Anda di halaman 1dari 7

Nama : Tar.

Alif Lintang Fazatrisan


Mata Kuliah : Collaborative Decision Making
Dosen : Ari Satria Saputra, S.E., M.M.

A-CDM
A-CDM ( Airport collaborative decision making) merupakan sebuah konsep dimana adanya
keterpaduan hubungan untuk upaya efisiensi bidang penerbangan yang berisi oleh 4
stakeholder utama, yaitu Airport, Air Navigation Service Provider, Airlines, dan Ground
Handling Agent. Hal tersebut utamanya mengatur seluruh sektor penerbangan selama berada
di darat, hingga arrival hingga kembali departure. Jadi Setelah arrival atau pesawat telah
landing, pihak ANSP harus mengatur seefisien mungkin pergerakan pesawat hingga mencapai
gate, begitu pula saat departure untuk mencapai runway. Setelah pesawat parkir di gate
dengan on block, atau disebut juga on choke, 3 pihak lainnya pun harus bekerja menyesuaikan
target off-block time. Airport diharuskan menyediakan dan mengatur Airport Capacity yang
meliputi parking stand, check-in counter, lounge, gate, serta baggage conveyor belt.
Sedangkan ground handling agent juga bekerja sama dengan airport untuk mengatur segala
keperluan di darat, Terakhir yaitu airline dengan menyediakan sumber daya seperti pesawat
yang memadai, tenaga teknisi, dan lain sebagainya.
4 participant pada Airport Collaborative Decision Making (A-CDM) beserta peran
dan tugasnya dalam bertukar informasi :
- Airport
Airport memiliki peran khususnya pada penyediaan Airport capacity yang meliputi parking
stand, check-in counter, lounge, gate, serta baggage conveyor belt. Dengan ketersediaan
fasilitas tersebut, membantu pihak airlines, ground handling agent, maupun pernumpang
dalam proses boarding dan disembarking.
- Air Navigation Service Provider
ANSP meliliki salah satu peranan yang berkontribusi paling banyak dalam sistem A -CDM,
diantaranya pada proses pertukaran data dan informasi,mengingat selama proses penerbangan
off block hingga on block kembali di bandara tujuan, pilot selalu berkomunikasi dengan
ANSP dan segala prosesnya dikendalikan oleh ANSP. Juga dalam mengatur seefisien
mungkin pergerakan pesawat setelah landing hingga mencapai gate.

- Airlines
Airline dalam halnya penyedia transportasi penerbangan berperan sebagai komponen
transportasi udara dengan menyediakan sumber daya seperti halnya pesawat yang memadai,
tenaga teknisi yang presisi, flight crew sesuai sertifikasi yang handal, sehingga setiap
penerbangan siap untuk dijalankan dengan tepat waktu dalam hal efektif serta efisien tanpa
meninggalkan aspek safety.
- Ground Handling Agent
Ground Handling agent memiliki peran dan tugas untuk mengatur segala keperluan di darat
seperti unloading dan uploading bagasi serta cargo, proses pushback, disembark, refueling,
agar mencapai waktu turn around process yang diinginkan.

Beberapa istilah A-CDM di bawah ini:

a. TSAT : Target Start Approved Time adalah target waktu yang diberikan ATC dimana
sebuah pesawat dapat mendapatkan start-up atau pushback approval.
b. TOBT : Target off-block time adalah estimasi waktu airlines atau ground handling agent
harus menyiapkan pesawat untuk ready for departure, dimana all aircraft door closed,
boarding bridge disconnected, pushback tow-tug pada tempatnya dan dapat start/pushback
saat diberikan clearence oleh ATC.
c. CTOT : Calculated take-off time adalah waktu yang sudah diperhitungkan oleh unit ATFM
sesuai pergerakan di suatu bandara pada sebuah penerbangan dimana pesawat diperkirakan
dapat airborne.

Pertukaran Informasi dalam CDM


Pertukaran informasi sangatlah penting dalam sistem CDM. Tanpanya, akan sulit untuk
menjalankan suatu kolaborasi. Pertukaran informasi adalah perilaku dari setiap stakeholder
untuk bertukar informasi agar mencapai sebuah kesepakatan Bersama ataupun keputusan
pribadi stakeholder. Ketika waktu sangatlah penting, banyak pihak juga terlibat dan
automation memerlukan data serta pertukaran informasi.
Proses simple pertukaran informasi dapat dijabarkan seperti :
Persetujuan – Standarisasi Data – Kualitas Info
Dalam Doc. 9965 menjelaskan tentang informasi sebagai konsep lingkungan yang kolaboratif,
pandangan kedepan mengenai lingkungan yang kolaboratif mengikuti pandangan melalui doc.
9854 yang menyatakan :
“Information management will assemble the best possible integrated picture of the historical,
real-time and planned or foreseen future state of the ATM situation. Information management
will provide the basis for improved decision-making by all ATM community members. Key to
the concept will be the management of an information-rich environment.”
Dengan adanya pernyataan tersebut berarti bahwa management informasi memegang peranan
penting sebagai kemungkinan terbaik dari masa depan situasi atm yang real-time dan
terencana.
Information and data exchange adalah perilaku dari setiap stakeholder untuk bertukar
informasi ataupun data untuk mencapai sebuah kesepakatan, informasi dan data tersebut
diperlukan masing-masing stakeholder terkait untuk mencapai keputusan Bersama. Data
utama terdapat pada pihak ANSP, yang memiliki data terbanyak yang dibutuhkan stakeholder
lainnya. Jadi proses inilah menjadi salah satu kunci utama keberlangsungan sistem CDM.
Dengan adanya pertukaran data tersebut, setiap stakeholder dapat merencanakan dan
memprediksi Langkah selanjutnya yang mereka harus lakukan demi terciptanya ketepatan
waktu dan efisiensi.
Proses information and data exchange meluputi :
Persetujuan – Standarisasi Data – Kualitas Info.
Contoh Data and information exchange :
ATC memberikan waktu ETA kepada pihak airport, ground handling agent, serta airline,
sehingga ketika pesawat sudah didarat dapat seefisien mungkin mendapatkan gate yang tepat,
serta memaksimalkan turn around process untuk mencapai EOBT yang diinginkan.
Kemudian ketika Airline, memberikan informasi mengenai flight plan yang berisi informasi
penerbangan, tipe pesawat, rute penerbangan, jumlah bahan bakar,serta POB.

Peserta dari pelaksanaan CDM dapat berkolaborasi dengan menyediakan dan menggunakan
informasi antar berbagai jenis dan sumber informasi. Stakeholder yang dapat terlibat dalam
kolaborasi yaitu :
- ATM Service Provider (ASP)
- Airport Operator (AO)
- Airspace User (AU)
- Airspace Provider(AP)
- Emergency Service Provider (ESP)
Salah satu tujuan dari kolaborasi tersebut bertujuan untuk menggunakan konsep component
functionality to be delivered. Setiap sumber informasi dapat merujuk kepada keperluan
informasi yang spesifik dalam level global maupun level regional. Informasi tersebut dapat
terdiri atas :
- Data specification
- Authorization Requirement
- Operational Requirement

Dari 16 milestone A-CDM, terdapat peran dari ATC/ANSP dalam berkontribusi pada A-CDM.
Berikut penjelasan secara singkat bagaimana ATC dapat berperan pada A-CDM. Dalam 16
ACDM milestones, sebuah proses penerbangan dibagi kedalam 3 fase, yaitu Outbound –
Inbound – Turn Around. Wajar saja peran dari ANSP Sangatlah penting dimana seluruh proses
fase penerbangan, dimulai pada awal Aircraft ready saat turn around process, kemudian
outbound, inbound, hingga memasuki fase turn around kembali terdapat kontak secara terus
menerus antara pilot ( Pesawat ) dengan ATC.
Jadi ANSP terlibat sebagai penyedia data utama dalam pertukaran data dan informasi. Setiap
pihak untuk menyiapkan kebutuhan kedatangan sebuah pesawat, dapat meminta estimate time
arrival, didapatnya parking stand, sampai didapatnya estimate in block time, sehingga seluruh
pihak stakeholder dari Airport, Airlines, hingga ground handling agent dapat mementukan
airport capacity, mempersiapkan turn around procces dengan seefisien dan seefektif mungkin
agar dapat mencapai target Estimate Off Block Time yang diinginkan, hingga pesawat siap dan
melakukan fase inbound di mana seluruh proses dipegang perannya seperti seluruh intruksi,
clearence kepada pesawat. Dengan itu maka pihak stakeholder lain, dapat meminta data penting
yang mereka perlukan kepada ANSP agar mencapai sebuah keputusan pribadi ataupun
kesepakatan Bersama. Sebaliknya juga, ANSP memerlukan informasi atau data yang diperlukan
kepada 3 stakeholder utama tersebut agar dapat mengisi data penerbangan seperti Flight Plan,
memperkirakan pergerakan pesawat dalam waktu kedepan, mengatur traffic yang ada dengan
melakukan penyesuaian, agar dapat singkron dalam menjalankan ATFM yang membuat
penerbangan lebih efektif serta efisien tentunya, yang ramah bagi lingkungan serta biaya
operasional.
Prinsip Good Governance pada A-CDM
Penerapan prinsip Good Governance pada A-CDM salah satunya telihat pada tujuan A-CDM
sendiri, yaitu efektifitas dan efisiensi pada seluruh proses penerbangan selama berada di darat
dan setiap stakeholder diharuskan agar mampu menggunakan sumber daya yang ada seoptipmal
mungkin sehingga tujuan tersebut dapat tercipta, karena itulah seluruh stakeholder saling
berkaitan serta tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya dukungan aspek lainnya. Akses
informasi yang selalu harus terhubung pada setiap stakeholder yang memerlukannya. Dengan
adanya regulasi yang baik, pihak stakeholder yang berjalan dengan tepat, dan pengguna jasa
yang mendukung akan beakibat pada dapat berjalannya sistem A-CDM yang baik.

Tujuan Kolaborasi pada CDM


Tujuan kolaborasi dalam CDM adalah untuk perkembangan dalam pengambilan keputusan yang
holistik,kooperatif, dan kolaboratif, di mana harapan dari lingkungan ATM akan seimbang untuk
mencapai hasil terbaik berdasarkan kesetaraan dan akses. Konsep kedepannya yang dimuat
dalam Doc.9854, Appendix I, 10 terdapat penjelasan dari collaborative decision making(CDM),
yang berisi tentang:
- CDM memperbolehkan semua anggota dalam komunitas ATM untuk
berpartisipasi/berkolaborasi didalamnya dalam pembuatan keputusan ATM yang
berpengaruh pada mereka.
- CDM dapat membuat keputusan untuk jangka panjang ataupun rencana aktivitas saat
itu juga.
- CDM dapat diterapkan secara aktif maupun melalui kolaborasi yang prosedurnya di
setujui secara pasif.
- Pengelolaan dan pembagian informasi yang efektif memungkinkan setiap peserta
untuk mengetahui informasi yang relevan dengan keputusan peserta lain, dan setiap
anggota dapat mengajukan solusi, ini lebih bermanfaat bila ditingkatkan dengan
manajemen informasi yang efektif.
Beberapa persyaratan dalam berkolaborasi di CDM seperti memastikan bahwa pengguna
wilayah udara disertakan dalam semua aspek manajemen wilayah udara melalui proses
pengambilan keputusan kolaboratif, mengelola semua wilayah udara, dan jika perlu, bertanggung
jawab untuk mengubah prioritas yang berkaitan dengan akses dan kesetaraan yang mungkin telah
ditetapkan untuk volume wilayah udara tertentu. Jika kewenangan tersebut dilaksanakan, ia
harus tunduk pada aturan atau prosedur yang ditetapkan melalui pengambilan keputusan
kolaboratif, menetapkan proses kolaboratif untuk memungkinkan pengelolaan arus lalu lintas
udara yang efisien melalui penggunaan informasi tentang arus lalu lintas udara yang luas sistem,
cuaca, dan asset dan memodifikasi lintasan pilihan pengguna wilayah udara.
Kebutuhan kolaborasi yang dilakuka oleh para stakeholder yaitu untuk mencapai visi yang
disepakati tentang hasil yang diharapkan, memastikan bahwa setiap orang memberikan
kontribusinya untuk kinerja yang diperlukan, memastikan bahwa setiap orang menggunakan
pendekatan, metode, dan terminologi yang sesuai, memastikan bahwa data setiap orang dapat
diintegrasikan dan digabungkan untuk menghitung indikator keseluruhan dan menilai kinerja
sistem pada tingkat agregasi yang lebih tinggi. Beberapa persyaratan dalam pertukaran data agar
tercapai harmonisasi data pada saat colaborasi antara lain Date requirements, Automation,
Airborne scope of CDM, Training, Seamlessness, Consistency across decisions, Verification and
robustness to “gaming”.

ATFM/CDM ICAO Perspective


ATFM adalah komponen utama dalam menjalankan air traffic management(ATM) untuk
mencapai efisiensi dan efektifitas. ATFM juga berkontribusi penting pada keselamatan, efisiensi,
pengektifitasan biaya, dan keseimbangan lingkungan dalam sistem ATM. ATFM bertujuan agar
menyeimbangkan kebutuhan dan kapasitas dengan tetap memperhatikan safety, mengurangi
beban kerja ATC, memaksimalkan airspace capacity serta memaksimalkan keuntungan
operasional dan efisiensi. Dalam menjalankan strategi ATFM, CDM berperan sebagai kunci
penerapannya dengan mendapatkan sinergi komunikasi yang baik antar stakeholder. Koordinasi
diperlukan antar FIR bahkan antar region, karena penerapan sistem berlaku untuk kelancaran
arus lalu lintas yang berintegrasi dimana saja. Seperti pada Doc.4444 menjelaskan bahwa ATFM
harus dapat diimplementasikan dalam dasar regional air navigation agreement atau bila
diperlukan multilateral agreement.
Airspace adalah sumber daya umum yang dapat digunakan oleh seluruh pelaksana penerbangan
dan memastikan keadilan dan transparasi. Dasar manual dari ATFM/CDM dipublikasi pada
tahun 2012 pada Doc.9971 Manual on Collaborative Air Traffic Flow management part 1,
kemudian menyusul part 2 tentang ATFM dan part 3 tentang ACDM in progress. CDM berfokus
pada penggunaan sumber daya yang telah ada untuk dapat dimaksimalkan sehingga mencapai
target dan adanya efesiensi dan efetifitas yang di dapat selama proses penerbangan di area
airport/ didarat, terutama disaat turn around process.

Standardisasi data berkaitan dengan beberapa area di mana keputusan dibuat melalui kolaborasi
diantara :
1. Area yang berada dibawah bidang performance-based approach. Untuk area ini
pengambilan keputusan diharapkan didukung oleh data dengan standardisasi yang
diperlukan untuk mengaktifkan evaluasi dari tiap kinerja (Doc 9883, Appendix D, First
Edition, 2008).
2. Area yang melibatkan CDM yang lebih taktis, untuk area ini diharapkan, di banyak
region, pertukaran informasi dilakukan secara system-to-system. Area tersebut antara lain
tactical airspace organization, tactical capacity management, trajectory management.
3. Area diatas diharapkan untuk memerlukan informasi seperti yang telah diilustrasikan
pada 5 domain informasi (ilustrasi gambar 3-1 ICAO Doc 9971).

Data standardisasi juga berupaya menangani hal hal berikut ini :


1. Identifikasi item data.
2. Definisi (diperlukan definisi yang jelas dari sebuah data).
3. Syntax (mendeskripsikan bagaimana sebuah data diekspresikan)
*Deskripsi dari syntax haruslah sebisa mungkin dapat diterapkan pada tipe data yang berulang.
4. Kendala pada syntax itu sendiri. ini terikat pada set elemen data yang mungkin dapat
didefinisikan dalam sintaks yang diberikan yaitu :
a. Nilai dasar dari tipe data tersebut.
b. Range dan domain dari item data.
c. Level maksimum dan minimum dari ketepatan data.
d. Pembatas dari urutan kemunculan data.
e. Pengulangan (dari berapa banyak data yang diperbolehkan)
5. Informasi tambahan dari item data berupa :
a. Unit yang disetujui. (Apa saja unit yang disetujui dan bagaimana akan
diekspresikan)
b. Akurasi dan kualitas informasi.

Anda mungkin juga menyukai