Anda di halaman 1dari 3

Laporan Tugas Pengenalan Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Nama : Shilvia Funny


Kelas : A
Nim : 2203151020
Email: shilviaafunny@gmail.com

1. Makna “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” dari
Semboyan Pendidikan di Indonesia.
Ketiga kalimat tersebut memiliki arti “di depan memberi contoh, di tengah memberi
semangat, di belakang memberi dorongan". Masing-masing kalimat memiliki
maknanya sendiri, yaitu:
- “ing ngarsa sung tulada”
Dapat diartikan sebagai di depan memberi contoh. Jika dipahami lebih dalam,
kita sebagai manusia akan selalu menjadi contoh atau menjadi orang yang diikuti
oleh orang lain ketika kita berada di depannya ataupun menjadi orang yang
terlebih dahulu ada sebelum mereka. Maka dari itu, Bagaimana kita bertindak aatu
bersikap saat menanggapi sesuatu, itu juga akan menjadi contoh kepada orang
lain.
Buruk kita bertindak, maka yang mengikutipun juga akan berlaku yang sama
walaupun kita tidak sadar ataupun tidak tahu. Ketika sudah banyak orang
melakukan hal yang sama, seiring waktu hal tersebut itupun akan menjadi hal
yang di “normal”-kan, Itulah mengapa kita harus berhati-hati dengan bagaimana
kita bertindak karena tanpa kita sadari ada banyak orang yang memerhatikan dan
mengikuti tindakan kita.
- “ing madya mangun karsa”
Diartikan sebagai ditengah memberi semangat. “ditengah” sendiri dapat
diartikan sebagai diri kita sendiri. Dianggap artinya diri sendiri karena untuk
memulai sesuatu, tidak setiap saat semangat itu harus dari orang lain melainkan
dari kita sendirilah harus memulai semangat itu.
Dikarenakan diri kita yang semangat, maka pasti akan ada yang lain juga yang
terpengaruh oleh semangat kita dan menyebabkan semangat itu menyebar luas.
Hal seperti ini juga bisa terjadi sebaliknya, seperti kita menerima rasa semangat
dari orang lain dan kita pun juga terpengatuh dan semangat itu terus menyebar.
- “tut wuri handayani”
Kalimat ini sendiri berarti di belakang memberi dorongan. Dibelakang sendiri
bermakna orang-orang yang mengawasi dan bertanggung jawab atas sesuatu
layaknya seperti guru dan orang tua. Dorongan itu juga bermakna dukungan
ataupun hal yang dapat mengembangkan sesuatu yang mereka awasi dan rawat.
Seorang guru memberikan arahan dan ilmu kepada muridnya, itu juga disebut
dibelakang memberi dorongan karena guru itu mengawasi muridnya dan
memperhatikan mereka walaupun setelah diberi arahan dan ilmu, mereka tetap
diperhatikan bagaimana perkembangannya.
Begitu pula dengan orang tua yang memberikan dukungan kepada anaknya,
baik itu secara rohani ataupun jasmani, orang tua juga memiliki peran yang
penting sebagai orang “di belakang” karena mereka yang memberikan pengaruh
yang sangat besar kepada anaknya. Bagaimana cara memberikan “dukungan”
kepada anak itulah yang akan sangat memengaruhi anak tersebut di kemudian
kelak.
2. Filsafat Suku Minangkabau
- “Masyarakat Nan Sakato”
Arti kalimat ini dalam Bahasa Indonesia adalah setiap individu harus
menghormati tatanan masyarakat agar tercipta kerukunan satu dengan yang lain.
Kalimat tersebut bermakna jika ingin adanya kerukunan terhadap sesama
makhluk hidup kita harus menghormati cara kerja sistem suatu masyarakat, opini
atau pendapat setiap masyarakat dan juga mementingkan dahulu kepentingan
masyarakat sebelum masalah personal.
Hal ini memang terlihat kecil, tapi hal ini lah membuat orang-orang dapat
berbaur dengan cepat untuk satu dengan yang lainnya. Karena itulah mengapa
Suku Minangkabau memilih falsafah tersebut menjadi bagian dari filsafat mereka.
Falsafah ini terus dibawa kemanapun sekalipun mereka tidak berada di tempat
asal mereka.
- “Mangaji dari alif, babilang dari aso.”
Kalimat ini dalam Bahasa Indonesia berarti Mengaji dari alif, dan berhitung
dari satu.
Kalimat memberi arti bahwa lebih duluankan hal yang penting daripada yang
tidak penting. Untuk dapat seperti ini, kita harus bisa berpikir luas dan lebih jauh,
maka setelah itu kitapun dapat lebih mudah membedakan mana hal yang lebih
penting dan mana yang hanya untuk jadi sampingan, Karena jika kita tidak dapat
membedakan mana hal yang lebih utama dan tidak, bisa jadi kita lalai ataupun
menghabiskan waktu, tenaga, pikiran dan juga harta untuk hal yang sia-sia. Bukan
berarti melakukan sesuatu untuk menghibur diri itu salah ataupun sia-sia, tetapi
jika kita terus-terusan melakukan sesuatu yang tidak ada manfaatnya sama sekali
dan hanya menguras diri kita, itulah hal yang sia-sia.
- “Pasa jalan dek batampuah lanca kaji dek baulang”
Dalam Bahasa Indonesia, kalimat tersebut memiliki arti sebagai berpikir
positif dan suka mengasah kemampuan.
Untuk makna dari kalimat itu sendiri sudah lumayan jelas dari artinya dalam
Bahasa Indonesia yaitu berpikir positif dan rajin untuk mengasah kemampuan atau
keahlian yang dipunya. Berpikir positif itu sangat memberikan pengaruh yang
besar baik itu kepada rohani, jasmani ataupun lingkungan dan orang-orang yang
ada disekitar kita.
Mungkin tidak setiap saat kita dapat memiliki pikiran yang positif, tapi kita
harus sadar dan tahu bahwa memiliki pikiran yang negatif terus-menerus juga
tidak baik. Maka dari itu, kita harus paham diri kita dan mencari tahu bagaimana
cara untuk mengembalikan diri ke pikiran yang positif saat kita berada di posisi
yang memiliki pikiran negatif.
Bagian suka mengasah kemampuan juga tak kalah pentingnya karena kunci
menuju perkembangan dan hasil yang lebih baik adalah latihan atau yang disebut
dengan mengasah ulang. Jika kita mengharapkan hasil yang sempurna tanpa ada
melakukan yang namanya latihan ataupun tidak mengasah kemampuan, itu sama
saja seperti berangan-angan ingin sukses tanpa adanya usaha.
Orang yang berbakat sekalipun tidah bisa langsung hebat ataupun sempurna
dari percobaan pertama kalinya dan akhirnya memutuskan untuk terus-menerus
melatih dan mendalami kemampuannya. Setelah terus-menerus mengasah
kemampuannya, orang berbakat itupun pasti berkembang menjadi lebih baik sama
seperti setiap orang.

Anda mungkin juga menyukai