Anda di halaman 1dari 3

Nama : Novia Anggraini

NIM : 126101202143

Semester/Kelas : VI / HES 6D

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Mata kuliah : HAKI

UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Jelaskan yang menjadi dasar hukum Hak Kekayaan Intelektual?


2. Apakah yang dimaksud dengan”LISENSI” dalam HAKI?
3. Studi Kasus : anda pemegang merk dagang sebuah lembaga pendidikan ternyata ada
lembaga pendidikan lain menggunakan nama yang sama dengan Lembaga Pendidikan
milik anda, apa yang anda lakukan terkait adanya pelanggaran hak cipta terhadap diri
anda?

JAWABAN:

1. Undang-Undang Nomor.7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the


World Trade Organization
Undang-Undang No.10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
Undang-Undang Nomor.12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta
Undang-Undang Nomor.13 Tahun 1997 tentang Hak Paten
Undang-Undang Nomor.14 Tahun 1997 tentang Merek
Keputusan Presiden Republik Indonesia (RI) Nomor.15 Tahun 1997 tentang Pengesahan
Paris Convention for The Protection of Industrial Property dan Convention Establishing
the World Intellectual Property Organization
Keputusan Presiden RI No.17 Tahun 1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty
Keputusan Presiden Republik Indonesia (RI) Nomor.19 Tahun 1997 tentang Pengesahan
WIPO Copyrights Treaty
Keputusan Presiden Republik Indonesia (RI) Nomor.18 Tahun 1997 tentang Pengesahan
Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works
Dengan Undang-undang yang menjadi landasan hukum hak kekayaan intelektual atau
HKI, maka setiap orang atau kelompok atau badan yang berhak melakukan inovasi pada
diri manusia atau produk dapat didaftarkan pada Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual, Badan Hukum dan Pengatur – Undangan Republik Indonesia.

2. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 1 Pasal 20
menyatakan bahwa lisensi adalah pemberian oleh pemilik hak cipta atau pemilik hak
terkait kepada pihak lain untuk menggunakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk
hak terkait dalam kondisi tertentu. izin tertulis.
Penggunaan lisensi dalam HKI menjadi suatu bentuk cara untuk memberikan
perlindungan hukum bagi para pihaknya dan mengikat satu sama lain. Selain itu juga
sebagai salah satu antisipasi dan menjadi suatu bukti otentik jika di suatu saat terdapat
perselisihan antar pihak yang terkait di dalamnya.

3. Yang sering menjadi masalah adalah ketidaktahuan para pengusaha terkait kesamaan
Merek dagangnya, baik dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja. Menurut Pasal
1 angka 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
(UU Merek), Hak atas Merek adalah “hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
pemilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri
Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.”

Pemilik Merek berhak untuk mengajukan gugatan karena memiliki hak atas Merek.
Perbuatan ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kerugian yang dialami pemilik
Merek. Pengajuan gugatan ke Pengadilan Niaga dapat berupa ganti rugi dan/atau
penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut (Pasal
83 ayat (1) UU Merek). Selain itu, bagi yang menggunakan merek yang sama dengan
merek milik orang lain dapat dikenai sanksi pidana (Pasal 100 sampai Pasal 102 UU
Merek). Ketidaktahuan atau ketidaksengajaan bukan menjadi alasan untuk membenarkan
perbuatan tersebut. Apabila suatu undang-undang telah diundangkan, maka setiap orang
dianggap tahu (asas fiksi hukum). Oleh karena itu, sebaiknya sebelum menggunakan
Merek yang diinginkan, sebaiknya mencari tahu terlebih dahulu apakah merek tersebut
sudah terdaftar atau belum.

Anda mungkin juga menyukai