Filosofi Jawa tersebut memiliki makna kejujuran, keiklasan, ringan tangan dalam bekerja, dimana hal ini
sangat penting sekali dalam menjalani hidup.
Ikhlas dalam menerima setiap hasil yang telah dikerjakan sangatlah penting. Dalam kata mutiara Bahasa
Sunda Kahirupan, pesan ini juga turut disampaikan.
Setiap filosofi orang Jawa mengandung makna yang sangat baik, termasuk dengan yang satu ini, memiliki
makna yang mendalam bagaimana seharusnya manusia hidup.
Jaga tata krama, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan serta latar belakang keluarga. Memang
seharusnya seperti itulah hidup.
Ungkapan filsosofi ini memiliki makna, bahwa orang Jawa itu mudah di tekuk-tekuk.
Arti dari ditekuk-tekuk sendiri adalah fleksibel, mudah bergaul dengan yang lain, tanpa memandang
status sosial.
Setiap orang akan menanggung akibat yang dia perbuat, jadi jangan pernah menyalahkan orang lain
apapun yang terjadi pada diri sendiri.
Hal ini mengajarkan kepada kita untuk bersikap lebih hati-hati, bahwasannya kita bertanggung jawab
sepenuhnya atas diri kita masing-masing.
Filosofi ini hampir serupa dengan salah satu peribahasa Jawa, yaitu “Iwak kalebu ing wuwu”, yang artinya
berhati-hati dalam bertindak.