Anda di halaman 1dari 3

Nama : Kaila Siti Maryatul Qibtiah

No. Pokok : 1224040058


Jur./Smt./Kls. : PMI/1/B
Mata Kuliah : Ilmu Dakwah

Nama dosen : Aliyudin, S.Ag M.Ag.


Tanggal Ujian : 19 Desember 2022

1. Ragam kegiatan dakwah, unsur-unsur dakwah, dan kriteria da’i di Desa Sindangsari
a) Berbagai ragam kegiatan dakwah di Desa Sindangsari
Masyarakat muslim Desa Sindangsari Kecamatan Leuwigoong Kabupaten
Garut Provinsi Jawa Barat rutin mengadakan kegiatan keagamaan. Biasanya
kegiatan dakwah di desa tersebut berupa dakwah fi’ah qalilah (dakwah kelompok
kecil) dengan metode dakwah bil-lisan. Contohnya seperti pengajian yang
diadakan tiap hari jum’at oleh ibu-ibu, dan pengajian tiap malam sabtu oleh
bapak-bapak.
Selain kegiatan yang diselenggarakan oleh ibu-ibu dan bapak-bapak, di
Desa Sindangsari juga dibentuk IRMA (ikatan remaja masjid) yang mana sering
kali mengadakan pengajian rutin setiap hari, tadarusan pada bulan Ramadhan,
serta menjadi panitia peringatan hari besar islam seperti Maulid Nabi, Isra’
Mi’raj, dan Tahun Baru Islam. Pada peringatan hari besar ini, biasanya para
pemuda juga ikut belajar berdakwah melalui media tradisional yaitu rebana dan
marawis.
Untuk kegiatan keagamaan bagi anak-anak, didirikan tempat mengaji yang
beroperasi setiap hari pada sore hari yang dimana para da’i akan mengajarkan
anak-anak cara membaca, menulis Al-Quran, tata cara wudhu dan shalat. Semua
kegiatan keagamaan Desa Sindangsari berlangsung di masjid, madrasah, dan juga
lapang milik Masjid Jami’ An-Nur.
b) Unsur-unsur dakwah di Desa Sindangsari
No Kegiatan dakwah Da’i Mawdu Media Metode Mad’u
1. Pengajian hari Kiai Haji Aqidah & Wasa’il Bil-lisan ibu-ibu
jumat Enang muamalah fitriah & bil-haal

2. Pengajian malam Kiai Haji Aqidah & Wasa’il Bil-lisan Bapak-


sabtu Mamap muamalah fitriah & bil-haal bapak

3. Tadarus dan Ustadz Akhlak & Wasa’il Bil-lisan Pemuda-


pengajian IRMA khoerudin Fiqh fitriah & bil-haal pemudi

4. Peringatan Hari Aceng Akhlak & Wasa’il Bil-lisan Semua


Besar Islam Aolawi Sejarah fitriah & bil-haal kalangan

5. Pengajian anak- Ustadzah Fiqh& Wasa’il Bil-lisan Anak-anak


anak ‘Ai BTQ fitriah & bil-haal

c) Kriteria da’i di Desa Sindangsari


Semua penda’i di desa ini memiliki sikap tawaddu’, sederhana, ahli badah,
pandai, berwawasan luas dan berjiwa toleran. Namun, selain itu ada beberapa
perbedaan diantara para da’i ini:
 Kiai Haji Enang dan Kiai Haji Mamap memiliki kriteria dakwah yang
hampir sama yaitu bersikap tegas dan lugas
 Ustadz khoerudin dan Aceng Aolawi juga memiliki kriteria dakwah yang
hampir sama yaitu senang bergurau
 Ustadzah ‘Ai ini memiliki kriteria dakwah yang sangat sabar dalam
menghadapi anak-anak.
Setelah saya amati, ternyata semua penda’i di desa saya memiliki karakter
dan strategi dakwah yang menyesuaikan untuk tiap mad’u nya.

2. Kondisi teologis dan kultur masyarakat Desa Sindangsari


a) Kondisi teologis masyarakat di Desa Sindangsari merupakan masyarakat yang
multi aliran (ormas islam). Ada tiga ormas yang mewarnai kehidupan masyarakat
tersebut, diantranya yaitu NU, Muhammadiyah, dan Persis. Hal inilah yang
menjadi tantangan untuk para penda’i di desa sindangsari, untungnya para da’i ini
memang sudah mempunyai jiwa toleransi yang sangat tinggi sehingga hubungan
da’i dan masyarakat pun tetap berjalan dengan baik.
b) Masyarakat desa sindangsari mempunyai kultur suka bergotong royong, sangat
toleransi, dan sebagian besar masyarakatnya adalah seorang santri. Jadi, para da’i
pun tidak memiliki tantangan yang begitu berat akan respon mad’u karena
masyarakat sangat takzim terhadap da’i yang berdakwah disekitarnya.

3. Upaya-upaya yang dilakukan Nabi dalam tahap pembentukan (takwin), penataan


(tandzim), dan penyerahan kepada generasi penerus (taudi’)
a) Tahap Pembentukan (takwin)
Pada tahapan ini kegiatan utama rasul adalah dakwah bil lisan (tabligh)
sebagai ikhtiar sosialisasi ajaran tauhid kepada masyarakat Makkah. Rasulullah
SAW berdakwah secara bertahap mulai dari keluarga terdekat, kemudian kepada
kaum musyrikin.
b) Tahap Penataan (tandzim)
Tahap ini diawalidengan hijrah Nabi Muhammad SAW. Hijrah
dilaksanakan setelah Nabi Muhammad memahami karakteristik sosial masyarakat
Madinah baik melalui informasi yang diterima dari Mush’ab Umair maupun
interaksi Nabi Muhammad dengan jamaah Haji perserta baiatul Aqobah. Dari
strategi dakwah, hijrah dilakukan ketika tekanan kultural, struktural, dan militer
sudah sedemikian mencekam, sehingga jika tidak dilaksanakan hijrah, dakwah
dapat mengalami involusi kelembagaan dan menjadi lumpuh.
c) Tahap penyerahan kepada generasi penerus (taudi’)
Pada tahap ini ummat dakwah (masyarakat binaan Nabi Saw) telah siap
menjadi masyarakat yang mandiri dan, karena itu, merupakan tahap pelepasan dan
perpisahan secara manajerial. Apa yang dilakukan Rasulullah Saw ketika haji
wada’ dapat mencerminkan tahap ini dengan kondisi masyarakat yang telah siap
meneruskan Risalahnya.

Anda mungkin juga menyukai