TAHUN ANGGARAN
2023
LATAR BELAKANG
Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, sehingga ketersediaannya amatlah penting. Pemanfaatannya tidak
hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga, tetapi juga untuk fasilitas umum, sosial
maupun ekonomi.
Air bersih yang digunakan sehari-hari harus memiliki kualitas yang baik untuk
konsumsi sesuai dengan standar air minum di Indonesia yaitu PP No.82 Tahun 2001 dan
KepMen No.907 Tahun 2002. Begitu pentingnya air bersih bagi kehidupan manusia,
sehingga memungkinkan penyediaan menjadi terbatas bila pemanfaatannya tidak diatur
dengan baik, sehingga harus dibuat suatu jaringan perpipaan yang tertata baik untuk
mendistribusikan air bersih secara merata kesetiap konsumen.
Secara umum kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan prasarana
penyediaan air bersih direalisasikan dengan membangun sistem air bersih yang
memadai. Sasaran pembangunan prasarana air bersih meliputi kota-kota besar maupun
perdesaan baik dengan sistem perpipaan ataupun non perpipaan.
Salah satu cara untuk memperoleh air bersih adalah dengan memanfaatkan
sumber air tanah dengan membangun prasarana air bersih. Untuk mencapai pengadaan
air bersih yang merata sangatlah tidak mudah, hal ini dikarenakan banyaknya resiko
maupun biaya dalam pemenuhan kebutuhan ini. Resiko ini dapat bersifat teknis maupun
non teknis. Misalnya masalah teknis banyaknya daerah yang tidak memungkinkan
dipasang saluran pipa air bersih dan kemudian juga masalah non teknis yaitu
kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang mengerti tentang pipa air
bersih. . Oleh sebab itu, dibuatlah sarana air bersih di desa-desa yang membutuhkan
serta berupaya menyediakan sumber air bersih yang secara efektif dan efisien agar
dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
DOKUMENTASI PROYEK SEJENIS
ESTIMATE ENGINEERING
PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH
TAHUN ANGGARAN
2023
REKAPITULASI
RINCIAN ANGGARAN BIAYA
Pekerjaan : Pekerjaan Pembangunan Sarana Air Bersih
Satuan Kerja : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Direktorat Air Tanah dan Air Baku
Lokasi : -
Tahun Anggaran : T.A. 2023
Pekerjaan Struktur -
1 Pek. Lantai kerja t=5cm 0.13 m3 1,131,800.00 144,870.40
2 Pek. Pondasi Plat Stempat 60.60.20 0.29 m3 2,803,400.00 807,379.20
3 Pek. Sloof 15/25 K-225 0.53 m3 5,332,700.00 2,799,667.50
HARGA SATUAN JUMLAH HARGA
NO URAIAN PEKERJAAN VOL SAT
(Rp) (Rp)
a b c d e f = (c x e)
4 Pek. Kolom 20/20 - K-225 0.67 m3 6,540,600.00 4,395,283.20
5 Pek. Balok 20/25 K-225 0.88 m3 6,596,200.00 5,771,675.00
6 Pek. Plat Atap Beton T=10cm K-225 0.63 m3 5,275,600.00 3,297,250.00
-
Pekerjaan Dinding -
1 Pas. Dinding 1/2 Bata Merah 1 : 5 21.84 m2 176,700.00 3,859,128.00
2 Pek. Plesteran 1 : 5 43.68 m2 96,800.00 4,228,224.00
3 Pek. Acian 43.68 m2 59,200.00 2,585,856.00
4 Pas. Pintu Besi 1.00 unit 1,000,000.00 1,000,000.00
5 Pek. Pengecatan bidang tembok 2x 43.68 m2 47,000.00 2,052,960.00
6 Pas. Railling besi penghalang 1.00 ls 1,000,000.00 1,000,000.00
7 Pas. Tangga Besi 1.00 ls 1,000,000.00 1,000,000.00
-
Pekerjaan Lantai -
1 Pek. Lantai Rabat Beton 1:2:3 3.20 m3 1,131,800.00 3,621,760.00
TAHUN ANGGARAN
2023
REKAPITULASI
RINCIAN ANGGARAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pekerjaan : Pekerjaan Pembangunan Sarana Air Bersih
Satuan Kerja : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Direktorat Air Tanah dan Air Baku
Lokasi :-
Tahun Anggaran : T.A. 2023
Pekerjaan Struktur
1 Pek. Lantai kerja t=5cm 0,13 m3 1.131.800,00
Semen Portland 31,62 2.000,00 63.232,00
Pasir beton 111,23 247,75 27.557,26
Kerikil (maks 30mm) 127,87 224,13 28.660,26
2 Pek. Pondasi Plat Stempat 60.60.20 0,29 m3 2.803.400,00 807.379,20
3 Pek. Sloof 15/20 K-225 0,53 m3 3.700.000,00 1.942.500,00
4 Pek. Kolom 20/20 - K-225 0,67 m3 3.700.000,00 2.486.400,00
HARGA SATUAN HARGA SATUAN JUMLAH HARGA
NO URAIAN PEKERJAAN VOL SAT
RAB (Rp) RAPP (Rp) (Rp)
a b c d e f = (c x e)
5 Pek. Balok 20/25 K-225 0,88 m3 3.700.000,00 3.237.500,00
6 Pek. Plat Atap Beton T=10cm K-225 0,63 m3 3.700.000,00 2.312.500,00
Pekerjaan Dinding
1 Pas. Dinding 1/2 Bata Merah 1 : 5 21,84 m2 176.700,00
Batu bata 5 x 11 x 22 1.528,80 800,00 1.223.040,00
Semen Portland 211,41 1.115,00 235.723,49
Pasir pasang 0,98 180.000,00 176.904,00
2 Pek. Plesteran 1 : 5 43,68 m2 96.800,00
Semen Portland 226,44 2.000,00 452.874,24
Pasir pasang 1,14 180.000,00 204.422,40
3 Pek. Acian 43,68 m2 59.200,00
Semen Portland 873,60 2.000,00 1.747.200,00
4 Pas. Pintu Besi 1,00 unit 1.000.000,00 1.000.000,00
5 Pek. Pengecatan bidang tembok 2x 43,68 m2 25.000,00 1.092.000,00
6 Pas. Railling besi penghalang 1,00 ls 1.000.000,00 1.000.000,00
7 Pas. Tangga Besi 1,00 ls 1.000.000,00 1.000.000,00
Pekerjaan Lantai
1 Pek. Lantai Rabat Beton 1:2:3 3,20 m3 850.000,00 2.720.000,00
TAHUN ANGGARAN
2023
CATATAN
3000 3000
L L
REVISI
PEMBERI TUGAS
KEGIATAN
390
MENGETAHUI
130 70 250 70
70
80
3000 MENGETAHUI
90
pompa
PERENCANA
A
-
390
250
390
genset 10 kva
PENANGGUNG JAWAB
220
1 : 150
DIGAMBAR DIPERIKSA
70
REVISI
TORN AIR 3000 L
TANGGAL CATATAN PARAF
RAILLING BESI
PEMBERI TUGAS
3000 BALOK BETON 20/25
3000
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
L L P E R U M A H A N R A K Y A T
DIREK TORAT JE NDERA L SU MBE R DAYA A IR
Jl. Pattimura No.20 2, RT.2/RW.1, Selong, Kebayoran Baru, -
J a k a r t a S e l a t a n
P + 2.90 KEGIATAN
PEKERJAAN
MENGETAHUI
BAK SUMUR BOR
SLOOF 15/25
lantai beton
P ± 0.00
MENGETAHUI
60
250
PENANGGUNG JAWAB
DIGAMBAR DIPERIKSA
AR - 02
GAMBAR
POTONGAN
CATATAN
250
P1 P1
K1 K1
S1
REVISI
S1
S1
250
250
PEMBERI TUGAS
KEGIATAN
250
PEKERJAAN
DENAH PONDASI, SLOOF
DAN KOLOM 1 PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH
SKALA 1 : 50
MENGETAHUI
MENGETAHUI
2 D 16 2 D 16
25 25
Ø 8 - 100 Ø 8 - 150
2 D 16 2 D 16 PERENCANA
15 15
TUMPUAN LAPANGAN
PENANGGUNG JAWAB
DETAIL S1 DETAIL S1 DETAIL PONDASI (P1) SKALA NO. PROYEK DAN TANGGAL
15/25 15/25 2
4 3 SKALA 1 : 20
SKALA 1 : 20 SKALA 1 : 20
1 : 150
DIGAMBAR DIPERIKSA
AR - 03
GAMBAR
250
B1
2 D 16 2 D 16 REVISI
B1
B1
2 D 16 2 D 16
250
250
20 20
TUMPUAN LAPANGAN
PEMBERI TUGAS
SKALA 1 : 20 SKALA 1 : 20
250 KEGIATAN
DENAH PEMBALOKAN
PEKERJAAN
ELV+2.90 1
SKALA 1 : 50 PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH
MENGETAHUI
250
MENGETAHUI
B1
PERENCANA
B1
B1
250
250
PENANGGUNG JAWAB
B1 1 : 150
ELV+2.90 1 AR - 04
SKALA 1 : 50
GAMBAR
DENAH DAN DETAIL
PEMBALOKAN DAN PLAT
ATAP
CATATAN
390
130 70 250 70
70
80
90
REVISI
PINTU PLAT BESI + TANGGAL CATATAN PARAF
RANGKA FRAME BESI HOLLOW GALVANIS
LANTAI RABAT BETON
250
390
390
T=20CM
220
PEMBERI TUGAS
70
P E R U M A H A N R A K Y A T
DIREK TORAT JE NDERA L SU MBE R DAYA A IR
Jl. Pattimura No.20 2, RT.2/RW.1, Selong, Kebayoran Baru, -
J a k a r t a S e l a t a n
KEGIATAN
390
200
DENAH LANTAI 1
SKALA 1 : 10 PEKERJAAN
49
32
130 70 250 70 MENGETAHUI
80 80
70
80
160
MENGETAHUI
90
PERENCANA
390
250
390
220
PENANGGUNG JAWAB
70
DIGAMBAR DIPERIKSA
390
DENAH KUSEN 2 AR - 05
SKALA 1 : 10
GAMBAR
30
REVISI
PEMBERI TUGAS
KEGIATAN
PEKERJAAN
MENGETAHUI
POMPA SUBMERSIBLE
AIR BERSIH 3PK
PERENCANA
1 : 150
DIGAMBAR DIPERIKSA
AR - 06
DETAIL POTONGAN 2
KEDALAMAN
GAMBAR
-100 M SKALA 1 : 10
DETAIL PRINSIP PEMBUATAN
SUMUR BOR
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH
TAHUN ANGGARAN
2023
SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM
Pasal - 1
URAIAN PEKERJAAN
Pekerjaan yang akan dilaksanakan dan perinciannya adalah Pembangunan Sarana Air Bersih , dengan lingkup pekerjaan
yang mencakup antara lain, serta tidak terbatas pada :
a. Pekerjaan Persiapan :
Meliputi : mobilisasi peralatan,
pengadaan air bersih dan listrik untuk bekerja.
d. Pekerjaan Pembangunan :
Pekerjaan Pembangunan Sarana Air Bersih, lengkap pekerjaan struktur , arsitektur berikut instalasi
mekanikal / elektrikalnya sesuai dengan rencana dalam Gambar Kerja.
a. Menyediakan tenaga kerja, dan tenaga ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume
pekerjaan - pekerjaan yang akan dilaksanakan .
b. Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang akan
dilaksanakan serta tepat pada waktunya
c. Menyediakan peralatan berikut alat-alat bantu lainnya seperti mesin molen, mesin las, alat-alat bor,
compactor, vibrator, pompa air, scafolding, alat-alat pengangkat dan pengangkut serta peralatan-peralatan
lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, serta mengadakan pengamanan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa
pelaksanaan berlangsung, sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserah-
terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.
1.3. Seluruh pekerjaan maupun bagian pekerjaan yang merupakan satu kesatuan dengan pekerjaan yang disebut
dalam buku ini, menjadi lingkup pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan dan harus dilaksanakan dengan penuh
keahlian, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), Gambar Kerja,
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, serta mengikuti petunjuk dan keputusan Konsultan Pengawas / Owner.
Pasal - 2
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
2.1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar serta Renca Kerja dan Syarat-syarat (RKS) termasuk tambahan dan
perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwizjing).
2.2. Bila gambar tidak sesuai dengan RKS, yang berlaku adalah RKS dan setelah disetujui konsultan pengawas.
2.3. Ukuran
a. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam gambar kerja dan gambar pelengkap meliputi:
As - as
Luar - luar
Dalam - dalam
Luar - dalam
2.5. Istilah
a. AR : Arsitektur
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan bangunan secara menyeluruh dari semua
disiplin kerja yang ada baik teknis maupun estetika
b. SR : Struktur
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan konstruksi utama dan
spesifikasinya, serta dimensionering beton struktur
c. M/E : Mekanikal/Elektrikal
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan daya listrik, sistem distribusi, serta sistem instalasi air bersih
dan kotor
d. IN : Interior
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan tata ruang dalam, pergola, dan lain-lain
e. LC : Landscaping/Pertamanan
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perawatan dan pengolahan ruang luar, detail-detail gambar
pelaksanaan.
Pasal - 3
STANDAR RUJUKAN
3.1. Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia, Standar Industri Konstruksi,
dan peraturan nasional lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan, antara lain:
a. NI-2 (PBI-1991) : Peraturan Beton Indonesia (1991)
b. PUBI-1992 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia
c. NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
d. NI-4 : Persyaratan Cat Indonesia
e. NI-5 PKKI : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
f. NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
3.2. Jika tidak terdapat dalam peraturan, standar, dan normalisasi tersebut di atas maka berlaku peraturan, standar,
dan normalisasi internasional atau dari negara asal produsen bahan/material yang bersangkutan.
Pasal - 4
RENCANA KERJA
4.1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor/Pemborong „wajib‟ membuat Rencana Kerja
Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart dan S-Curve Bahan dan Tenaga.
4.2 Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas, paling
lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima
Kontraktor/Pemborong.
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi
Tugas/Pemimpin/Ketua Proyek.
4.3 Kontraktor/Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada Konsultan
Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana.
4.4 Kontraktor/Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan pembangunan pekerjaan sesuai dengan Rencana Kerja
tersebut di atas.
4.5 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor/pemborong berdasarkan Rencana Kerja
tersebut.
Pasal - 5
KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN PEKERJA
5.1 Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di tempat pekerjaan
untuk para pekerja.
5.3 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, kontraktor bertanggung-jawab
atas keselamatan dan keamanan pekerjaan, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan
Pemberi Tugas, dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka kontraktor harus bertanggung jawab untuk
memperbaikinya.
5.4 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor/Pemborong segera memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan
mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu.
5.6 Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.
30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk maupun Sub
Kontraktor yang melaksanakan Proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum, pihak Kontraktor/Pemborong
yang sedang melaksanakan pembangunan/pekerjaan agar ikut serta dalam program ASTEK dan
memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin Proyek.
6.1 Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang berhubungan
dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik teknis maupun Adminstratif.
6.2 Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor/Pemborong harus memberikan data-data yang
diperlukan menurut data dan menurut keadaan sebenarnya.
6.3 Pengawas Lapangan juga harus membuat Laporan mingguan dan Laporan bulanan secara rutin.
6.4 Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.
Pasal - 7
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
7.1 Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
RKS dan gambar kerja.
7.2 Kehadiran direksi selaku wakil pemberi tugas untuk melihat, mengawasi, menegur, atau memberi nasihat tidak
mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.
7.3 Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan.
Oleh karena itu, kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan kontraktor sendiri.
7.4 Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, kontraktor wajb memberikan
saran-saran perbaikan kepada pemberi tugas melalui direksi. Apabila hal ini tidak dilakukan, kontraktor
bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul.
7.5 Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
7.6 Kontraktor bertanggung jawab menanggung biaya yang timbul akibat kelalaian kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan.
7.7 Kontraktor harus menjaga keamanan baik material, barang milik proyek, direksi, pihak ketiga yang ada di
lapangan maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima. Apabila terjadi kehilangan atas
semua itu, kontraktor harus bertanggung jawab, dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
7.8 Kontraktor bertanggung jawab bila terjadi kebakaran, dan menanggung segala akibatnya baik yang berupa
barang maupun keselamatan jiwa.
7.9 Apabila pekerjaan telah selesai, kontraktor bertanggung jawab atas biaya pengangkutan bahan bongkaran dan
sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan.
7.10 Kontraktor wajib menyediakan direksikeet, gudang bahan dan bedeng pekerja sebagai sarana penunjang saat
pelaksanaan proyek.
Pasal - 8
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
8.1 Di lapangan pekerjaan, kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa kontraktor atau biasa disebut pelaksana
lapangan yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari
kontraktor, berpendidikan minimum sarjana muda Teknik Sipil atau sederajat dengan pengalaman minimal 3
(tiga) tahun, atau STM Jurusan Bangunan dengan pengalaman minimal 7 (tujuh) tahun.
8.3 Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada pemimpin proyek dan direksi, nama dan jabatan
pelaksana lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
8.4 Bila kemudian hari pemimpin proyek dan direksi berpendapat pelaksana kurang mampu atau tidak cukup cakap
memimpin pekerjaan, kontraktor diberi tahu secara tertulis untuk mengganti pelaksana lapangan tersebut.
8,5 Dalam waktu tujuh hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, kontraktor harus sudah menunjuk pelaksana
baru atau kontraktor sendiri (penanggung jawab/direktur perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.
Pasal - 9
PERSIAPAN DI LAPANGAN
a. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, peralatan kerja termasuk alat bantu kerja yang digunakan dalam
perencanaan maupun pelaksanaan fisik di lokasi proyek sesuai dengan lingkup pekerjaan serta
memperhitungkan biaya yang ditimbulkan.
b. Pada saat mempergunakan jalan umum, dalam mengadakan dan atau mengembalikan peralatan berat, bulk
material / bahan, maka Kontraktor harus menjaga ketertiban selama perjalanan sehingga lalu lintas tidak
terganggu demi kelancaran pengadaan yang dimaksud.
c. Menyediakan fasilitas penempatan untuk tempat tinggal para pekerja, dan gudang penyimpanan peralatan
kerja serta bahan/material, juga menempatkan petugas demi keamanannya.
d. Kontraktor harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi apapun, seperti terpal
plastik untuk bekerja pada saat hari hujan, perancah (scaffolding) untuk bekerja pada dinding yang tinggi
serta peralatan bantu lainnya. Biaya untuk pengadaan peralatan-peralatan tersebut harus sudah
diperhitungkan pada harga satuan yang terkait.
9.2. Di lokasi proyek Kontraktor harus menetapkan lokasi penempatan material, Owner keet, kantor pemborong,
gudang bahan dan alat, KM/WC sementara sesuai dengan denah maupun kondisi lapangan, sehingga tidak
terjadi ineffisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan. Selama berlangsungnya pekerjaan, Owner keet, kantor
pemborong, gudang, KM/WC sementara dan lokasi pekerjaan harus senantiasa bersih dan bebas dari sampah-
sampah sisa pekerjaan.
c. Bangunan Owner keet / Bangsal Konsultan Pengawas dan perlengkapannya di atas setelah pekerjaan
selesai, pemanfaatannya akan ditentukan oleh Pemberi Tugas.
e. Kantor Pemborong, Gudang dan Los Bahan yang dibuat oleh pemborong, setelah selesai pelaksanaan
pembangunan / pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar / dibersihkan oleh pihak kontraktor kecuali ada
ketentuan lain dari Owner/Pengawas.
f. Kontraktor wajib menyediakan alat-alat yang senantiasa berada di lokasi proyek berupa :
o 1 (satu) kamera
o 1 (satu) alat ukur schuifmat / jangka sorong (sigmat)
o 1 (satu) alat ukur optik (theodolith/waterpass)
o 1 (satu) mesin tik standar 18” atau 1 unit komputer dan alat cetak (printer)
o 1 (satu) alat ukur panjang masing-masing 50 M dan 5 M
o 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cM
o Buku harian untuk mencatat kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek, serta
memuat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail pekerjaan yang dilaksanakan.
9.4. Penyediaan tempat penyimpanan bahan / material di lapangan harus aman dari segala kerusakan, kehilangan
dan hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain yang sedang berjalan.
9.9. Dokumentasi
Kontraktor Konstruksi harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi proyek serta pengirimannya ke
Project Management.
9.11. Kebersihan.
a. Selama proyek berlangsung, Kontraktor harus menjaga kebersihan dan mengatur lokasi bahan bangunan
dan alat kerja serta daerah kerja sehingga kelancaran pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat karenanya.
b. Pembersihan tumbuh-tumbuhan yang ada pada lokasi peruntukan kerja sesuai petunjuk Gambar Kerja dan
Pengawas Lapangan.
Pasal - 10
PENGUKURAN KETINGGIAN PERMUKAAN
DAN POSISI BAGIAN – BAGIAN PEKERJAAN
10.1. Pekerjaan yang dimaksud dalam dokumen ini merupakan rencana Pembangunan yang akan dilaksanakan di
lokasi yang telah ditentukan apa adanya. Data Ketinggian-ketinggian tanah yang ada, tinggi air tanah, dan lain-
lain yang diterakan pada gambar-gambar, dimaksudkan sebagai informasi umum dan titik-titik tolak untuk
pelaksanaan pekerjaan ini oleh Kontraktor.
10.2. Seluruh titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran-ukuran setempat, yaitu titik-titik ukur
yang ada di lapangan proyek seperti yang direncanakan dalam gambar-gambar. Ukuran ukuran tersebut dalam
pasal terdahulu dimaksudkan sebagai garis besar pelaksanaan dan pegangan kontraktor.
10.3. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan lokasi, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal lain yang
dapat mempengaruhi harga penawaran. Penawaran yang diserahkan Kontraktor harus sudah meliputi semua
biaya untuk pelaksanaannya sesuai dengan ukuran-ukuran dan ketinggian-ketinggian yang ditentukan pada
gambar-gambar.
Kelalaian atau kekurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan alasan untuk mengajukan claim / tuntutan.
10.4. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan dan tenaga kerja termasuk juru ukur, yang
diperlukan dalam hubungannya dengan pekerjaan pengukuran letak bangunan dan lantai-lantai di atasnya.
Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat waterpass / theodolit. Pengukuran sudut
siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian
kecil yang telah disetujui oleh Owner / Konsultan Pengawas.
10.5. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran kondisi tapak terhadap posisi
rencana bangunan baru. Hasil pengukuran harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas / Owner dan
Konsultan Perencana. Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan ke Owner / Konsultan Pengawas untuk diminta keputusannya.
10.7. Kontraktor wajib memperhatikan dan mempelajari segala petunjuk yang tertera dalam Gambar Kerja untuk
memastikan posisi dan ketepatan di lapangan bagi setiap bagian pekerjaan. Perbedaan antara Gambar Kerja
dengan keadaan di lapangan harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas / Owner untuk mendapatkan
pemecahannya setelah berkonsultasi dengan Perencana. Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil tindakan tanpa
sepengetahuan Konsultan Pengawas / Owner.
10.9. Kontraktor bertanggung jawab atas kebenaran penetapan ketinggian dan perletakan bangunan di lapangan dan
harus disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas. Pencocokan peralatan ketinggian di lapangan oleh
Pengawas, bagaimanapun juga tidak melepaskan kontraktor dari tanggung jawab atas ketepatan dari penetapan
letak dan ketinggian tersebut. Kontraktor juga harus melindungi dan menjaga dengan hati-hati semua patok tetap,
bouwplank dan benda-benda lain yang digunakan dalam penetapan letak dan ketinggian bangunan.
Pasal - 11
KETENTUAN DAN SYARAT – SYARAT BAHAN
11.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain baik dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) maupun berita acara
penjelasan, bahan-bahan yang akan dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam AV,
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan-bahan,
serta ketentuan dan syarat bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
11.2. Merek pembuatan bahan/material dan komponen jadi
11.3. Semua merek pembuatan atau merek dagang dalam RKS ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas
dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat.
11.4. Bahan dan material komponen jadi yang dipakai harus sesuai dengan yang tercantum dalam gambar, memenuhi
standar spesifikasi bahan yang bersangkutan, dan mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang
berlaku.
11.5. Apabila dianggap perlu, direksi berhak menunjuk tenaga ahli dari pabrik atau supplier yang bersangkutan sebagai
pelaksana. Dalam hal ini, kontraktor tidak berhak mengajukan klaim sebagi pekerja tambah.
11.6. Satu merek pembuatan atau merek dagang hanya diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai
dalam pekerjaan.
11.7. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf harus memenuhi standar yang disyaratkan, dan harus disetujui oleh
direksi secara tertulis. Apabila diperlukan biaya untuk tes laboratorium, kontraktor menanggung biaya tanpa dapat
mengajukan sebagai biaya tambah.
11.8. Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh pemberi tugas, selanjutnya diserahkan
kepada direksi sebanyak empat buah dari satu bahan yang ditentukan untuk menetapkan “Standard of
Appearance”. Penyerahan contoh bahan tersebut paling lambat dua minggu sebelum jadwal pelaksanaan.
11.9. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur, dan produk yang dipilih akan diinformasikan kepada kontraktor tidak lebih
dari tujuh hari setelah penyerahan contoh bahan tersebut.
11.10. Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai dengan persyaratan pabrik yang bersangkutan atau
spesifikasi bahan tersebut.
Pasal - 12
PEMERIKSAAN BAHAN - BAHAN
12.1 Kontraktor/pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh semua bahan-bahan yang diperlukan bangunan
tersebut kepada direksi untuk mendapatkan persetujuan sebelum bahan-bahan tersebut didatangkan/dipakai.
12.2 Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat dan ditolak direksi harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan
selambat-lambatnya 3x24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
12.3 Apabila bahan-bahan tersebut pada pasal 7.2 ternyata masih dipergunakan, direksi berhak memerintahkan
pembongkaran kembali kepada kontraktor. Semua kerugian yang timbul akibat itu sepenuhnya ditanggung
kontraktor, di samping itu pihak kontraktor dikenakan denda sebesar 1%o (satu permil) dari harga borongan.
12.5 Sebelum ada kepastian dari laboratorium mengenai baik atau tidaknya kualitas bahan tersebut, pelaksana tidak
diperkenankan melanjutkan pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut.
Pasal - 13
KOORDINASI PELAKSANAAN
Pasal 1
UMUM
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjan ini, yaitu dan tidak terbatas pada :
2. PERSYARATAN PELAKSANAAN
- Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus mempelajari dengan seksama Gambar
kerja, Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi dilapangan
Pasal 2
PEMBERSIHAN SEBELUM PELAKSANAAN
1.1 Pembersihan / pemindahan keluar dari tapak / site konstruksi terhadap semua hal yang dapat
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
1.2 Kontraktor wajib melapor kepada Pengawas / Perencana sebelum melakukan pembongkaran /
pemindahan segala sesuatu yang ada di lapangan.
Pasal 3
PENGUKURAN KONDISI TAPAK DAN PENENTUAN PEIL + 0.00
1.2 Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar kerja dan keadaan lapangan yang sebenarnya
harus segera dilaporkan ke Owner / Konsultan Pengawas untuk diminta keputusannya.
1.3 Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga Phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Owner / Konsultan
Pengawas.
Pasal 4
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN ( „ BOUWPLANK „ )
1. PATOK UKUR
1.1 Patok ukur dibuat dari beton bertulang secukupnya, berpenampang 15 x 15 cm, tertancap
kuat kedalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul di atas muka tanah cukup
untuk memberikan indikasi peil + 0.00 sesuai Gambar kerja, dan
1.2 Indikasi selanjutnya selain tersebut diatas agar dicantumkan pada patok ukur sesuai petunjuk
Owner / Konsultan Pengawas.
1.3 Pada dasarnya patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian atau peil permukaan yang
ada dan tercantum dalam Gambar kerja.
1.4 Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan lokasi
penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Owner / Konsultan Pengawas, sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelasanaan pekerjaan berlangsung.
1.5 Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga
keutuhannya sampai pelaksanaan pekerjaan selesai dan ada instruksi dari Owner / Konsultan
Pengawas untuk dibongkar
2.1 Papan bangunan ( “ bouwplank ” ) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal 3 cm dan
lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
2.2 Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu sama yang lain adalah 1.50
m, tertancap ditanah sehingga tidak dapat digerak gerakan atau diubah.
2.3 Papan bangunan dipasang sejarak 2.00 m dari as pondasi terluar atau sesuai dengan
keadaan setempat.
2.4 Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan lainya dan atau rata waterpass, kecuali
dikehendaki lain oleh Owner / Konsultan Pengawas.
2.5 Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan kepada Owner /
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
2.6 Kontraktor harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketetapan letak papan bangunan ini
sampai tidak diperlukan lagi.
Pasal 5
PEKERJAAN GALIAN, PENGURUGAN
PEMADATAN DAN PERATAAN TANAH
1. PEKERJAAN GALIAN.
1.1 Pekerjaan galian tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang/galian ditanah yang diperlukan
untuk :
1.2 Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang lengkap
dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa disetujui oleh Pengawas.
1.3 Galian untuk Konstruksi harus sesuai dengan Gambar kerja dan bersih dari tanah urug bekas
serta sisa bahan bangunan.
1.5 Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau longgar
maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang terjadi harus ditutup
urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis demi lapis sampai
jenuh sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Biaya pekerjaan ini menjadi tanggung
jawab Kontraktor tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
1.6 Bila pada galian terdapat instalasi existing, Kontraktor harus mengikuti prosedur seperti terurai
dalam pasal 1.5
1.7 Bila Kontraktor melakukan penggalian yang melebihi kedalaman yang ditentukan dalam
Gambar kerja, maka Kontraktor wajib untuk menutup kelebihan tersebut dengan urugan pasir
yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis demi lapis sampai jenuh
sehingga mencapai ketinggian yan diinginkan.
Biaya pekerjaan ini tangung jawab kontraktor dan tidak dapat di klaim sebagai pekerjaan
tambah.
1.8 Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar sesuai dengan Gambar kerja dan harus
dibersihkan dari segala macam kotoran.
1.9 Galian pondasi Sloof dan Poer harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja Pondasi atau
seperti tercantum dalam Gambar kerja , dengan penampang Lereng Galian Kiri dan Kanan
dimiringkan 10o kearah luar Pondasi, dan sumbu, ketinggian serta bentuk selesai sesuai
Gambar kerja, diperiksa serta disetujui Pengawas.
1.10 Kelebihan Tanah Galian harus dibuang keluar dari dalam Tapak Kontruksi.
Area antara Papan Patok Ukur dengan Galian harus bebas dari timbunan tanah.
1.11 Untuk menjaga lereng-lereng lubang galian agar tidak longsor atau runtuh , maka apabila
dianggap perlu oleh Perencana, Kontraktor harus memasang Kontruksi penahan / casing
sementara dari bahan seng Gelombang BjLS 50 atau setara, atau dari papan-papan tebal 3
cm diperkuat dengan kayu-kayu dolken, minimal dia. 8 cm sehingga konstruksi tersebut dapar
menjamin kestabilan Lereng.
1.12 Apabila dan atau karena permukaan Air Tanah tinggi, Kontraktor harus menyediakan Pompa
Air secukupnya untuk mengeringkan Air yang menggenang Galian.
Di syaratkan bahwa seluruh permukaan Galian, terutama Lantai Galian, harus kering untuk
Pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan :
- Pondasi batu kali dan sloof beton bertulang.
- Poer Beton dan Sloof Beton Bertulang.
- Pengurugan dan pemadatan.
1.13 Biaya untuk lingkup yang terurai pada butir 1.10 s/d 1.12. diatas ditanggung oleh Kontraktor,
tidak dapat di claim sebagai perkerjaan tambah.
2.3 Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah bersih dari
humus, akar tanaman, banda-benda organis, sisa bongkaran dan bahan lain yang dapat
mengurangi kualitas pekerjaan ini.
2.4 Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus dikeringkan terlebih
dahulu.
2.5 Urugan harus bebas dari segala bahan yang membusuk, sisa bongkaran, dan atau yang
mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah urugan dapat diambil diambil dari bekas galian atau
tanah yang didatangkan dari luar yang tidak mengandung bahan-bahan seperti tersebut diatas
atau telah disetujui Pengawas.
2.6 Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis langsung dipadatkan sampai
mencapai permukaan atau Peil yang diinginkan. Ketebalan perlapis setelah dipadatkan tidak
boleh melebihi 15 cm atau 20 cm. Setiap kali penghamparan harus mendapat persetujuan
dari Pengawas yang menyatakan bahwa lapisan dibawahnya telah memenuhi kepadatan
yang disyaratkan dan seluruh prosedur pemadatan ini harus ditulis dalam berita acara yang
disetujui Pengawas.
2.7 Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari hujan, pemadatan
harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2 %
kadar air optimum.
Pasal - 1
PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN
1. LINGKUP PEKERJAAN.
2. PERSYARATAN BAHAN.
2.1. Semen.
Sesuai persyaratan dalam Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Struktur.
2.2. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, keras, bersih dari tanah dan
lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis.
2.3. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam dan kotoran lainnya
jumlah yang dapat merusak.
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
3.1. Campuran dalam adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
Cara pembuatannya menggunakan Mixer selama 3 (tiga) menit.
3.3. Semua jenis adukan tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan masih
segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.
3.4. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran adukan dengan
pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk adukan kedap air.
Pasal - 2
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA
1. LINGKUP PEKERJAAN.
2.2. Semen.
Sesuai pasal 1 butir 2.1. BAB ini.
2.3. Pasir.
Sesuai pasal 1 butir 2.2. BAB ini.
2.4. Air.
Sesuai pasal 1 butir 2.3. BAB ini.
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
1.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil, sambungan dan
hubungan dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum didalam Gambar kerja.
1.2. Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga jenuh. Pada saat
diletakkan, tidak boleh ada genangan air diatas diatas batu bata tersebut.
a. Aduk Perekat/Spesi untuk pasangan batu bata kedap air adalah campuran 1PC:3PS untuk,
- Dinding pasangan bata daerah basah.
- Dinding pasangan bata yang langsung berhubungan dengan luar.
- Saluran.
b. Untuk semua pasangan batu bata terhitung dari elevasi + 0.60 keatas, dipakai aduk perekat/spesi
campuran 1 PC : 5 PS terkecuali yang disyaratkan dalam kedap air seperti yang tercantum didalam
Gambar kerja.
c. Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan pasal 1 dalam Bab ini.
1.4. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat/spesi harus sama setebal 1 cm.
Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan penuh.
1.5. Pemasangan dinding pasangan bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 24 lapis setiap
harinya, diikuti dengan pengecoran kolom dan balok praktis. Persyaratan pelaksanaan kolom dan balok
praktis, mengacu pada pelaksanaan pekerjaan beton di bab lain dalam buku ini.
1.6. Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapih, sama tebal, lurus, tegak dan pola ikatan harus terjaga baik
diseluruh pekerjaan. Pertemuan sudut antara dua dinding harus rapih dan siku seperti tercantum dalam
gambar kerja.
1.7. Pekerjaan pemasangan batu bata harus benar vertikal dan horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang
lot dan harus diukur tepat.
Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pe-lengkungan atau per-cembungan bidang tidak boleh
melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm vertikal dan horizontal.
Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar / memperbaiki dan biaya yang untuk pekerjaan ini ditanggung
Kontraktor, tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
1.8. Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar sampai setinggi permukaan
tanah.
1.9. Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok dengan kedalaman 1 cm dengan rapi dan
dibersihkan dengan sapu lidi, kemudian disiram air dan siap menerima plesteran.
1.11. Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali tidak diperkenankan.
1.12. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5 %. Bata yang patah lebih dari 2
(dua) bagian tidak boleh dipergunakan .
1.14. Pemeliharaan :
Selama pasangan dinding belum di-finish, Kontraktor wajib untuk memelihara dan menjaga atas kerusakan
atau pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada saat di-finish terdapat kerusakan, berlubang dan lain
sebagainya, Kontraktor harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Owner/ Konsultan
Pengawas.
Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Pasal - 3
PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL
1. LINGKUP PEKERJAAN
2. PERSYARATAN BAHAN.
2.2. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 2.1. BAB ini.
2.3. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 2.1. BAB ini.
Pasir yang dipakai harus pasir beton.
2.5. Air.
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
b. Pembesian.
Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan, kait-kait dan
sengkang (ring) , persyaratannya harus sesuai dengan NI-2 ( PBI-1971 ). Pemasangan dan
penggunaan tulangan beton harus sesuai dengan Gambar kerja. Tulangan beton harus diikat dengan
kuat untuk menjamin agaar besi besi tersebut tidak berubah selama pengecoran dan harus bebas dari
papan acuan/bekisting atau lantai kerja dengan memasang selimut beton dan bantalan tahu beton
sesuai dengan NI-2 (PBI-1971).
c. Pekerjaan Acuan/Bekisting.
Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dalam Gambar
kerja. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan
dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran berlangsung. Acuan harus rapat
(tidak bocor), permukaan licin, bebas dari kotoran tahi gergaji, potongan kayu, tanah lumpur dan
sebagainya.
d. Cara Pengadukan.
Cara pengadukan menggunakan beton molen.
Takaran untuk Semen Portland, pasir dan koral harus terlebih dahulu oleh Owner/ Konsultan Pengawas.
Beton harus dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga terjadi penguapan terlalu cepat. Persiapan
perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus diperhatikan.
e. Pengecoran Beton.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan
ketinggian, pemeriksaan penulangan, dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat
dilaksanakan atas persetujuan Owner/ Konsultan Pengawas. Pengecoran harus dilakukan dengan
menggunakan alat penggetar beton untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan dari
terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah
konstruksi. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya , maka
tempat penghentian tersebut harus disetujui Owner/ Konsultan Pengawas. Penyambungan beton lama
dengan beton baru harus memakai adukan perekat CALBOND. Permukaan beton lama yang akan
diteruskan pengecorannya harus dikasarkan, dilapis dengan adukan perekat CALBOND yang
pembuatannya sesuai dengan persyaratan pabrik pembuat, selanjutnya langsung dilakukan pengecoran
baru.
i. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai dengan Gambar kerja dan atau seperti yang terurai
dalam pekerjaan beton di bab lain dalam buku ini
j. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis/latei seperti yang tercantum dalam butir 3.1.5. dan 3.1.6.
diatas, terlepas apakah pekerjaan tersebut tergambar atau tidak dalam Gambar kerja.
k. Pada setiap pertemuan dinding pasangan bata dengan kolom praktis , ring balok beton maupun beton
lainnya seperti tercantum dalam Gambar kerja harus diperkuat angker diameter 8 mm tiap jarak 50 mM,
yang terlebih dahulu telah ditanam dengan baik pada bagian kolom dan balok praktis ini. Bagian yang
tertanam dalam pasangan bata minimal sedalam 30 cM kecuali ditentukan lain.
Pasal - 4
PEKERJAAN PLESTERAN
1. LINGKUP PEKERJAAN.
2. PERSYARATAN BAHAN.
2.1. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 2.1. BAB ini.
2.2. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 2.2. BAB ini.
2.3. Air.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 2.3. BAB ini.
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
d. Plesteran halus/aci adalah campuran PC dengan air yaang dibuat sedemikian rupa sehingga
mendapatkan campuran yang homogen.
Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan. Pekerjaan
plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk plesteran sebagai lapisan dasar berumur 8 (delapan)
hari atau sudah kering benar.
3.3. Semua jenis plesteran tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan
masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan. Kontraktor harus mengusahakan
agar tenggang waktu antara waktu pencampuran aduk plesteran dengan pemasangan tidak melebihi 30
menit, terutama untuk plesteran kedap air. Kontraktor harus menyediakan pekerja/tukang yang ahli untuk
pelaksanaan plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus. Terkecuali plesteran kasar, permukaan
semua aduk plesteran harus diratakan. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus/aci halus :
harus rata, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak mengandung kerikil
ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.
Untuk permukaan dinding pasangan sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu dan siar-siarnya
dikerok sedalam 1 cm .
Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa
bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”). Semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau formtie
harus tertutup aduk plesteran. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat dipakai plesteran
aci halus diatas permukaan plesterannya.
Untuk setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang datar , harus diberi naat
/celah dengan ukuran lebar 0.7 cm dalam 0.5 cm.
Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pecembungan bidanga tidak boleh melebihi
5 mm, untuk setiap jarak 2 M. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding /kolom
seperti yang dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar kerja. Tebal plesteran adalah minimal 1,5 cm dan
masimum 2,5 cm.. jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan mengunakan kawat yang diikatkan
/dipaku kepermukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran.
Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa listrik, pipa
plumbing untuk seluruh bangunan.
3.4. Pemeliharaan
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar. Hal ini dilaksanakan
dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari dari terik panas
matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan secara air cepat.
Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai. Kontraktor harus selalu
menyiram dengan air sekurang-kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh. Selama plesteran belum dilapis
dengan bahan/material akhir, Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan
dan pengotoran dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan
tambah.
Pasal - 5
PEKERJAAN PENGECATAN
1. LINGKUP PEKERJAAN.
1.1. Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata, beton yang ditampakkan dan langit-
langit.
Semua permukaan dinding pasangan batu dan permukaan beton yang tampak /exposed seperti yang
tercantum dalam Gambar kerja.
Untuk lingkup Pengecatan Arsitek Pengecatan dinding banguan utama hanya pada bagian luarnya saja.
Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti yang tercantum dalam Gambar kerja dengan ketentuan
sebagai berikut :
- Semua bagian / permukaan yang tampak / exposed dicat sampai dengan cat finish.
- Semua bagian / permukaan yang tidak ditampakkan / un-exposed dicat hanya sampai dengan cat
dasar.
2. PERSYARATAN BAHAN.
2.1. Cat Tembok.
- Eksterior : Catylac
- Interior : Catylac
Warna ditentukan kemudian.
2.3. Plamur.
Bahan dari kualitas utama, produk ex lokal mutu terbaik.
2.4. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk Tersebut diatas mengenai kemurnian cat yang akan
dipergunakan.
Pembuktian berupa :
- segel kaleng.
- test BD.
- test laboratorium.
- hasil akhir pengecatan.
2.5. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-bidang transparan
ukuran 30 x 30 cM2.
Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis
lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan terakhir).
2.6. Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada Owner/Konsultan Pengawas dan Perencana.
Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Perencana dan Owner / Konsultan Pengawas,
barulah Kontraktor melanjutkan dengan pembuatan “mock up”.
2.7. Kontraktor harus menyerahkan kepada Owner / Konsultan Pengawas, minimal 5 Galon tiap warna dan jenis
cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan identitas cat
yang ada di dalamnya.
Cat ini akan dipakai sebagai cadangan oleh Owner untuk perawatan.
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
3.1. Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila dispesifikasikan lain. Tebal minimum dari
tiap lapisan jadi (“finish") minimum sama dengan syarat yang dispesifikasikan pabrik.
Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran , atau ada bekas yang menunjukkan tanda-tanda
sapuan, roller maupun semprotan.
3.2. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau membahayakan
keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung
tangan dan sebagainnya, yang harus dipakai waktu pelaksanaan pekerjaan.
3.3. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang lembab atau hujan atau dalam
keadaan angin berdebu bertiup.
Terutama untuk pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau membahayakan
manusia, maka dalam ruangan tersebut harus mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udaranya
lancar.
Di dalam keadaan tertentu, misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus memakai Kipas angin/Fan
untuk memperlancar pergantian /aliran udara.
3.4. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan/vacuum cleaner, semprotan dan
sebagainya harus tersedia dari mutu/kualitas terbaik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
3.5. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas .
Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui Owner/ Konsultan Pengawas.
3.6. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain kering terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan tertulis dari Owner/ Konsultan Pengawas terkecuali disyaratkan lain dalam
spesifikasi ini.
3.7. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen bahan/material logam, harus
dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.
3.10. Selama pelaksanaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli/supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk
hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
3.11. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata, Beton, Langit-langit dan Tripleks :
a. Sebelum pelaksanaan :
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu , lemak, kotoran atau noda lain, bekas – bekas cat
yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.
b. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan roller.
c. Permukaan Interior.
Lapisan pertama :
Cat jenis Acrylic Wall Filler.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kape.
Ketebalan lapisan adalah 25 – 150 micron atau daya sebar per liter 10 M2.
Tunggu selama miminum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Lapisan kedua :
Cat dasar jenis Alkali Resisting Primer.
Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Ketebalan lapisan adalah 25 – 40 micron atau daya sebar per liter 13 - 15 M2.
Tunggu selama miminum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
d. Permukaan Exterior.
Lapisan pertama :
Cat jenis Acrylic Wall Filler.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kape.
Ketebalan lapisan adalah 25 – 150 micron atau daya sebar per liter 10 M2.
Tunggu selama miminum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Lapisan kedua :
Cat dasar jenis Alkali Resisting Primer.
Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Ketebalan lapisan adalah 25 – 40 micron atau daya sebar per liter 13 - 15 M2.
Tunggu selama miminum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Lapisan Pertama :
Meni kayu warna merah 1 lapis.
Lapisan Kedua :
Dempul (“Wood Filler”) sampai lubang-lubang/ pori-pori kayu tertutup/terisi sempurna.
Tunggu hingga 7 (tujuh) hari, kemudian bidang yang di plamur diampelas dengan ampelas besi halus hingga
rata permukaan.
Lapisan pertama :
Pekerjaan cat primer/dasar dilaksanakan sebelum komponen bahan/material logam terpasang.
Cat primer jenis Quick Drying Primer Red Lead.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
Tunggu selama miminum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Lapisan kedua :
Cat dasar jenis Undercoat.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
Tunggu selama miminum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam Lingkup Pekerjaan seperti tercantum
didalam Gambar kerja dan terurai dalam buku ini dari semua barang atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak
digunakan lagi setelah pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor yang bersangkutan telah selesai.
Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/material barang maupun bangunan yang
dilaksanakannya sampai tahap serah terima.
Pasal - 1
PEKERJAAN BETON STRUKTUR
1. Persyaratan Mutu.
1.1. Beton
Beton yang diperlukan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai mutu karakteristik minimal
sebagai berikut :
Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah sebagai berikut :
Mutu baja tulangan s/d diameter 12 mm adalah BJTP U-24
a. Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex tebal minimum 12 mm. Bekisting dari
multiplex tersebut harus diperkuat dengan rangka kayu ukuran 5/7, untuk mendapatkan kekuatan dan
kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Steiger cetakan / bekisting harus dari pipa-pipa besi standar pabrik atau kayu / dolken dan sama sekali
tidak diperkenankan memakai bambu.
Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang disambungkan / dicor secara terputus, untuk mendapatkan
sistem struktur yang kokoh sesuai dengan desain dan perhitungannya.
Bonding Agent yang digunakan adalah SIKATOP 77D atau setaraf dicampur dengan air dan semen.
Cara pemakainnya harus sesuai petunjuk pabrik.
1.5. Admixture
Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan beton. Bahan
admixture yang dipakai adalah SIKAMENT 520 merk Sika atau yang
setaraf, dengan takaran 0.8 % dari berat semen. Takaran yang lain dapat digunakan untuk kekuatan
maksimal dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Persyaratan Bahan Beton
a. Persyaratan Semen
1). Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam Peraturan
Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standard Inggris BS 12.
2). Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK, TIGA RODA dan KUJANG
serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai
untuk seluruh pekerjaan.
b. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu
sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh
Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen yang tidak memuaskan
tersebut telah dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah
dipergunakan untuk beton, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk membongkar beton
tersebut dan diganti dengan memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor
harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya
Kontraktor.
c. Tempat Penyimpanan
1) Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan setiap saat
harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara. Tempat penyimpanan tersebut juga
harus sedemikian rupa agar memudahkan waktu pengambilan.
2) Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30 cm dari tanah, harus
cukup luas untuk dapat memuat semen dalam jumlah cukup besar sehingga kelambatan atau
kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah dan harus mempunyai ruang lantai yang cukup untuk
menyimpanan tiap muatan truck semen secara terpisah-pisah dan menyediakan jalan yang mudah
untuk mengambil contoh, menghitung sak - sak dan memindahkannya.
Semen dalam sak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.
3) Untuk mencegah semen dalam sak disimpan terlalu lama sesudah penerimaam, Kontraktor
hendaknya mempergunakan semen menurut urutan kronologis yang diterima ditempat pekerjaan.
Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya.
Semua sak kosong harus disimpan dengan rapi dan diberi tanda yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
4) Timbangan - timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh Kontraktor untuk menimbang
semen didalam gudang dan dilokasi serta harus dilengkapi segala timbangan untuk keperluan
penyelidikan.
5) Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi gudang-gudang semen dan
mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.
6) Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Pengawas / Owner bila dikehendakinya,
jumlah dari semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian pekerjaan
2.2. Bahan Pasir dan Kerikil
a. Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun semua pasir dan kerikil.
Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor untuk pembongkaran, pemuatan, pengerjaan dan
penimbunann pasir dan kerikil harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
Kontraktor harus membersihkan bahkan memperbaiki saluran buangan disemua tempat penimbunan
dan harus mengatur semua pekerjaan penimbunan pasir dan kerikil sedemikian rupa sehingga
timbulnya pemisahan dan pencampuran antara pasir dan kerikil akan dapat dihindari dan bahan yang
ditimbun tidak akan tercampur tanah atau bahan lain pada waktu ada banjir atau air rembesan.
Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala biaya untuk pengolahan kembali pasir dan kerikil
yang kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan lalai dalam pencegahan yang cukup. Pasir dan
kerikil tidak boleh dipindah-pindah dari timbunan, kecuali bila diperlukan untuk meratakan pengiriman
bahan berikutnya.
Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah 20 persen atau kurang, maka batas
maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8 dapat naik sampai 20 persen.
Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah. tipis atau yang
berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan - bahan organis atau dari substansi yang merusak
dalam jumlah yang merugikan. Besarnya persentase dari semua substansi yang merusak tidak boleh
mencapai tiga persen dari beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal dan tidak
berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1 %, maka Agregat kasar
harus dicuci.
c. Gradasi
1) Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm, sampai 25 mm dan
harus memenuhi syarat-syrat berikut :
2.5. Bahan A i r
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan injeksi harus bebas dari jamur, lumpur,
minyak, asam bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk
menetapkan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-1971 untuk bahan
campuran beton.
a. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu ukuran sesuai dengan standard Indonesia untuk beton NI-
2, PBI-1971 atau ASTM Designation A-15, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh
pabrik dari semua baja tulangan beton yang disediakan, untuk persetujuan Konstruksi seperti tercantum
didalam gambar rencana.
b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak, gemuk dan zat
kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara baja tulangan dengan beton.
c. Ukuran diameter baja tulangan, harus sesuai dengan gambar rencana, dan tidak diperkenankan adanya
toleransi bentuk ukuran. Diameter besi ulir adalah diameter dalam.
a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan standard Beton Indonesia NI-2 PBI-1971. Bilamana
tidak ditentukan lain kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang
bersisi 15 ( 10,06 ) cm diuji pada umur 28 hari.
b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda uji harus
memberikan hasil ‘bk ( kekuatan tekan beton karakteristik ) yang lebih besar dari yang ditentukan
didalam tabel 4.2.1 PBI-1971.
a. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil, dan air seperti yang ditentukan
sebelumnya.Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai
pada kekentalan yang baik / tepat.
b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam spesifikasi ini, harus
dipakai “ campuran yang direncanakan “ ( designed mix ). Campuran yang direncanakan dihasilkan dari
percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan.
c. Ukuran Maksimal dari Agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari pekerjaan tidak boleh
melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis
mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.
d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai mutu, harus
ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap
Agregat dan beton yang dihasilkan.
g. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka faktor air semen
di tentukan sebagai berikut :
h. Untuk lebih mempermudahkan dalam pengerjaan beton, dan dapat dihasilkan suatu mutu sesuai
dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton dengan
faktor air semen maksimum 0,55 harus memakai Plasticizer sebagai bahan additive. Pemakaian merk
dari bahan additve tersebut harus mandapat persetujuan dari Konsultan Pengawas / Owner.
i. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor. Perbandingan
campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan yang dikehendaki, workability,
kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas klaim yang disebabkan
perubahan yang demikian.
a. Banyaknya air akan dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk menjamin beton dengan
konsistensi yang baik dan menyesuaikan variasi kandungan lembab atau gradasi ( perbutiran ) dari
agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk ( mix ). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton
padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum dipasang sama sekali
tidak diperkenankan.
Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan sangat perlu. Nilai slump dari beton (
pengujian kerucut slump ), tidak boleh kurang dari 8 cm dan tidak melampaui 12 cm, untuk segala beton
yang dipergunakan. Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas
berhak untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan
menghsilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.
b. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui pengujian biasa dengan
kubus 15 x 15 x 15 cm dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI-1971 .
Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai NI-2 PBI-1971. Kontraktor harus
menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang
representatif.
a. Baja tulangan beton harus dibengkok / dibentuk dengan teliti sesuai sengan bentuk dan ukuran-ukuran
yang tertera pada gambar-gambar konstruksi.
Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara yang dapat
merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang tidak ditunjukkan dalam gambar tidak boleh
dipakai. Semua batang harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, pemanasan dari besi beton hanya
dapat diperkenankan bila seluruh cara pengerjaan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk menempatkan tulangan
tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton ( binddraat ) dengan
bantalan blok-blok beton cetak ( beton decking ) atau kursi-kursi besi / cakar ayam perenggang. Dalam
segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidak
akan ada batang yang turun.
d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan perhitungan. Apabila dipakai
dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang menentukan adalah luas tulangan , dalam
hal ini kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas.
Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan, serta harus
mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-bagian konstruksi. Apabila tidak ditentukan didalam gambar
rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :
a. Pondasi plat = 4 cm
b. Balok sloof = 4 cm
c. Kolom = 3 cm
d. Balok = 2,5 cm
e. Pelat beton = 1,5 cm
Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukkan pada gambar-
gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-
sambungan tulangan harus minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti
didalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk
menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut
dan cara pengerjaannya selalu mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
3.8. Mengaduk
a. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu ‘ batch
mixer ‘.
Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara
pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang
merata / seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan keadukan, kecuali bila diminta adanya
perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan
penyempurnaan.
3.9. Suhu
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32o C dan tidak kurang dari 4,5o C. Bila suhu dari beton
yang dituang berada antara 27o C dan 32o C, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian
langsung dicor.
dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu untuk mempertahankan suhu beton, waktu dicor pada suhu
dibawah 32o C.
Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana. Bahan yang
dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan
ceetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor
terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan, yang mungkin
timbul waktu pemakaian.
Sewaktu-waktu Konsuktan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima
dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera mengambil bentuk yang diafkir dan menggantinya
atas bebannya sendiri
a. Semua cetakan harus betul-betul teliti kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat dicegah
pengembangan atau lain gerakan selama dan sesudah pengecoran beton.
c. Penyangga cetakan ( steiger ) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat sehingga tidak akan
ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.
Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian rupa sehingga beton
dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ketempat pekerjaan, tanpa adanya
pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump.
3.13 Pengecoran
a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan beton sesuai
dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lain-
lainnya selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan-permukaan yang berhubungan
dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton (cetakan) harus
bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan bekisting dengan bahan-
bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga
kelembaban / air dari beton yang baru di cor tidak akan diserap.
c. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu, dimana akan dicor beton baru, harus bersih
dan lembab ketika dicor dengan beton baru.
Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton yang mengelupas
atau tidak rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari
permukaan baton lama tersebut sebelum beton baru dicor.
e. Beton boleh dicor hanya waktu Konsultan Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk serta staf Kontraktor
yang setaraf ada ditempat kerja, dan persiapan betul-betul telah memadai.
f. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan ketempat posisi terakhir
sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil
dan spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton yang disebabkan jatuh bebas
dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja-baja
tulangan, tidak diijinkan. Kalau diperkirakan pemisahan yang demikian itu mungkin akan terjadi,
Kontraktor harus mempersiapkan tremie atau alat lain yang cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.
g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih dari ketinggian dua meter, semua penuangan beton
harus selalu lapis perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Konsultan Pengawas
mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm tidak
dapat memenuhi spesifikasi ini.
h. Pengeecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian rupa sehingga spesi
/ mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan, air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada
construction joint dan air semen atau spesi yang hanyut terhampar harus dibuang sebelum pekerjaan
dilanjutkan.
i. Ember – ember / gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat dalam
slump yang rendah dan memenuhi syarat – syarat campuran. Mekanisme penuangan harus di buat
dengan kapasitas minimal 50 liter. Juga harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya
pengecoran dimana diperlukan, terutama bagi lokasi – lokasi yang terbatas.
j. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari kantong –
kantong kerikil dan menutup rapat – rapat semua permukaan dari cetakan dan material yang diletakkan.
Dalam pemadatan setiap lapisan beton, kepala alat penggetar ( Vibrator ) harus dapat menembus dan
menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Lamanya
penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya. Semua beton harus
dipadatkan dengan alat penggetar type Immerson beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 3000
putaran permenit ketika dibenamkan dalam beton.
a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas.
Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati – hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton
yang masih muda / lunak tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan – cetakan dibuka
permukaan
beton harus diperiksa dengan teliti dan permukaan – permukaan yang tidak beraturan harus segera
diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas.
b. Umumnya, diperlukan waktu minimum 2 hari sebelum cetakan-cetakan dibuka untuk dinding yang tidak
bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainya, tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-
saluran, 21 hari untuk balok- balok, plat lantai, plat atap tangga dan kolom. Walaupun demikian sebagai
pedoman dalam keadaan cuaca normal adalah sebagai berikut :
b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung minimal selama
3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton
dengan deklit atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran
dilaksanakan.
c. Perawatan beton setelah tiga hari, yaitu dengan melakukan penggenangan dengan air pada permukaan
beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan
penyiraman secara mekanis atau dengan pipa yang berlubang – berlubang atau dengan cara lain yang
disetujui Konsultan Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan
basah. Air yang digunakan dalam perawatan ( curing ) harus memenuhi persyaratan spesifikasi air
untuk campuran beton.
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh
Konsultan Pengawas.
a. Jika sesudah pembukaan cetakan- cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan yang
direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan, atau ternyata ada
permukaan yang rusak, hal itu dianggap tidak sesuai dengan spesifikasi, ini harus dibuang dan diganti
oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Konsultan izinnya untuk menambal tempat yang
rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal – pasal
berikut.
b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil,
kerusakan – kerusakan karena cetakan, lobang – lobang karena keropos, ketidak rataan dan bengkak
harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan beton lantainya harus
dipahat, lobang – lobang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor, dan seterusnya
disempurnakan.
c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna pada bagian bangunan yang akan
terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan sebidang dinding, yang tidak memuaskan
kelihatannya, Kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding ( dengan spesi plesteran 1pc : 3 ps
) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1 cm demikian juga pada dinding yang berbatasan, ( yang
bersambungan ) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas.
Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar batas toleransi kelurusan ( pencekungan atau
pencembungan ) bidang tidak boleh melebihi dari L/1000 untuk semua komponen.
a. Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai dengan gambar kerja dan
tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.
b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan, bila tidak ada dalam gambar, maka Kontraktor harus
mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan Pengawas.
c. Bilamana sparing (pipa, dll) berpotongan dengan baja tulangan, maka baja tulangan tersebut tidak boleh
ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan Pengawas.
d. Semua sparing-sparing (pipa) harus dipasang sebelum pengecoran dan harus diperkuat sehingga tidak
akan bergeser pada saat pengecorann beton.
e. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran.
A. UMUM
1. Spesifikasi Dasar
Kecuali ditentukan lain,bahan dan hasil pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku 30 hari
sebelum tanggal pemasukan Surat Penawaran. Spesifikasi lain mungkin dapat disubstitusikan sebagai
agenda atas ketetapan Direksi.
Kontraktor harus menyediakan di lapangan sekurang-kurangnya satu salinan Standart Nasional
Indonesia (SNI) yang ditentukan dalam Spesifikasi atau Standar lainnya untuk bahan dan hasil
pekerjaan yang akan dikerjakan. Standar tersebut harus tersedia setiap saat untuk keperluan
pemeriksaan dan penggunaan oleh direksi.
Bahan dan hasil pekerjaan yang tidak sepenuhnya diperinci atau tidak dicakup oleh Standar Nasional
atau Standar lain yang telah disetujui haruslah bahan dan hasil pekerjaan semacam mutu kelas satu.
Direksi akan menetapkan apakah semua atau sebagian bahan yang akan digunakan sesuai atau tidak
untuk maksud pekeriaan yang akan dilaksanakan, keputusan Direksi dalam hal ini menentukan.
2. Tenaga Kerja Dan Peralatan
Kontraktor diwajibkan menyediakan tenaga kerja yang bertanggung jawab dan terampil dalam bidang-
bidang keahlian yang dibutuhkan oleh pekerjaan serta dalam jumlah yang memadai untuk
menyelesaikan volume pekerjaan sesuai dengan jadwalnya.
Daftar tenaga kerja beserta posisi dan riwayat hidupnya, terutama tenaga kerja inti, harus di
cantumkan pada laporan rencana kerja (Work Plan) kepada Direksi sebelum memulai pekerjaan.
Setiap penambahan, pengurangan, dan pergantian tenaga kerja, harus dilaporkan kepada Direksi.
Kontraktor juga diwajibkan untuk mengikutsertakan dan memprioritaskan tenaga kerja lokal dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.
Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja/bantu dalam kondisi yang baik dan dalam yang cukup
sesuai dengan kebutuhan agar dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Alat-alat ini
harus dibuat daftarnya dan diserahkan kepada direksi untuk mendapatkan persetujuan sebelum
memulai seluruh pekerjaan.
Bila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi hambatan, dan hambatan ini menurut Direksi dikarenakan
oleh kurangnya jumlah tenaga kerja atau peralatan atau kurang memenuhi syaratnya beberapa
pekerja dan peralatan, maka Direksi berhak meminta kontraktor untuk menambah atau mengganti
tenaga kerja dan peralatan tersebut.
3. Tindakan Pengamanan Bagi Keselamatan
Kontraktor harus menyediakan dan memasang atas biaya sendiri tanda-tanda bahaya dan isyarat-
isyarat yang sesuai dan cukup, serta mengambil tindakan pencegahan yang perlu untuk perlindungan
pekerja dan keselamatan umum. Jalan - jalan yang tertutup bagi lalulintas harus dilengkapi dengan
perintang yang cukup diberi penerangan lampu yang dinyalakan mulai sejak matahari terbenam
sampai matahari terbit.
4. Permohonan Pelaksanaan (Request)
Kontraktor harus mengajukan permohonan (request) kepada Direksi paling tidak 7 hari sebelum suatu
pekerjaan dimulai, ditindak lanjuti dengan pemasangan bouwplank, penyediaan alat dan bahan
bangunan yang akan digunakan. Bila semuanya sudah siap Kontraktor bisa mengajukan ijin
pelaksanaan kepada Direksi.
Suatu pekerjaan tidak boleh dilaksanakan tanpa dilengkapi request dan ijin pelaksanaan dari Direksi.
Pekerjaan tanpa permohonan dan ijin pelaksanaan dimungkinkan untuk tidak diakui oleh Direksi.
5. Laboratorium
Kontraktor harus mengadakan/melaksanakan pengujian di Laboratorium (termasuk dalam
biaya tidak langsung). untuk satu atau beberapa jenis pekerjaan selama pekerjaan berlangsung.
Laboratorium yang dipilih harus dapat digunakan untuk pengujian mutu pekerjaan sesuai dengan yang
disyaratkan. Jika kontraktor akan melaksanakan pengujian, maka sebelumnya harus mendapat
Kontraktor sebelum memulai pekerjaan, bersama Direksi pengawas harus menghubungi lebih dahulu
para Kepala Desa/Aparat Desa/Ketua Kelompok Tani yang berwenang dari wilayah kerjanya untuk
memberitahukan kehadiran dan menjelaskan semua rencana kerjanya sehubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan pemboran dan pembangunan saran irigasi di daerah tersebut. Hal ini perlu
dilakukan, mengingat fasilitas yang akan dibangun nantinya adalah milik petani/desa dan menyangkut
langsung kepentingan petani, sedangkan tanah- tanah yang terpakai untuk membangun fasilitas ini
tidak diberikan ganti rugi.
8. Pembuatan Papan Nama Proyek
Kontraktor diwajibkan membuat 1 (satu) buah papan nama Proyek berukuran 80 x 120 cm yang isi
tulisan dan penempatannya ditentukan bersama-sama dengan Direksi/Pengawas Lapangan. Biaya ini
sudah termasuk dalam biaya tidak langsung (overhead) di dalam daftar kuantitas dan harga.
9. Quality Assurance
Kontraktor diharuskan melakukan pembuatan pelaporan Quality Assurance secara periodik atas
pekerjaan yang dimulai pada saat awal pelaksanaan pekerjaan (Rencana Mutu Kontrak) sampai
dengan berakhirnya pekerjaan. Pelaksanaan Quality Assurance akan dibahas secara rinci dengan
pihak proyek pada saat Pre Construction Meeting dan penandatanganan Rencana Mutu Kontrak
sudah harus dilaksanakan bersamaan dengan penandatanganan kontrak. Biaya ini sudah termasuk
dalam biaya tidak langsung (overhead) didalam daftar kuantitas dan harga.
B. PEMBORAN AIR TANAH
1. Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
Kontraktor harus melakukan pekerjaan konstruksi sumur seperti yang diuraikan dalam
pasal Spesifikasi teknis, dan harus melakukan pengumpulan data dan pengujian
sumur yang meliputi pengambilan contoh „cutting”, deskripsi litologi, electrical logging, uji
pemompaan, development, pengambilan contoh air dan analisa kimia lengkap contoh air dan
sumur tersebut.
Pekerjaan logging dan pemompaan uji harus dilaksanakan dengan supervisi langsung dari
Direksi Pekerjaan. Dalam melasanakan pekerjaan, Kontraktor menyediakan personil,
peralatan, dan bahan-bahan/material yang dibutuhkan untuk pekerjaan pemboran, konstruksi
umur. dan pengujian sumur. Semua peralatan, perlengkapan, dan bahan-bahan tersebut
sebelumnya harus diperiksa dan diuji oleh Direksi.
1.2. Mobilisasi Pada Awal Kontrak Dan Demobilisasi Pada Akhir Kontrak
Kontraktor memobilisasi personil dan peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan Pemboran Air Tanah. Pembayaran akan diperhitungkan berdasarkan jumlah
peralatan yang dipindahkan karena diperlukan untuk pelaksanaan kontrak ini.
Peralatan yang dapat bergerak akan diperhitungkan berdasarkan konsumsi bahan bakar,
jumlah personil yang dibutuhkan dan jarak pemindahan. Sedangkan peralatan yang dapat
bergerak akan diperhitungkan berdasarkan biaya transport termaksud biaya bongkar
muat sesuai dengan jumlah/tonase dan jarak pemindahan.
Pembayaran untuk mobilisasi sudah termaksud semua biaya transportasi peralatan dari
workshop kelokasi pemboran pertama. Sedangkan pembayaran untuk demobilisasi sudah
Mesin bor yang digunakan dalam pekerjaan pemboran adalah sesuai dengan yang
disebutkan di bawah ini :
• Drilling rig tipe skid mounted, truck mounted, atau tractor mounted
(Berkemampuan min. 120 m).
• Metode pemboran dengan cara memutar baik dengan cara rotary head. atau
rotary table atau rotary with spindle torque, dengan kemampuan dapat memutar
stang bor (drill pipe) minimal diameter 2- 7/8 inch
Pompa untuk sirkulasi Lumpur pemboran berupa tipe double action plunger pump dengan
kemampuan debit 730 liter/menit dengan tekanan kerja (Working Pressure) 34 kg/cm.
C. Kompresor (AiL CompLessoL)
Kompresor yang digunakan memiliki kemampuan dan daya tekananan kerja kuat.
D. Electrical Logging
Peralatan untuk penampangan geofisika adalah alat yang dapat menghasilkan nilai atau
kurva SP log, Resistivity log dan Gamma Ray log. Alat tersebut dapat digunakan minimal
sampai dengan kedalaman 100 meter.
E. Peralatan Lainnya
Peralatan-peralatan pendukung lainnya antara lain:
Stang Bor (DLill Pipe)
Panjang minimal stang bor per batang adalah 4 meter dengan minimum diameter 2- 7/8 inch.
- Alat pengukur debit (Discharge Neasuring Device) berupa orifice weir atau V-
notch
dan pengambilan contoh batuan (cuttings) dan setiap meter kedalaman Pelaksanaan
Electrical Logging
5. Pemboran pembesaran lubang (reaming) dia. 10 5/8 inch sampai pada kedalaman yang
ditentukan.
8. Pengisian kerikil/Gravel Pack pembalut pada bagian annulus (gravel packing) dan
dasar sumur sampai batas atas yang ditentukan
10. Grouting pada bagian annulus mulai dari bagian atas gravel packing sampai ke
permukaan tanah.
Setelah pekerjaan pengeboran instalasi sumur dan pekerjaan lainnya yang memerlukan mesin
bor di satu lokasi dinyatakan selsai, maka mesin bor harus dibongkar dan dipindahkan ke lokasi
berikutnya beserta semua perlatan dan material yang akan dipakai.;
Pengisian mortal dapat dilakukan pada suatu zona kedalaman tertentu guna menahan intrusi dan
atau kontaminasi air tanah yang berkualitas kurang baik sesuai dengan petunjuk dari Direksi.
Pembayaran akan diperhitungkan menurut volume ddalam meter kubit dari rongga yang diisi
dengan semen atau mortal.
4. Pengadaan Dan Pemasangan Pipa PVC (Casing) Dan Saringan (Screen)
Kontraktor wajib melakukan pengadaan material pipa selubung dan saringan untuk sumur sesuai
dengan spesifikasi dan yang ditentukan oleh Engineer.
4.2.1. Instalasi
Sesudah kedalaman pemboran yang telah ditentukan tercapai dan pengujian geofisika
(geophysical log) selesai dilaksanakan, Kontraktor melakukan pemasangan casing dan saringan
ke dalam lubang bor. Pembayaran akan diperhitungkan menurut jumlah kedalaman dengan
satuan meter dari pipa yang dipasang dan sesuai dengan diameter pipa tersebut. Harga
satuan tersebut harus juga termasuk biaya pengadaan perlengkapan instalasi sumur lainnya
misalnya reducer.
5. Tally Sheets
Susunan rangkaian konstruksi sumur (Tally Sheet) wajib dibuat oleh Kontraktor yang menunjukkan
kedudukan peralatan-peralatan operasi, pipa-pipa buta (casing, saringan (screen), centralizer termasuk
spesifikasi teknis dan material-material tersebut. Tally Sheet segera dibuat pada setiap kegiatan
operasi selesai dilaksanakan dan ditandatangani oleh Kontraktor dan Engineer. Tally Sheet dilampirkan
pada Laporan Akhir.
6. Selubung Kerikil (Gravel Packing)
Volume material kerikil harus cukup untuk pengisian awal (sebelum well development)
dan tambahan kerikil bila diperlukan pada saat pekerjaan well development.
a. Air bersih yang tertampung di kolam lumpur (mud pit) dipompakan ke dalam sumur dan mengalir
kembali ke dalam mud pit
b. Sirkulasi campuran lumpur dan air bersih dilakukan terus sampai waktu yang ditentukan
c. Campuran air dan lumpur di kolam lumpur (mud pit) kemudian diganti dengan air bersih
d. Sirkulasikan kembali air bersih ke dalam sumur sampai waktu yang ditentukan
Water Jetting
Dengan menggunakan alat jet head. Kontraktor melakukan penyemprotan pada seluruh saringan
dengan metode berikut:
c. Setelah 1 (satu) revolusi naik turun dilakukan. maka jet head dinaikkan kurang lebih 1,5 kali
diameter screen diatas top screen dan dipertahankan beberapa saat
d. Kemudian kembali dilakukan penyemprotan saringan dengan cara operasi yang sama
e. Setelah batasan waktu yang telah ditentukan untuk satu screen selesai, maka dilanjutkan pada
screen berikutnya dengan cara operasi yang sama seperti diatas
f. Apabila seluruh screen telah dilakukan penyemprotan maka tor harus melakukan pembers han
dasar sumur dari endapan yang terakumulasi
g. Pembayaran akan diperhitungkan menurut jam kerja yang dipakai oleh Kontraktor dalam
penyempurnaan sumur seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
Surging
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini terdiri dari compressor dengan kapasitas 10 Kva, pipa
eductor dan pipa airline. Metode development dengan cara surging merupakan suatu siklus surging
(surging cicle) yaitu kombinasi pemompaan air lift dan surging (back blow). Siklus surging dilakukan
pada beberapa tempat disepanjang rangkaian screen. Metode kerja yang harus dilakukan oleh
Kontraktor pada pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
- udara bertekanan dari compressor kemudian dialirkan ke pipa air line sehingga air
terpompakan keluar (posisi pumping dengan air lift) sampai air yang keluar bersih dari pasir.
- Pada saat air yang keluar sudah bersih dari pasir aliran udara dari compressor kemudian
ditutup
- Pipa air line diturunkan sampai jarak kurang lebih 30 cm dibawah ujung pipa eductor
- Setelah waktu yang ditentukan, tekanan compressor dikurangi dan pipa air line ditarik
kembali ke posisi semula sehingga air kembali terpompa keluar melalui pipa eductor (a s/d
g merupakan 1 siklus surging)
- Sikius surging kemudian diulangi sampai air yang keluar bersih dari pasir dan material-
material halus
- Selanjutnya pipa eductor dan air line dinaikkan kurang lebih 1 m pada screen yang sama
dan kembali dilakukan operasi yang sama seperti yang disebutkan diatas (point a s/d h)
- Apabila 1 (satu) rangkaian screen selesai maka dilanjutkan pada rangkaian screen
berikutnya dengan metode operasi yang sama
- Bila seluruh screen telah selesai dilakukan surging maka posisi air lift dilakukan pada bagian
dasar sumur untuk membersihkan endapan pasir yang telah terkumpul didasar sumur
- Pembayaran akan diperhitungkan menurut jam kerja yang dipakai oleh Kontraktor dalam
penyempurnaan sumur seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
8. Pemompaan Uji
Setelah kegiatan development sumur selesai, Kontraktor mempersiapkan untuk kegiatan pemompaan uji.
Pengujian yang akan dilaksanakan antara lain sebagai berikut :
a. Uji pemompaan pendahuluan (preliminary pumping test)
b. Uji pemompaan bertahap (step drawdown test)
c. Uji pemompaan dengan debit tetap (constant rate test)
d. Uji kambuh (recovery test)
Setelah muka air kembali seperti semula maka Kontraktor selanjutnya melakukan uji susut bertahap.
Bila tidak ditentukan lain maka uji bertahap dilakukan dengan 4 (empat) tahapan dimana setiap
tahapan berlangsung selama 2 (dua) jam. Penentuan debit untuk setiap tahap dilakukan oleh Direksi
berdasarkan hasil uji pendahuluan. Debit pemompaan untuk setiap tahap harus dipertahankan tetap
stabil dengan melaksanakan pengamatan secara efektif. Kontraktor melakukan pengamatan dan
pencatatan terhadap debit dan muka air pemompaan untuk setiap interval waktu yang telah
ditentukan. Pengukuran muka air kambuh juga harus dilakukan oleh Kontraktor pada saat pompa
dimatikan (step ke-empat berakhir) dengan interval waktu yang telah ditentukan.
Pembayaran akan diperhitungkan menurut jumlah jam pemompaan termasuk pencatatan data
pemompaan.
Setelah muka air kembali seperti semula maka Kontraktor selanjutnya melakukan uji pemompaan
debit tetap terus-menerus selama 72 (tujuh puluh dua) jam. Debit pemompaan pada uji debit tetap
ditentukan oleh Direksi berdasarkan hasil dan uji susut bertahap. Kontraktor harus melakukan
pengamatan dan menjaga agar debit yang telah ditentukan tetap stabil selama periode pengujian.
Kontraktor melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap debit dan muka air
pemompaan untuk setiap interval waktu yang telah ditentukan.
Bila dalam radius 400 m terdapat sumur lain (sumur gali dan atau sumur bor) di sekitar sumur yang
diuji maka Kontraktor harus melakukan pengukuran penurunan muka air pada sumur-sumur tersebut.
Selama pemompaan uji debit tetap. Kontraktor harus melakukan pengukuran pH, temperatur, dan
daya hantar listrik (EC) dari air yang dipompa dengan interval waktu tiap 6 (enam) jam.
Kontraktor harus menjaga supaya lokasi pemompaan uji bebas dari genangan air permukaan atau
air hujan serta air hasil pemompaan itu sendiri sehingga tidak mempengaruhi hasil pemompaan.
Untuk itu sebelum pelaksanaan pemompaan. Kontraktor harus membuat saluran pembuang untuk
menyalurkan air yang dipompa ke tempat yang jauh dari sumur tanpa merugikan pihak lain.
Apabila pemompaan berhenti sebelum waktu yang ditentukan karena kerusakan mesin atau
kehabisan bahan bakar atau sebab lain maka Kontraktor harus mengulangi pemompaan uji mulai
dari awal dan biaya yang diakibatkan menjadi tanggung jawab kontraktor
E. Uji Pemulihan
Segera setelah pompa dimatikan pada uji debit tetap, maka Kontraktor melakukan pengukuran muka
air kambuh dengan interval waktu yang telah ditentukan sampai muka air kembali ke keadaan semula.
Pembayaran akan diperhitungkan menurut jumlah jam pengamatan termasuk pencatatan data
pengamatan.
a. Analisa Kualitas Air
Kandungan - kandungan zat kimia tersebut diukur dan dinyatakan dalam satuan ppm serta diberikan
rekomendasi tentang memenuhi syarat atau tidaknya air tersebut dipakai sebagai air minum maupun
air irigasi.
Pembayaran akan diperhitungkan menurut jumlah contoh air yang dianalisa pada laboratorium yang
diakui dan Direksi telah menerima hasil analisa dari laboratorium. Satuan harga termasuk biaya
pengambilan contoh air, analisa kualitas air, pengangkutan dan hal-hal lain bila ada.
b. Analisa Besar Butir
Kalau dibutuhkan dan diinstruksikan oleh Direksi, Kontraktor harus melaksanakan analisa besar butir
(analisa ayakan) terhadap beberapa contoh cutting dari tiap sumur yang akan dipilih oleh Direksi
dan menyerahkan hasil analisa kepada
Direksi.
Sebelum dianalisa, sisa lumpur pemboran yang masih terdapat pada contoh tersebut harus
dihilangkan dengan mencucinya, kemudian contoh tersebut dikeringkan dengan alat pengering atau sinar
matahari.
Pembayaran akan diperhitungkan menurut jumlah contoh cutting yang telah dianalisa dan
hasilnya telah diserahkan kepada Direksi.
c. Pengadaan Dan Pemasangan Tutup Sumur
Apabila pemompaan uji telah selesai dilaksanakan, Kontraktor harus memasang tutup sumur lengkap
dengan kuncinya untuk mencegah material-material asing yang masuk ke dalam sumur.
Pembayaran akan diperhitungkan menurut jumlah tutup sumur yang telah dipasang untuk melengkapi
sumur bor lengkap dengan kuncinya.
d. Pengadaan Dan Pemasangan Patok Nomor Sumur
Setelah sumur tertutup, Kontraktor harus memasang patok tanda pengenal sumur dimana tercantum
nomor sumur, tahun pembuatan dan tanda pengenal/nama Kontraktor yang melaksanakannya.
Pembuatan patok dan tempat pemasangan harus sesuai dengan petunjuk Direksi.
Pembayaran akan diperhitungkan menurut jumlah patok, tanda nomor sumur yang diadakan dan
dipasang untuk melengkapi sumur bor.
e. Laporan Dan Catatan
Catatan terperinci mengenai semua data dan informasi yang diperoleh dari semua
pekerjaan yang dilaksanakan harus disimpan untuk sewaktu-waktu akan diperiksa atau disahkan oleh
Direksi.
Kontraktor harus membuat laporan setiap hari kepada Direksi mengenai material yang digunakan,
pekerjaan yang telah dan akan dilaksanakan, termasuk kedalaman pemboran dan data lain yang
Jenis dan jumlah rangkap laporan yang akan dibuat oleh kontraktor mengacu pada ketentuan yang
terdapat dalam Kerangka Acuan Kerja.
Baik pompa maupun mesin penggeraknya harus memiliki garansi yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat/penyalur tunggal barang tersebut. Kontraktor harus mendapatkan dan menyerahkan surat
garansi tersebut kepada Direksi Pekerjaan
3. Keaslian Barang
Barang yang akan diserahkan merupakan barang yang asli baru. dan sesuai dengan spesifikasi yang
diperlukan. Kontraktor harus mendapatkan dan menyerahkan suatu surat dukungan dari
pabrik/penyalur tunggal bahwa barang tersebut adalah asli, baru dan sesuai dengan spesifikasi yang
diperlukan.
4. Pemesanan Barang
Pemesanan barang baik jumlah maupun jenis barang harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan. Jumlah dan jenis barang dapat berubah sesuai dengan kondisi dan kemampuan
sumur produksi. Segera setelah kontraktor memperoleh persetujuan, pemesanan barang dapat
dilakukan.
5. Ketepatan Waktu Pengiriman Barang
Kontraktor harus memberikan gambaran waktu yang dibutuhkan dari saat mulai pemesanan barang
hingga sampai ke tempat tujuan barang. Kontraktor harus menepati jadwal waktu tiba di tempat tujuan
barang yang telah disepakati. Kontraktor harus mendapatkan dan menyerahkan suatu surat jaminan
tepat waktu pengiriman barang dari pabrik/penyalur tunggal kepada Direksi Pekerjaan.
6. Brosur
Kontraktor harus menunjukkan dan menyerahkan brosur barang tersebut kepada Direksi Pekerjaan.
Brosur barang tersebut merupakan brosur asli dan telah dicetak ISO.
7. Sertifikasi ISO dan SNI
Barang yang dipesan merupakan barang yang telah memiliki sertifikat ISO dan SNI. Kontraktor harus
mendapatkan dan menyerahkan masing-masing sertifikat tersebut kepada Direksi Pekerjaan.
8. Purna Jual
Kontraktor harus mendapatkan dan menyerahkan suatu surat jaminan purna jual dari barang yang
dipesan/didatangkan.
9. Suku Cadang
Barang yang dipesan/didatangkan merupakan barang yang memiliki suku cadang yang mudah
ditemukan/diperoleh di tempat-tempat penjualan. Kontraktor juga diharapkan memberikan informasi
mengenai harga satuan untuk suku cadang yang dibutuhkan selama 2 tahun operasi.