HANYA UNTUK PEMELIHARAAN RUTIN M1 M2 M3 M4 Aspal Aspal Kerikil Kerikil 1, 2, 3
*) 4 1 *) 2 < 4 < 4 < 4 < 4 JUGA UNTUK PEMELIHARAAN BERKALA M5 M6 M7 M8 M9 M10
Aspal Aspal Aspal Kerikil Kerikil Batu/Telford 1 2, 3 *) 4 1 2 1, 2, 3 > 3 > 3 > 3 > 3 > 3 > 3 *)
menunjukkan asumsi yang dapat dipakai bila data lalu lintas hilang. 6. Kolom 13 dari daftar P1
merupakan ringkasan riwayat pekerjaan dari K3 atau dari sumber- sumber lain, yang menunjukkan tahun
terakhir dilaksanakannya pekerjaan berat (PK) dan/atau pemeliharaan berkala (MP/pelapisan ulang). 7.
Pada akhir daftar P1, ada ringkasan yang menunjukkan : Baris A : Jumlah panjang segmen jalan dalam
kilometer menurut kode M- nya. Baris B : Pengeluaran rata-rata per km menurut kode M-nya untuk
pemeliharaan rutin berdasarkan matriks biaya perencanaan. Baris C : Jumlah seluruh pengeluaran yang
dibutuhkan untuk pemeliharaan rutin (AxB). Baris D : Panjang segmen jalan aspal dan kerikil yang
memerlukan pemeliharaan dengan asumsi rata-rata/seperlima jalan aspal dan sepertiga jalan kerikil
membutuhkan pemeliharaan berkala setiap tahunnya. Baris E : Biaya rata-rata pemeliharaan berkala per
kilometer dari matriks biaya. Baris F : Pengeluaran yang diperlukan untuk pemeliharaan berkala (DxE). 8.
Beberapa kotak yang terpisah juga merupakan ringkasan perkiraan biaya yang diperlukan untuk seluruh
pemeliharaan jalan dan jembatan. Hal ini hanya diperlukan untuk keperluan perhitungan biaya saja dan
akan dimodifikasi dalam tahap kaji ulang. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 Persiapan Program Tahunan 5B - 3 2.3 PROSEDUR KAJI ULANG PI 1. Hasil survai penjajagan kondisi
jalan (S1) pada bulan September - Oktober, akan digunakan untuk mengkaji ulang dan memperbaiki
daftar P1 (tugas 2A). 2. Kaji kembali hasil survai S1, bagilah ruas jalan ke dalam segmen-segmen yang
homogen untuk jenis permukaan, kondisi dan kerusakannya, bagi keperluan penilaian pemeliharaan.
Hindari membagi ruas dalam banyak segmen yang masingmasing panjangnya hanya beberapa ratus meter
saja; penentuan secara rata-rata mungkin diperlukan. 3. Masukkan pal km awal dan akhir segmen yang
telah diperbaiki ke dalam kolom 14/15 dari formulir P1 yang telah dikaji ulang, pastikan semua Pal Km

tersebut mencakup seluruh ruas jalan dan sesuai dengan panjang ruas jalan keseluruhan. Data-data
tersebut dapat saja berbeda dengan data yang sudah ada pada P1. Dalam format versi komputer yang telah
dikaji ulang akan disisakan ruangan yang cukup untuk memasukkan segmen-segmen secara manual (bila
diperlukan). 4. Penilaian kondisi permukaan secara umum yang sudah tertera dalam kolom 8/9 harus
ditegaskan atau diperbaiki. Perlu dicatat bahwa ini adalah penilaian umum mengenai kondisi yang
mencerminkan kekasaran permukaan jalan dan kenyamanan berkendaraan di atasnya. Biasanya hal ini
berhubungan dengan kerusakan lapisan permukaan, namun tidak boleh serupa. 5. Suatu penilaian
pemeliharaan secara umum untuk segmen-segmen jalan, dibuat dengan menjumlah dan menghitung ratarata kode tingkat kerusakan permukaan untuk setiap bagian 100 m dalam S1. Berhati-hatilah untuk tidak
berat sebelah dalam memberikan jawaban yang rancu terhadap wilayah-wilayah bila terlupa untuk
memasukkan kode yang mewakili untuk setiap 100m di wilayah tersebut. 6. Masukkan kode penilaian
pemeliharaan dari S1 ( 6 - 24 ) untuk setiap segmen yang telah ditentukan dalam kolom 16 format P1.
Angka-angka penilaian yang sama dari MS2 ( 6 - 24 ) nantinya harus dimasukkan ke dalam kolom 17 bila
survai MS2 juga telah dilaksanakan untuk segmen tersebut. 7. Buatlah rekomendasi pekerjaan untuk
setiap segmen dengan menggunakan kodekode berikut ini sebagai panduan (lihat tugas 2A untuk petunjuk
tambahan) : Klasifikasi Umum Kisaran S1 Kemungkinan Jenis Pekerjaan Kode Baik 6 - 10 Hanya
pemeliharaan rutin ringan MR Baik / sedang 6 - 10 Hanya pemeliharaan rutin sedang MR Sedang 11 - 16
Pemeliharaan rutin berat /pengaspalan untuk pencegahan MR /MS Sedang rusak 11 - 16 Perbaikan
pengaspalan berkala atau pelapisan ulang MP Rusak 16 - 23 Rehabilitasi atau pekerjaan penyangga RE/H
Rusak berat > 23 Rekonstruksi / dibangun kembali atau rehabilitasi berat PK Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5B - 4 8. Sebagai tambahan, beberapa
segmen dengan jelas memerlukan pekerjaan berkala lainya yang harus ditentukan seperti drainase atau
perbaikan jembatan. Beberapa segmen mungkin memerlukan gabungan yang tidak jelas antara pelapisan
permukaan dan pekerjaan lainnya. Perlu dicatat bahwa dalam pekerjaan berkala biasanya juga termasuk
ketentuan untuk pekerjaan rutin pada segmen yang sama. 9. Beberapa segmen kondisinya mungkin terlalu
jelek untuk dilakukan pemeliharaan secara konvensional, dan sebaiknya segera dicakup dalam prosedur
S2/A1 dan dievaluasi untuk kemungkinan mendapatkan pekerjaan berat. Pekerjaan penyangga yang
biasanya mencakup pekerjaan pengisian lubang-lubang yang cukup besar/banyak, untuk sementara
merupakan pilihan alternatif. 10. Segmen-segmen yang disarankan untuk pemeliharaan rutin saja hanya
akan menerima alokasi dana yang bersifat umum, dan mungkin belum dapat dilakukan survai khusus
(bukan MS2) lebih lanjut sampai pekerjaan pemeliharaannya sendiri siap dimulai. Namun demikian, ruasruas ini secara teratur harus sudah dalam pemeliharaan dan pemeriksaan. 11. Daftar P1 yang telah
dilengkapi dengan hasil survai S1 akan dijadikan sebagai usulan pekerjaan pemeliharaan yang akan
dimasukkan dalam daftar UR-1.JK untuk diajukan di dalam Rakorbang. 12. Ruas-ruas yang disarankan
untuk pemeliharaan berkala memerlukan survai MS2 untuk menentukan jenis kebutuhannya, jumlahnya
dan biayanya yang lebih rinci. 2.4 PENYELESAIAN P1 : 1. Panjang segmen yang akan dipelihara harus
dimasukkan ke dalam kolom 18 dalam km (ketelitian satu angka di belakang koma), dan harus cocok
dengan panjang segmen yang ditentukan dalam kolom 15-14 (km akhir - km awal). 2. Biasanya hanya
satu tipe pemeliharaan yang dipilih untuk setiap segmen; ini harus mencerminkan kebutuhan
pemeliharaan yang dominan untuk bagian ruas jalan tersebut (catat bahwa pemeliharaan periodik juga
mencakup biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan rutin). 3. Jika dipertimbangkan bahwa suatu
segmen memerlukan dua atau lebih tipe pemeliharaan yang dominan, maka terdapat dua pilihan yaitu :
Bagi segmen tersebut ke dalam dua atau lebih sub-segmen dengan menentukan km awal/akhir dikolom
14/15 dan kemudian tentukan pilihan tipe pemeliharaan untuk tiap segmen; atau Masukkan panjang km

yang terpisah untuk dua atau lebih pemilihan tipe pemeliharaan untuk segmen yang sama, pastikan bahwa
total panjang yang terpisah tadi cocok dengan total panjang segmen sebagaimana ditentukan pada kolom
15-14. 4. Panjang km hanya akan dimasukkan ke dalam kolom drainase, jika terdapat bagian jalan dimana
tipe pemeliharaan drainase merupakan pekerjaan yang dominan, dan tidak terdapat usulan pekerjaan tipe
pemeliharaan lainnya yang cukup berarti. 5. Jika pemeliharaan jembatan dibutuhkan, jangan memasukkan
panjang km kedalam kolom jembatan; tetapi masukkan jumlah panjang jembatan yang memerlukan
pemeliharaan berkala dalam `meter', atau bertanda `x' untuk menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan
perbaikan yang berarti namun belum diukur. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 Persiapan Program Tahunan 5B - 5 6. Pilihan tipe pemeliharaan berkala ` campuran' dapat dipilih jika
tidak terdapat suatu tipe pemeliharaan yang dominan. Sebagai contoh : suatu pekerjaan campuran yang
tidak pasti antara penambalan lubang dan bagian 'overlay' yang pendek dengan perbaikan gorong-gorong
dan bahu jalan. 7. Biaya/km dan total biaya yang telah diperhitungkan (misalnya dari MS2), dapat
dimasukkan ke dalam kolom 19/20 pada tahap perencanaan untuk tujuan perkiraan biaya. Jika tidak
terdapat dasar yang memadai (dari MS2 /lainnya) untuk perkiraan biaya pemeliharaan bagi segmen
tersebut, biarkan kolom 19 dan 20 kosong. Program komputer akan memberikan perkiraan biaya secara
umum untuk setiap tipe pekerjaan pemeliharan yang didasarkan atas : tipe permukaan, lebar jalan, tingkat
lalu-lintas, dan kabupatennya. Hal itu harus diperbaiki setelah dilakukannya MS2, dan kemudian DURP
akan dilengkapi berdasarkan pada pekerjaan sebenarnya yang diperlukan dan sudah diukur pada saat
penyusunan anggaran terakhir. 8. Pada segmen-segmen yang disarankan untuk pemeliharaan rutin,
alokasi dananya hanya ditentukan secara umum saja dan biasanya tidak akan dilakukan survai tertentu
sampai pekerjaan pemeliharaannya sendiri siap untuk dimulai. Bagaimanapun ruas-ruas ini harus sudah
dalam pengawasan dan pemeliharaan secara teratur. 9. Ruas-ruas yang disarankan untuk pemeliharaan
periodik memerlukan survai MS2 untuk menentukan pekerjaan yang dibutuhkan, volume serta biayanya
secara lebih rinci. 10. Bandingkan data K1 dan peta dengan data S1 untuk nomor ruas, nama ruas, titik
pengenal, panjang ruas, lebar perkerasan dan KRLL. Jika data K1 benar-benar dianggap salah, perbaiki
data tersebut secara manual pada P1 dan beri tanda pada kolom kebutuhan revisi K1 (21) untuk
mengingatkan bagian perencanaan supaya merubah database K1. 11. Periksa juga (dari K3 atau RD-1.JK)
apakah riwayat pekerjaan jalan sudah benar dan perbaiki kode M1-M10 pada kolom 12 jika perlu. 12.
Akhirnya masukkan data bulan dan tahun dari survai S1 yang baru dilengkapi pada kolom 22.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5B - 6
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5B - 7
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5C - 1 3 TUGAS
5C - PENYIAPAN DAFTAR PANJANG PEKERJAAN BERAT (PENYARINGAN PROYEK HASIL
EVALUASI ) FORMULIR : P2 3.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Semua proyek yang menjadi
sasaran studi perencanaan yang didasarkan pada formulir analisa A1, harus dimasukkan dalam daftar
panjang P2. 2. Proyek-proyek ini akan disusun dalam dua kelompok, yaitu : proyek hasil studi baru dari
studi perencanaan tahun terakhir dan proyek luncuran dari studi-studi sejak tiga tahun lalu yang belum
dilaksanakan. Kedua kelompok tersebut disusun secara terpisah dan diurutkan berdasarkan NPV/KM. 3.
Proyek yang kelayakannya negatif atau tidak dievaluasi (NE) juga dikelompokkan secara terpisah. Proyek
pemeliharaan periodik hasil evaluasi , juga dikelompokkan secara terpisah. 4. Daftar P2 disiapkan dalam
bulan Juli - Agustus segera setelah tahap analisa selesai. Daftar P2 tersebut dapat dirubah/diperbaiki
berdasarkan hasil dari studi-studi lanjutan yang dilakukan kemudian. 5. Daftar P2 dapat dibuat secara
manual maupun dari database komputer, keduanya hanya mempunyai perbedaan kecil saja dalam
formatnya. Semua kolom diisi secara langsung dari lembar analisa A1. 3.2 PENYUSUNAN P2 3.2.1

PROSEDUR UMUM a. Kumpulkan lembar-lembar A1 dalam dua kelompok : Proyek-proyek luncuran


dari studi-studi sejak tiga tahun yang lalu namun belum dilaksanakan (tidak termasuk proyek-proyek
dalam program kerja tahun ini). Proyek-proyek dari studi perencanaan yang baru saja diselesaikan. b.
Pindahkan data dari lembar A1 ke kolom P2 sebagai berikut : Kolom 1 - 4 : menunjukkan ruas. Kolom 5
- 13 : menunjukkan karakteristik segmen proyek yang telah ditentukan. Kolom 14 - 26 : menunjukkan
jenis serta biaya pekerjaan jalan dan jembatan yang diusulkan. Kolom 27 - 31 : memberikan hasil studi
dan rekomendasi termasuk peringkatnya. Kolom 32 - 34 : menunjukkan kemungkinan
pekerjaan alternatif bila pekerjaan berat tidak dilaksanakan. Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5C - 2 c. Untuk
penyusunan daftar P2 secara manual, maka kelompok proyek luncuran harus
disusun pada lembar P2 yang terpisah untuk kelompok proyek yang baru. Setiap
proyek dimasukkan kedalam daftar dengan nomor ruas/proyek yang berurutan.
Biaya dan manfaat untuk proyek luncuran harus merupakan biaya dan manfaat
yang digunakan dalam studi aslinya dengan nomor tahun proyek yang sama. d.
Dalam P2 hasil komputer, proyek-proyek disusun secara otomatis berdasarkan
peringkat NPV/Km dan dikelompokkan dalam empat bagian : A = Proyek-proyek
Luncuran B = Proyek-proyek studi baru : layak C = Proyek-proyek studi baru lainnya
: belum layak atau tidak dievaluasi (tidak termasuk proyek-proyek pemeliharaan) D
= Proyek-proyek pemeliharaan termasuk proyek pemeliharaan berkala (MP) yang
dievaluasi, dan proyek pemeliharaan rutin (MR) e. Dalam P2 hasil komputer, proyek
`luncuran' secara otomatis diperbaharui ke dalam tingkat harga tahun yang sedang
berjalan dengan perhitungan kembali secara otomatis juga terhadap NPV/Km-nya.
3.2.2 PROYEK LUNCURAN DAN KONSTRUKSI `BERTAHAP' PROYEK LUNCURAN a.
Beberapa proyek `luncuran' sebagian mungkin telah dilaksanakan. Ini harus
dipisahkan ke dalam bagian `yang telah dilaksanakan' dan bagian `luncuran'. b. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan nomor proyek, panjang dan
biayanya pada copy dari lembar A1 asli, namun dengan menggunakan tingkat biaya
dan manfaat per kilometer yang asli. c. Pastikan bahwa pekerjaan jembatan
ditentukan dalam bagian proyek yang benar, dan bahwa biaya dan NPV/Km-nya
dihitung kembali dengan benar. d. Data proyek pada A1 yang lama dan bagian yang
telah dilaksanakan supaya diberi kode `X' dalam database dan tidak perlu muncul
lagi dalam daftar P2 (disimpan hanya untuk keperluan dokumentasi). e. Bagian
proyek luncuran baru yang telah `dipisahkan' akan munc
pada P2 dan diberi kode `R' (direkomendasikan) atau `C' (proyek luncuran prioritas) bila merupakan
prioritas tinggi untuk diselesaikan. PROYEK KONSTRUKSI BERTAHAP a. Struktur perkerasan dari
sejumlah proyek yang pada tahun-tahun awal studi perencanaan dinyatakan layak, pada prakteknya
kadang-kadang dibangun secara `bertahap' dalam 2 tahun atau lebih. Misalnya, LPB (sub-base) dan/atau
LPA (base course) dihamparkan, dipadatkan dan dibiarkan selama satu tahun, lalu
lapisan permukaannya dihamparkan pada tahun berikutnya. b. Meskipun hal ini
pada umumnya tidak direkomendasikan, namun kadang-kadang terpaksa dilakukan
karena adanya keterbatasan dana yang tidak dapat dihindari, atau dalam beberapa
kasus juga karena alasan teknis ;misalnya karena diinginkan agar Lapisan Pondasi
Atas (LPA) benar-benar mantap dan menjadi cukup kepadatannya sebelum

dilakukan pengaspalan. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 Persiapan Program Tahunan 5C - 3 c. Dalam proyek `konstruksi bertahap' ini,
penting untuk diperhatikan bahwa `tahap' kedua akan muncul dalam P2 sebagai
proyek `luncuran' yang mendapatkan prioritas tinggi dengan perkiraan biaya dan
manfaat yang benar. d. Prosedur yang telah disederhanakan untuk menyiapkan
data baru bagi proyek `luncuran' bertahap adalah sebagai berikut : Perbaiki proyek
`luncuran bertahap' dengan kode tahun studi yang sedang berjalan. Hitung kembali
manfaat asli dengan menggunakan tabel manfaat yang baru (tahun ini), namun
berdasarkan pada lalu-lintas/kondisi jalan atau data kependudukan / hambatan
akses yang sama. Kurangi nilai manfaat hasil perhitungan ulang dengan biaya
sebenarnya dari tahap pertama konstruksi tahun ini, untuk menghasilkan nilai
manfaat baru yang telah diperbaiki. Ganti tipe/kondisi lapisan permukaan yang ada
untuk menggambarkan kondisi `antara' setelah pelaksanaan konstruksi tahap
pertama (misalnya kerikil rusak atau tanah rusak). Perkirakan biaya yang sekarang
diperlukan untuk menyelesaikan jalan tersebut dari matrik biaya tahun ini (atau
gunakan biaya disain yang sebenarnya bila ada) dan masukkan data biaya yang
baru ke dalam A1. Hitung kembali secara manual NPV/km yang telah diperbaiki ke
dalam A1. Sesuaikan rekomendasi proyek dengan memberikan kode `C', yakni
proyek luncuran yang harus mendapatkan prioritas tinggi untuk diselesaikan.
Contoh : Uraian Manfaat (Juta /km) Biaya (Juta /km) NPV (Juta /km) Data asli (awal)
120 100 20 Biaya pelaksanaan tahap pertama 60 Manfaat dari Tabel Penuntun tahun ini 128 Manfaat
hasil penghitungan kembali 128 - 60 = 68 Tambahan biaya yang kini diperlukan untuk menyelesaikan
proyek (dari perkiraan disain / tabel matrik biaya tahun ini) 50 NPV baru (yang telah diperbaiki) 68 - 50
= 18 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5D - 1 4
TUGAS 5D - KAJI ULANG KEBUTUHAN ANGGARAN DAN STRATEGI PEKERJAAN
FORMULIR : P5 4.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Prosedur perencanaan ini berlaku bagi
semua jenis pekerjaan yang dilaksanakan dan semua dana yang tersedia untuk jalan kabupaten.
Kabupaten perlu untuk secara teratur membuat suatu penaksiran terhadap pekerjaan-pekerjaan dan
kebutuhan anggaran, serta bagaimana cara mengalokasikan dananya di antara kategori-kategori pekerjaan
jalan seperti pemeliharaan, pekerjaan berat dan lain sebagainya. 2. Formulir P5 digunakan untuk
membantu kabupaten merumuskan strategi penggunaan dana untuk pekerjaan jalan yang masuk akal,
serta menyiapkan informasi yang diperlukan. 3. Strategi umum yang disarankan adalah sebagai berikut :
Beri prioritas pertama pada semua pekerjaan pemeliharaan yang telah ditentukan (P1). Alokasikan sisa
dananya pada pekerjaan jalan yang layak dengan prioritas pertama pada jalan yang dapat dilewati
kendaraan bermotor dan prioritas terendah pada jalan `baru'. Sisakan cadangan dana untuk pekerjaan
penyangga/darurat. 4. Perlu dicatat bahwa formulir P5 ini dapat diisi secara manual; namun akan
disediakan pula dalam bentuk lembar kerja Komputer yang sederhana untuk memudahkan percobaan
penggunaan asumsi-asumsi. 4.2 PENYELESAIAN P5 4.2.1 KERANGKA BAGIAN FORMULIR a.
Formulir P5 terdiri dari tiga bagian utama, yaitu : Baris A F : rangkuman data untuk tahun program
yang sedang berjalan. Baris G M : rangkuman asumsi-asumsi untuk tahun program berikutnya. Kotak
di bagian bawah formulir : rangkuman aspek-aspek khusus mengenai wilayah kabupaten, jumlah dan
kepadatan penduduk, panjang dan kepadatan jaringan jalan serta kondisinya,dan asumsi pokok yang di
terapkan. b. Bagian pertama : Baris A : Masukkan jumlah dana yang tersedia Inpres Dati II, BPJK/IPJK
dan sumber-sumber lainnya termasuk Bantuan Luar Negeri (BLN) pada tahun yang sedang berjalan.

Baris B : Tentukan berapa banyak dari dana tersebut yang telah dialokasikan untuk pekerjaan jalan dan
jembatan kabupaten dalam tahun yang sedang berjalan; tidak termasuk penggunaan dana untuk pasar,
irigasi dan infrastruktur lainnya. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan
Program Tahunan 5D - 2 Baris - C/D/E : Tentukan jumlah kilometer, biaya rata-rata per kilometer dan
alokasi dana dari setiap sumber termasuk BLN dalam tahun program yang sedang berjalan, untuk
pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan pekerjaan berat. Baris - F : Tentukan alokasi dana tahun ini
untuk `biaya umum' yang dikaitkan dengan program jalan, termasuk pemeliharaan untuk alat-alat berat
dan bengkel (workshop). Jelaskan jumlah dana ini sebagai bagian dari jumlah keseluruhan penggunaan
dana untuk pekerjaan jalan. c. Bagian kedua : Baris - G/H : Tentukan asumsi kenaikan dana yang tersedia
untuk pembangunan jalan tahun berikutnya dalam persen; asumsikan ini sebesar 10% (x 1.1) dalam
ketiadaan informasi lainnya. Hitung jumlah dana yang diasumsikan akan tersedia dengan mengalikan
angka-angka di deret B dengan faktor inflasi di deret G. Sebutkan juga perkiraan tingkat kenaikan harga
(misalnya, x 1.1). Baris I : Hitung `biaya umum' yang diperlukan dengan menerapkan persentase yang
sama seperti yang dibuat dalam deret G untuk tahun yang sedang berjalan. Baris J : Perkirakan dari P1
terakhir, jumlah kebutuhan untuk pemeliharaan rutin dalam kilometer, jumlah biaya dan biaya rata-rata
km; biasanya ini harus 100% dari jalan-jalan aspal dan kerikil yang berkondisi baik/sedang. Baris K :
Perkirakan dari P1 terakhir, jumlah kebutuhan untuk pemeliharan berkala dalam kilometer, jumlah biaya
dan biaya rata- rata/km; panjang jalan yang memerlukan pemeliharaan berkala dapat diasumsikan sebagai
25% dari panjang jalan untuk pemeliharaan rutin. Baris L : Sisihkan sebagian dari jumlah seluruh dana
untuk pekerjaan penyangga/ darurat, dalam deret H (coba antara 0 - 15%); perkirakan jumlah
kilometernya yang dapat dilakukan dengan membagi biaya total dengan biaya pekerjaan penyangga Km
yang mewakili (yang tidak akan lebih besar dari 10% biaya pekerjaan berat/Km di P2, atau kurang lebih
dua kali biaya pemeliharaan rutin per kilometer). Baris M : Perkirakan jumlah dana yang tersisa untuk
pekerjaan berat (dan pekerjaan penyangga) dengan mengurangkan biaya total dalam baris (I + J + K + L)
dari seluruh biaya jalan kabupaten dalam kolom (H). Masukkan biaya rata-rata/Km untuk pekerjaan berat
dari P2. Perkirakan jumlah kilometer pekerjaan berat yang akan dibiayai, dengan membagi seluruh biaya
untuk pekerjaan berat dengan biaya pekerjaan berat rata-rata/Km. d. Bagian ketiga : Masukkan data-data
khusus mengenai karakteristik kabupaten dan jaringan jalan dari formulir K13 dan ringkasan K1 ke dalam
kotak-kotak di bagian bawah formulir. e. Bila jumlah kilometer dalam baris M kurang dari 10% panjang
kilometer jalan rusak/rusak berat pada K1 atau kurang dari 20% jalan yang berkondisi rusak/rusak berat
yang tidak termasuk jalan tanah, maka penambahan dana untuk jalan-jalan kabupaten dapat dibenarkan.
Hitung kembali dalam formulir dengan menggunakan faktor-faktor yang lebih tinggi dalam kolom G,
sedemikian rupa sehingga dapat mencapai kondisi- kondisi ini. f. Pada P5 versi komputer, data yang perlu
dimasukkan adalah hanya untuk : Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan
Program Tahunan 5D - 3 baris A - F (program sebenarnya tahun ini) data dari K1 mengenai panjang
jaringan jalan menurut tipe permukaannya (bawah kanan) asumsi faktor inflasi (kotak deret G) asumsi
kunci mengenai % alokasi untuk biaya umum dan pekerjaan penyangga serta % target kebutuhan
pemeliharaan yang harus di capai (bawah kiri) g. Hal-hal lainnya akan dihitung kemudian secara
otomatis. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5D - 4
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5E - 1 5 TUGAS
5E - PERSIAPAN DAFTAR PENDEK PEKERJAAN BERAT FORMULIR : P3 , P4 5.1 RUANG
LINGKUP DAN TUJUAN 1. Daftar pendek usulan pekerjaan berat yang dikenal dengan P3 berisikan
proyekproyek yang dipilih dari daftar panjang P2, dengan jumlah yang dibatasi sesuai dengan batas
kumulatif anggaran yang tersedia dan ditentukan dalam tugas 5D. 2. Hanya proyek-proyek yang telah

distudi dan dinyatakan layak secara ekonomi saja yang dapat dimasukkan dalam daftar ini. 3. Proyek
harus dipilih hanya atas dasar prioritas ekonomis yang ditunjukkan oleh hasil studi perencanaan. Dalam
hal ini masalah-masalah daerah perlu juga diperhitungkan, termasuk rencana pengembangan kabupaten
dan fungsi jalan. 4. P3 pendahuluan harus disiapkan segera setelah P2 selesai dalam bulan Juli - Agustus
untuk dijadikan sebagai usulan pekerjaan berat dalam UR-1.JK yang akan diajukan dalam
RAKORBANG. 5. P3 versi komputer disusun secara otomatis berdasarkan nomor urutan prioritas yang
diberikan pada P2 sampai batas anggaran yang ditentukan (sementara) atau batas panjang Km tertentu.
Formulir P3 ini dapat juga disusun secara manual. 6. Proyek-proyek yang tidak dapat dimasukkan ke
dalam P3 karena tidak tersedia cukup dana atau saat ini belum layak untuk pekerjaan berat, harus
dimasukkan ke dalam daftar pendek untuk usulan pekerjaan penyangga (P4). 7. Jadi semua jalan dalam
jaringan jalan kabupaten yang dapat dilalui kendaraan roda- 4 harus dimasukkan kedalam salah satu dari
tiga daftar berikut : P1 untuk pekerjaan pemeliharaan, P3 untuk pekerjaan berat atau P4 untuk pekerjaan
penyangga. 8. Jalan-jalan yang tanpa usulan penanganan, hanyalah jalan tanah yang tidak dapat dilewati
kendaraan bermotor dan jalan setapak yang belum pernah dipilih sebagai prioritas untuk peningkatan,
berdasarkan studi-studi perencanaan. 5.2 KRITERIA PEMILIHAN UNTUK P3 1. Proyek-proyek yang
diusulkan untuk pekerjaan berat pada P3 hanya dapat dipilih dari kelompok proyek yang layak pada
bagian A dan B daftar panjang P2. Proyekproyek yang belum layak (NV) atau tidak dievaluasi (NE) tidak
boleh dipilih. 2. Kolom 29 dalam P2 harus digunakan untuk membuat peringkat prioritas, dengan
memberi urutan nomor mulai dari 1 sebagai prioritas tertinggi. P3 hasil komputer akan menggunakan
urutan nomor ini untuk menyusun P3 secara otomatis sampai ke batas kilometer tertentu ataupun batas
dana tertentu. P3 secara manual harus menggunakan urutan nomor-nomor di P2 untuk mendaftar proyek
pada P3 dalam urutan yang diperlukan. 3. Kriteria pokok yang dipakai untuk pemilihan prioritas adalah
NPV/KM, dengan memberikan prioritas pertama pada proyek yang NPV/Km-nya tertinggi. Dalam P2
hasil komputer terdaftar proyek-proyek dalam urutan NPV/Km untuk memudahkan pemilihannya.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5E - 2 4. Kode
evaluasi proyek juga diberikan pada proyek-proyek dengan tanda kisaran NPV/Km (***/**/*) untuk
petunjuk pemilihannya. Petunjuk umum untuk pemilihan adalah sebagai berikut : Berikan prioritas pada
kelompok proyek-proyek yang mempunyai kelayakan tinggi (***) Berikan prioritas terendah kepada
kelompok proyek-proyek berkelayakan rendah (*) : Kelompok ini akan beresiko, jika biaya disainnya
membesar dibandingkan dengan biaya perencanaan. (lihat tahap kaji ulang, tugas 5F). Hindari proyekproyek dengan kode masalah data (misalnya LL,P), terutama yang kemungkinan tindakan lanjutannya
akan menunjukkan proyek menjadi tidak layak. Berikan prioritas kepada proyek-proyek luncuran,
terutama penyelesaian proyek yang pelaksanaannya dipisah (split) atau proyek yang pelaksanaannya
secara bertahap. Penyelesaian proyek-proyek sampai pada panjang yang telah direncanakan semula atau
sesuai rencana disain awal, akan sangat penting untuk memberikan manfaat secara penuh atas
investasinya. Proyek ini harus diberi kode `C' dalam kolom rekomendasi P2. Hindari proyek yang sangat
panjang (umumnya proyek yang panjangnya lebih dari 15 Km harus sudah dihindari pada tahap
penentuan proyek. Berikan prioritas pada ruas-ruas `jaringan jalan strategis' yang telah ditentukan.
Berikan prioritas pada proyek-proyek yang memenuhi sasaran pembangunan kabupaten dan propinsi
(namun proyek-proyek tersebut harus tetap distudi dan hasilnya layak berdasarkan prosedur standar). 5.3
PENYUSUNAN P3 1. Daftar proyek yang telah dipilih ke dalam P3 disusun dengan urutan prioritas
secara menurun dan menunjukkan biaya secara kumulatif di dalam kolom 17. Sebagian besar kolomkolom dalam P3 secara langsung sesuai dengan P2. Kolom 1 - 4 : menunjukkan ruas Kolom 5 - 8 :
menunjukkan panjang dan lokasi proyek Kolom 9 -17 : menunjukkan karakteristik proyek dan biaya-

biaya untuk jalan dan jembatan secara terpisah Kolom 18 : menunjukkan NPV/KM Kolom 19 :
menunjukkan nomor urutan prioritas kabupaten Kolom 20 : menetapkan sumber dana (misalnya IBRD)
bila diketahui Kolom 21 : memberikan status penilaian lingkungan proyek (bila sudah diketahui) Kolom
22 : ruangan untuk catatan, termasuk misalnya kode masalah data, hasil temuan audit dan lain sebagainya.
2. Informasi lebih lanjut tentang cara mengisi kolom 20-22 diberikan dalam tugas 5F. Perencanaan Umum
Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5E - 3 Perencanaan Umum Jalan
Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5E - 4 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten
Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan 5E - 5 5.4 PENYUSUNAN P4 1. Susunlah pada
formulir P4 proyek-proyek yang diusulkan untuk `pekerjaan penyangga', yang mencakup semua proyek
jalan rusak/rusak berat dalam jaringan yang (paling tidak) dapat dilewati lalu lintas kendaraan roda empat.
2. Proyek-proyek tersebut merupakan proyek yang tidak dapat dimasukkan ke dalam P3, karena
terbatasnya dana atau karena belum layak untuk pekerjaan berat. 3. Proyek-proyek tersebut harus sudah
diberi tanda sebagai calon untuk pekerjaan penyangga dalam kolom pekerjaan alternatif di P2, sementara
datanya dapat diambil langsung dari P2 termasuk alokasi dananya. 4. Biaya kumulatif semua usulan harus
dihitung dalam kolom 15, sementara rincian usulan pekerjaan darurat dan non- standar (bila diketahui)
harus dimasukkan dalam kolom catatan. 5. Bila jalan tersebut sesuai untuk pemeliharaan, maka harus
dimasukkan ke dalam P1. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program
Tahunan 5E - 6 Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Penaksiran Biaya 5F - 1 6
TUGAS 5F - KAJI ULANG PROGRAM DAN DOKUMENTASI ANGGARAN FORMULIR : P3 DAN
RD-1.JK 6.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Kaji ulang program dan perbaikannya dilakukan
dalam beberapa tahap, antara waktu merumuskan program pendahuluan dalam bulan Juli - Agustus dan
penyelesaiannya pada RAKON dalam bulan Desember tahun yang sama. 2. Sebagian besar dari kegiatan
kaji ulang ini masih dilaksanakan oleh instansi di tingkat propinsi ataupun pusat, atau oleh konsultan yang
membantu instansi tersebut, namun kabupaten perlu menyadari akan ruang lingkup dan tujuan dari
kegiatankegiatan ini. 3. Kegiatan utama untuk pekerjaan berat mencakup : Penyaringan lingkungan
(Tugas 3G) Audit studi perencanaan dan tindak lanjutnya Penyesuaian untuk memenuhi kriteria
nasional/propinsi. Kaji ulang prioritas kabupaten Penyesuaian terhadap alokasi dana Kaji ulang
elijibilitas disain dan pasca disain Penyediaan untuk proyek-proyek luncuran yang dianggarkan kembali
Proses persetujuan teknis dan anggaran. Persiapan kerangka program ke depan 4. Daftar pendek P3 yang
telah diperbaiki perlu dibuat dalam bulan Agustus - September yang mendokumentasi perubahanperubahan yang timbul dari kegiatankegiatan (1) s/d (5). 5. Dokumen anggaran yang telah selesai (RD1.JK) yang telah disetujui dalam RAKON, harus menunjukkan biaya DURP disain (bukan biaya tahap
perencanaan) dan perubahan- perubahan yang timbul dari kegiatan-kegiatan (5) s/d (7). 6.2
PENYARINGAN LINGKUNGAN 1. Sebagaimana dijelaskan pada tugas 3G, pemerintah Indonesia telah
menetapkan perlunya dilakukan penilaian lingkungan terhadap seluruh proyek jalan kabupaten. 2. Proses
penilaian lingkungan untuk proyek jalan di dalam wilayah kabupaten harus dilakukan oleh kabupaten
mengikuti prosedur yang telah dijelaskan pada tugas 3G (jika proyek jalan mencakup dua wilayah
kabupaten maka pihak Bapedal Propinsi harus dilibatkan). 3. Kabupaten bertanggung jawab untuk
mengesahkan informasi yang dipakai sebagai dasar dalam penyaringan, dan untuk mengambil tindakan
atas dasar rekomendasi lingkungan tersebut. 4. Beberapa proyek mungkin harus ditangguhkan sebagai
hasil dari dilakukannya penyaringan, sampai studi lingkungan yang lebih terinci selesai dilaksanakan.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Penaksiran Biaya 5F - 2 6.3 PEMERIKSAAN
STUDI PERENCANAAN 1. Audit atau pemeriksaan terhadap beberapa sampel proyek yang
dilaksanakan oleh instansi di luar kabupaten (pusat, propinsi atau konsultan) telah dilembagakan di dalam

program Pinjaman / Hibah Luar Negeri (PHLN) antara lain IBRD dan telah diberlakukan untuk seluruh
program jalan kabupaten berdasarkan sampel. 2. Kegunaannya adalah untuk memeriksa ketepatan dan
keabsahan data hasil studi perencanaan, sebagai dasar untuk pelaksanaan pemantauan dan sebagai umpan
balik pada proses perencanaan. 3. Kabupaten akan diberitahu mengenai hasilnya bila audit telah selesai
dilaksanakan, termasuk setiap tindak lanjut yang diperlukan. Sebagai hasilnya beberapa proyek yang
diusulkan mungkin harus ditentukan kembali atau dikeluarkan dari program. 6.4 PENYESUAIAN
UNTUK MEMENUHI KRITERIA NASIONAL/PROPINSI 1. Usulan program kabupaten kemudian
disaring oleh instansi tingkat propinsi (terutama Bappeda Propinsi) dalam RAKORBANG tingkat
propinsi pada bulan September - Oktober, dan oleh instansi tingkat pusat pada RAKONAS di bulan
Desember untuk memeriksa kesesuaiannya dengan perencanaan yang lebih luas dan tujuan-tujuan
pengembangan di tingkat Nasional/Propinsi. 2. Hal ini akan mengarah kepada peninjauan kembali
prioritasnya. 6.5 KAJI ULANG PRIORITAS KABUPATEN 1. Perubahan dalam prioritas kabupaten
sendiri, dapat terjadi selama lima sampai enam bulan antara usulan program awal dan akhir. 2.
Sebenarnya hal ini harus dibuat sesingkat mungkin, agar kegiatan persiapan lainnya dapat diselesaikan
pada waktunya. Namun beberapa perubahan memang tidak dapat dihindarkan; misalnya bila suatu jalan
penting ternyata diketahui kerusakannya lebih cepat daripada yang diperkirakan. 6.6 PENYESUAIAN
PADA ALOKASI DANA 1. Besarnya dana secara keseluruhan tidak dapat ditentukan sampai bulan
Nopember, dan alokasinya per kabupaten diumumkan pada bulan Desember. 2. Bila alokasinya lebih
tinggi atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, maka programnya perlu disesuaikan. Dalam hal ini
kabupaten harus selalu mempunyai cadangan proyek yang telah direncanakan dan didisain untuk
menampung perubahan-perubahan tersebut. 6.7 KAJI ULANG ELIJIBILITAS DISAIN DAN PASCA
DISAIN 1. Kabupaten harus memulai survai disain terhadap semua proyek yang ada di dalam P3 pada
bulan September - Oktober, (dengan / tanpa bantuan dari instansi Propinsi atau Konsultan). Disainnya
harus sudah selesai untuk dikaji-ulang dan disusun dalam bentuk DURP paling lambat pada bulan
Desember. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Penaksiran Biaya 5F - 3 2. Instansiinstansi di luar kabupaten (propinsi atau konsultan) harus melakukan kaji ulang pasca disain; memeriksa
kesesuaian antara usulan disain dengan standar disain dan dengan usulan perencanaan yang asli. 3.
Kelayakan proyek diperiksa kembali dengan mempertimbangkan biaya hasil disain terhadap biaya
perencanaan yang asli. Pada tahap ini beberapa proyek mungkin harus diperbaiki atau ditolak. Formulir
PE1 dapat di gunakan untuk proses kaji ulang `elijibilitas' ini. 4. Dokumen anggaran (RD-1.JK) dapat
diberi kode untuk menunjukkan status elijibilitas setiap proyek atas dasar kriteria engineering dan
perencanaan. Kode yang digunakan adalah : 1 : Elijibel 0 : Tidak elijibel 9 : Tidak jelas atau menanti
keputusan. 5. Kode-kode masalah perencanaan dapat pula digunakan untuk menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara perencanaan dan disain sebagai berikut : 2 : Ketidak-sesuaian dalam panjang 3 : Ketidaksesuaian dalam jenis permukaan 4 : Ketidak-sesuaian dalam lebar 5 : Ketidak-sesuaian dalam biaya
jembatan 6 : Ketidak-sesuaian dalam biaya jalan 7 : Masalah lain 8 : Masalah lingkungan 6. Bila kode
ketidak-sesuaian ini digabungkan dengan kode '1' (elijibel), hal ini hanya sebagai catatan saja untuk
keperluan pemantauan dan dokumentasi. 6.8 PROYEK-PROYEK YANG DIANGGARKAN KEMBALI
1. Suatu kaji ulang terhadap kemajuan kerja dari proyek yang sedang berjalan dalam kwartal terakhir
tahun anggaran, dapat mengungkapkan bahwa beberapa proyek tidak akan selesai pada akhir Desember.
2. Proyek-proyek ini perlu dianggarkan kembali untuk penyelesaiannya dalam program tahun yang akan
datang (`luncuran'). Proyek-proyek tersebut harus mendapatkan prioritas yang tinggi dalam pengalokasian
dana kabupaten, sebelum proyek perkerjaan berat yang baru dimulai, dan karenanya, proyek yang baru ini
harus dipotong. 6.9 PROSES PERSETUJUAN TEKNIS DAN ANGGARAN 1. Rincian persetujuan

teknis harus ditangani selama tahap kaji ulang elijibilitas dalam bulan Nopember - Desember. 2. Usulan
yang sudah elijibel disusun oleh kabupaten dalam format standar di dalam dokumen RD-1.JK bersamasama dengan kode elijibilitas. RAKON, dengan demikian harus dibatasi pada proses formal mengenai
persetujuan anggaran. Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Penaksiran Biaya 5F - 4
3. Format RD-1.JK mempunyai kolom- kolom yang hampir sama dengan yang ada pada P3 sebagai
berikut: Kolom 1 : Kode Proyek Kolom 2 - 6 : Menunjukkan ruas Kolom 7 - 9 : Menunjukkan proyek
dalam panjang dan pal km Kolom 10 - 17 : Menunjukkan karakteristik proyek dan biayanya Kolom 18 24 : Menunjukkan sumber pembiayaan Kolom 25 : Muncul tidaknya proyek dalam UR-1.JK Kolom 26 :
Status evaluasi perencanaan Kolom 27 : Biaya/Km Kolom 28 : Kode elijibilitas perencanaan Kolom
29 : Keterangan 6.10 PERSIAPAN KERANGKA PROGRAM KE DEPAN 1. Prosedur perencanaan
dititikberatkan pada persiapan dari program tahunan untuk satu tahun mendatang saja. Kerangka usulan
menurut kategori umum pekerjaan seharusnya juga disiapkan untuk dua tahun berikutnya, segera setelah
usulan pendahuluan untuk tahun mendatang diselesaikan. 2. Hal ini harus dimulai oleh Tim Perencana
pada waktu kaji ulang dari prioritas kabupaten dan diselesaikan pada waktu program tahun berikutnya
sudah `dipastikan'. Gunakan kolom catatan pada laporan P2 untuk melaksanakan kegiatan ini, yang
menentukan jenis pekerjaan (MR, MP, PK, H) yang tampaknya diperlukan dalam dua tahun berikutnya
pada masing-masing proyek. 3. Kriteria penentuannya terutama ditetapkan menurut jenis pekerjaan yang
dijadwalkan untuk program tahun berikutnya. MR : untuk tahun-tahun setelah PK dan MP MP : untuk 36 tahun setelah PK PK : untuk proyek layak yang ditangguhkan H : untuk proyek yang sudah ada lalu
lintasnya tetapi belum layak untuk pekerjaan berat atau proyek yang mengalami penangguhan lagi.
Perencanaan Umum Jalan Kabupaten Modul 6 : Tugas 5 - Penaksiran Biaya 5F - 5 KABUPATEN TITIK
PENGENAL PERMUKAAN. JALAN T I P E K O N D I S I ODOM F.P.O. LEB. PERK. (M) TIPE
PEKERJAAN JALAN: PK MP CBR NO. DES BIAYA SEGMEN (Rp.Jt) LOKASI JENIS JENIS PANJ
LEB BIAYA KM PKJN JBT (M) (M) Rp.Jt/m Rp. Juta Rp. Jt./Km MANFAAT (Rp. Jt./Km) N.P.V (Rp.
Jt./Km) STATUS EVALUASI PROYEK/REKOMENDASI TOTAL PANJANG JUMLAH JEMBATAN
(M) JEMBATAN 1 2 3 4 5 6 1-6 7 8 9 10 11 13 14 15 - - - YA TDK C A T A T A N: YA TDK A2 A3
YANG ADA HAL. A1 PAL KM (YSD) NO POS JUMLAH BIAYA JALAN (Rp. Jt) 1 + 2 + 3 AWAL
AKHIR KRLL 2 3 DIUSULKAN BAIK TGL. HARGA SATUAN Rp. Jt/Km PANJANG SEGMEN (Km)
1 SUMBER DANA TIPE PEKERJAAN TIPE PEKERJAAN ALTERNATIF (M/H) HUTAN/ CURAM?
KLASIFIKASI RUAS PENDUDUK 12 LOKASI POS P.L.L. LHR EKIVALEN (Dari A2 Kolom E)
KODE AKSES PP-PPJKK KONSULTAN PROSES DATA JALAN BARU UNTUK RODA - 4 ?
KOORD. TIM KELAN DAIAN KRLL MANFAAT KENDARAAN RODA 4 8-15 TOTAL LHR
EKIVALEN 1-15 Rp. Juta Rp. Jt/Km BIAYA JUMLAH BIAYA JALAN + JEMBATAN NOMOR
PROYEK PAL KM PROYEK PANJANG PROYEK (KM) FOTO / POS PLL / LOKASI S-8 TIPE DAN
KONDISI PERMUKAAN JALAN LEBAR PERKERASAN (M) TANDA TANGAN LEBAR
PERKERASAN+ BAHU JALAN (M) Rp. Juta PEKERJAAN JEMBATAN KECEPATAN (KM/JAM)
PERIKSA TERAKHIR DIKERJAKAN PK/MP (DARI K3, dsb.) LEMBAR DATA PROYEK UJUNG
NAMA RUAS KM.YSD KELANDAIAN JALAN PANJANG JEMBATAN ATAU LEBAR SUNGAI (M)
LEBAR JEMBATAN (M) NOMOR RUAS KM. ODOM PAL. KM PJG. (KM) TAHUN Rp. Jt/Km
PANGKAL PANJANG RUAS (Km) JUMLAH BIAYA JEMBATAN (Rp. Jt) Lebar Perke rasan (m) Yang
ada Usul an Lebar Perke rasan+ Bahu (m) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 FORMULIR ANALISA DATA LALU LINTAS A 2 KABUPATEN : WILAYAH : NAMA RUAS : - NO.RUAS : LOKASI POS : : Km ( YSD )
dari pangkal ruas NO. POS : FAKTOR PENYE - PASAR * : SUAIAN A B C D E 1 Pejalan Kaki 2
Pikulan / Gendongan 3 Sepeda 4 Sepeda + Barang 5 Becak 6 ** 1 -- 6 Sub total Kend. tak bermotor 7

Sepeda Motor 8 Pick - up Penumpang PERTAMA P L L 12 Jam A + B PERHITUNGAN LALU LINTAS KEDUA HARI 2 TUNGAN TANGGAL WAKTU AWAL - AKHIR TIPE PEMAKAI JALAN
RATA - RATA DUA HARI PERHI - P L L 12 Jam LHR EKIVALEN C x D 9 Pick - up Barang 10 B i s 11
Truk Ringan 12 Truk Sedang 13 Truk Berat 14 Sedan / Jeep 15 *** 8 -- 15 Sub total Kend. bermotor x
1.28 KRLL 1 -- 15 Total Pemakai Jalan MANFAAT KETERANGAN : * Tulis Nama Pasar dan tulis 'HP'
kalau Hari Pasar atau 'BHP' kalau Bukan Hari Pasar ** Tulis Nama Tipe Kendaraan Tak Bermotor
lainnya ______________ *** Tulis Nama Tipe Kendaraan Bermotor lainnya (12 + 13) x 100 TOT ( 8 -15 ) BAURAN KENDARAAN BERAT ( BKB ) ( KOLOM C ) ( % ) Indik. Skr Kecep. S1/ Km/Jm MS2
BAIK/ 30-45 16 PK A 38 62 76 89 112 137 160 185 210 258 275 325 330 377 432 479 529 531 579 RSK
BRT 15-20 >20 PK A 38 62 104 122 147 173 199 225 251 303 337 390 398 453 506 560 611 606 664
BAIK 30-45 16 PK K - 13 27 40 57 71 84 78 96 133 171 208 246 284 322 360 398 436 474 PK A - - - 69
89 109 129 149 170 209 249 287 324 361 397 433 471 499 537 RSK BRT 10-20 >20 PK K - 15 29 45 62
76 88 82 100 136 173 211 248 286 323 361 399 437 475 PK A - - - 74 95 114 134 154 174 212 252 287
326 363 398 433 467 500 536 RUSAK 15-20 PK K - 18 31 44 59 73 85 77 94 130 165 201 237 273 310
346 383 419 456 PK A - - - 73 92 111 130 149 169 205 243 279 316 348 387 420 453 486 517 RSK BRT
10-15 PK K 12 34 52 74 93 114 129 132 155 202 250 298 347 395 444 493 542 591 641 PK A - - - 104
128 154 179 205 229 278 326 377 423 472 518 564 608 647 690 RUSAK 10-20 PK K - 14 29 42 59 73
86 80 98 135 172 210 247 285 323 360 399 437 475 PK A - - - 72 91 112 132 152 171 212 250 288 325
359 397 432 466 499 536 RSK BRT 5-15 PK K - 17 32 45 62 76 88 82 100 136 173 211 248 286 323 361
399 437 475 PK A - - - 75 95 115 134 154 173 213 251 287 326 362 397 432 465 498 536 WILAYAH : 2
A : Aspal (Lapen) TINGKAT PERTUMBUHAN LALU LINTAS : 7,5 % K : Kerikil PK : Pekerjaan Berat
NILAI SEKARANG (PV) UNTUK MANFAAT PEKERJAAN BERAT DAN PEMELIHARAAN (Rp
Jt/Km) MP : 5 Cm Lapen Overlay MS : Aspal Tipis Ulang (mis, Latasir) MR : Pemeliharaan Rutin 20 140
KERIKIL BATU TANAH Permk 60 70 80 90 160 260 280 300 ASPAL 100 120 180 200 220 240 TABEL
1. MANFAAT LALU LINTAS RENDAH Jln Yg Ada Tipe Usulan TOTAL LALU LINTAS HARIAN
RATA-RATA (LHR EKIVALEN RODA 4) YANG ADA Tp Kondisi Pekjn 30 40 50 Indik. Skr Kecep. S1/
Km/Jm MS2 BAIK/ 30-45 16 PK A 569 634 726 978 1095 1271 1302 1366 1418 1137 1333 1418 1688
1679 1697 1885 2037 2166 2427 2602 RSK BRT 15-20 >20 PK A 739 801 930 1059 1172 1370 1391
1449 1494 1114 1314 1346 1507 1607 1617 1787 1949 2087 2357 2543 BAIK 30-45 16 PK A 615 688
752 838 901 1047 1060 1093 1117 1183 1372 1367 RSK BRT 10-20 >20 PK A 615 688 752 838 901
1046 1059 1092 1117 1181 1372 1366 RUSAK 15-20 PK A 577 663 733 817 RSK BRT 10-15 PK A 783
898 1006 1107 RUSAK 10-20 PK A 614 688 750 836 RSK BRT 5-15 PK A 613 686 767 834
WILAYAH : 2 A : Aspal (Lapen) TINGKAT PERTUMBUHAN LALU LINTAS : 7,5 % MP : 5 Cm
Lapen Overlay MS : Aspal Tipis Ulang (mis, Latasir) NILAI SEKARANG (PV) UNTUK MANFAAT
PEKERJAAN BERAT DAN PEMELIHARAAN (Rp Jt/Km) PK : Pekerjaan Berat BW : Pelebaran
ASPAL KERIKIL BATU TANAH 450 500 550 600 650 700 750 800 900 1000 1100 1200 1300 1400
1500 1600 1800 2000 TABEL 2. MANFAAT LALU LINTAS TINGGI Jln Yg Ada Tipe Usulan TOTAL
LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA (LHR EKIVALEN RODA 4) YANG ADA Tp Kondisi Pekjn
Pmk 350 400 A3 KABUPATEN WILAYAH: NAMA RUAS ODOM FPO KM (YSD) PANJANG RUAS
(KM) Hal: dari: D B 1 2 3 4 < 5 KM 561 723 802 941 5-15 KM 626 826 966 1168 >
15 KM 638 886 1048 1285 = MANFAAT / PERJALANAN / KM [ D ] Rp.) = * LINGKARI NILAI
YANG TERPILIH PADA TABEL D, E DAN M C E C1 C2 C3 C4 C5 X = M 1 2 3 4 < 1700 5.0 8.1 8.4
11.7 1.1 1700 - 7000 11.7 17.7 17.7 21.0 2.1 > 7000 16.8 23.5 23.5 27.2 3.1 DARI (PAL KM) RUAS
TERTUTUP BERKALA UNTUK KENDARAAN RODA 4 2-6 mg PER th MANFAAT PERJALANAN/

KM (Rp.) * TINGKAT HAMBATAN AKSES = PERHITUNGAN MANFAAT PERJALANAN


PANJANG SEGMEN TERHAMBAT (KM) BIAYA PEMELIHARAAN/KM. (Rp. Juta) PENDUDUK
TERLAYANI PROYEK DISTUDI DATA ANAK CABANG RUAS JALAN KODE AKSES LOKASI
HAMBATAN NOMOR PROYEK PAL KM. PROYEK PANJANG PROYEK (KM) KM. ---(KENDARAAN BERMOTOR TAK BISA LEWAT/ LEMBAR DATA STUDI KEPENDUDUKAN
RUAS JALAN BERLALU LINTAS RENDAH) PANJANG PROYEK TERTUTUP PADA MUSIM
HUJAN UNTUK KENDARAAN RODA 4 6-26 mg PER th TERTUTUP PERMANEN UNTUK
KENDARAAN RODA 4 > 26 mg / th TERBUKA UNTUK SEPEDA MOTOR TERTUTUP UNTUK
SEPEDA MOTOR KE JUMLAH PEND. DESA NO. RUAS KRLL NOMOR RUAS SUB TOTAL (PC)
TOTAL (PB + PC) MANFAAT (Rp. RATA-RATA JARAK PERJALANAN (RJP) KE PUSAT
KEGIATAN LUAR TINGKAT PERJALANAN [ E ] (ditaksir satu arah perjalanan kendaraan per kapita
per tahun) * NAMA PUSAT KEGIATAN LUAR: ASUMSI TINGKAT PERJALANAN (Contoh: A + B /
2) TERLAYANI PROYEK NAMA DESA PENDUDUK TERLAYANI NOMOR PROYEK TOTAL
MANFAAT PENDUDUK TINGKAT HAMBATAN AKSES SUB TOTAL (PB) PANJANG (KM) * < 3
Km > 20 Km 3 - 20 Km TINGKAT PERJALANAN TOTAL PERJALANAN BIAYA PEMELIHARAAN
MANFAAT / PERJALANAN / KM TOTAL MANFAAT BRUTO (KOTOR) TOTAL MANFAAT
PERJALANAN / KM + Rp. - Rp. = Rp. M X (Juta) (Ribu) = Juta / Km Juta / Km Pusat kegiatan luar
Proyek distudi Cab. ruas jalan B C A Ruas ke pusat kegiatan luar C D E Contoh - 1 : A Pasar S 8.0 Jalan
Jembatan Banjir / Licin Putus Tergenang 0.0 - 4.0 4.0 6.0 - 7.0 H 1 4 4 D TERTUTUP PERMANEN
UNTUK KEND. RODA-4 > 26 mg per thn Dari 0.0 13.0 P Jarak pasar ke pangkal ruas Nama Lokasi
survai Penyebab utama jalan tertutup ( lihat no. 2) Pal km Nama lokasi hambatan B KODE AKSES 1 2 3
4 PERHITUNGAN MANFAAT PERJALANAN Batas Tolu - Opat Kp. Opat per thn 6 - 26 mg RODA-4
TINGKAT HAMBATAN AKSES UNTUK KEND. RODA-4 2 - 6 mg UNTUK TERTUTUP TERBUKA
UNTUK DIMUSIM KEND. TERTUTUP UNTUK HUJAN SEPEDA 4.0 MOTOR MOTOR SEPEDA
8.0 Km Pangkal ruas Ujung ruas Pal km Pal km Panjang ruas distudi Nama pasar / pusat kegiatan 0.0
Pasar Minggu Ke Pal km LOKASI DARI 0.0 per thn TERTUTUP BERKALA Kode Tingkat Hambatan
HAMBATAN PANJANG SEGMEN YANG 4.0 + + + 4.0 : 8.0 TERHAMBAT (KM) . . MANFAAT ( Rp )
+ + + : MANFAAT / PERJALANAN / Km [ D ] ( Rp ) : * LINGKARI NILAI YANG TERPILIH , PADA
TABEL : D , E & M 826 966 1168 941 8.0 < 5 Km 5-15 Km 561 626 6008 751 >15 Km 1285 2244 3764
638 886 1048 (PAL KM RUAS) PANJANG KE 4.0 PROYEK TOTAL MANFAAT MANFAAT /
PERJALA - NAN / KM ( Rp ) * 723 802 Contoh - 2 : A Pangkal ruas Ujung ruas Pasar S 12.0 Jalan
Tanah Licin Longsor 1.5 - 3.0 3.5 - 5.5 6.5 H 1 3 D TERTUTUP PERMANEN UNTUK KEND. RODA-4
> 26 mg per thn B KODE AKSES 1 2 3 4 PERHITUNGAN MANFAAT PERJALANAN Lima - Onom
Kp. Opat Nama lokasi hambatan Kode Tingkat Hambatan Panjang ruas distudi Nama pasar / pusat
kegiatan 0.0 Pasar Rebo Nama Lokasi survai Penyebab utama jalan tertutup ( lihat no. 2) 0.0 5.0 P Jarak
pasar ke pangkal ruas Km Pal km TERTUTUP BERKALA UNTUK KEND. RODA-4 2 - 6 mg per thn
per thn 6 - 26 mg RODA-4 TINGKAT HAMBATAN AKSES UNTUK TERTUTUP TERBUKA UNTUK
KEND. UNTUK HUJAN DIMUSIM 6.5 MOTOR MOTOR SEPEDA SEPEDA 0.0 3.5 PANJANG Jalan
Berlumpur 2 Pal km DARI TERTUTUP Pal km LOKASI HAMBATAN (PAL KM 12.0 Pal km Dari Ke
PANJANG SEGMEN YANG + 3.0 + + : 12.0 TERHAMBAT (KM) . . MANFAAT ( Rp ) + + + : 9446
MANFAAT / PERJALANAN / Km [ D ] ( Rp ) : 787 * LINGKARI NILAI YANG TERPILIH , PADA
TABEL : D , E & M Km < 5 Km 3.5 6.5 561 723 626 TOTAL MANFAAT PERJALA - NAN / KM ( Rp )
* 5-15 Km >15 1285 826 12.0 PROYEK 1168 802 941 966 1964 2169 5313 638 886 1048 3.5 5.5
RUAS) KE MANFAAT / LEMBAR ANALISA MANFAAT PENGALIHAN LALU LINTAS A4

KABUPATEN TIPE PROYEK : PANJANG LOKASI NOMOR PROYEK JEMBATAN PROYEK - - - - - JUMLAH VOC Rp/km DATA RUAS DATA RUAS Aspal B/S 300 TANPA PROYEK DENGAN
PROYEK Aspal S/R 388 NO.RUAS Aspal R 476 SEGMEN Aspal RB 602 KONDISI Kerikil B/S 341
VOC/Km Kerikil S/R 420 PANJANG Kerikil R 476 VOC RUAS Kerikil RB 637 Batu R 602 LHR S.M
Batu RB 694 8-15 Tanah R 637 JUMLAH Tanah RB 781 Tksr. VOC RUTE TANPA PROYEK VOC
RUTE DENGAN PROYEK LHR 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 A-B A-C A-D B-C B-D C-D - - Tksr. VOC RUTE
TANPA PROYEK JML. VOC RUTE DENGAN PROYEK JML. LHR 1 2 3 4 5 JUMLAH X LHR 1 2 3
4 5 JUMLAH X LHR A-B A-C A-D B-C B-D C-D - - TOTAL FAKTOR TOTAL - = X MANFAAT = = X = TANPA PROYEK DGN PROYEK (Rp.'000) HARIAN NO.RUAS NAMA RUAS PAL KM A
3000 B PROPORSI C D (Rp.'000) JALAN SAJA JALAN DAN JEMBATAN JEMBATAN SAJA TOTAL
VOC TOTAL VOC MANFAAT (Rp.'000) PANJANG PROYEK MANFAAT per Km (Rp. juta) Jalan
Berkondisi Baik/Sedang No. Ruas Jalan Berkondisi Rusak/ Rusak Berat Pos PLL Jalan Tertutup untuk
Roda-4 Simpul Ruas Ruas / Bagian Proyek Pusat Utama Proyek Jembatan LEMBAR PETA ANALISA
MANFAAT PENGALIHAN LALU LINTAS 2 GAMBAR 3G1 PENYARINGAN LINGKUNGAN
UNTUK RUAS JALAN KABUPATEN PENYARINGAN PENDAHULUAN Apakah jalan akan
melewati : - Cagar alam ? - Suaka margasatwa ? - Hutan konservasi ? - Daerah perlindungan plasma
nuftah ? PENYARINGAN TAHAP KEDUA Apakah jalan akan melewati : - Kawasan hutan lindung yang
masih hutan ? - Kawasan hutan lindung yang dipakai untuk penggunaan lahan lain ? - Kawasan
bergambut / lahan basah ? - Kawasan sekitar danau atau waduk ? - Kawasan suaka alam laut atau perairan
lain ? - Kawasan pantai berhutan bakau ? - Taman nasional ? - Taman hutan raya ? - Taman wisata alam ?
- Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ? - Kawasan rawan bencana alam ? - Tanah dengan
kemiringan > 40% ? PENYARINGAN TAHAP PERTAMA Jalan baru untuk roda empat ? Dampak
langsung dan tidak langsung (ID) Hanya dampak langsung (D): - Penilaian lingkungan sektoral dan Prosedur operasi standar (POS) Kajian lingkungan ( KL ) Apakah jalan akan menimbulkan dampak
lingkungan yang penting terhadap kawasan lindung ? Laporan upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan ( UKL / UPL ) Perlu studi ANDAL Penilaian lingkungan tercakup dalam Penilaian
lingkungan sektoral, sedangkan pengelolaan lingkungan sektoral tercakup dalam prosedur operasi standar
yang meliputi proyek-proyek sebagai berikut : - Peningkatan jalan dengan pelebaran (dampak langsung,
tipe Dw) - Peningkatan jalan tanpa pelebaran (dampak langsung, tipe Dnw) - Pembuatan jembatan
(dampak langsung, tipe Db) - Pembuatan jalan baru (dampak tidak langsung, tipe IDnr) - Pembuatan
jembatan (dampak tidak langsung, tipe IDb) - Peningkatan jalan dengan pelebaran (dampak tidak
langsung, tipe IDw) TIDAK YA TIDAK TIDAK TIDAK YA YA TIDAK GAMBAR 3G2 PROSES
KONSULTASI MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PROSEDUR
PERENCANAAN SK77 Kajiulang dan Pemutakhiran Database Survai Perencanaan Analisa dan Evaluasi
Penyusunan Program Tahunan MUSBANG Tingkat Desa Temukarya Tingkat Kecamatan RAKORBANG
Tingkat Kabupaten RAKORBANG Tingkat Propinsi KONSULTASI Tk Regional dan Nasional R A K O
N MUSBANG Tahunan MUSBANG Khusus Pertemuan LMD 1 2 3 1 2 3 Alir perencanaan Alir PSD
Konsultasi Masyarakat PROPINSI (12) SUMATERA UTARA Edisi : Oktober 1993 KABUPATEN (05)
LABUHAN BATU Dicetak : 01/01/1994 Hal : 6 K S R S R T A T L A W U L T A D (Km) (m) U N I S 1
6 7 8 10.1 10.2 11 12.1 12.2 13 14 15.1 15.2 16 17 18 19 20 21 22 23 69 KAMPUNG MESJID KULIM
38/KC DERMAGA 6,8 LU K KP. MESJID 0,0 6,8 3,0 K RB TB 70 PARISA SIMANDIANGIN JN.KM
41,2RP 71/SD 11,6 JJS BM AEK KANOPAN 0,0 5,0 3,5 A R TB 3/93 3.1 173 260 12/93 5,0 11,6 3,0 K
RB TB 3/93 3.1 154 179 12/93 71 SIMANDIANGIN MANOMPUK 70/SD BTS. KAB 13,0 JJS BM
AEK KANOPAN 0,0 13,0 3,0 K RB TB 3/93 3.1 149 157 12/93 72 TANJUNG MEDAN ADIAN TOROP

22/KC MESJID 9,5 LU K TJ.MEDAN 0,0 3,5 3,0 K RB TMH 2/92 88 1.1 5 17 1314 10/92 Status Admin
Baik Sedang Sd/Rsk Rusak Rs.Brt Jumlah Baik Sedang Sd/Rsk Rusak Rs.Brt Jumlah Baik Sedang
Sd/Rsk Rusak Rs.Brt Jumlah Baik Sedang Sd/Rsk Rusak Rs.Brt Jumlah K 100.0 80.0 20.0 90.0 60.0
350.0 30.0 30.0 60.0 50.0 10.0 70.0 10.0 140.0 300.0 850.0 D P H T A BM 24.6 24.6 24.6 Jumlah 100.0
80.0 20.0 90.0 60.0 350.0 30.0 30.0 60.0 50.0 10.0 70.0 34.6 164.6 300.0 DAFTAR INDUK JARINGAN
JALAN KABUPATEN PENENTUAN RUAS JALAN KARAKTERISTIK YANG ADA Nomor Ruas
Nama Pangkal Ruas Titik Pengenal Pangkal Titik Pengenal Ujung Panj. Ruas Klasifi kasi Ruas Kode
Status Adm PK MP Termasuk Kecamatan Panj. Bagian Lebar Prmk.Jln. Pendud uk Bulan Tahun
Perubahan Data LINGKUNGAN Nama Ujung Ruas Pal Km Awal Pal Km Akhir Tipe Kondisi Kend.
Roda 4 Ekivalen Roda 4 (ribu jiwa) 2 3 4 5 9 Ham batan L.L Bulan Tahun Peren Terakhir Tahun
Pekerjaan Terakhir Total LHR 874.6 RINGKASAN PANJANG JALAN (km) BERDASARKAN TIPE
DAN KONDISI PERMUKAAN JALAN A S P A L B A T U K E R I K I L T A N A H Tidak Ada Data
TOTAL [1]. NOMER RUAS (SEMENTARA) 400 = Jalan dalam Kota 500 = Jalan Irigasi 600 = Jalan
Kabupaten Baru 700 = Jalan Transmigrasi 800 = Jalan Perkebunan 900 = Jalan Desa [7]. KLASIFIKASI
FUNGSI RUAS TRAN PIR NMG PAR LU JJS JI KOTA UH = Transmigrasi = Perkebunan Inti Rakyat =
Ekspor Non-Migas = Pariwisata = Pelayanan Umum = Jaringan Jalan Strategis = Jalan Irigasi = Jalan
Kota = Jalan Pengusahaan Hutan/HPH [8]. STATUS ADMIN K D P H T A JP JN = Kabupaten = Desa =
Perkebunan = Hutan = Transmigrasi = Irigasi = JalanPropinsi = Jalan Nasional [12.1]. TIPE A = Aspal K
= Kerikil B = Batu T = Tanah C = Beton [12.2]. KONDISI B S SR R RB = Baik = Sedang =
Sedang/Rusak = Rusak = Rusak Berat [13]. HAMBATAN LALU LINTAS TB = Terbuka Untuk
Kendaraan roda 4 sepanjang tahun. TMH = Tertutup Untuk Kendaraan roda 4 pada musim hujan. TST =
Tertutup Untuk Kendaraan roda 4 sepanjang tahun. [10.1 dan 10.2] PAL KM panjang bagian diukur dari
pangkal ruas (KM 0,0) K1 : : [21]. STATUS LINGKUNGAN 1 = Menunggu Studi Andal 2 = Ditunda
menunggu Studi Andal 3 = Tercakup dalam PIL sektoral tipe proyek D 4 = Tercakup dalam PIL sektoral
tipe proyek ID 5 = Perlu Studi KL / UKL ; UPL [22]. KODE DAERAH RAWAN 1 = Cagar Alam 2 =
Suaka Margasatwa 3 = Hutan Konservasi 4 = HL-TGHK masih hutan 5 = HL - Direkomendasikan
RePPProt masih hutan 6 = HL - TGHK bukan hutan 7 = HL - Direkomendasikan RePPProt bukan hutan 8
= Taman Baru 10 = Taman Rekreasi / Wisata 11 = Daerah curam (informasi land system) 12 = Lahan
basah (gambut) 13 = Daerah pantai / hutan bakau 14 = Kawasan waduk / danau [23]. STATUS STUDI
LINGKUNGAN 0 = Diperlukan penyaringan tahap awal dan kedua S = Cukup dengan sektoral UKL /
UPL K = Diperlukan studi KL U = Sudah dilakukan studi KL A = Diperlukan kerangka acuan untuk
ANDAL T = Sudah dibuat kerangka acuan untuk ANDAL R = Sudah dilakukan studi ANDAL PROPINSI
: SUMATERA UTARA 1 : 2 KABUPATEN : LABUHAN BATU DIISI OLEH : GT. SINAGA
TANGGAL : 5 - 12 - 1998 TIPE & HAM- LHR STATUS KOTA UTAMA / NO Km NAMA RUAS PANKONDISI LE- BATAN KEND. ADMINIS AKTIVITAS RUAS SEGMEN JANG PERMU- BAR LALU RODA4 TRASI YANG DILAYANI (Km) KAAN (m) LINTAS /Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (A) BAGIAN
JALAN NEGARA DAN JALAN PROPINSI (YANG BERADA DI KABUPATEN). Data dari DPU/DPU
Bina Marga Propinsi / K1 kolom : 1 - 9 057 0.0 - 65.7 R.Prapat- B.Durian- Bts.Kab. 65.7 AB TB JP 058
0.0 - 20.0 R. Prapat - A. Nabara 20.0 AB TB JP 059 0.0 - 69.0 A. Nabara - Lb. Bilik 69.0 AS TB JP 060
0.0 - 33.0 A. Nabara - Kt. Pinang 33.0 AB TB JP 061 0.0 - 30.2 Kt.Pinang- L.Payung- Bts.Kab. 30.2 AS
TB JP 083 0.0 - 32.6 Kt. Pinang - Bts. Propinsi32.6 AB TB JP (B) RUAS JALAN PENGHUBUNG TIAP
KOTA KECAMATAN KE KOTA KABUPATEN (SATU RUTE SAJA). Data sesuai dengan daftar K1
kolom : 1 - 17 3 0.0 - 8.0 Sigambal - Sp. Rintis 8.0 AR 3.5 TB K 11 0.0 - 3.4 Sp. Merbau - Merbau 3.4
AB 3.5 TB K 21 0.0 - 12.9 Lb. Bilik - Sei. Berombang 12.9 AR 3.5 TB K 22 0.0 - 3.4 Tolan - Tj. Medan

3.4 AS 3.5 TB K 23 0.0 - 7.1 G. Saga - Tj. Pasir 7.1 AS 3.5 TB K 24 0.0 - 8.4 Tj. Pasir - A. Naetek 8.4 KS
3.5 TB K 31 0.0 - 7.6 Sp. Rintis - Bilah Hulu 7.6 AR 3.5 TB K 37 0.0 - 9.3 A. Naetek - K. Bangka 9.3 KS
3.5 TB K 38 0.0 - 9.7 K. Bangka - Kp. Mesjid 9.7 KR 3.5 TB K (C) RUAS JALAN ANTAR
KABUPATEN (BAGIAN YANG BERADA DI KABUPATEN). Data sesuai dengan daftar K1 kolom : 1 17 70 0.0 - 11.6 Parisa - Simandiangin 11.6 AR 3.5 TB K 71 0.0 - 13.0 Simandiangin - Manompuk 13.0
KRB 3.5 TB K USULAN JARINGAN JALAN STRATEGIS K2 CATATAN RIWAYAT PEKERJAAN
JALAN KABUPATEN K3 PROPINSI : [ 12 ] SUMATERA UTARA Hal : 1 KABUPATEN : [ 05 ]
LABUHAN BATU Tgl. Perbaikan : .. Dari : 1 TAHUN TOTAL Status Sumber PRO Panjang Jenis Lebar Jenis Biaya BIAYA Mulai Selesai Peker- Tanggal GRAM Km Km.Awal Km.Akhir
Pekerj. ( m ) No. Jml. Pekerj. Rp.Juta Rp.Juta Bln/Thn Bln/Thn jaan Data * 1 2 3.1 3.2 4 5 6 9.1 9.2 10 11
12 13 14 15 16 17 18 82 4.5 0.0 4.5 PB 3 ### 41 6/82 11/82 Dok 01/82 85 3.5 4.5 8.0 PB 3 ### 1 PBJ 21
88 9/85 3/86 Dok 05/85 90 8.0 0.0 8.0 PK 4 519 5/90 12/90RPPIP12/89 4. PB = Pembangunan Baru 5.
Lihat RD-1.JK / HR 10. PBJ = Pembangunan Baru 14. IJ = Inpres Jalan (IPJK/BPJK/P2JKK) 18. RD1.JK/HR, DADPD, Dok. Kontrak (DK) PK = Peningkatan ( Misal : PMA, LKP, PAJ = Penggantian IK =
Inpres Kabupaten ( Dati II ) Progress-A ( PRG-A ), CJ , DJ , dll. MP = Pemeliharaan Periodik LPA, LPB,
JPT) Bangunan Atas LL = Lain-lain ( Inpres Desa, MR = Pemeliharaan Rutin PJJ = Penunjangan / LL =
APBD-I/II, Padat Karya, dll * Tulis juga tanggal pengisiannya PJ/ = Penunjangan / 9.1. Nomor Urut Jbt.
Pemeliharaan 17. L = Proyek Luncuran (Carry Over) RE Rehabilitasi ---> Lihat K-10 J L = Jembatan
Limpas ST = Proyek Sisa Tender 19. Keadaan Lain-lain dari Ruas Jalan H = Pekerjaan Penyangga GG =
Gorong-gorong MY = Proyek Multi Years ( Misal : Kemajuan Pekerjaan, dll.) B = Proyek Baru Panjang
Bagian 9 Waktu Pelaks. Tipe PROYEK JEMBATAN Pjng/Lbr Sumber LL NO.RUAS PANJANG (Km)
NAMA RUAS Biaya 03 8.0 Biaya/Km Jembata PROYEK JALAN 8 19 Permuk. DANA Catatan Rp. Juta
Rp. Juta ( m / m ) 7 IJ IJ LPB LPB PM A 8,1/3, 5 519.2 13.1 64.9 SIGAMBAL - SIMPANG RINTIS
PROPINSI : DIISI OLEH : Hal : KABUPATEN : TANGGAL : Dari : 1. Dana Alokasi Khusus / DAK
( IPJK ) - DAK untuk sektor Jalan ( A ) 2. Dana Alokasi Umum / DAU ( I DT-II ) - Bagian DAU untuk
sektor Jalan ( B ) - % dana sektor jalan dari total DAU 3. Dana lain untuk sektor Jalan ( C ) - Dana Bagi
Hasil Pajak + non Pajak - PAD untuk sektor Jalan Total Dana untuk Sektor Jalan ( D ) PENINGKATAN
(PK) Km Meter ** Rp Juta Km Meter ** Rp Juta Km Meter ** Rp Juta Km Meter ** Rp Juta
PEMELIHARAAN PERIODIK (MP) Km Rp Juta Km Rp Juta Km Rp Juta Km Rp Juta
PEMELIHARAAN RUTIN (MR) Km Rp Juta Km Rp Juta Km Rp Juta Km Rp Juta PEKERJAAN
JALAN LAINNYA Rp Juta BIAYA UMUM Rp Juta TOTAL BIAYA JALAN ( D ) Rp Juta ** Panjang
jembatan dalam meter tidak termasuk gorong - gorong - DAK / P2JKK / BPJK / IPJK - DAU / DU / IDTII / IK per kapita - Lainnya J u m l a h - Lainnya J u m l a h J u m l a h RINGKASAN BIAYA JALAN
KABUPATEN 99/00 2000 2001 2002 K4 - DAK / P2JKK / BPJK / IPJK - DAU / DU / IDT-II / IK per
kapita - PAD / lainnya : - DAU / DU / IDT-II / IK per kapita - DAK / P2JKK / BPJK / IPJK Rp Juta Rp
Juta Rp Juta Rp Juta % Rp Juta SUMBER DANA UNTUK SEKTOR JALAN SATUAN 97/98 Rp Juta
98/99 KABUPATEN : PROPINSI : Diisi oleh : Tanggal: BUPATI KDH KEPALA DPUK/DPU-BM-K
KETUA BAPPEDA KABUPATEN KEPALA BAGIAN PEMBANGUNAN KABUPATEN TIM
PERENCANA JALAN KABUPATEN ( TPJK ) BERDASARKAN SK. BUPATI NO : KOORDINATOR
TIM * TRANSPORT PLANNER ** PLANNING ENGINEER ** KOORDINATOR SURVAI LALULINTAS ASISTEN TRANSPORT PLANNER STAF LINGKUNGAN STAF PLAN. ENGINEER
PEMELIHARAAN STAF LAIN-LAIN TEKNIK JUMLAH SENIOR YUNIOR Disetujui oleh : Kepala
DPUK/DPU-BM-K Nip. Ketua BAPPEDA Nip. Kepala Bagian Pembangunan Nip. * Bisa dirangkap
dengan posisi Transport Planner Ditetapkan oleh BUPATI ** Bisa juga sebagai Staf Lingkungan SK No. :

Tanggal : SARJANA BIDANG EKONOMI LAIN BIDANG SARJANA TRASI PENGAWAS STAF
ADMINISTRASI STAF LAIN TEKNIK KEAHLIAN JABATAN NAMA JABATAN DALAM TIM
NAMA GOLONGAN & JABATAN DI INSTANSI ADMINIS K7 JUMLAH STAF LAIN - LAIN
(SEBUTKAN) (SEBUTKAN) PERMANEN HONORER RATOR OPESOPIR PERMANEN HONORER
RINGKASAN STAF DPUK/DPU-BM-K RINGKASAN STAF BAPPEDA JUMLAH STAF JUMLAH
SARJANA TEKNIK STAF KEPALA BAGIAN PEMBANGUNAN KOORDINATOR TIM *
STRUKTUR TIM PERENCANA JALAN KABUPATEN BUPATI KETUA BAPPEDA KEPALA
DPUK/DPU-BM-K ( diambil dan dilatih di tempat survey ) ENGINEER ** TRANSPORT PLANNER **
PLANNING KETERANGAN MENGENAI STAF KABUPATEN ASISTEN TRANSPORT PLANNER
SURVAI LALU-LINTAS ASISTEN SURVAIOR PENGHITUNG KOORDINATOR LALU - LINTAS K8
PROPINSI : SUMATERA UTARA DI ISI OLEH : B. SYAFRUDDIN, BE Hal : 1 KABUPATEN :
LABUHAN BATU TANGGAL SURVAI : Dari : 1 JENIS SATU - KE RUAS JARAK ** / KODE AN
NOMOR * ( Km ) 01. Sungai Balai M041 M3 6.600 54 10 Pasir pasangan 02. Gunung Pamela M013 M3
13.200 M014 M3 12.300 M020 M3 17.200 M021 M3 17.200 M022 M3 21.600 19 5 M023 M3 26.000
M024 M3 37.500 M025 M3 37.500 M026 M3 37.500 03. Sungai Silau M041 M3 6.600 41 15 Pasir
pasangan 04. Sungai Asahan M041 M3 6.600 20 5 Pasir pasangan 05. Perdagangan M050 M3 3.100 28
10 Cadas * Ruas terdekat dari lokasi ** Jarak angkut dengan kelipatan 5 Km LOKASI SUMBER
BAHAN KETERANGAN MENGENAI BAHAN / MATERIAL HARGA SAT. ( Rp. ) KETERANGAN
BAHAN / MATERIAL JARAK ANGKUT BAHAN K9 PROPINSI : SUMATERA UTARA [ 12 ]
KABUPATEN : LABUHAN BATU [ 05 ] UPAH UPAH NO. KODE TENAGA KERJA NO. TENAGA
KERJA KODE TENAGA KERJA ( Rp. / Hari ) ( Rp. / Hari ) 1 Mandor Lapangan L_061 6. 700 8
Pembantu Operator L_089 5. 700 2 Mekanik L_071 12. 400 9 Supir Truk L_091 7. 600 3 Mekanik
Pembantu L_072 5. 700 10 Supir Personil L_092 7. 600 4 Kepala Tukang L_073 8. 600 11 Pembantu
Supir L_099 4. 800 5 Tukang L_079 7. 600 12 Buruh Lapangan Tak Terlatih L_101 4. 800 6 Operator
Terlatih L_081 9. 600 13 Buruh Lapangan Kurang Terlatih L_103 5. 200 7 Operator Kurang Terlatih
L_082 6. 700 14 Buruh Lapangan Terlatih L_106 5. 700 HARGA DI SUM- JARAK ONGKOS JUMLAH
JUMLAH HARGA BER / QUARRY ANGKUT ANGKUT HARGA ( TERMASUK NO. M A T E R I A
L UNIT KODE ( TANPA PAJAK ) RATA-RATA PER UNIT (TANPA PAJAK) PAJAK ) ( Rp. ) ( Km )
( Rp. ) ( Rp. ) ( Rp. ) 1 Batu Gunung atau Quarry m3 M_010 9. 300 45 25.000 34.300 4.800 39.100 2
Kerikil dari Galian Bukit m3 M_011 12. 300 45 25.000 37.300 5.200 42.500 3 Kerikil Sungai m3 M_012
12. 300 45 25.000 37.300 5.200 42.500 4 Batu Kali m3 M_013 13. 200 45 25.000 38.200 5.400 43.600 5
Kerikil Sungai Ayak Tanpa Pasir m3 M_014 12. 300 45 25.000 37.300 5.200 42.500 6 Batu Pecah 10 - 15
cm m3 M_020 17. 200 45 25.000 42.200 5.900 48.100 7 Batu Pecah 7 - 10 cm m3 M_021 17. 200 45
25.000 42.200 5.900 48.100 8 Batu Pecah 5 - 7 cm m3 M_022 21. 600 45 25.000 46.600 6.500 53.100 9
Batu Pecah 3 - 5 cm m3 M_023 26. 000 45 25.000 51.000 7.100 58.100 10 Batu Pecah 2 - 3 cm m3
M_024 37. 500 45 25.000 62.500 8.600 71.100 11 Batu Pecah 1 - 2 cm m3 M_025 37. 500 45 25.000
62.500 8.600 71.100 12 Batu Pecah 0,5 - 1 cm m3 M_026 37. 500 45 25.000 62.500 8.600 71.100 13
Gorong2 Beton diameter 60 cm* m M_031 34. 000 34.000 4.500 38.500 14 Gorong2 Beton diameter 80
cm* m M_033 43. 300 43.300 5.700 49.000 15 Gorong2 Beton diameter 100 cm* m M_035 58. 800
58.800 7.700 66.500 16 Pasir Urug / Timbun m3 M_040 6. 200 45 25.000 31.200 4.400 35.600 17 Pasir
Ayak untuk Beton m3 M_041 6. 600 45 25.000 31.600 4.500 36.100 18 Sirtu ( tak diayak ) m3 M_042 11.
300 45 25.000 36.300 5.100 41.400 19 Bahan Timbunan Pilihan m3 M_050 3. 100 45 25.000 28.100
3.900 32.000 20 Aspal Bitumen kg M_061 600 - - 600 150 750 21 Aspal Buton ton M_062 - - - - -- - 22
Minyak Flux l t r M_063 - - - - -- - UPAH TENAGA KERJA DAN HARGA SATUAN MATERIAL /

BAHAN PAJAK ( Rp. ) TENAGA KERJA 22 Minyak Flux l t r M_063 - - - - -- - 23 Minyak Tanah l t r
M_065 300 - - 300 70 370 24 Kayu Bakar m3 M_070 6. 600 - - 6.600 900 7.500 25 Semen P C 40 kg
M_080 7. 900 45 500 8.400 1.200 9.600 26 Kapur Bakar m3 M_081 150. 200 45 25.000 175.200 23.400
198.600 27 Batu Kapur m3 M_082 150. 200 45 25.000 175.200 23.400 198.600 28 Cat Jembatan kg
M_090 6. 200 6.200 800 7.000 29 Baja Tralis kg M_161 3. 100 45 50 3.150 350 3.500 30 Kawat
Bronjong kg M_162 3. 100 45 50 3.150 350 3.500 31 Baut Baja kg M_163 1. 300 45 50 1.350 150 1.500
32 Besi Galvanisir kg M_164 3. 100 45 50 3.150 350 3.500 33 Baja Konstruksi kg M_165 3. 100 45 50
3.150 350 3.500 34 Paku Jembatan kg M_166 2. 200 45 50 2.250 250 2.500 35 Baja Tulangan Beton kg
M_167 1. 300 45 50 1.350 150 1.500 36 Alat - alat Bantu ** set M_170 26. 500 26.500 3.500 30.000 37
Kayu untuk Perancah m3 M_180 243. 100 - - 243.100 31.900 275.000 38 Kayu utk Konstruksi Jembatan
m3 M_181 331. 500 - - 331.500 43.500 375.000 39 Minyak Diesel / Solar l t r M_183 - - - - - 380 40
Bensin / Premium l t r M_184 - - - - - 700 41 Minyak Pelumas l t r M_185 4. 400 - 4,400 600 5.000 * =
tak bertulang ** = 1 cangkul + 1 sekop + 1 pikulan NAMA JABATAN TANGGAL TANDA TANGAN
DISIAPKAN OLEH : B.Syafruddin, BE , Kasie jalan & Jembatan DPUK, , DIPERIKSA OLEH : Ir.
Dahman M. Kadis PUK , , IKHTISAR INVENTARISASI JEMBATAN K10 PROPINSI : DIISI OLEH :
Hal : KABUPATEN : - TANGGAL : Dari : TIPE NO. NAMA JEMBATAN / PAL PENYEURUT
SUNGAI KM BERA- JA- TI- BA- A- KON- KON- KON- TI- KON- TI- KONNGAN LUR PE HAN
SAL DISI DISI DISI PE DISI PE DISI 1 2 3 4 6.1 8 9 10 11 13 15 16 18 19 21 1 : Diberi nomor urut
mulai dari titik pangkal 2 : Semua Jembatan / Penyeberangan >= 2,0 m 3 : Diukur dari titik pangkal ruas
(KM 0.0) * : Istilah/singkatan lihat kode inventarisasi jembatan (K 10L) NO.RUAS PANJANG (Km)
NAMA RUAS PAN - 7 12 17 BAHAN JANG ( m ) TAL TOBANGUNAN ATAS LANTAI SANDARAN
KEPALA JEMB./PILAR 5 U K U R A N T I P E / K O N D I S I * 6.2 14 20 BAHAN BAHAN LEBAR
(m) PONDASI BAHAN JMLH. BENTANG LINTASAN / TIPE PENYEBERANGAN : J N : Jalan K A :
Kereta Api S : Sungai L : Lain - lain TIPE BAHAN dan / atau ASAL TIPE TIPE BANGUNAN ATAS
BANGUNAN PELENGKAP BANGUNAN ATAS PONDASI KEPALA JEMBATAN / PILAR B :
Gorong - gorong Kotak K : Kayu W : Acrow / Bailey CA : Cakar Ayam KEPALA JEMBATAN Y :
Gorong - gorong Pipa S : Pasangan Bata T : Gantung M : Pasangan Batu A : Australia LS : Langsung A :
Kep ( Cap ) W : Sokongan - Gantungan G : Bronjong dan Sejenisnya G : Gelagar H : Pasangan Batu
Kosong B : Belanda Baru TP : Tiang Pancang B : Dinding Penuh M : Gelagar Komposit D : Beton Tidak
Bertulang L : Balok Pelengkung T : Beton Bertulang D : Belanda Lama PB : Bore Pile P I L A R E :
Pelengkung P : Beton Pratekan P : Plat B : Baja I : Indonesia SU : Sumuran C : Kep ( Cap ) R : Rangka U
: Lantai Baja Bergelombang S : Jembatan Sementara Y : Pipa Baja Diisi Beton J : Jepang TU : Tiang Ulir
P : Dinding Penuh FX : Ferry J : Aluminium KX: Lintasan Kereta-api E : Neoprene / Karet U : Kalender
Hamilton BR : Kawat Bronjong S : Satu Kolom WX: Lintasan Basah F : Teflon ( Inggris ) U : Lain - lain
V : P V C S : Austria LL : Lain - lain D : Dua Kolom X : Geotextile ( Semi Permanen ) O : Tanah Biasa /
Lempung P : Australia T : Tiga Kolom atau Penuh atau Timbunan ( Semi Permanen ) A : Aspal T :
Australia L : Lain - Lain R : Kerikil / Pasir ( Trans Panel ) W : Macadam R : Austria L : Lain - lain
( Permanen ) E : Spanyol K O N D I S I : 0 : Baik Sekali 1 : Rusak Ringan, Memerlukan Pemeliharaan
Secara Rutin 2 : Rusak, Perbaikan Berkala 3 : Rusak Berat, Perbaikan Secepatnya Dalam Kurun Waktu 1
Tahun 4 : Kritis, Penanganan Segera 5 : Jembatan Runtuh KODE INVENTARISASI JEMBATAN K10-L
K11 PROPINSI : SUMATERA UTARA KABUPATEN : LABUHAN BATU KECAMATAN : LANGGA
PAYUNG Hal : 1 Dari : 1 N A M A TGL. JIWA NO. RUAS 4 8 36 39 43 51 902 JL.PROP (PERIKSA) D
E S A S7 Th. PAL - KM /JL.NEG. JUMLAH 1 Langga Payung 25,574 25.574 25.574 2 Sabungan
16,396 16.396 16.396 3 Lona 4,609 X X 4 Godang 662 662 5 Sukamakmur 2,180 X X X 6 Parimburan

1,177 1,177 7 Jior 1,717 X X 8 Ranto 1,775 X X 9 Marsonja 3,720 1,215 1,462 1,043 3.720 10 Binanga
Tolu 1,390 1,390 1.390 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 J U M L A H 59,200 2.61 1.04 DIISI :
TANGGAL / OLEH Hubban. L REVISI : 1 Hubban. L 2 3 No PENENTUAN RUAS JALAN
BERDASARKAN KEPENDUDUKAN K12 KABUPATEN : LABUHAN BATU DIISI OLEH :
TANGGAL : Hal : 1 Dari : 2 TIPE N A M A N0 P U S A T PUSAT M S S R K J S 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 1 Rantau Prapat 20 Kab. P UM X X X X X 30 1 1 1 1 1 5 1
1 1 1 1 15 0 1 1 1 1 24 94 2 Sigambal 0 Kec. P UM X 20 1 1 1 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 6 31 3 Bilah
Hulu 10 Kec. S UM X 10 0 1 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 4 Langga Payung 10 Kec. SP UM X 10 1 1
1 0 1 4 0 0 1 0 0 3 0 0 0 0 0 0 27 5 Kota Pinang 10 Kec. P UM X X 20 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 15 0 0 0 1 0 6
56 6 7 8 9 10 11 12 13 14 2. Kabupaten = 20 4. P = Permanen 5. UM = Umum 8 - 12 Fasilitas 26. S k o r
27. Tanda Tipe Pusat Kecamatan = 10 SP = Semi I K = Ikan 14 - 18 Ada = 1 D e s a = 0 Permanen HE =
Hewan 20 - 24 Tidak ada = 0 > 85 = Pusat Utama atau S = Sementara SA = Sayuran Pusat Kabupaten 3.
KAB. ( Kabupaten ) 51 - 85 = Pusat Besar KEC. ( Kecamatan ) 7. Besar = 30 13 , 19 , 25 = Total x Bobot
30 - 50 = Pusat Sedang Sedang = 20 15 - 29 = Pusat Kecil Kecil = 10 < 15 = Pusat Terkecil STATUS
ADMIN PUSAT KEGIATAN STATUS ADMIN PASAR TIPE BANGUNAN KANTOR KANTOR POS
STASIUN KA/BIS TELP/TELEGR BIOSKOP PERMANEN TOTAL (14 S/D 18) x 3 DATA PUSAT PUSAT AKTIVITAS STADION OLAH RAGA TOTAL (20 S/D 24) x 6 SKOR (2+7+13+19+25) HOTEL
& RESTORAN 13 AKADEMI/ UNIVERSITAS RUMAH SAKIT TOTAL (8 S/D 12) x 1 SMA BANK
DESA BUUD APOTIK SMP FASILITAS UTAMA HARI PASAR D A T A P A S A R FASILITAS
BIASA FASILITAS MADYA TIPE KOMODITI UKURAN RELATIF PUSKESMAS/ PRAKTEK
DOKTER POS POLISI X PERHATIAN Catat kota atau pusat kegiatan lainnya yang ada di kabupaten
yang untuk contoh ini sampai memerlukan dua lembar formulir. X K13 PROPINSI : SUMATERA
UTARA KABUPATEN : LABUHAN BATU DIISI OLEH : HUBBAN L. TANGGAL : Hal : 1 Dari : 1
JUM- P S LUAS K P HASIL LAH JIWA ( % ) WILAYAH ( JIWA KAM- SAWAH TANAH PERKELAHAN LAIN - UTAMA DESA KK ( Ha ) / Ha ) PUNG KERING BUNAN USAHA LAIN DAERAH 3
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1. A. Kanopan 17 54.800 13.700 4 0,6 92.500 0,59 304 4.633 3.431
13.031 - 21.095 70.855 246 Karet 2. Tj. Medan 14 87.000 17.400 5 0,7 78.600 1,11 855 16.135 5.187
11.305 - 32.627 43.993 1,125 Sawit 3. Bilah Hulu 30 145.600 29.120 5 0,9 67.300 2,16 2.571 3.570 2.420
39.282 30 45.302 17.106 2,321 Sawit 4. Merbau 17 63.400 12.680 5 0,6 35.400 1,79 1.075 7.414 3.485
14.353 - 25.252 8.388 685 Padi 5. Bandar Durian 11 54.600 13.650 4 0,9 70.600 0,77 412 280 848 18.275
- 19.403 49.915 870 Padi 6. Kota Pinang 21 81.500 20.375 4 1,3 200.300 0,41 1.250 405 2.475 59.945 62.825 133.760 2,465 Karet 7. Kp. Mesjid 10 56.100 14.025 4 0,5 73.500 0,76 400 20.314 533 10.304 31.151 38.487 3,462 Palawija 8. Negri Lama 10 56.700 11.340 5 2,3 55.400 1,02 190 489 2.969 12.817 16.275 34.070 4,865 Sawit 9. Teluk Nipah 20 98.000 19.600 5 0,9 98.000 1,00 422 6.042 3.408 33.524 42.974 48.917 5,687 Palawija 10. Labuhan Bilik 16 56.300 14.075 4 2,2 76.000 0,74 1.820 7.360 2.353
5.150 - 14.863 56.448 2,869 Ikan 11. Sei. Berombang 8 36.800 7.360 5 1,3 34.000 1,08 366 3.731 785
2.503 - 7.019 22.751 3,864 Ikan KEBUN NAMA KECAMATAN DATA SOSIAL EKONOMI TINGKAT
KECAMATAN 1 2 17 JUMLAH PENDUDUK TH.. LUAS PENGGUNAAN TANAH ( Ha ) JIWA K
K HUTAN 1x 2x 12. L. Payung 10 59.200 11.840 5 0,6 48.400 1,22 368 408 1.443 18.940 - 20.791
24.590 2,651 Karet 13. 14. 15. 184 850.000 185.165 55 1,1 930.000 0,91 10.033 70.781 29.387 239.429
30 339.577 549.280 31,110 Karet 1. Termasuk Perwakilan Kecamatan 8. Kepadatan Penduduk ( K P ) 10.
Lahan Basah ( Tadah Hujan Irigasi ) 13. Tanaman Campuran 1 x Panen / Tahun - 2 x Panen / Tahun * 14.
Total Kolom ( 10 + 11 + 12 + 13 ) 6. Pertumbuhan Penduduk Setahun 9. Perumahan, Pekarangan,
Tanaman Semusim 15. Hutan ( Termasuk Hutan Lindung ) Stasiun, Pasar, Pabrik, Kuburan ( Padi, Tebu,

Tembakau, Sayuran, d l l. ) 16. Semak, Alang-alang, Danau, Kolam, Jml. Penddk 19 . . 11. Ladang dan
Tegalan Rawa, Padang Rumput, Tanah Kritis. PS = -1 x 100 % 12. Monokultur ( Kelapa Sawit, Karet, 17.
Hasil Bumi, Tambang, d l l. Jml. Penddk 19 . . Cengkeh, Cokelat, d l l. ) K A B U P A T E N 1x 2x K14
PROPINSI : SUMATERA UTARA DIISI OLEH : HUBBAN. L. Hal : 1 KABUPATEN : LABUHAN
BATU TANGGAL : 14 - 12 - 1993 Dari : 1 NO NAMA LOKASI DAN JENIS JUMLAH
KETERANGAN RUAS NAMA PERUSAHAAN AKTIVITAS PEGAWAI ( SURVAI LENGKAP ? ) 1 2
4 19 Pamela Dua - CV. Gn. Pamela Sumber bahan galian - 20 Asahan Utara - CV. Pasir Ash Sumber
bahan galian - 28 Perdagangan - PT. Cadas Perd. Sumber bahan galian 21 14 Tanjung - PT. Satria Usaha
Pabrik Genteng - 20 Gonting - PTP. XI - XII Perkebunan Karet 200 X 13 Sept. 1992 14 Juni 1993 X 3 5
DAFTAR SUMBER UTAMA PENYEBAB LALU LINTAS ANGKUTAN BERAT X K E T E R A N G A
N : 1. Ruas jalan kabupaten utama yang digunakan oleh perusahaan. 3. Sumber Bahan Galian, Industri /
Pabrik, Perkebunan, d l l. 5. Cantumkan Tanggal Dikerjakannya 'S-6' atau Beri Tanda [ x ] Kalau 'S-6'
Belum Dilaksanakan PERHATIAN Catat perusahaan-perusahaan lainnya yang menggunakan alat
angkutan berat (truk dll) dan dilayani oleh ruas jalan kabupaten. DAFTAR PENYARINGAN
PEKERJAAN PEMELIHARAAN TAHUN 1995/96 PROPINSI : [12] SUMATERA UTARA
KABUPATEN : [05] LABUHAN BATU HASIL SURVAI S1 CATATAN RIWAYAT PAL KM HASIL
USULAN PENDAHULUAN 1995/1996 (KM) KE KO PEKERJAAN JALAN SEGMEN PENILAI- BITO- BU BULAN PAN- KLA- TAR- PAL . KM DE (K3) AN H S2 AYA TAL TUH DAN JANG SIFI GET
PROYEK YANG ADA PE A A SURVAI MR MP PK AN TAHUN NO. NAMA RUAS RUAS KASI
PAN- ME (PK - MP - MR ) W K PEMELI- (Rutin Saja) (Periodik + MR) PER BIRUAS FUNG- JANG T
KON- LE- K LI A H HARAAN (M1-M4) (M5-M10) (Pek. (Pek. KM AYA RE SURVAI SI PRO- I DI
BAR R HA 89/ 90/ 91/ 92/ 93/ 94/ L I RI- SE- BE- ASPAL OVER- DRAI- JEM- CAM- Penya Be- VI S1
RUAS YEK AWAL AKHIR P SI L RA 90 91 92 93 94 95 R S1 MS2 NG DA RAT ULANG LAY NASE
BA- PUR ngga) rat) SI E L AN AN NG TAN AN K1 (Pangkal - Ujung) (Km) (Km) (m) (Rp.Jt) (Rp.Jt) 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 01 TELUK NIPAH - BINJEI 11.6 JJS 11.6 0.0
11.6 A B 4.5 4.1 M2 PK 02 PALO - SILUMAN 15.2 JJS 15.2 0.0 15.2 A S 4.0 3.1 M1 PK 05 MERBAU SILUMAN 7.3 JJS 7.3 0.0 7.3 A S 3.5 3.1 M1 PK 09 KOTA BATU - PULO HOPUR 16.1 LU 16.1 0.0
16.1 A S 3.5 2.1 M1 PK 11 SIMPANG MERBAU - MERBAU 3.4 JJS 3.4 0.0 3.4 A B 3.5 3.1 M1 PK 15
SIMPANG RINTIS - RINTIS 6.9 LU 6.9 0.0 6.9 A S 3.0 2.1 M6 PK MR 22 TOLAN - TANJUNG
MEDAN 3.4 JJS 3.4 0.0 3.4 A S 4.0 3.1 M6 PK 23 GONTING SAGA - TANJUNG PASIR 7.1 JJS 7.1 0.0
7.1 A S 3.5 3.1 M6 PK 24 TANJUNG PASIR - AEK NAETEK 8.4 JJS 8.4 0.0 8.4 K S 3.5 2.1 M9 PK 37
AEK NAETEK - KUALA BANGKA 9.3 JJS 9.3 0.0 9.3 K S 3.0 1.1 M8 PK TOTAL KABUPATEN A
JUMLAH PANJANG (Km) PEMELIHARAAN B BIAYA/KM (Rp. Juta) RUTIN C JUMLAH BIAYA
(Rp.Juta) JUMLAH ASPAL KERIKIL / BATU 20 % X ASPAL 33 % X KERIKIL / BATU JALAN
PEMELIHARAAN BERKALA 1 NOMOR RUAS (SEMENTARA) : 900 = Jalan desa ; 800 = Jalan
perkebunan ; 700 = Jalan transmigrasi ; 600 = Jalan kabupaten baru ; 500 = Jalan irigasi ; 400 = Jalan
dalam kota 4 KLASIFIKASI FUNGSI RUAS : TRAN= Transmigrasi , PIR = Perkebunan Inti Rakyat ;
NMG = Ekspor Non Migas ; PAR = Pariwisata ; LU = Layanan Umum ; JJS = Jaringan Jalan Strategis ;
JI = irigasi / pusat-pusat beras 8/9 PERKERASAN JALAN : TIPE : A = Aspal ; K = Kerikil ; B = Batu ; T
= Tanah ; C = Beton : S=Sedang ; SR=Sedang / Rusak ; R=Rusak ; RR = Rusak / Rusak Berat ; RB =
Rusak Berat 11 KELAS RENCANA L.L (KRIL) : KRLL 1 = LHR 0-50, KRLL 2 = 51-200 , KRLL 3 =
201 - 500 ; KRLL 4 = 501-1000, KRLL 5 = LHR >1000 Angka sesudah titik menunjukkan persentase
truk sedang dan berat terhadap total kendaraan roda 4 : (.1) Ringan =< 10% ; (.2) Sedang= 10%-25% ;
(.3) Berat=>25% Klasifikasi Ruas 12 KODE PEKERJAAN PEMELIHARAAN : M1-4 = Pemeliharaan

rutin; M5-10= Pemeliharaan rutin, periodik dan perbaikan drainase 16/17 PENILAIAN SURVAI
S1/MS2 : Skor hasil penilaian survai S1(16) dan (diisi kemudian) survai MS2 (17) 18 PENILAIAN
USULAN PEKERJAAN : Panjang (Km) sub segmen pekerjaan : MR= Pemeliharaan Rutin ; MP=
Pemeliharaan Periodik ; H = Pekerjaan Penyangga ; PK = Pekerjaan Berat 21 KEBUTUHAN REVISI K1
: 0 = tidak ada , 1 = ada PERKERASAN DILAKUKAN SURVAI MS2 F JUMLAH BIAYA (Rp.Juta) E
BIAYA/KM (Rp.Juta) RUAS PROYEK D JUMLAH PANJANG (Km) M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M10
PANJANG JEMBATAN (m) BIAYA / METER (Rp.Juta) JUMLAH BIAYA PEMELIHARAAN (Rp.Juta)
M8 M9 JEMBATAN P1 DAFTAR PENYARINGAN PEKERJAAN PEMELIHARAAN TAHUN 1995/96
PROPINSI : [12] SUMATERA UTARA KABUPATEN : [05] LABUHAN BATU HASIL SURVAI S1
CATATAN RIWAYAT PAL KM HASIL USULAN PENDAHULUAN 1995/1996 (KM) KE KO
PEKERJAAN JALAN SEGMEN PENILAI- BI- TO- BU BULAN PAN- KLA- TAR- PAL . KM
PERKERASAN DE (K3) AN H S2 AYA TAL TUH DAN JANG SIFI GET PROYEK YANG ADA PE A
A SURVAI MR MP PK AN TAHUN NO. NAMA RUAS RUAS KASI PAN- ME (PK - MP - MR ) W K
PEMELI- (Rutin Saja) (Periodik + MR) PER BIRUAS FUNG- JANG T KON- LE- K LI A H HARAAN
(M1-M4) (M5-M10) (Pek. (Pek. KM AYA RE SURVAI SI PRO- I DI BAR R HA 89/ 90/ 91/ 92/ 93/ 94/
L I RI- SE- BE- ASPAL OVER- DRAI- JEM- CAM- Penya Be- VI S1 RUAS YEK AWAL AKHIR P SI L
RA 90 91 92 93 94 95 R S1 MS2 NG DA RAT ULANG LAY NASE BA- PUR ngga) rat) SI E L AN AN
NG TAN AN K1 (Pangkal - Ujung) (Km) (Km) (m) (Rp.Jt) (Rp.Jt) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 01 TELUK NIPAH - BINJEI 11.6 JJS 11.6 0.0 11.6 A B 4.5 4.1 M2 PK 0.0 11.6 8 9
11.6 5.4 62.6 10/93 02 PALO - SILUMAN 15.2 JJS 15.2 0.0 15.2 A S 4.0 3.1 M1 PK 0.0 15.2 6 8 15.2
4.4 66.9 10/93 05 MERBAU - SILUMAN 7.3 JJS 7.3 0.0 7.3 A S 3.5 3.1 M1 PK 0.0 7.3 6 9 7.3 4.4 32.1
10/93 09 KOTA BATU - PULO HOPUR 16.1 LU 16.1 0.0 16.1 A S 3.5 2.1 M1 PK 0.0 16.1 9 9 16.1 3.5
56.3 11/93 11 SIMPANG MERBAU - MERBAU 3.4 JJS 3.4 0.0 3.4 A B 3.5 3.1 M1 PK 0.0 3.4 10 11 3.4
4.4 15.0 10/93 15 SIMPANG RINTIS - RINTIS 6.9 LU 6.9 0.0 6.9 A S 3.0 2.1 M6 PK MR 0.0 6.9 14 14
3.1 6.9 61.0 329.0 02/94 22 TOLAN - TANJUNG MEDAN 3.4 JJS 3.4 0.0 3.4 A S 4.0 3.1 M6 PK 0.0 3.4
16 15 3.4 3.4 65.0 221.0 10/93 23 GONTING SAGA - TANJUNG PASIR 7.1 JJS 7.1 0.0 7.1 A S 3.5 3.1
M6 PK 0.0 7.1 15 15 7.1 65.0 461.5 11/93 24 TANJUNG PASIR - AEK NAETEK 8.4 JJS 8.4 0.0 8.4 K S
3.5 2.1 M9 PK 0.0 8.4 13 14 8.4 28.0 235.2 11/93 37 AEK NAETEK - KUALA BANGKA 9.3 JJS 9.3 0.0
9.3 K S 3.0 1.1 M8 PK 0.0 9.3 13 13 9.3 22.0 204.6 11/93 TOTAL KABUPATEN A JUMLAH PANJANG
(Km) PEMELIHARAAN B BIAYA/KM (Rp. Juta) RUTIN C JUMLAH BIAYA (Rp.Juta) JUMLAH
ASPAL KERIKIL / BATU 20 % X ASPAL 33 % X KERIKIL / BATU JALAN PEMELIHARAAN
BERKALA 1 NOMOR RUAS (SEMENTARA) : 900 = Jalan desa ; 800 = Jalan perkebunan ; 700 = Jalan
transmigrasi ; 600 = Jalan kabupaten baru ; 500 = Jalan irigasi ; 400 = Jalan dalam kota 4 KLASIFIKASI
FUNGSI RUAS : TRAN= Transmigrasi , PIR = Perkebunan Inti Rakyat ; NMG = Ekspor Non Migas ;
PAR = Pariwisata ; LU = Layanan Umum ; JJS = Jaringan Jalan Strategis ; JI = irigasi / pusat-pusat beras
8/9 PERKERASAN JALAN : TIPE : A = Aspal ; K = Kerikil ; B = Batu ; T = Tanah ; C = Beton :
S=Sedang ; SR=Sedang / Rusak ; R=Rusak ; RR = Rusak / Rusak Berat ; RB = Rusak Berat 11 KELAS
RENCANA L.L (KRIL) : KRLL 1 = LHR 0-50, KRLL 2 = 51-200 , KRLL 3 = 201 - 500 ; KRLL 4 =
501-1000, KRLL 5 = LHR >1000 Angka sesudah titik menunjukkan persentase truk sedang dan berat
terhadap total kendaraan roda 4 : (.1) Ringan =< 10% ; (.2) Sedang= 10%-25% ; (.3) Berat=>25%
Klasifikasi Ruas 12 KODE PEKERJAAN PEMELIHARAAN : M1-4 = Pemeliharaan rutin;
M5-10= Pemeliharaan rutin, periodik dan perbaikan drainase 16/17 PENILAIAN
SURVAI S1/MS2 : Skor hasil penilaian survai S1(16) dan (diisi kemudian) survai MS2
(17) 18 PENILAIAN USULAN PEKERJAAN : Panjang (Km) sub segmen pekerjaan : MR=

Pemeliharaan Rutin ; MP= Pemeliharaan Periodik ; H = Pekerjaan Penyangga ; PK =


Pekerjaan Berat 21 KEBUTUHAN REVISI K1 : 0 = tidak ada , 1 = ada M8 M9 PANJANG
JEMBATAN (m) BIAYA / METER (Rp.Juta) JEMBATAN JUMLAH BIAYA PEMELIHARAAN
(Rp.Juta) M1 M2 M3 M7 M10 RUAS PROYEK D JUMLAH PANJANG (Km) M4 M5 M6
DILAKUKAN SURVAI MS2 F JUMLAH BIAYA (Rp.Juta) E BIAYA/KM (Rp.Juta) P1 DAFTAR
PANJANG PENYARINGAN PROYEK YANG DIEVALUASI TAHUN 1995/96 PROPINSI : [12]
SUMATERA UTARA KABUPATEN : [05] LABUHAN BATU PROYEK HASIL EVALUASI
USULAN PEKERJAAN BERAT KODE PEKERJAAN PAL - KM PERKERASAN JALAN
JEMBATAN PE- STA RE- ALTERNATIF PAN- KLASI- NOMER TARGET PROYEK YANG ADA
JUM- RING TUS KONO. NAMA RUAS JANG FIKASI PROYEK PAN- T KON- LE- LHR LAH K
T LE- NOMER BIA- BIA- LO- JE- JE- PAN- BIAYA BIAYA MAN- NPV KAT MEN T RUAS RUAS
FUNG- JANG I DISI BA
O- PEND. R I BAR DISAIN YA YA KA NIS NIS JANG FAAT PRI- EVA DA- I SI PROYEK AWAL
AKHIR P DA 4 YANG L P PERKE- SI PE- JEM- ORI- LUA SI P RUAS E YG ADA L E RASAN
KER BAT- TAS SI E ADA (Rp. Jt JAAN AN (Rp. Jt (Rp. Jt (Rp. Jt KAB. (Rp. Jt (PangkalUjung) (Km) (Km) (m) (Jiwa) (m) /Km) (Rp. Jt) (m) (Rp. Jt) (Rp.Jt) /Km) /Km) /Km) /Km)
(Rp.Jt) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 32 33 34 21 LB. BILIK - SEI BEROMBANG 12.9 JJS 94/021.00 12.9 0.0 12.9 A
R 3.0 163 3.1 A 3.5 3 94 1,213 1,213 94 109 15 9 * R H 5.3 68 38 KUALA BANGKA KAMPUNG MESJID 9.7 JJS 94/038.00 9.7 0.0 9.7 K R 3.5 127 21 A 3.5 4 80 776 776
80 168 88 4 *** C H 5.3 51 70 PARISA - SIMANDIANGIN 11.6 JJS 94/070.10 5.0 0.0 5
A R 3.5 173 3.1 A 3.5 3 80 400 1.2 PBJ 3a 10.2 63 463 93 118 25 7 *** S H 5.3 26 70
PARISA - SIMANDIANGIN 11.6 JJS 94/070.20 6.6 5.0 11.6 K RB 3.5 154 3.1 A 3.5 4 95
627 627 95 292 197 1 *** S H 10.6 67 71 SIMANDIANGIN - MANOMPUK 13 JJS
94/071.00 13.0 0.0 13 K RB 3.5 149 3.1 A 3.5 4 95 1,235 5.7 PAJ 3 9 26 1,261 97
231 134 2 *** S H 10.6 138 **** JUMLAH A **** 5 47.2 4,340 03 SIGAMBAL SIMPANG RINTIS 8 JJS 95/003.00 8.0 0.0 8 A R 3.5 109 2.1 A 3.5 2/3 93 742 7.7 PBJ
3a 8.1 54 796 99 99 0 14 * R H 6.9 55 04 TANJUNG HARAPAN - SUKAMAKMUR 9.7 LU
95/004.10 6.1 0.0 6.1 A R 3.5 79 2.1 A 3.5 2 91 555 555 91 108 17 8 ** R H 6 37 04
TANJUNG HARAPAN - SUKAMAKMUR 9.7 LU 95/004.20 3.6 6.1 9.7 K R 3.5 79 2.1 A
3.5 4 116 418 418 116 180 64 5 *** R H 12 43 08 MARSONJA - BINANGA IOLU 13.5
LU 95/008.10 3.4 0.0 3.4 K RB 3.5 36 3648 2.1 K 3.5 5 114 388 388 114 119 5 11 *
R H 12 41 31 SIMPANG RINTIS - BILAH HULU 7.6 JJS 95/031.00 7.6 0.0 7.6 A R 3.5 71
2.1 A 3.5 2 91 692 692 91 95 4 12 * R H 6 46 32 GAPUK - BILAH HULU 10.9 JJS
95/032.00 10.9 0.0 10.9 A RB 3.5 124 3.1 A 3.5 3 116 1,264 1,264 116 247 131 3
*** LL H 15.2 166 36 RINTIS - SUKAMAKMUR 13.2 LU 95/036.00 13.2 0.0 13.2 T R 1.0
53 2.1 K 3.5 5 115 1,518 1,518 115 117 2 13 * R H 6 79 39 SUKAMAKMUR MARSONJA 11.3 LU 95/039.00 11.3 0.0 11.3 K RB 3.0 57 2.1 K 3.5 4 112 1,266 1,266
112 120 8 10 * R H 12 136 51 LONA - JIOR 12.4 LU 95/051.00 12.4 0.0 12.4 T R 1.0
21 1.1 K 3.5 5 93 1,153 1,153 93 119 26 6 *** R H 4.5 56 **** JUMLAH B **** 9 77.5
8,050 08 MARSONJA - BINANGA IOLU 13.5 LU 95/008.20 10.1 3.4 13.5 T RB 1.0 1640
1.1 K 3.0 8 169 1,707 3.6 PBJ 2a 5.0 105 1,812 179 74 -105 NV NR 6.1 PBJ 2a 10.0
16 LINGGA - HATIRAN 3.1 LU 95/016.00 3.1 0.0 3.1 T R 1.0 4 1126 1.1 K 3.0 8 130

403 403 130 45 -85 NV P H 4.5 14 43 RANIO - JIOR 7.7 LU 95/043.00 7.7 0.0 7.7 T RB
1.0 11 913 1.1 K 3.0 7 169 1,301 1,301 169 31 -138 NV MR H 9 69 **** JUMLAH C
**** 3 20.9 3,516 15 SIMPANG RINTIS - RINTIS 5.4 LU 95/015.00 5.4 0.0 5.4 A S 3.0
47 2.1 K 3.5 NE M M6 61 329 **** JUMLAH D **** 1 5.4 **** TOTAL A+B+C+D ****
18 151.0 16,106 1 NOMER RUAS (SEMENTARA) : 900 = Jalan desa ; 800 = Jalan
perkebunan ; 700 = Jalan transmigrasi ; 600 = Jalan kabupaten baru ; 500 = Jalan
irigasi ; 400 = Jalan dalam kota 4 KLASIFIKASI FUNGSI RUAS : TRAN= Transmigrasi ,
PIR = Perkebunan Inti Rakyat ; NMG = Ekspor Non Migas ; PAR = Pariwisata ; LU =
Layanan Umum ; JJS = Jaringan Jalan Strategis ; JI = irigasi / pusat-pusat beras 9/10
PERKERASAN JALAN : TIPE : A = Aspal ; K = Kerikil ; B = Batu ; T = Tanah ; C =
Beton : S=Sedang ; SR=Sedang / Rusak ; R=Rusak ; RR = Rusak / Rusak Berat ; RB
= Rusak Berat 14 KELAS RENCANA L.L (KRIL) : KRLL 1 = LHR 0-50, KRLL 2 = 51200 , KRLL 3 = 201 - 500 ; KRLL 4 = 501-1000, KRLL 5 = LHR >1000 Angka sesudah
titik penunjukan persentase truk sedang dan berat terhadap total kendaraan roda
4 : (1) Ringan =< 10% ; (2) Sedang= 10%-25% ; (3) Berat=>25% Klasifikasi Ruas 21
JENIS PEKERJAAN JEMBATAN : PBJ = Baru ; PAJ=Penggantian bangunan atas ; JL= Jembatan
Limpas 22 JENIS JEMBATAN : BANGUNAN ATAS : 1= Kayu (semi permanen) ; 2 = Kayu ; 3 = Beton
(lebar jalan 3.5 m) ; 4 = Beton (lebar jalan 6 m) ; 5 = rangka baja ; 6 = limpas BANGUNAN BAWAH :
a=pemasangan batu (kepala jembatan 3 m, pilar 5 m) ; b = pasangan batu (kepala jembatan 5 m, pilar 7
m) ; c= beton bertulang 30 KODE STATUS EVALUASI : *** = Kelayakan tinggi ; ** = Kelayakan
sedang ; * = Marjinal ; NV = belum layak ; NE=belum dievaluasi (masalah data) 31 KODE
REKOMENDASI : R= Direkomendasi untuk pekerjaan berat; M=Direkomendasi untuk pemeliharaan;
H= Direkomendasi untuk pekerjaan penyangga ; NR = Tidak direkomendasi. MASALAH DATA : D =
Desain ; LL = Lalu Lintas ; P = Penduduk ; I = Penentuan proyek/panjang proyek; SK = Diperlukan studi
khusus ; S=Status/fungsi jalan atau proyek dianggarkan; C= Proyek Luncuran Khusus 32 PEKERJAAN
ALTERNATIF : M1-5 = Pemeliharaan Rutin ; M5-10 = Pemeliharaan Rutin, Periodik dan Perbaikan
Drainase ; H = Pekerjaan Penyangga BIAYA JUMLAH P2 PROPINSI : (12) SUMATERA UTARA
KABUPATEN : (05) LABUHAN BATU Hal : 1 PANJANG KLASIFIKASI NOMOR TARGET
JUMLAH JUMLAH NPV/KM PERINGKAT USULAN STATUS RUAS FUNGSI PROYEK PANJANG
KRLL TIPE LEBAR BIAYA JUMLAH PANJANG BIAYA BIAYA BIAYA PRIORITAS SUMBER
PENILAIAN RUAS PROYEK AWAL AKHIR KUMULATIF KABUPATEN DANA LINGKUNGAN
(Km) (Km) (m) Rp.Jt (m) Rp.Jt Rp.Jt Rp.Jt Rp.Jt 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
70 PARISA -SIMANDIANGIN 11.6 JJS 94/070.10 5.0 0.0 5.0 3.1 A 3.5 400 1 10.2 63 463 463 25 7
APBD 1 *** / S 70 PARISA -SIMANDIANGIN 11.6 JJS 94/070.20 6.6 5.0 11.6 3.1 A 3.5 627 627 1090
197 1 APBD 1 *** / S 71 SIMANDIANGIN - MANOMPUK 13.0 JJS 94/071.00 13.0 0.0 13.0 3.1 A 3.5
1235 1 9.0 26 1261 2351 134 2 APBD 1 *** / S 32 GAPUK - BILAH HULU 10.9 JJS 95/032.00 10.9 0.0
10.9 3.1 A 3.5 1264 1264 3615 131 3 APBN *** / LL 38 KUALA BANGKA - KAMPUNG MESJID 9.7
JJS 94/038.00 9.7 0.0 9.7 2.1 A 3.5 776 776 4391 88 4 IBRD 04 TANJUNG HARAPAN SUKAMAKMUR 9.7 LU 95/004.10 6.1 0.0 6.1 2.1 A 3.5 555 555 4946 17 8 IBRD 04 TANJUNG
HARAPAN - SUKAMAKMUR 9.7 LU 95/004.20 3.6 6.1 9.7 2.1 A 3.5 418 418 5364 64 5 IBRD 51
LONA - JIOR 12.4 LU 95/051.00 12.4 0.0 12.4 1.1 A 3.5 1153 1153 6517 26 6 IBRD 21 LABUHAN
BILIK - SEI BEROMBANG 12.9 JJS 94/021.00 12.9 0.0 12.9 3.1 A 3.5 1213 1213 7730 15 9 IBRD 9
80.2 7641 2 19.2 89 7730 1. NOMOR RUAS (SEMENTARA) : 900 = Jalan desa; 800 = Jalan
perkebunan; 700 = Jalan transmigrasi; 600 = Jalan kabupaten baru; 500 = Jalan irigasi; 400 = Jalan dalam

kota 4. KLASIFIKASI FUNGSI RUAS : TRAN = Transmigrasi; PIR = Perkebunan Inti Rakyat; NMG =
Ekspor Non Migas; PAR = Pariwisata; LU = Pelayanan Umum; JJS = Jaringan Jalan Strategis; JI = Irigasi
/ pusat-pusat beras 9. KELAS RENCANA L.L. (KRLL) : KRLL 1=LHR 0-50; KRLL 2=LHR 51-200;
KRLL 3=LHR 201-500; KRLL 4=LHR 501-1000; KRLL 5=LHR>1000 Angka sesudah titik
menunjukkan persentase truk sedang dan berat terhadap total kendaraan roda 4 : (.1) Ringan= 25% 10.
TIPE PERKERASAN JALAN : A = Aspal; K = Kerikil; C = Beton 20. USULAN SUMBER DANA :
IBRD=Bantuan Bank Dunia; OECF=Bantuan Jepang; USAID=Bantuan Amerika; ADB=Bantuan Asia;
APBN=Murni; APBD 1=Anggaran Propinsi 21. KODE MASALAH LINGKUNGAN : D / ID = Tercakup
dalam PIL Sektoral; PIL = Perlu Studi PIL; DITLK = Ditolak 22. KETERANGAN : *** = Kelayakan
tinggi; ** = Kelayakan sedang; * = Marjinal; NV = Belum layak; NE = Belum dievaluasi (masalah data) :
R=Direkomendasi untuk pekerjaan berat; M=Direkomendasi untuk pemeliharaan; H=Direkomendasi
untuk pekerjaan penyangga; NR=Tidak direkomendasi D=Disan; LL=Lalu lintas; P=Penduduk;
I=Penentuan proyek/panjang proyek; SK=Diperlukan studi khusus; S=Status/fungsi jalan atau proyek
dianggarkan; C=Proyek Luncuran Khusus CATATAN : Biaya sudah termasuk 10% tunjangan overhead
kontraktor dan kontingensi phisik; Tanpa PPn 2 PROYEK (Pangkal - Ujung) DAFTAR PENDEK
PEKERJAAN BERAT YANG DIUSULKAN TAHUN 1995 / 96 RUAS P R O Y E K N A M A R U A S
PAL. KM JALAN JEMBATAN KETERANGAN NO. RUAS U P3 PROPINSI : [ 12 ] SUMATERA
UTARA KABUPATEN : [ 05 ] LABUHAN BATU HAL : 1 PAN- KLASI NOMER TARGET T K
LEBAR LHR JUMLAH JUMLAH JANG FIKA- PROYEK PAN- I O KENDARA- BIAYA RUAS SI
JANG P N AN RODA KOMULAFUNG- PROYEK AWAL AKHIR E D EMPAT TIF SI I YANG RUAS
S ADA (Km) (Km) I (m) Rpjt/Km (Rp Jt) (Rp Jt) 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 03 SIGAMBAL SIMPANG RINTIS 8.0 JJS 95/003.00 8.0 0.0 8.0 A R 3.5 109 6.9 55 55 */R 08 MARSONJA BINANGA TOLU 13.5 LU 95/008.10 3.4 0.0 3.4 K RB 3.5 36 12.0 41 96 */R 31 SIMPANG RINTIS BILAH HULU 7.6 JJS 95/031.00 7.6 0.0 7.6 A R 3.5 71 6.0 46 142 */R 36 RINTIS - SUKAMAKMUR
13.2 LU 95/036.00 13.2 0.0 13.2 T R 1.0 53 6.0 79 221 */R 39 SUKAMAKMUR - MARSONJA 11.3 LU
95/039.00 11.3 0.0 11.3 K RB 3.0 57 12.0 136 357 */R 16 LINGGA - HATIRAN 3.1 LU 95/016.00 3.1
0.0 3.1 T R 1.0 4 4.5 14 371 NV/P 43 RANTO - JIOR 7.7 LU 95/043.00 7.7 0.0 7.7 T RB 1.0 11 9.0 69
440 NV/NR 7 54.3 440 1. NOMOR RUAS (SEMENTARA) : 900=Jalan desa; 800=Jalan perkebunan;
700=Jalan transmigrasi; 600=Jalan kabupaten baru; 500=Jalan irigasi; 400=Jalan kota 4. KLASIFIKASI
FUNGSI RUAS : TRAN=Transmigrasi; PIR=Perkebunan Inti Rakyat; NMG=Ekspor Non Migas;
PAR=Pariwisata; LU=Pelayanan Umum; JJS=Jaringan Jalan Strategis JI=Irigasi/pusat-pusat beras 9.
TIPE PERKERSAN JALAN : A=Aspal; K=Kerikil; B=Batu; T=Tanah; C=Beton 10. KONDISI
PERKERASAN JALAN : B=Baik; S=Sedang; SR=Sedang/Rusak; R=Rusak; RB=Rusak Berat 16.
KETERANGAN : ***=Kelayakan tinggi; **=Kelayakan sedang; *=Marjinal; NV=Belum Layak;
NE=Belum dievaluasi; R=Direkomendasi untuk pekerjaan berat; M=Direkomendasi untuk pemeliharaan;
H=Direkomendasi untuk penyangga; NR=Tidak direkomendasi D=Disain; :LL=Lalu lintas; P=Penduduk;
I=Penentuan proyek/Panjang proyek; SK=Diperlukan studi khusus; S=Status/fungsi jalan atau proyek
dianggarkan; C=Proyek Luncuran Khusus 1=Layak tanpa perubahan besar; 2=Layak dengan perubahan
besar; 3=Tidak jelas dan perlu survei lebih lanjut; 4=Tidak layak/Tidak disarankan DAFTAR
PEKERJAAN PENYANGGA YANG DIUSULKAN TAHUN 1995/96 R U A S P R O Y E K PAL.KM
PERKERASAN BIAYA KETERANGAN NO. RUAS (Pangkal - Ujung) 2 PROYEK YANG ADA N A M
A R U A S PEKERJAAN P4 KABUPATEN : CONTOH Alokasi Dana Tahun : Km Rp Jt/Km Jumlah
BPJK/ ID II/IK Lain - lain IPJK per Kapita A Jumlah Dana 7600 4000 3400 200 B Untuk Jalan 6580
4000 2380 200 C Pemeliharaan Rutin 160 2.5 400 0 400 0 D Pemeliharaan Berkala 40 20 800 0 800 0 E

Pekerjaan Berat 65 75 4861 3800 1061 0 F Biaya Umum 319 200 119 0 G1 Asumsi Faktor Inflasi Biaya x
1.1 G2 Asumsi Kenaikan Dana Dana x 1.1 Tahun : H Jumlah Untuk Jalan (BxG2) 7238 4400 2618 220 I
Biaya Umum 362 220 131 11 J Keperluan untuk Pemel. Rutin : 100 % 240 2.75 660 0 660 0 K Keperluan
Untuk Pemel. Berkala (25% P1) 60 22 1320 0 1320 0 L Pekerjaan Penyangga 42% 10% (Holding Works)
132 6 724 217 507 0 M Sisa untuk Pekerjaan Berat H-(I+J+K+L) 51 82 4172 3963 0 209 Satuan Jumlah
Km % Laus Wilayah Km2 9300 Total Panjang Jalan 850 100 Jumlah Penduduk Jalan Aspal 350 41 Tahun
: 1993 Jiwa 850000 Jalan Kerikil / Batu 200 24 Kepadatan Penduduk Jiwa / Km2 91 Jalan Tanah 300 35
Kepadatan Jaringan Jalan M / Km2 91 Jalan Berkondisi Jumlah Penduduk Baik / Sedang 240 28 Per
Panjang Jalan Jiwa/Km 1000 (Aspal / Kerikil) Asumsi : - Target % Pemeliharaan 100% Jalan Berkondisi Alokasi Penyangga 10% Rusak / Rusak Berat 310 36 - Alokasi Biaya Umum 5% (Aspal / Kerikil)
Keterangan : 5% DATA PENTING KABUPATEN DATA PENTING JALAN KABUPATEN Sumber data
dari K13 Sumber data dari K1 PENAKSIRAN ANGGARAN PENDAHULUAN Dalam Rp. Juta 5%
Rencana Dana P5 Propinsi : SUMATERA UTARA Kabupaten : LABUHAN RATU Diselesaikan
tanggal : 28 Agustus 1994 Hal : 1 dari 1 Panjang Sasaran Lokasi Target No. No. Ruas atau Kegiatan
Panjang Tipe Lebar Biaya Jumlah Panjang Biaya Jumlah Perkiraan Tingkat Status Keterangan Urut Ruas
Fungsi Proyek Perkerasan Perkerasan Biaya Waktu Persiapan Evaluasi Awal Akhir Konstruksi Proyek
(Pangkal) (Ujung) (Km) (Kecamatan) (Km) (M) (Rp ribu) (Buah) (M) (Rp ribu) (Rp ribu) (Bln)
(Baru/Ljt) 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 70 PARISA -SIMANDIANGIN 11.6 JJS A.
KANOPAN 5.0 0.0 5.0 A 3.5 400,000 1 10.2 63,000 463,000 4 Baru *** 2 70 PARISA
-SIMANDIANGIN 11.6 JJS A. KANOPAN 6.6 5.0 11.6 A 3.5 627,000 627,000 4 Baru *** 3 71
SIMANDIANGIN - MANOMPUK 13.0 JJS A. KANOPAN 13.0 0.0 13.0 A 3.5 1,235,000 1 9.0 26,000
1,261,000 6 Baru *** 4 32 GAPUK - BILAH HULU 10.9 JJS B. HULU 10.9 0.0 10.9 A 3.5 1,264,000
1,264,000 6 Baru *** 5 38 KUALA BANGKA - KAMPUNG MESJID 9.7 JJS KP. MESJID 9.7 0.0 9.7 A
3.5 776,000 776,000 5 Baru *** 6 4 TANJUNG HARAPAN - SUKAMAKMUR 9.7 LU L. PAYUNG 6.1
0.0 6.1 A 3.5 555,000 555,000 5 Baru ** 7 4 TANJUNG HARAPAN - SUKAMAKMUR 9.7 LU L.
PAYUNG 3.6 6.1 9.7 A 3.5 418,000 418,000 4 Baru *** 8 51 LONA - JIOR 12.4 LU L. PAYUNG 12.4
0.0 12.4 A 3.5 1,153,000 1,153,000 6 Baru *** 9 21 LABUHAN BILIK - SEI BEROMBANG 12.9 JJS L.
BILIK 12.9 0.0 12.9 A 3.5 1,213,000 1,213,000 6 Baru * 10 11 12 13 14 15 N a m a R u a s J a l a n
Proyek (Jenis Kegiatan) 3 USULAN DAFTAR RENCANA PROYEK BANTUAN PENINGKATAN
JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA TAHUN 1995/96 Pal Km Jalan Jembatan UR-1.JK 15 16 17 18
19 20 Jumlah 101.5 80.2 7,641,000 2 19.2 89,000 7,730,000 (5) SASARAN ATAU FUNGSI (10) TIPE
PERKERASAN USULAN (19) DARI STUDI KELAYAKAN TRA = Transmigrasi A = Aspal *** =
NPV/Km > Rp. 20 Jt PIR = Perkebunan inti rakyat K = Kerikil ** = NPV/Km = Rp. 10 - 20 Jt NMG =
Ekspor non migas * = NPV/Km = Rp. 0 - 9 Jt PAR = Pariwisata NV = Belum layak JJS = Jaringan jalan
strategis NE = Belum dievaluasi JI = Jalan irigasi LU = Layanan umum LL = Lain-lain ( ) ( ) ( ) ( ) Nip
Nip Nip Nip Propinsi : [ 12 ] Sumatera Utara Kabupaten : Labuhan Batu Diselesaikan tanggal : 28
Pebruai 1994 Hal : 1 Dari : 1 Ko Pan Sasa Pan No de jang ran jang mor P KETERANGAN No. No. Ruas
atau Pro Tipe Lebar Biaya Jum Pan Biaya Jumlah Donor r Urut Ruas Fung yek Per Per lah jang Biaya Pa
o Kons Stat Biaya si Awal Akhir keras keras Kontruksi APBN BLN ket g D3.5 tus /Km an an r Eva a Ya /
lu Rp. A B (Km) (Km) (M) (Rp rbu) (Bh) (M) (Rp rbu) (Rp rbu) (Rp rbu) (Rp rbu) m Tdk asi (rbu) 1 2 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 70 PARISA - SIMANDIANGIN 11.6 JJS 5.0
0.0 5.0 A 4.0 482.560 1 10.2 64.300 546.860 348.002 198.858 IBRD 3 Ya *** 109 147 1 2 70 PARISA SIMANDIANGIN 11.6 JJS 6.6 5.0 11.6 A 4.0 715.630 715.630 455.401 260.229 IBRD 3 Ya *** 108 147
1 3 71 SIMANDIANGIN - MANOMPUK 13.0 JJS 13.0 0.0 13.0 A 3.5 1,264.050 1 9.0 35.640 1,299.690

827.075 472.615 IBRD 5 Ya *** 100 18 1 4 32 GAPUK - BILAH HULU 10.9 JJS 10.9 0.0 10.9 A 3.5
1,156.810 1,156.810 1,156.810 IBRD 4 Ya *** 106 18 1 5 38 KUALA BANGKA - KAMPUNG MESJID
9.7 JJS 9.7 0.0 9.7 A 3.5 645.040 645.040 645.040 IBRD 6 Ya *** 66 9 0 6 4 TANJUNG HARAPAN SUKAMAKMUR 9.7 LU 3.6 6.1 9.7 A 3.5 423.560 423.560 269.538 154.022 IBRD 7 Ya *** 118 1 9 7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah 66.5 48.8 4,687.650 2 19.2 99.940 4,787.590 3,701.866
1,085.724 (5) SASARAN ATAU FUNGSI (9) TIPE PERKERASAN (20) KODE PROGRAM (24)
ELIJIBILITAS A : EKONOMI (25) ELIJIBILITAS B : ENGINEERING -------------------------------------------------------------------- --------------------------------- DAN KODE PERBEDAAN DISAIN
----------------------------------------------- REKAPITULASI PROYEK-PROYEK INPRES
PENINGKATAN JALAN KABUPATEN TAHUN 1995/96 J a l a n J e m b a t a n Komsisten Pal. Km
Perincian Sumber Dengan Proyek Biaya / Dana Tahap (Jenis Kegiatan) (Pangkal - Ujung) 3 Kode N a m a
R u a s J a l a n Perencanaan Elijibilitas RDIJK -------------------------------------- --------------------------------------------------------------- DAN KODE PERBEDAAN DISAIN ----------------------------------------------TRA = Trasnmigrasi LKP = Kepatut TAP = Latasir 1 = Proyek luncuran DARI STUDI KELAYAKAN P2 0 = Tidak elijibel PIR = Perkebunan Inti Rakyat BRA = Buras LAA = Laston 2 = Proyek baru
--------------------------------------------- 1 = Elijibel NMG = Ekspor Non Migas BTU = Burtu A = Aspal 3 =
Biaya umum dll 0 = Belum layak secara ekonomi 9 = Dokumen disain belum dianalisa PAR = Pariwisata
BDA = Burda K = Kerikil 4 = Proyek pemeliharaan 1 = Layak JJS = Jaringan Jalan Strategis BUM =
Latasbum LTA = Laston Atas 2 = Beda panjang jalan JI = Jalan Irigasi BUG = Lasbutag JPT =
Japal/Awcas (2) DARI STUDI KELAYAKAN - P2 3 = Beda tipe permukaan jalan LU = Layanan Umum
AAH = Latasag LPA = Lapis Pondasi Atas -------------------------------------------- 4 = Beda lebar perkersan
LL = Lain-lain PMA = Lapen LPB = Lapis Pondasi Bawah *** = NPV/Km .Rp.20 Jt 5 = Beda biaya
jembatan TAB = Lataston C = Beton ** = NPV/Rp. 10-20 Jt 6 = Beda biaya jalan >20% * = NPV/Km
Rp. 0-9 Jt 7 = Beda biaya jalan < 10 cm bentuk / kampung : Jalan neg/prop. Mengelupas 4 >10cm / tdk
ada : Jalan lainnya TDK BERASPAL F Lubang-lubang G Titik2 lembek H Erosi permukaan I Alur bekas
roda J Bergelombang 31 / 03 8.1 6,0 0,0 A S 4 8.1 6.5 A S 4 JALAN KONDISI ( Jalan Aspal )
PERMUKAAN BAHU JALAN ( Jalan Aspal ) KEMIRINGAN SDNG --> Lihat Buku Petunjuk Teknis
BERASPAL Tugas 2A 2 3 BAIK TIPE KERUSAKAN PEKERJAAN JEMBATAN 6 - 10 Rutin 11 - 16
Periodik > 16 TIPE PERMUKAAN DRAINASE 0 / 1 / 2 / 3 / 4 / 5 -'> PBJ / PAJ / PJJ / GG / JL 0 - 5 1 5 5 - 10 0 - 3 3 - 12 4 RUSAK RS.BRT 0 - 1 1 0 - 3 0 - 3 0 - 3 0 - 3 0 - 3 0 - 5 3 - 10 10 - 25 10 - 25 15 50 3 - 10 3 - 10 3 - 10 5 - 15 > 25 > 25 10 - 50 > 25 > 25 > 25 > 50 > 50 10 - 25 3 - 5 M PAL KM (YSD)
KERUSAKAN PERMUKAAN : % LUAS 5 - 25 12 - 25 10 - 50 5 - 15 > 15 > 50 Awal Akhir KONDISI
PERMUKAAN TITIK PENGENAL PANGKAL RUAS KODE SITUASI LAPANGAN Draina. Krusakn
R S B As-ul OvLy Jemb. Drain Cmpr PK H PENILAIAN 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2
313232231212233121223312222321222222121223212122321212232
121123212122231212233121223312122221212222123232212333221
2 3 3. B 01 31 03 14660.0 S2 NO. ROL FILM : TANGGAL : 3-2-94 TIPE KENDARAAN : KIJANG
NO. POLISI : BK 1406 ST KABUPATEN : LABUHAN BATU NO DISURVAI OLEH : SYAFRUDDIN
NO. RUAS : 8 FOTO Tipe Kon- Le - Le - Kelan- NAMA RUAS : MARSONJA - BINAGA TOLU disi
bar bar daian F. P. O. ( S3 ) Permu Permu Perke- Perke- Jalan Le - KM YSD. -kaan -kaan rasan rasan bar
TANGGAL S3 +Bahu (m) 1000 900 800 700 600 . . . . , 500 JEMBATAN (m) * Kiri Kanan jang ( Kond.
khusus / Kep. Pek. Mendesak / Penampang Melintang / Tipe Pek. Jmbtn ) SURVAI KONDISI JALAN
DAN FOTO ANGKA ODOMETER AKHIR KM PENGGUNAAN TANAH PERKERASAN JALAN
CATATAN : / SUNGAI Pan- 8 K RB 3.5 5.5 D T T 4 0.97 21-1- 3 5 0 400 300 200 100 . . . . , 0 meter

NAMA SIMPANG KM YSD. A, B, B, S, (m) (m) D, B, AWAL KM LOKASI PUSAT ( YANG SUDAH
K, T R, RB G HAL. DARI JEMBATAN DISESUAIKAN ) LEBAR SUNGAI S, P, T, H, TK, Ko, De *
PANJANG JEMBATAN / K RB K RB 3.5 5.5 D 3.5 5.5 D T T T T 8 7 4 2 3 14 0.97 21-1- 3 5 0 2 3 4 5
PROPINSI : KABUPATEN : HAL : DARI : Tgl. Foto : Perhatian : - Tulis hal - hal yang tidak jelas dari
hasil foto dan lainnya pada catatan foto disebelah kiri (selain diagram). - Gunakan formulir ini untuk
penempelan foto RANGKUMAN FOTO HASIL SURVEY PEMOTRETAN S1/S2 Catatan foto Di bawah
ini merupakan petunjuk untuk catatan foto Diagram di bawah ini sebagai contoh untuk catatan foto 60
911 Jaya ke Kuda KD. Pasir Pasir ke Makmur A/R T/RB Ruas yang disurvai PAL KM Tgl. Foto : Tgl.
Foto : Diagram di bawah ini sebagai contoh untuk catatan foto 60 911 Jaya ke Kuda KD. Pasir Pasir ke
Makmur A/R T/RB Ruas yang disurvai PAL KM PAL KM ke Jakarta ke Kuda JN. KM 14.3 Batu S3
KABUPATEN : LABUHAN BATU TIPE KENDARAAN : TOYOTA KIJANG TANGGAL : 21
JANUARI 94 NO. POL. KENDARAAN : BK 1406 ST DISURVAI OLEH : SYAFRUDDIN DI RUAS
JALAN : PROP / NEG. AWAL ( A ) dari Medan AKHIR ( B ) FAKTOR 10,0 ( Km ) PENYESUAI ( FPO
) = ------------------------------------------- = ODOMETER SELISIH ODOMETER (B-A) Km TOTAL
KILOMETER TERCATAT (B-A) PENYESUAIAN ANGKA ODOMETER KENDARAAN SURVAI
ANGKA KILOMETER PADA ODOMETER KENDARAAN PATOK KILOMETER PADA JALAN
NEGARA / PROPINSI DARI / KE PAL KILOMETER 058 14601.2 02.2 03.3 04.3 05.4 06.4 07.4 08.5
09.5 10.5 11.5 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 10.3 10.0 0.97 ODOMETER SELISIH
ODOMETER (B-A) Km PETUNJUK : Bawa kendaraan survai ke ruas jalan Negara atau Propinsi , di
sepanjang bagian ruas jalan yang kondisi permukaannya rata serta memiliki patok kilometer yang masih
terbaca jelas. Berhentilah pertama kali pada patok kilometer tertentu ( sebagai awal ) dan catat jarak
kilometer ke / dari kota terdekat yang tertera pada patok kilometer di kolom bagian kanan atas , lalu catat
pula angka yang terbaca pada odometer di kolom bagian kiri atas dalam tabel . Jalankan kendaraan ke
arah patok kilometer berikutnya , catat angka yang tertera pada patok kilometer tersebut bersamaan
dengan angka yang terbaca pada odometer kendaraan . Lanjutkan pencatatan tersebut ( setiap 1 patok
kilometer ) dengan prosedur yang sama, hingga mencapai jarak 10 patok kilometer dari titik awal.
Prosedur berikutnya adalah membagi jarak total patok kilometer ruas jalan Negara / Propinsi yaitu 10,0
Km, dengan selisih jarak perjalanan berdasarkan angka odometer yaitu B - A , untuk mendapatkan Faktor
Penyesuai Odometer ( F P O ) . Faktor ini harus diperiksa ulang berkali - kali ( minimal setiap 2 - 3
minggu ) , karena hasil pengukuran bisa saja berubah akibat kerusakan kendaraan , misalnya ban kempes
atau lainnya . 14601.2 02.2 03.3 04.3 05.4 06.4 07.4 08.5 09.5 10.5 11.5 220 221 222 223 224 225 226
227 228 229 230 10.3 10.0 0.97 KABUPATEN : LABUHAN BATU TANGGAL : 18 - 1 - 1994 NO /
NAMA RUAS : 3/Sigambal-SP.Rintis JUMLAH PERJALANAN : 1 X WAKTU SURVAI : 7.17 TIPE
KENDARAAN : TOYOTA KIJANG CUACA * : MENDUNG DISURVAI OLEH : B. SYAFRUDDIN
ANGKA ODO- ALA - WAKTU WAKTU METER JAM DETIK SAN ** ( Dtk ) ( Dtk ) * CUACA * *
ALASAN / TIPE HAMBATAN ( tulis singkatannya saja ) : - Cerah - Perbaikan Jalan : PJ - Kend. di
muka Berhenti : KB - Gerimis - Lokasi Pasar : LP - Lintasan Kereta Api : LK - Mendung - Kecelakaan :
KC - Jembatan Sempit : JS - Hujan - Lain - lain : LL Jarak (m) x 3,6 ------------------------- Detik 1 .
Apakah rendahnya kecepatan disebabkan oleh kepadatan lalu - lintas atau faktor lainnya ( bukan kondisi
jalan ) ? Ya Tidak 2 . Apabila survai dimulai atau diakhiri tidak pada titik awal / akhir ruas jalan ; Berapa
jarak ruas jalan tidak disurvai tersebut , jika diukur dari : - Titik awal survai : . . . . . . . . . . m - Alasannya :
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - Titik akhir survai : . . . . . . . . . . m Alasannya : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . C A T A T A N : Catat angka odometer
serta waktunya paling tidak tiap 5 Km sekali dan pada titik tertentu dimana terjadi perubahan tipe dan

kondisi permukaan jalan. KE DARI LOKASI : TIPE / SURVAI KECEPATAN S4 PEKERJAAN DI


LAPANGAN PEKERJAAN DI KANTOR ( Km / Jam ) WAKTU BERHENTI PENCATATAN Kecepatan
Kendaraan MENIT JARAK ( Mtr ) KECE - PATAN ( Km/Jam ) KONDISI PERMUKAAN TOT. LAMA
BERHENTI ( Dtk ) 012,1 AR 14,3 15,5 20,4 07 17 22 26 36 Sp.Rintis Sigambal ARB AR 2.200 1.200
4.900 300 240 600 26,4 18,0 29,4 AR 7.100 3,6 900 = X = 28,4 ARB 1.200 3,6 240 = X = 18,0 SURVAI
PENGHITUNGAN LALU LINTAS KABUPATEN : DISURVAI OLEH : NO. RUAS : NO. POS :
TANDA TANGAN : HARI : TANGGAL : WAKTU : CUACA (Beri Tanda "V") : Cerah Mendung
Gerimis Hujan TIPE DARI PANGKAL RUAS JUM- DARI UJUNG RUAS JUM- TOTAL PEMAKAI
JALAN NAMA : : MARSONJA (1) LAH NAMA : : B. TOLU (2) LAH (1) + (2) PEJALAN 1 KAKI
PIKULAN 2 SEPEDA 3 SEPEDA 4 BARANG BECAK 5 6 LAIN-LAIN TAK BERMOTOR SEPEDA
MOTOR 7 PICK UP OPELET COMBI 8 (ORANG) PICK UP 9 (BARANG) BIS 10 TRUK RINGAN
(COLT DIESEL) 11 TRUK SEDANG (FUSO,TANGKI) 12 TRUK BERAT (3 AS/GANDENG) 13
SEDAN JEEP 14 STATION WAGON 15 LAIN-LAIN BERMOTOR LABUHAN BATU 08 JUM'AT
RUSLAN. D 2 - 2 - 1994 06 07 S5A 08A 16 2 4 2 0 0 12 2 2 0 0 0 0 0 0 7 4 6 23 3 7 3 5 0 0 0 0 5 20 1 3 2
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 S5B KABUPATEN : LABUHAN BATU HARI : JUM'AT (HP/BHP) ** TANDA
TANGAN : NO. RUAS : 08 NO. POS: 08-A TANGGAL SURVAI : 2 - 2 - 1994 NAMA LOKASI POS :
RUMAH PAL KM POS (YSD) : 1,3 DARI PANGKAL RUAS RUAS JALAN DARI : MARSONJA KE:
BINANGA TOLU PANJANG RUAS : 13,5 Km (YSD) TANGGAL : TIPE PEMAKAI SUB SUB
JALAN 06-07 07-08 08-09 09-10 10-11 11-12 12-13 13-14 14-15 15-16 16-17 17-18 TOTAL 18-19 1920 20-21 21-22 22-23 23-24 00-01 01-02 02-03 03-04 04-05 05-06 TOTAL 1 23 19 14 15 23 24 10 11 9
10 8 8 174 174 2 6 5 4 0 2 2 4 5 0 1 4 2 35 35 3 7 5 5 6 4 4 3 0 0 2 2 2 40 40 4 5 3 3 2 1 2 5 0 3 0 4 2 30
30 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 - 6 SUB TOTAL 41 32 26 23 30 32 22 16 12
13 18 14 279 279 7 20 15 9 8 6 12 9 5 8 12 15 11 130 130 8 3 1 0 0 0 2 2 1 0 2 3 2 16 16 9 4 2 0 0 1 3 0 1
2 3 1 2 19 19 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 - 15 SUB TOTAL 7
3 0 0 1 5 2 2 2 5 4 4 35 35 1 - 15 TOTAL 68 50 35 31 37 49 33 23 22 30 37 29 444 444 CUACA * C C C
C C C C C C C C C * CUACA : C= CERAH, M= MENDUNG, G= GERIMIS, H= HUJAN ** ( CORET
YANG TIDAK PERLU ) HP: HARI PASAR BHP: BUKAN HARI PASAR SIANG M A L A M TOTAL
SURVAI LALU - LINTAS : RINGKASAN HARIAN 2/4/1994 1 : 3 PLL ke 1 PLL ke 2 Kabupaten :
LABUHAN BATU Nama ruas : MARSONJA - BINANGA 3 Hari : JUM'AT SABTU Nomor ruas : 08
Tanggal : 2/2/1994 3/2/1994 Nomor pos : 08A Jam : 06 - 18 06 - 18 Lokasi pos : RUMAH di Km (YSD):
1,3 dari pangkal ruas: MARSONJA. 1. Tipe permukaan jalan: Kerikil Kondisi permukaan jalan: 2.
Apakah selama dilakukan penghitungan lalu lintas (PLL) di sepanjang ruas jalan ini dapat dilalui oleh
kendaraan roda empat ? Hari PLL ke 1: Ya Hari PLL ke 2: Ya Tidak Tidak Jika tidak, apa penyebab Beri
Dari Ke Di Nama tempat utama jalan tertutup ? tanda (x) Pal Km Pal Km Pal Km (sebutkan secara rinci)
Jalan setapak/tidak ada jalan untuk kend.roda 4 Permukaan jalan licin/ berlumpur Jembatan hilang/rusak
Gorong-gorong hilang/rusak Jalan longsor Lain-lain (jelaskan) : Kalau tidak :: - Berapa lama ruas jalan
ini tidak dapat dilalui kendaraan roda 4? - Kapan jalan ini diperkirakan akan dapat dilalui kendaraan roda
4? 3. Nama pasar yang ada di sepanjang ruas jalan ini dan pasar lainnya yang mempengaruhi jumlah lalu
lintas pada ruas jalan ini. Jarak (Km) dari pos PLL 1. 2. 3. 4. 5. * Tulis angkanya saja: Bila hari pasarnya
tidak tetap setiap minggunya, catat frekwensinya (misalnya Pon, Kliwon dsb, setiap tanggal 5 dan 15 tiap
bulan) Hari pasar: 1 = Senin 3 = Rabu 5 = Jum'at 7 = Minggu 2 = Selasa 4 = Kamis 6 = Sabtu 8 = Setiap
hari LAPORAN PENGHITUNGAN LALU LINTAS Nama pasar Hari pasar * S5C X 0,0 3,5 Marsonja Palas Kira - kira sudah 1 bulan Akhir April atau awal Mei Langga Payung 5 27,5 S6A KABUPATEN

LABUHAN BATU DISURVAI OLEH G.T. SINAGA Hal : 1 NO.RUAS YANG DILEWATI
ANGKUTAN BERAT 60, 61 dan 47 TANGGAL Dari : 1 1 Nama, Jenis dan Tempat Kegiatan PTP. XI XII, Karet, Gonting 2 Nama dan Jabatan Responden Drs. Riyanto, Kabag. Produksi 3 HASIL Nama Jenis
Barang Karet Kering Volume HASIL ( Ton ) 154 Jumlah muatan normal per JENIS TRUK * Ringan
Sedang pengangkut hasil (Ton) 4 Jumlah TRUK BERMUATAN * yang KELUAR per : Hari / Minggu /
Bulan / Tahun 38 4 BAHAN Nama Jenis Barang Pupuk, beras, solar dan obat - obatan Volume BAHAN
( Ton ) 118 Jumlah muatan normal per JENIS TRUK * Ringan Sedang pengangkut hasil (Ton) 4 8 Jumlah
TRUK BERMUATAN * yang MASUK per : Hari / Minggu / Bulan / Tahun 22 4 5 Tujuan HASIL M e d
a n Asal / Sumber BAHAN Rantau Prapat RUTE yang dilalui Truk : Rantau - Kp. Baru - Kisaran - Binjei
per Hari per Minggu per Bulan per Tahun Berat - - - Berat per Bulan per Tahun SURVAI SUMBER
UTAMA PENYEBAB MENINGKATNYA LALU LINTAS ANGKUTAN BERAT per Hari per Minggu
13 - 9 - 92 - - 8.000 Rantau - Kp. Baru - Kisaran - Binjei 6 MUSIM KERJA : Bagaimana variasi kegiatan
kerja selama setahun ? 7 RENCANA / PERUBAHAN yang diharapkan selama 5 tahun mendatang Volume hasil (Ton) - Volume bahan (Ton) - Perubahan kapasitas - Luas areal (Ha) - Jumlah /Jenis
Kendaraan yang digunakan - Jumlah Pegawai (Orang) Tahun ke 0 1 2 3 4 5 8.000 8.000 1.302 1.000 200
10.000 1.620 1.250 250 12.000 1.950 1.500 290 14.000 2.200 1.750 340 16.000 2.500 2.000 390 16.000
2.500 2.000 390 Colt Diesel Colt Fuso Fuso Fuso Fuso S6B KABUPATEN DISURVAI OLEH Hal : 1
NO. RUAS YANG MELAYANI TANGGAL Dari : 1 1 Lokasi Proyek ( Kecamatan / Desa ) Labuhan / A.
Naetek. 2 Nama Proyek / PTP / Perusahaan WPP XI A Naetek, SP IV 3 Jenis Proyek Pemukiman
Transmigrasi. 4 Nama Tanaman Utama yang Diusahakan 5 Total Luas Tanaman Yang ada sekarang 6 ( Ha
) Rencana dalam 5 tahun Rata-rata Produksi Nama Produksi 7 per Hektar Yang ada sekarang 8 ( Ton /
Ha ) Rencana dalam 5 tahun 9 Total Produksi Yang ada sekarang 10 ( Ton ) Rencana dalam 5 tahun 11
Tipe dan Lokasi Pengo- Yang ada sekarang Huller di A. Nabara +/- 6 Km. 12 lahan Produksi Tanaman
Rencana dalam 5 tahun Industri Pengelolaan Hsl. Pert. Di Kanapon. 13 Lokasi Pelabuhan atau A.
Kanapon Tempat Penampungan Tanaman Ekspor +/- 27 Km dari proyek. 14 Kondisi Kondisi Jalan
Penghubung dan Tak Langsung ( jalan kabupaten ) 68 Panjang Langsung ( jalan penghubung ) 27 15
( Km ) 4.5 3 3 Baik / Sedang Rusak/Rusak Berat Perlu Jembatan ( m ) 558 700 Gabah 410 700 Kedelai
4.5 CHECKLIST DATA : PROYEK PIR / TRANSMIGRASI 1. Padi 2. Palawija 3. LABUHAN BATU
GT. SINAGA 6/26/1992 ( Km ) 1.680 2.100 1.840 3.150 Panjang Langsung ( jalan penghubung ) 27 15
Jalan Jalan Poros Utama ( jalan produksi ) 10 7 Jalan Poros Sekunder ( jalan kolektor ) 15 16 Jumlah
Rencana jumlah perkebunan baru Kepala dan jumlah buruh ? Keluarga Kalau areal belum ditanami : /
Jiwa - Kapan mulai tanam ( tahun ) ? Kapan Proyek ini Mulai ? Bulan : April - Apakah sudah ada
dananya ? ( Kel. Transmigran Pertama ) Tahun : 1977 / 78 ( sumber dananya ? ) Kapan akan diserahkan
Bulan : Januari - Apakah sudah ada studi ke Kabupaten ? Tahun : 1982 / 83 teknik ekonominya ? 17
PETA : Lokasi dan Batas Proyek, Nama dan No. Ruas Jalan, Lokasi Pemukiman ( SKP, SP ), lokasi
pengolahan tanaman, emplasemen, dan lain-lain. * 18 Penjelasan tentang Prioritas Pembangunan Jalan /
Jembatan ( sehubungan dengan proyek ) . * Satu - satunya jalan penghubung ke pusat pemukiman trans
19 Penjelasan tentang masalah lainnya, selain jalan penghubung, yang mempengaruhi kemajuan proyek. *
Jumlah angkutan sangat sedikit * Lampirkan atau catat sket peta , penjelasan , dll di belakang formulir ini
500 KK 2500 jiwa PIR / PERKEBUNAN Rencana dalam 5 tahun (KK x 5) (KK x 5) TRANSMIGRASI
Yang ada Sekarang 700 KK 3500 jiwa 1.680 2.100 1.840 3.150 S6C KABUPATEN DISURVAI OLEH
Hal : 1 Dari : 1 NO / NAMA RUAS 50 TANGGAL 1 Nama dan Jabatan Responden Yudi Nasution,
Kabag. Humas 2 Nama dan Jenis Atraksi Wisata Pemandian air panas dan sumber belerang yang dilayani
oleh ruas distudi 3 Lokasi Obyek Wisata ( nama desa Kp. Sei Raya, 13 Km dari Batu Tunggal dan pal-km

dari awal ruas ) 4 Jarak Lokasi (km) dari Ibukota Kabupaten Ibu-kota Propinsi 5 Apakah Wisatawan bisa
masuk Sepanjang Tahun Tidak bisa masuk dengan sedan / pick-up / bis ? Sepanjang Tahun, tapi Hanya
pada musim ( beri X satu kotak saja ) permukaan jalan jelek Kemarau saja 6 Kapan terjadi ' hari puncak
Sabtu sore dan Minggu kunjungan ' dalam seminggu ? 7 Kapan terjadi ' periode puncak 2 hari sebelum
dan sesudah 1 Januari. kunjungan ' dalam setahun ? 8 Kalau lokasi obyek wisata bisa LHR dicapai oleh
kendaraan roda - 4 , laksanakan survai penghitungan Hari puncak lalu - lintas ( lihat tugas 2 D ) Bukan
Hari puncak 9 Perkiraan Jumlah Wisatawan Jumlah yang datang per Hari Hari puncak Bukan Hari puncak
10 Dari mana umumnya, tempat Setempat Ibu-kota Propinsi asal wisatawan yang datang Ibu-kota
Kabupaten X Kota di Propinsi lain ( beri X satu kotak saja ) Kota di Kabupaten lain Manca-negara (Luar
negeri) 40 5 15 1 550 Yang ada Rencana Lainnya Batu Tunggal - Sei Raya 17 Des 1992 25 325 X
LABUHAN BATU G. T. SINAGA 75 CHECKLIST DATA : KEGIATAN SEKTOR PARIWISATA Pickup Sedan / Jeep Bis ( beri X satu kotak saja ) Kota di Kabupaten lain Manca-negara (Luar negeri) 11
Dimana umumnya, para Di lokasi tempat Di luar lokasi obyek wisata wisatawan tersebut menginap obyek
wisata (jarak dari lokasi : . . . . . km) 12 Tipe Fasilitas / Sarana Pariwisata di lokasi Obyek wisata 1.
Hotel / Losmen ( jumlah Tempat-tidur ) 150 ( Yang sudah tersedia dan yang 2. Restoran / Rumah Makan (
jumlah Meja ) 70 direncanakan --> tahun . . . . . ) 3. 4. 5. 13 Gambarkan dalam Peta (+ jarak ) , Jalan
menuju lokasi obyek wisata : Yang ada / Yang direncanakan ( Lampirkan peta atau gambarkan sket peta di
balik formulir ini ) 14 Rincian rencana pengembangan ; - April 94 pemugaran 2 losmen Tipe Sarana,
Usulan biaya, - Sedang dibangun 1 losmen baru dengan 15 kamar tidur Sumber dana, kapan
dilaksanakan, - Total biaya proyek pemugaran dan pembangunan baru sebesar dsb. Rp. 300 juta. dari
KMKP - BRI Rencana 400 200 Jenis Fasilitas / Sarana Yang ada X S7 NAMA DESA : KECAMATAN :
KABUPATEN : TANGGAL SURVAI : 25 - 3 - 1994 DISURVAI OLEH : HUBBAN LUBIS TANDA
TANGAN : DATA PENDUDUK TAHUN : Des. 1993 ( * No. Ruas Jalan Utama Yang Digunakan Oleh
Penduduk Dusun Ybs.) 1. 10. 2. 11. 3. 12. 4. 13. 5. 14. 6. 15. 7. 16. 8. 17. 9. PENDUDUK NO. RUAS *
MARSONJA LG.PAYUNG LABUHAN BATU SKETS PETA DESA J U M L A H ( 1 - 17 ) SURVAI
PENYEBARAN PENDUDUK NAMA KAMPUNG / DUSUN / RK PENDUDUK JUMLAH NO. RUAS
* NAMA KAMPUNG / DUSUN / RK JUMLAH MARSONJA PALAS SIBADAR SIOPUK TAROP
PULUT 1.462 588 250 500 543 377 902 902 8 8 8 39 3.720 902 Kab. TAPANULI SELATAN TAROP
SIOPUK Ds. B. TOLU Jalan Kabupaten + No. Ruas +--+--+--+--+ Batas Kampung / Dusun / RK Jalan
Desa Terbuka Untuk Kend. Roda Empat Kampung / Pemukiman Jalan Desa Tertutup Untuk Kend. Roda
Empat Kantor Desa + - + - + - + - + - Batas Desa ( Tulis Nama Desa Yang Berbatasan ) Pasar
PERKIRAAN JARAK (Km) MARSONJA PALAS SIBADAR SIOPUK TAROP PULUT 1.462 588 250
500 543 377 902 902 8 8 8 39 3.720 902 39 8 KD. MARSONJA Kab. TAPANULI SELATAN TAROP
SIOPUK PALAS PULUT SIBADAR Ds. B. TOLU Ds. RANTO ke B. TOLU ke Lg. PAYUNG 3,5 1 S8
Lalu-lintas Rendah dan Jalan Yang Tidak Bisa Dilalui Kendaraan Bermotor Hal. 1 : 2 DISURVAI
TANGGAL KABUPATEN OLEH SURVAI NO. / PANJANG NAMA RUAS RUAS (Km) LOKASI
SURVAI JARAK DARI (NAMA PEMUKIMAN) PANGKAL RUAS (Km) NAMA + PEKERJAAN /
JABATAN RESPONDEN NAMA PASAR / PUSAT KEGIATAN UTAMA YANG DIGUNAKAN JENIS
ANGKUTAN YANG DIPAKAI SURVAIOR KE LOKASI SURVAI 1 LALU - LINTAS Berapa banyak
kendaraan roda-4 ( Truk, Pick-up, Jeep ) yang biasanya lewat tiap hari dari lokasi survai ke jalan utama /
pasar ? ( satu arah saja ) 2 ALASAN DAN LOKASI JALAN TERTUTUP Apakah jalan ini terbuka
sepanjang tahun bagi kendaraan roda-4 ? Ya Tidak Jika TIDAK , Dimana lokasi penyebab tersebut ? Apa
penyebab utama jalan tertutup ? Jalan setapak / Tidak ada jalan untuk kend. bermotor Permukaan Jalan
Licin / Berlumpur Jembatan Hilang / Rusak Gorong - gorong Hilang / Rusak SAAT SURVAI Kemarau

Pal Km ( Sebutkan secara rinci ) SURVAI LALU - LINTAS YANG TERHAMBAT S P ( X ) JARAK
PASAR UTAMA KE LOKASI SURVAI (Km) CUACA PADA C u a c a Hari Pasar Bukan Hari Pasar
Dari Nama Tempat Hujan Ke Di Pal Km Pal Km LABUHAN BATU HUBBAN LUBIS 25 - 3 - 1994
Marsonja - Binanga Tolu 8 13,6 Palas J. Simanjuntak Petani / Pekebun Langga Payung 29,7 Sepeda
motor Cerah 13 0 5 0 3,5 X 0,0 3,5 Marsonja - Palas Jalan Longsor / Tergenang banjir Lain - lain
( jelaskan ) . . . . . . . . . . . . . . . 3 ALAT ANGKUT ALTERNATIF Ketika jalan tertutup untuk kendaraan
roda-4 alternatif jenis angkutan utama apa yang digunakan ? 4 RUTE ALTERNATIF Ketika jalan tertutup
untuk kendaraan roda-4 alternatif rute mana yang digunakan ? Jelaskan secara singkat rute alternatif dan
jaraknya ! Sepeda Rakit Perahu / Jalan Lainnya Sepeda Motor Jalan kaki / dgn. Pikulan . . . . . . . ada
Tidak Setapak / Laut Sungai Tidak ditarik hewan ada Kendaraan LABUHAN BATU HUBBAN LUBIS
25 - 3 - 1994 Marsonja - Binanga Tolu 8 13,6 Palas J. Simanjuntak Petani / Pekebun Langga Payung 29,7
Sepeda motor Cerah 13 0 5 0 3,5 X 0,0 3,5 Marsonja - Palas S8 5 WAKTU JALAN TERTUTUP
SELAMA MUSIM HUJAN Hal. 2 : 2 5.1 Berapa lama biasanya musim penghujan di daerah ini ? 5.2
Selama musim penghujan berapa kali per bulanjalan tertutup khusus untuk kendaraan roda - 4 ? 5.3
Berapa lama setiap kali jalan tertutup untuk kendaraan roda - 4 ? 6 IKHTISAR HAMBATAN Perkiraan
jumlah waktu kumulatif jalan tertutup untuk kendaraan roda - 4 selama setahun : < 2 minggu / tahun 0 2 6 minggu / tahun 1 6 - 12 minggu / tahun 2 3 - 6 bulan / tahun > 6 bulan / tahun biasanya tetap terbuka 3
untuk sepeda motor Secara normal tidak ter- 4 buka untuk sepeda motor Ada angkutan perahu 2 sungai /
pantai yang tetap Tertutup permanen untuk kendaraan roda - 4 Tertutup sebentar atau Tidak tertutup
Tertutup berkala Tertutup pada waktu musim penghujan X ( satu saja ) Kode Tingkat Hambatan >= 2 7 10 1 - 2 < 12 minggu hari hari hari jam Dari ( bulan ) Sampai ( bulan ) 3 - 4 Terus menerus Jumlah bulan
3 - 4 kali 1 - 2 kali 5 kali atau lebih Jarak pasar dari Januari April 4 X Pasar Pangkal ruas Ujung ruas
Nama pasar/pusat kegiatan P Dari - ke H Pal Km 7 RIWAYAT JALAN Pernahkah jalan ini berkondisi
baik ? Ya Tidak Jika 'YA' , kapan jalan ini terakhir diperbaiki ? Tahun Dapatkah kendaraan roda - 4 lewat
pada waktu itu ? Ya Tidak Mulai kapan jalan ini tak terandalkan / Tahun tidak bisa dilalui kendaraan roda
- 4 ? ( lihat pertanyaan no. 2 ) Lokasi Hambatan Pal Km Kode Tingkat Hambatan S Pal Km Penyebab
Utama Jalan Tertutup 0.0 Nama / Lokasi survai 0.0 Pal km Jarak pasar dari pangkal ruas distudi A B
Panjang ruas distudi Januari April 4 X 26,2 13,6 1987 1989 Marsonja - Palas Berlumpur 0,0 - 3,5 2 3,5
Palas Langga Payung S8 - pertama : A Jarak pasar ke pangkal ruas Pangkal ruas Ujung ruas Pasar Pal km
Pal km B P S 4,0 Jalan ( lihat no. 2 ) Licin 0,0 - 4,0 H 1 S8 - kedua : A Pangkal ruas Ujung ruas Pasar Pal
km B P S 5,0 Jalan Jembatan ( lihat no. 2 ) Licin Putus 0,0 - 4,0 4,0 H 1 4 S8 - ketiga : Pangkal ruas
Ujung ruas Pasar Pal km Pal km P S 8,0 Jalan Jembatan Banjir / ( lihat no. 2 ) Licin Putus Tergenang 0,0 4,0 4,0 6,0 - 7,0 H 1 4 3 0.0 ? Ke Pal Km Kode tingkat hambatan Panjang ruas distudi Jarak pasar ke
pangkal ruas Nama lokasi survai Penyebab utama jalan tertutup Jarak pasar ke pangkal ruas 0.0 13,0
Batas Tolu - Opat Pal Km Nama lokasi survai Penyebab utama jalan tertutup CONTOH IKHTISAR
HAMBATAN LALU LINTAS 8,0 A B Panjang ruas distudi Nama pasar/pusat kegiatan Km Sungai Tolu
Pasar Minggu Kp. Opat Kode tingkat hambatan Pal Km 0.0 Nama lokasi hambatan DariKe Pal km Pal
Km Dari- 0.0 13,0 Km Pasar Minggu Kp. Tolu Nama lokasi hambatan Nama pasar/pusat kegiatan 0.0
13,0 0.0 ? Panjang ruas distudi Nama pasar/pusat kegiatan Km Pasar Minggu Nama lokasi survai
Penyebab utama jalan tertutup Nama lokasi hambatan Kode tingkat hambatan Pal Km DariKe Pal Km
Kp. Dua Sada - Dua

Anda mungkin juga menyukai