Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Abdullah Ahmad Badawi Dalimunthe

NIT : 16072010001
MATERI : Collaborative Decision Making (CDM)
HARI/TANGGAL : Rabu / 12 April 2023
DOSEN : Ari Satria Saputra, S.E.,M.M.

Harmonisasi ATFM dan CDMAir Traffic Flow Management (ATFM) adalah Suatu
layanan yang didirikan dengantujuan pengaturan pada arus lalu lintas udara yang aman, tertib,
dan ,juga memastikan bahwakapasitas ATC digunakan se efisien mungkin dan volume lalu
lintas selaras dengan kapasitasyang dinyatakan oleh otoritas ATS yang sesuai. Air Traffic Flow
Management merupakansebuah cara atau metoda yang digunakan untuk menyeimbangkan
antara kapasitas dan permintaan di ruang udara maupun di bandara, sehingga pengaturan lalu
lintas udara bisaefisien dan efektif. ATFM tidak bisa dilaksanakan sendiri tapi harus dilakukan
secara bersama dengan kesadaran tinggi oleh semua stakeholder.Tujuan layanan ATFM ini
antara lain terciptanya keamanan, keteraturan dankesesuaian antara kapasitas dan permintaan,
menghindari terjadinya overload danmegnoptimalkan air traffic flow. Dalam hal ini BMKG
mempunyai peran yaitu sebagai penyedia jasa yanan informasi meteorology penerbangan.
Dengan adanya updating informasimeteorology yang signifikan dapat digunakan untuk
menentukan rute baru atau menghindarirute dengan kondisi cuaca buruk dalam operasi
penerbangan.
Airport – Collaborative Decision Making (A-CDM) adalah seperangkat proses
yangdikembangkan dari umum filosofi pengambilan keputusan kolaboratif (CDM) di
Indonesiadan diterapkan pada operasi di aerodromes antara para pemangku kepentingan.
Bersama-sama, ATFM dan CDM dapat mengoptimalkan kapasitas bandara dan ruang udara
adaserta meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan lalu lintas udara.ATFM mempunyai
fungsi untuk pengaturan jalur penerbangan, waktu kedatangandankeberangkatan pesawat,
penggunaan airspace dan pengaturan lalu lintas udarasecarakeseluruhan. ATFM dapat
memengaruhi operasi penerbangan maka dari itu dibutuhkanCDMyang diambil oleh para
stakeholder. Oleh karena itu, harmonisasi antara CDM danATFM harus dijaga untuk
memaksimalkan efisiensi dan meningkatkan keselamatan penerbangan.
Karena hanya satu pesawat yang dapat mendarat atau berangkat dari landasan pacu pada waktu
tertentu, dan karena pesawat harus dipisahkan oleh jarak atau waktu tertentu untuk menghindari
tabrakan, setiap bandara memiliki kapasitas yang terbatas; itu hanya dapat menangani begitu
banyak pesawat per jam dengan aman. Kapasitas ini bergantung pada banyak faktor, seperti
jumlah landasan pacu yang tersedia, tata letak jalur taksi,ketersediaan kontrol lalu lintas udara,
dan cuaca saat ini atau yang diantisipasi. Cuaca dapat menyebabkan variasi kapasitas yang
besar; angin kencang dapat membatasi jumlah landasan pacu yang tersedia, dan jarak pandang
yang buruk mungkin memerlukan peningkatan jarak antar pesawat.Ketika unit kontrol lalu
lintas udara yang akan mengontrol penerbangan mencapaikapasitasnya, pesawat yang tiba
diarahkan ke pola holding di mana mereka berputarsampai giliran mereka mendarat. Namun,
pesawat yang terbang berputar-putar adalah cara yang tidak efisien dan mahal untuk menunda
pesawat, sehingga lebih baik untuk tetap berada di darat di tempat keberangkatannya, yang
disebut program penundaan darat.Dengan cara ini, penundaan dapat ditunggu di darat dengan
mesin mati, menghemat banyak bahan bakar. Penghitungan waktu enroute yang cermat untuk
setiap penerbangandan arus lalu lintas secara keseluruhan, yang bertujuan untuk
meminimalkan keterlambatan keseluruhan dalam sistem lalu lintas udara, sangat bergantung
padakomputer.ATFM dan A-CDM ini penting karena berkaitan dengan efisiensi
penerbangan.Sebagai contoh jika suatu bandara terkendala, maka melalui sharing information
kendala tersebut dapat dimitigasi lebih awal, kepada pesawat yang akan terbang ke sana.
Dengan demikian pesawat tersebut akan bisa melakukan penyesuaian. Karena jika tetap
terbang dia akan berpotensi mengalami holding, divert bahkan RTB dan akan terjadi
pemborosan bahan bakar. Pengambilan keputusan (decision) terkait diperbolehkan atau
tidaknya suatu penerbangan pesawat akan disampaikan melalui sistem yang terintegrasi antar
stakeholder. Sehingga apabila terjadi pengurangan kapasitas di ruang udara maupun di bandara,
maka akan diberlakukan Ground Delay Program, yaitu pesawat akan dimintauntuk tetap di
darat hingga kondisi di bandara tujuan ataupun di ruang udara yang terkena dampak sudah
clear.Dengan demikian perencanaan operasional bagi maskapai juga dapat disusun lebih
baik.Dengan penerapan sistem ATFM dan A-CDM di Indonesia, maka pengoperasian pesawat
dapat direncanakan dengan lebih efektif dan efisien.
Dikarenakan ATFM merupakan “alat” untuk mengatur traffic yang berada
diudarasedangkan A-CDM merupakan “alat” untuk mengatur traffic yang berada di
ground.Maka dariitu, kedua “alat” ini tidak dapat berdiri sendiri, mereka akan selalu
membutuhkansatu samalain jika ingin tercipta keefisiensian dan meningkatnya keselamatan
penerbangan.Jika kedua“alat” ini dapat bekerja sama dengan baik maka keuntungan yang di
dapatkan oleh parastakeholder pun akan bertambah pesat. Maka dari itu diperlukan
harmonisasi antara A-CDM dan ATFM.

Anda mungkin juga menyukai