Anda di halaman 1dari 4

NOTULENSI

FGD (Focus Group Discussion) Tingkat Kecamatan Jaten


“Model Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Masyarakat Jogo Tonggo (Studi Kasus
Kawasan Pedesaan dan Migran di Kabupaten Karanganyar)”

Kegiatan FGD (Focus Group Discussion) tingkat kecamatan pertama pada hari
Jum’at, 18 Juni 2021 dilakukan di Aula Kantor Kecamatan Jaten yang dihadiri oleh 1 Dosen,
3 Enumerator dan 4 Narasumber yang merupakan ketua Satgas Jogo Tonggo dari masing-
masing perwakilan desa di Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar dengan tingkat jumlah
korban positif Covid-19 tinggi, sedang dan rendah yakni Desa Jaten, Desa Dagen, dan Desa
Sroyo. Kegiatan ini dilakukan guna mengetahui perkembangan kebijakan Jogo Tonggo yang
berjalan di Kecamatan Jaten, dengan melakukan diskusi mengenai keberjalanan program,
kendala yang dialami, dan penanganan yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut.
Hasil diskusi ini dapat melihat efektifitas keberadaan program Jogo Tonggo dalam mengatasi
percepatan penanganan kasus Covid-19. Adapun hasil diskusi yang telah dilakukan sebagai
berikut.
Satgas Jogo Tonggo Desa Jaten RW 21 Dalem Asri diketuai oleh Pak Lilik Ruswanto.
Wilayah RW 21 Desa Jaten ini terdiri dari 6 RT, di setiap RT-nya terdiri dari kurang lebih 35
Kepala Keluarga. Awal keberjalanan Jogo Tonggo di RW 21 ini dimulai dengan adanya
pembentukkan struktur satgas Jogo Tonggo sesuai arahan pemerintah desa merujuk pada
instruksi Gubernur Jawa Tengah. Kasus pertama Covid-19 di Perumahan Dalem Asri RW 21
terjadi pada awal tahun 2021, usaha awal yang dilakukan yaitu mengurangi aktivitas warga
seperti perkumpulan dan menggunakan grup WhatsApps (WA) yang dibuat di tingkat RW
dan RT sebagai media untuk koordinasi. Sejak awal munculnya Covid-19 di Indonesia
menyebabkan keresahan masyarakat di RW 21 ini, ditambah dengan banyaknya informasi
dari media sosial baik yang bersifat provokatif, fakta maupun informasi yang masih belum
jelas membuat masyarakat di RW 21 merasakan takut yang luar biasa dan mempunyai stigma
bahwa orang yang terkena Covid-19 harus dijauhi dan dikucilkan. Maka dari itu dilakukan
edukasi dan pendekatan di masing-masing RT. Kebutuhan rumah tangga bagi korban positif
yang melakukan isolasi mandiri ditangani seluruhnya oleh satgas Jogo Tonggo di tingkat RW
dan RT. Kendala pertama yang dialami yaitu kurangnya pendampingan dari pemerintah dan
instansi terkait, sehingga pihak RW harus melakukan edukasi dan penanganan mandiri.
Kendala yang kedua yaitu masalah biaya, untuk isolasi mandiri saja sudah memerlukan biaya
yang banyak untuk memenuhi kebutuhan hidup selama isolasi mandiri tersebut. Dana yang
digunakan untuk kebutuhan korban positif awalnya didapatkan melalui kas RW, kemudian
sekarang sudah dilakukan pengumpulan dana secara mandiri dari setiap RT melalui kas RT.
Dana tersebut sudah dapat memenuhi bahan-bahan kebutuhan. Selain itu, di wilayah RW 21
Desa Jaten ini juga terdapat Lumbung RT di setiap RTnya yang juga digunakan untuk
membantu perekonomian warganya yang mengalami kesulitan akibat pandemi Covid-19.
Sistematika dari lumbung RT ini ada yang menyumbang dan ada yang disumbang. Setiap
bulan diadakan list nama dan kebutuhan masyarakat dan juga list sumbangan yang diberikan
melalui grup WA tingkat RT, sehingga list tersebut secara transparan dapat diketahui oleh
masyarakat lingkungan RT masing-masing. Partisipasi dan kesadaran masyarakat di
Perumahan Dalem Asri RW 21 termasuk tinggi. Hingga saat ini, kebersamaan di RW 21 tetap
berjalan dan tingkat perekenomian warga juga semakin membaik. Tantangan lain yang
dihadapi menurut Bapak Lilik adalah kurangnya kepedulian pemerintah dan pelayanan
instansi terkait seperti Dinas Kesehatan dan puskesmas di Kecamatan Karanganyar yang
masih lambat.

Satgas Jogo Tonggo RW 6 Dusun Songgorunggi, Desa Dagen diketuai oleh Bapak
Mohammad Sarwani. Wilayah RW 6 Dusun Songgorunggi ini terdiri dari 3 RT. Awal
keberjalanan program Jogo Tonggo di RW 6 Desa Dagen juga dimulai dengan pembentukkan
struktur organisasi dimana ketua satgas Jogo Tonggo adalah ketua RW, wakil ketua,
sekretaris bendahara, satgas kesehatan, satgas ekonomi, satgas sosial dan keamanan, serta
satgas hiburan. Salah satu sumber dana penanganan Covid-19 didapat dari dana CSR pabrik
yang berada di sekitar Dusun Songgorunggi. Dusun Songgorunggi merupakan daerah yang
dikelilingi beberapa pabrik. Melalui KKD pengumpulan dana dari pabrik-pabrik dihimpun
dan disalurkan ke RW serta RT, lalu dari RT disalurkan kepada masyarakat salah satunya
saat ada masyarakat yang menjalankan isolasi mandiri. Kebutuhan bahan makanan dan
lainnya bagi korban positif yang sedang isolasi mandiri ditangani oleh ibu-ibu satgas dan
warga sekitar yang sukarela membagikan bahan makanan. Makanan sumbangan tersebut
akan ditaruh di meja yang sudah disediakan didepan rumah warga yang positif Covid-19,
sehingga warga tidak berkontak langsung dengan yang bersangkutan. Kendala yang dialami
yaitu terdapat beberapa rumah sebagai kos-kosan yang sulit dalam pengendalian dan
pendataannya. Koordinasi dilakukan di grup WhatsApps RW dan RT, jika diperlukan
pertemuan secara langsung maka akan diadakan pertemuan terbatas yang hanya di hadiri
perwakilan RT dan tokoh masyarakat atau pihak yang bersangkutan.
Satgas Jogo Tonggo RW 2 Dusun Pulosari, Desa Sroyo diketuai oleh Pak Ahmad
Sunarto. Wilayah RW 2 Desa Sroyo ini terdiri dari 6 RT, dengan warga sekitar 480 jiwa, dan
267 KK. Upaya penanganan Covid-19 di Dusun Pulosari sudah dilakukan sejak Januari 2020
sebelum diterbitkannya instruksi Gubernur Jawa Tengah mengenai satgas Jogo Tonggo.
Bapak Ahmad Sunarto berusaha memepertahankan zona hijau dengan tidak melaporkan
warganya yang positif Covid-19 hanya dari hasil tes satu rumah sakit, beliau akan melapor
jika sudah terkonfirmasi dua rumah sakit yang menyatakan positif. Karena biasanya satu
rumah sakit menyatakan positif namun setelah di cek di rumah sakit lain ternyata hasilnya
negatif. Beliau bukan tidak percaya adanya Covid-19, namun tidak percaya penyebarannya
secepat dan semudah itu, karena dari kasus-kasus yang ditangani misal satu orang dalam satu
keluarga positif Covid-19 namun keluarganya yang lain negatif. Sehingga edukasi mengenai
Covid-19 tetap dilakukan tetapi tidak menekankan bahwa virus Covid-19 menular dengan
mudah dan cepat. Pembatasan kegiatan masyarakat juga dilakukan, terutama untuk warga
yang rentan yang memiliki penyakit bawaan dan yang sudah tua. Kendala yang dialami oleh
satgas Jogo Tonggo di wilayah RW 2 Desa Sroyo ini adalah dari awal tidak ada penjelasan
mengenai tugas pokok dan fungsi satgas Jogo Tonggo sehingga satgas masih kebingungan
akan tugasnya. Kemudian, saat tahun 2020 korban positif hampir terjadi setiap bulan ada.
Bantuan dari pemerintah dan instansi terkait baru diberikan pada tahun 2021.

Satgas Jogo Tonggo RW 4 Dusun Dalon, Desa Sroyo diketuai oleh Bapak Slamet
Iswanto. Wilayah RW 4 Desa Sroyo ini terdiri dari 6 RT. Langkah pertama yang dilakukan
saat terjadinya pandemi Covid-19 ini yaitu melakukan pertemuan yang dilakukan 4 bulan
sekali yang dihadiri oleh kepala dusun, ketua RT, 3 tokoh masyarakat, karang taruna,
keamanan dan KPM (Kader Pembangunan Masyarakat). Pertemuan tersebut dilakukan guna
membahas keberjalanan penanganan Covid-19 yang ada di Dusun Dalon. Kendala yang
dialami yaitu terdapat 2 kos-kosan dan 1 perumahan, dimana penghuni kos-kosan ini sulit
didata dan diatur karena pemilik kos merupakan orang luar daerah yang hanya memikirkan
bisnis dan tidak mengontrol aktivitas penghuni kos, pendataan yang sulit karena syarat
administrasi pendataan penduduk seperti KTP, KK dan surat nikah tidak dikumpulkan dan
pergantian penghuni dalam kurun waktu yang cepat. Sedangkan, ketika terdapat
permasalahan atau terdapat penghuni kos yang positif Covid-19 lingkungan disekitarnya atau
dalam hal ini RT dan RW yang harus menangani, Untuk kendala di perumahan terdapat
banyak warga perumahan yang tidak lapor ke RT sehingga mempersulit penanganan.
Kegiatan isolasi mandiri di Dusun Dalon didanai dan ditangani oleh pihak keluarga yang
terpapar karena mereka tidak mau merepotkan lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai