Anda di halaman 1dari 7

Ada 8 unsur-unsur seni rupa terdiri dari titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna, tekstur dan

gelap terang. Kedelapan unsur tersebut selalu ada pada tiap karya seni rupa dan menjadi unsur
pembentuk karya, baik dalam porsi kecil atau besar dan menonjol.
Selain terdapat unsur-unsur seni rupa, ada juga prinsip-prinsip seni rupa. Pengertian prinsip
seni rupa merupakan prinsip dasar yang menunjang semua unsur di atas, untuk digabung menjadi
satu karya seni yang bagus. Prinsip seni rupa harus diperhatikan oleh para seniman agar
karyanya memiliki mendapat nilai estetika yang bagus.
Secara umum prinsip seni rupa terdiri dari 9 prinsip yakni kesatuan, keseimbangan, keselarasan,
irama, komposisi, kesebandingan, pusat perhatian, penekanan dan gradasi. Beberapa sumber
hanya menyertakan 8 prinsip saja dan tidak memasukkan prinsip pusat perhatian, meski secara
umum sebenarnya prinsip tersebut juga termasuk.
Prinsip Seni Rupa
Di bawah ini akan dijelaskan 9 prinsip seni rupa dan pengertiannya, terdiri dari kesatuan,
keseimbangan, keselarasan, irama, komposisi, kesebandingan, pusat perhatian, penekanan dan
gradasi.
1. Kesatuan (Unity)
Prinsip seni rupa yang pertama adalah kesatuan atau unity. Yang dimaksud prinsip kesatuan
adalah wadah unsur-unsur lain di dalam seni rupa sehingga unsur-unsur seni rupa yang ada
menjadi saling berhubungan satu sama lain dan tidak berdiri sendiri.
2. Keseimbangan (Balance)
Prinsip seni rupa berikutnya adalah keseimbangan atau balance. Prinsip ini memiliki tanggung
jawab terhadap kesan yang tercipta dari sebuah susunan unsur-unsur seni rupa sehingga akan
muncul sebuah daya tarik bagi para penikmat seni yang melihat karya seninya.
3. Keselarasan (Harmony)
Keselarasan atau harmony juga termasuk salah satu prinsip-prinsip seni rupa. Maksud dari
keselarasan adalah hubungan kedekatan unsur-unsur yang berbeda-beda, baik rupa bentuk
maupun warna, tujuannya untuk menciptakan sebuah keselarasan dalam kesenian.
4. Irama (Rythme)
Irama atau rythme sebagai prinsip seni rupa berarti pengulangan satu atau lebih unsur secara
teratur dan terus menerus sehingga mempunyai kesan bergerak. Susunan atau perulangan prinsip
dari unsur-unsur rupa yang diatur, berupa susunan garis, susunan bentuk atau susunan
variasi warna dalam sebuah karya seni.
5. Komposisi (Composition)
Prinsip komposisi dalam seni rupa berarti prinsip menyusun unsur-unsur rupa kesenian dengan
mengatur dan mengorganisasikannya menjadi sebuah susunan bagus, teratur dan serasi.
Komposisi dalam seni rupa menjadi penting agar sebuah karya terlihat lebih bagus dan estetika.
6. Kesebandingan (Proporsi)
Prinsip kesebandingan bertanggung jawab dalam membandingkan bagian satu dengan bagian
lainnya sehingga terlihat selaras dan enak dipandang, berhubungan dengan besar kecil, tinggi
rendah, jauh dekat atau luas sempitnya objek pada sebuah karya seni.
7. Pusat Perhatian (Center of Interest)
Prinsip seni rupa berikutnya adalah pusat perhatian atau center of interest, dikenal juga sebagai
prinsip dominasi. Penerapannya yaitu dengan menonjolkan salah satu objek yang menjadi inti
karya seni dibanding objek lain, sehingga lebih terlihat oleh para penikmat seni.
8. Penekanan (Contrast)
Prinsip penekanan atau contrast dilakukan dengan cara memadukan dua atau lebih unsur-unsur
yang berlawanan dalam sebuah karya seni. Perbedaan mencolok pada segi bentuk, warna atau
ukuran akan menimbulkan kesan kontras sehingga karya seni menjadi lebih unik, menarik dan
tidak membosankan.
9. Gradasi (Gradation)
Prinsip seni rupa yang terakhir adalah gradasi. Yang dimaksud prinsip ini adalah prinsip
penyusunan warna berdasarkan tingkat perpaduan susunan berbagai warna secara berangsur-
angsur. Gradasi sering digunakan saat membuat karikatur, lukisan, mozaik, dan seni rupa 2
dimensi lain.
A. Pengertian Seni Rupa Tiga Dimensi
Seni rupa tiga dimensi adalah karya yang memiliki dimensi panjang, dimensi lebar dan dimensi
tinggi. Misalnya, patung, relief, keramik, wayang golek yang bebas mengisi ruang, sehingga
dapat diamati secara sempurna dari berbagai arah (berkeliling, 360°). Meskipun banyak juga
karya-karya yang tidak memperhitungkan daya pandang demikian, misalnya patung-patung yang
sifatnya frontal (hanya bagus dilihat dari arah depan) saja dalam Berkarya Seni Rupa Tiga
Dimensi Dengan Memodifikasi Objek.

B. Fungsi Seni Rupa Tiga Dimensi


Karya seni rupa tiga dimensi pada umumnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan karya-karya seni rupa murni (patung, relief, monumen) serta seni rupa terapan (desain dan
kriya) seperti desain industri, desain interior, kriya rotan, kriya logam, kriya kayu dan lain
sebagainya.

C. Memodifikasi Objek
Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi Dengan Memodifikasi Objek dengan memodifikasi objek
berarti mencipta berdasarkan bentuk objek tertentu, baik yang sifatnya objek alamiah (ciptaan
Tuhan) maupun yang sifatnya objek buatan (ciptaan manusia), baik objek makhluk hidup
maupun objek benda mati. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, di sini memodifikasi berarti
(memindahkan, membalik, memiringkan, mengubah ukuran, memutar, menghapus,
menggabung, memecah, mendistorsi, menyederhanakan) dan lain sebagainya.

D. Berekspresi melalui Karya Seni Rupa


Pelaksanaan aktivitas kreasi seni lukis merupakan kegiatan untuk merealisasikan konsep seni
sebagai ekspresi. Yakni konsep yang berdasarkan pada sumber inspirasi seni dipetik dari
kehidupan psikologis pelaku yang kreatif. Karenanya jenis seni ini kurang objektif, tapi lebih
bersifat subjektif, namun sangat penting dalam usaha membentuk keseimbangan antara
kehidupan rohani dan jasmani seorang insan. Proses kreatif berekspresi melalui karya seni rupa
ini memerlukan beberapa peralatan yang harus dipersiapkan, antara lain : kanvas berukuran 60 x
60 cm, palet, kuas, cucian kuas, cat minyak, kain lap, dan perlengkapan lain yang dipandang
perlu.
1. Mengamati Karya Seni Rupa
Pertama-tama, marilah kita melakukan pengamatan terhadap realitas internal dari kehidupan
spiritual kita, misalnya dengan cara memusatkan perhatian pada kehidupan rohani kita, hal
itu mungkin berkenaan dengan cita-cita, emosi, intuisi, gairah, nalar, kepribadian dan
pengalaman-pengalaman kejiwaan lain yang sekarang kita alami.

2. Menanyakan Karya Seni Rupa


Kemudian kita dapat bertanya kepada diri sendiri, gejala kejiwaan mana yang paling bermasalah,
yang paling penting untuk diekspresikan lewat kegiatan melukis. Diharapkan dengan cara itu
kehidupan batin kita akan menjadi lebih tenang, sehat, dan seimbang. Lalu tetapkanlah itu
sebagai gagasan atau sumber inspirasi kreativitas kita. (penentuan tema atau subject matter).

3. Mencoba Karya Seni Rupa


Selanjutnya cobalah mereka-reka wujud visual gagasan tersebut, dalam imajinasi kita, lalu
buatlah sketsa-sketsa alternatif bagaimana rupa karya lukisan yang kita inginkan, apakah
figuratif menyerupai bentuk-bentuk alamiah, semi figuratif karena telah mengalami distorsi dari
bentuk alamiahnya, atau non figuratif, yang sama sekali tidak melukiskan gejala alamiah lagi,
melainkan hanya bentuk-bentuk abstrak. Tidak ada batasan yang dapat mengekang kebebasan
kreatif kita dalam memilih gambaran wujud lukisan. Batasannya adalah pencapaian kepuasan
berekspresi, sama dengan terealisasinya suatu gagasan menjadi lukisan.

4. Menalar Karya Seni Rupa


Dari sejumlah sketsa yang telah kita buat sebelumnya, analisislah kekuatan dan kelemahan setiap
sketsa. baik dari aspek konseptual, visual, dan kemungkinan penggunaan media teknik berkarya
yang sesuai. Pilihlah salah satu sketsa paling representatif yang memenuhi harapan kita.
Kemudian berekspresilah dengan penuh rasa percaya diri. Untuk menandai lukisan telah selesai
atau belum, tolok ukurnya adalah kepuasan yang kita alami. Jika rasa puas itu telah muncul
dalam hati kita, kepuasan mempersepsi wujud lukisan yang kita ciptakan, maka lukisan itu dapat
dibubuhi dengan tanda tangan atau inisial kita. Sebagai bukti kitalah penciptanya, dan kita
bertanggung jawab penuh atas ciptaan tersebut.
5. Menyajikan Karya Seni Rupa
Pengertian penyajian sebuah lukisan, berbeda dengan penyajian makalah dalam kegiatan seminar
atau diskusi. Dalam konteks ini kita mengerjakan pemberian bingkai yang sesuai, baik
ukurannya, warnanya, maupun kesesuaian dengan aliran lukisan kita. Selanjutnya menulis
ringkasan konsep, deskripsi visual, pembuatan label (judul lukisan, tahun, media yang
digunakan, ukuran, nama pencipta, serta foto karya lukisan).

Semua keterangan ini dilekatkan di bagian belakang lukisan. Sehingga lukisan itu dikatakan
“siap untuk dipamerkan”. Selanjutnya lukisan tersebut untuk sementara akan di simpan di ruang
koleksi. Penyajian seni lukis yang sesungguhnya akan diselenggarakan dalam bentuk pameran
yang diselenggarakan dengan pembentukan panitia pameran. Panitia akan bekerja-sama dengan
pihak-pihak lain, misalnya sponsor, donatur, galeri, kurator, pers, dan lain-lain.

E. Rangkuman Konsep Berkarya Seni Rupa


Berekspresi merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia sebagai insan budaya, realitas
internal kehidupan spiritual kita membutuhkan penyaluran, agar kita dapat mencapai
keseimbangan kehidupan rohaniah yang sehat. Proses mengamati, menanyakan, mencoba,
menalar, dan menyajikan adalah aktivitas proses kreasi yang lebih bersifat objektif. Dengan
memadukan realitas internal yang subjektif dengan pendekatan objektif, kita diharapkan untuk
memperoleh pengalaman yang berharga, yakni keharmonisan antar kehidupan batiniah dan
kehidupan lahiriah. Dari proses kegiatan berekspresi ini potensi artistik kita diharapkan akan
berkembang, dan karya-karya kita adalah objek-objek real tentang apa yang kita harapkan,
inginkan, dan sudah pasti merupakan dokumen penting bagi kehidupan psikologis kita.

F. Refleksi Konsep Berkarya Seni Rupa


Disamping menghasilkan karya sebagai benda seni yang mengandung nilai keindahan dan
makna seni, aktivitas berekspresi dalam penciptaan lukisan juga berfungsi sebagai katarsis atau
terapi bagi pelaku kreatifnya sendiri. Sedangkan bagi para psikolog, karya lukisan yang kita
ciptakan itu, merupakan data kehidupan psikologis yang dapat digunakan sebagai objek
penelitian. misalnya untuk mengetahui realitas kehidupan emosional, intelektual, imajinasi sang
pelukis.
G. WARNA
Setiap warna memiliki bias tertentu yang biasa disebut dengan hangat dan dingin. Dan
merupakan elemen pentng dalam proses pencampuran warna karena bisa memengaruhi hasilnya.
Sebagai kelompk, merah dan kuning dianggap sebagai warna-warna hangat sedang biru dalam
warna yang dingin. Tapi jika membandingkan warna merah yang berbeda (atau biru atau
kuning), kita bisa melihat ada berbagai versi hangat dan dingin pula untuk setiap warna. Sebagai
contoh, merah cadmium jelas lebih hangat dibandingkan alizarin crimson (meski mungkin akan
lebih hangat dibandingkan biru misalnya).
Dalam warna terdapat tiga warna primer yaitu Merah, Kuning dan Biru. selebihnya
adalah warna sekunder dan tersier yang tercipta lewat perpaduan antara ketiga warna primer
tersebut. dengan tergabungnya seluruh warna dasar hasil penggabungan, maka seorang seniman
bernama Brewster membuat skema warna. dengan skema warna inilah kita juga bisa
mengelompokan mana warna yang panas maupun warna dingin.
Pengertian warna hangat
Warna panas adalah warna yang bisa menimbulkan suasana menjadi semangat, riang
serta mendatangkan keceriaan. warna panas juga bisa mendatangkan sensasi dekat dan panas,
dimana warna ini mengelabui perasaan kita sehingga seolah merasa ada kedekatan maupun
terhimpit/sempit. sensasi panas timbul ketika melihat warna warna panas seperti merah api dan
kuning matahari.
Perlu diketahui, bahwa warna Hitam juga bersifat panas, karena hitam dapat menyerap
energi cahaya menjadi panas dibandingkan warna putih. contohnya ketika memakai baju panas
disiang hari, pasti badan akan cepat berkeringat.
Pengertian warna dingin
Warna Dingin adalah kelompok warna yang mensimbolisasikan kesejukan, ketenangan,
kelembutan dsb. dalam Roda warna, warna dingin dimulai dari Hijau sampai Ungu, kebalikan
dari warna panas. sensasi yang bisa ditimbulkan warna dingin adalah ilusi dekat.
Untuk mengetahui susunan warna dingin, kita membutuhkan Skema warna yang
diciptakan oleh Brewster. dalam skema warna ini terdapat 3 Warna Primer, 3 Warna sekunder
yang merupakan turunan warna primer, kemudian warna 6 Warna tersier dari hasil pencampuran
warna sekunder.
Dari semua warna yang ada, maka terbentuklah sebuah susunan warna yang terbagi
menjadi 2 jenis yaitu warna panas dan dingin. lihat gambar dibawah.
Warna dingin dimulai dari Hijau, Green-Blue (hijau kebiru-biruan), Biru, Biru ke unguan, Ungu,
Merah keunguan.

Anda mungkin juga menyukai