A-CDM
A-CDM ( Airport collaborative decision making) merupakan sebuah konsep dimana adanya
keterpaduan hubungan untuk upaya efisiensi bidang penerbangan yang berisi oleh 4
stakeholder utama, yaitu Airport, Air Navigation Service Provider, Airlines, dan Ground
Handling Agent. Hal tersebut utamanya mengatur seluruh sektor penerbangan selama berada
di darat, hingga arrival hingga kembali departure. Jadi Setelah arrival atau pesawat telah
landing, pihak ANSP harus mengatur seefisien mungkin pergerakan pesawat hingga mencapai
gate, begitu pula saat departure untuk mencapai runway. Setelah pesawat parkir di gate
dengan on block, atau disebut juga on choke, 3 pihak lainnya pun harus bekerja menyesuaikan
target off-block time. Airport diharuskan menyediakan dan mengatur Airport Capacity yang
meliputi parking stand, check-in counter, lounge, gate, serta baggage conveyor belt.
Sedangkan ground handling agent juga bekerja sama dengan airport untuk mengatur segala
keperluan di darat, Terakhir yaitu airline dengan menyediakan sumber daya seperti pesawat
yang memadai, tenaga teknisi, dan lain sebagainya.
4 participant pada Airport Collaborative Decision Making (A-CDM) beserta peran
dan tugasnya dalam bertukar informasi :
- Airport
Airport memiliki peran khususnya pada penyediaan Airport capacity yang meliputi parking
stand, check-in counter, lounge, gate, serta baggage conveyor belt. Dengan ketersediaan
fasilitas tersebut, membantu pihak airlines, ground handling agent, maupun pernumpang
dalam proses boarding dan disembarking.
- Air Navigation Service Provider
ANSP meliliki salah satu peranan yang berkontribusi paling banyak dalam sistem A -CDM,
diantaranya pada proses pertukaran data dan informasi,mengingat selama proses penerbangan
off block hingga on block kembali di bandara tujuan, pilot selalu berkomunikasi dengan
ANSP dan segala prosesnya dikendalikan oleh ANSP. Juga dalam mengatur seefisien
mungkin pergerakan pesawat setelah landing hingga mencapai gate.
- Airlines
Airline dalam halnya penyedia transportasi penerbangan berperan sebagai komponen
transportasi udara dengan menyediakan sumber daya seperti halnya pesawat yang memadai,
tenaga teknisi yang presisi, flight crew sesuai sertifikasi yang handal, sehingga setiap
penerbangan siap untuk dijalankan dengan tepat waktu dalam hal efektif serta efisien tanpa
meninggalkan aspek safety.
- Ground Handling Agent
Ground Handling agent memiliki peran dan tugas untuk mengatur segala keperluan di darat
seperti unloading dan uploading bagasi serta cargo, proses pushback, disembark, refueling,
agar mencapai waktu turn around process yang diinginkan.
a. TSAT : Target Start Approved Time adalah target waktu yang diberikan ATC dimana
sebuah pesawat dapat mendapatkan start-up atau pushback approval.
b. TOBT : Target off-block time adalah estimasi waktu airlines atau ground handling agent
harus menyiapkan pesawat untuk ready for departure, dimana all aircraft door closed,
boarding bridge disconnected, pushback tow-tug pada tempatnya dan dapat start/pushback
saat diberikan clearence oleh ATC.
c. CTOT : Calculated take-off time adalah waktu yang sudah diperhitungkan oleh unit ATFM
sesuai pergerakan di suatu bandara pada sebuah penerbangan dimana pesawat diperkirakan
dapat airborne.
Peserta dari pelaksanaan CDM dapat berkolaborasi dengan menyediakan dan menggunakan
informasi antar berbagai jenis dan sumber informasi. Stakeholder yang dapat terlibat dalam
kolaborasi yaitu :
- ATM Service Provider (ASP)
- Airport Operator (AO)
- Airspace User (AU)
- Airspace Provider(AP)
- Emergency Service Provider (ESP)
Salah satu tujuan dari kolaborasi tersebut bertujuan untuk menggunakan konsep component
functionality to be delivered. Setiap sumber informasi dapat merujuk kepada keperluan
informasi yang spesifik dalam level global maupun level regional. Informasi tersebut dapat
terdiri atas :
- Data specification
- Authorization Requirement
- Operational Requirement
Dari 16 milestone A-CDM, terdapat peran dari ATC/ANSP dalam berkontribusi pada A-CDM.
Berikut penjelasan secara singkat bagaimana ATC dapat berperan pada A-CDM. Dalam 16
ACDM milestones, sebuah proses penerbangan dibagi kedalam 3 fase, yaitu Outbound –
Inbound – Turn Around. Wajar saja peran dari ANSP Sangatlah penting dimana seluruh proses
fase penerbangan, dimulai pada awal Aircraft ready saat turn around process, kemudian
outbound, inbound, hingga memasuki fase turn around kembali terdapat kontak secara terus
menerus antara pilot ( Pesawat ) dengan ATC.
Jadi ANSP terlibat sebagai penyedia data utama dalam pertukaran data dan informasi. Setiap
pihak untuk menyiapkan kebutuhan kedatangan sebuah pesawat, dapat meminta estimate time
arrival, didapatnya parking stand, sampai didapatnya estimate in block time, sehingga seluruh
pihak stakeholder dari Airport, Airlines, hingga ground handling agent dapat mementukan
airport capacity, mempersiapkan turn around procces dengan seefisien dan seefektif mungkin
agar dapat mencapai target Estimate Off Block Time yang diinginkan, hingga pesawat siap dan
melakukan fase inbound di mana seluruh proses dipegang perannya seperti seluruh intruksi,
clearence kepada pesawat. Dengan itu maka pihak stakeholder lain, dapat meminta data penting
yang mereka perlukan kepada ANSP agar mencapai sebuah keputusan pribadi ataupun
kesepakatan Bersama. Sebaliknya juga, ANSP memerlukan informasi atau data yang diperlukan
kepada 3 stakeholder utama tersebut agar dapat mengisi data penerbangan seperti Flight Plan,
memperkirakan pergerakan pesawat dalam waktu kedepan, mengatur traffic yang ada dengan
melakukan penyesuaian, agar dapat singkron dalam menjalankan ATFM yang membuat
penerbangan lebih efektif serta efisien tentunya, yang ramah bagi lingkungan serta biaya
operasional.
Prinsip Good Governance pada A-CDM
Penerapan prinsip Good Governance pada A-CDM salah satunya telihat pada tujuan A-CDM
sendiri, yaitu efektifitas dan efisiensi pada seluruh proses penerbangan selama berada di darat
dan setiap stakeholder diharuskan agar mampu menggunakan sumber daya yang ada seoptipmal
mungkin sehingga tujuan tersebut dapat tercipta, karena itulah seluruh stakeholder saling
berkaitan serta tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya dukungan aspek lainnya. Akses
informasi yang selalu harus terhubung pada setiap stakeholder yang memerlukannya. Dengan
adanya regulasi yang baik, pihak stakeholder yang berjalan dengan tepat, dan pengguna jasa
yang mendukung akan beakibat pada dapat berjalannya sistem A-CDM yang baik.
Standardisasi data berkaitan dengan beberapa area di mana keputusan dibuat melalui kolaborasi
diantara :
1. Area yang berada dibawah bidang performance-based approach. Untuk area ini
pengambilan keputusan diharapkan didukung oleh data dengan standardisasi yang
diperlukan untuk mengaktifkan evaluasi dari tiap kinerja (Doc 9883, Appendix D, First
Edition, 2008).
2. Area yang melibatkan CDM yang lebih taktis, untuk area ini diharapkan, di banyak
region, pertukaran informasi dilakukan secara system-to-system. Area tersebut antara lain
tactical airspace organization, tactical capacity management, trajectory management.
3. Area diatas diharapkan untuk memerlukan informasi seperti yang telah diilustrasikan
pada 5 domain informasi (ilustrasi gambar 3-1 ICAO Doc 9971).