1. Analisis situasi
3. Menetapkan tujuan
Kelima langkah pokok di atas harus dilaksanakan secara berurutan (sistematis). Setiap
langkah yang dilakukan memiliki tujuan sendiri.
Analisis situasi sebagai langkah awal dalam perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin,
sehingga dapat diperoleh gambaran tentang masalah kesehatan yang ada serta faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan tersebut, yang merupakan tujuan dari
analisis ini, pada akhirnya akan diperoleh hasil dari analisis ini yang merupakan titik tolak
perencanaan kesehatan terpadu dan dalam langkah selanjutnya diikuti oleh kegiatan untuk
merumuskan masalah secara jelas, sekaligus menentukan prioritas masalah-masalah
tersebut. Yang dimaksud dengan masalah dalam perencanaan kesehatan tidak terbatas
pada masalah gangguan kesehatan saja, akan tetapi meliputi semua faktor yang
mempengaruhi kesehatan penduduk (lingkungan, perilaku, kependudukan dan pelayanan
kesehatan).
Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan merupakan bagian dari proses perencanaan
harus dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh unsur terkait, termasuk
masyarakat. Sehingga masalah yang ditetapkan untuk ditanggulangi betul-betul merupakan
masalah dari masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan untuk menanggulangi
masalah kesehatan yang ada, masyarakat dapat berperan aktif didalamnya.
Identifikasi
1. Pendekatan logis
Secara logis, identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur
mortalitas, morbiditas dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada
dalam masyarakat.
2. Pendekatan Pragmatis
Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa tidak aman yang
ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian ukuran pragmatis suatu
masalah gangguan kesehatan adalah gambaran upaya masyarakat untuk
memperoleh pengobatan, misalnya jumlah orangyang datang berobat ke suatu
fasilitas kesehatan.
3. Pendekatan Politis
Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan diukur atas dasar pendapat orang-orang
penting dalam suatu msyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh masyarakat)
Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar pimpinan sebagai inti proses
perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini, dapat dikatakan sebagai suatu
persiapan untuk keputusan penting dalam penetapan prioritas. Untuk dapat menetapkan
prioritas masalah ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yakni :
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilkukan oleh sekelompok
orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang
paling penting sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas memerlukan perumusan
masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif
dan kuantitatif, serta dirumuskan secara sistematis.
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
1. Besarnya masalah
7. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah
1. Indikator mutu bs diambil dr indikator kinerja pusk yaitu SPM, PKP, Pis PK yang
capaiannya msh rendah bl bnyk yg blm. Tercapai lakukan USG untuk menentukan
prioritas masalah kemudian lakukan identifikasi masalah, masalah yg plg dominan itu
bs di buat sebagai mutu prioritas pusk
2. Dokumen yg disiyapkan seperti yg di sebutkan dr susan diatas ditambah dgn mulai
membuat profil indikator mutunya
Penentuan indikator mutu prioritas tentu harus ditentukan secara bersama2. Dokumen yg
dibutuhkan adalah notulen rapat penentuan indikator, cakupan / capaian program tahun
lalu, dll, dilihat yang paling rendah capaiannya ...
Tidak semua indikator hars di buat profil indikator tp klu mau dibuat silahkan, yg wajib ada
profil indikator :
1. INM
2.IMPP
3.IMPel
4. Indikator PPI
5. Indikator IKP
Penentuan IMP dari masing2 layanan itulah yg disebut IMPel, IMpel2 dari semua layanan
dijadikn satu di USGKn menjadi IMPP yg akan diselesaikan secara bersama, namanya
indikator mutu prioritas pusk jd ya hanya 1 tp nanti penyelesaiannya melibatkan semua
pelayanan baik kmp, ukm dan ukpp
Klu IMPel yg mengawal atau memonitor adalah masing2 pemegang layanan/ program karna
itu tanggung jawabnya dia sebagai pemegang layanan hrs menyelesaikan indikator kinernya,
baru klu menemukan kendala dlm penyelesainanya bs melibatkan tim mutu
3H1P adalah salah satu cara untuk memprioritaskan yang dicontohkan dalam standar. Bad
Performance seperti yang ada dalam PKP Jawa Timur juga bisa digunakan. 3H1P bagus untuk
menentukan unit yang kita prioritaskan. Jaring laba-laba (radar diagram) PKP, apalagi
dengan indikator yang seperti sebanyak PKP Jawa Timur akan lebih mudah digunakan untuk
melihat prioritas kinerja. Tinggal mencari lengan jaring yang terpendek.
[10.04, 1/4/2023] dr Susanna:Teman teman... terkait PPI, yang seharusnya kita lakukan
adalah bukan pemisahan ILI dan non ILI, tapi yang harus kita lakukan adalah pemisahan
pasien infeksius dan non infeksius. Pasien infeksius tidak hanya covid saja... tapi banyak.
Yang terutama harus kita pisahkan adalah kasus infeksi yang terutama ditularkan melalui
airborne, seperti covid, TBC, herpes, morbili, varicella, difteri, dll. selama 3 tahun ini kita
sudah diajari oleh Covid dengan amat sangat keras. Maka diharapkan kita mampu untuk
meneruskan kebiasaan itu. Silakan teman teman liat di puskesmas, apakah memungkinkan
untuk memisahkan layanan pasien infeksius dan non infeksius ? Bila belum memungkinkan,
maka terapkanlah protokol kesehatan dengan ketat, pakai masker dengan baik, jaga jarak,
dan menjaga kebersihan tangan.
[10.05, 1/4/2023] dr Susanna: Bagi yang sudah bisa memisahkan, ruang layanan sebaiknya
jangan diberi nama RUANG INFEKSIUS dan RUANG NON INFEKSIUS. hal ini untuk mencegah
terjadinya stigma di masyarakat. gantilah nama ruangan dengan nama lain, seperti RUANG
MAWAR dan RUANG MELATI, dengan identifikasi ruang masing-masing
Secara garis besar, indikator PPI ada sebagian di INM (kebersihan tangan dan APD).
6. KIPI