Buku Pedoman Nasional Asma Anak
Buku Pedoman Nasional Asma Anak
ASMA ANAK
PEDOMAN NASIONAL
EDISI KE-2
ASMA ANAK
EDISI KE-2
Penyunting:
Noenoeng Rahajoe
Cissy B Kartasasmita UKK RESPIROLOGI
Bambang Supriyatno IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
Darmawan Budi Setyanto 2016
PEDOMAN NASIONAL
ASMA ANAK
EDISI KE-2
CETAKAN KE-2
Penyunting:
Noenoeng Rahajoe
Cissy B Kartasasmita
Bambang Supriyatno
Darmawan Budi Setyanto
UKK RESPIROLOGI
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
2016
Kontributor Pedoman Nasional
Asma Anak
Edisi ke-2
Cetakan I, Oktober 2015
Cetakan II, April 2016
Ilustrasi Sampul :
Dewi Andini Putri
1. Adi Utomo Suardi - Bandung 33. Ismiranti Andarini - Surabaya Assalamu’alaikum wr. wb.
2. Amalia Setyati - Yogyakarta 34. Khairiyadi Ismail - Banjarmasin
Asma merupakan salah satu penyakit tidak menular atau non- communicable
3. Amiruddin Laompo - Makassar 35. Kiagus Yangtjik - Palembang
4. Arief Wijaya Rosli - Surabaya 36. Madeleine Ramdhani Jasin - Jakarta disease (NCD) yang masih menjadi masalah kesehatan global. Pada anak,
5. Audrey Wahani - Manado 37. Magdalena Sidhartani Zain - Semarang penyakit respiratori kronik ini merupakan salah satu penyakit yang paling
6. Ayu Setyorini Mestika Mayangsari - 38. Makmuri MS - Surabaya banyak dijumpai dan sejak dua dekade terakhir angka kejadiannya dilaporkan
Denpasar 39. Mardjanis Said - Jakarta meningkat baik pada anak maupun dewasa. Di Indonesia, berdasarkan Riset
7. Azwar Aruf - Palembang 40. M Syarofil Anam - Semarang
8. Bakhtiar Thaib - Banda Aceh 41. Moeljono S Trastotenojo - Semarang
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka kejadian asma pada anak
9. Bambang Supriyatno - Jakarta 42. Muchammad Fahrul Udin - Malang usia 0-14 tahun adalah 9,2%. Di seluruh dunia, diperkirakan terdapat 300
10. Bob Wahyudin - Makassar 43. Muhammad Sidqi Anwar - Banda Aceh juta orang sakit asma.
11. Cissy B Kartasasmita - Bandung 44. Nastiti Kaswandani - Jakarta
12. Darfioes Basir - Padang 45. Nastiti N Rahajoe - Jakarta
Penanganan asma yang tidak tepat diantaranya dapat membatasi
13. Darmawan B Setyanto - Jakarta 46. Noenoeng Rahajoe - Jakarta aktivitas anak sehari-hari, mengganggu tidur, meningkatkan angka
14. Deddy Iskandar - Surabaya 47. Noorleila B Affandi - Jakarta absensi sekolah, dan menurunkan prestasi di sekolah. Hal tersebut dapat
15. Diah Asri Wulandari - Bandung 48. Nurjanah - Banda Aceh mengakibatkan turunnya kualitas hidup anak dengan asma.
16. Dwi Wastoro Dadiyanto - Semarang 49. Putu Siadi Purniti - Denpasar
17. Dwikisworo Setyowireni - Yogyakarta 50. Rahmawaty - Makassar Berbagai panduan asma telah diterbitkan baik secara nasional maupun
18. Eddy Widodo - Jakarta 51. Retno Asih Setyoningrum - Surabaya internasional. Namun demikian, revisi yang berkelanjutan seiring dengan
19. Ery Olivianto - Malang 52. Retno Widyaningsih - Jakarta berkembangnya ilmu pengetahuan sangat diperlukan agar kualitas hidup
20. Fathia Meirina - Medan 53. Ridwan M Daulay - Medan anak dengan asma dapat meningkat.
21. Fatimah Arifin - Palembang 54. Rifan Fauzie - Jakarta
22. Fauzi Mahfuzh - Jakarta 55. Rina Triasih - Yogyakarta Atas nama Pengurus Pusat IDAI, kami mengucapkan selamat dan
23. Fifi Sofiah - Palembang 56. Rini Savitri Daulay - Medan terima kasih kepada UKK Respirologi dan seluruh pihak yang telah
24. Finny Fitry Yani - Padang 57. Riza Sahyuni - Banjarmasin membantu proses penerbitan Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA).
25. Fith Dahlan - Makasar 58. Roni Naning - Yogyakarta
Penerbitan buku pedoman ini merupakan bentuk komitmen IDAI dalam
26. Gabriel Panggabean - Medan 59. Sang Ayu K Indriyani - Mataram
27. Hadianto Ismangoen - Yogyakarta 60. Sri Sudarwati - Bandung upaya menurunkan angka NCDs dan menutup kesenjangan pelayanan
28. Heda Melinda D Nataprawira - Bandung 61. Tjatur Kuat Sagoro - Jakarta kesehatan terkait asma.
29. Helmi Lubis - Medan 62. Usman Alwi - Jakarta Kami berharap, buku pedoman ini dapat dijadikan acuan oleh seluruh
30. HMS Chandra Kusuma - Malang 63. Wahyuni Indawati - Jakarta
31. Ida Bagus Subanada - Denpasar 64. Wisman Dalimunthe - Medan praktisi kesehatan yang membutuhkan sehingga tumbuh kembang anak
32. Imam Boediman - Jakarta dengan asma dapat optimal sesuai dengan dengan potensi genetiknya.
BAB I Pendahuluan.................................................................... 1
BAB II Epidemiologi................................................................... 5
Prevalens asma anak................................................................5
Mortalitas..............................................................................10
Faktor risiko..........................................................................10
Tabel 2.1. Prevalens asma di Indonesia Gambar 2.1. Distribusi prevalens gejala asma di beberapa negara untuk (a)
Tabel 4.1. Kriteria diagnosis asma anak >5 tahun umur 13-14 tahun dan (b) umur 6-7 tahun
Tabel 4.2. Kriteria penentuan derajat asma Gambar 2.2. Perubahan prevalens gejala asma (antara fase I dan fase III)
berdasarkan prevalens gejala asma, untuk (a) umur 6-7 tahun
Tabel 4.3. Kesetaraan klasifikasi PNAA 2004 dengan PNAA 2015
dan (b) umur 13-14 tahun.
Tabel 5.1. Jenis alat inhalasi sesuai usia
Gambar 3.1. Patogenesis asma
Tabel 5.2. Dosis berbagai preparat steroid inhalasi pada anak asma
Gambar 3.2. Inflamasi dan remodelling pada asma.
Tabel 5.3. Derajat kendali penyakit asma
Gambar 3.3. Patofisiologi asma bronkial.
Tabel 6.1. Derajat keparahan serangan asma
Gambar 3.4. Remodelling saluran respiratori pada asma.
Tabel 6.2. Pilihan dan dosis steroid untuk serangan asma
Gambar 4.1. Alur diagnosis asma pada anak
Tabel 7.1. Program KIE pada anak, keluarga, dan sekolah
Gambar 5.1. Jenjang dalam tata laksana asma jangka panjang pada anak
Tabel 7.2. Faktor pencetus asma dan cara penghindaran usia >5 tahun
Tabel 9.1. Gambaran klinis yang mendukung diagnosis asma pada anak Gambar 6.1. Patofisiologi serangan asma
balita
Gambar 6.2. Alur tata laksana serangan asma pada anak di fasyankes dan
Tabel 9.2. Diagnosis banding asma anak balita rumah sakit
Tabel 9.3. Steroid Inhalasi (SI) harian dosis rendah untuk anak balita Gambar 7.1. Rencana Aksi Asma (RAA)
Tabel 9.4. Klasifikasi asma anak balita berdasarkan derajat kendali Gambar 9.1. Skema kemungkinan asma pada anak balita
Tabel 9.5. Penilaian awal serangan asma pada anak balita Gambar 9.2. Tahapan terapi pengendali asma anak balita
Tabel 9.6. Indikasi rujukan ke rumah sakit segera untuk anak balita Gambar 9.3. Tata laksana serangaan asma pada anak balita di tempat
pelayanan kesehatan primer
xii Pedoman Nasional Asma Anak 2016 UKK Respirologi IDAI xiii
Daftar Lampiran Daftar Singkatan
xvi Pedoman Nasional Asma Anak 2016 UKK Respirologi IDAI xvii
xviii Pedoman Nasional Asma Anak 2016
BAB I
Pendahuluan
Diambil dengan perubahan dari Kartasasmita CB. Epidemiologi asma anak. Rahajoe NN,
Gambar 2.2. Perubahan prevalens gejala asma (antara fase I dan fase III) berdasarkan preva- Supriyatno B, Setyanto DB (penyunting). Dalam: Buku ajar respirologi anak. Jakarta: Badan
lens gejala asma, untuk (a) umur 6-7 tahun dan (b) umur 13-14 tahun. (Diambil dari Lancet. Penerbit PP IDAI; 2013. h. 75.
2006;368:733-43)
Patogenesis
Mekanisme imunologis inflamasi saluran respiratori
Pada banyak kasus, terutama pada anak dan dewasa muda, asma dihubungkan
dengan manifestasi atopi melalui mekanisme IgE-dependent. Pada populasi
diperkirakan faktor atopi memberikan kontribusi pada 40% pasien asma Gambar 3.1. Patogenesis asma (Diambil dari Global Initiative for Asthma. Global Strategy for
Asthma management and prevention. National Institute of Health. National Heart, Lung, and
anak dan dewasa. Blood Institute; 2002)
Patofisiologi
Obstruksi saluran respiratori
Inflamasi saluran respiratori yang ditemukan pada pasien asma diyakini
merupakan hal yang mendasari gangguan fungsi. Obstruksi saluran
respiratori menyebabkan keterbatasan aliran udara yang dapat kembali
baik secara spontan maupun setelah pengobatan. Perubahan fungsional
yang terjadi dihubungkan dengan gejala khas pada asma, yaitu batuk,
sesak, wheezing, dan hiperreaktivitas saluran respiratori terhadap berbagai
rangsangan. Batuk sangat mungkin disebabkan oleh stimulasi saraf sensoris
pada saluran respiratori oleh mediator inflamasi. Terutama pada anak, batuk
berulang dapat menjadi satu-satunya gejala asma yang ditemukan (Gambar
3.3).
Gambar 3.2. Inflamasi dan remodeling pada asma (Diambil dari GINA 2002)
Penyempitan saluran respiratori pada asma dipengaruhi oleh banyak
faktor. Penyebab utama penyempitan saluran respiratori adalah kontraksi
otot polos bronkus yang diprovokasi oleh pelepasan agonis dari sel-sel
Remodelling juga merupakan hal penting pada patogenesis inflamasi. Yang termasuk agonis adalah histamin, triptase, prostaglandin D2
hiperreaktivitas saluran respiratori yang nonspesifik, terutama pada pasien dan leukotrien C4 dari sel mast, neuropeptida dari saraf aferen setempat,
yang waktu penyembuhannya lama (lebih dari satu hingga dua tahun) atau dan asetilkolin dari saraf eferen postganglionik. Kontraksi otot polos saluran
yang tidak sembuh sempurna setelah terapi steroid hirupan. respiratori diperkuat oleh penebalan dinding saluran respiratori akibat
Diagnosis
Penegakan diagnosis asma pada anak mengikuti alur klasik diagnosis medis
yaitu melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis memegang peranan sangat penting mengingat diagnosis asma
pada anak sebagian besar ditegakkan secara kinis.
Anamnesis
Keluhan wheezing dan atau batuk berulang merupakan manifestasi klinis
yang diterima luas sebagai titik awal diagnosis asma. Gejala respiratori asma
24 Pedoman Nasional Asma Anak 2016 UKK Respirologi IDAI 25
Jika terindikasi dan fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan untuk • Aspirasi benda asing
mencari kemungkinan diagnosis banding, misalnya uji tuberkulin, foto sinus • Vascular ring, laryngeal web
paranasalis, foto Rontgen toraks, uji refluks gastroesofagus, uji keringat, uji
• Disfungsi pita suara
gerakan silia, uji defisiensi imun, CT-scan toraks, endoskopi respiratori
(rinoskopi, laringoskopi, bronkoskopi). • Malformasi kongenital saluran respiratori
Tabel 4.1. Kriteria diagnosis asma anak >5 tahun Patologi bronkus
Gejala Karakteristik • Displasia bronkopulmonal
Wheezing, batuk, sesak napas, dada Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori • Bronkiektasis
tertekan, produksi sputum Gejala berfluktuasi intensitasnya dari waktu ke waktu
Gejala memberat pada malam atau dini hari • Diskinesia silia primer
Gejala timbul bila ada pencetus
• Fibrosis kistik
Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi
• Asma terkendali penuh (well controlled) Persisten sedang Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap hari
Persisten berat Episode gejala asma terjadi hampir setiap hari
˶˶ Tanpa obat pengendali: pada asma intermiten
˶˶ Dengan obat pengendali: pada asma persisten (ringan/ sedang/
berat)
Keterangan:
• Asma terkendali sebagian (partly controlled)
1. Klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala dibuat setelah dibuat diagnosis
• Asma tidak terkendali (uncontrolled) kerja asma dan dilakukan tata laksana umum (pengendalian lingkungan,
Dalam pedoman ini, klasifikasi derajat kendali dipakai untuk menilai penghindaran pencetus) selama 6 minggu.
keberhasilan tata laksana yang tengah dijalani dan untuk penentuan naik 2. Jika sudah yakin diagnosis asma dan klasifikasi sejak kunjungan awal,
jenjang (step up), pemeliharaan (maintenance) atau turun jenjang (step down) tata laksana dapat dilakukan sesuai klasifikasi.
tata laksana yang akan diberikan.
3. Klasifikasi kekerapan ditujukan sebagai acuan awal penetapan jenjang
tata laksana jangka panjang.
nonmedikamentosa berupa pengendalian lingkungan dan penghindaran 5−8 tahun • Nebuliser dengan mouth piece
• MDI dengan spacer
pencetus akan dijelaskan secara lebih lanjut dalam Bab VII, sedangkan tata • Dry Powder Inhaler (DPI): diskhaler, easyhaler, swinghaler, turbuhaler
laksana medikamentosa akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini. >8 tahun • Nebuliser dengan mouth piece
• MDI dengan atau tanpa spacer
• DPI: diskhaler, swinghaler, turbuhaler
Tata laksana medikamentosa
Obat asma dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu obat pereda Pemakaian spacer mengurangi deposisi obat dalam mulut (orofaring)
(reliever) dan obat pengendali (controller). Obat pereda disebut juga sebagai sehingga jumlah obat yang tertelan berkurang dan akan mengurangi
obat pelega atau obat serangan. Obat ini digunakan untuk meredakan efek sistemik. Sebaliknya, deposisi obat dalam paru lebih baik sehingga
serangan atau gejala asma bila sedang timbul. Bila serangan sudah teratasi didapatkan efek terapeutik yang lebih baik. Selain itu pemakaian spacer akan
dan gejala tidak ada lagi, maka pemakaian obat ini dihentikan. mengatasi masalah kesulitan teknik pemakaian MDI. Obat hirupan dalam
bentuk bubuk kering/dry powder inhaler (DPI) seperti diskhaler, swinghaler,
e. Anti-imunoglobulin E (Anti-IgE)
c. Antileukotrien
Anti-IgE (omalizumab) adalah antibodi monoklonal yang mampu
Antileukotrien terdiri dari antagonis reseptor cysteinyl-leukotrien mengurangi kadar IgE bebas dalam serum. Pada orang dewasa dan anak
1 (CysLT1) seperti montelukast, pranlukast, dan zafirlukast, serta di atas usia 5 tahun, omalizumab dapat diberikan pada pasien asma yang
inhibitor 5-lipoksigenase seperti zileuton. Antileukotrien yang telah mendapat steroid inhalasi dosis tinggi dan agonis β2 kerja panjang
aman untuk anak adalah montelukast. Studi klinik menunjukkan namun masih sering mengalami eksaserbasi dan terbukti asma karena
antileukotrien pada pasien asma memiliki efek bronkodilatasi yang kecil alergi. Omalizumab diberikan secara injeksi subkutan setiap dua sampai
dan bervariasi, mengurangi gejala termasuk batuk, memperbaiki fungsi empat minggu. Reaksi anafilaksis dapat terjadi dini ketika pemberian
paru, mengurangi inflamasi jalan napas dan mengurangi eksaserbasi. dosis pertama, tapi juga dapat terjadi setelah pemberian selama satu
Antileukotrien dapat menurunkan gejala asma namun secara umum tahun. Karena adanya risiko anafilaksis, pemberian omalizumab harus
tidak lebih unggul dibanding steroid inhalasi. Jika digunakan sebagai di bawah pengawasan dokter spesialis.
obat pengendali tunggal, efeknya lebih rendah dibandingkan dengan Omalizumab terbukti memperbaiki gejala asma pada asma persisten
steroid inhalasi. Kombinasi steroid inhalasi dan antileukotrien dapat sedang dan berat yang disebabkan oleh karena alergi. Pemberian
menurunkan angka serangan asma dan menurunkan kebutuhan dosis omalizumab akan menurunkan kebutuhan steroid inhalasi dan
steroid inhalasi. Antileukotrien dapat mencegah terjadinya serangan menurunkan angka serangan asma. Pemberian anti-IgE membutuhkan
asma akibat berolahraga (exercise induced asthma, EIA) dan obstructive beberapa kali dosis penyuntikan dan relatif mahal. Efek samping yang
sleep apnea (OSA). Antileukotrien juga dapat mencegah serangan pernah dilaporkan antara lain urtikaria, kemerahan, gatal. Belum
asma akibat infeksi virus pada anak balita. Pemberian kombinasi dilakukan penelitian jangka panjang (di atas satu tahun) untuk efikasi
steroid inhalasi dan antileukotrien pada asma persisten kurang efektif anti-IgE.
dibandingkan dengan steroid inhalasi dosis sedang. Pemberian
antileukotrien tunggal dapat diberikan sebagai alternatif pemberian
steroid inhalasi, misalnya pada anak yang tidak dapat menggunakan Jenjang tata laksana asma jangka panjang
alat inhalasi atau ada kontraindikasi pemakaian steroid.
Tata laksana asma jangka panjang dilakukan secara berjenjang seperti yang
ditampilkan pada gambar 5.1. Langkah awal sebelum menentukan jenjang
d. Teofilin lepas lambat tata laksana yang akan diberikan adalah menentukan klasifikasi kekerapan
asma (asma intermiten, asma persisten ringan, sedang atau berat). Obat
Kombinasi steroid inhalasi dan teofilin lepas lambat akan memperbaiki
pengendali diberikan seusai dengan jenjangnya, sedangkan obat pereda
kendali asma dan dapat menurunkan dosis steroid inhalasi pada anak
diberikan pada semua jenjang bila ada gejala atau serangan asma. Di samping
dengan asma persisten. Preparat teofilin lepas lambat lebih dianjurkan
itu, tata laksana nonmedikamentosa (penghindaran faktor pencetus) dan
untuk pengendalian asma karena kemampuan absorbsi dan bioavaibilitas
pengobatan penyakit penyerta juga dilakukan pada semua jenjang.
yang lebih baik. Eliminasi teofilin lepas lambat bervariasi antar individu
Jenjang 2
Jika pada saat awal penilaian anak didiagnosis sebagai asma persisten ringan,
tata laksana dimulai dari jenjang 2. Pilihan utama obat pengendali pada
jenjang ini adalah steroid inhalasi dosis rendah, sedangkan sebagai pilihan
lain dapat diberikan antileukotrien yang diberikan pada pasien asma yang
tidak memungkinkan menggunakan steroid inhalasi atau pada pasien asma
disertai rinitis alergi.
42 Pedoman Nasional Asma Anak 2016 UKK Respirologi IDAI 43
Ventilasi-perfusi yang tidak padu padan, hipoventilasi alveolar, dan Tabel 6.1. Derajat keparahan serangan asma
peningkatan kerja napas menyebabkan perubahan pada gas darah. Pada awal Asma serangan Asma serangan berat Serangan asma dengan
serangan, untuk mengompensasi hipoksia terjadi hiperventilasi sehingga ringan-sedang ancaman henti napas
kadar PaCO2 akan turun dan dijumpai alkalosis respiratori. Selanjutnya • Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata Kriteria asma serangan berat
• Lebih senang duduk • Duduk bertopang terpenuhi ditambah dengan:
pada obstruksi saluran respiratori yang lebih berat, akan terjadi kelelahan daripada berbaring lengan • Mengantuk
otot respiratori dan hipoventilasi alveolar sehingga terjadi hiperkapnia dan • Tidak gelisah • Gelisah • Letargi
• Frekuensi napas • Frekuensi napas • Suara napas tak
asidosis respiratori. Jika dijumpai kadar PaCO2 yang cenderung naik walau meningkat meningkat terdengar
nilainya masih dalam rentang normal, harus diwaspadai sebagai tanda • Frekuensi nadi meningkat • Frekuensi nadi
kelelahan dan ancaman gagal napas (respiratory failure). Selain itu, dapat • Retraksi minimal meningkat
• SpO2 (udara kamar): • Retraksi jelas
terjadi asidosis metabolik akibat hipoksia jaringan dan produksi asam laktat • 90-95% • SpO2 (udara kamar):
oleh otot respiratori. • PEF > 50% prediksi atau • < 90%
terbaik • PEF < 50% prediksi
Hipoksia dan asidosis dapat menyebabkan vasokonstriksi pulmonal, atau terbaik
namun jarang terjadi komplikasi corpulmonale. Hipoksia dan vasokonstriksi
dapat merusak sel alveoli sehingga produksi surfaktan berkurang sampai Kotak 6.1. Pasien risiko tinggi
sangat rendah, sehingga meningkatkan risiko terjadinya atelektasis.
Beberapa pasien memiliki risiko tinggi untuk mengalami serangan asma yang
Patofisiologi asma dalam serangan dapat dilihat pada Gambar 6.1.
dapat mengancam nyawa. Keadaan tersebut harus segera diidentifikasi dan bila
didapatkan, dicatat di rekam medis, di antaranya adalah pasien dengan riwayat:
• Serangan asma yang mengancam nyawa
• Intubasi karena serangan asma
Penilaian derajat asma dalam serangan • Pneumotoraks dan/atau pneumomediastinum
• Serangan asma berlangsung dalam waktu yang lama
Selain berdasarkan kekerapan serangan dan obat yang digunakan sehari-
• Penggunaan steroid sistemik (saat ini atau baru berhenti)
hari, klasifikasi asma juga dapat dinilai berdasarkan derajat keparahan
• Kunjungan ke UGD atau perawatan rumah sakit (RS) karena asma dalam
serangan, yang terbagi menjadi asma serangan ringan-sedang, asma setahun terakhir
serangan berat, dan asma dalam serangan dengan ancaman henti napas. Jadi • Tidak teratur berobat sesuai rencana terapi
perlu dibedakan antara derajat penyakit asma (aspek kronik) dengan derajat • Berkurangnya persepsi tentang sesak napas
asma dalam serangan (aspek akut). Seorang pasien asma persisten dapat • Penyakit psikiatrik atau masalah psikososial
hanya mengalami asma serangan ringan-sedang. Sebaliknya, mungkin saja • Alergi makanan dengan gejala yang berat
seorang pasien asma intermiten mengalami asma serangan berat, bahkan
asma dengan serangan ancaman henti napas yang dapat menyebabkan
kematian. Kriteria untuk menentukan derajat keparahan serangan asma
pada anak dapat ditentukan bila memenuhi gejala yang tercantum pada
Tahapan tata laksana asma dalam serangan
tabel berikut ini.
The Global Initiative for Asthma (GINA) membagi tata laksana serangan
asma menjadi dua, yaitu tata laksana di rumah dan di fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes)/IGD RS, yang juga dijadikan acuan pada pedoman
ini. Tata laksana di rumah dilakukan oleh pasien (atau orang tuanya) sendiri
di rumah. Hal ini dapat dilakukan oleh pasien yang memunyai pendidikan
yang cukup dan sebelumnya telah menjalani terapi dengan teratur.
• Di UGD RS
Anamnesis ˶˶ Spirometri (jika ada)
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan informasi berikut:
Pemeriksaan uji fungsi paru merupakan salah satu pemeriksaan
• Waktu mulainya dan pemicu serangan saat ini (jika diketahui) yang direkomendasikan pada serangan asma, sayangnya belum
• Gejala-gejala untuk menilai keparahan serangan, termasuk keterbatasan semua RS di Indonesia memunyai alat spirometri untuk anak,
aktifitas fisis, adanya gejala anafilaksis dan jika tersedia, pemeriksaan ini belum rutin dikerjakan. Jika alat
• Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian (Kotak 6.1) tersedia dan kondisi pasien memungkinkan, PEF atau FEV1 dinilai
sebelum diberikan terapi. Selanjutnya spirometri dilakukan satu
• Pengobatan yang telah diberikan untuk serangan saat ini (misal berapa
jam setelah pemberian terapi awal dan diperiksa berkala sampai
kali sudah dilakukan terapi inhalasi di rumah baik dengan nebuliser
respons terhadap terapi komplit.
ataupun MDI dengan spacer)
• Pengobatan yang telah diberikan untuk serangan saat ini, pengobatan
yang dipakai saat ini (obat pereda dan obat pengendali), termasuk dosis ˶˶ Analisis gas darah
dan alat inhalasi yang dipakai, ketaatan, peningkatan dosis dan respons Pemeriksaan ini tidak rutin diperlukan dan hanya dipertimbangkan
terhadap pengobatan yang dipakai saat ini jika FEV1 <50% prediksi, atau pada pasien dengan asma serangan
berat, atau pasien yang menetap atau memburuk dengan terapi
Pemeriksaan fisis awal. Hasil PaO2 <60 mmHg (8 kPa) dan PaCO2 normal atau
meningkat (khususnya >45 mmHg, 6 kPa) merupakan petanda
• Tanda vital dan derajat serangan (Gambar 6.2), meliputi: derajat
gagal napas.
kesadaran, suhu, frekuensi nadi, frekuensi napas, tekanan darah,
kemampuan bicara lengkap satu kalimat, retraksi dinding dada dan
wheezing ˶˶ Rontgen toraks
• Tanda komplikasi atau penyakit penyerta (anafilaksis, pneumonia, Pemeriksaan Rontgen toraks tidak rutin dilakukan pada pasien
pneumotoraks) dengan serangan asma. Pemeriksaan ini dipertimbangkan pada
• Tanda dari kondisi lain yang dapat menjadi penyebab distres respirasi serangan berat atau jika dicurigai terjadi komplikasi (misalnya
(misalnya tanda gagal jantung, inhalasi benda asing, obstruksi saluran pneumotoraks) atau ada kondisi lain (misalnya pneumonia atau
napas atas) inhalasi benda asing) yang menyertai dan/atau ada ancaman henti
napas yang tidak membaik dengan terapi. Kecurigaan ini perlu
diperhatikan pada anak yang disertai demam, tidak ada riwayat
keluarga dengan asma, dan wheezing unilateral.
Gambar 6.2. Alur tata laksana gawat darurat serangan asma pada
di fasyankes/UGD dan rumah sakit
fasyankes/UGD dan rumah sakit (lanjutan)
Gambar 6.2. Alur tata laksana gawat darurat serangan asma pada anak Gambar 6.2. Alur tata
laksana gawat darurat serangan asma pada anak di
di fasyankes/UGD dan rumah sakit fasyankes/UGD
dan rumah sakit (lanjutan)
!
• Hati-hati bila dalam 1 bulan terakhir pasien sudah
mendapat steroid oral/sistemik. Perlu dievaluasi apakah 2 kali dalam 1 jam, dengan pertimbangan untuk menambahkan ipratropium
indikasi steroid oral/sistemik sudah tepat, dan pikirkan bromida pada nebulisasi ketiga. Pasien diobservasi, jika tetap baik pasien
kemungkinan pasien sudah memerlukan obat pengendali. dapat dipulangkan. Apabila pasien tidak membaik dengan 3 kali pemberian
inhalasi agonis β2, dapat dipertimbangkan pemasangan jalur parenteral.
**Tabel 6.2. Pilihan dan dosis steroid untuk serangan asma
Nama Generik Sediaan Dosis Tindak lanjut
Metilprednisolon tablet 4 mg, 1-2mg/kgBB/hari, tiap 6 jam a. Jika respon baik, pasien dipulangkan
tablet 8 mg
Metilprednisolon vial 125 mg, 1-2 mg/kgBB, tiap 12 jam, ˶˶ Saat pulang, pasien dibekali dengan obat agonis β2 (hirupan
suksinat injeksi vial 500 mg tidak melebihi 60 mg/hari atau oral) yang diberikan setiap 4-6 jam selama 3-5 hari, dipakai
Prednison tablet 5 mg 1-2 mg/kgBB/hari, tiap 12 jam
seperlunya hingga tidak ada gejala. Juga diberikan steroid sistemik
Hidrokortison-suksinat vial 100 mg 2-4 mg/kgBB/kali, tiap 6 jam
injeksi (oral) berupa prednisolon atau prednison dengan dosis 1-2 mg/
Deksametason injeksi ampul 4 mg/ml, 0,5−1 mg/kgBB – bolus, dilanjutkan kgBB/hari selama 3-5 hari, tanpa tappering off. Pemberian steroid
ampul 10 mg/ml 1 mg/kgBB/hari diberikan tiap 6−8 jam ini harus dilakukan dengan cermat untuk mencegah pengulangan
Betametason injeksi ampul 6 mg/ml 0,05−0,1 mg/kgBB, tiap 6 jam
lebih dari 1 kali per bulan dan pada saat penulisan resep tambahkan
keterangan ‘do not iter’.
Keterangan tambahan alur: ˶˶ Selain itu, jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat
pengendali, obat pengendali dilanjutkan. Informasi lebih lengkap
• Bila pulse oximetry tidak tersedia, oksigen tetap diberikan dengan
lihat di tata laksana jangka panjang (lihat Bab V).
monitor gejala dan tanda distres respirasi, termasuk derajat kesadarannya.
˶˶ Pasien kemudian dianjurkan untuk kontrol ke klinik rawat jalan
• Jika berada di fasyankes primer, pasien serangan asma yang tidak
dalam waktu 3-5 hari untuk direevaluasi tata laksananya.
respons/memburuk, asma serangan berat dan ancaman gagal napas
harus segera dirujuk ke rumah sakit. ˶˶ Jika obat diberikan dalam bentuk inhaler, sebelum pasien
dipulangkan, pastikan teknik pemakaian inhaler sudah tepat.
• Jika berada di UGD RS, lakukan lanjutan terapi sesuai derajat
keparahannya. b. Jika respon buruk, pasien dirujuk (jika di fasyankes primer ke UGD
RS) atau dirawat inap (jika di UGD RS)
• Pemberian MDI dengan spacer di fasyankes/UGD, 1 siklus adalah
semprotan 4-10 berturut turut. Diberikan 1-2 siklus, sesuai derajat Pasien diputuskan rujuk atau rawat inap jika tidak respon sampai
keparahan serangan. nebulisasi ke-3 atau memburuk setelah nebulisasi.
• Pemberian aminofilin hanya dilakukan pada pasien asma serangan ˶˶ Di fasyankes primer: saat menunggu proses rujukan, maka
berat yang akan dilakukan rawat inap, dapat diberikan di UGD atau di tetap dilakukan pemberian oksigen, nebulisasi agonis β2, dan
ruang rawat inap, tergantung situasi RS pemasangan jalur parenteral.
˶˶ Di UGD RS: jika diagnosis menjadi asma serangan berat, maka
dipersiapkan untuk rawat inap (lihat keterangan berikutnya). Jika
ancaman henti napas, harus segera dibawa ke ICU.
Tata laksana di ruang rawat inap Kriteria rawat di ruang rawat intensif
Pasien yang sejak awal masuk ke UGD sudah memperlihatkan tanda-tanda
Berikut tata laksana yang diberikan setelah pasien masuk ke ruang rawat
ancaman henti napas (sesuai Tabel 6.1), langsung dirawat di ruang rawat
inap:
intensif (intensive care unit, ICU).
• Pemberian oksigen diteruskan.
Program KIE
Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) merupakan unsur yang sangat
penting tetapi sering dilupakan dalam tata laksana asma. Tujuan program
KIE adalah memberi informasi dan pelatihan yang sesuai terhadap pasien
dan keluarganya untuk meningkatkan pengetahuan atau pemahaman,
keterampilan, dan kepercayaan diri dalam mengenali gejala serangan
asma, mengambil langkah-langkah yang sesuai, serta memotivasi dalam
menghindari faktor-faktor pencetus, sehingga meningkatkan keteraturan
terhadap rencana pengobatan yang sudah ditetapkan serta pada akhirnya
mampu meningkatkan kemandirian dalam tata laksana asma yang lebih
baik.
Dalam mencapai tujuan tersebut, ada beberapa komponen penting
yang harus diperhatikan oleh seorang dokter/petugas kesehatan yang
memberi pelayanan, antara lain:
• Mengutamakan terjalinnya hubungan baik dengan pasien
• Penjelasan bahwa ini adalah proses yang berkesinambungan, sehingga
KIE selalu diberikan di setiap kesempatan bertemu dengan pasien
• Berbagi dan bertukar informasi dengan pasien tentang asma dan
penatalaksanaannya
• Penilaian kendali asma, derajat dan pemakaian obat-obatan
• Harapan akan tercapai kendali asma
• Meredam ketakutan dan kekhawatiran
13.
12.
11.
10.
No.
Tikus
Rinitis,
hewan
lainnya
zat lain
Alergen
induced
(animal
Lain-lain
Pencetus
makanan
Exercise-
danders)
Rontokan
infeksi virus
Hirupan zat-
Kegemukan
sinusitis, dan
asthma (EIA)
coklat
aktivitas
maupun alergi
Cara Penghindaran
Penutupan makanan
ditempati oleh hewan tersebut secara teratur, seperti matras bahkan jika
penyebab alergi seperti susu, telur, ikan, kacang, ragi, keju, gandum, dan
Menghindari paparan terhadap binatang peliharaan terutama anjing dan
4-6 bulan setelah ditinggalkan oleh hewan peliharaan hingga alergennya
Hindari asap obat nyamuk bakar ( juga semprotan dan elektrik), asap kayu
Kendalikan influenza pada hidung dan sinus yang disebabkan karena infeksi
seperti tartrazin, penyedap rasa (misalnya MSG), golongan salisilat (misalnya
Sebelum berolahraga □ _________________ □ 2 atau □ 4 semprot dipakai 5 menit sebelum berolahraga
Asma Memburuk Tambahkan obat pereda kerja pendek dan lanjutkan pemakaian obat pengendali
Batuk, wheezing, sesak di dada, atau napas Pertama □ 2 atau □ 4 semprot, setiap 20 menit, maksimal 2 kali
pendek, atau ____________________ □ nebulisasi, maksimal 2 kali
(agonis β2 kerja pendek)
Terbangun di malam hari karena asma, atau
Dapat melakukan beberapa, namun tidak Jika gejala (dan peak flow, jika menggunakan peak flow meter) membaik ke ZONA HIJAU
semua aktivitas sehari‐hari Kedua setelah 1 atau 2 kali menggunakan obat‐obatan di atas:
□ Lanjutkan pemantauan pengobatan anda untuk memastikan anda tetap di zona hijau
‐ Atau ‐ ‐ Atau ‐
Peak flow : Jika gejala anda (dan peak flow, jika menggunakan peak flow meter) tidak membaik ke
ZONA KUNING
_____________ sampai _________________ ZONA HIJAU setelah 2 kali menggunakan obat‐obatan di atas:
(50 sampai 79% dari peak flow terbaik saya) □ Segera ke fasyankes/UGD untuk tata laksana lebih lanjut
Waspada! Gunakan obat ini:
Napas sangat pendek, atau □ ________________________
Obat‐obatan kerja pendek tidak membantu, atau (agonis β2 kerja pendek)
Tidak dapat melakukan aktivitas sehari‐hari, atau □ ________________________
Gejala sama atau memburuk setelah 24 jam di (steroid minum)
ZONA KUNING Telepon dokter anda SEKARANG. Datanglah ke rumah sakit atau telpon ambulan jika:
Atau Peak flow : □ Anda masih di zona merah setelah 15 menit DAN
ZONA MERAH
Kurang dari __________ (50% dari peak flow terbaik saya) □ Anda belum bisa bertemu dengan dokter anda
TANDA □ Kesulitan berjalan dan berbicara karena napas pendek Gunakan □ 2 atau □ 4 semprot obat pereda kerja pendek DAN
BAHAYA Datang ke rumah sakit atau telepon ambulans __________ SEKARANG!
□ Bibir atau ujung jari menjadi kebiruan (NO. TELEPON)
Pedoman Nasional Asma Anak 2015
Lihat halaman belakang untukmengetahui apa yang dapat anda lakukan untuk menghindari pencetus asma anda
UKK Respirologi IDAI
71
72
Cara mengendalikan hal‐hal yang dapat membuat asma anda memburuk
Panduan ini menyarankan beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mencegah serangan asma. Berikan tanda ceklis pada setiap pencetus yang anda ketahui dapat memperburuk
asma anda dan tanyakan kepada dokter anda untuk mencari tahu jika ada memiliki pencetus lain. Lalu tetapkan dengan dokter anda langkah apa yang akan anda lakukan.
Alergen
□ Bulu/Serpihan kulit hewan □ Serbuk sari atau jamur di luar rumah
Beberapa orang alergi terhadap serpihan kulit atau air liur kering dari hewan berbulu. Jagalah jendela anda tetap tertutup
Tindakan yang dapat dilakukan: Tetaplah di dalam rumah dengan jendela tertutup pada pagi hingga siang hari
Tidak memelihara hewan berbulu/unggas di dalam rumah karena jumlah serbuk sari di udara meningkat pada saat tersebut
Jika anda tidak dapat menjaga hewan peliharaan di luar rumah, Bila dosis tambahan obat anti radang dibutuhkan sebelum musim alergi dimulai,
Jangan biarkan hewan peliharaan anda masuk ke dalam kamar tidur anda dan mintalah kepada dokter anda
tempat tidur lain kapanpun, dan jagalah agar pintu anda selalu tertutup
Iritan
Jangan gunakan karpet dan furnitur yang dilapisi kain. Jika hal ini tidak mungkin
dilakukan, jagalah hewan peliharaan anda dari furnitur yang dilapisi kain dan □ Asap rokok
Cuci seprai dan selimut dengan detergen dan pemutih untuk membunuh tungau
Hal lain yang dapat menimbulkan gejala asma
Gunakan dehumidifier atau penyejuk ruangan terpusat untuk mengurangi
kelembaban dalam ruangan hingga di bawah 60% (idealnya 30‐50%) □ Penyedot debu
Cobalah untuk tidak tidur atau berbaring di atas sofa yang dilapisi kain Minta bantuan orang lain untuk menyedot debu seminggu atau dua minggu
Jagalah mainan di luar kamar tidur atau cucilah mainan setiap minggu dengan air sekali. Berada di luar ruangan tersebut pada saat sedang disedot debunya dan
panas atau air dingin dengan detergen dan pemutih beberapa saat setelahnya
Jika ada yang sedang menyedot ruangan, gunakan masker anti debu (dari toko
□ Kecoak perkakas), gunakan kantung vakum dengan filter mikro atau kantung vakum dua
Banyak pasien dengan asma yang alergi terhadap bangkai atau sisa‐sisa kecoak. lapis, atau kantung vakum dengan filter HEPA
Tindakan yang dapat dilakukan:
□ Hal lainnya yang dapat memperburuk asma
Jagalah makanan dan sampah dalam tempat atau wadah tertutup.
Sulfit (pengawet) pada makanan dan minuman: Jangan minum bir, anggur, atau
Gunakan bubuk, gel, atau pasta beracun (misalnya asam borat) atau perangkap
buah yang dikeringkan, kentang yang telah diproses, atau udang, jika hal tersebut
untuk membunuh kecoak.
menimbulkan gejala asma
Jika anda menggunakan semprotan untuk membunuh kecoak, jauhi ruangan
Udara dingin : Lapisi hidung dan mulut dengan kain (selendang) saat udara dingin
sampai bau semprotan hilang
atau cuaca berangin
□ Jamur di dalam rumah Obat‐obatan. Beri tahu dokter tentang semua obat‐obatan yang anda konsumsi
Betulkan keran, pipa, atau sumber air lain yang bocor dengan adanya jamur di sekitar seperti obat flu, aspirin, vitamin, dan suplemen lainnya, dan obat beta bloker non
sumber air tersebut selektif (termasuk dalam obat tetes mata)
Bersihkan permukaan yang berjamur dengan pembersih yang mengandung pemutih
Pedoman Nasional Asma Anak 2015
8.
9.
7.
6.
5.
4.
3.
2.
1.
16.
15.
14.
13.
12.
11.
10.
pdf
53:778 –84.
ing_asthma.pdf.
Daftar Bacaan
Kilburn SA, Lasserson TJ, McKean MC. Pet allergen control measures for
Hillemeier MM, Gusic, M., Bai Y. Communication and education about
Gøtzsche PC, Johansen HK. House dust mite control measures for asthma
Gøtzsche PC, Hammarquist C, Burr M. House dust mite control measures in
Agarkhedkar SR, Bapat HB, Bapat BN. Avoidance of food allergens in child-
dkk. Global initiative for asthma: global strategy for asthma management and
Castro-Rodríguez JA. Assessing the risk of asthma in infants and pre-scholl
Virginia Department of Health in collaboration with Virginia Department of
Baxi SN, Phipatanakul W. The role of allergen exposure and avoidance in
Asthma self-management goals for children 9 years and younger. Diunduh
allergic asthma in children and adults. Cochrane Database Syst Rev. 2001.
Dykewicz MS. Rhinitis and sinusitis. J Allergy Clin Immunol. 2003;111:S520-9.
Burns L, Cifaloglio C, Elwood L, Enoch JP, Geldmaker B, Hughes T, dkk.
Bachrier LB, Boner A, Carlsen KH, Eigenmann PA, Frischer T, Götz M,
FitzGerald M, Batemen ED, Boulet LP, Cruz AA, Haahtela T, Levy ML,
Bedi RS. Patient education programme for asthmatics: indian perspective.
73
17. Liccardi G, Custovic A, Cazzola M, Russo M, D’Amato M,D’Amato G. 30. Wheeler LS, Bartholomew LK, Boehm R, Brasler M, Constante C, Goldberg
Avoidance of allergens and air pollutants in respiratory allergy. Allergy. E, dkk. Managing asthma a guide for schools 2003. Diunduh dari: http://
2001:56:705-22. www.nhlbi.nih.gov/health/prof/lung/asthma/asth_sch.pdf.
18. Maryland State Department of Education Student Services and Alternative 31. Woodfine L, Neal RD, Edwards RT, Linck P, Mullock L, Nethans N, dkk. En-
Programs Branch. Management of student with asthma in school mary- hancing ventilation in homes of children with asthma: pragmatic randomised
land state school health services guideline 2006 .Diunduh dari:http://www. controlled trial. Br J Gen Prac. 2011; DOI: 10.3399/bjgp11X606636.
marylandpublicschools.org/NR/rdonlyres/6561B955-9B4A-4924-90AE- 32. Yeatts K, Washington D, Sleath B, Ayala GX, Gilette C, Williams D, dkk.
F95662804D90/35018/Asthma_Guidelines_02272013_.pdf. Communication and education about triggers and environmental control
19. Matondang MA, Lubis HM, Daulay RM, Panggabean G, Dalimunthe W. strategies during pediatric asthma visits. Patient Educ Couns. 2012;86:63-9.
Peran komunikasi, informasi, dan edukasi pada asma anak. Sari Pediatri.
2009;10:314-9.
20. Murphy S, Bleecker ER, Boushey H, Buist AS, Busse W, Clark NM, dkk.
Practical guide for the diagnosis and management of asthma based on the
expert panel report 2: guidelines for the diganosis and management of asth-
ma. 1997. Diunduh dari: http://www.niehs.nih.gov/health/assets/docs_a_e/
asthma_action_plan_.pdf.
21. Myers TR. Guidelines for asthma management: a review and comparison of
5 current guidelines. Respir Care. 2008; 53:751–69.
22. National Heart, Lung, and Blood Institute. National asthma education and
prevention program expert panel report 3: guidelines for the diagnosis and
management of asthma full report 2007. Diunduh dari: http://www.nhlbi.
nih.gov/guidelines/asthma/asthgdln.pdf.
23. Platts-Mills T, Leung DYM, Schatz M. The role of allergens in asthma. Am
Fam Physician. 2007;76:675-80.
24. Rahajoe N. Pengobatan pencegahan asma. Cermin Dunia Kedokteran. 1991;
69:45-9
25. Risnes KR, Belanger K, Murk W, Bracken MB. Antibiotic exposure by 6
months and asthma and allergy at 6 years: findings ina cohort of 1,401 us
children. Am J Epidemiol. 2011;173:310-8.
26. Stevens CA, Wesseldine LJ, Couriel JM, Dyer AJ, Osman LM, Silverman M.
Parental education and guided self-management of asthma and wheezing in
the pre-school child: a randomised controlled trial. Thorax. 2002;57:39–44.
27. Sin DD, Sutherland ER. Obesity and the lung : 4. Obesity and asthma. Tho-
rax. 2008; 63:1018–23.
28. The International Study of Asthma and Allergies in Childhood. The glob-
al asthma report 2011. International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease.. Diunduh dari: http://www.globalasthmareport.org/.
29. Vichyanond P, Pensrichon R, Kurasirikul S. Progress in the management of
childhood asthma. Asia Pac Allergy. 2012;2:15-25.
Obesitas
Daftar Bacaan
Asma akan lebih sulit dikendalikan pada pasien dengan obesitas. Hubungan
antara obesitas dengan asma cukup kompleks. Faktor yang memengaruhi 1. Adams RJ, Fuhlbrigge AL, Finkelstein JA, Weiss ST. Intranasal steroids and
diantaranya adalah pengaruh refluks gastroesofageal, efek dari obstructive sleep the risk of emergency department visits for asthma. J Allergy Clin Immunol.
apnea, faktor mekanik, dan faktor lain yang belum bisa ditentukan. Literatur 2002;109:636-42.
juga menunjukkan terdapat perbedaan jenis kelamin, perkembangan paru, 2. Bousquet J, Mantzouranis E, Cruz AA, Aı¨t-Khaled N, Baena-Cagnani CE,
dan pubertas yang memengaruhi interaksi antara obesitas dengan jalan Bleecker ER, dkk. Uniform definition of asthma severity, control, and exacerba-
napas. Diagnosis asma pada pasien obesitas seyogyanya disertai dengan tions: Document presented for the World Health Organization Consultation on
pengukuran parameter hiperreaktivitas bronkus karena gejala respiratori Severe Asthma. J Allergy Clin Immunol. 2010;126:926-38.
pada pasien obesitas seringkali menyerupai asma. Tidak cukup bukti yang 3. Bousquet J, Van Cauwenberge P, Khaltaev N. Allergic rhinitis and its impact on
menyatakan adanya perbedaan tata laksana asma dengan obesitas atau tanpa asthma. J Allergy Clin Immunol. 2001;108:S147-334.
obesitas. Penurunan berat badan pada pasien obesitas akan memperbaiki 4. Bowrey DJ, Peters JH, DeMeestervTR. Gastroesophageal reflux disease in asth-
derajat kendali asma, fungsi paru, dan mengurangi kebutuhan penggunaan ma: effects of medical and surgical antireflux therapy on asthma control. Ann
obat-obatan. Surg. 2000;231:161-72.
Diagnosis banding
Tabel 9.2. Diagnosis banding asma anak balita Tata laksana jangka panjang asma anak balita
Kondisi Karakteristik tipikal
Secara umum, evaluasi gejala pada asma anak balita sama dengan asma pada
1. Infeksi virus pada saluran Utamanya batuk, hidung pilek dan tersumbat <10 hari,
respiratori, termasuk wheezing biasanya ringan, tidak muncul gejala di antara usia di atas 5 tahun. Komponen kunci adalah edukasi, pelatihan pemakaian
bronkiolitis infeksi alat inhalasi yang benar dan keteraturannya, strategi nonfarmakologi
2. GERD (Gastroesophageal Batuk ketika makan; infeksi paru berulang; mudah muntah termasuk kontrol lingkungan yang baik, monitoring berkala, dan evaluasi
Reflux Disease) terutama setelah makan terlalu banyak; respons buruk
terhadap terapi asma klinis. Seperti pada asma anak >5 tahun, obat asma diberikan secara bertahap
3. Aspirasi benda asing Episode mendadak, batuk dan/atau stridor yang berat saat sesuai dugaan awal yang akan menentukan di jenjang mana terapi dimulai.
makan atau bermain; batuk dan infeksi paru yang berulang;
tanda-tanda infeksi paru fokal
4. Tuberkulosis Batuk yang persisten; demam yang tidak respons terhadap JENJANG 1: Agonis β2 kerja pendek inhalasi bila perlu
antibiotik; pembesaran kelenjer limfe; respons buruk
terhadap bronkodilator atau steroid inhalasi; riwayat kontak Pada jenjang ini, kemungkinan diagnosis penyakit bukan asma. Semua anak yang
dengan pasien TB paru mengalami episode wheezing harus diberikan agonis β2 kerja pendek inhalasi untuk
5. Displasia Riwayat lahir prematur; BBLR; membutuhkan ventilasi mengurangi gejala (Evidence D). Tidak perlu pemberian obat pengendali asma.
bronkopulmoner mekanik yang lama atau suplemen oksigen; susah bernapas
sudah ada sejak lahir
6. Pertusis Diawali dengan gejala selesma pada fase kataral (2-3 minggu JENJANG 2: Uji terapi dengan SI dosis rendah, agonis β2 kerja pendek
pertama), berlanjut dengan batuk terus menerus kadang
diakhiri dengan inspirasi dalam berbunyi whoop, riwayat inhalasi bila perlu
tidak atau belum mendapat imunisasi DPT lengkap, Semua anak yang mengalami episode wheezing harus diberikan agonis
7. Rinosinusitis Batuk berulang dengan tipe batuk yang berdehem
(ekspiratori refleks) yang juga disertai oleh gejala hidung β2 kerja pendek inhalasi untuk mengurangi gejala (Evidence D). Terapi
yang dominan bronkodilator oral tidak direkomendasikan karena awitan aksi yang lambat
dan tingkat efek samping yang tinggi dibandingkan dengan agonis β2
kerja pendek inhalasi (Evidence D). Pada jenjang ini anak mungkin/sangat
Indikasi untuk rujukan mungkin asma, sehingga dapat dicoba uji terapi dengan steroid inhalasi
dosis rendah.
Jika ditemukan hal berikut, maka perlu dirujuk ke konsultan terkait untuk
penelusuran lebih lanjut :
JENJANG 3: Terapi awal dengan obat pengendali, dengan agonis β2
• Gagal tumbuh kerja pendek inhalasi bila perlu
• Neonatus atau awitan gejala yang sangat dini (khususnya jika terjadi Steroid inhalasi dosis rendah tiap hari ditambah agonis β2 kerja pendek bila
gagal tumbuh) perlu. Steroid inhalasi dosis rendah merupakan pilihan terbaik untuk terapi
• Muntah yang disertai gejala respirasi inisial agar tercapai kendali asma pada anak ≤5 tahun (Evidence A). Terapi
Tabel 9.3. Steroid inhalasi (SI) harian dosis rendah untuk anak balita
!
• Hati-hati bila dalam 1 bulan terakhir pasien sudah mendapat
steroid oral/sistemik. Perlu dievaluasi apakah indikasi steroid
oral/sistemik sudah tepat, dan pikirkan kemungkinan pasien
sudah memerlukan obat pengendali.
Kriteria pulang dari RS dan pemantauan setelah
eksaserbai
Sebelum dipulangkan keadaan anak harus stabil (misal anak harus sudah
dapat berjalan dan bisa makan dan minum tanpa masalah).
Anak yang baru selesai mengalami eksaserbasi memunyai risiko
untuk mengalami episode serangan ulang dan membutuhkan pemantauan.
Tujuannya untuk memastikan perbaikan komplit, menentukan penyebab
eksaserbasi, dan kapan sebaiknya menetapkan terapi lanjutan yang cocok
dan kepatuhan anak (Evidence D).
Daftar Bacaan
1. Bacharier L. Diagnosis and treatment of asthma in childhood: A PRAC-
TALL consensus report. Allergy. 2008;63:5–34.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Na-
sional (RISKESDAS). Jakarta; 2007.
3. Boehmer ALM, Merkus PJFM. Asthma therapy for children under 5 years of
age. Lippincott Williams & Wilkins.2006;12:34–41.
4. Bisgaard H, Szefler S. Prevalence of asthma–like symptoms in young chil-
dren. Pediatr Pulmonol. 2007;42:723–728.
5. Brand PL, Baraldi E, Bisgaard H, Boner AL, Castro–Rodriguez JA, Custovic
A, dkk. Definition, assessment and treatment of Wheezing disorders in pre-
school children: An evidence–based approach. Eur Repir J. 2008;32:1096–
1110.
6. Bufford JD, Gern JE, Early exposure to pets: Good or bad? Curr Allergy
Asthma Rep. 2007;7:375–382.
7. Bush A. Phenotypic differences between pediatric and adult asthma. Proc
Gambar 9.3. Tata laksana serangan asma pada anak balita Am Thorac Soc. 2009;6:712–9.
di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes)/UGD
Uji cukit kulit 2. Steroid inhalasi dosis rendah (sebagai obat pereda)
Tidak semua anak untuk menentukan diagnosis asma memerlukan Steroid sistemik diberikan pada asma serangan ringan-sedang dan berat
pemeriksaan penunjang uji cukit kulit. Uji cukit kulit hanya untuk disamping bronkodilator. Namun beberapa penelitian menggantikan
menentukan anak atopi saja dan tidak spesifik untuk mendapatkan alergen steroid sistemik dengan steroid inhalasi dosis tinggi. Pemberian steroid
yang utama. Meskipun uji cukit kulit positif belum tentu menjadi alergen dosis tinggi (2400 µg sehari dibagi 4 dosis) dilaporkan memunyai
yang utama karena harus dikonfirmasikan dengan kesesuaian/relevansi efektivitas yang sama dengan steroid sistemik. Dengan demikian
gejala yang timbul. penggunaan steroid dosis rendah untuk mengatasi serangan asma tidak
dianjurkan karena data yang ada hanya dengan dosis tinggi.
Foto Rontgen toraks perlu dilakukan untuk diagnosis
asma
3. Kombinasi steroid dan LABA sebagai pereda serangan
Patofisiologi asma adalah inflamasi saluran respiratori dan remodelling
sehingga terjadi obstruksi aliran udara, yang dapat kembali spontan Penggunaan kombinasi LABA, yang memiliki waktu kerja hingga
maupun dengan pengobatan. Kelainan asma pada foto Rontgen toraks 12 jam, dan steroid ditujukan sebagai obat pengendali. Penggunaan
tidak patognomonik. Salah satu gambaran yang dapat dilihat pada asma kombinasi obat tersebut sebagai pereda tidak tepat karena waktu
adalah emfisematus akibat gangguan aliran keluar udara dari paru. Namun, kerja LABA yang panjang serta dosis steroid yang digunakan sebagai
gambaran tersebut tidak selalu ditemukan dan dapat pula merupakan kombinasi adalah dosis rendah. Maka dari itu, perlu diingat bahwa
bagian dari penyakit paru dan saluran respiratori lain. Dengan demikian, terapi inhalasi LABA dengan steroid tidak bermanfaat sebagai pereda
foto Rontgen toraks bukan merupakan pemeriksaan diagnostik untuk serangan asma, namun berguna bila digunakan sebagai pengendali,
menegakkan asma. Foto Rontgen toraks baru dilakukan jika dipikirkan yang diberikan tiap 2 kali perhari.
diagnosis lain selain asma.
4. Kekeliruan dalam pemberian obat nebulisasi
a. Pemberian obat nebulisasi harus sampai habis
Kekeliruan pada tata laksana Pemberian bronkodilator pada serangan asma yang terbaik adalah
secara inhalasi dibandingkan oral. Dosis bronkodilator yang
Pada saat serangan
diberikan secara inhalasi pada serangan asma tidak tergantung
1. Antihistamin pada usia dan berat badan, dan bila pada saat diberikan gejala
Asma merupakan penyakit respiratori yang sebagian besar didasari menghilang maka dapat dihentikan tanpa harus menunggu sampai
alergi sehingga sering diberikan antihistamin pada saat serangan. Teori obat habis. Dengan demikian pemberian obat inhalasi tidak harus
bahwa asma merupakan penyakit yang didasari alergi adalah benar sampai habis meskipun dapat diberikan sampai habis.
tetapi pada saat serangan asma yang dominan adalah bronkokonstriksi b. Nebulisasi dengan campuran berbagai obat (SABA, steroid,
sehingga terapi pilihan adalah bronkodilator. Pada serangan asma terjadi mukolitik) untuk mengatasi serangan asma
keadaan bronkokonstriksi, inflamasi dan hipersekresi yang dengan
pemberian antihistamin terutama generasi pertama akan membuat Karakterisasi dari serangan asma adalah bronkospasme sehingga
sputum menjadi lebih kental yang dapat berakibat obstruksi saluran tata laksana awal serangan asma adalah menggunakan bronkodilator
Dalam rangka menghasilkan efek yang optimal dan efektif maka beberapa
Untuk lebih jelas, dapat dipalajari dalam Terapi Inhalasi.
kesalahan dalam penggunaan terapi inhalasi dapat diminimalkan.
• Cara atau teknik pemberian terapi inhalasi perlu diperhatikan, seperti
100 Pedoman Nasional Asma Anak 2016 UKK Respirologi IDAI 101
Bahan Bacaan LAMPIRAN
1. Barthwal MS. Pitfalls in the management of bronchial asthma. Medicine
Update. 2008;18:283-9.
2. Corrigan C. Asthma: Tips and pitfalls in diagnosis and treatment. Prescriber.
2010;21:17-26. Lampiran 1
3. Khilnani GC, Banga A. Aerosol therapy. Indian J Chest Dis Allied Sci.
2008;50:209-19. Pilihan obat asma pada anak
4. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Leman- Fungsi Nama Dosis Contoh nama Sediaan Keterangan
Generik dagang yang
ske R, dkk. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Aller- tersedia di
gy.2012;67:976-97. Indonesia
Golongan agonis β (kerja pendek) dan/atau antikolinergik
Terbutalin Oral
0,05−0,1 mg/kgBB/kali BricasmaR Tab 2.5mg
DPI
Ank 7-12 tahun: 0.25-0.5 mg, 4 Turbuhaler 0.5mg/dosis
kali sehari
Nebuliser
BB >25kg: 5mg, 2-4 kali/hari Respule 2.5mg/ml
Salbutamol Oral
0,05−0,1 mg/kgBB/kali VentolinR Tab 2 mg
Syr 2 mg/5ml
MDI
Anak 100-200 mcg, maksimal VentolinR 100mcg/semprot
4kali/hari inhaler
DPI
Anak 200 mcg, diberikan 3-4 Ventolin Rotacap 200 mcg
kali/hari RotacapsR
Nebuliser
Obat pereda Dosis awal 2.5 mg lalu dapat VentolinR Nebule
(reliever) diulang 4 kali/hari nebulisasi 2.5 mg/2.5 ml
Salbutamol + Nebuliser
ipratropium Dosis awal 2.5 mg lalu dapat CombiventR Unit Dose Vial (UDV)
bromida diulang 4 kali/hari 2.5ml
(Ipratropium Br 0.5mg,
salbutamol sulfate
2.5 mg)
Fenoterol MDI
Inhaler 1 semprot/kali, ulangi BerotecR MDI 100mcg/puff
bila perlu
Nebuliser
Anak >12 th: 0.5-2 ml, ulangi Inhalation solution 0.1%
bila perlu hingga 4 kali/hari. (1 mg/ml)
Anak 6-12 th (22-36kgBB) 0.25-
1.5ml ulangi bila perlu hingga
4 kali/hari.
Anak <6 th: 50 mcg/kgBB/
dosis ulangi bila perlu hingga
3 kali/hari
102 Pedoman Nasional Asma Anak 2016 UKK Respirologi IDAI 103
Fungsi Nama Dosis Contoh nama Sediaan Keterangan Fungsi Nama Dosis Contoh nama Sediaan Keterangan
Generik dagang yang Generik dagang yang
tersedia di tersedia di
Indonesia Indonesia
Fenoterol +MDI Golongan kombinasi steroid + LABA
ipratropiumSerangan akut anak >6 th: 2 BerodualR Ipratropium Br 0.02 mg Budesonid + DPI
bromida semprot, ulangi bila diperlukan. dan fenoterol HBr 0.05 Formoterol Obat pereda dan pengendali: SymbicortR Turbuhaler 80/4.5
Terapi jangka panjang 1-2 mg per semprot ≥12th: 2 inhalasi/hari mcg/dosis, Turbuhaler
semprot, 3 kali/hari, maksimal 8 Obat pengendali: anak ≥12th:1- 160/4.5 mg/dosis
semprot/hari 2 inhalasi 2 kali/hari. Anak ≥6
Procaterol Oral th: Turbuhaler 80/4.5 mcg 1
Anak ≥6 th: 25 mcg 2 diberikan MeptinR Tab 50 mcg, Minitab 25 LABA inhalasi/hari
kali/hari, <6 th: 1.25 mcg/kgBB mcg, Syr 25 mcg/5ml awitan DPI
diberikan 2-3 kali/hari cepat, Titrasi dosis hingga dosis
Nebuliser durasi Flutikason + terendah yang tidak Diskus 100 mcg/50 mcg
Anak: 10-30 mcg/dosis Inhalation solution 100 panjang Salmeterol menimbulkan gejala asma SeretideR (flutikason 100 mcg
MeptinR mcg/0.3 ml Diskus dan salmeterol 50 mcg);
inhalation Diskus 250 mcg/50 mcg,
Obat pereda DPI solution Diskus 500 mcg/ 50 mcg
(reliever) Anak: 10 mcg hingga 4 kali/hari DPI 10 mcg/dosis
MeptinR
Golongan kombinasi steroid + LABA
swinghaler
Flutikason + MDI
Ipratropium MDI
Salmeterol Anak ≥12 th: 2 inhalasi 2 kali/ SeretideR Seretide 50 mcg/25
Bromida Anak >12 th: 2 semprot AtroventR MDI 0.02 mg/dosis Obat hari Inhaler mcg (flutikason 50 mcg
diberikan 4 kali/hari. Maksimal pengendali Anak ≥4 th: 2 inhalasi Seretide dan salmeterol 25 mcg),
12 semprot/hari (controller) 50, 2 kali/hari Seretide 125 mcg/25
Nebuliser
mcg
Anak ≥14 th 0.4-2 ml, anak Inhalation solution
6-14th 0.4-1 ml diberikan 3-4 0.025% (0.25 mg/ml) Golongan obat kerja panjang/lepas terkendali
kali sehari Teofilin lepas Oral
Golongan xantin lambat Anak >6 th: ½ kaplet, 2 kali/hari Kaplet lepas lambat
pagi dan malam 300 mg
Teofilin Oral
3-4mg/kgBB/kali, 4 kali/hari Tab 150mg Golongan antileukotrien
Syr 150mg/15ml Zafirlukas Oral
Golongan antiinflamasi steroid Usia ≥12 th 20mg/hari AccolateR Tablet salut film
20 mg
Budesonid Nebuliser
Montelukas Oral
Awal: ≥12th 1-2mg 2 kali/hari, PulmicortR Respule 0.25mg/ml
Usia ≥15 th 10mg/hari; 6-14 th Oral granule 4 mg;
3bln-12th 0,5-1 mg 2 kali/hari Respule (2ml), 0.5mg/ml (2ml)
5mg/hari; 2-5 th 4mg/hari; 12 tablet kunyah 4 mg dan
Rumatan: ≥12th 0.5-1mg 2 kali/
bln-2 th 4 mg/hari oral granule 5 mg; tablet salut film
hari, 3bln-12th 0.25-0.5mg 2
10 mg
kali/hari
Obat Golongan anti-IgE
DPI
pengendali
Awal 200-1200 mcg/hari dibagi 200mcg/dosis Omalizumab Subkutan XolairR Powder for injection
(controller)
2-4 dosis, rumatan 200-400mcg PulmicortR 75-600 mg dalam 1-4 injeksi 150 mg + solvent for
2 kali/hari Turbuhaler subkutan tiap 2-4 minggu injection
ObucortR
Swinghaler * LABA yang memunyai awitan kerja pendek
Flutikason Nebuliser
Anak >16th 500-2.000 mcg 2 FlixotideR Nebule
kali/hari, anak 4-16 th 1.000 0.5mg/2ml
mcg 2 kali/hari
104 Pedoman Nasional Asma Anak 2016 UKK Respirologi IDAI 105
Lampiran 2 Lampiran 3
Daftar obat untuk nebulisasi Obat antihistamin untuk rinitis alergi sebagai komorbiditas asma
Fungsi Nama Generik Dosis Contoh Sediaan Nama Generik Nama Sediaan Dosis
nama da- Dagang
gang Setirizin RyzenR tablet 10 mg, tetes Usia 2-6 tahun: 2,5 mg, sekali sehari
Golongan agonis β 10mg/ml, sirup Usia > 6 tahun: 5-10 mg, sekali sehari
5mg/5ml
Terbutalin BB >25kg: 5mg, 2-4 kali/ BricasmaR Respule 2.5mg/
hari ml Desloratadin Tablet 5 mg, sirup Usia ≥12 th 10 ml (5 mg) sekali sehari
2.5 mg/5 ml Usia 6-11 th: 5 ml (2.5 mg) sekali sehari
Salbutamol Dosis awal 2.5 mg lalu VentolinR Nebule 2.5 Usia 1-5 th: 2.5 ml (1.25 mg) sekali sehari
dapat diulang 4 kali/hari mg/2.5 ml
Fenoterol Anak >12 th: 0.5-2 ml,
ulangi bila perlu hingga 4 BerotecR
kali/hari.
Anak 6-12 th (22-36kgBB)
0.25-1.5ml ulangi bila
Inhalation
solution 0.1% (1
Lampiran 4
perlu hingga 4 kali/hari. mg/ml)
Anak <6 th: 50 mcg/ Perbaikan kondisi lingkungan
Obat pere- kgBB/dosis ulangi bila
Sprei Harus mencuci sprei dan menjemur di bawah sinar matahari
da perlu hingga 3 kali/hari
Kasur Jangan gunakan kasur kapuk
(reliever) Procaterol Anak: 10-30 mcg/dosis Meptin R
Inhalation
solution 100 Sofa Penggunaan sofa terbuat dari kulit atau kulit artifisal
mcg/0.3 ml Boneka mainan Menggunakan mainan yang dapat dicuci
Golongan antikolinergik Furniture Gunakan furniture mudah dibersihkan
Tirai jendela Gunakan tirai yang mudah dicuci
Ipratropium Anak ≥14 th 0.4-2 ml, AtroventR Inhalation
Bromida anak 6-14th 0.4-1 ml solution 0.025% Hewan peliharaan Tidak ditempatkan dalam kamar
diberikan 3-4 kali sehari (0.25 mg/ml) Alat pembersih Gunakan vacuum cleaner yang dilengkapi kantong debu
Golongan agonis β + antikolinergik Pot tanaman Jangan menanam tanaman di dalam kamar
Salbutamol + Dosis awal 2.5 mg lalu CombiventR Unit Dose Vial Laundry Jangan menggantung pakaian di dalam kamar
ipratropium dapat diulang 4 kali/hari (UDV) 2.5ml Gas/pemanas Saluran pembuangaan keluar rumah
bromida (Ipratroprium Br Bahan bangunan Hindari bahan kimia yang mudah menguap seperti aldehid/fenol
0.5mg, salbu- Tembakau/rokok Tidak merokok di dalam ruangan
tamol sulfate 2.5
mg) Sumber: Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T, dkk. Japanese
Golongan antiinflamasi steroid guideline for childhood asthma. Allergol Int. 2014;63:335-56
Budesonid Awal: ≥12th 1-2mg 2 kali/ PulmicortR Respule 0.25mg/
hari, 3bln-12th 0,5-1 mg 2 ml (2ml), 0.5mg/
Obat pen- kali/hari ml (2ml)
gendali Rumatan: ≥12th 0.5-1mg
(controller) 2 kali/hari, 3bln-12th
0.25-0.5mg 2 kali/hari
Flutikason Anak >16th 500-2.000 FlixotideR Nebule
mcg 2 kali/hari, anak 4-16 0.5mg/2ml
th 1.000 mcg 2 kali/hari
106 Pedoman Nasional Asma Anak 2016 UKK Respirologi IDAI 107
Lampiran 5 bisa dilihat pada skala wadah obat. Rata-rata volume isi yang dianjurkan
adalah 4-5 ml.
Perbandingan kesetaraan dalam steroid inhalasi (SI) 4. Pasangkan kabel listrik ke stop kontak.
Jenis obat Dosis rendah Dosis menengah Dosis tinggi
5. Sambungkan kompresor dan selang ke alat inti nebuliser
(mcg) / hari (mcg) / hari (mcg) / hari 6. Pasangkan antarmuka ke alat inti nebuliser, nyalakan tombol.
Fluticasone (FP) 100 200 400
7. Bila cairan nebulisasi mulai muncul, sambungkan antarmuka ke mulut
Beclomethasone (BPD) 100 200 400
pasien (mouthpiece) atau mulut dan hidung pasien (masker).
Ciclesonide (CIC) 100 200 400
Budesonide (BDP-DPI) 200 400 800
Budesonide Inhalation Solution (BIS) 250 500 1.000
Dosis tinggi SI sebaiknya diberikan di bawah pengawasan seorang dokter dengan
pengalaman yang cukup dalam manajemen asma anak. Lampiran 7
Sumber: Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T, dkk. Japanese
guideline for childhood asthma. Allergol Int. 2014;63:335-56
Macam-macam DPI
Lampiran 6
Petunjuk pemakaian nebuliser jet
c.
1. Siapkan alat nebuliser jet yang terdiri dari (1) kompresor, (2) selang, (3)
alat inti nebuliser, dan (4) antarmuka berupa mouthpiece atau masker.
2. Siapkan obat yang akan diberikan yaitu zat aktif dan NaCl fisiologis.
3. Masukkan obat dalam wadah nebuliser, bila volume obat belum
memenuhi volume isi, tambahkan NaCl seperlunya. Volume isi dapat
berbeda untuk tiap alat nebuliser, batas minimal dan batas maksimalnya
108 Pedoman Nasional Asma Anak 2016 UKK Respirologi IDAI 109
Lampiran 8 Lampiran 9
Petunjuk pemakaian DPI Turbuhaler Macam-macam spacer
110 Pedoman Nasional Asma Anak 2016 UKK Respirologi IDAI 111
Lampiran 10 Lampiran 11
Teknik penggunaan MDI dengan spacer Kode ICD-10 untuk asma
Lampiran 10. Teknik penggunaan MDI dengan spacer
ICD-10 Diagnosis
J45.20 Asma Intermiten tanpa komplikasi
J45.21 Asma intermiten ringan dengan eksaserbasi serangan akut
J45.22 Asma intermiten ringan dengan status asmatikus
J45.30 Asma persisten ringan tanpa komplikasi
J45.31 Asma persisten ringan dengan eksaserbasi serangan akut
J45.32 Asma persisten ringan dengan status asmatikus
2. Masukkan canister MDI ke dalam
1. Kocok tabung terlebih dahulu ujung karet aerochamber (spacer) J45.40 Asma persisten sedang tanpa komplikasi
J45.41 Asma persisten sedang dengan eksaserbasi serangan akut
J45.42 Asma persisten sedang dengan status asmatikus
J45.50 Asma persisten berat tanpa komplikasi
J45.51 Asma persisten berat dengan eksaserbasi serangan akut
J45.52 Asma persisten berat dengan status asmatikus
3. Lakukan ekspirasi maksimal, kemudian
letakkan aerochamber ke dalam mulut
di antara gigi anda. Usahakan supaya
aerochamber dalam posisi rapat
dengan menggunakan bibir anda
4. Tekan MDI ke bawah sekali untuk
menyemprotkan obat. Obat akan terjebak
di ruang spacer. Inspirasi perlahan dan
dalam
112
Pedoman Nasional Asma Anak 2016 UKK Respirologi IDAI 113
114 Pedoman Nasional Asma Anak 2016