Anda di halaman 1dari 2

5 contoh filsafat jawa

#1 “Alon-alon Waton Kelakon”

Filosofi Jawa diatas memiliki makna “pelan-pelan saja yang penting selamat”. Tentu hal ini mengajarkan
kepada kita yang terpenting itu adalah keselamatan, jangan sampai mengejar sesuatu namun tidak
memperhatikan keselamatan.

Pada prakteknya juga kita sering kali mendengar orang tua kita menggunakan filosofi Jawa ini, terutama
dalam hal bepergian.

Keselamatan memang merupakan hal yang penting jika dibanding dengan kecepatan.

#2 “Sapa Nandur Bakalan Ngunduh”

Filosofi Jawa ini sangat terkenal, bahkan menjadi salah satu peribahasa yang paling populer di Indoensia.
“Sapa nandur bakalan ngunduh” memiliki arti yaitu, apa yang kamu tanam itu yang akan kamu tuai.

Memang seperti itulah kenyataannya, apa yang kita usahakan itu yang akan kita dapatkan.

Jadi berusaha semaksimal mungkin, supaya kita mendapatkan apa yang kita cita-citakan, jangan lupa
dibarengi dengan doa.

#3 “Urip Iku Urup”

Filosofi orang Jawa ini sangat dalam, yaitu kita sebagai manusia harus bisa menyalakan orang lain,
menyalakan disini bisa jadi membantu.

Menjadi cahaya bagi orang dengan cara menebar kebaikan. Itulah hidup sesudungguhnya, bukankan
manusia yang paling baik itu, mereka yang bermanfaat bagi orang lain.
Semoga kita dapat memegang teguh filosofi Jawa ini ya Pins!

#4 “Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka”

Filosofi ini sangat mendidik, di Jawa sendiri merendah sudah diajarkan sejak dini, seperti arti dari filosofi
jawa di atas “Jangan meresa pandai agar tidak salah arah, dan jangan berbuat curang agar tidak celaka”.

Arti dari perkataan ini juga mengajarkan kita untuk tidak bersikap sombong dan tetap rendah hati.

Semoga kita diberikan kemampuan menjadi manusia yang dapat mengamalkan filosofi ini.

#5 Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti”

Bagi orang Jawa sendiri kata di atas sangat bermakna sekali, sebab sifat iri, jahat, angkara murka serta
picik hanya biasa diatasi dan dikalahkan oleh sabar.

Seperti perkataan Bahasa Minang, “Manang jadi arang kalah jadi abu”. Tidak ada gunanya memperlebar
permasalahan dengan pertikaian.

Anda mungkin juga menyukai