Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Isu gender akhir-akhir ini, dalam perkembangannya mengalami pasang surut,
tergantung kasus atau problema hidup yang terjadi di masyarakat. Seperti halnya isu-isu
lainnya, misalnya ketika kasus penerbitan majalah Play Boy di Indonesia sedang marak dan
menimbulkan pendapat yang kontroversial, maka isu yang berkembang adalah isu demokrasi,
kebebasan, dan lain sebagainya.
Begitu juga dengan isu gender, bagi kalangan masyarakat tertentu mungkin sudah
tidak hangat lagi, basi, tetapi bagi kalangan tertentu, isu gender akan sangat menarik untuk
dibahas. Misalnya ada wacana isu poligami, kawin kontrak, dan nikah mut’ah muncul ke
permukaan, mau tidak mau maka unsur gender akan turut mengemuka.
Konsep yang masih keliru memahami arti dan maksud dari istilah gender. Tau juga
kekeliruan dalam memahami konsep kesetaraan.
Al-Qur’an adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
pedoman umat manusia dalam menata kehidupannya, agar memperoleh kebahagiaan lahir dan
batin di dunia dan di akhirat kelak. Konsep-konsep yang ditawarkan al-Qur’an selalu relevan
dengan problema yang dihadapi manusia, karena al-Qur’an turun untuk berdialog dengan
setiap umat dalam segala zaman, sekaligus menawarkan pemecahan masalah terhadap
problema yang dihadapi terutama masalah gender.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis temukan
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian gender?
1.2.2 Apa perbedaan antara sex dan gender?
1.2.3 Apa perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis?
1.2.4 Apa saja identitas gender dalam Al-Qur’an?
1.2.5 Apa saja prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam Al-Qur’an?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum:
1) Untuk mengetahui pengertian gender.
2) Untuk mengetahui perbedaan sex dan gender
3) Untuk perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis
4) Untuk mengetahui apa saja identitas gender dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 1


5) Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam Al-Qur’an
1.3.2 Tujuan Khusus:
1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Alqur’an pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan tahun 2016.
1.4 Manfaat
1) Memperluas wawasan mengenai pengetahuan tentang gender, dan masalah gender
dalam Alqur’an.
2) Memberikan pengetahuan bagi masyarakat yang membaca makalah ini.

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 2


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gender
Sebelum membahas tentang hakikat gender menurut al-Qur’an, terlebih dahulu akan
dijelaskan apa yang dimaksud dengan gender. Kata gender berasal dari bahasa Inggris, gender
is the fact of being male or female: issues of class, race and gender. ( gender adalah
kenyataan menjadi laki-laki atau perempuan: masalah kelas, ras dan gender).1 Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gender memiliki arti “jenis kelamin”2
Sebagaimana dikutip oleh Nasaruddin Umar dalam salah atu jurnal Paramadina yang
berjudul Perspektif Gender dalam Islam, gender diartikan sebagai “perbedaan yang tampak
antara laki-laki dan perempuan dari segi nilai dan tingkah laku”.3
Istilah gender sudah lazim digunakan di Indonesia, khususnya di Kantor Menteri
Negara Urusan Peranan Wanita dengan ejaan “gender”. Gender diartikan sebagai interpretasi
mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Gender
biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-
laki dan perempuan4
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa, gender adalah
“suatu konsep dasar yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dari segi sosial-budaya”. Gender dalam arti yang sifatnya bisa berubah (social
construction) karena perbedaan waktu dan kondisi budaya, bukan dari sudut biologi yang
tidak dapat berubah karena bersifat kodrati.

2.2 Perbedaan Sex dan Gender

Ada tiga fenomena dan sekaligus perbedaan yang cukup menonjol seputar hubungan
dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosial. Yaitu, pola
hubungan antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat padang pasir
yang nomad, di mana laki-laki lebih dominan daripada perempuan; dalam masyarakat agraris
dengan wilayah yang subur yang memberikan peran perempuan lebih mandiri; dan pola
hubungan yang terbentuk dalam masyarakat industri maju yang yang telah menempatkan

1 A.S. Hornby 2010.Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English , hal. 644.
2 Kementrian Pendidikan Nasional.2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga)., hal. 353
3 Nasaruddin Umar,1998, Perspektif Gender Dalam Islam, hal. 98
4 Nasaruddin Umar,1999, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, hal. 35

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 3


teknologi canggih, semisal komputer dan internet, sebagai bagian dari teknologi harian yang
lebih menghargai skill daripada jenis kelamin.

Secara umum, kata gender digunakan untuk mengidentifikasi perbeedaan laki-laki


dan perempuan dari segi sosial budaya, maka seks secara umum digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi.

Istilah seks dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga berarti “jenis
kelamin”, yang banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi komposisi
perbedaan kimia dan hormon, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya.
Sedangkan gender lebih banyak berkonsentrasi pada aspek sosial, budaya, psikologis, dan
aspek-aspek non-biologis lainnya.

Studi gender lebih menekankan pada aspek maskulinitas atau feminitas seseorang.
Berbeda dengan studi sex yang lebih menekankan pada aspek anatomi biologi dan komposisi
kimia dalam tubuh laki-laki (maleness) dan perempuan (femaleness). Proses pertumbuhan
anak menjadi laki-laki atau menjadi perempuan lebih banyak digunakan istilah gender
daripada istilah sex. Istilah sex umumnya digunakan untuk merujuk kepada persoalan
reproduksi dan aktivitas seksual (love-making activities), selebihnya digunakan istilah
gender.5

2.3 Perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis

Dalam banyak spesies, ekspresi genetika dapat dikelompokkan kepada 2 jenis


kelamin, yaitu jantan dan betina. Beberapa spesies dikelompokkan sebagai
hermaprodit, yakni spesies yang dalam dirinya terkandung unsur jantan dan betina
yang memungkinkan terjadinya pembiakkan sendiri tanpa membutuhkan pasangan.
Spesies ini banyak ditemukan pada spesies tumbuh-tumbuhan dan beberapa jenis
binatang.
Meskipun sifat-sifat dasar genetika manusia mempunyai persamaan dengan
makhluk biologis lainnya, seperti binatang dan tumbuhan, manusia mempunyai
perkembangan genetika dan seks jauh lebih rumit dan kompleks, terutama dalam
mendetektif dan mengontrol perkembangan fenotipe seksual nya.
Buah pelir bagi laki-laki berfungsi untuk berfungsi hormon testoteron, yaitu
suatu hormon yang membawa sifat-sifat kejantanan dan sekaligus menentukan
struktur organik laki-laki. Hormon ini berfungsi untuk memproduksi sperma,
mengatur perkembangan tulang pergerakan otot, pemyimpangan lemak, perilaku

5 Katimin dan Ahmad Dayan Lubis. 2006. Isu-Isu Islam Kontemporer, hal. 152

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 4


seksual, pola raut muka, pelebaran dada, penegakkan tulang rawan, dan ketajaman
suara. Adapun ovarium memproduksi hormon prolactin, extrogen, dan progesteron. 2
jenis yang terakhir sangat berpengaruh dalam pembentukkan sifat-sifat dasar
perempuan.
Laki-laki dan perempuan mempunyai kromosom seksual yang berbeda.
Perempuan mempunyai 2 kromosom yang sejenis, yaitu XX, karena nya disebut
dengan homogametic sex. Kemudian laki-laki mempunyai 2 kromosom yang berbeda,
satu diantaranya sama dengan perempuan, X dan lainnya, Y, khusus bagi laki-laki
yang disebut dengan Heterogametic sex karena ia mempunyai 2 jenis kromosom
(XY).
Selain perbedaan jenis kelamin dan seksual antara laki-laki dan perempuan.
Kedua nya mempunyai perbedaan yang lain yaitu perbedaan emosional dan
intelektual yaitu sebagai berikut:6

LAKI-LAKI (masculine) PEREMPUAN (feminim)


1. Sangat agressiif - Tidak terlalu agressif
2. Independent - Tidak terlalu independent
3. Tidak emosional - Lebih emosional
4. Dapat menyembunyikan emosi - Sulit menyembunyikan emosi
5. Lebih objektif - Lebih subjektif
6. Tidak mudah terpengaruh - Mudah terpengaruh
7. Tidak submissif - Lebih submissif
8. Sangat menyukai pengetahuan - Kurang menyenangi eksakta
eksakta
9. Tidak mudah goyah terhadap - Mudah goyah menghadapi
krisis krisis
10. Lebih aktif - Lebih pasif
11. Lebih kompetitif - Kurang kompetitif
12. Lebih logis - Kurang logis
13. Lebih mendunia - Berorientasi ke rumah
14. Lebih terampil berbisnis - Kurang terampil berbisnis
15. Lebih berterus terang - Kurang berterus terang

6 Nasaruddin Umar,1999, Perspektif Jender Dalam Al-Qur’an, hal. 48

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 5


2.4 Identitas Gender Dalam Al-Qur’an

2.4.1 Al-Rijal dan Al-Nisa’

Kata al-rijal bentuk jamak dari kata al-rajul, berasal dari akar kata raj a la yang
derivasinya membentuk beberapa kata, seperti rajala (mengikat), rajila (berjalan kaki),
al-rijl (telapak kaki), al-rijlah(tumbuh-tumbuhan), dan al-rajul berarti laki-lak. Al-
rajul dalam arti terakhir ini yang akan diuraikan dalam pembahasan ini.

Dalam lisan al-‘Arab, kata al-rajul diartikan dengan laki-laki,lawan permpuan


dari jenis manusia, Kata al-Rajul umumnya digunakan untuk laki-laki yang sudah
dewasa,sesudah anak-anak. Contoh penggunaan kata al-rajul misalnya dalam Q.S al-
Baqarah:282 yaitu

‫ش ِهيدَي ِْن ِم ْن ِر َجا ِل ُك ْم‬


َ ‫َوا ْست َ ْش ِهدُوا‬
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari laki-laki diantaramu.

Kata ‫ِم ْن ِر َجا ِل ُك ْم‬ di dalam ayat ini ditafsirkan di dalam tafsir al-Jalalain,

sebagai laki-lakimuslim yang akil baligh dan merdeka. Jadi, semua orang yang masuk
dalam kategori al-Rajul termasuk juga kata al-zakar. Tetapi tidak semua al-Zakar
masuk kategori al-rajul. Kategori al-rajul menuntut sejumlah criteria yan bukan hanya
mengacu kepada jenis kelaminan, tetapi juga kualifikasi budaya tertentu, terutama
sifat-sifat kejantanan (masculinity). Oleh karena itu, tradisi bahasa arab ini membuat
perempuan yang memiliki sifat-sifat kejantanan dengan rajlah.7

Al-rijal (jamak dari ar-rajul) dan al-nisa’ (jamak dari al-mar’ah) digunakan untuk
menggambar kualitas moral dan budaya seseorang. Berbeda dengan al-zakar dan al
unsa yang penekanannya kepada jenis. Oleh karena itu, kata al-zakar juga digunakan
untuk menerangkan jenis kelamin binatang, seperti disebutkan dalam Q.S Al-an’am:
144 yaitu

‫اْل ِب ِل اثْنَي ِْن َو ِمنَ ْالبَقَ ِر اثْنَي ِْن ۗ قُ ْل آلذَّ َك َري ِْن َح َّر َم أ َ ِم ْاْل ُ ْنثَيَي ِْن أ َ َّما‬ ِ ْ َ‫َو ِمن‬
‫ت َعلَ ْي ِه أ َ ْر َحا ُم ْاْل ُ ْنثَيَي ِْن‬ ْ َ‫ا ْشت َ َمل‬

7 Nasaruddin Umar,1999, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, hal. 153

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 6


Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu.Katakanlah: “Apakah dua
yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam
kandungan dua betinanya.

Padanannya di dalam bahasa inggris untuk kata al-rajul ialah man, dan male
untuk al-zakar. Seprti halnya kata man, kata al-rajul kadang juga diartikan dengan
“manusia” (al-insan) dan “suami” (al-zauj). Kata al-rajul tdak digunakan untuk
species lain selain manusia,misalnya untuk binatan dan tumbuh-tumbuhan, tetapi
hanya digunakan untuk manusia (the male of the human species).

a. Pengertian al-Rajul

Kata al-Rajul dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 55 kali dalam al-
Qur’an, dengan kecendrungan pengertian dan maksud sebagai berikut diantaranya
adalah

1. Al-rajul dalam arti jender laki-laki seperti:

a. Q.S. al-Baqarah:282

‫ش ِهيدَي ِْن ِم ْن ِر َجا ِل ُك ْم‬


َ ‫َوا ْست َ ْش ِهدُوا‬

Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di
antaramu).

Dalam ayat tersebut terdapat kata ‫ِم ْن ِر َجا ِل ُك ْم‬ yang memjelaskan tentang

aspek jender laki-laki, bukan kepada aspek biologisnya sebagai manusia yang berjenis
kelamin laki-laki. Buktinya tiadak semua yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai
kualitas persaksian yang sama. Anak laki-laki dibawah umur, laki-laki hamba, dan
laki. Yang tidak normal akalnya tidak termasuk dalam kualifikasi saksi yang
dimaksud dalam ayat tersebut diatas, karena laki-laki tersebut tidak memenuhi syarat
sebagai saksi dalam hokum Islam.

Ayat ini bias dimengerti, mengingat masyarakat arab ketika ayat ini turun,
perempuan tidak pernah diberikan kesempatan untuk menjadi saksi karena dianggap
tidakn representatif. Menngenai perbandingan persaksian, seorang laki-laki sebanding
dengan dua orang perempuan, menurut Muhammad Abduh adalah dapat dimaklumi,
karena tugas dan fungsi perempuan ketika itu hanya disibukkan dengan urusa-uryusan

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 7


kerumahtanggaan, sementara laki-lak bertugas untuk urusan-urusan social ekonomi
diluar rumah. Bukannya perempuan lemah ingatan dan keceradsan dibanding laki-
laki.

b. Q.S. al-Baqarah:228

ِ ‫َّللاُ فِي أ َ ْر َح‬


‫ام ِه َّن‬ َّ َ‫طلَّقَاتُ يَت ََربَّصْنَ بِأ َ ْنفُ ِس ِه َّن ث َ ََلثَةَ قُ ُروءٍ ۚ َو ََل يَ ِح ُّل لَ ُه َّن أ َ ْن يَ ْكت ُ ْمنَ َما َخلَق‬َ ‫َو ْال ُم‬
ْ ِ‫اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر ۚ َوبُعُولَت ُ ُه َّن أ َ َح ُّق بِ َر ِده َِّن فِي َٰذَلِكَ إِ ْن أ َ َرادُوا إ‬
‫ص ََل ًحا ۚ َولَ ُه َّن‬ َّ ِ‫إِ ْن ُك َّن يُؤْ ِم َّن ب‬
ٌ ‫ع ِز‬
‫يز َح ِكي ٌم‬ َّ ‫علَ ْي ِه َّن دَ َر َجةٌ ۗ َو‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫علَ ْي ِه َّن بِ ْال َم ْع ُر‬
َ ‫وف ۚ َو ِل ِلر َجا ِل‬ َ ‫ِمثْ ُل الَّذِي‬

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'.
Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya,
jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah.
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Kata ar-rijal (‫جا ِل‬


َ ‫) ِر‬dalam ayat diatas ialah laki-laki tertentu yang mempaunyai
kapasitas tertentu, karena tidak semua laki-laki mempunyai tingkatan lebih tinggi dari
pada perempuan.karena jika demikian maka secara alami semua laki-laki mempunyai
tingkatan lebih tinggi dari pada perempauan.

B. Pengertian an-Nisa’

Adapun kata an-Nisa’ (‫سا َء‬


َ ِ‫ )الن‬berarti perempuan yang sudah matang atau
dewasa. Kata an-Nisa’ berarti jender perempuan, sepadan kata ‫جا ِل‬
َ ‫ ِر‬yang berati
jender laki-laki. Kata an-Nisa’ (‫سا َء‬
َ ِ‫ )الن‬dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak
59 kali dalam al-Quran diantaranya adalah sebagai berikut : 8

1. Dalam arti jender perempuan, yang diterangkan dalam Q.S. An-nisa’:32

8 Nasaruddin Umar,1999, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, hal. 164

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 8


‫يب‬
ٌ ‫َص‬ ِ ‫ض ۚ ِل ِلر َجا ِل ن‬ ٍ ‫علَ َٰى َب ْع‬َ ‫ض ُك ْم‬ َّ ‫ض َل‬
َ ‫َّللاُ ِب ِه َب ْع‬ َّ َ‫َو ََل تَت َ َمنَّ ْوا َما ف‬
‫ض ِل ِه ۗ ِإ َّن‬ َّ ‫سبْنَ ۚ َوا ْسأَلُوا‬
ْ َ‫َّللاَ ِم ْن ف‬ َ َ ‫يب ِم َّما ا ْكت‬
ٌ ‫َص‬ ِ ‫اء ن‬ ِ ‫س‬ َ َ‫ِم َّما ا ْكت‬
َ ِ‫سبُوا ۖ َو ِللن‬
‫ع ِلي ًم‬
‫ا‬ َ ‫َّللاَ َكانَ بِ ُك ِل‬
َ ٍ‫ش ْيء‬ َّ
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain (karena) bagi laki-laki ada
bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan juga ada
bahagian dari apa yang mereka usahakan dan mohonlah kepada Allah sebahagian
dari karunianya. Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu.

Kata an-Nisa’ menunjukkan jender perempuan porsi pembagian hak dalam ayat
ini, tidak semata-mata ditentukan oleh realitas biologis sebagai perampuan atau laki-
laki, melainkan berkaitan erat dengan realitas jender yang ditentukan oleh factor
budaya yang bersangkutan. Ada atau tidaknya wariasan ditentukan oleh keberadaan
seseorang. Begitu seorang lahir dari pasangan muslim yang sah, apa pun jenis
kelaminnya dengan sendirinya langsung menjadi ahli waris.atau menurut istilah ayat

َ َ‫ا ْكت‬
ini ditentukan oleh usaha yang bersangkutan (‫سب‬ َ َ ‫) ِم َّما ا ْكت‬. Contoh
) dan ( َ‫سبْن‬
lain dalam uraian yang lebih rinci mengenai an-Nisa’ dalam arti jender perempuan
dapat dilihat dari keterangan jender laki-laki (Ar-rajul).

2. An -Nisa’ dalam arti isteri-isteri seperti:


Dalam Q.S.Al-baqarah :222 yaitu yang menjelaskan bahwa perempauan itu
“haid” dan dalam ayat itu juga menjelaskan bahwa seseorang bertanya kepada
Rasulullah apakah itu “haid”. Jadi, Itulah salah satu yang menyebabkan perempuan
itu ada perbedaan dengan laki-laki. Dan yang terdapat dalam surah al-Baqarah: 223,
yaitu

َّ ‫ث لَ ُك ْم فَأْتُوا َح ْرث َ ُك ْم أَنَّى ِشئْت ُ ْم َوقَ ِد ُموا ِْل َ ْنفُ ِس ُك ْم َواتَّقُوا‬


َ‫َّللا‬ ٌ ‫سا ُؤ ُك ْم َح ْر‬ َ ِ‫ن‬
‫َوا ْع َل ُموا أَنَّ ُك ْم ُم ََلقُوهُ َو َبش ِِر ْال ُمؤْ ِمنِين‬
Isteri-isterimu adalah (seperti ) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tempat bercocok tanammu itu dengan bagaimana saja yang kamu
kehenadaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu,dan bertakwalah kepada

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 9


Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar
gembira bagi orang-orang yang beriman.

Kata An-nisa’ dalam kedua ayat tersebut, diartikan dengan isteri-isteri,

sebagaimana sebagai bentuk mufrad dari kata ‫سا َء‬


َ ِ‫الن‬, hampir seluruhnya berartikan “
isteri” misalnya َ َ ‫ْم َرأ‬
ٍ‫ت لُوط‬ (Q.S. atTahrim:10) َ‫ع ْون‬ َ َ ‫ْام َرأ‬
َ ‫ت فِ ْر‬ (Q.S. At-

tahrim:11). Kata an-nisa’ masih banyak lagi kita temukan dalam al-Qur’an.
Penggunaan kata an-nisa’ lebih terbatas dari pada penggunaan kata ar-Rijal. Kata
ar-rijal sebagaimana telah dijelaskan bisa berarti jender laki-laki, orang, menunjuk
kepda Nabi dan Rasul, tokoh masyarakat.dan budak. Sedangkan kata An-nisa hanya
digunakan dalam arti jender perempuan dan isteri. Pada umumnya dalam al-Qur’an
kata an-nisa digunakan untuk perempuan yang sudah berkeluarga. Seperti permpuan
yang sudah kawin, perempuan janda Nabi, perempuan mantan isteri ayah, perempuan
yang ditalak, isteri yang di zihar. Dan yng demikian sama juga seperti kata al-imra’ah
tidak pernah digunakan untuk perempuan yang masih dibawah umur,kecuali yang
sudah berkeluarga.
3. Az-Zakar dan Al-unsa
Menurut lisan arab, kata az-Zakar berasal dari kata zakaro yang secara harfiah
berarti “mengisi, menuangkan”, seperti kata zakarolinaats (mengisi bejana).
Dalam kitab al-Munjid disebutkan kata zakaro berarti
menyebutkan,mengingat,dan jamak dari az-zakaro yaitu az-dzikroni,az-
dzakurotun,az-dzakuurun. Kata az-dzakar lebih berkonotasi kepada persoalan
biologis(sex). Oleh karena itu az-dzakaro sebagai lawan dari al-untsa juga digunakan
untuk jenis (spesies) lain selain bangsa manusia yaitu binatang dan tumbuhan-
tumbuhan .9
Kata Az-zakar sebagaimana halnya al-unsa digunakan juga untuk menunjukkan
jenis kelamin pada species binatang,seperti yang dijelskan dalam surah Al-An`am:143
yaitu dalam ayat tersebut terdapat kata Azzakaraini dan Al-Unsayaini,yang
menunjukkan kepada jenis jantan dan betina .Pada bangsa binatang,kata Az-zakara
dan Al-unsa penegasannya kepada hal-hal yang bersifat bilogis (sex).
Berbeda dengan kata an-nisa’ dan ar-rijal yang umumnya digunakan untuk hal-
hal yang berhubungan dengan fungsi dan relasi jender,seperti yan dijelaskan juga

9 Nasaruddin Umar,1999, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, hal. 168

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 10


dalam al-Qur’an mengenai kata al-unsa dan azzakar dalam surah an-nisa’ ayat 11
yang menjelaskan bahwa jenis kelamin apa pun, berhak mendapatkan berbagai hak
asasinya, termasuk soal wisan dan hak-hak kebendaan lainnya. Lagi pula perlu diingat
bahwa ayat ini turun sebagai koleksi terhadap norma-norma kemasyarakatan
jahiliyyah yang tidak mengenal warisan terhadap perempuan. Dengan demikian kata
azzakara dan al-unsa mengacu kepada factor biologis.
Hal ini diperkuat dengan sering dipergunakannya kata tersebut dalam al-Qur’an
untuk menyatakan bahwa pada dasarnya perbaedaan jenis kelamin tidak mesti
melahirkan perbdaan jender karena ukuran-ukuran kualitatif disi Tuhan tidak
dihubungkan dengan persoaln jenis kelamin sebagaimana yang ditegaskan dalam
firman Allah surah an-nisa’ : 124

‫ت ِم ْن ذَ َك ٍر أ َ ْو أ ُ ْنث َ َٰى َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن فَأُو َٰلَئِ َك يَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َو ََل‬ َّ ‫َو َم ْن َي ْع َم ْل ِمنَ ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬
ْ ‫ي‬
ً ‫ُظلَ ُمونَ نَ ِق‬
‫يرا‬

Dan barang siapa yang mengerjakan amal sholeh baik laki-laki dan
perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga
dan mereka tidak dizholimi (dianiaya) walau sedikit pun.

4. Al-mar’/ Al-imru’ dan Al-mar’ah/ Al-Imra’ah


Yaitu yang berasal dari kata maro’a berarti “baik”. “bermanfaat”. Kata al-mar’
berarti laki-laki dan aal-mar’atu berarti perempuan. Kata al-mar’ bisa juga diartikan
dengan manusia (al-Insan) yaitu yang termasuk laki-laki dan perempuan agak mirip
dengan penggunaan kata ar-rajul, kata al-mar’ digunakan untuk orang atau manusia
yang sudah dewasa, yang sudah mempunyai kecakapan bertindak, atau yang sudah
berumah tangga,seperi dalam Q.S. ‘Abasa : 34

‫يَ ْو َم يَ ِف ُّر ْال َم ْر ُء ِم ْن أ َ ِخي ِه‬


Artinya: Pada hari ketika manusia lari dari saudara ibu dan ayahnya.
Meurut Ibn al-Anbari kata al-mara’ah dan al-Imra’ah mempunyai arti yang sama
yaitu perempuan sebagaimana halnya kata al-mar’, al-mar’ah/ al imra’ah
menunjukkan arti kematangan (al-kamilah), berbeda dengan kata azzakar dan al-unsa
yang hanya menunjukkan jenis kelamin secara biologis tanpa dikaitkan factor
kedewasaan ( kematangan). Kata al-mar’ah/ al-Imra’ah atau an-Nisa’ tidak identik
dengan kata al-unsa atapun sebaliknya. Seorang laki-laki disebut ar-rajul dan

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 11


perempuan disebut al-mar’ah/ al-Imra’ah/an-nisa’ manakala memenuhi criteria social
dan budaya tertentu. Seperti berumur dewasa, telah berumah tangga atau telah
mempunyai peran tertentu didalam masyarakat.

2.5 Prinsip-Prinsip Kesetaraan Gender

Ada beberapa variasi yang dapat digunakan sebagai standar dalam menganalisa
prinsip-prinsip kesetaraan jender.10

1. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai Hamba.

Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk meyembah kepada Tuhan.
Sebagimana disebutkan dalam Q.S Al-Zariyat/51:56:

‫ُون‬
ِ ‫نس ِإَل ِليَ ْعبُد‬ ِ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اَل‬
”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.”

Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki
dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk
menjadi hamba ideal.Hamba ideal dalm al-Qur’an biasa diistilahkan dengan orang-
orang yang bertaqw(muttaqun),dan untuk mencaapi derajat muttaqun ini tidak dikenal
adanya perbedaan jenis kelamin,suku bangsa atau kelompok etnis tertentu.

Al-Qur’an menegaskan bahwa hamba yang paling ideal para


muttaqin,sebagaimana disetkan di dalam Q.S al-Hujurat/49:13

‫ارفُوا ِإ َّن‬ ُ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأ ُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬
َ ‫شعُوبًا َوقَبَا ِئ َل ِلتَ َع‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
ٌ ‫ع ِلي ٌم َخ ِب‬
‫ير‬ َّ ‫َّللاِ أَتْقَا ُك ْم إِ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ َّ َ‫أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu, dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku,
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah, ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.
Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mengenal."

10 Nasaruddin Umar,1999, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, hal. 240

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 12


Kekhususan-kekhususan yang diperuntukkan kepada laki-laki, seperti seorang
suami setingkat lebih tinggi di atas istri, laki-laki pelindung bagi perempuan,
memperoleh bagian warisan lebih banyak, menjadi saksi yang efektif, dan
diperkenakan berpoligami bagi mereka yang memenuhi syarat. Tetapi ini semua tidak
menyebabkan laki-laki menjadi hamba-hamba utama. Kelebihan-kelebihan tersebut
diberikan kepada laki-laki dalm kapasitasnya sebagai anggota masyarakat yang
memiliki peran publik dan sosial lebih ketika ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan.

Dalam kapasitas sebagai hamba laki-laki dan perempuan masing-masing akan


mendapatkan penghargaan dari Tuhan sesuai dengan kadar pengabdiannya,sebagiman
disebutkan dalam Q.S al-Nahl/16:97

َ ً ‫صا ِل ًحا ِمن ذَ َك ٍر أ َ ْو أُنثَى َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُ ْحيِ َينَّهُ َحيَاة‬


‫طيِبَةً َو َلن َْج ِزيَنَّ ُه ْم‬ َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
َ‫س ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬ َ ‫أ َ ْج َر ُه ْم بِأ َ ْح‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh,baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman,maka sesungguhnya akan Kami berkan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balsan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.

2. Laki-laki dan perempuan sebagai khalifah di muka bumi.

Maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini adalah, disamping
untuk menjadi hamba(‘abid) yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah swt,
juga untuk menjadi khalifah di bumi (khala’fi fi al-ard). Kapasitas manusia sebagai
khalifah di bumi ditegaskan di dalam Q.S al-An’am/6:165

َ ِ‫َو ُه َو الَّذِي َجعَلَ ُك ْم خ َََلئ‬


ِ ‫ف ْاْل َ ْر‬
‫ض‬
Dan Dialah yang menjadikan kalian pengusa-penguasa di bumi.

Kata khalifah dalam ayat di atas tidak menunjuk kepada salah satu jenis kelamin
atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama
sebagai khalifah, yang akan mempertanggung jawabkan tugas-tugas kekhalifahan, di
bumi sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagi hamba Allah.

3. Laki-laki dan perempuan menerima perjanjian primordial

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 13


Laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah dan menerima
perjanjian primordial dengan Tuhan, seperti diketahui, menjelang seorang anak
manusia meluar dari rahim ibunya, ia terlebih dahulu harus menerima perjanjian
dengan Tuhannya.

Menurut Fakhr al-Razi, Telah ada seorang pun anak manusia lahir di muka
bumi ini yang tidak berakhir akan keberaan Tuhan, dan ikrar mereka disaksiakn oleh
para malaikat. Tidak ada seorang pun yang mengatakan “tidak”. Dalam islam,
tanggung jawab individualisasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan sama-sama
menyatakan ikrar ketuhanan yang sama.

4. Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi

Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara laki-laki
dan perempuan, ditegaskan dalam Surah An-Nahl/16: 97

َ ً ‫صا ِل ًحا ِمن ذَ َك ٍر أ َ ْو أُنثَى َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُ ْحيِيَنَّهُ َحيَاة‬


ً‫طيِبَة‬ َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
Siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik

Pada ayat diatas mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan
memberikan ketegasan bahwa prestasi tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis
kelamin saja. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama meraih
prestasi secara optimal. Namun, dalam kenyataan masyarakat konsep ideal ini masih
terdapat sejumlah kendala budaya yang masih mebedakan prestasi kepada salah satu
jenis kelamin saja.

Namun Al-Qur’an telah mewujudkan keadilan yang mencakup segala segi


kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Maka
dari itu Alqur’an tidak mentolerir segala bentuk perbedaan baik berdasarkan
kelompok etni, warna kulit, suku bangsa, dan kepercayaan, maupun jenis kelamin
tersebut.

Maka dari itulah masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang tidak membedakan
antara laki-laki dan perempuan dari segi prestasi. Siapapun bisa berprestasi, melalui
apa yang ia bisa lakukan lah, karena Allah tak pernah membedakan hal itu.

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 14


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dalam makalah ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan:
Gender adalah “suatu konsep dasar yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan
laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya”. Gender dalam arti yang sifatnya bisa
berubah (social construction) karena perbedaan waktu dan kondisi budaya, bukan dari sudut
biologi yang tidak dapat berubah karena bersifat kodrati.
Perbedaan jender dan sex ialah Studi gender lebih menekankan pada aspek maskulinitas
atau feminitas seseorang. Berbeda dengan studi sex yang lebih menekankan pada aspek
anatomi biologi dan komposisi kimia dalam tubuh laki-laki (maleness) dan perempuan
(femaleness).
Laki-laki memiliki perbedaan secara biologis yaitu jenis kelamin dan seksual. Serta
perbedaan emosional dan intelektual.
Identitas gender dalam alqur’an yaitu Al-Rijal dan al-Nisa, Al-Zakar dan al-Untsa,
Al-Mar’/al-Imru’ dan al-Mar’ah/al-Imra’ah.
Prinsip-prinsip ketaraan gender dalam Al-Qur’an ialah ada 3 yaiu

1. sama-sama sebagai hamba yaitu tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi
hamba ideal. Hamba ideal dalm al-Qur’an biasa diistilahkan dengan orang-orang yang
bertaqw(muttaqun),dan untuk mencaapi derajat muttaqun ini tidak dikenal adanya
perbedaan jenis kelamin,suku bangsa atau kelompok etnis tertentu.
2. sama-sama sebagai khalifah, yaitu Laki-laki dan perempuan mempunyai
fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan mempertanggung jawabkan tugas-
tugas kekhalifahan, di bumi sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab
sebagi hamba Allah.
3. sama-sama menerima primodial, yaitu Laki-laki dan perempuan sama-sama
mengemban amanah dan menerima perjanjian primordial dengan Tuhan, seperti
diketahui, menjelang seorang anak manusia meluar dari rahim ibunya, ia terlebih
dahulu harus menerima perjanjian dengan Tuhannya.
4. dan yang terakhir sama-sama berpotensi meraih prestasi, yaitu Laki-laki dan
perempuan memperoleh kesempatan yang sama meraih prestasi secara optimal.

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 15


4.2 Saran
Dari seluruh isi makalah yang sudah kami susun secara teratur dapat disimpulkan
bahwasannya baik jender laki-laki dan perempuan keduanya memilki kesamaan di mata Allah
SWT, yang berbeda hanya dari segi ketakwaan nya saja. Maka dari itu, mulai dari saat ini
jangan lah kita membedakan antara laki-laki dan perempuan. Janganlah memandang rendah
pada perempuan karena kita berfikir bahwa laki-laki lah yang paling utama. Sebenarnya tidak.
Kita semua sama di mata Allah SWT.

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 16


DAFTAR PUSTAKA

1. A.S. Hornby.2010. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English


(Seventh Edition) China: Oxford University Press.

2. Kementrian Pendidikan Nasional. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia


(Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka
3. Umar, Nasaruddin. Perspektif Gender Dalam Islam. Paramadina, vol. 1, no. 1,
Juli-Desember 1998(Disertasi)
4. Umar,Nasaruddin. 1999. Argumen Keseteraan Gender Perspektif Al-Qur’an.
Jakarta: Paramadina
5. Katimin.Ahmad Dayan Lubis. 2006. Isu-Isu Islam Kontemporer. Bandung:
Citapustaka Media

Al-Qur’an: Wawasan Al-Qur’an Tentang Gender | 17

Anda mungkin juga menyukai